Anda di halaman 1dari 23

Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah

Dosen Pembimbing: Evriyenni, S.E., M.Si.

Di buat oleh :

Nanda Saputri : 170603029

PRODI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2019 M/ 1440H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT,Tuhan semesta alam. Rahmat dan
keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan Allah Kepada Nabi Muhammad SAW,keluarga dan
para sahabatnya,serta para pengikutnya setia hingga akhir zaman. Dan tak lupa pula kami
bersyukur atas tersusunnya makalah ini.

Sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Evriyenni selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan kami kesempatan untuk membahas makalah yang berjudul
kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah. Tujuan kami menyusun
makalah ini tiada lain untuk memperkaya ilmu pengetahuan kita semua dan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Akuntansi Syariah.

Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan pihak-pihak
yang membutuhkan untuk dijadikan pembelajaran. Apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan,kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Banda Aceh, 13 Juni 2020


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Proses akuntansi yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi hingga penyajian
dalam laporan keuangan, memerlukan sebuah kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangn. Kerangka dasar atau kerangka konseptual akuntansi, adalah suatu sistem yang melekat
dengan tujuan-tujuan serta sifat dasar yang mengarah pada standar yang konsisten dan terdiri
atas sifat, fungsi dan batasan dari akuntansi dan laporan keuangan.
Dalam makalah ini kami akan membahas kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangna syariah. Pembahasan diawali dengan diskusi tentang perkembangan Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS) dan diikuti dengan
tujuan KDPPLKS, pemakai laporan keuangan syariah, tujuan laporan keuangn, asumsi dasar,
unsur-unsur laporan keuangan, dan pengakuan serta pengukuran unsur-unsur laporan keuangan
terseut. Relevansi bab ini adalah sebagai dasar dalam memahami landasan yang digunakan oleh
penyusun standar dalam membuat standar akuntansi standar.
Telah banyak peneliti di bidang akuntansi, baik muslim maupun nonmuslim yang
menelaah teori maupun penelitian tentang tujuan maupun kerangka dasar atas laporan keuangan
syariah. Misalnya, AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions), Dewan Standar Akintansi Indonesia (DSAK) menusun PSAK Syariah tentang
kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Kenapa kita mempelajari tentang kerangka dasar laporan keuangan syariah, yaitu agar
kita mampu mengetahui seperti apa kerangka dasar laporan keuangan syariah setelah mengetahui
dasar kerangka laporan keuangan syariah kita akan lebih mudah untuk membuat laporan
keuangan syariah.

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syari’ah di Indonesia menurut PSAK?
b. Bagaimana Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syari’ah di Indonesia menurut AAOIFI?
c. Jelaskan pemikiran-pemikiran dari perdebatan oleh para pemikir akuntansi mengenai kerangka
akuntansi!
d. Jelaskan beberapa pemikiran-pemikiran kedepan mengenai akuntansi islam!

C. Tujuan Masalah
Adapun Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syari’ah di Indonesia menurut PSAK.
b. Untuk mengetahui Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syari’ah di Indonesia menurut AAOIFI.
c. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran dari perdebatan oleh para pemikir akuntansi
mengenai kerangka akuntansi.
d. Untuk mengetahui beberapa pemikiran-pemikiran kedepan mengenai akuntansi islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN


KEUANGAN SYARIAH (PSAK)

Kerangka dasar merupakan rumusan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Adanya perbedaan karakteristik antara bisnis
yang berlandaskan pada syariah dengan bisnis konvensional menyebabkan ikatan akuntan
Indonesia (IAI) mengeluarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keungan bank
syari’ah (KDPPLKBS) pada tahun 2002. KDPPLKBS selanjutnya di sempurnakan pada tahun
2007 menjadi kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syari’ah
(KDPPLKS). Penyempurnaan KDPPLKS terhadap KDPPLKBS di lakukan untuk memperluas
cakupannya sehingga tidak hanya untuk transaksi syari’ah pada bank syari’ah, melainkan juga
pada jenis institusi bisnis lain, baik yang berupa institas syari’ah maupun institas konvensional
yang bertransaksi dengan skema syari’ah.
Berdasarkan pengantar yang disampaikan oleh Dewan standar Akuntansi Keuangan
dalam Exposure Draf KDPPLKS dengan KDPLKBS (2002). Sistematika KDPPLKBS (2002)
hanya menyajikan kerangka dasar yang berbeda dari KDPPLK (2004) dan jika diatur secara
khusus diasumsiokan kerangka dasar yang ada dalam KDPPLK (1994) doianggap juga berlaku
dalam bank syari’ah.

1. Tujuan Kerangka Dasar

Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk semua jenis transaksi
syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah maupun entitas konvensional baik sektor publik
maupun sektor swasta. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:
a. Penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya membuat standar.
b. Penyusun laporan keuangan, untuk menaggulangi masalah akuntansi syariah yang belum diatur
dalam standar akuntansi keuangan syariah.
c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi syariah yanh berlaku umum
d. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah.

2. Pemakai dan kebutuhan informasi


Pemakai laporan keuangan meliputi:
1. Investor sekarang dan investor potensial
2. pemilik dana qardh
3. Pemilik dana syirkah temporer
4. Pemilik dana titipan
5. Pembayar dan penerima zakat, infak, shodakoh, dan wakaf
6. Pengawas syariah
7. Karyawan
8. Pemasoh dan mitra usaha lainnya
9. Pelanggan
10. Pemerintah serta lembaga-lembaganya
11. Masyarakat

3. Paradigm transaksi syari’ah


Transaksi syari’ah berlandaskan pada paradigm bahwa alam semesta diciptakan oleh
Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat
manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (falah).[1] Paradigma
dasar ini menekankan bahwa setiap aktifitas manusia memiliki akuntabilitas dan nillai ilahiah
yang menempatkan perangkat syari’ah dan akhlak sebagai parameter baik dan buruk, benar dan
salahnya aktifitas usaha. Syari’ah merupakan ketentuan hukum islam yang mengatur aktifitas
manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi vertical
dengan Tuhan maupun interaksi horizontal dengan sesama makhluk. Prinsip syari’ah yang
berlaku umum dalam kegiatan muamalah mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan
pemangku kepentingn entitas yang melakukan transaksi syari’ah. Adapun akhlak merupakan
norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi sesame makhluk agar hubungan
tersebut menjadi saling menguntungkan, sinergis, dan harmonis.

4. Asas transaksi syari’ah


 Persaudaraan (ukhuwah): Yang berarti bahwa transaksi syariah menjunjung tinggi nilai
kebersamaan dalam memperoleh manfaat, sehingga seseorang tidak boleh mendapatkan
keuntungan diatas kerugian orang lain. Prinsip ini didasarkan atas prinsip saling mengenal
(ta’aruf), saling memahami (tafahun), saling menolong (ta’awun), saling menjamin (takaful),
saling bersinergi dan saling beraliansi (tahafu).
 Keadilan (‘adalah): yang berarti selalu menempatkan sesuatu hanya pada yang berhak dan
sesuai dengan posisinya. Realisasi prinsip ini dalam bingkai aturan muamalah adalah melarang
adanya unsur:
a) Riba/bunga dalam segala bentuk dan jenis, baik riba nasiah /fadhl.
b) Kezaliman, baik terhadap diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
c) Judi atau bersikap spekulatif dan tidak berhubungan dengan produktifitas (maysir).
d) Unsur ketidakjelasan, manipulasi dan eksploitasi informasi serta tidak adanya kepastian
kriterian kualitas, kuantitas, harga objek akad, atau eksploitasi karena salah satu pihak tidak
mengerti ini perjanjian (gharar).
e) Haram atau segala sesuatu (unsur) yang dilarang tegas dalam Al-quran dan As-sunnah, baik
baik barang maupun jasa atau aktivitas operasional terkait.
 Kemaslahatan (maslahah): Yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi
duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif.
 Keseimbangan (tawazum): transaksi harus memperhatikan keseimbangan aspek material dan
spiritual, aspek privat dan public, sektort keuangan dan riil, bisnis dan social, serta keseimbangan
aspek pengembangan dan pelestarian.
 Universalisme (syumuliyah): transaksi syariah dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua
pihak yang berkepentingan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan sesuai dengan
semangat rahmatan lil alamin.

5. Karakteristik transaksi syari’ah


Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas transaksi syariah harus
memenuhi karakteristik dan persyaratan antara lain:
 Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha
 Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik
 Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai komoditas
 Tidak mengandung unsur riba
 Tidak mengandung unsur kezaliman
 Tidak mengandung unsur masyir
 Tidak mengandung unsur gharar
 Tidak mengandung unsur haram
 Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money)
 Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk keuntungan
semua pihak tanpa merugikan pihak lain .
 Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy).
 Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah).
Karakteristik tersebut dapat diterapkan pada transaksi bisnis yang bersifat komersial maupun
yang bersifat nonkomersial.

6. Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan utama Laporan Keuangan adalah untuk menyediakan informasi, menyangkut
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syarian yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.Beberapa tujuan lainnya
adalah :
1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha.
2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi asset, kewajiban,
pendapatan, dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah bila ada dan bagaimana
perolehan dan pengguanaannya.
3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah terhadap
amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.
4. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasiyang diperoleh penanam modal dan pemilik
dana syirkah temporer dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban( obligation) fungsi social
entitas syariah termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infaq, sedekah, dan wakaf.

7. Bentuk laporan keuangan


Laporan keuangan entitas syariah terdiri atas:
1. Posisi keuangan entitas syariah, disajikan sebagai neraca. Laporan ini menyajikan informasi
tentang sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta
kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan.
2. Informasi kinerja entitas syariah, disajikan dalam laporan laba rugi. Laporan ini diperlukan untuk
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan.
3. Informasi perubahan posisi keuangan entitas syariah, yang dapat disusun berdasarkan definisi
dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja, aset atau kas. Kerangka ini tidak
mendefinisikan dana secara spesifik. Akan tetapi, melalui laporan ini dapat diketahui aktivitas
investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan.
4. Informasi lain, seperti laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi sosial entitas syariah.
5. Catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi tambahan yang relevan
termasuk pengungkapan tentang risiko dan ketidakpastian yang mempengaruhi entitas.

8. Asumsi dasar
1. Dasar akrual
Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, maksudnya bahwa pengaruh transaksi dan
peristiwa lain diakui pada saat terjadi (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan. Namun, dalam
penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan dasar kas. Hal ini
disebabkan bahwa prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau hasil
yang dimaksud adalah keuntungan bruto.
2. Kelangsungan usaha.
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas syariah yang
akan melanjutkan usahanya dimasa depan. Oleh karena itu, entitas syariah diasumsikan tidak
bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.
9. Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah
Karakteristik kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pemakai. terdapat empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu:

a. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam lapiran keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemampuan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun
demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat
dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut sulit untuk dapat dipahami
oleh pemakai tertentu.
b. Relevan
Maksudnya adalah memiliki kemampuan untuk memengaruhi keputusan ekonomi
pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi masa lalu, masa kini, atau masa depan dengan
mernegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.

c. Andal
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan
dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithul representation)
dari yang seharusnya di sajikan atau yang sevara wajar diharapkan dapat disajikan. Agar dapat
diandalkan maka informasi harus memenuhi hal sebagai berikut:
 Menggambarkan dengan jujur transaksi (penyajian jujur) serta peristiwa lainnya yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk di sajikan.
 Dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang sesuai dengan
prinsif syari’ah dan bukan hanya bentuk hukumnya (substansi mengungguli bentuk).
 Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan pihak tertentu saja
(netral).
 Di dasarkan atas pertimbangan yang sehat dalam hal menghadapi ketidakpastian
peristiwa dan keadaan tertentu.
 Lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.

d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat dibandingkan laporan keuangan entitas syari’ah antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Agar dapat dibandingkan,
informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan
perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut juga harus diungkapkan termasuk
ketaatan atas standar akuntansi yang berlaku.

10. Kendala informasi yang relevan dan andal

Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut :
a. Tepat waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang
dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat
relativ antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal.

b. Keseimbangan antara biaya dan manfaat


Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala yang dapat
terjadi (pervasive) dari suatu karakteristik kualutatif. Manfaat yang dihasilkan informasi
seharisnya melebihi biaya penyusunannya. Namun demikian, secara substabsi, evaluasu biaya
dan manfaat merupakan suatu prpses pertimbangaan (judgement proces).

11. Unsur-unsur laporan keuangan


Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syari’ah, antara lain meliputi:
a. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang terdiri atas :

1. Posisi keuangan
Unsur yang terkait secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban,
dana syirkah temporer dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut:
 Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syari’ah sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depn diharapkan akan diperoleh entitas
syari’ah. .
 Kewajiban merupakan utang entitas syari’ah masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesayannya di harapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas syari’ah yang
mengandung manfaat ekonomi.
 Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu
tertentu dari individu dan pihak lainnya dimana entitas syari’ah mempunyai hak untuk mengelola
dan menginvesatasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.
 Ekuitas adalah hak resijual atas aset entitas syari’ah setelah dikurangi semua kewajiban dan
dana syirkah temporer. Ekuitas dapat disubklasifikasikan menjadi setoran modal pemegang
saham, saldo laba, penyisihan saldo laba dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal.

Contoh penyususnan laporan posisi keuangan pada bank syariah:


LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)

PT Bank Syariah “X”


Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Per 31 Desember 20X1
Aset Xxx
Kas Xxx
Penempatan pada Bank Indonesia Xxx
Giro pada bank lain Xxx
Penempatan pada bank lain Xxx
Investasi pada efek/surat berharga
Piutang: Xxx
Murabahah Xxx
Salam Xxx
Istishna Xxx
Ijarah
pembiayaa: Xxx
Mudharabah Xxx
Musyarakah Xxx
Persediaan Xxx
Tagihan dan kewajiban akseptasi Xxx
Aset ijarah Xxx
Aset istishna dalam penyelesaian Xxx
Penyertaan pada entitas lain xxx
Aset tetap dan akumulasi penyusutan xxx
Aset lainnya xxx
Jumlah Aset

KEWAJIBAN xxx
Kewajiban segera xxx
Bagi hasil yang belum dibagikan xxx
Simpanan xxx
Simpanan dari bank lain xxx
Utang: xxx
Salam xxx
Istishna xxx
Kewajiban kepada bank lain xxx
Pembiayaan yang diterima xxx
Utang pajak xxx
Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi xxx
Pinjaman yang diterima xxx
Kewajiban lainnya xxx
Pinjaman subordinasi xxx
Jumlah Kewajiban
DANA SYIRKAH TEMPORER
Dana syirkah temporer dari bukan bank: xxx
Tabungan mudharabah xxx
Deposito mudharabah xxx
Dana syirkah temporer dari bank: xxx
Tabungan mudharabah xxx
Deposito mudharabah xxx
Musyarakah xxx
Jumlah Dana Syirkah temporer

EKUITAS xxx
Modal disetor xxx
Tambahan modal disetor xxx
Saldo laba (rugi) xxx
Jumlah Ekuitas xxx
Jumlah Kewajiban, Dana Syirkah tempporer dan ekuitas xxx

LAPORAN LABA-RUGI

Komponen-komponen laporan laba rugi bank syariah disusun dengan mengacu pada PSAK
untuk pos-pos umum. Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkait, bank syariah
menyajikan laporan laba rugi yang mencakup, tetapi tidak terbatas, pada pos-pos berikut:

PT Bank Syariah “X”


Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20X
Pendapatan Pengelolaan Dana oleh bank sebagai
mudharib

Pendapatan dari jual beli:


Pendapatan marjin Xxx
murabahah
Pendapatan neto salam
parallel Xxx
Pendapatan neto istishna
parallel Xxx
Pendapatan dari
sewa:
Pendapatan neto
ijarah Xxx
Pendapatan dari bagi hasil:
Pendapatan bagi hasil
mudharabah Xxx
Pendapatan bagi hasil
musyarakah Xxx
Pendapatan usaha utama
lainnya Xxx
Jumlah Pendapatan Pengelolaan Dana oleh bank sebagai
mudharib Xxx
Hak pihak ketiga atas bagi
hasil (xxx)

Pendapatan Usaha Lainnya


Pendapatan imbalan jasa
perbankan xxx
Pendapatan imbalan investasi
terikat Xxx
Jumlah Pendapatan Usaha
Lainnya
Beban Usaha (xxx)
Beban kepegawaian (xxx)
Beban (xxx)
administrasi
Beban penyusutan dan
amortisasi (xxx)
Beban usaha
lain (xxx)
Jumlah Beban Usaha (xxx)

Laba (Rugi) Usaha Xxx


Pendapatan dan Beban
Nonusaha
Pendapatan nonusaha Xxx
Beban
nonusaha (xxx)
Jumlah Pendapatan (Beban)
Nonusaha Xxx

Laba (Rugi) sebelum Pajak Xxx

Beban Pajak (xxx)

Laba (Rugi) Neto Periode


Berjalan Xxx

2. Kinerja
Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan
dan beban. Unsur penghasilan beban didefinisikan berikut ini:
 Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari konstribusi penanam modal. Penghasilan (income)
meliputi pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gain).
 Beban (ekspenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal, termasuk di
dalamnya beban untuk pelaksanaan aktivitas entitas syari’ah maupun kerugian yang timbul.

 Hak pihak ketiga atau bagi hasil


Hak pihak ketiga atau bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil pemilik dana
atau keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syari’ah dalam suatu periode
laporan keuangan.
Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokan sebagai beban (ketika untung) atau
pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga atas bagi hasil merupakan alokasi keuntungan
dan kerugian kepada pemilik dana atas investasi yang dilakukan bersama dengan entitas syari’ah.
b. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial, meliputi laporan sumber dan
penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.
c. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab
khusus entitas syari’ah tersebut.

12. Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan


Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Biaya historis (historical cost)
Aset di catat sebesar pengeluaran kas (setara kas) yang di bayar atau sebesar nilai wajar dari
imbalan (consideration) yang di berikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari
kewajiban (obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya:pajak penghasilan), dalam jumlah
kas (atau setara kas) yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam
pelaksanaan usaha yang normal. Dasar ini adalah dasar pengukuhan yang lazim digunakan
entitas syariah dalam penyusunan laporan keuangan.

b. Biaya kini (current cost)


Aset dinilai dalam jumlah kas (stara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang sama atau stara
aset diperoleh sekarang.
kewajiban dinyatakn dalm jumlah kas (atau setara kas )yang tidak didiskonkan
(undiscounted) yang mungkin dapat diperlukan untuk menyelesaiakan
kewajiban (obligation) sekarang.

c. Nilai realisasi atau penyelesaian (realizable atau settement value)


Aset dinyatakan dalam jumlah pas (setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual
aset dalam pelepasan normal (orderly disporal).
Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian : yaitu, jumlah kas (atau setara kas) yang tidak
didiskonkan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan
usaha normal. Dasar pengukuhn ini walaupun dapat digunakan tetapi tidak mudah untuk
diterapkan dalam kondisi saat ini. Mengingat manajemen harus menjamin informasi yang
disajikan adalah andal serta dapat dibandingkan.

13. Catatan atas laporan keuangan


Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera
dalam laporan keuangan utama. Catatan atas laporan keuangan suatu entitas syariah harus
mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
 Informasi tentang dasar penyusunsn laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan
diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.
 Informasi yang diwajiobkan dalam PSAK, tetapi tidak disajikan dalam neraca, laporan laba
rugi, laporan arus kas: perubahan ekuitas: laporan sumber dan penggunaan zakat : dan laporan
penggunaan dana kebajikan.
 Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi diperlukan dalam
rangka penyajian secara wajar.

Dalam rangka membantu pengguna laporan memahami laporan keuangan dan membandingkannya
dengan laporan keuangan entitas syariah lain , catatan atas laporan keuangan umumnya disajikan
dengan urutan sebagai berikut:
 Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan.
 Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-pos tersebut
disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen laporan keuangan.
 Pengungkapan lain termasuk kontijensi, komitmen dan pengungkapan keuangan lainnya serta
pengungkapan yang bersifat non-keuangan.

KONSEP DASAR AKUNTANSI MENURUT AAOIFI DAN PEMIKIR ISLAM


1. Tujuan akuntansi keuangan dan laporan keuangan
Kerangka dasar akuntansi disadari merupakan hal penting, dan untuk itu, AAOIFI telah
mengeluarkan pernyataan no. 1 dan 2. Manfaat dengan ditentukannya tujuan akuntansi
keuanagan untuk lembaga keuangan syariah menurut AAOIFI yaitu sebagai berikut:
1. Dapat digunakan panduan bagi dewan standar untuk menghasilkan standar yang
konsisten.
2. Tujuan akan membatu bank dan lembaga keuangan syariah untuk memilih berbagai
alternatif metode akuntansi pada saat standar akuntansi belum mengatur.
3. Tujuan akan membantu untuk memandu manajemen dalam membuat
pertimbangan /judgement pada saat akan menyusun laporan keuangan.
4. Tujuan jika diungkapkan dengan baik, akan meningkatkan kepercayaan pengguna
serta meningkatkan pemahaman informasi akuntansi sehingga akhirnya akan meningkatkan
kepercayaan atas lembaga keuanagn syariah.
5. Penetapan tujuan yang mendukung penyusunan standar akuntansi yang konsisten. Ini
seharusnya dapat meningkatkan kepercayaan pengguna laporan keuangan.

Pendekatan yang digunakan oleh para pemikir islam dalam AAOIFI untuk menyusun
tujuan laporan keuangan lembaga keuangan syariah adalah dengan cara mengambil seluruh
pemikiran akuntansi kontemporer yang berlaku kemudian melakukan tes dan analisis apakah
pemikiran tersebut sejalan atau bertentangan dengan syariah islam.

1. Tujuan akuntansi keuangan


a. Untuk menentukan hak dan kewajiban dari pihak yang terlibat dengan lembaga keuangan
syariah tersebut, termasuk hak dan kewajiban dari transaksi yang belum selesai, terkait dengan
penerapan, kewajaran dan ketaatan atas prinsip dan etika syariah islam.
b. Untuk menjaga asset dan hak-hak lembaga keuangan syariah.
c. Untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan produktivitas dari lembaga keuangan
syariah.
d. Untuk menyiapkan informasi laporan keuangan yang berguna kepada pengguna laporan
keuangan sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat dalam berhubungan dengan
lembaga keuangan.
2. Tujuan laporan keuangan kepada pengguna informasi luar
a. Memberikan informasi tentang kepatuhan lembaga keuangan syariah terhadap syariah
islam, termasuk informasi tentang pemisahan antara pendapatan dan pengeluaran yang boleh dan
tidak menurut syariat islam.
b. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban lembaga keuangan
syariah.
c. Memberikan informasi kepada pihak yang terkait dengan penerimaan dan penyaluran
zakat pada lembaga keuangan syariah.
d. Memberikan informasi untuk mengestimasi arus kas yang dapat direalisasikan,
wakturealisasi dan resiko yang mungkin timbul dari transaksi dengan lembaga keuangan syariah.
e. Memberikan informasi agar pengguna laporan keuangan dapat menilai dan mengevaluasi
lembaga keuangan syariah apakah telah menjaga dana serta melakukan investasi dengan tepat
termasuk memperoleh imbal hasil yang memuaskan.
f. Memberikan indormasi tentang pelaksanaan tanggung jawab sosial dari lembaga
keuangan syariah.

Akuntansi syariah memberikan penekanan pada dua hal, yaitu akuntabilitas dan pelaporan.
Akuntabilitas tercermin melalui tauhid bahwa segala sesuatu di dunia ini harus berjalan sesuai
aturan Allah SWT, dan melalui fungsi manusia sebagai Khalifah di bumi. Pada saat yang sama,
akuntansi merupakan bentuk pertanggungjawaban manusia kepada Allah dimana seluruh aturan
dalam melakukan kegiatan bisnis dan personal harus sesuai dengan aturan Allah SWT.
2. Pemakai dan kebutuhan informasi
pemakai laporan keuangan menurut AAOIFI antara lain sebagai berikut:
1. Pemegang saham
2. Pemegang investasi
3. Pemilik dana (bagi Deposan Bank)
4. Pemilik dana tabungan
5. Pihak yang melakukan transaksi bisnis
6. Pengelola zakat
7. Pihak yang mengatur[2]

3. Paradigma, asas, dan karakteristik transaksi syariah


Transaksi syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam samesta diciptakan
Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat
manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual. transaksi syariah
menetapkan asas yang luhur, manusiawi, dan bersifat melindungi pada umat manusia secara
keseluruhan dalam hal bermuamalah. Azas transaksi yang ditetapkan adalah prinsip
persaudaraan (ukhuwah), keadilan (‘adalah), keseimbangan (tawazun), universal (syumuliyah).
Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan azas transaksi syariah harus
memenuhi karakteristik sebagai berikut:
a) Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan dan saling ridha
b) Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik.
c) Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
komoditas.
d) Tidak mengandung unsur riba.
e) Tidak mengandung unsur kedzaliman.
f) Tidak mengandung unsur masyir.
g) Tidak mengandung unsur gharar.
h) Tidak mengandung unsur haram.
i) Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelasdan benar serta untuk
keuntungan semua pihaktanpa merugikan pihak lain.
j) Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan ( najasy), maupun melalui rekayasa
penawaran (ikhtikar).
k) Tidak mngandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risyawah).

4. Bentuk Laporan Keuangan


Bentuk laporan keuangan AAOIFI adalah laporan keuangan untuk perbankan syariah. Antara
lain berbentuk:
a) Laporan perubahan posisi keuangan.
b) Laporan laba rugi.
c) Laporan perubahan ekuitas atau laporan perubahan saldo laba.
d) Laporan arus kas.
e) Laporan perubahan ninvestasi yang dibatasi dan ekuivalennya.
f) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta dana sumbangan.
g) Laporan sumber dan penggunaaan dana qard hasan.

5. Syarat Laporan Keuangan


Syarat kualitatif laporan keuangan menurut AAOIFI yaitu:
a) Relevan, laporan keuangan relevan harus memiliki nilai prediksi dan nilai umpan balik serta
harus disajikan tepat waktu, baik untuk laporan intern maupun untuk laporan tahunan.
b) Dapat diandalkan, Hal ini berkaitan berarti dapat diandalakan sesuai dengan kondisi yang
melekat pada transaksi termasuk penggunaan cara atau metode untuk penghitungan dari suatu
transaksi.
c) Dapat dibandingkan, Informasi keuangan dapat dibandingkan antara lembaga keuangan
syariah dan diantara dua periode akuntansi yang berbeda bagi lembaga keuangan yang sama.
d) Konsisten,Metode yang akan digunakan untuk penghitungan pada pengungkapan akuntansi
yang sama untuk dua periode penyajian laporan keuangan.
e) Dapat dimengerti, Informasi yang disajikan dapat dimengerti dengan mudah bagi rata-rata
pengguna laporan keuangan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Akuntansi dikembangkan untuk mendukung ekonomi dengan mengikuti paradigma dari


sitem ekonominya. Jadi, akuntansi memerlukan kerangka dasar untuk akuntansi dan pelaporan
keuangan , tidak tekecuali dalam akuntansi syariah. Ada berbagai macamkerangka
dasar akuntansi. Yaitu: Keuangan dasar penyusunan dan penyajiann laporan keuangan syariah
(KDPPLKDS) menurut PSAK, Konsep dasar akuntansi menurut AAOIFI dan Konsep dasar
akuntansi menurut Pemikir Islam. Berbagai macam kerangka dasarakuntansi tersebut memiliki
perbedaan. KDPPLKDS menurut PSAK dan Konsep dasar akuntansi menurut AAOIFI
mempunyai perbedaan dalam segi paradigma, asas, karakteristik, bentuk laporan keuangan,
syarat laporan keuangan dll.
Sedangkan konsep dasar akuntansi menurut pemikir islam masih terdapat banyak
perdebatan antara para pemikir. Perdebatan para pemikir akuntansi mengenai kerangka akuntansi
yaitu mengenai: (1) Entitas unit akuntansi, (2) Kegiatan usaha yang berkelanjutan, (3)
Periodisasi, (4) Satuan mata Uang, (5) Konservatif, (6) Harga perolehan, (7) Penandingan antara
pendapatan dan beban, (8) Dasar akrual, (9) Pengungkapan penuh, (10) Substansi mengungguli
bentuk. Sedangkan perdebatan beberapa pemikiran ke depan diantaranya: (1) Neraca yang
menggunakan Nilai saat ini (current value balance sheet), (2) Kegiatan usaha yang berkelanjutan
IFRS (International Financial Reporting Standard, (3) Laporan Nilai Tambah (value added
statement) .

Anda mungkin juga menyukai