Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN


LAPORAN KEUANGAN SYARIAH
Dibuat untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Akuntansi Perbankan Syariah
Dosen : Andi Nurrahma Gaffar, SE,.M.Ak

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

KELAS AKS 4 C

NURHIKMAH AMINULLAH 2204040043

TAUFIK NASIR 2204040045

INA MUDMAINNA 2204040046

DIDIN PURNIAWAN 2204040047

SUCI PURNAMA 2204040049

SALDIANTO 2204040058

PRODI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat-Nyalah Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH”. Makalah disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Perbankan Syariah. Selain itu, Makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang Akuntansi dalam Islam bagi para
pembaca dan juga penulis.
Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis
terima dengan senang hati demi perbaikan makalah lebih lanjut. makalah ini dapat
selesaikan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah
sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak, terutama rekan-rekan dosen yang telah memberikan
masukan demi kelancaran dan kelengkapan makalah ini. Akhimya, semoga tulisan
yang jauh dari sempuma ini ada manfaatnya.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah-Ikatan Akuntan Indonesia......................................................2
B. Tujuan dan Peranan Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.................................................................................................3
C. Aspek yang Terkait dengan Transaksi Syariah dan Pemakai Laporan
Keuangan..............................................................................................................4
D. Karakteristik dari Kualitatif Informasi Laporan Keuangan..........................6
E. Pengakuan dan Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan.....................7
BAB III PENUTUP.................................................................................................9
KESIMPULAN....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses akuntansi yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi hingga
penyajian dalam laporan keuangan, memerlukan sebuah kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kerangka dasar atau kerangka
konseptual akuntansi aadalah suatu sistem yang melekat dengan tujuan-tujuan
serta sifat dasar yang mengarah pada standar yang konsisten dan terdiri atas sifat,
fungsi dan batasan dari akuntansi dan laporan keuangan.
Laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-
prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari
individu, asosiasi, atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi,
dan laporan perubahan ekutas pemilik.
Telah banyak peneliti di bidang akuntasi, baik muslim maupun nonmuslim
yang menelaah teori maupun penelitian tentang tujuan maupun kerangka dasar
atas laporan keuangan syariah. Misalnya, AAOIFI (Accounting and Auditing
Organization For Islamic Financial Institution), Dewan Standar Akuntansi
Indonesia (DSAK) maupun PSAK syariah tentang kerangka dasar penyusun dan
penyajian laporan keuangan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangan syariah-Ikatan Akuntan Indonesia?
2. Apa tujuan dan peranan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan syariah?
3. Aspek apa yang terkait dengan transaksi syariah dan siapa pemakai
laporan keuangan syariah?
4. Apa karakteristik dari kualitatif informasi laporan keuangan syariah?
5. Seperti apa pengakuan dan pengukuran unsur-unsur laporan keuangan?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian


Laporan Keuangan Syariah-Ikatan Akuntan Indonesia
Kerangka dasar merupakan rumusan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Adanya perbedaan
karakteristik antara bisnis yang berlandakan pada syariah dan bisnis konvensional
menyebabkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah (KDPPLKBS) pada
tahun 2002. Kemudian disempurnakan tahun 2007 menjadi Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS).
Penyempurnaan ini dilakukan untuk memperluas cakupannya sehingga tidak
hanya transaksi pada bank syariah saja, melainkan juga pada jenis bisnis lain, baik
berupa entitas syariah maupun entitas konvensional yang bertransaksi dengan
skema syariah.
Berdasarkan pengantar yang disampaikan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan dalam Exposure draft KDPPLKS dan evaluasi penulis terhadap
KDPPLKS yang telah disahkan, terdapat perbedaan sistematika penulisan
KDPPLKS dengan KDPPLKBS (2002). Sistematika dari KDPPLKBS (2002)
hanya menyajikan kerangka dasar yang berbeda atau bersifat tambahan dari
KDPPLK (2004) dan jika tidak diatur secara khusus diasumsikan kerangka dasar
yang ada dalam KDPPLK (1994) dianggap juga berlaku untuk bank syariah.
Sementara itu pada KDPPLKS, seluruh kerangka dasar dituliskan dengan tujuan
agar pengguna dapat lebih mudah memahami KDPPLKS dalam satu kesatuan
secara utuh.
Asumsi dasar KDPPLKS yang disempurnakan meliputi dasar akrual,
kelangsungan usaha (going concern), dan penentuan bagi hasil yang didasarkan
pada dasar kas, pendapatan atau hasil ditentukan dari laba bruto (gross profit).
Komponen laporan keuangan entitas syariah mencerminkan kegiatan komersial,
sosial, serta kegiatan dan tanggung jawab khusus entitas syariah. Unsur neraca
terdiri dari aset, kewajiban, dana syirkah temporer, dan ekuitas. Unsur kinerja
terdiri atas bagi hasil, yang bukan merupakan unsur beban. Dasar pengukuran
unsur dalam laporan keuangan syariah yang dapat digunakan biaya historis, biaya
kini, dan nilai penyelesaian.

2
B. Tujuan dan Peranan Kerangka Dasar Penyusunan Dan
Penyajian Laporan Keuangan Syariah

Berdasarkan KDPPLKS paragraf 1, disebutkan bahwa KDPPLKS bertujuan


sebagai acuan bagi berbagai pihak, antara lain:
1. penyusun standar akuntansi keuangan syariah dalam pelaksanaan tugasnya
membuat standar;
2. penyusun laporan keuangan untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah
yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah;
3. auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum;
4. para pemakai laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang dususun sesuai dengan standar akuntansi keuangan
syariah.
Menurut Wiroso (2011) yang juga anggotaDSAS-IAI, bengunan prinsip
akuntansi syariah diindonesia terdiri dari berbagai lapisan, dengan Al-Qur’an,
Hadits, dan Fatwa Syariah sebagai landasan utama. Lapisan di atasnya adalah
PSAK Syariah, diikuti oleh KDPPLKS Syariah, dan terakhir adalah interprestasi
dan praktik akuntansi syariah. Jika terjadi pertentangan, maka auditor harus
mengikuti perlakuan akuntansi pada lapisan lebih bawah. Akuntansi syariah
memiliki beberapa implikasi, salah satunya adalah tidak digunakannya konsep
pengukuran present value seperti dalam akuntansi konvensional. Hal ini sesuai
dengan (KDPPLK pragraf 100 butir d).
Bangun Prinsip Akuntansi Syariah
Kerangka
Prinsip Akuntansi yang berlaku umum
Untuk Entitas Syariah di Indonesia

Landasan Tingkat 3 Praktik, Konvensi, dan kebiasaan Buku teks/ajar, simpulan riset,
Operasional pelaporan yang sehat sesuai dengan artikel, dan pendapat ahli
atau Landasan syariah
Praktik Tingkat 2 SAK Peraturan
Pedoman atau
International/ Buletin Teknis pemerintahpraktik
negara lain yang untuk industry
akuntansi
sesuai syariah (regulasi)
industry (kajian
asosiasi syariah)
Tingkat 1 PSAK & ISAK Syariah PSAK & ISAK umum yang sesuai
dengan syariah
LANDASAN KONSEPTUAL KDPPLK SYARIAH
LANDASAN SYARIAH FATWA SYARIAH

3
AL HADITS
AL QUR’AN

C. Aspek yang Terkait dengan Transaksi Syariah dan Pemakai


Laporan Keuangan

Paradigma Transaksi Syariah


Transaksi syariah berlandaskan pada paradigma bahwa alam semesta
diciptakan oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan Ilahi) dan sarana
kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan
hakiki secara material dan spiritual (falah). Paradigma dasar ini menekankan
bahwa setiap aktivitas umat manusia memiliki akuntabilitas dan nilai ilahiah
menempatkan perangkat syariah dan akhlak sebagai parameter baik dan buruk,
benar dan salahnya aktivitas usaha. Syariah merupakan ketentuan hukum Islam
yang mengatur aktivitas umat manusia yang berisi perintah dan larangan, baik
yang menyangkut hubungan interaksi vertikal dengan Tuhan maupun interaksi
horizontal dengan sesama makhluk. Prinsip syariah yang berlaku umum dalam
kegiatan muamalah mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan pemangku
kepentingan entitas yang melakukan transaksı syariah. Adapun akhlak merupakan
norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi sesama makhluk agar
hubungan tersebut menjadi saling menguntungkan, sinergis, dan harmonis
(KDPPLKS paragraf 12-14),
Asas Transaksi Syariah
Transaksi syariah didasari oleh lima prinsip utama yang saling berkaitan,
yaitu persaudaraan, keadilan, kemaslahatan, keseimbangan, dan universalisme.
Persaudaraan (ukhuwah) menjadi landasan utama, di mana transaksi bukan
hanya tentang pertukaran barang dan jasa, tetapi juga interaksi sosial dan
harmonisasi untuk mencapai kemanfaatan bersama. Prinsip ini menekankan
pentingnya saling mengenal, memahami, menolong, menjamin, dan bersinergi di
antara semua pihak yang terlibat.
Keadilan (‘adalah) merupakan prinsip fundamental dalam transaksi syariah.
Hal ini diwujudkan dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya dan
memberikan hak sesuai posisinya. Prinsip ini melarang berbagai unsur yang dapat
merugikan salah satu pihak, seperti riba, dzulm, maysir, gharar, ihtikar, najasy,
risywah, ta’alluq, dan penggunaan unsur haram.
Kemaslahatan (maslahah) menjadi tujuan utama dari setiap transaksi syariah.
Transaksi syariah haruslah membawa kebaikan dan manfaat, baik secara duniawi
maupun ukhrawi, material maupun spiritual, serta individual maupun kolektif.

4
Selain itu, transaksi syariah haruslah halal dan thayyib (bermanfaat dan membawa
kebaikan).
Keseimbangan (tawazun) menjadi kunci dalam mencapai kemaslahatan.
Transaksi syariah haruslah memperhatikan keseimbangan berbagai aspek, seperti
material dan spiritual, privat dan publik, keuangan dan riil, bisnis dan sosial, serta
pemanfaatan dan pelestarian. Manfaat dari transaksi syariah tidak hanya
difokuskan pada pemegang saham, tetapi juga harus dapat dirasakan oleh semua
pihak yang terlibat.
Universalisme (syumuliyah) mencerminkan bahwa transaksi syariah terbuka
untuk semua pihak tanpa diskriminasi ras, agama, dan golongan. Prinsip ini
sejalan dengan semangat rahmatan l’alamin (rahmat bagi seluruh alam) yang
menjadi landasan Islam.
Kelima prinsip ini saling melengkapi dan menjadi pedoman utama dalam
setiap transaksi syariah. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, diharapkan
transaksi syariah dapat memberikan manfaat yang optimal bagi semua pihak dan
mewujudkan ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan.
Karakteristik Transaksi Syariah
Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial
maupun aktivitas sosial yang bersifat non-komersial. Transaksi syariah komersial
dapat berapa mvestasi untuk mendapatkan bagi hasil, jual beli barang untuk
mendapatkan laha, dan/atau pemberian layanan a untuk mendapatkan imbalan.
Adapun transaksi syariah non-komersial dapat dilakukan dengan berupa
pemberian atan talangan (qardb), penghimpunan dan penyaluran dana sosial
seperti zakat, infak, sedekah, wakaf, dan hibah (KDPPLKS paragrai 27-29).
Kedua jenis transaksi tersebut harus memenuhi persyaratan syariah, yaitu terbebas
dari hal-hal yang dilarang seperti terbebas dari unsur riba, zulm, maysir, gharar,
haram, ihtikar, ta’alluq, dan (pembahasan detail tentang topik ini dapat dilihat
pada Bab 3).
Pemakai Laporan Keuangan Syariah
Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial;
pemilik dana qardh; pemilik dana pembiayaan mudharabah, pemilik dana titipon;
pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah, dan wakat, pengawas syariah;
karyawan; pemasok dan mitra usaha lainnya; pelanggan; pemerintah, serta
lembaga-lembaganya dan masyarakat. Para pemakai tersebut menggunakan
Laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang berbeda. Berikut
akan dibahas keburuhan informasi bagi masing-masing pemakai laporan keuangan
(KDPPLKS paragrat 9).

5
1. Investor sekarang dan investor potensial. Investor adalah pihak yang
menanamkan dananya. Untuk memiliki usaha yang ada atau yang akan
dilaksanakan. Biasanya, bukti kepemilikan diwujudkan dalam bentuk surat saham.
2. Pemilik dana syirkah temporer. Pemilik dana syirkah temporer adalah individu
atau institusi yang mengmvestasikan dananya pada entitas syariah secara temporer
dengan menggunakan skema bagi hasil.
3. Karyawan. Karyawan dalam hal ini adalah individu yang bekerja pada entitas
syariah atau kelompok-kelompok yang mewakili kepentingan mereka dalam
hubungannya dengan entitas syariah.
4. Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga di bawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan aktivitas entitas Mereka
memerlukan informasi tersebut untuk mengatur aktivitas entitas syariah,
menetapkan kebijakan pajak, serta sebagai dasar menyusun statistik pendapatan
nasional dan statistik lainnya.
D. Karakteristik dari Kualitatif Informasi Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam


laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif
pokok, yaitu dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan.
Dapat Dipahami
Maksud karakteristik dapat dipahami adalah pemakai diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis dengan
ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya
dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar
pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh
pemakai tertentu (KDPPLKS paragraf 45).
Relevan
Maksud karakteristik relevan adalah memiliki kemampuan untuk
memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka
mengevaluasi masa lalu, masa kini, atau masa depan dengan menegaskan atau
mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu (KDPPLKS paragraf 46).
Andal
Informası memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan disajikan secara jujur dari yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan (KDPPLKS paragraf
52).
Dapat Dibandingkan

6
Konsistensi pengukuran dan penyajian laporan keuangan syariah sangat
penting untuk memungkinkan perbandingan posisi dan kinerja keuangan
antarperiode, antarentitas syariah, dan dengan entitas lain. Meskipun konsistensi
diutamakan, standar akuntansi keuangan syariah dapat diperbarui untuk
meningkatkan relevansi dan keandalan. Entitas syariah diwajibkan untuk
mengungkapkan kebijakan akuntansi dan perubahannya, serta informasi periode
sebelumnya dalam laporan keuangan mereka. Hal ini memungkinkan para
pemakai untuk mengidentifikasi perbedaan kebijakan dan menganalisis kinerja
keuangan entitas syariah secara lebih komprehensif.
E. Pengakuan dan Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan

Pengakuan Unsur-Unsur Laporan Keuangan


Pengakuan unsur laporan keuangan syariah merupakan proses memasukkan
pos yang memenuhi kriteria tertentu ke dalam neraca atau laporan laba rugi. Pos
tersebut harus memiliki kemungkinan manfaat ekonomi bagi entitas syariah dan
nilai atau biaya yang dapat diukur secara andal. Aspek materialitas juga
dipertimbangkan, di mana informasi yang memengaruhi keputusan ekonomi
pengguna harus diungkapkan. Unsur utama laporan keuangan syariah meliputi
aset, kewajiban, dana syirkah temporer, penghasilan, dan beban. Pengakuan
unsur-unsur ini membantu pengguna memahami posisi keuangan dan kinerja
entitas syariah.
1. Pengakuan aset. Aset diakui dalam neraca jika besar kemungkinan bahwa
manfaat ekonominya di masa depan diperoleh entitas syariah dan aset tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset tidak diakui
dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya
dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas syariah setelah periode
akuntansi berjalan (KDPPLKS paragraf 116-117).
2. Pengakuan kewajiban. Kewajiban diakui dalam neraca jika besar kemungkinan
bahwa pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan
dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang dan jumlah yang harus
diselesaikan dapat diukur secara andal (KDPPLKS paragraf 118).
3. Pengakuan dana syirkah temporer. Pengakuan dana syirkah temporer dalam
neraca hanya dilakukan jika entitas syariah memiliki kewajiban untuk
mengembalikan dana yang diterima melalui pengeluaran sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi dan jumlah yang harus diselesaikan dapat
diukur secara andal. (KDPPLKS paragraf 119).
4. Pengakuan penghasilan. Pengakuan penghasilan diakui dalam laporan laba rugi
jika kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan
peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur
secara andal. Kriteria yang ditetapkan dalam pengakuan penghasilan adalah
penghasilan tersebut telah diperoleh. Prosedur ini dimaksudkan untuk

7
membatasi pengakuan penghasilan pada pos-pos yang dapat diukur secara
andal dan memiliki derajat kepastian yang cukup (KDPPLKS Paragraf 120-
121).
5. Pengakuan beban. Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan
manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau
peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Beban
diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang
timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Prinsip ini biasanya
disebut dengan pengaitan biaya dengan pendapatan (matching costs with
revenue). Beban juga diakui dalam laporan laba rugi pada saat timbul
kewajiban tanpa adanya aset, seperti apabila kewajiban akibat garansi produk
(KDPPLKS paragraf 122-123).
Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan
Pengukuran dalam laporan keuangan syariah adalah proses menentukan nilai
aset, kewajiban, dan dana syirkah temporer. Dasar pengukuran yang umum
digunakan adalah biaya historis, namun dalam kondisi tertentu dapat
dikombinasikan dengan biaya kini atau nilai realisasi. Revaluasi aset, kewajiban,
dan dana syirkah temporer dapat dilakukan secara periodik untuk meningkatkan
relevansi informasi, asalkan memenuhi kriteria keandalan. Konsep nilai realisasi,
meskipun sulit diterapkan saat ini, dapat digunakan untuk informasi tambahan
akun investasi dan tidak mewajibkan distribusi hasil investasi yang belum
terealisasi. Tujuan pengukuran ini adalah untuk menyajikan informasi keuangan
yang relevan dan andal.

8
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah


(KDPPLKS) merupakan pedoman bagi penyusun standar akuntansi keuangan
syariah, penyusun laporan keuangan, auditor, dan pemakai laporan keuangan
dalam memahami dan menerapkan prinsip akuntansi syariah. KDPPLKS
didasarkan pada landasan syariah dan prinsip akuntansi yang berlaku umum,
dengan mempertimbangkan karakteristik transaksi syariah yang berlandaskan
pada nilai-nilai Islam seperti persaudaraan, keadilan, kemaslahatan,
keseimbangan, dan universalisme.
Laporan keuangan syariah disusun dengan tujuan untuk memberikan
informasi yang relevan dan andal tentang posisi keuangan dan kinerja entitas
syariah kepada para pemakainya. Karakteristik kualitatif informasi laporan
keuangan syariah meliputi dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat
diperbandingkan. Pengakuan dan pengukuran unsur-unsur laporan keuangan
syariah dilakukan berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Secara
keseluruhan, KDPPLKS merupakan kerangka dasar yang komprehensif untuk
penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah yang akuntabel dan
transparan, sehingga dapat membantu para pemakainya dalam membuat
keputusan ekonomi yang tepat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Rahmat Ilyas - Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan


Syariah, 2016
Rizal Jaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim – Akuntansi Perbankan
Syariah: Teori dan Praktik Kontemporer Edisi Ke-2
Rizky Nahriati – Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syariah (KDPPLKS)

10

Anda mungkin juga menyukai