Disusun Oleh:
Mata Kuliah :
Dosen Pengampu :
AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Kelompok 7
DAFTAR ISI
Halaman
Proses akuntansi yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi hingga
penyajian dalam laporan keuangan, memerlukan sebuah kerangka dasar penyusunan
dan penyajian laporan keuangn. Kerangka dasar atau kerangka konseptual akuntansi,
adalah suatu sistem yang melekat dengan tujuan-tujuan serta sifat dasar yang mengarah
pada standar yang konsisten dan terdiri atas sifat, fungsi dan batasan dari akuntansi dan
laporan keuangan.
Dalam makalah ini kami akan membahas kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangna syariah. Pembahasan diawali dengan diskusi tentang
perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah
(KDPPLKS) dan diikuti dengan tujuan KDPPLKS, pemakai laporan keuangan syariah,
tujuan laporan keuangn, asumsi dasar, unsur-unsur laporan keuangan, dan pengakuan
serta pengukuran unsur-unsur laporan keuangan terseut. Relevansi bab ini adalah
sebagai dasar dalam memahami landasan yang digunakan oleh penyusun standar dalam
membuat standar akuntansi standar.
Telah banyak peneliti di bidang akuntansi, baik muslim maupun nonmuslim
yang menelaah teori maupun penelitian tentang tujuan maupun kerangka dasar atas
laporan keuangan syariah. Misalnya, AAOIFI (Accounting and Auditing Organization
for Islamic Financial Institutions), Dewan Standar Akintansi Indonesia (DSAK)
menusun PSAK Syariah tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan.
Kenapa kita mempelajari tentang kerangka dasar laporan keuangan syariah,
yaitu agar kita mampu mengetahui seperti apa kerangka dasar laporan keuangan syariah
setelah mengetahui dasar kerangka laporan keuangan syariah kita akan lebih mudah
untuk membuat laporan keuangan syariah.
1
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syari’ah –Ikatan Akuntan Indonesia?
2. Bagaimana tujuan kerangka dasar dari laporan keuangan syariah?
3. Apa saja Aspek Yang Terkait Dengan Transaksi Syari’ah Dan Pemakai Laporan
Keuangan Syari’ah?
4. Apa Tujuan Laporan Keuangan?
5. Apa saja asumsi-asumsi dasar dari laporan keuangan syariah?
6. Bagaimana Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah?
7. Bagaimana Kendala informasi yang relevan dan andal dalam laporan keuangan
syariah?
Tujuan
1. Untuk mengetahui Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Syari’ah –Ikatan Akuntan Indonesia
2. Untuk mengetahui tujuan kerangka dasr dari laporan keuangan syariah
3. Untuk mengetahui Aspek Yang Terkait Dengan Transaksi Syari’ah Dan Pemakai
Laporan Keuangan Syari’ah
4. Untuk mengetahui Tujuan Laporan Keuangan
5. Untuk Mengetahui asumsi-asumsi dasar dari laporan keuangan syariah
6. Untuk Mengetahui Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah
7. Untuk Mengetahui Kendala informasi yang relevan dan andal dalam laporan
keuangan syariah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
h) dana kebajikan.
4
tanggung jawab sosial yang melekat. Informasi harus berada dalam posisi yang
terbaik untuk melaporkan hal ini.
- Adaptable terhadap perubahan. Peranan akuntansi yang sangat luas menuntut
akuntansi agar peka terhadap tuntutan kebutuhan, agar akuntansi senantiasa dapat
difungsikan oleh masyarakat sesuai tuntutan kebutuhannya.
2.3.2 Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi
hasil evaliuasi mereka di masa lalu. Relevan berarti juga harus berguna untuk
peramalan dan penegasan atas transaksi yang berkaitan satu sama lain.
2.3.3 Keandalan
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan pemakaianya sebagai penyajian yang tulus atau jujur
dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
Informasi mungkin relevan tapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan
maka mengunakan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya,
5
jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan hukum masih
dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi entitas syariah untuk mengakui jumlah
seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan
jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut.
Agar dapat dikatakan andal maka infromasi harus memenuhi hal sebagai
berikut:
6
2.4 Bentuk Laporan Keuangan
Laporan keuangan entitas syariah terdiri atas berikut ini.
a. Dasar akrual
Dengan menggunakan asumsi dasar penyusunan laporan keuangan ini
(dasar akrual) maka aktiva, kewajiban, ekuitas (modal), pendapatan, dan beban
diakui pada saat kejadian, bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau
dikeluarkan. Dan kemudian hal tersebut dicatat dan disajikan dalam laporan
keuangan di periode yang bersangkutan.
7
Berdasarkan asumsi dasar penyusunan laporan keuangan ini,
pendapatan dilaporkan pada saat terjadi, dan biaya dilaporkan pada saat biaya
itu terjadi. Contoh, walaupun perusahaan belum menerima uang dari konsumen
yang membeli secara kredit, perusahaan sudah mencatat sebagai pendapatan.
Begitu juga jika perusahaan membeli perlengkapan usaha secara kredit,
pengeluaran itu sudah dianggap biaya, meskipun perusahaan belum
mengeluarkan uang.
Kebalikan dari dasar akrual, yaitu cash basic, yaitu pengaruh transaksi
dan peristiwa lain diakui pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Dan, dicatat dalam akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada
periode yang bersangkutan.
Dengan pendekatan ini, pendapatan dilaporkan pada saat uang telah
diterima, dan biaya dilaporkan pada saat uang dikeluarkan. Misalnya, penjualan
hanya dicatat ketika perusahaan menerima uang dari konsumen, dan biaya sewa
dicatat hanya ketika perusahaan sudah membayar sewa kepada si penyewa.
b. Kelangsungan Usaha (Going Concern Concept)
Dengan asumsi dasar kelangsungan usaha, laporan keuangan harus
disusun atas dasar perusahaan akan melanjutkan usahanya di masa depan,
karena itu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud membubarkan atau
mengurangi secara material skala usahanya. Apabila perusahaan ingin
membubarkan atau mengurangi skala usaha secara material, maka laporan
keuangan harus disusun dengan asumsi dasar yang berbeda, dan asumsi dasar
yang digunakan harus diungkapkan.
Pihak manajemen harus mempertimbangkan apakah asumsi
kelangsungan usaha masih layak digunakan dalam menyiapkan laporan
keuangan. Sebagai bahan pertimbangan, manajemen memerhatikan semua
informasi masa depan yang relevan sedikitnya untuk jangka waktu dua belas
bulan dari tanggal neraca. Tingkat pertimbangan bergantung pada peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam perusahaan. Jika selama ini perusahaan
menghasilkan laba dan mempunyai akses ke sumber pembiayaan maka asumsi
kelangsungan usaha dapat digunakan tanpa melalui analisis rinci.
8
2.6 Kendala Informasi yang Relevan dan Andal
Kendala Informasi yang Relevan dan Andal adalah sebagai berikut:
1. Tepat Waktu.
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka
informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin
perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan
ketentuan informasi andal. Untuk menyediakan informasi tepat waktu, sering
kali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya
diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan
ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin
sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan. Dalam usaha
mencapai keseimbangan antara relevansi dan keandalan, kebutuhan pengambil
keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan.mencapai keseimbangan
antara relevansi dan keandalan, kebutuhan pengambil keputusan merupakan
pertimbangan yang menentukan.
2. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat.
Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala
yang dapat terjadi (pervasive) daripada suatu karakteristik kualitatif. Manfaat
yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Namun
demikian, secara substansi evaluasi biaya dan manfaat merupakan suatu proses
pertimbangan (judgement process). Biaya tidak harus dipikul oleh mereka yang
menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pemakai lain di
samping mereka yang menjadi tujuan penyampaian informasi. Karena alasan
inilah maka sulit untuk mengaplikasikan uji biaya-manfaat pada kasus tertentu.
Namun demikian, dewan penyusun standar akuntansi syariah, seperti juga para
penyusun dan pemakai laporan keuangan, harus menyadari kendala ini.
oleh karena itu, kita akan sulit mengaplikasikan uji biaya-manfaat pada
kasus tertentu sehingga perlu disadari dan dijadikan pertimbangan oleh juga
para penyusun dan pemakai laporan keuangan, Dalam praktik keseimbangan
diantara berbagai karakteristik kualitatif sering diperlukan, Pada umumnya,
tujuan untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai
karakteristik adalah untuk memenuhi tujuan laporan keuangan. Pada akhirnya,
9
kepentingan relatif dari berbagai karakteristik dalam berbagai kasus yang
berbeda akan diselesaikan melalui pertimbangan profesional.
Dalam ciri karakteristik kualitatif tidak dijelaskan mengenai konsep
khusus tentang penyajian wajar. Namun, dalam penerapan, muara dari
karakteristik kualitatif pokok dan standar akuntansi keuangan yang sesuai
biasanya akan terlihat pada laporan keuangan yang menggambarkan apa yang
pada umumnya dipahami suatu pandangan yang wajar dari atau menyajikan
dengan wajar.
10
menjadi setoran modal pemegang saham, saldo laba, penyisihan saldo laba,
dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal.
11
akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang
normal. Dasar pengukuran ini yang lazim digunakan entitas Syariah dalam
penyusunan laporan keuangan.
2. Biaya kini (current cost)
Asset dinilai dalam jumlah kas atau setara kas yang seharusnya dibayar bila
asset yang sama atau setara diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam
jumlah kas atau setara kas yang tidak didiskonkan (undiscounted) yang
memungkinkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang.
3. Nilai realisasi atau penyelesaian (realizable or settlement value)
Asset dinyatakan dalam jumlah kas atau setara kas yang dapat diperoleh
sekarang dengan menjual asset dalam pelepasan normal (orderly disposal).
Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian yaitu jumlah kas atau setara
kas yang didiskonkan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban dalam pelaksanaa usaha normal.
2.9 Laporan Keuangan Entitas Syariah (ED PSAK 101 (Revisi 2014))
Laporan keuangan ini disajikan oleh entitas yang melakukan transaksi Syariah
pada anggaran dasarnya. Terminology dalam PSAK ini dapat digunakan oleh entitas
yang berorientasi laba, sedangkan untuk entitas yang tidak berorientasi laba atau
memiliki untuk ekuitas yang berbeda perlu menyesuaikan deskripsi pada beberapa pos
keuangan. Komponen laporan keuangan entitas antara lain;
12
laporan arus kas, 2 Laporan sumber dan penggunaan zakat, 2 Laporan sumber
dan penggunaan dana kebajikan, 2 Catatan atas laporan keuangan.
Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan Ketika entitas
Syariah menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau melakukan
penyajian Kembali pos laporan keuangan atau Ketika entitas Syariah mengklasifikasi
pos dalam laporan keuangan. Berikut adalah salah satu contoh laporan keuangan entitas
syariah :
2.10 Laporan Keuangan Bank Syariah (ED PSAK 101 (Revisi 2014))
Laporan keuangan bank Syariah yang lengkap terdiri atas :
1. Laporan posisi keuangan
2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil
6. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat
7. Laporan sumber dan dana kebajikan
8. Catatan atas laporan keuangan
Berikut adalah salah satu contoh laporan keuangan bank syariah :
13
2.11 Laporan Keuangan Asuransi Syariah (ED PSAK 101 (Revisi 2010))
Laporan keuangan asuransi Syariah yang lengkap terdiri atas :
1. Laporan posisi keuangan
2. Laporan surplus defisit underwriting dana tabarru’
3. Laporan perubahan dana tabarru’
4. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
5. Laporan perubahan ekuitas
6. Laporan arus kas
7. Laporan sumber dan penyaluran dana zakat
8. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan
9. Catatan atas laporan keuangan
14
Berikut adalah ilustrasi laporan keuangan asuransi syariah :
15
Berikut adalah salah satu contoh laporan keuangan amil :
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerangka dasar merupakan rumusan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Adanya perbedaan karakteristik
antara bisnis yang berlandaskan pada syariah dengan bisnis konvensional menyebabkan
ikatan akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keungan bank syari’ah (KDPPLKBS) pada tahun 2002. KDPPLKBS selanjutnya di
sempurnakan pada tahun 2007 menjadi lkerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan syari’ah (KDPPLKS). Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari
penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku
untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah maupun entitas
konvensional baik sektor publik maupun sektor swasta.
17
DAFTAR PUSTAKA
Qamar, Nurul. 2021. “Makalah Kerangka Penyusunan dan Penyajian Lapran Keuangan
Syariah”.https://www.academia.edu/28637703/MAKALAH_Kerangka_Penyusuna
n_dan_Penyajian_Lapran_Keuangan_Syariah, diakses 8 Agustus 2021.
18