Anda di halaman 1dari 21

FORMULASI TUJUAN DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

Disusun Oleh:

Adelia Diva Andini 01031282025084

Ananda Tiara Restu Anjely 01031282025091

Maharani Zetira 01031282025079

Nurani Rama Dwi Putri 01031282025092

Mata Kuliah :

Akuntansi Syariah Kelas A

Dosen Pengampu :

Media Kusumawardani, SE., M.Si.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS

EKONOMI UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN

AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Formulasi Tujuan Dasar Laporan Keuangan Syariah” tepat pada waktunya.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan banyak informasi,
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas kepada kita semua. Saya menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran guna membangun dan mengevaluasi. Terima
kasih.

Palembang, September 2021

Kelompok 7
DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR ISI ....................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3.Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 3
2.1. Pengertian Laporan Keuangan ...................................................... 3
2.2. Tujuan Laporan Keuangan ............................................................ 3
2.3. Karakteristik Laporan Keuangan .................................................. 5
2.3.1 Dapat dipahami .................................................................... 5
2.3.2 Relevan ................................................................................ 5
2.3.3 Keandalan ............................................................................ 5
2.3.4 Dapat dibandingkan ............................................................. 6
2.4. Bentuk Laporan Keuangan ............................................................ 7
2.5. Asumsi Dasar Laporan Keuangan ................................................. 7
2.6. Kendala Informasi yang Relevan dan Andal ................................ 9
2.7. Unsur-unsur Laporan Keuangan ................................................... 10
2.8. Pengukuran Unsur Laporan Keuangan ......................................... 11
2.9. Laporan Keuangan Entitas Syariah(ED PSAK 101(Revisi 2014)) 12
2.10. Laporan Keuangan Bank Syariah(ED PSAK 101(Revisi 2014)) 13
2.11. Laporan Keuangan Asuransi Syariah(ED PSAK 101(Revisi 2014)) 14
2.12. Laporan Keuangan Amil (ED PSAK 101(Revisi 2014)) ............ 15
BAB III PENUTUP ............................................................................ 17
3.1. Kesimpulan ................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wacana akuntansi syari’ah di Indonesia perlu dikembangkan tidak saja pada
level filosofis, tetapi kearah teori yang lebih konkrit. Makalah ini bertujuan untuk
memberikan kontribusi bagi akuntansi syaria’ah pada level teori, yaitu khususnya
Memformulasikan tujuan dasar (basic objectives) dari laporan keuangan (financial
statements) akuntansi syari’ah.

Proses akuntansi yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi hingga
penyajian dalam laporan keuangan, memerlukan sebuah kerangka dasar penyusunan
dan penyajian laporan keuangn. Kerangka dasar atau kerangka konseptual akuntansi,
adalah suatu sistem yang melekat dengan tujuan-tujuan serta sifat dasar yang mengarah
pada standar yang konsisten dan terdiri atas sifat, fungsi dan batasan dari akuntansi dan
laporan keuangan.

Dalam makalah ini kami akan membahas kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangna syariah. Pembahasan diawali dengan diskusi tentang
perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah
(KDPPLKS) dan diikuti dengan tujuan KDPPLKS, pemakai laporan keuangan syariah,
tujuan laporan keuangn, asumsi dasar, unsur-unsur laporan keuangan, dan pengakuan
serta pengukuran unsur-unsur laporan keuangan terseut. Relevansi bab ini adalah
sebagai dasar dalam memahami landasan yang digunakan oleh penyusun standar dalam
membuat standar akuntansi standar.
Telah banyak peneliti di bidang akuntansi, baik muslim maupun nonmuslim
yang menelaah teori maupun penelitian tentang tujuan maupun kerangka dasar atas
laporan keuangan syariah. Misalnya, AAOIFI (Accounting and Auditing Organization
for Islamic Financial Institutions), Dewan Standar Akintansi Indonesia (DSAK)
menusun PSAK Syariah tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan.
Kenapa kita mempelajari tentang kerangka dasar laporan keuangan syariah,
yaitu agar kita mampu mengetahui seperti apa kerangka dasar laporan keuangan syariah
setelah mengetahui dasar kerangka laporan keuangan syariah kita akan lebih mudah
untuk membuat laporan keuangan syariah.

1
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syari’ah –Ikatan Akuntan Indonesia?
2. Bagaimana tujuan kerangka dasar dari laporan keuangan syariah?
3. Apa saja Aspek Yang Terkait Dengan Transaksi Syari’ah Dan Pemakai Laporan
Keuangan Syari’ah?
4. Apa Tujuan Laporan Keuangan?
5. Apa saja asumsi-asumsi dasar dari laporan keuangan syariah?
6. Bagaimana Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah?
7. Bagaimana Kendala informasi yang relevan dan andal dalam laporan keuangan
syariah?

Tujuan
1. Untuk mengetahui Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Syari’ah –Ikatan Akuntan Indonesia
2. Untuk mengetahui tujuan kerangka dasr dari laporan keuangan syariah
3. Untuk mengetahui Aspek Yang Terkait Dengan Transaksi Syari’ah Dan Pemakai
Laporan Keuangan Syari’ah
4. Untuk mengetahui Tujuan Laporan Keuangan
5. Untuk Mengetahui asumsi-asumsi dasar dari laporan keuangan syariah
6. Untuk Mengetahui Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah
7. Untuk Mengetahui Kendala informasi yang relevan dan andal dalam laporan
keuangan syariah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Laporan Keuangan Syariah


Laporan keuangan perbankan syariah menurut PSAK 101 merupakan laporan
keuangan yang menyajikan entitas syariah untuk tujuan umum yang disusun dan
disajikan sesuai dengan PSAK. Secara umum laporan keuangan pada sektor perbankan
syariah, sama seperti sektor lainnya, adalah untuk menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan aktifitas operasi
bank yang bermanfaat dalam mengambil keputusan.
Menurut Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, PT Bumi Aksara, Jakarta,
2004, Hlmn 38 laporan keuangan syariah adalah bagaimana lembaga keuangan syariah
tersebut menyajikan laporan keuangan syariah sesuai yang belaku dilembaga keuangan
syariah itu sendiri. Sehinga laporan keuangan syariah adalah laporan yang dibuat
khusus dari pihak lembaga keuangan syariah sesuai dengan ketentuan standar akutansi
syariah yaitu mengacu pada PSAK dan KDPPLKS.

2.2 Tujuan Laporan Keuangan Syariah


Dalam PSAK 101 Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas syariah
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban
(stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai entitas syariah yang meliputi:
a) aset;
b) kewajiban;
c) dana syirkah temporer;
d) ekuitas;
e) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
f) arus kas;
g) dana zakat; dan

3
h) dana kebajikan.

Berdasarkan paragraf 30 KDPPLKS (Kerangka Dasar Penyusunan dan


Penyajian Laporan Keuangan Syariah), bahwa tujuan laporan keuangan syariah adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Selain itu, terdapat tujuan tambahan terkait
laporan keuangan syariah, yaitu:

- Mengingkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan


kegiatan usaha;
- Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi aset,
kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, bila
ada dan bagaimana perolehan dan penggunaannya
- Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas
syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada
tingkat keuntungan yang layak;
- Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal
dan pemilik dana syirkah temporer; dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban
(obligation) fungsi sosial entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran
zakat, infak, sedekah, dan wakaf.

Sedangkan menurut Khan (1992) tujuan laporan keuangan akuntansi syariah


sebagai berikut:

- Meningkatkan dan menilai efisiensi kepemimpinan. Sistem akuntansi harus mampu


memberikan standar untuk menjamin bahwa manajemen mengikuti kebijakan-
kebijakan yang sehat.
- Ketaatan pada kebijakan syariah. Setiap aktivitas yang dijalankan oleh entittas
usaha harus dapat dinilai hukum halal-haramnya.
- Ketertarikan pada keadilan. Dalam rangka mewujudkan tujuan umum dari syariah
adalah menciptakan maslahah, maka penegakan keadilan adalah mutlak adanya.
- Melaporkan dengan benar. Entitas usaha harus bertanggung jawab kepada
masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian berarti entitas usaha memiliki

4
tanggung jawab sosial yang melekat. Informasi harus berada dalam posisi yang
terbaik untuk melaporkan hal ini.
- Adaptable terhadap perubahan. Peranan akuntansi yang sangat luas menuntut
akuntansi agar peka terhadap tuntutan kebutuhan, agar akuntansi senantiasa dapat
difungsikan oleh masyarakat sesuai tuntutan kebutuhannya.

2.3 Karakteristik Laporan Keuangan


2.3.1 Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai
diasumsikan untuk memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan
bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang
wajar. Namun demikian, informasi yang kompleks yang seharuskan dimasukkan dalam
laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa
informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.

2.3.2 Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi
hasil evaliuasi mereka di masa lalu. Relevan berarti juga harus berguna untuk
peramalan dan penegasan atas transaksi yang berkaitan satu sama lain.

Relevan juga di pengaruhi oleh hakikat dan tingkat materialitasnya. Materialitas


ditentukan berdasarkan pengaruh kelalaian (ambang batas) terhadap keputusan
ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. Oleh karena itu,
materialitas dipengaruhi oleh besarnya kesalahan dalam mencantumkan atau
pencatatan.

2.3.3 Keandalan
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan pemakaianya sebagai penyajian yang tulus atau jujur
dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
Informasi mungkin relevan tapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan
maka mengunakan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya,

5
jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan hukum masih
dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi entitas syariah untuk mengakui jumlah
seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan
jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut.

Agar dapat dikatakan andal maka infromasi harus memenuhi hal sebagai
berikut:

a. Menggambarkan dengan jujur transaksi (penyajian jujur).


b. Dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang sesuai
dengan prinsip syariah dan bukan hanya bentuk hukumnya (substansi mengungguli
bentuk)
c. Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan pihak tertentu saja.
d. Didasarkan oleh pertimbangan yang sehat dalam hal menghadapi ketidakpastian
peristiwa dan keadaan tertentu. Pertimbangan ini mengandung unsur kehati-hatian
pada saat melakukan perkiraan atas ketidakpastian tersebut.
e. Lengkap dalam Batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak
mengungkapkan akan berakibat informasi menjadi tidak benar sehingga menjadi
tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna

2.3.4 Dapat Dibandingkan


Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan entisas syariah antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keungan. Pemakai
juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar entitas syariah untuk
mengevaluasai posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
Oleh karena itu, pembandingan berupa pengukuran dan penyajian dampak keuangan
dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk
entitas syariah tersebut, atar periode entitas syariah yang sama, untuk entitas syariah
yang berbeda, maupun dengan entitas yang lain.

Agar dapat dibandingkan, informasi tentang kebijakan akuntansi yang


digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta
pengaruh perubahan tersebut juga harus diungkapkan termasuk ketaatan atas standar
akutansi yang berlaku.

6
2.4 Bentuk Laporan Keuangan
Laporan keuangan entitas syariah terdiri atas berikut ini.

1. Posisi Keuangan Entitas Syariah, disajikan sebagai neraca. Laporan ini


menyajikan informasi tentang sumber daya yang dikendalikan, struktur
keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan. Laporan ini berguna untuk memprediksi kemampuan
perusahaan di masa yang akan dating
2. Informasi Kinerja Entitas Syariah, disajikan dalam laporan laba rugi.
Laporan ini diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya
ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan.
3. Informasi Perubahan Posisi Keuangan Entitas Syariah, yang disusun
berdasarkan definisi dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja,
asset likuid atau kas. Kerangka ini tidak mendefinisikan dana secara spesifik.
Tetapi, melalui laporan ini dapat diketahui aktivitas investasi, pendanaan
operasi selama periode pelaporan.
4. Informasi Lain, Laporan Penjelasan tentang Pemenuhan Fungsi Sosial Entitas
Syariah. Merupakan informasi yang tidak diatur secara khusus tetapi relevan
bagi pengambilan keputusan sebagian besar pengguna laporan keuangan.
5. Catatan dan Skedul Tambahan, merupakan penampung dari informasi
tambahan yang relevan termasuk pengungkapan tentang risiko dan
ketidakpastian yang memengaruhi entitas. Informasi tentang segmen industry
dan geografi serta pengaruh perubahan harga terhadap entitas juga dapat
disajikan.

2.5 Asumsi Dasar Laporan Keuangan Syariah


Asumsi dasar yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan terdiri atas dasar
akrual dan dasar kelangsungan usaha.

a. Dasar akrual
Dengan menggunakan asumsi dasar penyusunan laporan keuangan ini
(dasar akrual) maka aktiva, kewajiban, ekuitas (modal), pendapatan, dan beban
diakui pada saat kejadian, bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau
dikeluarkan. Dan kemudian hal tersebut dicatat dan disajikan dalam laporan
keuangan di periode yang bersangkutan.
7
Berdasarkan asumsi dasar penyusunan laporan keuangan ini,
pendapatan dilaporkan pada saat terjadi, dan biaya dilaporkan pada saat biaya
itu terjadi. Contoh, walaupun perusahaan belum menerima uang dari konsumen
yang membeli secara kredit, perusahaan sudah mencatat sebagai pendapatan.
Begitu juga jika perusahaan membeli perlengkapan usaha secara kredit,
pengeluaran itu sudah dianggap biaya, meskipun perusahaan belum
mengeluarkan uang.
Kebalikan dari dasar akrual, yaitu cash basic, yaitu pengaruh transaksi
dan peristiwa lain diakui pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Dan, dicatat dalam akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada
periode yang bersangkutan.
Dengan pendekatan ini, pendapatan dilaporkan pada saat uang telah
diterima, dan biaya dilaporkan pada saat uang dikeluarkan. Misalnya, penjualan
hanya dicatat ketika perusahaan menerima uang dari konsumen, dan biaya sewa
dicatat hanya ketika perusahaan sudah membayar sewa kepada si penyewa.
b. Kelangsungan Usaha (Going Concern Concept)
Dengan asumsi dasar kelangsungan usaha, laporan keuangan harus
disusun atas dasar perusahaan akan melanjutkan usahanya di masa depan,
karena itu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud membubarkan atau
mengurangi secara material skala usahanya. Apabila perusahaan ingin
membubarkan atau mengurangi skala usaha secara material, maka laporan
keuangan harus disusun dengan asumsi dasar yang berbeda, dan asumsi dasar
yang digunakan harus diungkapkan.
Pihak manajemen harus mempertimbangkan apakah asumsi
kelangsungan usaha masih layak digunakan dalam menyiapkan laporan
keuangan. Sebagai bahan pertimbangan, manajemen memerhatikan semua
informasi masa depan yang relevan sedikitnya untuk jangka waktu dua belas
bulan dari tanggal neraca. Tingkat pertimbangan bergantung pada peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam perusahaan. Jika selama ini perusahaan
menghasilkan laba dan mempunyai akses ke sumber pembiayaan maka asumsi
kelangsungan usaha dapat digunakan tanpa melalui analisis rinci.

8
2.6 Kendala Informasi yang Relevan dan Andal
Kendala Informasi yang Relevan dan Andal adalah sebagai berikut:

1. Tepat Waktu.
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka
informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin
perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan
ketentuan informasi andal. Untuk menyediakan informasi tepat waktu, sering
kali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya
diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan
ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin
sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan. Dalam usaha
mencapai keseimbangan antara relevansi dan keandalan, kebutuhan pengambil
keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan.mencapai keseimbangan
antara relevansi dan keandalan, kebutuhan pengambil keputusan merupakan
pertimbangan yang menentukan.
2. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat.
Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala
yang dapat terjadi (pervasive) daripada suatu karakteristik kualitatif. Manfaat
yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Namun
demikian, secara substansi evaluasi biaya dan manfaat merupakan suatu proses
pertimbangan (judgement process). Biaya tidak harus dipikul oleh mereka yang
menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pemakai lain di
samping mereka yang menjadi tujuan penyampaian informasi. Karena alasan
inilah maka sulit untuk mengaplikasikan uji biaya-manfaat pada kasus tertentu.
Namun demikian, dewan penyusun standar akuntansi syariah, seperti juga para
penyusun dan pemakai laporan keuangan, harus menyadari kendala ini.
oleh karena itu, kita akan sulit mengaplikasikan uji biaya-manfaat pada
kasus tertentu sehingga perlu disadari dan dijadikan pertimbangan oleh juga
para penyusun dan pemakai laporan keuangan, Dalam praktik keseimbangan
diantara berbagai karakteristik kualitatif sering diperlukan, Pada umumnya,
tujuan untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai
karakteristik adalah untuk memenuhi tujuan laporan keuangan. Pada akhirnya,

9
kepentingan relatif dari berbagai karakteristik dalam berbagai kasus yang
berbeda akan diselesaikan melalui pertimbangan profesional.
Dalam ciri karakteristik kualitatif tidak dijelaskan mengenai konsep
khusus tentang penyajian wajar. Namun, dalam penerapan, muara dari
karakteristik kualitatif pokok dan standar akuntansi keuangan yang sesuai
biasanya akan terlihat pada laporan keuangan yang menggambarkan apa yang
pada umumnya dipahami suatu pandangan yang wajar dari atau menyajikan
dengan wajar.

2.7 Unsur-unsur Laporan Keuangan


1. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang
terdiri atas laporan keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, serta laporan
perubahan ekuitas.
Posisi Keuangan, unsur yang berkaitan langsung ialah;
a. Asset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas Syariah sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan
diharapkan akan diperoleh entitas Syariah.
b. Kewajiban merupakan utang entitas Syariah masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar
dari sumber daya entitas Syariah yang mengandung manfaat ekonomi.
c. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan
jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya di mana entitas
Syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana
tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan. Dana
syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai kewajiban, karena entitas
Syariah tidak berkewajiban untuk menggembalikan dana awal dari pemilik
dana Ketika mengalami kerugian kecuali akibat kelalaian atau wanprestasi
entitas Syariah. Dana syirkah temporer juga tidak digolongkan sebagai
ekuitas karena mempunyai waktu jatuh tempo dan tidak memiliki hak
kepemilikan yang sama dengan pemegang saham
d. Ekuitas adalah hak residual atas asset entitas Syariah setelah dikurangi
semua kewajiban dan dana syirkah temporer. Ekuitas disubklasifikasikan

10
menjadi setoran modal pemegang saham, saldo laba, penyisihan saldo laba,
dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal.

Kinerja, unsur langsung yang berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih


(laba) sebagai berikut;

a. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu


periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan asset atau
penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanaman modal. Penghasilan meliputi pendapatan
(revenues) maupun keuntungan (gain).
b. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya asset atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurutan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal, termasuk beban untuk pelaksanaan
entitas Syariah maupun kerugian yang timbul.
c. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian bagi
hasil pemilik dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi Bersama
entitas Syariah dalam suatu periode laporan keuangan. Hak pihak ketiga atas
bagi hasil tidak bisa dikelompokkan sebagai beban (Ketika untung) atau
pendapatan (Ketika rugi). Namun, Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana
merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas
investasi yang dilakukan Bersama dengan entitas Syariah.
2. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan social, meliputi
laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan
penggunaan data kebajikan.
3. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan
tanggung jawab khusus entitas Syariah tersebut.

2.8 Pengukuran Unsur Laporan Keuangan


1. Biaya historis (historical cost)
Asset dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara kas yang dibayar sebesar nilai
wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh asset.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban
(obligation) atau dalam keadaan tertentu, dalam jumlah kas, yang di harapkan

11
akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang
normal. Dasar pengukuran ini yang lazim digunakan entitas Syariah dalam
penyusunan laporan keuangan.
2. Biaya kini (current cost)
Asset dinilai dalam jumlah kas atau setara kas yang seharusnya dibayar bila
asset yang sama atau setara diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam
jumlah kas atau setara kas yang tidak didiskonkan (undiscounted) yang
memungkinkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang.
3. Nilai realisasi atau penyelesaian (realizable or settlement value)
Asset dinyatakan dalam jumlah kas atau setara kas yang dapat diperoleh
sekarang dengan menjual asset dalam pelepasan normal (orderly disposal).
Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian yaitu jumlah kas atau setara
kas yang didiskonkan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban dalam pelaksanaa usaha normal.

2.9 Laporan Keuangan Entitas Syariah (ED PSAK 101 (Revisi 2014))
Laporan keuangan ini disajikan oleh entitas yang melakukan transaksi Syariah
pada anggaran dasarnya. Terminology dalam PSAK ini dapat digunakan oleh entitas
yang berorientasi laba, sedangkan untuk entitas yang tidak berorientasi laba atau
memiliki untuk ekuitas yang berbeda perlu menyesuaikan deskripsi pada beberapa pos
keuangan. Komponen laporan keuangan entitas antara lain;

1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode;


2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama peride;
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode;
4. Laporan arus kas selama peride;
5. Laporan sumber dan penyaluran dana zakat selama periode;
6. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan selama periode;
7. Catatan atas laporan keuangan: ringkasan kebijakan akuntansi penting dan
informasi penjelasan lain;
8. Informasi komparatif mengenai periode sebelumnya: 2 laporan posisi keuangan,
2 laporan laba rugi penghasilan komprehensif lain, 2 laporan perubahan modal, 2

12
laporan arus kas, 2 Laporan sumber dan penggunaan zakat, 2 Laporan sumber
dan penggunaan dana kebajikan, 2 Catatan atas laporan keuangan.
Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan Ketika entitas
Syariah menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau melakukan
penyajian Kembali pos laporan keuangan atau Ketika entitas Syariah mengklasifikasi
pos dalam laporan keuangan. Berikut adalah salah satu contoh laporan keuangan entitas
syariah :

2.10 Laporan Keuangan Bank Syariah (ED PSAK 101 (Revisi 2014))
Laporan keuangan bank Syariah yang lengkap terdiri atas :
1. Laporan posisi keuangan
2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil
6. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat
7. Laporan sumber dan dana kebajikan
8. Catatan atas laporan keuangan
Berikut adalah salah satu contoh laporan keuangan bank syariah :

13
2.11 Laporan Keuangan Asuransi Syariah (ED PSAK 101 (Revisi 2010))
Laporan keuangan asuransi Syariah yang lengkap terdiri atas :
1. Laporan posisi keuangan
2. Laporan surplus defisit underwriting dana tabarru’
3. Laporan perubahan dana tabarru’
4. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
5. Laporan perubahan ekuitas
6. Laporan arus kas
7. Laporan sumber dan penyaluran dana zakat
8. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan
9. Catatan atas laporan keuangan

14
Berikut adalah ilustrasi laporan keuangan asuransi syariah :

PT ASURANSI SYARIAH " KATANYA SYAR'I"


Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Per 31 Desember 20x3
Aset Kewajiban
Kas xxx Penyisihan Kontribusi yg blm menjadi hak xxx
Piutang Kontribusi xxx Utang Klaim xxx
Piutang Reasuransi xxx Klaim yang sudah terjadi namun belum dilaporkan
Pembiayaan …….
Mudharabah xxx Jumlah Kewajiban xxx
Musyarakah xxx Dana Peserta
…….. xxx Dana Syirkah Temporer xxx
……. xxx Dana Tabarru xxx
Jumlah Dana Peserta xxx
Ekuitas
Modal disetor xxx
…… xxx
Jumlah Ekuitas xxx
Jumlah Aset xxx Jumlah Kewajiba, Dana Peserta dan Ekuitas xxx

2.12 Laporan Keuangan Amil (ED PSAK 101 (Revisi 2014))


Laporan Keuangan amil yang lengkap terdiri atas :
1. Laporan posisi keuangan
2. Laporan perubahan dana
3. Laporan perubahan asset kelolaan
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan

15
Berikut adalah salah satu contoh laporan keuangan amil :

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerangka dasar merupakan rumusan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Adanya perbedaan karakteristik
antara bisnis yang berlandaskan pada syariah dengan bisnis konvensional menyebabkan
ikatan akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keungan bank syari’ah (KDPPLKBS) pada tahun 2002. KDPPLKBS selanjutnya di
sempurnakan pada tahun 2007 menjadi lkerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan syari’ah (KDPPLKS). Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari
penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku
untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah maupun entitas
konvensional baik sektor publik maupun sektor swasta.

Tujuan laporan keuangan menurut KDPPLKS adalah menyediakan informasi yang


menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Yulianingsih, Feby. 2018. “Makalah Laporan Keuangan Syariah”.


https://www.academia.edu/35974004/MAKALAH_LAPORAN_KEUANGAN_S
YARIAH_SEKOLAH_TINGGI_AGAMA_ISLAM_STAI_YASNI_MUARA_BU
NGO, diakses 7 Agustus 2021.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.101”.


https://abufadilah.files.wordpress.com/2011/07/psak-101.pdf, diakses 7 Agustus
2021.

Gustani. 2020. “Jenis dan Contoh Laporan Keuangan Lembaga Zakat”.


https://www.gustani.id/2020/05/jenis-dan-contoh-laporan-keuangan.html, diakses 8
Agustus 2021.

Zaky, Achmad. 2021. “Laporan Keuangan Entitas Syariah”. https://adoc.pub/akuntansi-dan-


keuangan-syariah151704547787218.html, diakses 8 Agustus 2021.

Anonim. 2021. “Contoh Laporan Posisi Keuangan Bank Syariah”.


https://nusagates.com/gambar/contoh-laporan-posisi-keuangan-bank-syariah/,
diakses 8 Agustus 2021.

Qamar, Nurul. 2021. “Makalah Kerangka Penyusunan dan Penyajian Lapran Keuangan
Syariah”.https://www.academia.edu/28637703/MAKALAH_Kerangka_Penyusuna
n_dan_Penyajian_Lapran_Keuangan_Syariah, diakses 8 Agustus 2021.

Nurhayati S – Wasilah. 2017. “Akuntansi Syariah Di Indonesia “ . Jakarta: Salemba empat

18

Anda mungkin juga menyukai