Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan,


kompensasi, ganti rugi, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau
kewajiban dengan pemberi jasa lain. Kewajiban pemerintah dapat juga timbul dari
pengadaan barang dan jasa dari pihak ketiga yang belum dibayar pemerintah
pada akhir tahun anggaran.
Disamping kewajiban-kewajiban di atas, ada juga
kewajiban-kewajiban yang jumlah dan waktu pembayarannya
belum pastiyang disebut kewajiban kontinjensi. Kewajiban
kontinjensi adalah kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa
masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya
atau tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa
datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali suatu
entitas. Misalnya Pemerintah memberikan penjaminan atas
tabungan masyarakat di lembaga perbankan, informasi ini
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Akuntansi kewajiban pemerintah diatur dalam peraturan pemerintah
(PP) nomor 24 tahun 2005 dalam standar akuntansi pemerintahan pernyataan
No.09 (PSAP) tentang Akuntansi Kewajiban. Kewajiban adalah utang yang
timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran
keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Dalam konteks pemerintahan,
kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan yang
berasal dari pinjaman. Pinjaman tersebut dapat berasal dari masyarakat,
lembaga keuangan, pemerintah lain, atau lembaga internasional. Kewajiban
pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada
pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan,
kompensasi, ganti rugi, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau
kewajiban dengan pemberi jasa lain. Kewajiban pemerintah dapat juga timbul
dari pengadaan barang dan jasa dari pihak ketiga yang belum dibayar
pemerintah pada akhir tahun anggaran.
Disamping kewajiban-kewajiban di atas, ada juga
kewajiban-kewajiban yang jumlah dan waktu pembayarannya
belum pastiyang disebut kewajiban kontinjensi. Kewajiban
kontinjensi adalah kewajiban potensial yang timbul dari
peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan
terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih
pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam
kendali suatu entitas. Misalnya Pemerintah memberikan
penjaminan atas tabungan masyarakat di lembaga
perbankan, informasi ini diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.
Untuk memahami akuntansi kewajiban, perlu diketahui
beberapa definisi di bawah ini:

2
Perhitungan Pihak Ketiga, selanjutnya disebut PFK,
merupakan utang pemerintah kepada pihak lain yang
disebabkan kedudukan pemerintah sebagai pemotong pajak
atau pungutan lainnya, seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), iuran Askes, Taspen, dan Taperum.
Premium adalah jumlah selisih lebih antara nilai kini
kewajiban (present value) dengan nilai jatuh tempo kewajiban
(maturity value) karena tingkat bunga nominal lebih tinggi
dari tingkat bunga efektif.
Restrukturisasi Utang adalah kesepakatan antara
kreditur dan debitur untuk memodifikasi syarat-syarat
perjanjian utang dengan atau tanpa pengurangan jumlah
utang, dalam bentuk:
Pembiayaan kembali yaitu mengganti utang lama
termasuk tunggakan dengan utang baru; atau
Penjadwalan ulang atau modifikasi persyaratan
utang yaitu mengubah persyaratan dan kondisi kontrak
perjanjian yang ada. Penjadwalan utang dapat berbentuk
Perubahan jadwal pembayaran, Penambahan masa tenggang,
atau menjadwalkan kembali rencana pembayaran pokok dan
bunga yang jatuh tempo dan/atau tertunggak.
Sekuritas utang pemerintah adalah surat berharga
berupa surat pengakuan utang oleh pemerintah yang dapat
diperjualbelikan dan mempunyai nilai jatuh tempo atau nilai
pelunasan pada saat diterbitkan, misalnya Surat Utang
Negara (SUN).
Surat Perbendaharaan Negara adalah Surat Utang
Negara yang berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas)
bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto.

3
Surat Utang Negara adalah surat berharga yang
berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing yang dijamin pembayaran pokok utang
dan bunganya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan
masa berlakunya.
B. Klasifikasi Kewajiban
Kewajiban pemerintah diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.

1. Kewajiban Jangka Pendek


Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang
diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan
setelah tanggal pelaporan. Beberapa kewajiban jangka
pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang
kepada pegawai merupakan suatu bagian yang akan
menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya.
Kewajiban jangka pendek lainnya. Misalnya bunga
pinjaman, utang jangka pendek dari pihak ketiga, utang
Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang
jangka panjang.
2. Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang
jatuh tempo lebih dari 12 bulan. Jika pada akhir periode
akuntansi, pemerintah mempunyai utang jangka panjang,
maka pemerintah harus melakukan reklasifikasi kewajiban
tersebut ke kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka
panjang.

4
Contoh: pada 1 Juli 2005, Pemerintah Kota Pandang
Tak Jemu mempunyai utang jangka panjang sebesar Rp
10.000.000 yang harus diangsur setiap tahun sebesar
1.000.000, Pemerintah Kota Pandang Tak Jemu harus
melakukan reklasifikasi atas kewajiban tersebut menjadi
Kewajiban Jangka Pendek pada akhir tahun 2005 sebesar
Rp 1.000.000, sehingga Kewajiban Jangka panjang akan
disajikan di neraca sebesar Rp 9.000.000.
Dalam hal terjadi kesulitan likuiditas pemerintah
dapat melakukan restrukturisasi atau pendanaan kembali
terhadap utang-utangnya yang akan jatuh tempo. Apabila
hal ini terjadi, entitas pelaporan dapat memasukkan
kewajiban jatuh temponya dalam waktu 12 bulan setelah
tanggal pelaporan ke dalam klasifikasi kewajiban jangka
panjang, jika:
a. jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12
(dua belas) bulan; dan
b. entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance)
kewajiban tersebut atas dasar jangka panjang; dan
c. maksud tersebut didukung dengan adanya suatu
perjanjian pendanaan kembali (refinancing), atau
adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran,
yang diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.
Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari kewajiban
jangka pendek menjadi kewajiban jangka panjang seperti
yang disebutkan di atas diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi
pada tahun berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai
kembali (refinancing) atau digulirkan (roll over) oleh entitas
pelaporan. Kewajiban yang demikian dipertimbangkan

5
untuk menjadi suatu bagian dari pembiayaan jangka
panjang dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang. Namun dalam situasi di mana kebijakan
pendanaan kembali tidak berada pada otoritas entitas,
maka kewajiban ini diklasifikasikan sebagai pos jangka
pendek, kecuali penyelesaian atas perjanjian pendanaan
kembali sebelum persetujuan laporan keuangan
membuktikan bahwa substansi kewajiban pada tanggal
pelaporan adalah jangka panjang.
Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan
persyaratan tertentu (covenant) yang menyebabkan
kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban jangka
pendek (payable on demand) jika persyaratan tertentu
yang terkait dengan posisi keuangan peminjam dilanggar.
Dalam keadaan demikian, kewajiban dapat diklasifikasikan
sebagai kewajiban jangka panjang hanya jika:
a. pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta
pelunasan sebagai konsekuensi adanya pelanggaran,
dan
b. terdapat jaminan bahwa tidak akan terjadi pelanggaran
berikutnya dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah
tanggal pelaporan.
Sebagai contoh, Pemkot XYZ meminjam uang dari
lembaga asing, sebesar Rp 500 milyar untuk program
pembangunan listrik daerah, dengan ketentuan bahwa
pinjaman ini tidak dapat digunakan untuk membiayai
program lain. Kalau pinjaman ini tidak dapat digunakan
untuk program tersebut harus dikembalikan. Pinjaman ini
telah ditarik pada tahun 2003. Pinjaman ini akan dibayar
secara angsuran selama 20 tahun mulai tahun 2008.
Sampai dengan tahun 2006 ternyata program tersebut

6
macet, dan tidak dapat dilanjutkan. Oleh karena pinjaman
ini harus disajikan sebagai kewajiban jangka pendek.
C. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN KEWAJIBAN
1. Pengakuan
Kewajiban pemerintah diakui jika besar kemungkinan
pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat ini, dan
kewajiban tersebut dapat diukur dengan andal.
Prasyarat peristiwa masa lalu sangat penting dalam
pengakuan kewajiban. Peristiwa tersebut menimbulkan
suatu konsekuensi keuangan terhadap suatu entitas.
Peristiwa yang dimaksud mungkin dapat berupa suatu
kejadian internal dalam entitas seperti timbul kewajiban
kepada pegawai organisasi pemerintah akibat pemerintah
belum membayar tunjangan pegawai, ataupun dapat
berupa kejadian eksternal yang melibatkan interaksi antara
suatu entitas dengan lingkungannya seperti adanya
transaksi dengan entitas lain.
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima
dan/atau pada saat kewajiban timbul. Kewajiban dapat
timbul dari:
a. transaksi pertukaran (exchange transactions);
b. transaksi tanpa pertukaran (non-exchange
transactions), dimana pemerintah belum melaksanakan
kewajibannya sampai akhir periode akuntansi;
c. kejadian yang berkaitan dengan pemerintah
(government-related events); dan
d. kejadian yang diakui pemerintah (government-
acknowledged events).
Suatu transaksi dengan pertukaran timbul ketika
masing-masing pihak dalam transaksi tersebut
mengorbankan dan menerima suatu nilai sebagai gantinya.

7
Terdapat dua arus timbal balik atas sumber daya atau janji
untuk menyediakan sumber daya. Dalam transaksi dengan
pertukaran, kewajiban diakui ketika satu pihak menerima
barang atau jasa sebagai gantinya pemerintah berjanji
untuk memberikan uang atau sumber daya lain di masa
depan.
2. Pengukuran Kewajiban
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban
dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam
mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing
menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal
neraca.
Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan nilai
kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi
berlangsung seperti nilai yang tertera pada lembar surat
utang pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya, seperti
transaksi pembayaran, perubahan penilaian dikarenakan
perubahan kurs valuta asing, dan perubahan lainnya selain
perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan
menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.
Penggunaan nilai nominal dalam menilai kewajiban
mengikuti karakteristik dari masing-masing pos.
Utang kepada Pihak Ketiga (Account Payable)
Terhadap barang/jasa yang telah diterima pemerintah
dan belum dibayar, termasuk barang dalam perjalanan
yang telah menjadi haknya, pemerintah mengakui
kewajiban tersebut sebagai utang di neraca.
Contoh: Kontraktor membangun fasilitas atau peralatan
sesuai dengan spesifikasi yang ada pada kontrak perjanjian
dengan pemerintah. Kontraktor tersebut sudah

8
menyelesaikan porsi pekerjaan tahap I dan telah
menyerahkan kepada pemerintah. Jumlah tagihan termin I
tersebut sampai akhir tahun belum dibayar.
Apabila dalam jumlah kewajiban terdapat utang yang
disebabkan adanya transaksi antar unit pemerintahan,
penyajiannya harus dipisahkan dari kewajiban kepada unit
nonpemerintahan.

Utang Bunga (Accrued Interest)


Utang bunga pinjaman pemerintah dicatat sebesar
biaya bunga yang telah terjadi dan belum dibayar. Bunga
dimaksud dapat berasal dari utang pemerintah baik dari
dalam maupun luar negeri. Utang bunga pinjaman
pemerintah yang belum dibayar harus diakui pada setiap
akhir periode pelaporan sebagai bagian dari kewajiban
jangka pendek.
Pengukuran dan penyajian utang bunga di atas juga
berlaku untuk sekuritas pemerintah yang diterbitkan
pemerintah pusat dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN)
dan yang diterbitkan oleh pemerintah daerah (provinsi,
kota, dan kabupaten) dalam bentuk dan substansi yang
sama dengan SUN.
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
Pada akhir periode pelaporan, saldo
pungutan/potongan untuk PFK yang belum disetorkan
kepada yang berhak harus disajikan sebagai utang di
neraca sebesar jumlah yang masih harus disetorkan.
Jumlah pungutan/potongan PFK yang dilakukan
pemerintah harus diserahkan kepada pihak lain sejumlah
yang sama dengan jumlah yang dipungut/dipotong. Pada

9
akhir periode pelaporan biasanya masih terdapat saldo
pungutan/potongan yang belum disetorkan kepada pihak
lain. Jumlah saldo pungutan/potongan tersebut harus
disajikan di neraca sebesar jumlah yang masih harus
disetorkan sebagai utang PFK.
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Nilai yang dicantumkan dalam laporan keuangan
untuk bagian lancar utang jangka panjang adalah jumlah
yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan
setelah tanggal pelaporan. Contohnya Pinjaman obligasi
yang jatuh tempo tahun yang akan datang sebesar Rp 1
Milyar disajikan sebesar nilai nominal.
Kewajiban Lancar Lainnya (Other Current Liabilities)
Kewajiban lancar lainnya merupakan kewajiban
lancar yang tidak termasuk dalam kategori utang jangka
pendek di atas. Termasuk dalam kewajiban lancar lainnya
tersebut adalah biaya yang masih harus dibayar pada saat
laporan keuangan disusun. Pengukuran untuk masing-
masing item disesuaikan dengan karakteristik masing-
masing pos tersebut, misalnya utang gaji kepada pegawai
dinilai berdasarkan jumlah gaji yang masih harus dibayar
atas jasa yang telah diserahkan oleh pegawai tersebut.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akuntansi kewajiban pemerintah diatur dalam peraturan pemerintah
(PP) nomor 24 tahun 2005 dalam standar akuntansi pemerintahan pernyataan
No.09 (PSAP) tentang Akuntansi Kewajiban. Kewajiban adalah utang yang
timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran
keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Dalam konteks pemerintahan,
kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan yang
berasal dari pinjaman. Pinjaman tersebut dapat berasal dari masyarakat,
lembaga keuangan, pemerintah lain, atau lembaga internasional. Kewajiban
pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada
pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan,
kompensasi, ganti rugi, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau
kewajiban dengan pemberi jasa lain. Kewajiban pemerintah dapat juga timbul
dari pengadaan barang dan jasa dari pihak ketiga yang belum dibayar
pemerintah pada akhir tahun anggaran.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam
bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun penulisan
makalah ini.
Asrori, Maruf.2000. Ringkasan Fiqh Islam, Almiftah. Surabaya, hlm. 353- 354.

11
DAFTAR PUSTAKA

Jafri, A Syafii, Fiqh Muamalah, Suska Press, Pekanbaru, 2008

Muslich, Ahmad Wardi,Fiqh Muamalat, AMZAH, Jakarta, 2010

Musa, Muhammad Yusuf, Al-Fiqh Al-Islami, Dar Al-Kitab Al-Arabi,


Mesir, cet 3, 1958

Suhendi, Hendi, M.Si., Fiqh Mumalah, PT. Raja Grafindo Persada,


Jakarta, 2007

12

Anda mungkin juga menyukai