Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN

SISTEM AKUNTANSI KEWAJIBAN

Laporan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Akuntansi Pemerintahan

Dosen Pengampu :
Daniel Nababan S.E., MACC.

Disusun oleh :
Mega Refiyani
NPM 0119101194

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
202

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat serta karunia yang telah diberikan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan proposal penelitian dengan judul “Sistem Akuntansi
Kewajiban”. Ini ditujukan sebagai syarat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Akuntansi Pemerintahan.

Selama masa perkuliahan hingga penulisan proposal penelitian ini, penulis


telah banyak mendapatkan bimbingan, nasihat, dorongan dan bantuan baik secara
moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada Daniel Nababan S.E., MACC. selaku dosen dan
kedua orang tua yang sudah membantu memberikan dorongan bagi penulis.

Bandung, 19 Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………………………i

Kata Pengantar………………………………………………………………………..ii

Daftar Isi.............……………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..……1

1.1.Latar Belakang………………………………………………………….…………1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….......……….1

1.3 Tujuan……………………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………...2

2.1 Pengertian …………………… ………………………………………………….. 2

2.2 Klasifikasi Kewajiban………...………………………………………………….. 4

2.3 Pengakuan Dan Pengukuran Kewajiban…………………………………………..6

BAB III PENUTUPAN..................................................................…………………..10

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….10

DAFTAR PUSTAKA………………………………....……………………………..11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan,


kompensasi, ganti rugi, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau
kewajiban dengan pemberi jasa lain. Kewajiban pemerintah dapat juga timbul dari
pengadaan barang dan jasa dari pihak ketiga yang belum dibayar pemerintah pada
akhir tahun anggaran.

Disamping kewajiban-kewajiban di atas, ada juga kewajiban-kewajiban


yang jumlah dan waktu pembayarannya belum pastiyang disebut kewajiban
kontinjensi. Kewajiban kontinjensi adalah kewajiban potensial yang timbul dari
peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak
terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya
berada dalam kendali suatu entitas. Misalnya Pemerintah memberikan penjaminan
atas tabungan masyarakat di lembaga perbankan, informasi ini diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Akuntansi Kewajiban?

2. Apa saja Klasifikasi Kewajiban?

3. Bagaimana Pengakuan dan Pengukuran Kewajiban?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Akuntansi Kewajiban

2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk ke dalam Klasifikasi Kewajiban

3. Untuk mengetahui Pengakuan dan Pengukuran Kewajiban

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Akuntansi kewajiban pemerintah diatur dalam peraturan pemerintah


(PP) nomor 24 tahun 2005 dalam standar akuntansi pemerintahan pernyataan
No.09 (PSAP) tentang Akuntansi Kewajiban. Kewajiban adalah utang yang
timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran
keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Dalam konteks pemerintahan,
kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan yang
berasal dari pinjaman. Pinjaman tersebut dapat berasal dari masyarakat,
lembaga keuangan,  pemerintah lain, atau lembaga internasional. Kewajiban
pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada
pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan,
kompensasi, ganti rugi, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau
kewajiban dengan pemberi jasa lain. Kewajiban pemerintah dapat juga timbul
dari pengadaan barang dan jasa dari pihak ketiga yang belum dibayar
pemerintah pada akhir tahun anggaran.

Disamping kewajiban-kewajiban di atas, ada juga kewajiban-


kewajiban yang jumlah dan waktu pembayarannya belum pastiyang disebut
kewajiban kontinjensi. Kewajiban kontinjensi adalah kewajiban potensial
yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan
terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa datang
yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali suatu entitas. Misalnya
Pemerintah memberikan penjaminan atas tabungan masyarakat di lembaga
perbankan, informasi ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Untuk memahami akuntansi kewajiban, perlu diketahui beberapa


definisi di bawah ini:

Perhitungan Pihak Ketiga, selanjutnya disebut PFK, merupakan


utang pemerintah kepada pihak lain yang disebabkan kedudukan pemerintah

2
sebagai pemotong pajak atau pungutan lainnya, seperti Pajak Penghasilan
(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), iuran Askes, Taspen, dan Taperum.

Premium adalah jumlah selisih lebih antara nilai kini kewajiban


(present value) dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) karena
tingkat bunga nominal lebih tinggi dari tingkat bunga efektif.

Restrukturisasi Utang adalah kesepakatan antara kreditur dan debitur


untuk memodifikasi syarat-syarat perjanjian utang dengan atau tanpa
pengurangan jumlah utang, dalam bentuk:

Pembiayaan kembali yaitu mengganti utang lama termasuk


tunggakan dengan utang baru; atau

Penjadwalan ulang atau modifikasi persyaratan utang yaitu


mengubah persyaratan dan kondisi kontrak perjanjian yang ada. Penjadwalan
utang dapat berbentuk Perubahan jadwal pembayaran, Penambahan masa
tenggang, atau menjadwalkan kembali rencana pembayaran pokok dan bunga
yang jatuh tempo dan/atau tertunggak.

Sekuritas utang pemerintah adalah surat berharga berupa surat


pengakuan utang oleh pemerintah yang dapat diperjualbelikan dan mempunyai
nilai jatuh tempo atau nilai pelunasan pada saat diterbitkan, misalnya Surat
Utang Negara (SUN).

Surat Perbendaharaan Negara adalah Surat Utang Negara yang


berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran
bunga secara diskonto.

Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat


pengakuan utang dalam mata uang  rupiah maupun valuta asing yang dijamin
pembayaran pokok utang dan bunganya oleh Negara Republik Indonesia,
sesuai dengan masa berlakunya.

3
2.2 Klasifikasi Kewajiban

Kewajiban pemerintah diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kewajiban


jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.

1. Kewajiban Jangka Pendek

Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan 


dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau
utang kepada pegawai merupakan suatu bagian yang akan menyerap aset
lancar dalam tahun pelaporan berikutnya. Kewajiban jangka pendek
lainnya. Misalnya bunga pinjaman, utang jangka pendek dari pihak ketiga,
utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka
panjang.

2. Kewajiban Jangka Panjang

Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang jatuh tempo


lebih dari 12 bulan. Jika pada akhir periode akuntansi, pemerintah
mempunyai utang jangka panjang, maka pemerintah harus melakukan
reklasifikasi kewajiban tersebut ke kewajiban jangka pendek dan
kewajiban jangka panjang.

Contoh: pada 1 Juli 2005, Pemerintah Kota Pandang Tak Jemu


mempunyai utang jangka panjang sebesar Rp 10.000.000 yang harus
diangsur setiap tahun sebesar 1.000.000, Pemerintah Kota Pandang Tak
Jemu harus melakukan reklasifikasi atas kewajiban tersebut menjadi
Kewajiban Jangka Pendek pada akhir tahun 2005 sebesar Rp 1.000.000,
sehingga Kewajiban Jangka panjang akan disajikan di neraca sebesar Rp
9.000.000.

Dalam hal terjadi kesulitan likuiditas pemerintah dapat melakukan


restrukturisasi atau pendanaan kembali terhadap utang-utangnya yang akan
jatuh tempo. Apabila hal ini terjadi, entitas pelaporan dapat memasukkan

4
kewajiban jatuh temponya dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan
ke dalam klasifikasi kewajiban jangka panjang, jika:

a. jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas)
bulan; dan
b. entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban
tersebut atas dasar jangka panjang; dan
c. maksud tersebut didukung  dengan adanya suatu perjanjian pendanaan
kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap
pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.

Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari kewajiban jangka pendek


menjadi kewajiban jangka panjang seperti yang disebutkan di atas
diungkapkan dalam Catatan atas  Laporan Keuangan.

Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun


berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau
digulirkan (roll over) oleh entitas pelaporan. Kewajiban yang demikian
dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari pembiayaan jangka
panjang dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Namun
dalam situasi di mana kebijakan pendanaan kembali tidak berada pada
otoritas entitas, maka kewajiban ini diklasifikasikan sebagai pos jangka
pendek, kecuali penyelesaian atas perjanjian pendanaan kembali sebelum
persetujuan laporan keuangan membuktikan bahwa substansi kewajiban
pada tanggal pelaporan adalah jangka panjang.

Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu


(covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi
kewajiban jangka pendek (payable on demand) jika persyaratan tertentu
yang terkait dengan posisi keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan
demikian, kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang hanya jika:

5
a. pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan
sebagai konsekuensi adanya pelanggaran, dan
b. terdapat jaminan bahwa tidak akan terjadi pelanggaran berikutnya
dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.

Sebagai contoh, Pemkot XYZ meminjam uang dari lembaga asing,


sebesar Rp 500 milyar untuk program pembangunan listrik daerah, dengan
ketentuan bahwa pinjaman ini tidak dapat digunakan untuk membiayai
program lain. Kalau pinjaman ini tidak dapat digunakan untuk program
tersebut harus dikembalikan. Pinjaman ini telah ditarik pada tahun 2003.
Pinjaman ini akan dibayar secara angsuran selama 20 tahun mulai tahun
2008. Sampai dengan tahun 2006 ternyata program tersebut macet, dan
tidak dapat dilanjutkan. Oleh karena pinjaman ini harus disajikan sebagai
kewajiban jangka pendek.  

2.3 PENGAKUAN DAN PENGUKURAN KEWAJIBAN


1. Pengakuan

Kewajiban pemerintah diakui jika besar kemungkinan pengeluaran


sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
yang ada sampai saat ini, dan kewajiban tersebut dapat diukur dengan
andal.

Prasyarat peristiwa masa lalu sangat penting dalam pengakuan


kewajiban. Peristiwa tersebut menimbulkan suatu konsekuensi keuangan
terhadap suatu entitas. Peristiwa  yang dimaksud mungkin dapat berupa
suatu kejadian internal dalam entitas seperti timbul kewajiban kepada
pegawai organisasi pemerintah akibat pemerintah belum membayar
tunjangan pegawai, ataupun dapat berupa kejadian eksternal yang
melibatkan interaksi antara suatu entitas dengan lingkungannya seperti
adanya transaksi dengan entitas lain.

6
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada
saat kewajiban timbul. Kewajiban dapat  timbul dari:

a. transaksi pertukaran (exchange transactions);


b. transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transactions), dimana
pemerintah belum melaksanakan kewajibannya sampai akhir periode
akuntansi;
c. kejadian yang berkaitan dengan pemerintah (government-related
events); dan
d. kejadian yang diakui pemerintah (government-acknowledged events).

Suatu transaksi dengan pertukaran timbul ketika masing-masing


pihak dalam transaksi tersebut mengorbankan dan menerima suatu nilai
sebagai gantinya. Terdapat dua arus timbal balik atas sumber daya atau
janji untuk menyediakan sumber daya. Dalam transaksi dengan
pertukaran, kewajiban diakui ketika satu pihak menerima barang atau jasa
sebagai gantinya pemerintah berjanji untuk memberikan uang atau sumber
daya lain di masa depan.

2. Pengukuran Kewajiban

Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata


uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang  rupiah.
Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada
tanggal neraca.

Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan nilai kewajiban


pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang
tertera pada lembar surat utang pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya,
seperti transaksi pembayaran, perubahan penilaian dikarenakan perubahan
kurs valuta asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar,
diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.

Penggunaan nilai nominal dalam menilai kewajiban mengikuti


karakteristik dari masing-masing pos.

7
Utang kepada Pihak Ketiga (Account Payable)

Terhadap barang/jasa yang telah diterima pemerintah dan belum


dibayar, termasuk barang dalam perjalanan yang telah menjadi haknya,
pemerintah mengakui kewajiban tersebut sebagai utang di neraca.

Contoh: Kontraktor membangun fasilitas atau peralatan sesuai dengan


spesifikasi yang ada pada kontrak perjanjian dengan pemerintah.
Kontraktor tersebut sudah menyelesaikan porsi pekerjaan tahap I dan telah
menyerahkan kepada pemerintah. Jumlah tagihan termin I tersebut sampai
akhir tahun belum dibayar.

Apabila dalam jumlah kewajiban terdapat utang yang disebabkan


adanya transaksi antar unit pemerintahan, penyajiannya  harus dipisahkan
dari kewajiban kepada unit nonpemerintahan.

Utang Bunga (Accrued Interest)

Utang bunga pinjaman pemerintah dicatat sebesar biaya bunga


yang telah terjadi dan belum dibayar. Bunga dimaksud dapat berasal dari
utang pemerintah baik dari dalam maupun luar negeri. Utang bunga
pinjaman pemerintah yang belum dibayar harus diakui pada setiap akhir
periode pelaporan sebagai bagian dari kewajiban jangka pendek.

Pengukuran dan penyajian utang bunga di atas juga berlaku untuk


sekuritas pemerintah yang diterbitkan pemerintah pusat dalam bentuk
Surat Utang Negara (SUN) dan yang diterbitkan oleh pemerintah daerah
(provinsi, kota, dan kabupaten) dalam bentuk dan substansi yang sama
dengan SUN.

Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

8
Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan untuk PFK
yang belum disetorkan kepada yang berhak harus disajikan sebagai utang
di neraca  sebesar jumlah yang masih harus disetorkan.

Jumlah pungutan/potongan PFK yang dilakukan pemerintah harus


diserahkan kepada pihak lain sejumlah yang sama dengan jumlah yang
dipungut/dipotong. Pada akhir periode pelaporan biasanya masih terdapat
saldo pungutan/potongan yang belum disetorkan kepada pihak lain.
Jumlah saldo pungutan/potongan tersebut harus disajikan di neraca 
sebesar jumlah yang masih harus disetorkan sebagai utang PFK.

Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

Nilai yang dicantumkan dalam laporan keuangan untuk bagian


lancar utang jangka panjang adalah jumlah yang akan jatuh tempo dalam
waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Contohnya 
Pinjaman obligasi yang jatuh tempo tahun yang akan datang sebesar Rp 1
Milyar disajikan sebesar nilai nominal.

Kewajiban Lancar Lainnya (Other Current Liabilities)

Kewajiban lancar lainnya merupakan kewajiban lancar yang tidak


termasuk dalam kategori utang jangka pendek di atas. Termasuk dalam
kewajiban lancar lainnya tersebut adalah biaya yang masih harus dibayar
pada saat laporan keuangan disusun. Pengukuran untuk masing-masing
item disesuaikan dengan karakteristik masing-masing pos tersebut,
misalnya utang gaji kepada pegawai dinilai berdasarkan jumlah gaji yang
masih harus dibayar atas jasa yang telah diserahkan oleh pegawai tersebut.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akuntansi kewajiban pemerintah diatur dalam peraturan pemerintah


(PP) nomor 24 tahun 2005 dalam standar akuntansi pemerintahan pernyataan
No.09 (PSAP) tentang Akuntansi Kewajiban. Kewajiban adalah utang yang
timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran
keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Dalam konteks pemerintahan,
kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan yang
berasal dari pinjaman. Pinjaman tersebut dapat berasal dari masyarakat,
lembaga keuangan,  pemerintah lain, atau lembaga internasional. Kewajiban
pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada
pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan,
kompensasi, ganti rugi, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau
kewajiban dengan pemberi jasa lain. Kewajiban pemerintah dapat juga timbul
dari pengadaan barang dan jasa dari pihak ketiga yang belum dibayar
pemerintah pada akhir tahun anggaran.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari


kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam
bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun penulisan
makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Jafri, A Syafii, Fiqh Muamalah, Suska Press, Pekanbaru, 2008

Muslich, Ahmad Wardi,Fiqh Muamalat, AMZAH, Jakarta, 2010

Musa, Muhammad Yusuf, Al-Fiqh Al-Islami, Dar Al-Kitab Al-‘Arabi, Mesir, cet
3, 1958

Suhendi, Hendi, M.Si., Fiqh Mumalah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007
Asrori, Ma’ruf.2000. Ringkasan Fiqh Islam, Almiftah. Surabaya, hlm. 353- 354.

www.academia.edu

11

Anda mungkin juga menyukai