Anda di halaman 1dari 54

BAB 3

KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN

1. AKUNTANSI KEWAJIBAN SATUAN KERJA


1. Pengetahuan Umum
a. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman
Daerah
1) Peraturan daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima
sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga
daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
2) Perjanjian penerusan pinjaman dalam negeri adalah kesepakatan tertulis dari
pemerintah dan pemerintah daerah mengenai penerusan pinjaman dalam negeri
yang diperoleh pemerintah.
3) Perjanjian penerusan pinjaman luar negeri adalah kesepakatan tertulis antara
pemerintah dan pemerintah daerah mengenai penerusan pinjaman luar negeri yang
diperoleh pemerintah.
4) Anggaran pendapatan dan belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan Negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
5) Obligasi daerah adalah pinjaman daerah yang ditawarkan kepada publik melalui
penawaran umum di pasar modal.
6) Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan.
7) Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

b. Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2017 Tentang APBN


1) Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga berupa surat pengakuan utang,
baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing, yang dijamin pembayaran bunga
dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya.
2) Pinjaman dalam negeri adalah setiap pinjaman oleh pemerintah yang diperoleh dari
pemberi pinjaman dalam negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan
tertentu, sesuai dengan masa berlakunya.

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 112


3) Kewajiban penjaminan adalah kewajiban yang secara potensial menjadi beban
pemerintah akibat pemberian jaminan kepada kementerian Negara/lembaga,
pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah
dimaksud tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditur dan/atau badan
usaha sesuai perjanjian pinjaman atau perjanjian kerja sama.
4) Pinjaman luar negeri neto adalah semua pembiayaan yang berasal dari penarikan
pinjaman luar negeri yang terdiri atas pinjaman tunai dan pinjaman kegiatan
dikurangi dengan pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri.
5) Pinjaman tunai adalah pinjaman luar negeri dalam bentuk devisa dan/atau rupiah
yang digunakan untuk pembiayaan deficit APBN dan pengelolaan portofolio utang.
6) Pinjaman kegiatan adalah pinjaman luar negeri yang digunakan untuk pembiayaan
kegiatan tertentu kementerian Negara/lembaga, pinjaman yang diteruspinjamkan
kepada pemerintah daerah dan/atau Badan Usaha Milik Negara, dan pinjaman yang
diterushibahkan kepada pemerintah daerah.

c. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar


Akuntansi Pemerintah
1) Koreksi adalah tindakan pembetulan akuntansi agar pos-pos yang tersaji dalam
laporan keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang seharusnya.
2) Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-
aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
3) Kesalahan adalah penyajian pos-pos yang secara signifikan tidak sesuai dengan yang
seharusnya yang memengaruhi laporan keuangan periode sebelumnya.
4) Koreksi adalah tindakan pembetulan akuntansi agar pos-pos yang tersaji dalam
laporan keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang seharusnya.
5) Peristiwa luar biasa adalah kejadian atau transaksi yang secara jelas berbeda dari
aktivitas normal entitas dan karenanya tidak diharapkan terjadi dan berada diluar
kendali sehingga memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaranatau
posisi aset/kewajiban.

2. Klasifikasi Kewajiban
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan PSA P No. 9 Tentang
Akuntansi, kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Lebih
lanjut dikatakan bahwa setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos kewajiban
yang mencakup jumlah yang diharapkan akan diselesaikan setelah tanggal pelaporan.

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 113


Informasi tentang tanggal jatuh tempo kewajiban keuangan bermanfaat untuk menilai
likuiditas dan solvabilitas suatu entitas pelaporan. Informasi tentang tanggal
penyelesaian kewajiban, seperti utang ke pihak ketiga dan utang bunga, juga
bermanfaat untuk mengetahui kewajiban yang diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
pendek atau kewajiban jangka panjang.
Dalam standar Akuntansi Pemerintahan PSAP No. 9, dijelaskan bahwa dalam
konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber
pendanaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain,
atau lembaga internasional.
Karakteristik utama kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai kewajiban
sampai saat ini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya
ekonomi di masa yang akan datang. Kewajiban pemerintah dapat juga terjadi karena
perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada
masyarakat luas, seperti kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi, kelebihan setoran
pajak dari wajib pajak, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban
dengan pemberi jasa lainnya.
Berdasarkan PSAP No. 9, suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka pendek jika dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Kewajiban pemerintah dapat diklasifikasikan berdasarkan jangka waktu/saat jatuh
temponya dan berdasarkan sumber dana.
a. Kewajiban berdasarkan sumber pinjaman
Berdasarkan sumber pinjaman, kewajiban diklasifikasikan menjadi kewajiban
dari dalam negeri dan luar negeri.
1) Pinjaman dalam negeri adalah setiap pinjaman yang diperoleh dari pemberi
pinjaman dalam negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan
tertentu sesuai dengan masa berlakunya. Perjanjian pinjaman dalam negeri
adalah kesepakatan tertulis mengenai pinjaman antara pemerintah dan
pemberi pinjaman dalam negeri.
Perlakuan akuntansi utang dalam negeri mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu
pengakuan, pengukuran, serta penyajian dan pengungkapan. Setiap akun
dari pos utang dalam negeri dalam bulletin teknis ini akan ditelaah dari tiga
aspek perlakuan tersebut. Pembahasan dimulai dari kewajiban jangka
pendek diikuti dengan kewajiban jangka panjang.
2) Pinjaman luar negeri, merupakan salah satu instrument yang diambil oleh
pemerintah dalam upaya menanggulangi defisit anggaran. Utang luar negeri
juga dapat digunakan untuk keperluan lain sesuai dengan rencana kerja dan
keuangan pemerintah. Utang luar negeri dapat berupa kewajiban jangka

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 114


pendek dan kewajiban jangka panjang. Perjanjian pinjaman luar negeri
adalah kesepakatan tertulis mengenai pinjaman antara pemerintah dan
pemberi pinjaman luar negeri.

b. Kewajiban berdasarkan jatuh tempo


Kewajiban berdasarkan jatuh temponya diklasifikasikan sebagai berikut
1) Kewajiban jangka pendek, yaitu kewajiban yang diharapkan dibayar dalam
waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban jangka
pendek antara lain utang transfer pemerintah daerah, utang kepada
pegawai, utang bunga, utang jangka pendek kepada pihak ketiga, utang
perhitungan pihak ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.
Dalam Paragraf 84 PSAP No. 9 dinyatakan bahwa utang pemerintahan
harus diungkapkan secara terperinci dalam bentuk daftar pembayaran utang
untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada pemakainya.
2) Kewajiban jangka panjang, yaitu kewajiban yang diharapkan dibayar dalam
waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Selain itu,
kewajiban yang akan dibayar dalam waktu 12 bulan dapat diklasifikasikan
sebagai kewajiban jangka panjang jika:
a) Jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 bulan,
b) Entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban
tersebut atas dasar jangka panjang, dan
c) Maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan
kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap
pembayaran, yang diselesaikan sebelum pelaporan keuangan disetujui.

KLASIFIKASI KEWAJIBAN JANGKA PENDEK


UTANG PERHITUNGAN PIHAK KETIGA (PFK)
21101 Utang Taspen
21102 Utang Iuran Jaminan Kesehatan
21103 Utang PPh Pusat
21104 Utang PPN Pusat
21105 Utang Taperum
21106 Utang Iuran Wajib Pegawai
21107 Utang Jaminan
21108 Utang Perhitungan Pihak Ketiga Lainnya
UTANG BUNGA
21201 Utang Bunga kepada Pemerintah
21202 Utang Bunga kepada Pemerintah Daerah Lainnya

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 115


21203 Utang Bunga kepada BUMN/BUMD
21204 Utang Bunga kepada Bank/Lembaga Keuangan Bukan Bank
21205 Utang Bunga Dalam Negeri Lainnya
21206 Utang Bunga Luar Negeri
BAGIAN LANCAR UTANG JANGKA PANJANG
21301 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan
21302 Bagian Lancar Utang dari Lembaga Keuangan bukan Bank
21303 Bagian Lancar Utang Pemerintah Pusat
21304 Bagian Lancar Utang Pemerintah Provinsi Lainnya
21305 Bagian Lancar Utang Pemerintah Kabupaten/Kota
PENDAPATAN DITERIMA DI MUKA
21401 Setoran Kelebihan Pembayaran dari Pihak ke-3
21402 Uang Muka Penjualan Produk Pemda dari Pihak ke-3
21403 Uang Muka Lelang Penjualan Aset Daerah
21404 Pendapatan Diterima di Muka Lainnya
UTANG BELANJA
21501 Utang Belanja Pegawai
21502 Utang Belanja Barang dan Jasa
21503 Utang Belanja Modal
21504 Utang Belanja Subsidi
21505 Utang Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
21506 Utang Belanja Lain-Lain
UTANG JANGKA PENDEK LAINNYA
21601 Utang Kelebihan Pembayaran PAD
21602 Utang Kelebihan Pembayaran Transfer
21603 Utang Kelebihan Pembayaran Lain-Lain Pendapatan yang Sah
21604 Utang Transfer
21605 Utang Jangka Pendek Lainnya

KLASIFIKASI KEWAJIBAN JANGKA PANJANG


UTANG DALAM NEGERI
22101 Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan
22102 Utang dari Lembaga Keuangan Bukan Bank
22103 Utang Dalam Negeri Obligasi
22104 Utang Pemerintah Pusat
22105 Utang Pemerintah Daerah Lainnya
22106 Utang Dalam Negeri Lainnya
UTANG JANGKA PANJANG LAINNYA
22201 Utang Jangka Panjang Lainnya

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 116


c. Pinjaman pemerintah daerah
Perjanjian pinjaman daerah adalah kesepakatan tertulis antara pemerintah dan
pemerintah daerah mengenai pinjaman daerah yang dananya tidak berasal dari penerusan
pinjaman dalam negeri atau penerusan pinjaman luar negeri.

1) Sumber pinjaman daerah


a) Pemerintah pusat, berasal dari APBD, termasuk dana investasi pemerintah,
penerusan pinjaman dalam negeri, dan/atau penerusan pinjaman luar negeri.
b) Pemerintah daerah lainnya.
c) Lembaga keuangan bank, yang berbadan hokum Indonesia dan mempunyai
tempat atau kedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d) Masyarakat, berupa obligasi daerah yang diterbitkan melalui penawaran umum
kepada masyarakat di pasar modal dalam negeri.
2) Prinsip dasar pinjaman daerah
a) Merupakan inisiatif pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan
kewenangannya.
b) Merupakan salah satu alternative sumber pendanaan APBD yang digunakan untuk
menutup defisit APBD.
c) Tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri.
d) Tidak boleh melebihi batas defisit APBD dan batas kumulatif pinjaman daerah yang
dananya berasal dari luar negeri.
3) Jangka waktu pinjaman
a) Pinjaman jangka pendek
Merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun
anggaran dan wajib dibayarkan kembali yang meliputi pokok pinjaman, bunga,
dan/atau kewajiban lainnya dalam tahun anggaran berkenaan.
b) Pinjaman jangka menengah
Merupakan pinjaman daerah dalam waktu lebih dari 1 (satu) tahun anggaran
dan wajib dibayarkan kembali (pokok pinjaman, bunga, dan biaya lainnya) dalam
kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan kepada daerah yang
bersangkutan.
c) Pinjaman jangka panjang
Kewajiban pembayaran kembali pinjaman jangka panjang yang meliputi
pokok pinjaman, bunga, dan/atau kewajiban lain seluruhnya harus dilunasi pada
tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang
bersangkutan.

3. Pengakuan dan Pengukuran Kewajiban


a. Pengakuan kewajiban
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat
kewajiban timbul. Kewajiban dapat timbul dari transaksi-transaksi berikut.
1) Transaksi dengan pertukaran (exchange transactions).

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 117


Suatu transaksi dengan pertukaran timbul ketika masing-masing pihak
dalam transaksi tersebut mengorbankan dan menerima suatu nilai sebagai
gantinya. Terdapat dua arus timbal balik atas sumber daya atau janji untuk
menyediakan sumber daya. Dalam transaksi dengan pertukaran, kewajiban
diakui ketika satu pihak menerima barang atau jasa sebagai ganti janji untuk
memberikan uang atau sumber daya lain di masa depan.
2) Transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transactions)
Suatu transaksi tanpa pertukaran timbul ketika satu pihak dalam suatu
transaksi menerima nilai tanpa secara langsung memberikan atau menjanjikan
nilai sebagai gantinya. Dalam hal ini, hanya ada satu arah arus sumber daya
atau janji. Untuk transaksi tanpa pertukaran, suatu kewajiban harus diakui atas
jumlah terutang yang belum dibayar pada tanggal pelaporan.
3) Kejadian yang berkaitan dengan pemerintah (government-related events)
Kejadian yang berkaitan dengan pemerintah adalah kejadian yang tidak
didasari transaksi, tetapi berdasarkan adanya interaksi antara pemerintah dan
lingkungannya. Kejadian tersebut mungkin berada di luar kendali pemerintah.
Secara umum, suatu kewajiban diakui dalam hubungannya dengan kejadian
yang berkaitan dengan pemerintahan, dengan basis yang sama dengan
kejadian yang timbul dari transaksi dengan pertukaran.
4) Kejadian yang diakui pemerintah (government-acknowledged events)
Kejadian yang diakui pemerintah adalah kejadian yang tidak didasarkan
pada transaksi, tetapi kejadian tersebut mempunyai konsekuensi keuangan
bagi pemerintah. Pemerintah bertanggung jawab terhadap satu kejadian yang
sebelumnya tidak diatur dalam peraturan formal yang ada konsekuensinya,
biaya yang timbul dari berbagai kejadian yang disebabkan oleh entitas
nonpemerintah dan bencana alam, pada akhirnya menjadi tanggung jawab
pemerintah. Biaya-biaya tersebut belum dapat memenuhi definisi kewajiban
sampai pemerintah secara formal mengakuinya sebagai tanggung jawab
keuangan pemerintah.

b. Pengukuran kewajiban
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Jika dalam nilai mata uang asing,
kewajiban harus dijabarkan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing
menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
Berikut penerapan nilai keuangan untuk pos kewajiban pada laporan
keuangan sesuai PSAP No. 9.
1) Kewajiban pihak ketiga
Yaitu utang pada saat pemerintah menerima hak atas barang, termasuk
barang dalam perjalanan yang telah menjadi haknya. Pemerintah harus
mengakui kewajiban atas jumlah yang belum dibayarkan untuk barang
tersebut. Jumlah kewajiban yang disebabkan transaksi antarunit pemerintahan
harus dipisahkan dengan kewajiban kepada unit nonpemerintahan.

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 118


2) Kewajiban transfer
Yaitu kewajiban suatu intitas pelaporan untuk melakukan pembayaran
kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan perundang-undangan. Utang
transfer diakui dan dinilai sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3) Kewajiban beban bunga (accrued interest)
Yaitu utang bunga atas utang pemerintah. Utang ini harus dicatat sebesar
biaya bunga yang telah terjadi dan belum dibayar. Bunga yang dimaksud dapat
berasal dari utang pemerintah baik dalam maupun luar negeri. Utang bunga
atas utang utang pemerintah yang belum dibayar harus diakui pada setiap
akhir periode pelaporan sebagai bagian dari kewajiban yang berkaitan.

Contoh Studi Kasus 1


Pada tahun 2018, Pemkot Semarang memperoleh pinjaman dari pusat sebesar
Rp7.000.000,00 yang akan jatuh tempo dalam lima tahun dengan bunga pinjaman sebesar 12%
per tahun. Pembayaran bunga dilakukan setiap tanggal 15 Januari.
Berdasarkan transaksi tersebut, setiap akhir tahun Pemkot Semarang harus melakukan
penyesuaian untuk mengakui dan mencatat adanya utang bunga atas pinjaman tersebut.
Pencatatan jurnal penyesuaian untuk mengakui utang bunga adalah sebagai berikut.
Jurnal Finansial
Tanggal Akun / Deskripsi Debit Kredit
2018 Beban Bunga Rp840.000.000,0
0
31 Des Utang Bunga Rp840.000.000,00
(pengakuan beban bunga
tahun 2017 12% x
Rp7.000.000,00.)

Jurnal Pelaksanaan Anggaran


Tanggal Akun / Deskripsi Debit Kredit
2018 Tidak ada jurnal -
31 Des -

4) Utang perhitungan pihak ketiga


Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan / potongan berupa
perhitungan pihak ketiga (PFK) yang belum disetorkan kepada pihak lain harus
dicatat pada laporan keuangan sebesar jumlah yang masih harus disetorkan.
5) Pendapatan diterima di muka
Pada saat pemerintah menerima uang muka atas suatu transaksi yang
akan direalisasikan di masa mendatang, pemerintah harus mengakui
penerimaan tersebut sebagai kewajiban. Apabila transaksi tersebut nantinya

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 119


terealisasi, uang muka tersebut akan diberlakukan sebagai pengurang nilai
pembayarannya.
Contoh Studi Kasus 2

Pada tanggal 5 Februari 2018, bendahara umum daerah (BUD) Kota Semarang
menerima uang muka lelang atas penjualan aset daerah berupa kendaraan sebesar
Rp21.000.000,00.
Pada tanggal 26 Maret 2018, bendahara umum daerah (BUD) Kota Semarang menerima
hasil pelelangan atas penjualan aset daerah berupa kendaraan dengan harga perolehan sebesar
Rp280.000.000,00 yang telah habis umur ekonomisnya dan laku senilai Rp70.000.000,00.
Pencatatan jurnal atas transaksi penerimaan uang muka lelang dan pelunasan barang
lelang adalah sebagai berikut.
JURNAL FINANSIAL

Tanggal Akun / Deskripsi Debit Kredit


2018 Kas di Kas Daerah Rp. 21.000.000,00
5 feb Uang Muka Lelang Penjualan Rp. 21.000.000,00
Aset Daerah
(penerimaan uang muka lelang)

2018 Kas di kas daerah Rp. 49.000.000,00


26 maret Uang muka lelang penjualan Rp. 21.000.000,00
Aset daerah
Akumulasi penyusutan kendaraan Rp. 280.000.000,00
Kendaraan Rp. 280.000.000,00
Pendapatan hasil lelang penjualan Rp. 70.000.000,00
aset LO
(penjualan kemdaraan pemerintah)

JURNAL PELAKSANAAN ANGGARAN

Tanggal Akun / Deskripsi Debit Kredit


2018 Perubahan SAL Rp. 21.000.000,00
5 feb pendapatan hasil lelang Rp. 21.000.000,00
penjualan aset LRA
(penerimaan uang muka lelang)
2018 Perubahan SAL Rp. 49.000.000,00
26 maret Pendapatan hasil lelang Rp. 49.000.000,00
Penjualan aset LRA
(penerimaan hasil lelang)

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 120


6) Bagian lancar utang jangka panjang
Nilai yang tercantumkan dalam laporan keuangan untuk bagian lancer utang
jangka panjang adalah jumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas)
bulan setelah tanggal pelaporan. Bagian lancar utang jangka panjang adalah jumlah
bagian utang jangka panjang yang akan jatuh tempo dan harus dibayarkan dalam
waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.

Contoh Studi Kasus 3

Pada 10 Juni 2017, Pemkot Semarang memperoleh utang jangka panjang sebesar
Rp.70.000.000.0000,00 untuk jangka waktu 5 tahun dengan syarat pembayaran angsuran
pokoknya dilakukan setiap tanggal 10 Juni.
Pada akhir tahun 2017, perlu dilakukan perhitungan terhadap bagian utang jangka
panjang tersebut yang harus dibayar pada tanggal 10 Juni 2018.
Pencatatan jurnal penyesuaian untuk mengakui utang jangka panjang adalah sebagai
berikut:
Jurnal Finansial

Tangg
Akun/Deskripsi Debit Kredit
al
2017 Rp.14.000.000.000
31 Des Utang Jangka Panjang ,0
Bagian Lancar Utang Jangka Rp.14.000.000.000,
Panjang (bagian lancar utang 00
jangka panjang
Rp.70.000.000.000,00 : 5 tahun)

Jurnal Pelaksanaan Anggaran

Tangga
Akun/Deskripsi Debit Kredit
l
2017
Tidak ada jurnal
31 Des

7) Kewajiban lancar lainnya


Kewajiban lancer lainnya merupakan kewajiban lancer yang tidak termasuk
dalam kategori yang ada. Kewajiban yang termasuk dalam kewajiban lancer tersebut
adalah biaya yang masih harus dibayar pada saat laporan keuangan disusun.

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 121


Pengukuran untuk tiap-tiap komponen (item) disesuaikan dengan karakteristik tiap-
tiap pos tersebut, misalnya utang pembayaran gaji pegawai dinilai Berdasarkan
jumlah gaji yang masih harus dibayarkan atas jasa yang telah diserahkan oleh
pegawai tersebut.
8) Utang pemerintah yang tidak diperjual belikan
Nilai nominal atas utang pemerintah yang tidak diperjualbelikan (non-traded
debt) merupakan kewajiban entitas kepada pemberi utang sebesar pokok utang dan
bunga sesuai yang diatur dalam kontrak perjanjian dan belum diselesaikan pada
tanggal pelaporan.
9) Utang belanja
Pada saat pemerintah menerima hak atas barang, termasuk barang dalam
perjalanan yang telah menjadi haknya, pemerintah harus mengakui kewajiban atas
jumlah yang belum dibayarkan untuk barang tersebut.
Apalagi kontraktor membangun fasilitas atau peralatan sesuai dengan spesifikasi
yang ada pada kontrak perjanjian dengan pemerintah, jumlah yang dicatat harus
berdasarkan realisasi fisik kemajuan pekerjaan sesuai dengan berita acara kemajuan
pekerjaan. Jumlah kewajiban yang disebabkan transaksi antarunit pemerintahan
harus dipisahkan dengan kewajiban kepada unit nonpemerintahan.

Contoh Studi Kasus 4

Pada tanggal 20 Oktober 2018, bendahara umum daerah (BUD) Kota Semarang membeli
bahan habis pakai secara kredit kepada CV Broto Joyo sebesar Rp.4.800.000,00. Pada tanggal
10 November, utang kepada CV Broto Jaya dibayar lunas.
Pencatatan dalam jurnal atas transaksi pembelian dan pelunasan bahan habis pakai
adalah sebagai berikut.

Jurnal Finansial
Tanggal Akun/Deskripsi Debit Kredit
Rp.4.800.000,0
2018
Beban Bahan Habis Pakai 0
20 Okt Utang Belanja Barang dan Jasa Rp. 4.800.000,00
(pembelian kredit bahan habis
pakai)
Rp.4.800.000,0
2018
Utang Belanja Barang dan Jasa 0
10 Nov Kas di Kas Daerah Rp. 4.800.000,00
(pembayaran utang)

Jurnal Pelaksanaan Anggaran

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 122


Tanggal Akun/Deskripsi Debit Kredit
2018
Tidak ada jurnal
20 Okt
Rp.4.800.000,0
2018
Belanja Bahan Habis Pakai 0
10 Nov Perubahan SAL Rp. 4.800.000,00
(pembayaran utang)

10) Utang pemerintah yang dapat diperjualbelikan


Jenis sekuritas utang pemrintah harus dinilai sebesar nilai pari (original face
value) dengan memperhitungkan diskonto atau premium sebelum diamortisasi.
Seukuritas utang pemerintah yang dijual sebesar nilai pari atau diskonto ataupun
premi harus dinilai sebesar nilai pari. Sekuritas yang dijual dengan harga diskonto
akan bertambah nilainya selama periode penjualan dan jatuh tempo, sedangkan
sekuritas yang dijual dengan harga premi nialinya akan berkurang.

Contoh Studi Kasus 5

Berikut adalah data beban – beban pada Kabupaten Bersemi bulan November 2018
yang belum dibayarkan.

 Beban listrik sebesar Rp.1.500.000,00


 Beban telepon dan internet sebesar Rp.11.000.000,00
Berdasarkan data tersebut, pencatatan dalam jurnal adalah sebagai berikut.

Jurnal Finansial

Tangga
Akun/Deskripsi Debit Kredit
l
2018 Beban Listrik Rp. 1.500.000,00
Rp.11.000.000,0
31 Des Beban Telepon 0
Rp.12.500.000,0
Kewajiban Lancar Lainnya 0
(beban listrik dan telepon yang belum
dibayar)

11) Tunggakan

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 123


Tunggakan adalah jumlah tagihan yang telah jatuh tempo, tetapi pemerintah
tidak mampu untuk membayar jumlah pokok dan/atau bunganya sesuai jadwal.
Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus disajikan dalam bentuk daftar
umum kreditur pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan
kewajiban. Informasi tunggakan pemerintah menjadi salah satu informasi yang
menarik perhatian pembaca laporan keuangan sebagai bahan analisis kebijakan dan
solvabilitas satu entitas.

4. Akuntansi Kewajiban
a. Prosedur Kewajiban
Pencatatan akuntansi untuk kewajiban terdiri atas keperluan penyusunan neraca
dan/atau laporan operasional (basis akrual) dan penyusunan LRA (basis kas).
Pencatatan untuk kewajiban diawali pada saat penerimaan kas dari pinjaman pihak
ketiga. Pencatatan untuk keperluan penyusunan LRA adalah kas bertambah di sisi kredit.
Sementara itu, pencatatan untuk keperluan penyusunan neraca adalah kas
bertambah di sisi debit dan kewajiban bertambah di Kredit.
1) Pencatatan kewajiban jangka pendek
Berikut fungsi-fungsi yang terkait pada prosedur akuntansi kewajiban jangka
pendek berdasarkan Permendagri No. 13 tahun 2006.
a. pejabat pengelola keuangan daerah
b. pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
c. bendahara pengeluaran/pembantu bendahara pengeluaran
d. pejabat penatausahaan keuangan SKPD
e. bendahara umum daerah/kuasa bendahara umum daerah
2) Dokumen yang digunakan
Dokumen yang digunakan kewajiban jangka pendek dan menjadi dasar dalam
pencatatan kewajiban jangka pendek berdasarkan Permendagri No. 13 tahun 2006
adalah sebagai berikut.
a. Surat perintah membayar (SPM)
b. Surat perintahb pencairan dana (SP2D)
c. Bukti transfer/penyetoran atas kas (PFK)
d. Laporan posisi utang jangka panjang
e. Buku besar
f. Buku besar pembantu

b. Pengungkapan dalam CaLK atas kewajiban dan ekuitas dalam neraca


Utang pemerintah harus diungkapkan secara terperinci dalam bentuk daftar
skedul utang untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada pemakainya.

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 124


Untuk meningkatkan kegunaan analisis, informasi – informasi yang harus disajikan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah sebagai berikut.
1) Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang diklasifikasikan
berdasarkan pemberi pinjaman.
2) Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas
utang pemerintah dan jatuh temponya.
3) Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga yang
berlaku.
4) Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo.
5) Perjanjian restrukturisasi utang meliputi :
a) Pengurangan pinjaman;
b) Modifikasi persyaratan utang;
c) Pengurangan tingkat bunga pinjaman;
d) Pengunduran jatuh tempo pinjaman;
e) Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan
f) Pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan periode pelaporan.
6) Jumlah tunggakan pinjaman disajikan dalam bentuk daftar umur utang
berdasarkan kreditur.
7) Biaya pinjaman :
a) Perlakuan biaya pinjaman;
b) Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang bersangkutan;
dan
c) Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.
Penyajian dalam Neraca
Uraian 2017 2018
Kewajibaan
Kewajiban Jangka Pendek :
Utang Perhitungan Pihak Ketiga Xxxx xxxx
Utang Bunga xxxx xxxx
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang xxxx xxxx
Utang Jangka Pendek Lainnya xxxx xxxx
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek Xxxx xxxx

Kewajibaan Jangka Panjang :


Utang Dalam Negeri-Pusat Xxxx xxxx
Utang Dalam Negeri-Lembaga Keuangan xxxx xxxx
Utang Dalam Negeri-Obligasi xxxx xxxx

Jumlah Kewajiban Jangka Pendek xxxx xxxx

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 125


JUMLAH KEWAJIBAN xxxx xxxx

2. EKUITAS SATUAN KERJA


1. Dana Cadangan
Dana cadangan menurut PSAP No. 1 Tentang Penyajian Laporan keuangan
paragraph 65 adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang
memerlukan dana relative besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
Dana cadangan diperinci menurut tujuan pembentukannya. Menurut Buletin Teknis No.
2 Tentang Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Daerah, apabila pemerintah
merencanakan akan membangun suatu aset yang memerlukan dana relative besar
yang tidak memungkinkan dibiayai dengan APBD satu tahun anggaran, pemerintah
daerah dapat membentuk cadangan. Dana cadangan merupakan dana yang disisihkan
beberapa tahun anggaran untuk kebutuhan belanja pada masa datang. Pembentukan
ataupun peruntukan dana cadangan harus diatur dengan peraturan daerah sehingga
dana cadangan tidak dapat digunakan untuk peruntukan yang lain. Peruntukan dana
cadangan biasanya digunakan untuk pembangunan aset, misalnya rumah sakit, pasar
induk, atau gedung olahraga. Dana cadangan dapat dibentuk untuk lebih dari satu
peruntukan. Apabila terdapat lebih dari satu peruntukan, dana cadangan harus
diungkapkan dan diperinci menurut peruntukannya.

Dana cadangan adalah dana yang dibentuk guna membiayai kebutuhan dana
yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran. Penggunaan dana cadangan harus
sesuai dengan peraturan daerah. Rancangan peraturan daerah tentang pembentukan
dana cadangan dibahas dengan pembahasan rancangan peraturan daerah tentang
APBD.

a. Sumber pendanaan dana cadangan


Pembentukan dana cadangan daerah bersumber dari kontribusi tahunan penerimaan
APBD, kecuali dari dana alokasi khusus, pinjaman daerah, dan dana darurat yang berasal
dari pemerintah. Dengan demikian, pemenuhannya bersumber dari penerimaan
pendapatan asli daerah (PAD), dana alokasi umum (DAU), dan bagi hasil pajak/bukan pajak.
b. Pengelolaan dana cadangan.
Dana cadangan haruslah dikelola dengan baik sehingga selama masa “penumpukan”
sampai saat dinilai cukup untuk digunakan dapat lebih produktif. Dalam hal ini, kebijakan
harus diarahkan pada upaya memberdayakan “idle money” dalam bentuk dana cadangan.
c. Pelaksanaan program dan kegiatan yang dibiayai dengan dana cadangan.
Program/kegiatan yang didanai dari dana cadangan pada prinsipnya diperlukan sama
dengan program/kegiatan lainnya. Proses perencanaannya dimulai dengan mencantumkan
nama program/kegiatan dalam rencana kerja (Renja) dan RKA SKPD, lalu dicantumkan
dalam PPAS dan RAPBD, dan akhirnya ditetapkan dalam Perda APBD.

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 126


1. Pihak yang Terkait dengan Dana Cadangan
Fungsi-fungsi terkait pada prosedur dana cadangan adalah sebagai berikut.
a. Penggunaan anggaran/kuasa pengguna anggaran.
b. Bendahara pengeluaran.
c. Pejabat penatausahaan keuangan SKPD.
d. Bendahara umum daerah/kuasa bendahara umum daerah.

2. Dokumen yang ingin digunakan


Pada modul sistem akuntansi pemerintah daerah yang diterbitkan oleh Direktorat
Jendral Keuangan Daerah (2014), dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi dana
cadangan antara lain sebagai berikut.
a. peraturan daerah tentang dana cadangan.
b. Surat perintah pencairan dana langsung (SP2D-LS) sebagai dokumen pencairan/transfer
pemindahan dari rekening kas umum daerah ke rekening dana cadangan.
c. Dokumen perintah pencairan dari dana cadangan ke rekening kas umum daerah.
d. Nota kredit, dokumen hasil pengelolaan dana cadangan.
e. Dokumen lainnya.

3. Jurnal atas Dana Cadangan


Jurnal dana cadangan yang diungkapkan dalam modul sistem akuntansi pemerintah
daerah oleh Direktorat Jendral Keuangan Daerah (2018) adalah sebagai berikut:
Contoh Studi Kasus 6
Tanggal 2 Februari 2018, pemerintah daerah mentransfer dana ke rekening dana
cadangan sebesar Rp.7.000.000.000,00. Dana cadangan ini akan digunakan untuk membangun
stadion olahraga.
Jurnal atas transaksi pembentukan dana cadangan yang dicatat oleh sistem akuntansi
PPKD adalah sebagai berikut.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Rp.7.000.000.000,0
2018
Dana Cadangan 0
Rp.7.000.000.000,0
02-Feb
Kas di Kas Daerah 0

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Rp.7.000.000.000,0
2018
Pengeluaran Pembiayaan- 0
02-Feb Pembentukan Dana Cadangan

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 127


Rp.7.000.000.000,0
Estimasi Perubahan SAL 0

Contoh Studi Kasus 7


Tanggal 25 Oktober 2018, pemerintah daerah mencairkan dana dari rekening dana
cadangan pembangunan stadion olahraga sebesar Rp.3.000.000.000,00. Pembangunan stadion
olahraga tersebut akan segera dimulai.
Jurnal atas transaksi pencairan dana cadangan yang dicatat oleh sistem akuntansi PPKD
adalah sebagai berikut.

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Rp.3.000.000.000,0
2018
Dana Cadangan 0
Rp.3.000.000.000,0
02-Feb
Kas di Kas Daerah 0

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Rp.7.000.000.000,0
2018
Estimasi Perubahan SAL 0
02-Feb
Penerimaan Pembiayaan – Rp.7.000.000.000,0
Pencairan Dana Cadangan 0

a. Perubahan Ekuitas
Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 09,
ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Saldo ekuitas dineraca berasal dari saldo
akhir ekuitas pada laporan perubahan ekuitas.
Laporan perubahan ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos berikut.
1) Ekuitas awal, merupakan ekuitas yang berasal dari akhir tahun sebelumnya, yang
diperoleh dari Laporan Perubahan Ekuitas tahun sebelumnya.
2) Surplus/deficit LO pada periode bersangkutan atau tahun berjalan.

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 128


3) Koreksi-koreksi yang berlangsung menambah/mengurangi ekuitas, antara lain
berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan
akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya koreksi kesalahan
mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
perubahan nilai aset tetap karena revaluasi tetap aset tetap.
4) Ekuitas akhir, diperoleh dari hasil penjumalahan antara ekuitas awal dan
surplus/deficit LO periode berjalan dan koreksi kesalahan.
Laporan Perubahan Ekuitas

Uraian 2017 2018


Ekuitas
Ekuitas awal Xxxx Xxxx
Surplus/defisit LO Xxxx Xxxx
Koreksi-koreksi Xxxx Xxxx
Ekuitas akhir Xxxxx Xxxxx

2. KOREKSI KESALAHAN
1. Kesalahan dalam Pencatatan

Kesalahan adalah penyajian aun-akun laporan keuangan yang secara signifikan tidak
sesuai dengan yang seharusnya sehingga memengaruhi laporan keuangan periode berjalan
atau periode sebelumnya. Periode berjalan adalah periode sebelum laporan keuangan
ditetapkan perda, sedangkan periode sebelumnya adalah periode akuntansi dimana laporan
keuangan telah diterbitkan. Paragraf 16 PSAP 10 menjelaskan bahwa laporan keuangan
dianggap sudah diterbitkan apabila sudah ditetapkan dengan undang-undang atau
peraturan daerah.

Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas pelaporan.
Untuk menjaga integritas data dan agar informasi laporan keuangan harus bebas dari
kesalahan Laporan keuangan disusun pada pisah tanggal tertentu terhadap laporan
keuangan pemerintah mengikuti periode tahun anggaran, yaitu meliputi masa satu tahun
mulai tanggal 1 januari sampai dengan 31 Desember.

Adapun kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi pada 1 atau
beberapa periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan pada periode berjalan.
Kesalahan mungkin timbul dari adanya keterlambatan penyampaian bukti transaksi
anggaran oleh pengguna anggaran, kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 129


penerapan standar dan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta, kecurangan, atau
kelalaian.

Laporan keuangan disusun pada periode tertentu, dimana untuk laporan keuangan
pemerintah mengikuti periode tahun anggaran, yaitu meliputi masa satu tahun mulai 1
Januari sampai dengan 31 Desember. Laporan keuangan pemerintah harus disampaikan
kepada DPR paling lambat 6 bulan setelah tutup tahun buku, setelah dilakukan audit oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

2. Pihak yang Terkait dalam Koreksi Kesalahan


a. Bendahara Penerimaan
Bendahara penerimaan SKPD wajib menyampaikan laporan pertanggung
jawaban (LPJ) administratif beserta bukti-bukti pendukungnya kepada pengguna
anggaran melalui PPK-SKPD setiap bulan. Selanjutnya, PPK-SKPD membukukan seluruh
transaksi yang dilakukan bendahara penerimaan termasuk koreksi yang ada. Contohnya
pengembalian kelebihan pendapatan.
b. Bendahara pengeluaran
Bendahara pengeluaran menyampaikan LPJ-UP, LPJ-TU dan SPJ-Administratif
kepada pengguna anggaran melalui PPK-SKPD. Penyampaian pertanggungjawaban harus
melalui PPK-SKPD agar PPK-SKPD melakukan verifikasi terlebih dahulu atas LPJ-UP, LPJ-
TU, dan SPJ-Administratif tersebut. Setelah melakukan verifikasi, PPK-SKPD akan
membukukan seluruh transaksi yang dilakukan bendahara pengeluaran termasuk
koreksi-koreksi yang ada (seperti pengembalian kelebihan belanja).

c. Kuasa bendahara umum daerah


Kuasa bendahara umum daerah adalah menyampaikan SP2D untuk
mengembalikan kelebihan pendapatan SKPD ke PPK-SKPD.
d. Pengurus barang
Pengurus barang menyampaikan LPBS dan LPBT ke PPK-SKPD. PPK-SKPD
sebaiknya melakukan rekonsiliasi antara catatan yang dibuatnya dan LPBS serta LPBT,
kemudian melakukan koreksi jika terdapat kesalahan dalam pencatatannya.

3. Kesalahan Tidak Berulang Yang Terjadi Pada Periode Berjalan


Kesalahan tidak berulang adalah kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi
kembali. Menurut paragraf 11, koreksi kesalahan yang tidak berulang pada periode
berjalan, baik yang memengaruhi kas maupun yang tidak, dilkukan dengan pembetulan
pada akun yang bersangkutan dalam periode yang berjalan.

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 130


a. Kesalahan yang memengaruhi kasa dalam periode berjalan

Contoh studi kasus 8

Pada tanggal 20 Oktober 2018, dibayar gaji pegawai dengan menerbitkan SP2D-LS
dengan nilai Rp. 69.000.000,00. Pada hari dan tanggal yang sama, SP2D-LS tersebut dibukukan
oleh bagian keuangan sebesar Rp. 96.000.000,00. Pada waktu dilakukan cash opname tanggal
31 Oktober 2018, ditemukan perbedaan antara saldo kas menurut bank dan saldo menurut
buku. Setelah diteliti, perbedaannya adalah pada SP2D-LS yang diterbitkan tanggal 20 Oktober
2018.
Berdasarkan data tersebut, Anda diminta membuat jurnal untuk mengoreksi kesalahan
tersebut.
Jawab :
Terjadi kelebihan pencatatan pada akun belanja pegawai sebesar Rp. 27.000.000,00
(Rp.96.000.000,00 – Rp. 69.000.000,00). Koreksi kesalahannya adalah sebagai berikut.

Jurnal saat transaksi yang dibuat oleh SKPD adalah sebagai berikut.
Tanggal Uraian Ref Debit Kredit
2018 Belanja Pegawai Rp.96.000.000,00
20 Okt R/K PPKD Rp.96.000.000,00

Jurnal saat transaksi yang dibuat oleh BUD adalah sebagai berikut.
Tanggal Uraian Ref Debit Kredit
2018 R/K SKPD RP.96.000.000,00
20 Okt Kas di Kas Daerah Rp.96.000.000,00

Jurnal koreksi yang dibuat oleh SKPD adalah sebagai berikut.


Tanggal Uraian Ref Debit Kredit
2018 R/K PPKD Rp.27.000.000,00
31 Okt Belanja Pegawai Rp.27.000.000,00
(Untuk mencatat penerimaan kembali belanja pegawai)

Jurnal koreksi yang dibuat oleh BUD adalah sebagai berikut.


Tanggal Uraian Ref Debit Kredit
2018 Kas di Kas Daerah Rp.27.000.000,00
31 Okt R/k SKPD Rp.27.000.000,00
( untuk mencatat penerimaan kembali belanja pegawai)

b. Tidak memengaruhi kas pada periode berjalan

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 131


Contoh studi kasus 9
Pada tanggal 20 Oktober 2018, dibayar gaji pegawai dengan menerbitkan SP2D-LS
dengan nilai Rp. 69.000.000,00. Pada hari dan tanggal dan hari yang sama, SP2D-LS tersebut
dibukukan oleh bagian keuangan sebesar Rp69.000.000,00 sebagai belanja barang. Pada saat
menyusun laporan tanggal 31 Desember 2018, diketahui ada kekeliruan pembukuan belanja
atas SP2D-LS pada tanggal 20 Oktober 2018. Karena kesalahan pada akun beloanja, dilakukan
koreksi.

Jurnal saat transaksi yang dibuat oleh SKPD adalah sebagai berikut.
Tanggal Uraian Ref Debit Kredit
2018 Belanja Pegawai Rp.69.000.000,00
20 Okt R/K PPKD Rp.69.000.000,00

Jurnal saat transaksi yang dibuat oleh BUD adalah sebagai berikut.
Tanggal Uraian Ref Debit Kredit
2018 R/K SKPD RP.69.000.000,00
20 Okt Kas di Kas Daerah Rp.69.000.000,00

Jurnal koreksi yang dibuat oleh SKPD adalah sebagai berikut.


Tanggal Uraian Ref Debit Kredit
2018 Belanja Pegawai Rp.69.000.000,00
31 Des Belanja Barang Rp.69.000.000,00

Jurnal koreksi yang dibuat oleh BUD adalah sebagai berikut.


Tanggal Uraian Ref Debit Kredit
2018
31 Des Tidak ada Jurnal

4. Kesalahan Tidak Berulang yang Terjadi pada Periode Sebelumnya


Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi pada satu atau
beberapa periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan pada periode berjalan atau
pada periode setelah laporan keuangan disahkan dan telah diterbitkannya undang-
undang dan/atau peraturan daerah. Kesalahan tersebut kemungkinan disebabkan oleh
keterambatan penyampaian bukti transaksi keuangan oleh pengguna anggaran,
kesalahan penghitungan sistematis, kesalahan pencatatan, kesalahan dalam
interpretasi fakta, kecurangan atau kelalaian, dan kemungkinan kesaahan dalam
penerapan standar dan kebijakan akuntansi.

a. Koreksi Kesalahan belanja

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 132


Koreksi kesalahan belanja dapat dibagi dua, yaitu yang menambah sado kas dan
yang mengurangi saldo kas, yaitu pengembalian belanja pegawai karena salah
perhitungan jumlah gaji, dikoreksi menambah saldo kas dan pendapatan lain-lain.
1) Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja yang tidak berulang terjadi pada periode
sebelumnya dan mempemgaruhi posisi kas seta tidak memepengaruhi secara
material posoisi aset selain kas. Apabila laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan, koreksi dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-lain.
2) Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan yang tidak berulang yang terjadi
pada periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas. Apabila laporan keuangan
periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan pembetulan pada akun akuitas dana
lancar.
b. Koreksi kesalahan pendapatan
Koreksi kesalahan pendapatan dapat dibagi menjadi dua, yaitu yang
menambahkan saldo kas dan mengurangi saldo kas.
1) Koreksi kesalahan pendapatan yang menambah saldo kas, yaitu terdapat transaksi
penyetoran bagian laba perusahaan negara yang belum dilaporkan. Koreksi yang
perlu dilakukan adalah menambah saldo kas dan ekuitas dana lancar.
2) Koreksi kesalahan pendapatan yang mengurangi saldo kas, yaitu kesalahan
pengembalian pendapatan dana dialokasi umum karena kelebihan transfer. Koreksi
yang perlu dilakukan adalah mengurangi saldo kas dan ekuitas dana lancar.
c. Penerapan PSAP No. 10 Paragraf 12
Koreksi kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya
dan mempengaruhi posisi kas apabila laporan keuangan periode tersebut belum
diterbitkan dilakukan dengan pembetulan pada akun pendappatan atau aun belanja dari
periode yang bersangkutan.

Contoh studi kasus 10.

Pada tanggal 26 Oktober 2018, diterima setoran atas pendapatan retribusi parkir
dengan STS No. 123 sebesar Rp. 15.000.000,00. Pada hari dan tanggal yang sama, STS tersebut
dibukukan oleh bagian keuangan sebesar Rp.51.000.000,00. Pada 5 Januari 2019 saat
menyusun laporan, ditemukan perbedaan antara saldo kas menurut bank dan saldo menurut
buku sebesar Rp.36.000.000,00 (Rp.51.000.000 – Rp.15.000.000,00).
Dengan ditemukannya kesalahan pencatatan tersebut, pembetulannya dilakukandengan
jurnal koreksi sebagai berikut.

Jurnal saat transaksi milik SKPD adalah sebagai berikut.

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 133


Tanggal Uraian Ref Debit Kredit
2018 R/K PPKD Rp.51.000.000,00
26 Okt Pendapatan Retribusi Rp.51.000.000,00

Jurnal saat transaksi milik BUD adalah sebagai berikut.


Tanggal Uraian Ref Debit Kredit
2018 Kas di Kas Daerah Rp.51.000.000,00
26 Okt R/K SKPD Rp.51.000.000,00

Jurnal koreksi yang dibuat oleh SKPD asalah sebagai berikut.


Tanggal Uraian Ref Debit Kredit
2019 Pendapatan Retribusi Rp.36.000.000,00
5 Jan R/K PPKD Rp.36.000.000,00

Jurnal koreksi yang dibuat oleh BUD adalah sebagai berikut.


Tanggal Uraian Ref Debit Kredit
2019 R/K SKPD Rp.36.000.000,00
5 Jan Kas di Kas Daerah Rp.36.000.000,00

Contoh studi kasus 11.

Pada tanggal 26 Oktober 2018, dibayar gaji pegawai dengan menerbitkan SP2D-LS
dengan nilai Rp. 69.000.000,00. Pada hari dan tanggal yang sama, SP2D-LS terebut dibukukan
oleh bagian keuangan sebesar Rp.96.000.000,00. Pada bulan Januari 2019 saat menyusun
laporan, ditemukan perbedaan antara saldo kas menurut buku sebesar Rp.27.000.000,00
(Rp.96.000.000,000 – Rp.69.000.000,00). Atas kesalahan tersebut, belanja pegawai harus
dikurangi sebesar Rp.27.000.000,00 (Rp.96.000.000,00 – Rp.69.000.000,00) dan dikoreksi
dengan jurnal sebagai brikut,

Jurnal saat transaksi milik SKPD adalah sebagai berikut.


Tanggal Uraian Ref Debit Kredit
2018 Belanja Pegawai Rp.96.000.000,00
26 Okt R/K PPKD Rp.96.000.000,00

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 134


Jurnal saat transaksi milik BUD adalah sebagai berikut.
Tanggal Uraian Ref Debit Kredit
2018 R/K PPKD Rp.96.000.000,00
26 Okt Kas di Kas Daerah Rp.96.000.000,00

Jurnal koreksi yang dibuat SKPD adalah sebagai berikut.


Tanggal Uraian Ref Debit Kredit
2018 R/K PPKD Rp.27.000.000,00
26 Okt Belanja Pegawai Rp.27.000.000,00

Jurnal koreksi yang diuat oleh BUD adalah sebagai berikut.


Tanggal Uraian Ref Debit Kredit
2018 Kas di Kas Daerah Rp.27.000.000,00
26 Okt R/K PPKD Rp.27.000.000,00

Contoh Studi Kasus 12.

Pada tanggal 1 Mei 2018. Dibeli bahan habis pakai sebesar Rp 15.000.000,00, tetapi
dicatat sebesar Rp 1.500.000,00. Pada tanggal 1 Desember 2018, kesalahan tersebut kemudian
dikoreksi.

Jurnal pembelian bahan habis pakai di SKPD adalah sebagai berikut.


Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
2018 Beban bahan habis pakai Rp1.500.000,00
1 Mei Kas Bendahara Pengeluaran Rp1.500.000,00

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
2018 Belanja Bebas Habis Pakai Rp1.500.000,00

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 135


1 Mei Estimasi perubahan SAL Rp1.500.000,00

Jurnal koreksi pembelian bahan habis pakai di SKPD adalah sebagai berikut.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
2018 Beban bahan habis pakai Rp13.500.000,00
1 Des Kas Bendahara Pengeluaran Rp13.500.000,00

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
2018 Belanja Bebas Habis Pakai Rp13.500.000,00
1 Des Estimasi perubahan SAL Rp13.500.000,00

d. Penerapan PSAP No. 10 Paragraf 12

Koreksi kesalahan atas pengeluuaran belanja (sehingga mengakibatkan


penerimaan kembali belanja) yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya dan memengaruhi posisi kas serta memengaruhi secara material posisi aset
selain kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan
dengan pembetulan pada akun Pendapatan Lain-lain, Aset, sert Ekuitas Dana yang
terkait

Contoh studi kasus 13.

Pada tanggal7 November 2017, Kabupaten Gumilar membayar belanja modal atas
pengadaan 2 mobil dinas @Rp225.000.000,00. Pembayaran dilakukan dengan SP2D-LS sebesar
Rp510.000.000,00. Pada hari dan tanggal yang sama, SP2D-LS tersebut dibukukan oleh bagian
nkeuangan sebesar Rp510.000.000,00. Pada bulan Juni 2018, Laporan keuangan tahun
anggaran 2018 telah diterbitkan dan telah disampaikan ke DPRD, kemudian diketahui bahwa
ada kesalahan dalam penerbitan dan pembayran SP2D-LS atas pengadaan mobil dinas pada
tanggal 7 November 2017 yang seharusnya berjumlah Rp490.000.000,00 sehingga harus
dilakukan pengembalian belanja tersebut oleh pemasok sebesar Rp20.000.00,00. Penagihan
kepada pemasok sudah berhasi dilakukan dan disetorkan pada tanggal 20 Juni 2018 sebesar
Rp20.000.000,00. Pengaruh pengembalian tersebut adalah bertambahnya kas dan pendapatan
yang diikuti penurunan aset.
Berdasarkan data tersebut, Anda diminta membuat jurnal.

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 136


Jawab:
Jurnal yang dibuat tanggal 7 November 2017 oleh SKPD adalah sebagai berikut.
Tanggal Uraian Ref Debit Kredit
2017 Belanja Modal – Kendaraan Dinas Rp.510.000.000,00
7 Nov R/K PPKD Rp.510.000.000,00

Jurnal koreksi tanggal 20 Juni 2018


Tanggal Uraian Re Debit Kredit
f
2018 R/K PPKD Rp.20.000.000,00
20 Juni Kendaraan Dinas Rp.20.000.000,00

Jurnal yang dibuat oleh BUD adalah sebagai berikut.


Jurnal tanggal 7 November 2017
Tanggal Uraian Re Debit Kredit
f
2017 R/K SKPD Rp510.000.000,00
7 Nov Kas di Kas Daerah Rp510.000.000,00

Jurnal koreksi tanggal 20 juni 2018

Tanggal Uraian Ref Debit Kredit


2018 Kas di Kas Daerah Rp20.000.000,00
20 juni R/K SKPD Rp20.000.000,00
Contoh Studi Kasus 14

Pada tanggal 1 Juni 2018 diterima pendapatan retribusi sebesar Rp 150.000.000,00.


Bendehara penerimaan mencatatnya senilai Rp 15.000.000,00. Pada tanggal 1 Februari 2019,
saat laporan keuangan belum terbit, kesalahan tersebut dikoreksi.
Jurnal pencatatan pendapatan retribusi di SKPD adalah sebagai berikut.

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
2018 Kas Bendehara Penerimaan Rp 15.000.000,00
1 Juni Pendapatan-LO Rp 15.000.000,00

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
2018 Estimasi Perubahan SAL Rp.15.000.000,00

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 137


1 Juni Pendapatan-LRA Rp.15.000.000,00

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
2018 Kas Bendehara Penerimaan Rp.135.000.000,00
1 Juni Pendapatan-LO Rp.135.000.000,00

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
2018 Estimasi Perubahan SAL Rp.135.000.000,00
1 Juni Pendapatan-LRA Rp.135.000.000,00

e. Penerapan PSAP Paragraf 14

Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga mengakibatkan


penerimaan kembali belanja) yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya dan memengaruhi posisi kas dan tidak memengaruhi secara material posisi
aset selain kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan
dengan pembetulan pada akan pendapatan lain-lain oleh SKPD.

Contoh Studi Kasus 15

Pada tanggal 26 Oktober 2017, diterbitkan SP2D atas SPJ belanja modal atas pengadaan
Air conditioner (AC) seharga Rp 2.250.000,00. Pada hari dan tanggal yang sama, SP2D tersebut
dibukukan oleh bagian keuangan sebesar Rp 2.250.000,00. Pada bulan Agustus 2018, saat
laporan keuangan tahun 2018 sudah disampaikan ke DPRD, diketahui ada kesalahan dalam
pengesahan SPJ pengadaan AC tanggan 26 Oktober 2017, dimana harga beli AC menurut Faktur
sebesar Rp 2.225.000,00. Akibat, aset tetap terlalu tinggi Rp 25.000,00 (pengaruhnya tidak
material) disarankan oleh Bawasda agar dilakukan tuntutan perbendeheharaan kepada
bendehara pengeluaran dan telah dilakukan pembayaran kembali oleh bendehara pengeluaran.
Transaksi tersebut dikoreksi pada 5 April 2018.

Jurnal yang dibuat oleh SKPD adalah sebagai berikut :

Tanggal Uraian Ref Debit Kredit

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 138


2017 Belanja Modal-Peralatan Rp2.250.000,00
26 Okt R/K PPKD Rp2.250.000,00

Tanggal Uraian Ref Debit Kredit


2018 R/K PPKD Rp25.000,00
5 Apr Pendapatan Lain-lain Rp25.000,00

Tanggal Uraian Ref Debit Kredit


2017 R/K PPKD Rp2.250.000,00
26 Okt Kas di Kas Daerah Rp2.250.000,00

Tanggal Uraian Ref Debit Kredit


2018 Kas di Kas Daerah Rp25.000,00
5 Apr R/K PPKD Rp25.000,00

Contoh Studi Kasus 16

Pada tanggal 21 April 2018, diterima kas dari pengembalian dana belanja sebesar Rp
15.000.000,00 untuk belanja pegawai di tahun anggaran 2017, pengembalian tersebut karena
kelebihan pembayaran oleh bendehara pengeluaran. Pada saat itu, laporan keuangan tahun
2017 telah diterbitkan.

Jurnal koreksi pengembalian dana belanja di PPKD adalah sebagai berikut :

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
2018 Kas di Kas Daerah Rp 15.000.000,00
1 Juni Pendapatan Lain-lain-LO Rp 15.000.000,00

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
2018 Estimasi Perubahan SAL Rp 15.000.000,00
1 Juni Pendapatan Lain-lain-LO Rp 15.000.000,00

Contoh Studi Kasus 17

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 139


Pada tanggal 8 juni 2019, diketahui kesalahan berupa adanya dana belanja yang belum
tercatat sebesar Rp 15.000.000,00 untuk belanja pegawai tahun anggaran 2018. Pada saat itu,
laporan keuangan tahun 2018 telah diterbitkan.

Jurnal koreksi atas kesalahan dana belanja yang belum tercatat di PPKD adalah sebagai
berikut :

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
2018 Ekuitas Rp 15.000.000,00
1 Juni Kas di Kas Bendehara Rp 15.000.000,00

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
2018 Saldo Anggaran Lebih Rp 15.000.000,00
1 Juni Estimasi Perubahan SAL Rp 15.000.000,00

f. Penerapan PSAP No. 10 Paragraf 15

Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan yang tidak berulang yang terjadi
pada periode-periode sebelumnya dan memengaruhi posisi kas, apabila laporan
keuangan tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengam pembetulan pada akun Ekuitas
Dana Lancar. Kesalahan atas penerimaan pendapatan yang tidak berulang yang terjadi
pada periode sebelumnya dan mengakibatkan kas bertambah dimana laporan keungan
periode tersebut sudah diterbitkan, koreksi kesalahan pendapatan tersebut dilakukan
dengan menambah kas dan menambah akun Ekuitas Dana Lancar. Sementara itu,
apabila kesalahan mengakibatkan saldo kas berkurang, koreksi dilakukan dengan
mengurangi ekuitas dana lancer dan kas.

Contoh Studi Kasus 18

Pada tanggal 26 Oktober 2018, diterima pendapatan sewa gedung pertemuan dengan
bukti STS sejumlah Rp 3.575.000,00, tetapi dibukukan sebesar Rp 3.275.000,00. Kesalahan atas
pencatatan tersebut ditemukan pada 10 Juni 2019, dimana laporan keuangan tahun 2018 telah
diterbitkan. Pengaruh dari pencatatan pendapatan yang demikian adalah penyajian saldo kas
dan SiLPA menurut buku terlalu kecil sehingga akun Kas dan SiLPA harus ditambah. Transaksi-
transaksi tersebut akan dibukukan seperti berikut.

Jurnal yang dibuat oleh SKPD adalah sebagai berikut.

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 140


Jurnal tanggal 26 Oktober 2018

Tanggal Uraian Ref Debit Kredit


2018 R/K PPKD Rp 3.275.000,00
26 Okt Lain-lain PAD-Pendapat Sewa Rp 3.275.000,00

Tanggal Uraian Ref Debit Kredit


2019 Tidak ada Jurnal
10 Juni

Tanggal Uraian Ref Debit Kredit


2018 Kas di Kas Daerah Rp3.275.000,00
20 juni R/K SKPD Rp3.275.000,00

Tanggal Uraian Ref Debit Kredit


2018 Kas di Kas Daerah Rp300.000,00
20 juni SiLPA/SiKPA Rp300.000,00

g. Penerapan PSAP No. Paragraf 16 dan 17

Koreksi kesalahan atas perolehan aset selain kas tidak berulang yang terjadi pada
periode-periode sebelumnya, baik menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila
laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan
pada akun kas dan akun Kas dan akun Aset bersangkutan.
Koreksi kesalahan untuk perolehan aset selain kas transaksi yang menambah
saldo kas terkait perolehan aset selain kas, yaitu pengadaan aset tetap yang di-markup
dan setalah dilakukan pemeriksaan kelebihan nilai aset tersebut harus dikembalikan,
lalu dikoreksi dengan menambah saldo dan kas dan mengurangi akun terkait dalam pos
aset tetap.

Contoh Studi Kasus 19

Pada tanggal 1 Mei 2018, diketahui kesalahan berupa adanya markup pengadaan
perlatan sebesar Rp20.000.000,00 dari nilai pengadaan sebesar Rp110.000.000,00 tertanggal 1
Juli 2017, untuk pelaksanaan APBD tahun anggaran 2017. Hal ini kemudian dilanjutkan dengan
aktivitas pengembalian kas sebesar Rp20.000.000,00. Pada saat tersebut, laporan keuangan
tahun 2017 telah diterbitkan.

Jurnal pencatatan pengadaan peralatan di SKPD adalah sebagai berikut.

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 141


Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Rp110.000.000,0
2017 Peralatan 0
Rp110.000.000,0
01 JulI R/K PPKD 0

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Rp110.000.000,0
2017 Belanja peralatan 0
Rp110.000.000,0
01 JulI Estimasi Perubahan SAL 0

Jurnal koreksi pencatatan pengadaan peralatan di PPKD adalah sebagai berikut.

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
2018 Kas di BUD Rp20.000.000,00
01 Mei R/K SKPD Rp20.000.000,00

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit

Tidak Ada Jurnal

h. Penerapan PSAP no. 10 Paragraf 18

Koreksi kesalahan atas beban yang tidak berulang sehingga mengakibatkan


pengurangan beban, yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan memengaruhi
posisi kas dan tidak memengaruhi posisi aset selain kas, apabila laporan keuangan
periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun
pendapatan lain-lain-LO. Dalam hal ini mengakibatkan penambahan beban, dilakukan
dengan pembetulan pada akun Ekuitas.

Contoh Studi Kasus 20

Pada tanggal 1 April 2018, diketahui kesalahan berupa adannya beban persediaan yang
belum tercatat sebesar Rp30.000.000,00 untuk pelaksanaan APBD tahun anggaran 2017. Hal ini

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 142


kemudian dilanjutkan dengan pengeluaran kas sebesar Rp30.000.000,00. Pada saat itu, laporan
keuangan tahun 2017 telah diterbitkan.

Jurnal koreksi pencatatan beban persediaan di SKPD adalah sebagai berikut.

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
2018 Ekuitas Rp30.000.000,00
01 April Kas di Kas Daerah Rp30.000.000,00

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit

Tidak Ada Jurnal

Contoh Studi Kasus 21

Pada tanggal 1 Mei 2018, diketahui kesalahan berupa adanya kelebihan pencatatan
beban persediaan sebesar Rp40.000.000,00 untuk pelaksanaan APBD tahun anggaran 2017 yang
kemudian dilanjutkan dengan pengembalian kas sebesar Rp40.000.000,00. Saat itu, laporan
keuangan tahun 2017 telah diterbitkan.

Jurnal koreksi kelebihan pencatatan beban persediaan di SKPD adalah sebagai berikut.

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
2018 Kas di Kas Daerah Rp40.000.000,00
01 Mei Pendapatan Lain-lain-LO Rp40.000.000,00

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit

Tidak Ada Jurnal

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 143


i. Penerapan PSAP No. 10 paragraf 20
Koreksi kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya
dan tidak memengaruhi posisi kas, baik sebelum maupun setelah laporan keuangan
periode tersebut diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pos-pos neraca terkait pada
periode ditemukannya kesalahan.

Contoh Studi Kasus 22


Pada tanggal 2 Juli 2018, diketahui kesalahan berupa belanja modal atas peralatan
mesin sebesar Rp15.000.000,00 tanggal 3 April 2018. Pada saat mencatat aset tetap, SKPD salah
membukukan sebagai aset tetap jalan, irigasi, dan jaringan.
Jurnal yang dibuat oleh SKPD adalah sebagai berikut.
Jurnal yang salah
Tanggal Uraian Ref Debit Kredit
Belanja Modal – Peralatan
2018 Mesin Rp15.000.000,00
03 April R/K PPKD Rp15.000.000,00
Jurnal koreksi

Tanggal Uraian Ref Debit Kredit


2018 Peralatan Mesin Rp15.000.000,00
02 Juli Jalan, Irigasi dan jaringan Rp15.000.000,00

Jurnal yang dibuat oleh BUD adalah sebagai berikut.


Jurnal pada saat pembayaran
Tanggal Uraian Ref Debit Kredit
2018 R/K PPKD Rp15.000.000,00
02 Juli Kas di Kas Daerah Rp15.000.000,00

Tanggal Uraian Ref Debit Kredit


2018
Tidak Ada Jurnal
02 Juli

j. Penerapan PSAP No. 10 paragraf 20

Koreksi kesalahan atas penerimaan Pendapatan – LRA yang tidak berulang dan
terjadi pada periode-periode sebelumnya, baik menambah maupun mengurangi posisi
kas, apabila Lporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun saldo anggaran lebih (SAL).

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 144


Contoh Studi Kasus 23

Pada tanggal 1 Mei 2018, diketahui kesalahan berupa kelebihan pencatatan Pendapatan
– LRA sebesar Rp.10.000.000,00 untuk pelaksanaan APBD tahun anggaran 2017 yang nilainya
Rp.100.000.000,00 yang kemudian dilanjutkan dengan pengembalian kas sebesar
Rp.10.000.000,00. Saat itu, laporan keuangan tahun 2017 telah diterbitkan.

Jurnal kelebihan pencatatan Pendapatan – LRA di PPKD:

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
Rp100.000.000,0
2017 Kas di Kas Daerah 0
Rp100.000.000,0
01 April Pendapatan – LO 0

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
Rp110.000.000,0
2017 Estimasi Perubahan SAL 0
Rp110.000.000,0
01 April Pendapatan – LRA 0

Jurnal koreksi kelebihan pencatatan Pendapatan – LRA di PPKD:

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit

Tidak Ada Jurnal

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
2018 Saldo Anggaran Lebih (SAL) Rp10.000.000,00
01 Mei Kas di Kas Daerah Rp10.000.000,00

k. Penerapan PSAP No. 10 Paragraf 22

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 145


Kesalahan berulang dan sistemik seperti yang dimaksud pada paragraf 9 tidak
memerlukan koreksi, tetapi dicatat pada saat terjadi.
Paragraf 9 menjelaskan bahwa kesalahan yang berulang dan sistemik adalah
kesalahan yang disebabkan oleh sifat alamiah (normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu
yang diperkirakan akan terjadi berulang. Contohnya penerimaan pajak dari wajib pajak
yang memerlukan koreksi sehingga perlu dilakukan restitusi atau tambahan pembayaran
dari wajib pajak. Apabila seorang wajib pajak kurang bayar, pada saat menerima
pembayaran dari wajib pajak, dicatat sebagai pendapatan pajak, dan sebaliknya apabila
lebih bayar, pembayaran restitusi kepada wajib pajak dicatat sebagai pengurang
pendapatan pajak saat terjadi.

Contoh Studi Kasus 24


Pada bulan Maret 2019, wajib pajak A menerima SKPT kurang bayar pajak untuk tahun
2018 sebesar Rp 5.000.000,00. Wajib pajak telah membayar tagihan tersebut pada bulan April
2019.
Jurnal yang dibuat oleh SKPD adalah sebagai berikut.
Transaksi tersebut di jurnal :

Tangga Uraian Re Debit Kredit


l f
2019 R/K PPKD Rp 5.000.000,00
Rp 5.000.000,00
Apr Pendapatan Pajak

Jurnal yang dibuat oleh BUD adalah sebagai berikut.

Transaksi tersebut di jurnal :

Tanggal Uraian Ref Debit Kredit


2019 Kas di Kas Daerah Rp 5.000.000,00
Rp 5.000.000,00
Apr R/K SKPD

Contoh Studi Kasus 25

Pada tanggal 1 Mei 2018, diketahui kesalahan berupa kelebihan pencatatan


pendapatan-LO sebesar Rp 10.000.000,00 untuk pelaksanaan APBD tahun anggaran 2017 yang
dilanjutkan dengan pengembalian kas sebesar Rp.10.000.000,00. Pendapatan seharusnya
sebesar Rp. 100.000.000,00. Saat itu, laporan keuangan tahun 2017 telah diterbitkan.
Jurnal kelebihan pencatatan Pendapatan-LO di PPKD adalah sebagai berikut.

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 146


Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
2017 Kas di Kas Daerah Rp 110.000.000,00
Rp 110.000.000,00
1 April Pendapatan-LO
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
2018 Ekuitas Rp 10.000.000,00
Rp 110.000.000,00
1 Mei Kas di Kas Daerah

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
2017 Estimasi Perubahan SAL Rp 100.000.000,00
Rp 100.000.000,00
1 April Pendapatan-LRA

Jurnal koreksi kelebihan pencatatan Pendapatan-LO di PPKD adalah sebagai berikut.

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
2019
Tidak Ada Jurnal
April
Contoh Studi Kasus 26

Pada tanggal 1 Mei 2018, diketahui kesalahan berupa kelebihan pencatatan penerimaan
pendanaan/pinjaman sebesar Rp 10.000.000,00 untuk pelaksanaan APBD tahun anggaran 2017
yang dilanjutkan dengan pengembalian kas sebesar Rp 10.000.000,00. Saat itu, laporan
keuangan tahun 2017 telah diterbitkan.
Jurnal kelebihan pencatatan penerimaan pendanaan/pinjaman di PPKD adalah sebagai
berikut.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
2017 Kas di Kas Daerah Rp 100.000.000,00
Rp 100.000.000,00
1 April Kewajiban

Laporan Realisasi Anggaran

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 147


Tanggal Uraian Debit Kredit
Rp 110.000.000,00
2017 Estimasi Perubahan SAL
Rp 110.000.000,00
1 April Penerimaan Pendanaan/Pinjaman

Jurnal koreksi kelebihan pencatatan penerimaan pendanaan/pinjaman di PPKD adalah sebagai


berikut.

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit

Tidak Ada Jurnal

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit
2018 Saldo Anggaran Lebih (SAL) Rp 110.000.000,00
Rp 110.000.000,00
1 Mei Estimasi Perubahan SAL

l. Penerapan PSAP No. 10 Paragraf 27


Koreksi kesalahan yang tidak berulang atas pencatatan kewajiban yang terjadi
pada periode-periode sebelumnya, baik dan menambah maupun mengurangi posisi kas,
apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun Kas dan akun Kewajiban.

Contoh Studi Kasus 27

Pada tangaal 1 Mei 2018, diketahui kesalahan berupa pungutan pajak yang belum
disetor sebesar Rp 20.000.000,00 untuk pelaksanaan APBD tahun anggaran 2017 yang
dilanjutkan dengan pengeluaran kas sebesar Rp 20.000.000,00. Saat itu, laporan keuangan
tahun 2017 telah diterbitkan.
Jurnal koreksi pencatatan kewajiban PFK di PPKD adalah sebagai berikut.

Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
2018 Kewajiban PFK Rp 20.000.000,00
Rp 20.000.000,00
1 Mei Kas di Kas Daerah

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 148


Tidak Ada Jurnal

m. Penerapan PSAP No. 10 Paragraf 32

Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode


sebelumnya dan tidak memengaruhi posisi kas, baik sebelum maupun setelah laporan
keuangan periode tersebut diterbitkan, pembetulan dilakukan pada akun-akun neraca
terkait pada periode kesalahan ditemukan.

Contoh Studi Kasus 28

Pada tanggal 1 April 2018, diketahui kesalahan berupa adanya pencatatan peralatan
mesin ke akun tanah senilai Rp 15.000.000,00.
Jurnal koreksi kesalahan pencatatan peralatan dan mesin kea kun tanah di PPKD adalah
sebagai berikut.
Laporan Operasional
Tanggal Uraian Debit Kredit
2018 Peralatan dan Mesin Rp 15.000.000,00
Rp 20.000.000,00
1 April Tanah

Laporan Realisasi Anggaran


Tanggal Uraian Debit Kredit

Tidak Ada Jurnal

D. PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI


1. Perubahan Kebijakan Akuntansi
Dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan, entitas perlu
memerhatikan peraturan kepala daerah tentang kebijakan akuntansi yang merupakan
dasar pengakuan, pengukuran, dan pelaporan aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan,
belanja, dan pembiayaan serta laporan keuangan. Kebijakan tersebut akan berdampak
pada keandalan laporan keuangan yang akan dihasilkan sehingga kebijakan akuntansi
harus diterapkan secara kosisten dari waktu ke waktu. Dalam penyusunan laporan
keuangan, kebijakan akuntansi harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
sebelum menjelaskan pos-pos laporan keuangan agar laporan keuangan dapat dipahami
oleh para pengguna laporan keuangan.

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 149


Berdasarkan PSAP No. 10 paragraf 4, dikatakan bahwa kebijakan akuntansi
adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik
spesifik yang dipakai oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan. Dengan demikian, jelas bahwa perubahan kebijakan akuntansi harus
disajikan pada laporan perubahan ekuitas dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan (PSAP No. 10 paragraf 42).
Dalam PSAP No. 10 paragraf 37-40, dikatakan bahwa para pengguna laporan
keuangan perlu membandingkan laporan keuangan suatu entitas pelaporan dari waktu
ke waktu untuk mengetahui kecenderungan arah (trend) posisi keuangan, kinerja, dan
arus kas. Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang digunakan harus diterapkan secara
konsisten pada setiap periode. Perubahan di dalam perlakuan, pengakuan, atau
pengukuran akuntansi sebagai akibat dari perubahan atas basis akuntansi, kriteria
kapitalis, metode, dan estimasi, merupakan contoh perubahan kebijakan akuntansi.
Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya apabila penerapan
suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan atau
standar akuntansi pemerintah yang berlaku, atau apabila diperkirakan bahwa
perubahan tersebut akan menghasilkan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan, atau arus kas yang lebih relevan dan andal dalam penyajian laporan keuangan
entitas. Hal tersebut telah dijelaskan dalam PSAP No. 11 Paragraf 26.
Contoh perubahan kebijakan akuntansi adalah perubahan metode penyusutan
dan metode penilaian persediaan. Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan
dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset sehingga diperoleh nilai wajar.
Jadi, penyusutan bukan merupakan metode alokasi biaya untuk memupuk dana dalam
rangka penggantian asset tetap. Dengan demikian, apabila dilakukan penyusutan
terhadap asset tetap tidak berhubungan dengan beban belanja dan oleh karena itu,
perubahan kebijakan terhadap penyusutan tersebut tidak mempengaruhi laporan
realisasi anggaran.
Perubahan kebijakan akuntansi tidak mencakup hal-hal sebaga berikut.
a. Adopsi suatu kebijakan akuntansi pada peristiwa atau kejadian yang secara subtansi
berbeda dari peristiwa atau kejadian sebelumnya, dan
b. adopsi suatu kebijakan akuntansi baru untuk kejadian atau transaksi yang
sebelumnya tidak ada atau yang tidak material.

Contoh studi kasus 29

Pemkot Semarang membeli komputer dan periferalnya pada bulan desember 2015
senilai Rp. 200.000.000,00. Pada tahun 2015 , Pemkot Semarang menetapkan kebijakan
akuntansi dengan menerapkan penyusutan untuk peralatan dan mesin menggunakan metode
garis lurus. Estimasi masa manfaat Komputer tersebut 5 Tahun 2018, pemkot Semarang
memutaskan untuk mengubah kebijakan akuntansi penyusutan peralatan dan mesin (termasuk
komputer) dari metode garis lurus (straight line method) menjadi metode penyusutan saldo
menurun (double declining method).

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 150


Terhadap perubahan kebijakan akuntansi tersebut,disusun perhitungan penyusutan
sebagai berikut.
Perhitungan menurut metode garis lurus.

Tahun Perhitungan Nilai Disusutkan Nilai Buku


2015 0 200.000.000,00
2016 20% X Rp 200.000.000,00 40.000.000,00 160.000.000,00
2017 20% X Rp 200.000.000,00 40.000.000,00 120.000.000,00
2018 20% X Rp 200.000.000,00 40.000.000,00 80.000.000,00
2019 20% X Rp 200.000.000,00 40.000.000,00 40.000.000,00
2020 20% X Rp 200.000.000,00 40.000.000,00 0

Perhitungan menurut metode saldo menurun

Tahun Perhitungan Nilai Disusutkan Nilai Buku

2015 0 200.000.000,00
2016 40% X Rp 200.000.000,00 80.000.000,00 120.000.000,00
2017 40% X Rp 200.000.000,00 48.000.000,00 72.000.000,00
2018 40% X Rp 200.000.000,00 28.000.000,00 43.200.000,00
2019 40% X Rp 200.000.000,00 17.280.000,00 25.920.000,00
2020 40% X Rp 200.000.000,00 10.368.000,00 15.552.000,00

Pada akhir tahun 2018,akumulasi penyusutan Komputer berdasarkan metode garis lurus
sebesar Rp 120.000.000,00 ,(penjumlahan penyusutan tahun 2016,2017,2018) sedangkan
berdasarkan metode saldo menurun sebesar Rp 156.800.000,00 (penjumlahan penyusutan
tahun 2016,2017,2018) sehingga terdapat selisih sebesar Rp 36.800.000,00 .

Atas perhitungan tersebut, pada akhir 2018 terdapat perbedaan jumlah akumulasi
penyusutan sebesar Rp 36.800.000,00 sehinggan nilai wajar aset tetap dengan metode saldo
menurun terlalu tinggi sebesar nilai tersebut oleh karena itu,harus dibuat jurnal penyesuain
sebgai berikut.

Beban penyusutan-peralatan dan mesin Rp 36.800.000,00

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 151


Akumulasi penyusutan-peralatan dan mesin Rp 36.800.000,00

Pengungkapan

Paragaraf 29 menyatakan bahwa perubahan kebijakan akuntansi dan pengaruhnya


harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keungan. Contoh pengungkapan berdasarkan
ilustrasi perubahan kebijakn akuntansi penyusutan tersebut,metode garis lurus menjadi
metode saldo menurun,adalah sebagai berikut.
Pada tahun anggaran 2018,pemerintah kota Semarang telah menetapkan perubahan
kebijakan akuntansi khusus mmengenai metode penyusutan peralatan dan mesin,dari metode
garis lurus menjadi metode saldo menurun dengan alasan agar diperoleh nilai wajar yang
mendekati sebenarnya karena komputer dan periferalnya lebih cepat obsolet. Adapun
pengaruh perubahan kebijakn akuntansi metode penyusutan tersebut ,terdapat perbedaan
nilai wjar sebagai berikut.

URAIN METODE GARIS LURUS METODE SALDO MENURUN


Nilai perolehan awal 200.000.000,00 200.000.000,00
Akumulasi penyusutan s/d desember 2018 120.000.000,00 156.800.000,00
Nilai wajar pada 31 Des.2006 80.000.000,00 43.200.000,00

Jadi, nilai wajar aset tetap berupa komputer dan periferalnya pada 31 desember 2018 adalah
sebesar Rp 43.200.000,00 perbedaan tersebut telah dikoreksikan pada akun yang
bersangkutan.

2. Perubahan Estimasi Akuntansi

Berdasarkan PSAP No.10 paragraf 44,dikatakan bahwa perubahan estimasi karena


perubahan kondisi yang mendasari estimasi karena terdapapat informasi baru,pertambahan
pengalaman dalam mengestimasi,atau perkembangan lain.
Selanjutnya di paragraf 44 , pengaruh atau dampak perubahan estimasi akuntansi di
sajikan pada laporan di sajikan pada laporan operasional pada periode perubahan dan periode
selanjutnya sesuai sifat perubahan. Sebagai contoh, perubahan estimasi masa asset tetap
berpengaruh pada laporan operasional pada periode berjalan dan yang akan datang
diungkapkan dalam catatan atas Laporan Keuangan. Apabila tidak memungkinkan harus
diungkapkan alasan tidak mengungkapkan pengaruh perubahan itu.

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 152


3. Peristiwa Luar Biasa

Peristiwa luar biasa adalah kejadian atau transaksi yang secara jelas berbeda dari
aktivitas biasa atau normal suatu entitas dan karenanya tidak di harapkan terjadi dan berada di
luar kendali atau pengaruh entitas atau memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi
anggaran atau posisi asset/kewajiban. Di lingkungan entitas pemerintahan, penanggulangan
bencana alam dan sosial termasuk aktivitas biasa. peristiwa yang berada di luar kendali atau
pengaruh entitas adalah kejadian yang sukar di antisipasi dan oleh karena itu tidak dicerminkan
di dalam anggaran. Dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran karena suatu peristiwa
luar biasa terpengaruhi apabila kejadian tersebut secara tunggal menyebabkan penyerapan
sebagian besar belanja tidak terduga atau dana darurat sehingga memerlukan
perubahan/pengeseran anggaran secara mendasar.
Peristiwa luar biasa menggambarkan kejadian atau transaksi yang secara jelas berbeda
dari aktivitas biasa. Di dalam aktivitas biasa entitas pemerintah, termasuk penanggulangan
bencana alam atau sosial yang terjadi berulang. Peristiwa luar biasa harus memenuhi seluruh
persyaratan sebagai berikut.
a. Tidak merupakan kegiatan normal dari entitas.
b. Tidak diharapkan terjadi dan tidak diharapkan terjadi berulang.
c. Berada di luar kendali atau pengaruh entitas.
d. Memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran atau posisi
asset/kewajiban.

RANGKUMAN
1. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masalalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Karakteristik utama
kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai kewajiban adalah bahwa pemerintah
mempunyai kewajiban sampai saat ini yang dalam penyelesaiannya
mengakibatkan pengorbana sumber daya ekonomi di masa yang akan dating.
2. Kewajiban bedasarkan jatuh tempo diklafikasikan menjadi:
a. kewajiban jangka pendek, yaitu kewajiban yang di harapkan dibayar dalam waktu
12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan dan
b. kewajiban jangka panjang, yaitu kewajiban yang di harapkan dalam waktu lebih dari
12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaoran.
3. Kewajiban berdasrkan sumber pinajaman diklafikasikan menjadi: 1) utang dalam negri
dan 2) utang luar negri.
4. Pinjaman daerah bersumber dari: 1) pemerintah pusat; 2) pemerintah daerah lainnya ;
3) lembaga keuangan bank; 4) masyarakat.
5. Jangka waktu pinjaman meliputi: 1) pinjaman jangka pendek; 2) pinjaman jangka
panjang menengah; 3) pinjaman jangka panjang.
6. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul.
Kewajiban dapat timbul dari: 1) transaksi dengan pertukaran (exchange transaction); 2)

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 153


transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transaction); 3) kejadian yang berkaitan
dengan pemrintah (govemment-related events); 4) kejadian yang di akui pemerintah
(govemment-acknowledged events).
7. Penerapan nilai keuangan untuk pos kewajiban pda laporan keuangan, meliputi: 1)
utang pihak ketiga; 2) utang transfer; 3) utang bunga; 4) utang perhitungan pihak
ketiga; 5) pendapatan diterima di muka; 6) bagian lancar utang jangka panjang; 7)
kewajiban lancer lainnya; 8) utang pemerintah yang tidak di perjualbelikan; 11)
kewajiban lancar lainnya (other current liabilities); dan 12) tunggakan.
8. Kesalahan adalah penyajian akun-akun laporan keuangan yang secara signifikan tidak
sesuai dengan yang seharusnya sehingga memengaruhi laporan keuangan periode
berjalan atau sebelumnya.
9. Periode berjalan adalah periode sebelum laporan keuangan belum ditetapkan dengan
perda, sedangkan periode sebelumnya adalah periode akuntansi dimana laporan
keuangan telah di terbitkan.
10. Pihak yang terkait dalam koreksi kesalahan, antara lain: 1) bendahara penerimaan; 2)
bendahara pengeluaran; 3) kuasa BUD; 4) pengurus barang.
11. Kesalahan dalam penyusuna laporan keuangan bias terjadi pada satu atau beberapa
periode sebelumnya dan mungkin baru di temukan pada periode berjalan atau
pada periode setelah laporan keuangan di sahkan dan telah di terbitkannya undang-
undang dan/atau peraturan daerah.
12. Perubahan estimasi adalah revisi estimasi karena perubahan kondisi yang mendasari
estimasi tersebut, atau perkembangan lain.
13. Peristiwa luar biasa adalah kejadian atau transaksi yang secara jelas berbeda dari
aktivitas biasa atau normal suatu entitas dan karenanya tidak di harapkan terjadi dan
berada di luar kendali atau pengaruh entitas sehingga memiliki dampak yang signifikan
terhadap realisasi anggaran atau posisi asset/kewajiban.
14. Peristiwa luar biasa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) tidak merupakan
kegiatan normal dari entitas; b) tidak di harapkan terjadi dan tidak di harapkan terjadi
berulang; c) berada di luar kendali atau pengaruh entitas; dan d) memiliki dampak yang
signifikan terhadap realisasi anggaran atu posisi asset/kewajiban.

PENILAIAN PENGETAHUAN
A. Pilihlah salah satu jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban
A, B, C, D, atau E.
1. Perlakuan akuntansi utang dalam negeri mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu pengakuan,
pengukuran, serta penyajian dan pengungkapan. Hal ini merupakan kewajiban yang di
klarifikasikan berdasarkan pemberian pinjaman yang berasal dari ...
A. Pinjaman dalam negeri D. Kewajiban jangka pendek
B. Pinjaman luar negeri E. Investasi jangka panjang
C. Pinjaman pinjaman dalam negeri

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 154


2. Kesepakatan tertulis mengenai pinjaman antara pemerintah dan pemberi pinjaman
dalam negeri merupakan dokumen...
A. Pinjaman dalam negeri D. Kewajiban jangka panjang
B. Perjanjian pinjaman luar negeri E. Investasi jangka panjang
C. Perjanjian pinjaman dalam negeri
3. Berikut yang tidak termasuk prinsip dasar pinjaman daerah, yaitu...
A. Tidak boleh melebihi batas defisit APBD
B. Tidak boleh melebihi batas kumulatif pinjaman daerah yang dananya berasal dari
dalam negeri
C. Inisiatif pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan kewenangannya
D. Tidak dapat melaksanakan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri
E. Salah satu alternatif sumber pendanaan APBD untuk menutup defisit APBD
4. Pinjaman yang berasal dari APBD termasuk dana investasi pemerintah, penerusan
pinjaman dalam negeri, dan/atau penerusan pinjaman luar negeri merupakan jenis
pinjaman daerah yang berasal dari ...
A. Pinjaman pusat D. Lembaga keuangan bukan bank
B. Pinjaman jangka pendek E. Lembaga keuangan bank
C. Pinjaman jangka panjang
5. Berbadan hukum indonesia dan mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah negara
kesatuan republik indinesia merupakan salah satu syarat pinjaman daerah yang
bersumber dari...
A. Pinjaman jangka menengah D. Lembaga keuangan nonbank
B. Pinjaman jangka pendek E. Lembaga keuangan bank
C. Pinjaman jangka panjang
6. Kesepakatan tertulis antara pemerintah dan pemerintah daerah mengenai pinjaman
daerah yang dananya tidak berasal dari peneruan pinjaman dalam negeri atau
penerusan pinjaman luar negeri merupakan dokumen...
A. Lembaga keuangan bank D. Perjanjian pinjaman daerah
B. Pinjaman jangka pendek E. Perjanjian pemerintah pusat
C. Pinjaman jangka panjang
7. Pinjaman daerah yang ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar
modal disebut...
A. Lembaga keuangan bank D. Surat utang negara
B. Pinjaman jangka pendek E. Obligasi daerah
C. Pinjaman jangka menengah
8. Pinjaman daerah dalam jangka waktu paling lama 1 tahun anggaran dan kewajiban
pembayaran kembali pinjaman jangka panjang yang meliputi pokok pinjaman, bunga

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 155


dan/ atau kewajiban lainnya merupakan jenis pinjaman pemerintah daerah berdasarkan
jangka waktu pinjamannya, yaitu...
A. pinjaman jangka pendek D. Investasi jangka pendek
B. pinjaman jangka panjang E. Investasi jangka panjang
C. pinjaman jangka menengah
9. pada 1 september 2018, pemkot Banjarmasin mendapat pinjaman dari pemerintah
pusat sebesar Rp58.000.000,00 dengan jangka waktu 4 tahun dari bunga sebesar 9% per
tahun yang harus dibayar setiap tanggal 15 Agustus. Pada akhir tahun 2018 jurnal
penyesuaian yang harus dibuat oleh pemkot banjarmasin untuk mengakui utang bunga
adalah...
A. utang bunga Rp5.220.000,00
beban bunga Rp5.220.000,00
B. beban bunga Rp14.500.000,00
utang bunga Rp14.500.000,00
C. kewajiban lancar lainnya Rp14.500.000,00
beban bunga Rp14.500.000,00
D. beban bunga Rp5.220.000,00
kewajiban lancar lainnya Rp5.220.000,00
E. beban bunga Rp5.220.000,00
utang bunga Rp5.220.000,00
10. kewajiban pembayaran kembali pinjaman jangka panjang yang meliputi pokok
pinjaman, bunga, dan kewajiban lain seluruhnya harus dilunasi pada tahun anggaran
berikutnya sesuai dengan pernyataan pinjaman pinjaman yang bersangkutan
merupakan jenis pinjaman pemerintah daerah berdasarkan jangka waktu pinjamannya,
yaitu...
A. pinjaman jangka pendek D. Investasi jangka permanen
B. pinjaman jangka panjang E. Jangka panjang non-permanen
C. pinjaman pemerintah daerah
11. suatu transaksi tanpa pertukaran timbul ketika masing-masing pihak dalam transaksi
tersebut mengorbankan dan menerima suatu nilai sebagai gantinya merupakan
pengakuan kewajiban yang ditimbulkan oleh...
A. refinancing transaction D. Excharge transaction
B. govemment-acknowledged events E. Non-excharge transaction
C. govemment-related events
12. suatu transaksi tanpa pertukaran timbul ketika satu pihak dalam suatu transaksi
menerima nilai tanpa secara langsung memberikan atau menjanjikan nilai sebagai
gantinya merupakan pengakuan kewajiban yang ditimbulkan oleh...

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 156


A. accrued interest revenue D. Excharge transaction
B. govemment-acknowledged events E. Non-excharge transaction
C. govemment-related events
13. pada 15 mei 2019, diketahui bahwa terdapat kesalahan pencatatan atas transaksi
pendapatan retribusi sebesar Rp151.000.000,00 sementara yang dicatat hanya sebesar
Rp115.000.000,00 jurnal koreksi untuk LRA adalah...
A. estimasi SAL Rp36.000.000,00
pendapatan-LRA Rp36.000.000,00
B. pendapatan-LRA Rp36.000.000,00
Estimasi SAL Rp36.000.000,00
C. kas bendahara penrimaan Rp36.000.000,00
pendapatan-LRA Rp36.000.000,00
D. pendapatan –LRA Rp36.000.000,00
kas bendahara penerimaan Rp36.000.000,00
E. estimasi SAL Rp36.000.000,00
kas bendahara penerimaan Rp36.000.000,00
14. kejadian yang diakui pemerintah adalah kejadian yang tidak didasarkan pada transaksi,
tetapi kejadian tersebut mempunyai konsekuensi keuangan bagi pemerintah. Hal ini
merupakan pengakuan kewajiban yang timbulkan oleh...
A. Non-excharge transction D. Excharge transaction
B. Goverment-acknowledged events E. Other current liabilties
C. Goverment-related events
15. Utang pada saat pemerintah menerima hak atas barang, termasuk barang dalam
perjalanan yang telah menjadi haknya. Pemerintah harus mengakui kewajiban atas
jumlah yang belum dibayarkan untuk barang tersebut. Hal ini merupakan pengukuran
kewajiban, yaitu...
A. Perhitungan pihak ketiga D. Kewajiban pihak ketiga
B. Pendapatan diterima di muka E. Kewajiban lancar lainnya
C. Utang belanja
16. Kewajiban yang harus diakui pemerintah karena menerima uang muka atas suatu
transaksi yang direalisasikan di masa mendatang merupakan pengukuran kewajiban,
yaitu...
A. Perhitungan pihak ketiga D. Kewajiban pihak ketiga
B. Pendapatan diterima di muka E. Kewajiban lancar lainnya
C. Investasi jangka panjang
17. Pada akhir bulan mei 2018, diketahui bahwa pemerintah kota bandung masih memiliki
beban beban yang belum dibayarkan, meliputi beban listrik Rp25.500.000,00, beban air

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 157


Rp28.450.000,00, beban telepon sebesar Rp3.800.000,00. Berdasarkan data tersebut,
jurnal yang harus dicatat oleh pemkot bandung adalah...
A. Beban listrik Rp25.500.000,00
Beban air Rp28.450.000,00
Beban telepon Rp 3.800.000,00
Utang beban Rp57.750.000,00
B. Utang beban Rp57.750.000,00
Beban listrik Rp25.500.000,00
Beban air Rp28.450.000,00
Beban telepon Rp 3.800.000,00
C. Beban Listrik Rp25.500.000,00
Beban Air Rp28.450.000,00
Beban Telepon Rp 3.800.000,00
Kewajiban Lancar Lainnya RP57.750.000,00
D. Beban Lain-lain Rp57.750.000,00
Kewajiban Lancar Lainnya Rp57.750.000,00
E. Kewajiban Lancar Lainnya Rp57.750.000,00
Beban Listrik Rp25.500.000,00
Beban Air Rp28.450.000,00
Beban Telepon Rp 3.800.000,00
18. Biaya yang masih harus dibayar pada saat laporan keuangan disusun dan pengukuran
untuk masing-masing komponen (item) disesuaikan dengan karakteristik masing-masing
pos disebut...
A. Utang perhitungan pihak ketiga D. Kewajiban lancar lainnya
B. Pendapatan diterima di muka E. Investasi jangka panjang
C. Utang yang tidak diperjualbelikan
19. Kewajiban entitas kepada pemberi utang sebesar pokok utang dan bunga sesuai yang
diatur dalam kontrak perjanjian dan belum diselesaikan pada tanggal pelaporan
merupakan pengukuran kewajiban, yaitu...
A. Perhitungan pihak ketiga D. Kewajiban lancar lainnya
B. Pendapatan diterima di muka E. Kewajiban jangka panjang
C. Utang yang tidak diperjualbelikan
20. Kewajiban yang terjadi pada saat pemerintah menerima hak atas barang termasuk
barang dalam perjalanan yang telah menjadi haknya. Pemerintah harus mengakui
kewajiban atas jumlah yang belum dibayarkan untuk barang tersebut. Hal ini merupakan
pengukuran kewajiban, yaitu...
A. Perhitungan pihak ketiga D. Kewajiban lancar lainnya

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 158


B. Kewajiban beban bunga E. Kewajiban jangka pendek
C. Kewajiban belanja
21. Kewajiban atas utang pemerintah, baik dari dalam maupun luar negeri, harus dicatat
sebesar biaya bunga yang telah terjadi dan belum dibayar. Hal ini merupakan
pengukuran kewajiban, yaitu...
A. Perhitungan pihak ketiga
B. Kewajiban beban bunga
C. Kewajiban lancar lainnya
D. Pengelolaan dana cadangan
E. Pendanaan dana cadangan
22. Berikut ini yang tidak termasuk sumber pendanaan dana cadangan adalah...
A. Pinjaman daerah
B. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
C. Dana Alokasi Umum (DAU)
D. Bagi hasil pajak/bukan pajak
E. Kontribusi tahunan penerimaan APBD
23. Pihak yang wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban (LPJ) adminitratif beserta
bukti-bukti pendukungnya kepada pengguna anggaran melalui PPK-SKPD agar dapat
membukukan seluruh transaksi merupakan pihak yang terkait dalam koreksi kesalahan,
yaiu...
A. Bendahara penerimaan
B. Bendahara pengeluaran
C. Bemdahara umum daerah
D. Pengurus barang milik negara
E. Kesalahan tidak berulang
24. Tanggal 5 juli 2019, SKPD salah mencatat nominal transaksi pembayaran gaji pegawai
yang seharusnya bernilai Rp78.000.000,00, menjadi Rp87.000.000,00. Jurnal koreksi
yang harus dibuat oleh SKPD adalah...
A. R/K SKPD Rp9.000.000,00
Belanja pegawai Rp9.000.000,00
B. R/K PPKD Rp9.000.000,00
Belanja pegawai Rp9.000.000,00
C. Kas di kas daerah Rp9.000.000,00
R/K SKPD Rp9.000.000,00
D. Belanja modal Rp9.000.000,00
R/K PPKD Rp9.000.000,00
E. Kas di kas daerah RP9.000.000,00

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 159


R/K PPKD Rp9.000.000,00
25. Pada 19 juni 2019, pemkot surabaya membeli dua unit mobil dalam rangka pengadaan
kendaraan dinas @Rp319.000.000,00. Atas transaksi tersebut, jurnal harus dicatat oleh
bendahara umum daerah...
A. Belanja kendaraan Rp639.000.000,00
R/K PPKD Rp639.000.000,00
B. Belanja modal-kendaraan Rp639.000.000,00
R/K PPKD Rp639.000.000,00
C. R/K PPKD Rp639.000.000,00
Kas di kas daerah Rp639.000.000,00
D. R/K SKPD Rp639.000.000,00
Kas di kas Daerah Rp639.000.000,00
E. Belanja modal-kendaraan Rp639.000.000,00
R/K SKPD Rp639.000.000,00
26. Jika terjadi kesalahan pendapatan yang dapat mempengaruhi kas pada saat kas dalam
periode berjalan, harus dilakukan...
A. Pengakuan kembali pendapatan
B. Pencatatan ulang pendapatan
C. Penutupan akun pendapatan
D. Penyesuaian pendapatan
E. Koreksi kesalahan pendapatan
27. Pada tahun 2017, kabupaten kendal memperoleh pinjaman dari pusat sebesar
Rp4.800.000,00, yang akan jatuh tempo dalam lima tahun dengan bunga pinjaman
sebesar 12% per tahun. Pembayaran bunga dilakukan setiap tanggal 20 januari. Jumlah
bunga yang harus dibayar pada tanggal 20 januari 2018 adalah...
A. Rp480.000.000,00
B. Rp576.000.000,00
C. Rp720.000.000,00
D. Rp765.000.000,00
E. Rp960.000.000,00
28. Pada 15 Juni 2017, Kabupaten Batang memperoleh utang jangka panjang sebesar
Rp8.400.000.000,00 dengan bunga pinjaman 15% untuk jangka waktu 5 tahun dengan
syarat pembayaran angsuran pokoknya dilakukan setiap tanggal 15 Juni. Pada akhir
tahun 2017, perlu dilakukan perhitungan terhadap bagian utang jangka panjang
tersebut yang harus dibayar pada tanggal 15 Juni 2018. Jumlah angsuran pokoknya
adalah...
A. Rp 756.000.000,00

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 160


B. Rp 840.000.000,00
C. Rp1.008.000.000,00
D. Rp1.260.000.000,00
E. Rp1.680.000.000,00
29. Pada tanggal 16 agustus 2018, bendahar umum daerah (BUD) kota semarang membeli
bahan habis pakai secara kredit kepada CV broto joyo sebesar Rp72.000.000,00. pada
tanggal 21 agustus, membayar kepada CV broto joyo Rp22.000.000,00 pada tanggal 31
agustus, membayar Rp27.000.000,00, sisanya dibayar tanggal 5 september 2018.
Berdasarkan data tersebut, jumlah sisa utang kota semarang terhadap CV broto joyo31
agustus adalah...
A. Rp22.000.000,00 D. Rp45.000.000,00
B. Rp23.000.000,00 E. Rp72.000.000,00
C. Rp27.000.000,00
30. Kabupaten sukatani pada bulan April 2018 memiliki beban yang belum dibayarkan,
meliputi beban listrik RP1.700.000,00. Beban air Rp1.300.000,00, serta beban telepon
dan internet Rp12.500.000,00. Berdasarkan data tersebut, jumlah beban terutang
kabupaten sukatani bulan april 2018 adalah...
A. Rp1.300.000,00 D. Rp14.200.000,00
B. Rp1.700.000,00 E. Rp15.500.000,00
C. Rp12.500.000,00

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat.


1. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Jelaskan karakteristik
kewajiban dalam konteks pemerintah.
2. Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos kewajiban yang mencakup jumlah
yang diharapkan akan diselesaikan setelah tanggal pelaporan. Jelaskan klasifikasi
kewajiban berdasarkan jatuh tempo.
3. Kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pendanaan pinjaman dari
masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional.
Jelaskan klasifikasi kewajiban berdasarkan sumber pinjaman
4. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul.
Apakah penyebab terjadinya pengakuan kewajiban?
5. Penerapan nilai keuangan untuk pos kewajiban pada laporan keuangan harus disusun
sesuai ketentuan. Bagaimanakah ketentuan penerapan kewajiban pada laporan
keuangan?

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 161


6. Periode berjalan adalah periode sebelum laporan keuangan belum ditetapkan dengan
perda, sedangkan periode sebelumnya adalah periode akuntansi di mana laporan
keuangan telah diterbitkan.
7. Kesalahan adalah penyajian akun laporan keuangan yang tidak sesuai dengan yang
seharusnya. Jelaskan pihak yang terkait dalam koreksi kesalahan.
8. Perubahan estimasi adalah revisi estimasi karena perubahan kondisi yang mendasari
estimasi tersebut, atau karena terdapat informasi baru, pertambahan pengalaman
dalam mengestimasi, atau perkembangan lain. Apakah akibat adanya perubahan
estimasi dalam akuntansi pemerintah?
9. Perisitwa luar biasa adalah kejadian atau transaksi yang secara jelas berbeda dari
akuntansi biasa atau normal suatu entitas. Apakah akibat adanya peristiwa luar biasa
dalam akuntansi pemerintah?
10. Peritiwa luar biasa tidak diharapkan terjadi dan berada di luar kendali atau pengaruh
entitas sehingga memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran atau
posisi aset/kewajiban. Jelaskan persyaratan suatu kejadian dianggap sebagai peristiwa
luar biasa.

PENILAIAN KETERAMPILAN
C. KERJAKAN TUGAS DI BAWAH INI SESUAI DENGAN PERINTAH.

STUDI KASUS 1

Pada tahun 2017, Pemkot Kendal memperoleh pinjaman darri pusat sebesar Rp.
9.800.000.000,00, yang akan jatuh tempo dalam lima tahun dengan bunga pinjaman sebesar
12% per tahun. Pembayaran dilakukan setiap tanggal 20 Januari. Setiap akhir tahun, Pemkot
Kendal harus melakukan penyesuaian untuk mengakui dan mencatat adanya utang bunga atas
pinjaman tersebut.

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 162


Berdasarkan data tersebut, Anda diminta:
Membuat jurnal finansial dan jurnal pelaksanaan anggaran.

STUDI KASUS 2

Pada tanggal 12 Maret 2018, bendahara umum daerah (BUD) Kota Kudus menerima uang muka
lelang atas penjualan aset daerah berupa kendaraan sebesar RP.29.400.000,00. Pada tanggal 26
April 2018, bendahara umum daerah (BUD) Kota Kudus menerima hasil pelelangan atas
penjualan aset daerah berupa kendaraan dengan harga perolehan sebesar Rp.392.000.000,00,
yang telah habis umur ekonomisnya dan laku senilai Rp.98.000.000,00.

Berdasarkan data tersebut, Anda diminta:


Membuat jurnal finansial dan jurnal pelaksanaan anggaran.

STUDI KASUS 3

Pada 15 Juni 2017, Pemkot Batang memperoleh utang jangka panjang sebesar
Rp.84.000.000.000,00 untuk jangka 5 tahun dengan syarat pembayaran angsuran pokoknya
dilakukan setiap tanggal 15 Juni. Pada akhir tahun 2017, perlu dilakukan perhitungan terhadap
bagian utang jangka panjang tersebut yang harus dibayar pada tanggal 15 Juni 2018.

Berdasarkan data tersebut, Anda diminta:


Membuat jurnal finansial dan jurnal pelaksanaan anggaran.

STUDI KASUS 4

Pada tanggal 16 Agustus 2018, bendahara umum daerah (BUD) Kota Semarang membeli bahan
habis pakai secara kredit kepada CV Kalista Jaya sebesar Rp.7.200.000,00. Pada tanggal 31
Agustus, utang kepada CV Broto Joyo dibayar lunas.

Berdasarkan data tersebut, Anda diminta:


Membuat jurnal finansial dan jurnal pelaksanaan anggaran.

STUDI KASUS 5

Data beban pada Kabupaten Sukatani bulan April 2018 yang belum dibayarkan, meliputi: beban
listrik sebesar Rp.1.700.000,00, serta beban telepon dan internet Rp.12.500.000,00.

Berdasarkan data tersebut, Anda diminta:


Membuat jurnal.

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 163


STUDI KASUS 6

Pada tanggal 20 September 2018, dibayar gaji pegawai dengan menerbitkan SP2D-LS dengan
nilai Rp.103.500.000,00. Pada hari dan tanggal yang sama, SP2D-LS tersebut dibukukan oleh
bagian keuangan sebesar Rp.103.500.000,00 sebagai belanja barang. Pada waktu menyusun
laporan, diketahui ada kekeliruan pembukuan belanja atas SP2D pada tanggal 20 September
2018.

Berdasarkan data tersebut, Anda diminta:


Membuat jurnal koreksi.

STUDI KASUS 7

Pada tanggal 23 November 2018, diterima setoran atas pendapatan retribusi parker dengan STS
No.156 sebesar RP.21.000.000,00. Pada hari dan tanggal yang sama, STS tersebut dibukukan
oleh bagian keuangan sebesar Rp.71.400.000,00. Pada bulan Januari 2019, waktu menyusun
laporan, ditemukan perbedaan antara saldo kas menurut bank dan saldo menurut buku sebesar
RP.50.400.000,00 (Rp71.400.000,00-Rp.21.000.000,00).

Berdasarkan data tersebut, Anda diminta:


Membuat jurnal koreksi.

STUDI KASUS 8

Pada tanggal 5 Juli 2018, dibeli bahan habis pakai sebesar Rp.18.000.000,00, namun dicatat
sebesar Rp.1.800.000,00. Pada tanggal 1 Desember 2018, kesalahan tersebut kemudian
dikoreksi.

Berdasarkan data tersebut, Anda diminta:


Membuat jurnal koreksi.

STUDI KASUS 9

Pada tanggal 1 Juni 2018, diketahui kesalahan berupa pungutan pajak yang belum disetor
sebsar Rp.22.000.000,00 untuk pelaksanaan APBD tahun anggaran 2017 yang dilanjutkan
dengan pengeluaran kas sebesar Rp.22.000.000,00. Saat itu, laporan keuangan 2017 telah
diterbitkan.

Berdasarkan data tersebut, Anda diminta:


Membuat jurnal koreksi.

STUDI KASUS 10

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 164


Pada tanggal 1 Maret 2018, dikethui kesalahn berupa adanya pencatatan peralatan dan mesin
kea kun tanah senilai Rp.25.000.000,00.

Berdasarkan data tersebut, Anda diminta:


Membuat jurnal koreksi kesalahan pencatatan perlaatan dan mesin kea kun tanah di PPKD.

BAB 3 KEWAJIBAN DAN KOREKSI KESALAHAN 165

Anda mungkin juga menyukai