Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Suatu entitas ekonomi pada umumnya menyelenggarakan akuntansi

keuangan sesuai aturan yang berlaku umum dan terstandarisasi. Seperti halnya

entitas ekonomi pada umumnya, pemerintah khususnya pemerintah pusat/daerah

memiliki keharusan untuk menyelenggarakan akuntansi pemerintahan sesuai PP

Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntasi Pemerintah.

Undang-Undang di bidang keuangan negara mewajibkan entitas pemerintah

untuk menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban

pelaksanaan anggaran dan penggunaan sumber daya dalam periode tertentu.

Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi

pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah

ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi

suatu entitas pelaporan, serta membantu menentukan ketaatannya terhadap

peraturan perundang-undangan. Selain itu, laporan keuangan entitas pelaporan

juga menyediakan informasi mengenai antara lain aset, kewajiban, dan ekuitas.

Penyusunan dan penyajian laporan keuangan tersebut dimaksudkan untuk

memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

Kewajiban merupakan dampak transaksi masa lalu yang penyelesaiannya

mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi. Kewajiban pemerintah dapat

timbul dari pengadaan barang dan jasa atau gaji yang belum dibayar, dan

1
kewajiban pemerintah yang timbul dari keharusan membayar kembali pinjaman

dalam negeri (obligasi), pinjaman lembaga internasional, pinjaman dari

pemerintah lain, atau pinjaman lembaga keuangan dalam negeri.

Akuntansi kewajiban meliputi pengakuan, pengukuran, serta pelaporan dan

pengungkapan seluruh transaksi kewajiban yang menyebabkan timbulnya

utang, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk perlakuan atas

restrukturisasi utang, penghapusan utang dan kapitalisasi biaya pinjaman. Pada

akuntansi berbasis akrual, klasifikasi dan jenis utang yang disajikan pada neraca

harus sesuai dengan karakteristik masing-masing utang bersangkutan dengan

mengacu pada PSAP 09 tentang Akuntansi Kewajiban.

1. 2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana menurut pandangan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun

2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan mengenai Akuntansi

Kewajiban?

2. Apakah pengakuan dan pengukuran Akuntansi Kewajiban di Pemerintah

sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku?

1. 3 Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010

Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Mengenai Akuntansi Kewajiban.

2. Untuk Mengetahui dan Memahami pengakuan dan pengukuran Akuntansi

Kewajiban di Pemerintah sudah sesuai dengan Standar Akuntansi

Pemerintahan yang berlaku

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2. 1 Pengertian Kewajiban

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 5 menyatakan bahwa:

“Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah”.

2. 2 Tujuan Pernyataan Standar Akuntansi Kewajiban

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 1 menyatakan bahwa Tujuan Pernyataan Standar Akuntansi Kewajiban

adalah:

“untuk mengatur perlakuan akuntansi kewajiban meliputi saat pengakuan,


penentuan nilai tercatat, amortisasi, dan biaya pinjaman yang dibebankan
terhadap kewajiban tersebut”.

2. 3 Klasifikasi Kewajiban

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 11 menyatakan bahwa:

“Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika


diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal
pelaporan. Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban
jangka panjang”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 12 menyatakan bahwa:

“Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama


seperti aset lancar. Kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer
pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu bagian yang akan
menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya”.

3
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 13 menyatakan bahwa:

“Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh tempo


dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan, misalnya
bunga pinjaman, utang jangka pendek dari pihak ketiga, utang Perhitungan
Fihak Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang”.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 14 menyatakan bahwa:

“Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban jangka


panjangnya, meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan akan
diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan
jika: (a) jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas)
bulan; dan (b) entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance)
kewajiban tersebut atas dasar jangka panjang; dan (c) maksud tersebut
didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan kembali (refinancing),
atau adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran, yang diselesaikan
sebelum laporan keuangan disetujui”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 17 menyatakan bahwa:

“Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu (covenant)


yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban jangka
pendek (payable on demand) jika persyaratan tertentu yang terkait dengan
posisi keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan demikian, kewajiban
dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang hanya jika: (a)
pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan sebagai
konsekuensi adanya pelanggaran, dan (b) terdapat jaminan bahwa tidak akan
terjadi pelanggaran berikutnya dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah
tanggal pelaporan”.
2. 4 Pengakuan Kewajiban

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 18 menyatakan bahwa:

“Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran 30 sumber


daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang 31 ada
sampai saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut 32
mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal”.

4
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 21 menyatakan bahwa:

“Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima oleh 5 pemerintah atau
dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan, 6 dan/atau pada saat
kewajiban timbul”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 22 menyatakan bahwa:

“Kewajiban dapat timbul dari: (a) transaksi dengan pertukaran (exchange


transactions); (b) transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transactions),
sesuai hukum yang berlaku dan kebijakan yang diterapkan, yang belum
dibayar lunas sampai dengan saat tanggal pelaporan; (c) kejadian yang
berkaitan dengan pemerintah (government-related events); (d) kejadian yang
diakui pemerintah (government-acknowledged events)”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 23 menyatakan bahwa:

“Suatu transaksi dengan pertukaran timbul ketika masing-masing pihak


dalam transaksi tersebut mengorbankan dan menerima suatu nilai sebagai
gantinya. Terdapat dua arus timbal balik atas sumber daya atau janji untuk
menyediakan sumber daya. Dalam transaksi dengan pertukaran, kewajiban
diakui ketika satu pihak menerima barang atau jasa sebagai ganti janji untuk
memberikan uang atau sumber daya lain di masa depan. ”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 29 menyatakan bahwa:

“Kejadian yang diakui Pemerintah adalah kejadian-kejadian yang tidak


didasarkan pada transaksi namun kejadian tersebut mempunyai konsekuensi
keuangan bagi pemerintah karena pemerintah memutuskan untuk merespon
kejadian tersebut. Pemerintah mempunyai tanggung jawab luas untuk
menyediakan kesejahteraan publik. Untuk itu, Pemerintah sering
diasumsikan bertanggung jawab terhadap satu kejadian yang sebelumnya
tidak diatur dalam peraturan formal yang ada. Konsekuensinya, biaya yang
timbul dari berbagai kejadian, yang disebabkan oleh entitas nonpemerintah
dan bencana alam, pada akhirnya menjadi tanggung jawab pemerintah.
Namun biaya-biaya tersebut belum dapat memenuhi definisi kewajiban
sampai pemerintah secara formal mengakuinya sebagai tanggung jawab
keuangan pemerintah, dan atas biaya yang timbul sehubungan dengan

5
kejadian tersebut telah terjadi transaksi dengan pertukaran atau tanpa
pertukaran”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 30 menyatakan bahwa:

“Dengan kata lain pemerintah seharusnya mengakui kewajiban dan biaya


untuk kondisi pada paragraf 29 ketika keduanya memenuhi dua kriteria
berikut: (1) Badan Legislatif telah menyetujui atau mengotorisasi sumber
daya yang akan digunakan, (2) transaksi dengan pertukaran timbul
(misalnya saat kontraktor melakukan perbaikan) atau jumlah transaksi tanpa
pertukaran belum dibayar pada tanggal pelaporan (misalnya pembayaran
langsung ke korban bencana)”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 31 menyatakan bahwa:

“Contoh yang mengilustrasikan pengakuan kewajiban dari kejadian yang


diakui pemerintah. Suatu kerusakan akibat bencana alam di kota-kota
Indonesia dan DPR mengotorisasi pengeluaran untuk menanggulangi
bencana tersebut. Kejadian ini merupakan konsekuensi keuangan dari
pemerintah karena memutuskan untuk menyediakan bantuan bencana bagi
kota-kota tersebut. Transaksi yang berhubungan dengan hal tersebut,
meliputi sumbangan pemerintah ke masing-masing individu dan pekerjaan
kontraktor yang dibayar oleh pemeritah, diakui sebagai transaksi dengan
pertukaran atau tanpa pertukaran. Dalam kasus transaksi dengan pertukaran,
jumlah terutang untuk barang dan jasa yang disediakan untuk pemerintah
diakui saat barang diserahkan atau pekerjaan diselesaikan. Dalam kasus
transaksi tanpa pertukaran, suatu kewajiban harus diakui sebesar jumlah
terutang yang belum dibayar pada tanggal pelaporan. Kewajiban tersebut
meliputi jumlah tagihan ke pemerintah untuk membayar manfaat, barang
atau jasa yang telah disediakan sesuai persyaratan program yang ada pada
tanggal pelaporan pemerintah”.

2. 5 Pengukuran Kewajiban

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 32 menyatakan bahwa:

“Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang
asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca”.

6
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 33 menyatakan bahwa:

“Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan nilai kewajiban pemerintah


pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera pada
lembar surat utang pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya, seperti transaksi
pembayaran, perubahan penilaian dikarenakan perubahan kurs valuta asing,
dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan
menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut”.

2. 5. 1 Utang Kepada Pihak Ketiga (Account Payable)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP

Nomor 05 Paragraf 35 menyatakan bahwa:

“Pada saat pemerintah menerima hak atas barang, termasuk barang


dalam perjalanan yang telah menjadi haknya, pemerintah harus
mengakui kewajiban atas jumlah yang belum dibayarkan untuk
barang tersebut”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP

Nomor 05 Paragraf 36 menyatakan bahwa:

“Bila kontraktor membangun fasilitas atau peralatan sesuai dengan


spesifikasi yang ada pada kontrak perjanjian dengan pemerintah,
jumlah yang dicatat harus berdasarkan realisasi fisik kemajuan
pekerjaan sesuai dengan berita acara kemajuan pekerjaan”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP

Nomor 05 Paragraf 37 menyatakan bahwa:

“Jumlah kewajiban yang disebabkan transaksi antar unit


pemerintahan harus dipisahkan dengan kewajiban kepada unit
nonpemerintahan”.

7
2. 5. 2 Utang Transfer

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP

Nomor 05 Paragraf 38 menyatakan bahwa:

“Utang transfer adalah kewajiban suatu entitas pelaporan untuk


melakukan pembayaran kepada entitas lain sebagai akibat
ketentuan perundang-undangan”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP

Nomor 05 Paragraf 39 menyatakan bahwa:

“Utang transfer diakui dan dinilai sesuai dengan peraturan yang


berlaku”.

2. 5. 3 Utang Bunga (Accrued Interest)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP

Nomor 05 Paragraf 40 menyatakan bahwa:

“Utang bunga atas utang pemerintah harus dicatat sebesar biaya


bunga yang telah terjadi dan belum dibayar. Bunga dimaksud dapat
berasal dari utang pemerintah baik dari dalam maupun luar negeri.
Utang bunga atas utang pemerintah yang belum dibayar harus
diakui pada setiap akhir periode pelaporan sebagai bagian dari
kewajiban yang berkaitan”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP

Nomor 05 Paragraf 41 menyatakan bahwa:

“Pengukuran dan penyajian utang bunga di atas juga berlaku untuk


sekuritas pemerintah yang diterbitkan pemerintah pusat dalam
bentuk Surat Utang Negara (SUN) dan yang diterbitkan oleh
pemerintah daerah (provinsi, kota, dan kabupaten) dalam bentuk
dan substansi yang sama dengan SUN”.

2. 5. 4 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP

Nomor 05 Paragraf 42 menyatakan bahwa:

8
“Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan berupa
PFK yang belum disetorkan kepada pihak lain harus dicatat pada
laporan keuangan sebesar jumlah yang masih harus disetorkan”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP

Nomor 05 Paragraf 43 menyatakan bahwa:

“Jumlah pungutan/potongan PFK yang dilakukan pemerintah harus


diserahkan kepada pihak lain sejumlah yang sama dengan jumlah
yang dipungut/dipotong. Pada akhir periode pelaporan biasanya
masih terdapat saldo pungutan/potongan yang belum disetorkan
kepada pihak lain. Jumlah saldo pungutan/potongan tersebut harus
dicatat pada laporan keuangan sebesar jumlah yang masih harus
disetorkan”.

2. 5. 5 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP

Nomor 05 Paragraf 44 menyatakan bahwa:

“Nilai yang dicantumkan dalam laporan keuangan untuk bagian


lancar utang jangka panjang adalah jumlah yang akan jatuh tempo
dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP

Nomor 05 Paragraf 45 menyatakan bahwa:

“Termasuk dalam kategori Bagian Lancar Utang Jangka Panjang


adalah jumlah bagian utang jangka panjang yang akan jatuh tempo
dan harus dibayarkan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah
tanggal pelaporan”.

2. 5. 6 Kewajiban Lancar Lainnya (Other Current Liabilities)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP

Nomor 05 Paragraf 46 menyatakan bahwa:

“Kewajiban lancar lainnya merupakan kewajiban lancar yang tidak


termasuk dalam kategori yang ada. Termasuk dalam kewajiban
lancar lainnya tersebut adalah biaya yang masih harus dibayar pada
saat laporan keuangan disusun. Pengukuran untuk masing-masing
item disesuaikan dengan karakteristik masing-masing pos tersebut,

9
misalnya utang pembayaran gaji kepada pegawai dinilai
berdasarkan jumlah gaji yang masih harus dibayarkan atas jasa
yang telah diserahkan oleh pegawai tersebut. Contoh lainnya
adalah penerimaan pembayaran di muka atas penyerahan barang
atau jasa oleh pemerintah kepada pihak lain”.

2. 5. 7 Utang Pemerintah Yang Tidak Diperjualbelikan Dan Yang

Diperjualbelikan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP

Nomor 05 Paragraf 47 menyatakan bahwa:

“Penilaian utang pemerintah disesuaikan dengan karakteristik utang


tersebut yang dapat berbentuk: (a) Utang Pemerintah yang tidak
diperjualbelikan (Non-traded Debt) (b) Utang Pemerintah yang
diperjualbelikan (Traded Debt)”.

1. Utang Pemerintah Yang Tidak Diperjualbelikan (Non-traded

Debt)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

PSAP Nomor 05 Paragraf 48 menyatakan bahwa:

“Nilai nominal atas utang pemerintah yang tidak


diperjualbelikan (non-traded debt) merupakan kewajiban
entitas kepada pemberi utang sebesar pokok utang dan bunga
sesuai yang diatur kontrak perjanjian dan belum diselesaikan
pada tanggal pelaporan”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

PSAP Nomor 05 Paragraf 49 menyatakan bahwa:

“Contoh dari utang pemerintah yang tidak dapat


diperjualbelikan adalah pinjaman bilateral, multilateral, dan
lembaga keuangan international seperti IMF, World Bank,
ADB dan lainnya. Bentuk hukum dari pinjaman ini biasanya
dalam bentuk perjanjian pinjaman (loan agreement)”.

10
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

PSAP Nomor 05 Paragraf 50 menyatakan bahwa:

“Untuk utang pemerintah dengan tarif bunga tetap, penilaian


dapat mengacu pada skedul pembayaran (payment schedule)
yang menggunakan tarif bunga tetap. Untuk utang pemerintah
dengan tarif bunga variabel, misalnya tarif bunga dihubungkan
dengan satu instrumen keuangan atau dengan satu indeks
lainnya, penilaian utang pemerintah menggunakan prinsip
yang sama dengan tarif bunga tetap, kecuali tarif bunganya
diestimasikan secara wajar berdasarkan data-data sebelumnya
dan observasi atas instrumen keuangan yang ada”.

2. Utang Pemerintah Yang Diperjualbelikan (Traded Debt)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

PSAP Nomor 05 Paragraf 51 menyatakan bahwa:

“Akuntansi untuk utang pemerintah dalam bentuk yang dapat


diperjualbelikan seharusnya dapat mengidentifikasi jumlah sisa
kewajiban dari pemerintah pada suatu waktu tertentu beserta
bunganya untuk setiap periode akuntansi. Hal ini
membutuhkan penilaian awal sekuritas pada harga jual atau
hasil penjualan, penilaian pada saat jatuh tempo atas jumlah
yang akan dibayarkan ke pemegangnya, dan penilaian pada
periode diantaranya untuk menggambarkan secara wajar
kewajiban pemerintah”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

PSAP Nomor 05 Paragraf 52 menyatakan bahwa:

“Utang pemerintah yang dapat diperjualbelikan biasanya


dalam bentuk sekuritas utang pemerintah (government debt
securities) yang dapat memuat ketentuan mengenai nilai utang
pada saat jatuh tempo”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

PSAP Nomor 05 Paragraf 53 menyatakan bahwa:

“Jenis sekuritas utang pemerintah harus dinilai sebesar nilai


pari (original face value) dengan memperhitungkan diskonto
atau premium yang belum diamortisasi. Sekuritas utang

11
pemerintah yang dijual sebesar nilai pari tanpa diskonto
ataupun premium harus dinilai sebesar nilai pari. Sekuritas
yang dijual dengan harga diskonto akan bertambah nilainya
selama periode penjualan dan jatuh tempo; sedangkan
sekuritas yang dijual dengan harga premium nilainya akan
berkurang”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

PSAP Nomor 05 Paragraf 54 menyatakan bahwa:

“Sekuritas utang pemerintah yang mempunyai nilai pada saat


jatuh tempo atau pelunasan, misalnya Surat Utang Negara
(SUN) baik dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara
maupun Obligasi Negara, harus dinilai berdasarkan nilai yang
harus dibayarkan pada saat jatuh tempo bila dijual dengan nilai
pari. Bila pada saat transaksi awal, instrumen pinjaman
pemerintah yang dapat diperjualbelikan tersebut dijual di atas
atau di bawah pari, maka penilaian selanjutnya
memperhitungkan amortisasi atas diskonto atau premium yang
ada”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

PSAP Nomor 05 Paragraf 55 menyatakan bahwa:

“Amortisasi atas diskonto atau premium dapat menggunakan


metode garis lurus”.

2.6 Perubahan Valuta Asing

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 56 menyatakan bahwa:

“Utang pemerintah dalam mata uang asing dicatat dengan menggunakan


kurs tengah bank sentral saat terjadinya transaksi”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 57 menyatakan bahwa:

“Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering disebut kurs spot
(spot rate). Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs tanggal
transaksi sering digunakan, misalnya rata-rata kurs tengah bank sentral
selama seminggu atau sebulan digunakan untuk seluruh transaksi pada

12
periode tersebut. Namun, jika kurs berfluktuasi secara signifikan,
penggunaan kurs rata-rata untuk suatu periode tidak dapat diandalkan”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 58 menyatakan bahwa:

“Pada setiap tanggal neraca pos utang pemerintah dalam mata uang asing
dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah
bank sentral pada tanggal neraca”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 59 menyatakan bahwa:

“Selisih penjabaran pos utang pemerintah dalam mata uang asing antara
tanggal transaksi dan tanggal neraca dicatat sebagai kenaikan atau
penurunan ekuitas periode berjalan”.

2.7 Penyelesaian Kewajiban Sebelum Jatuh Tempo

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 62 menyatakan bahwa:

“Untuk sekuritas utang pemerintah yang diselesaikan sebelum jatuh tempo


karena adanya fitur untuk ditarik (call feature) oleh penerbit dari sekuritas
tersebut atau karena memenuhi persyaratan untuk penyelesaian oleh
permintaan pemegangnya maka selisih antara harga perolehan kembali dan
nilai tercatat netonya harus disajikan pada Laporan Operasional dan
diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian dari pos
kewajiban yang berkaitan”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 63 menyatakan bahwa:

“Apabila harga perolehan kembali adalah sama dengan nilai tercatat


(carrying value) maka penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo
dianggap sebagai penyelesaian utang secara normal, yaitu dengan
menyesuaikan jumlah kewajiban dan aset yang berhubungan”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 64 menyatakan bahwa:

13
“Apabila harga perolehan kembali tidak sama dengan nilai tercatat (carrying
value) maka, selain penyesuaian jumlah kewajiban dan aset yang terkait,
jumlah perbedaan yang ada juga disajikan dalam Laporan Operasional pada
pos Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional dan diungkapkan pada
Catatan atas Laporan Keuangan”.

2.8 Tunggakan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 65 menyatakan bahwa:

“Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus disajikan dalam bentuk


Daftar Umur (aging schedule) Kreditur pada Catatan atas Laporan
Keuangan sebagai bagian pengungkapan kewajiban”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 66 menyatakan bahwa:

“Tunggakan didefinisikan sebagai jumlah tagihan yang telah jatuh tempo


namun pemerintah tidak mampu untuk membayar jumlah pokok dan/atau
bunganya sesuai jadwal. Beberapa jenis utang pemerintah mungkin
mempunyai saat jatuh tempo sesuai jadwal pada satu tanggal atau serial
tanggal saat debitur diwajibkan untuk melakukan pembayaran kepada
kreditur”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 67 menyatakan bahwa:

“Praktik akuntansi biasanya tidak memisahkan jumlah tunggakan dari


jumlah utang yang terkait dalam lembar muka (face) laporan keuangan.
Namun informasi tunggakan pemerintah menjadi salah satu informasi yang
menarik perhatian pembaca laporan keuangan sebagai bahan analisis
kebijakan dan solvabilitas satu entitas”.

2.9 Restrukturisasi Utang

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 69 menyatakan bahwa:

“Dalam restrukturisasi utang melalui modifikasi persyaratan utang, debitur


harus mencatat dampak restrukturisasi secara prospektif sejak saat
restrukturisasi dilaksanakan dan tidak boleh mengubah nilai tercatat utang

14
pada saat restrukturisasi kecuali jika nilai tercatat tersebut melebihi jumlah
pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dengan persyaratan baru.
Informasi restrukturisasi ini harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang terkait”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 70 menyatakan bahwa:

“Restrukturisasi dapat berupa: (a) Pembiayaan kembali yaitu mengganti


utang lama termasuk tunggakan dengan utang baru; atau (b) Penjadwalan
ulang atau modifikasi persyaratan utang yaitu mengubah persyaratan dan
kondisi kontrak perjanjian yang ada. Penjadwalan utang dapat berbentuk:
(1) Perubahan jadwal pembayaran, (2) Penambahan masa tenggang, atau (3)
Menjadwalkan kembali rencana pembayaran pokok dan bunga yang jatuh
tempo dan/atau tertunggak”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 71 menyatakan bahwa:

“Jumlah bunga harus dihitung dengan menggunakan tingkat bunga efektif


konstan dikalikan dengan nilai tercatat utang pada awal setiap periode antara
saat restrukturisasi sampai dengan saat jatuh tempo. Tingkat bunga efektif
yang baru adalah sebesar tingkat diskonto yang dapat menyamakan nilai
tunai jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam
persyaratan baru (tidak temasuk utang kontinjen) dengan nilai tercatat.
Berdasarkan tingkat bunga efektif yang baru akan dapat menghasilkan
jadwal pembayaran yang baru dimulai dari saat restrukturisasi sampai
dengan jatuh tempo”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 73 menyatakan bahwa:

“Jika jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam


persyaratan baru utang termasuk pembayaran untuk bunga maupun untuk
pokok utang lebih rendah dari nilai tercatat, maka debitur harus mengurangi
nilai tercatat utang ke jumlah yang sama dengan jumlah pembayaran kas
masa depan sebagaimana yang ditentukan dalam persyaratan baru. Hal
tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan sebagai
bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang berkaitan”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 74 menyatakan bahwa:

15
“Suatu entitas tidak boleh mengubah nilai tercatat utang sebagai akibat dari
restrukturisasi utang yang menyangkut pembayaran kas masa depan yang
tidak dapat ditentukan, selama pembayaran kas masa depan maksimum
tidak melebihi nilai tercatat utang”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 75 menyatakan bahwa:

“Jumlah bunga atau pokok utang menurut persyaratan baru dapat


merupakan kontinjen, tergantung peristiwa atau keadaan tertentu. Sebagai
contoh, debitur mungkin dituntut untuk membayar jumlah tertentu jika
kondisi keuangannya membaik sampai tingkat tertentu dalam periode
tertentu. Untuk menentukan jumlah tersebut maka harus mengikuti prinsip-
prinsip yang diatur pada akuntansi kontinjensi yang tidak diatur dalam
pernyataan ini. Prinsip yang sama berlaku untuk pembayaran kas masa
depan yang seringkali harus diestimasi”.

2.10Penghapusan Utang

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 76 menyatakan bahwa:

“Penghapusan utang adalah pembatalan tagihan oleh kreditur kepada


debitur, baik sebagian maupun seluruh jumlah utang debitur dalam bentuk
perjanjian formal diantara keduanya”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 77 menyatakan bahwa:

“Atas penghapusan utang mungkin diselesaikan oleh debitur ke kreditur


melalui penyerahan aset kas maupun nonkas dengan nilai utang di bawah
nilai tercatatnya”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 78 menyatakan bahwa:

“Jika penyelesaian satu utang yang nilai penyelesaiannya di bawah nilai


tercatatnya dilakukan dengan aset kas, maka ketentuan pada paragraf 73
berlaku”.

16
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 79 menyatakan bahwa:

“Jika penyelesaian suatu utang yang nilai penyelesaiannya di bawah nilai


tercatatnya dilakukan dengan aset nonkas maka entitas sebagai debitur harus
melakukan penilaian kembali atas aset nonkas ke nilai wajarnya dan
kemudian menerapkan paragraf 73, serta mengungkapkan pada Catatan atas
Laporan Keuangan sebagai bagian dari pos kewajiban dan aset nonkas yang
berhubungan”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 80 menyatakan bahwa:

“Informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan


jumlah perbedaan yang timbul sebagai akibat restrukturisasi kewajiban
tersebut yang merupakan selisih lebih antara: (a) Nilai tercatat utang yang
diselesaikan (jumlah nominal dikurangi atau ditambah dengan bunga
terutang dan premi, diskonto, biaya keuangan atau biaya penerbitan yang
belum diamortisasi), dengan (b) Nilai wajar aset yang dialihkan ke
kreditur”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 81 menyatakan bahwa:

“Penilaian kembali aset pada paragraf akan menghasilkan perbedaan antara


nilai wajar dan nilai aset yang dialihkan kepada kreditur untuk penyelesaian
utang. Perbedaan tersebut harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan”.

2.11Biaya-Biaya Yang Berhubungan Dengan Utang Pemerintah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 82 menyatakan bahwa:

“Biaya-biaya yang berhubungan dengan utang pemerintah adalah biaya


bunga dan biaya lainnya yang timbul dalam kaitan dengan peminjaman
dana. Biaya-biaya dimaksud meliputi: (a) Bunga dan provisi atas
penggunaan dana pinjaman, baik pinjaman jangka pendek maupun jangka
panjang; (b) Commitment fee atas dana pinjaman yang belum ditarik; (c)
Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman; (d)
Amortisasi kapitalisasi biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman
seperti biaya konsultan, ahli hukum, dan sebagainya; (e) Perbedaan nilai

17
tukar pada pinjaman dengan mata uang asing sejauh hal tersebut
diperlakukan sebagai penyesuaian atas biaya bunga”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 83 menyatakan bahwa:

“Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan


perolehan atau produksi suatu aset tertentu (qualifying asset) harus
dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aset tertentu tersebut”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 86 menyatakan bahwa:

“Apabila suatu dana dari pinjaman yang tidak secara khusus digunakan
untuk perolehan aset maka biaya pinjaman yang harus dikapitalisasi ke aset
tertentu harus dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang (weighted average)
atas akumulasi biaya seluruh aset tertentu yang berkaitan selama periode
pelaporan”.

2.12Penyajian Dan Pengungkapan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 87 menyatakan bahwa:

“Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar


skedul utang untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada
pemakainya”.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PSAP Nomor 05

Paragraf 88 menyatakan bahwa:

“Untuk meningkatkan kegunaan analisis, informasi-informasi yang harus


disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah: (a) Jumlah saldo
kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang diklasifikasikan
berdasarkan pemberi pinjaman; (b) Jumlah saldo kewajiban berupa utang
pemerintah berdasarkan jenis sekuritas utang pemerintah dan jatuh
temponya; (c) Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan
tingkat bunga yang berlaku; (d) Konsekuensi dilakukannya penyelesaian
kewajiban sebelum jatuh 38 tempo; (e) Perjanjian restrukturisasi utang
meliputi: (1) Pengurangan pinjaman; (2) Modifikasi persyaratan utang; (3)
Pengurangan tingkat bunga pinjaman; (4) Pengunduran jatuh tempo
pinjaman; (5) Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan (6)

18
Pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan periode pelaporan. (f)
Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur utang
berdasarkan kreditur. (g) Biaya pinjaman: (1) Perlakuan biaya pinjaman; (2)
Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang bersangkutan;
dan (3) Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan”.

19
BAB III

PEMBAHASAN

3. 1 Neraca Kabupaten Pekalongan

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN


NERACA DAERAH
Per 31 Desember Tahun 2017 dan Tahun 2016

31 Desember 2017 31 Desember 2016 Naik/Turun


Catatan
Uraian
(Rp) (Rp) Jumlah %

ASET 2.469.666.568.415,46 2.166.875.317.645,29 302.791.250.770,17 13,97

324.546.654.199,4
ASET LANCAR 6.3.1 317.359.834.646,88 7.186.819.552,52 2,26
0
229.883.946.746,8
Kas dan Setara Kas 6.3.1.1 204.443.347.505,77 25.440.599.241,11 12,44
8
Kas di Kas Daerah 6.3.1.1.a 35.930.032.731,00 84.703.540.181,00 (48.773.507.450,00) (57,58)
Kas di Bendahara Penerimaan 6.3.1.1.b 14.299.648,00 61.785,00 14.237.863,00 23.044,21
Kas di Bendahara Pengeluaran 6.3.1.1.c 0,00 0,00 0,00 0,00
Kas di BLUD 6.3.1.1.d 85.982.317.052,63 62.074.880.142,86 23.907.436.909,77 38,51
Kas Lainnya 6.3.1.1.e 2.086.931.485,25 813.837.020,91 1.273.094.464,34 156,43
Kas di Puskesmas 6.3.1.1.f 12.870.365.830,00 15.851.028.376,00 (2.980.662.546,00) (18,80)
Setara Kas 6.3.1.1.f 93.000.000.000,00 41.000.000.000,00 52.000.000.000,00 126,83
Investasi Jangka Pendek 6.3.1.2 0,00 0,00 0,00 0,00
Piutang 6.3.1.3 45.310.511.884,73 43.279.820.298,20 2.030.691.586,53 4,69

Piutang Pajak Daerah 6.466.109.263,69 6.478.727.048,11 (12.617.784,42) (0,19)

Piutang Pajak Daerah 20.259.194.488,00 18.642.201.036,00 1.616.993.452,00 8,67

Penyisihan Piutang Pajak Daerah (13.793.085.224,31) (12.163.473.987,89) (1.629.611.236,42) 13,40

Piutang Retribusi 278.145.185,50 0,00 278.145.185,50 0,00

Piutang Retribusi 279.542.900,00 0,00 279.542.900,00 0,00

Penyisihan Piutang Retribusi (1.397.714,50) 0,00 (1.397.714,50) 0,00

Piutang Lain-lain PAD yang Sah 38.349.094.195,54 34.292.491.948,09 4.056.602.247,45 11,83

Piutang Lain-lain PAD yang Sah 40.322.511.101,09 35.289.361.358,52 5.033.149.742,57 14,26

20
31 Desember 2017 31 Desember 2016 Naik/Turun
Catatan
Uraian
(Rp) (Rp) Jumlah %

Penyisihan Piutang Lain-lain PAD


(1.973.416.905,55) (996.869.410,43) (976.547.495,12) 97,96
yang Sah

Piutang Transfer 0,00 1.606.070.281,00 (1.606.070.281,00) (100,00)

Piutang Bagi Hasil Provinsi 0,00 1.606.070.281,00 (1.606.070.281,00) (100,00)

Piutang Lainnya 217.163.240,00 902.531.021,00 (685.367.781,00) (75,94)

Bagian Lancar Tagihan Penjualan


576.572.500,00 995.156.591,00 (418.584.091,00) (42,06)
Angsuran
Bagian lancar Tuntutan Ganti
59.983.090,00 103.250.680,00 (43.267.590,00) (41,91)
Kerugian Daerah
Penyisihan Piutang Pendapatan
(419.392.350,00) (195.876.250,00) (223.516.100,00) 114,11
Lainnya
Beban Dibayar Dimuka 6.3.1.4 600.504.249,51 478.215.936,88 122.288.312,63 25,57
Persediaan 6.3.1.5 48.751.691.318,28 69.158.450.906,03 (20.406.759.587,75) (29,51)

Aset Untuk Dikonsolidasikan 0,00 0,00

Jumlah Aset Lancar 324.546.654.199,40 317.359.834.646,88 11.248.202.725,58 3,54

INVESTASI JANGKA PANJANG 6.3.2 70.547.539.366,17 64.895.345.175,99 5.652.194.190,18 8,71


Investasi Non Permanen 6.3.2.a 255.510.000,00 571.450.000,00 (315.940.000,00) (55,29)
Investasi dalam Pinjaman Dana
6.3.2.a 255.510.000,00 571.450.000,00 (315.940.000,00) (55,29)
Bergulir

Jumlah Investasi Non Permanen 255.510.000,00 571.450.000,00 (315.940.000,00) (55,29)

Investasi Permanen 70.292.029.366,17 64.323.895.175,99 5.968.134.190,18 9,28

Penyertaan Modal Pemerintah


6.3.2.b 70.292.029.366,17 64.323.895.175,99 5.968.134.190,18 9,28
Daerah

Jumlah Investasi Permanen 70.292.029.366,17 64.323.895.175,99 5.968.134.190,18 9,28

Jumlah Investasi Jangka Panjang 70.547.539.366,17 64.895.345.175,99 5.652.194.190,18 8,71

ASET TETAP 6.3.3 2.063.342.375.474,59 1.774.353.773.692,58 288.988.601.782,01 16,29


Tanah 6.3.3.a 776.138.103.842,03 740.883.182.396,11 35.254.921.445,92 4,76
Peralatan dan Mesin 6.3.3.b 481.520.709.767,09 414.366.368.008,86 67.154.341.758,23 16,21
Gedung dan Bangunan 6.3.3.c 781.187.843.742,86 743.255.179.739,22 37.932.664.003,64 5,10
Jalan, Irigasi dan Jaringan 6.3.3.d 917.747.705.693,69 721.011.977.142,78 196.735.728.550,91 27,29
Aset Tetap Lainnya 6.3.3.e 98.746.692.840,61 55.623.092.042,46 43.123.600.798,15 77,53
Konstruksi Dalam Pengerjaan 6.3.3.f 20.924.440.067,92 24.794.833.101,25 (3.870.393.033,33) (15,61)
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap 6.3.3.g (1.012.923.120.479,61) (925.580.858.738,10) (87.342.261.741,51) 9,44

Jumlah Aset Tetap 2.063.342.375.474,59 1.774.353.773.692,58 288.988.601.782,01 16,29

DANA CADANGAN

21
31 Desember 2017 31 Desember 2016 Naik/Turun
Catatan
Uraian
(Rp) (Rp) Jumlah %

ASET LAINNYA 6.3.4 11.229.999.375,30 10.266.364.129,84 963.635.245,46 9,39


Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian
6.3.4.a 153.050.000,00 156.050.000,00 (3.000.000,00) (1,92)
Daerah (TGR)
Kemitraan Dengan Pihak Ketiga 6.3.4.b 979.000.000,00 979.000.000,00 0,00 0,00
Aset tidak berwujud 6.3.4.c 1.847.530.206,38 1.551.173.328,00 296.356.878,38 19,11
Aset tidak berwujud 6.3.4.c.1 5.753.743.647,33 4.927.843.568,68 825.900.078,65 16,76
Akumulasi Amortisasi Aset tidak
6.3.4.c.2 (3.906.213.440,95) (3.376.670.240,68) (529.543.200,27) 15,68
Berwujud
Aset Lain-Lain 6.3.4.d 8.250.419.168,92 7.580.140.801,84 670.278.367,08 8,84
Aset Lain-Lain 6.3.4.d.1 21.174.396.512,30 20.098.353.182,45 1.076.043.329,85 5,35
Akumulasi Amortisasi Aset lain-lain 6.3.4.d.2 (12.923.977.343,38) (12.518.212.380,61) (405.764.962,77) 3,24

Jumlah Aset Lainnya 11.229.999.375,30 10.266.364.129,84 963.635.245,46 9,39

JUMLAH ASET 2.469.666.568.415,46 2.166.875.317.645,29 306.852.633.943,23 14,16

KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA

KEWAJIBAN 6.3.5 24.510.703.563,62 28.877.203.783,22 (4.366.500.219,60) (15,12)


Kewajiban Jangka Pendek 6.3.5.1 24.510.703.563,62 28.877.203.783,22 (4.366.500.219,60) (15,12)
Utang Perhitungan Fihak Ketiga
6.3.5.1.a 0,00 262.560,00 (262.560,00) (100,00)
(PFK)
Utang Bunga 6.3.5.1.b 0,00 0,00 0,00 0,00
Bagian Lancar Hutang Jangka
6.3.5.1.c 0,00 0,00 0,00 0,00
Panjang
Pendapatan Diterima Dimuka 6.3.5.1.d 469.795.105,00 495.059.247,13 (25.264.142,13) (5,10)
Utang Belanja 6.3.5.1.e 13.164.143.885,00 15.649.456.965,00 (2.485.313.080,00) (15,88)
Utang BLUD 6.3.5.1.f 10.876.764.573,62 12.732.425.011,09 (1.855.660.437,47) (14,57)

Utang Jangka Pendek Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 24.510.703.563,62 28.877.203.783,22 (4.366.500.219,60) (15,12)

Kewajiban Jangka Panjang 0,00 0,00

Utang Jangka Panjang Lainnya 6.3.5.2 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah Kewajiban 24.510.703.563,62 28.877.203.783,22 (4.366.500.219,60) (15,12)

EKUITAS 6.3.6 2.445.155.864.851,84 2.137.998.113.862,07 307.157.750.989,77 14,37


Ekuitas 6.3.6 2.445.155.864.851,84 2.137.998.113.862,07 307.157.750.989,77 14,37

Ekuitas 2.215.073.287.074,03 1.934.011.938.924,28 281.061.348.149,75 14,53

Ekuitas SAL 230.082.577.777,81 203.986.174.937,79 26.096.402.840,02 12,79

Uraian Catatan 31 Desember 2017 31 Desember 2016 Naik/Turun

22
(Rp) (Rp) Jumlah %

Ekuitas Untuk Dikonsolidasikan 0,00 0,00

Jumlah Ekuitas 2.445.155.864.851,84 2.137.998.113.862,07 307.157.750.989,77 14,37

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 302.791.250.770,17 13,97


2.469.666.568.415,46 2.166.875.317.645,29
DANA

3. 2 Catatan Atas Laporan Keuangan

3. 2. 1 Kewajiban Jangka Pendek

Rekening ini menggambarkan jumlah kewajiban daerah yang akan

jatuh tempo dalam waktu kurang dari satu tahun sejak tanggal 31

Desember 2017 dan 2016 yang dirinci sebagai berikut:

31 Desember 2017 31 Desember 2016 Tren


KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Rp Rp %
1 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) 0,00 262.560,00 (100,00)

2 Pendapatan Diterima Dimuka 469.795.105,00 495.059.247,13 (5,10)

3 Utang Belanja 13.164.143.885,00 15.649.456.965,00 (15,88)

4 Utang BLUD 13.164.143.885,00 12.732.425.011,09 (14,57)

JUMLAH 24.510.703.563,62 28.877.203.783,22 (15,12)

Saldo kewajiban jangka pendek per 31 Desember 2017 senilai

Rp24.510.703.563,62 menurun senilai Rp4.366.500.219,60 atau

(15,12%) dibandingkan posisi per 31 Desember 2016 senilai

Rp28.877.203.783,22 dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)

23
Utang perhitungan pihak ketiga (PFK) tahun 2017 senilai

Rp0,00 menurun senilai Rp262.560,00 atau (100,00%) dibanding

dengan Tahun 2016 senilai Rp262.560,00.

2. Pendapatan Diterima Dimuka

Pendapatan diterima dimuka per 31 Desember 2017 dan per 31

Desember 2016 senilai Rp469.795.105,00 dan Rp495.059.247,13

yang dirinci sebagai berikut:

31 Desember 2017 31 Desember 2016 Tren


Pendapatan Diterima Dimuka
Rp Rp %
1 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan - 58.947.416,00 (100)
Informatika

a Pendapatan Diterima Dimuka Hasil Retribusi - 58.947.416,00 (100)


Daerah

2 Badan Penanaman Modal dan Pelayanan - 38.261.840,67 (100)


Perizinan Terpadu

a Pendapatan Diterima Dimuka Hasil Retribusi - 38.261.840,67 (100)


Daerah

3 Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan - 205.214.490,46 (100)


Daerah

a Pendapatan Diterima Dimuka Hasil Retribusi - 3.985.613,56 (100)


Daerah

b Pendapatan Diterima Dimuka Hasil Pajak Daerah - 201.228.876,90 (100)

4 Dinas Perhubungan 77.511.454,00 - 100

a Pendapatan Diterima Dimuka Hasil Retribusi 77.511.454,00 - 100


Daerah

5 Sekretariat Daerah - 192.635.500,00 (100)

a Pendapatan Diterima Dimuka Hasil Retribusi - 192.635.500,00 (100)


Daerah

6 Badan Pengelolaan Keuangan Daerah 392.283.651,00 - 100

a Pendapatan Diterima Dimuka Hasil Retribusi 197.275.613,00 - 100


Daerah

24
b Pendapatan Diterima Dimuka Hasil Pajak Daerah 195.008.038,00 - 100

JUMLAH 469.795.105,00 495.059.247,13 (5,10)

Saldo Pendapatan diterima dimuka per 31 Desember 2017

senilai Rp469.795.105,00 menurun senilai Rp25.264.142,13 atau

(5,10%) dibandingkan posisi per 31 Desember 2016 senilai

Rp495.059.247,13.

3. Utang Belanja

Utang Belanja per 31 Desember 2016 senilai

Rp13.164.143.885,00 dan per 31 Desember 2016 senilai

Rp15.649.456.965,00 yang dirinci sebagai berikut:

31 Desember 2017 31 Desember 2016 Tren


Utang Belanja
Rp Rp %
1 Utang Belanja Pegawai 2.320.729.012,00 2.711.687.049,00 (14,42)

2 Utang Belanja Barang dan Jasa 8.815.821.869,00 3.085.777.678,00 185,69

3 Utang Belanja Modal 2.027.593.004,00 9.851.984.138,00 (79,42)

4 Utang Jangka Pendek Lainnya 0,00 8.100,00 (100,00


)
JUMLAH 13.164.143.885,00 15.649.456.965,00 (15,88)

a. Utang Belanja Pegawai

Utang Belanja Pegawai per 31 Desember 2017 senilai

Rp2.320.729.012,00 menurun senilai Rp390.958.037,00 atau

(14,42%) dibanding tahun 2016 senilai Rp2.711.687.049,00

yang dirinci sebagai berikut:

31 Desember 2017 31 Desember 2016 Tren


Utang Belanja Pegawai
Rp Rp %
1 1.433.267.568,00 1.923.969.755,00 (25,50)
Dinas Kesehatan

25
2 Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang 19.826.000,00 13.100.000,00 47,22

3 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika - 10.528.400,00 (100,00


)
4 Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan - 568.915.184,00 (100,00
Daerah )

5 Dinas Perhubungan 39.886.550,00 - 100,00

6 Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu 7.500.000,00 - 100,00


Satu Pintu dan Tenaga Kerja

7 Dinas Kepemudaan Dan Olahraga dan Pariwisata 7.606.250,00 17.470.000,00 (56,46)

8 Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, 168.603.710,00 168.603.710,00 0,00


Usaha Kecil Dan Menengah

9 Sekretariat Daerah - 9.100.000,00 (100,00


)
10 Badan Pengelolaan Keuangan Daerah 644.578.934,00 - 100,00

JUMLAH 2.320.729.012,00 2.711.687.049,00 (14,42)

b. Utang Belanja Barang Jasa

Utang Belanja Barang Jasa per 31 Desember 2017 senilai

Rp8.815.821.869,00 meningkat senilai Rp5.730.044.191,00 atau

185,69% dibanding tahun 2016 senilai Rp3.085.777.678,00

yang dirinci sebagai berikut:

31 Desember 2017 31 Desember 2016 Tren


Utang Belanja Barang dan Jasa
Rp Rp %
1 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 416.164.441,00 228.587.099,00 82,06

2 Dinas Kesehatan 6.552.807.076,00 925.712.644,00 607,87

3 Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang 11.524.451,00 13.452.785,00 (14,33)

4 Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Energi dan - 1.010.000,00 (100,00


Sumber Daya Mineral )

5 Dinas Sosial 3.176.471,00 - 100,00

6 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika - 45.412.022,00 (100,00

26
)
7 Kantor Lingkungan Hidup - 2.693.844,00 (100,00
)
8 Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi - 3.117.570,00 (100,00
)
9 Badan Penanaman Modal dan Pelayanan - 9.024.176,00 (100,00
Perizinan Terpadu )

10 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja - 2.011.892,00 (100,00


)
11 Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan - 1.698.014.112,00 (100,00
Daerah )

12 Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan - 3.601.523,00 (100,00


)
13 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan - 9.017.073,00 (100,00
)
14 Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan - 4.100.818,00 (100,00
)
15 Dinas Perumahan Rakyat Dan Kawasan 2.226.525,00 - 100,00
Permukiman dan Lingkungan Hidup

16 Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam 1.564.348,00 - 100,00


Kebakaran

17 Kantor Kesatuan Bangsa Dan Politik 2.537.803,00 2.145.789,00 18,27

18 Badan Penanggulangan Bencana Daerah 3.486.447,00 2.634.048,00 32,36

19 Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil 2.163.686,00 2.708.730,00 (20,12)

20 Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa, P3A 571.500,00 911.636,00 (37,31)


dan PPKB

21 Dinas Perhubungan 5.719.006,00 - 100,00

22 Dinas Komunikasi Dan Informatika 3.413.721,00 - 100,00

23 Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu 12.596.786,00 - 100,00


Satu Pintu dan Tenaga Kerja

24 Dinas Kepemudaan Dan Olahraga dan Pariwisata 5.084.369,00 5.076.976,00 0,15

25 Dinas Kearsipan dan Perpustakaan 5.247.490,00 6.548.317,00 (19,87)

26 Dinas Kelautan Dan Perikanan 5.711.029,00 - 100,00

27 Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian 9.381.494,00 - 100,00

28 Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, 1.167.956,00 2.365.955,00 (50,63)


Usaha Kecil Dan Menengah

29 Sekretariat Daerah 62.471.695,00 71.399.173,00 (12,50)

27
30 Sekretariat DPRD 13.198.977,00 14.823.123,00 (10,96)

31 Inspektorat 2.263.214,00 3.077.517,00 (26,46)

32 Badan Kepegawaian Daerah dan Pendidikan Dan 2.720.534,00 3.550.812,00 (23,38)


Pelatihan

33 Badan Pengelolaan Keuangan Daerah 1.661.490.753,00 - 100,00

34 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan 6.170.289,00 5.853.973,00 5,40


Penelitian Dan Pengembangan

35 Kecamatan Kajen 1.436.856,00 891.669,00 61,14

36 Kecamatan Sragi 1.685.936,00 1.242.435,00 35,70

37 Kecamatan Wiradesa 1.421.726,00 1.420.718,00 0,07

38 Kecamatan Kedungwuni 4.078.701,00 2.230.763,00 82,84

39 Kecamatan Buaran 2.567.155,00 1.752.436,00 46,49

40 Kecamatan Tirto 1.112.766,00 1.144.768,00 (2,80)

41 Kecamatan Bojong 1.306.463,00 996.067,00 31,16

42 Kecamatan Wonopringgo 821.174,00 831.826,00 (1,28)

43 Kecamatan Karanganyar 1.150.288,00 844.133,00 36,27

44 Kecamatan Doro 857.753,00 765.816,00 12,01

45 Kecamatan Talun 941.003,00 1.035.288,00 (9,11)

46 Kecamatan Lebakbarang 247.100,00 601.952,00 (58,95)

47 Kecamatan Paninggaran 711.462,00 759.026,00 (6,27)

48 Kecamatan Kesesi 1.646.713,00 1.419.121,00 16,04

49 Kecamatan Petungkriyono 140.500,00 137.500,00 2,18

50 Kecamatan Wonokerto 862.412,00 724.775,00 18,99

51 Kecamatan Siwalan 905.996,00 1.104.768,00 (17,99)

52 Kecamatan Karangdadap 1.067.804,00 1.023.010,00 4,38

JUMLAH 8.815.821.869,00 3.085.777.678,00 185,69

c. Utang Belanja Modal

28
Utang Belanja Modal per 31 Desember 2017 senilai

Rp2.027.593.004,00 menurun senilai Rp7.824.391.134,00 atau

(79,42%) dibandingkan per 31 Desember 2016 sebesar

Rp9.851.984.138,00 yang dirinci sebagai berikut:

31 Desember 2017 31 Desember 2016 Tren


Utang Belanja Modal
Rp Rp %
1 Dinas Kesehatan 2.500,00 2.158.558.238,00 (100,00)

2 Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang 2.027.590.504,00 7.693.425.900,00 (73,65)

JUMLAH 2.027.593.004,00 9.851.984.138,00 (79,42)

4. Utang BLUD

Saldo utang BLUD per 31 Desember 2017 senilai

Rp10.876.764.573,62 menurun senilai Rp1.855.660.437,47 atau

(14,57%) dibandingkan per 31 Desember 2016 senilai

Rp12.732.425.011,09 merupakan utang jangka pendek pada RSUD

Kraton dan RSUD Kajen, yang terdiri dari :

31 Desember 2017 31 Desember 2016 Tren


Utang BLUD
Rp Rp %
1 Rumah Sakit Umum Daerah Kraton 6.506.769.309,62 10.310.051.817,09 (36,89)

2 Rumah Sakit Umum Daerah Kajen 4.369.995.264,00 2.422.373.194,00 80,40

JUMLAH 10.876.764.573,62 12.732.425.011,09 (14,57)

29
BAB IV

PENUTUP

4. 1 Kesimpulan

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang

penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah

daerah. Perlakuan akuntansi terhadap akun kewajiban adalah sebagai berikut:

1. Kewajiban diukur dengan nilai nominal mata uang rupiah yang harus dibayar

kembali. Kewajiban yang diukur dalam mata uang asing dikonversikan

kemata uang rupiah berdasarkan nilai tukar/kurs tengah Bank Indonesia pada

tanggal transaksi.

2. Biaya perolehan atas kewajiban mencerminkan nilai kewajiban pemerintah

daerah pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera

pada lembar surat utang pemerintah daerah. Aliran ekonomi setelahnya,

seperti transaksi pembayaran, perubahan penilainya dikarenakan perubahan

kurs valuta asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar,

diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.

Penggunaan nilai nominal dalam nilai kewajiban mengikuti karakteristik dari

masing- masing pos.

3. Akun Kewajiban diklasifikasikan menjadi :

a. Kewajiban Jangka Pendek, merupakan utang yang harus dibayar

kembali/jatuh tempo dalam satu periode akuntansi. Meliputi bagian

lancar utang jangka panjang, utang kepada pihak ketiga, utang bunga dan

utang perhitungan pihak ketiga.

30
b. Kewajiban Jangka Panjang, merupakan utang yang harus dibayar

kembali/jatuh tempo lebih dari satu periode akuntansi. Meliputi pinjaman

utang perbankan dan utang jangka panjang lainnya.

Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Pekalongan

Tahun Anggaran 2017 mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun

2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi

Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah. Kewajiban jangka

pendek LKPD Pemerintah Kabupaten Pekalongan per 31 Desember 2017 senilai

Rp24.510.703.563,62 merupakan kewajiban daerah yang akan jatuh tempo

dalam waktu kurang dari satu tahun sejak tanggal 31 Desember 2017 dan

mengalami penurunan senilai Rp4.366.500.219,60 atau (15,12%) dibandingkan

posisi per 31 Desember 2016 senilai Rp28.877.203.783,22

4. 2 Saran

Saran yang diberikan untuk pemerintah Kabupaten Pekalongan diharapkan

dapat meningkatkan kembali kinerja Pemerintah Kabupaten Pekalongan pada

tahun selanjutnya. Tetapi sejauh ini penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah Kabupaten Pekalongan telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah 71

Tahun 2010. Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari

kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan kesalahan, baik dalam

bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun penulisan

makalah ini.

31
DAFTAR PUSTAKA

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Pemerintah Kabupaten Pekalongan


Tahun 2017.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Standar Akuntansi Pemerintahan.

32

Anda mungkin juga menyukai