PAPER
Oleh :
Linda Trisna Juliana
(120810301091)
Reza A. Kahfi
(120810301092)
(120810301098)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutang dan Ekuitas dalam laporan posisi keuangan termasuk dari bagian pasiva. Selain
memiliki asset yang merupakan aktiva dari entitas bisnis, suatu organisasi juga memiliki
kewajiban yang harus dibayarkan kepada pihak lain. Istilah lain yang sering dipakai untuk
menyebut kewaijban adalah utang. Secara definisi, kewajiban atau utang adalah sesuatu yang
memberikan beban kewajiban bagi pemilik di masa depan di mana pembayarannya dilakukan
dengan mengorbankan aset. Dalam akuntansi pemerintahan, kewajiban pemerintah dapat
diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang. Selain mengetahui
hal tersebut, juga harus memahami bagaimana pengakuan dan pengukuran kewajiban
pemerintah. Adapun hal yang membedakan pengakuan dan pengukuran kewajiban sektor
pemerintahan dengan sektor privat tergantung dari jenis kewajiban dan otorisasi terkait
pengakuan dan pengukuran tersebut. Kemudian untuk penyajian dan pengungkapan
kewajiban pemerintah, baik jangka pendek maupun jangka panjang, harus disajikan dalam
neraca sesuai dengan klasifikasinya. Untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada
pemakainya, utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar skedul
utang, dan segala informasi tambahan harus diungkapkan ke dalam CALK.
Selain kewajiban, bagian dari pasiva adalah ekuitas. Ekuitas tersebut merupakan simbol
ownership (kepemilikan) dalam suatu entitas. Pada sektor pemerintahan, istilah ini disebut
dengan ekuitas dana. Ekuitas dana dalam akuntansi pemerintahan sama dengan istilah Fund
Balance dalam akuntansi sektor publik. Secara teoritis, ekuitas dana menunjukkan
ketersediaan fund atau sumber daya yang dimiliki entitas. Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan mendefinisikan ekuitas dana sebagai
kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah.
Klasifikasi dan pengungkapan ekuitas dana menjadi sangat beragam, bergantung pada basis
akuntansi yang digunakan. Ekuitas dana dalam akuntansi pemerintahan digolongkan menjadi
tiga kelompok, yaitu Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana
Cadangan. Sebenarnya dari ketiga kelompok ekuitas tersebut, yang merupakan hasil transaksi
adalah kas atau SiLPA. Jenis ekuitas dana lainnya dimasukkan agar informasi-informasi
tentang sumber daya selain kas dapat tersajikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kewajiban
2.1.1 Definisi kewajiban
Selain memiliki harta, suatu entitas biasanya juga memiliki kewajiban yang harus
dibayarkan kepada pihak lain. Istilah lain yang sering dipakai untuk menyebut kewaijban
adalah utang. Secara definisi, kewajiban atau utang adalah sesuatu yang memberikan beban
kewajiban bagi pemilik di masa depan di mana pembayarannya dilakukan dengan
mengorbankan aset. Tiga karakteristik utama kewajiban atau utang adalah :
Klasifikasi kewajiban
Dalam neraca, kewajiban disajikan berdasarkan likuiditasnya dan terbagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
Kewajiban Jangka Pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan
dibayar (atau jatuh tempo) dalam waktu 12 (dua belas) bulan dan lainnya diklasifikasikan
sebagai kewajiban jangka panjang.
Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama seperti aset
lancar. Untuk akuntansi pemerintah di Indonesia, berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2005,
beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang kepada
pegawai merupakan suatu bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan
berikutnya.
Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu
12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan, misalnya bunga pinjaman, utang perhitungan
fihak ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.
Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban jangka panjang biasanya muncul sebagai akibat dari pembiayaan yang
dilakukan oleh pemerintah untuk menutup defisit anggarannya. Secara umum, kewajiban
jangka panjang adalah semua kewajiban pemerintah yang waktu jatuh temponya lebih dari 12
bulan sejak tanggal pelaporan. Akan tetapi, ada juga beberapa kewajiban yang jatuh tempo
atau akan diselesaikan dalam waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan dan tetap dilaporkan
sebagai kewajiban jangka panjang. Beberapa kewajiban tersebut adalah yang memenuhi
ketiga kondisi berikut :
a. Jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan
b. Entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut atas dasar
jangka panjang
c. Maksud tersebut didukung dengan adanya perjanjian pendanaan kembali (refinancing)
atau adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran yang diselesaikan sebelum
laporan keuangan disetujui.
2.1.3
pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban yanag ada sampai saat ini, dan perubahan atas kewajiban tersebut
mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal
Menurut PSAP 9, kewajiban diakui (dicatat) pada saat dana pinjaman diterima
dan/atau pada saat kewajiban timbul. Kewajiban tersebut dapat timbul dari transaksi dengan
pertukaran (exchange transactions), transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transactions)
sesuai hukum yang berlaku dan kebijakan yang diterapkan belum lunas dibayar sampai
dengan saat tanggal pelaporan kejadian yang berkaitan dengan pemerintah (government
related events), kejadian yang diakui pemerintah (government-acknowledged events).
Transaksi dengan pertukaran timbul ketika masing masing pihak dalam transaksi
tersebut mengorbankan dan menerima suatu nilai sebagai gantinya. Dalam hal ini terdapat
dua arus timbal balik atas sumber daya atau janji untuk menyediakan sumber daya. Dalam
transaksi dengan pertukaran, kewajiban diakui ketika satu pihak menerima barang atau jasa
sebagai ganti janji untuk memberikan uang atau suber daya lain di masa depan.
Contoh dari transaksi dengan pertukaran adalah saat pegawai pemerintah memberikan
jasa sebagai penukar / ganti dari kompensasi yang diperolehnya yang terdiri atas gaji dan
manfaat pegawai lainnya. Transaksi pertukaran timbul karena kedua belah pihak (pemberi
dan penerima kerja) menerima
meliputi gaji yang belum dibayar (sementara jasa telah diserahkan) dan biaya anfaat pegawai
lainnya terkait jasa periode berjalan.
Transaksi tanpa pertukaran timbul ketika satu pihak dalam suatu transaksi menerima nilai
tanpa sadar secara langsung memberikan atau menjanjikan nilai sebagai gantinya. Hanya ada
satu arah arus sumber daya atau janji. Untuk transaksi tanpa pertukaran, suatu kewajiban
harus diakui atas jumlah terutang yang belum dibayar pada tanggal laporan.
Ketika pemerintah pusat membuat program pemindahan kepemilikan, memberikan hibah,
atau mengalokasikan dananya ke pemda, persayaratan pembayaran ditentukan oleh peraturan
dan hukum yang ada serta bukan melalui transaksi dengan pertukaran. Beberapa contoh
transaksi tanpa pertukaran dalam pemda adalah pemberian hibah, subsidi, atau bantuan
keuangan kepada suatu entitas, seperti desa, organisasi kepemudaan, LSM, dan lain
sebagainya.
Kejadian yang berkaitan dengan pemerintah adalah kejadian yang tidak didasari transaksi
namun berdasarkan adanya interaksi antara pemerintah dan lingkungannya. Kejadian tersebut
mungkin berada di luar kendali pemerintah. Secara umum suatu kewajiaban diakui, dalam
hubungannya dengan kejadian yang berkaitan dengan pemerintah, dengan basis yang sama
dengan kejadian yang berkiatan dengan peemrintah,d engan basis yang sama dengan kejadian
yang timbul dari transaksi dengan pertukaran.
Pada saat pemerintah secara tidak sengaja menyebabkan kerusakan pada kepemilikan
pribadi, kejadian tersebut menciptakan kewajiban saat timbulnya kejadian tersebut sepanjang
hukum yang berlaku, dan kebijakan yang ada memungkinkan pemerintah membayar
kerusakan dan sepanjang jumlah pembayarannya dapat diestimasi dengan andal. Contoh
kejadian ini adalah kerusakan yang dilakukan dengan tidak sengaja terhadap kepemilikan
pribadi yang disebabkan pelaksanaan kegiatan pemerintah.
Kejadian yang diakui pemerintah adalah kejadian kejadian yang tidak didasarkan pada
transaksi namun kejadian tersebut mempunyai konsekuensi keuangan bagi pemerintah karena
pemerintah memutuskan merespons kejadian tersebut. Hal ini dikarenakan pemerintah
mempunyai tanggung jawab luas untuk menyediakan kesejahteraan publik. Untuk itu,
pemerintah sering diasumsikan bertanggung jawab terhadap satu kejadian yang sebelumnya
tidak diatur dalam peraturan formal yang ada. Konsekuensinya, biaya yang timbul dari
berbagai kejadia, yang disebabkan oleh entitas nonpemerintah dan bencana alam pada
akhirnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Namun biaya biaya tersebut belum dapat
memenuhi definisi kewajiban sampai pemerintah secara formal mengakuinya sebagai
tanggung jawab keuangan pemerintah atas biaya yang timbul sehubungan dengan kejadian
tersebut dan telah terjadinya transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran.
Dengan demikian, pemerintah harus mengakui kewajiban dan biaya untuk kondisi
tersebut ketika keduanya memenuhi dua kriteria berikut :
a. Badan legislatif telah menyetujui atau mengotorisasi sumber daya yang akan
digunakan
b. Transaksi dengan pertukaran timbul (misalnya saat kontraktor melakukan perbaikan)
atau jumlah transaksi tanpa pertukaran belum dibayar pada tanggal pelaporan
(misalnya pembayaran langsung ke korban bencana)
Dalam praktik akuntansi pemerintah di Indonesia, dengan digunakannya basis cash
toward accrual, pengakuan utang tidak dilakukan secara langsung berdasarkan transaksi
tetapi melalui jurnal penyesuaian yang secara terpisah menyatakan pengakuan utang dan
pengurangan ekuitas dana
Nilai yang digunakan sebagai dasar pengukuran dan pencatatan kewajiban pemerintah
pada umumnya adalah nilai nominal. Pembahasan berikut akan menjelaskan mengenai
perlakuan akuntansi dari tiap jenis kewajiban.
200.000.000
200.000.000
Kas
3.000.000
Utang PFK
3.000.000
Utang Bunga
Utang bunga atas utang pemerintah harus dicatat sebesar biaya bunga yang telah
terjadi dan belum dibayar. Bunga dimaksud dapat berasal dari utang pemerintah baik dari
dalam maupun luar negeri. Utang bunga atas utang pemerintah yang belum dibayar harus
diakui pada setiap akhir periode pelaporan
Sebagai ilustrasi, pada tahun yang lalu Pemkot Harapan melakukan pinjaman kepada
Pemerintah Pusat sebesar Rp 50 juta yang akan jatuh tempo dalam lima tahun dengan bunga
pinjaman sebesar 10% per tahun. Pembayaran bunga dilakukan setiap tahun pada tanggal 15
Januari. Jurnal yang akan dibuat pada akhir tahun adalah pengakuan utang bunga sebesar Rp
5 juta (10% x 50 juta)
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek
5.000.000
Utang bunga
5.000.000
Sedangkan jurnal yang dibuat ketika dilakukan pembayaran bunga (15 Januari) adalah :
Belanja bunga
5.000.000
Kas
Utang bunga
5.000.000
5.000.000
5.000.000
bulan dan bagian yang jatuh tempo setelah 12 bulan tersebut. Untuk itulah diperlukan adanya
reklasifikasi dari utang jangka panjang menjadi bagian lancar utang jangka panjang.
Misalkan tahun ini Pemkot Harapan memperoleh utang jangka panjang yang
mensyaratkan pembayaran pokoknya dilakukan tiap tahun, setiap tanggal 10 Juni. Total utang
jangka panjang tersebut adalah 40 juta dan dicicil selama 4 tahun. Pada akhir tahun ini jurnal
reklasifikasi untuk mengakui adanya utang jangka pendek adalah :
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek
10.000.000
10.000.000
10.000.000
10.000.000
Kas
950.000.000
Penerimaan pembiayaan utang dalam negeri obligasi
950.000.000
950.000.000
950.000.000
a. Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang diklasifikasikan
berdasarkan pemberi pinjaman.
b. Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas utang
c.
d.
e.
f.
berdasarkan kreditor.
g. Biaya pinjaman, meliputi perlakuan biaya pinjaman, jumlah biaya pinjaman yang
dikapitalisasi pada periode terkait, dan tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.
20.000.000
20.000.000
Kasus 2
Pada akhir semester dilakukan reklasifikasi utang jangka panjang pemerintah pusat menjadi
bagian lancar utang jangka panjang. Total utang jangka panjang (pemerintah pusat) sebesar
Rp 5 miliar. Dari utang ini, yang jatuh tempo satu tahun ke depan sebesar Rp 1 miliar.
Buatlah jurnal reklasifikasi atas transaksi tersebut.
Jawab:
Jurnal reklasifikasi utang:
Dr. Utang jangka panjangpemerintah pusat
Cr. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran
utang jangka pendek
Dr. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran
1.000.000.000
1.000.000.000
1.000.000.000
1.000.000.000
Kasus 3
Pemkot Harapan melakukan pembayaran atas pokok pinjaman kepada Bank Provinsi sebesar
Rp 150 juta dan bunga sebesar Rp 25 juta. Terhadap pokok pinjaman ini sudah dilakukan
reklasifikasi ke bagian lancar utang jangka panjang dan terhadap bunga sudah diakui sebagai
utang bunga. Buatlah jurnal pembayaran pokok dan bunga pinjaman atas transaksi tersebut.
Jawab:
Jurnal pembayaran pokok utang:
Dr. Pengeluaran pembiayaanpembayaran pokok
utang
Cr. Kas
Dr. Bagian lancar utang jangka panjang
Cr. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran
150.000.000
150.000.000
150.000.000
150.000.000
25.000.000
25.000.000
25.000.000
25.000.000
10.000.000.000
10.000.000.000
10.000.000.000
10.000.000.000
Kasus 5
Pada tanggal 3 Maret 2007, Pemkot Harapan menandatangani perjanjian peminjaman dana
dengan BNI sebesar Rp 10 miliar. Penarikan pinjaman dilakukan secara bertahap. Pada
tanggal 3 Mei 2007 diambil sebesar Rp 2 miliar, pada tanggal 3 Juli 2007 sebesar Rp 5 miliar,
dan sisanya pada tanggal 3 November 2007. Pada tanggal berapa untuk pertama kali utang
pinjaman diakui? Buatlah jurnal untuk penarikan dana pinjaman tersebut.
Jawab:
Utang pinjaman pertama kali diakui pada tanggal 3 Mei 2007, yaitu pada saat penarikan
pinjaman dilakukan.
Jurnal penarikan dana pinjaman adalah:
3 Mei 2007
Dr. Kas
Cr. Penerimaan pembiayaanutang pinjaman BNI
Dr. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran
2.000.000.000
2.000.000.000
2.000.000.000
2.000.000.000
5.000.000.000
5.000.000.000
5.000.000.000
5.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
3.000.000.000
sama dengan istilah Fund Balance dalam akuntansi sektor publik. Secara teoritis, ekuitas
dana menunjukkan ketersediaan fund atau sumber daya yang dimiliki entitas.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
mendefinisikan ekuitas dana sebagai kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah.
2.2.2 Klasifikasi Ekuitas Dana
Klasifikasi dan pengungkapan ekuitas dana menjadi sangat beragam, bergantung pada
basis akuntansi yang digunakan. Pencatatan yang dilakukan dalam suatu entitas yang
menggunakan basis kas didasarkan pada penerimaan atau pengeluaran kas. Oleh karena fokus
pengukurannya adalah kas, maka yang akan muncul dalam neraca hanya dua item, yaitu kas
(aset) dan ekuitas dana (kewajiban). Ekuitas dana dalam neraca yang disusun dengan basis
kas pasti menggambarkan nilai kas yang dimiliki. Dengan demikian, penyajian ekuitas dana
menjadi tidak penting untuk dilakukan.
Sebaliknya pada entitas yang menggunakanbasis akrual dalam akuntansinya, ekuitas
dana menunjukkan nilai aset bersih atau nilai sumber daya (resources) yang tersedia bagi
entitas terkait, dan ekuitas dana merepresentasikan tidak hanya sumber daya yang bersifat
jangka pendek (current), tapi juga yang jangka panjang (noncurrent). Oleh karena itu,
penyajian ekuitas dana bagi entitas yang menggunakan basis akrual menjadi relevan dan
penting untuk dilakukan.
Dalam basis kas modifikasi, ekuitas dana yang dibentuk oleh transaksi-transaksi
pelaksanaan anggaran adalah ekuitas dana yang berbasis kas, yaitu KAS. Akan tetapi, basis
kas modifikasi ini menuntut neraca (termasuk bagian ekuitas dana) untuk menyajikan
informasi-informasi sumber daya yang bersifat jangka panjang (noncurrent), sehingga
dilakukan penyesuaian-penyesuaian untuk memasukkan nilai sumber daya, baik yang current
maupun noncurrent.
Akuntansi pemerintah menggunakan basis cash toward accrual yang secara konsep
sama dengan kas modifikasi. Oleh karena itu, dalam Standar Akuntansi Pemerintahan
terdapat tiga kelompok ekuitas dana, yaitu:
a. Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas dana lancar merupakan selisih antara aset lancar dengan kewajiban
jangka pendek. Contoh ekuitas dana lancar antara lain:
1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
Sisa lebih perhitungan, yang selanjutnya disingkat SiLPA, adalah selisih lebih
realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.
2) Cadangan Piutang
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kewajiban atau utang adalah sesuatu yang memberikan beban kewajiban bagi pemilik
di masa depan di mana pembayarannya dilakukan dengan mengorbankan aset. Dalam konteks
pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan
pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga
internasional. Dalam neraca, kewajiban disajikan berdasarkan likuiditasnya dan terbagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
Menurut PSAP 9, kewajiban diakui (dicatat) pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada
saat kewajiban timbul. Kewajiban tersebut dapat timbul dari transaksi dengan pertukaran
(exchange transactions), transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transactions) sesuai
hukum yang berlaku dan kebijakan yang diterapkan belum lunas dibayar sampai dengan saat
tanggal pelaporan kejadian yang berkaitan dengan pemerintah (government related
events), kejadian yang diakui pemerintah (government-acknowledged events).
Dalam praktik akuntansi pemerintah di Indonesia, dengan digunakannya basis cash
toward accrual, pengakuan utang tidak dilakukan secara langsung berdasarkan transaksi
tetapi melalui jurnal penyesuaian yang secara terpisah menyatakan pengakuan utang dan
pengurangan ekuitas dana. Kewajiban yang dimiliki oleh pemerintah, baik jangka pendek
maupun jangka panjang, harus disajikan dalam neraca sesuai dengan klasifikasinya. Untuk
memberikan informasi yang lebih baik kepada pemakainya, utang pemerintah harus
diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar skedul utang.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
mendefinisikan ekuitas dana sebagai kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah. Klasifikasi dan pengungkapan ekuitas dana menjadi
sangat beragam, bergantung pada basis akuntansi yang digunakan.
Akuntansi pemerintah menggunakan basis cash toward accrual yang secara konsep
sama dengan kas modifikasi. Oleh karena itu, dalam Standar Akuntansi Pemerintahan
terdapat tiga kelompok ekuitas dana, yaitu Ekuitas Dana Lancar Ekuitas Dana Investasi, dan
Ekuitas Dana Cadangan