Anda di halaman 1dari 15

BAB XI

AKUNTANSI KEWAJIBAN (PSAP 09)


AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Disusun Oleh
1. Ade Kusniawati

2012.62.000360

2. Artika Dassa Wulan 2012.62.000362


3. Jumarti

2012.62.000357

4. Lilik Nur Arifah

2012.62.000358

5. Maratus Sholikhatun

2012.62.000359

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BALIKPAPAN
BALIKPAPAN
2015
AKUNTANSI KEWAJIBAN

PSAP 09 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas persentasi ini
yang disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Akuntansi
Pemerintahan.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini jauh dari sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi saya untuk lebih baik di
masa yang akan datang.

Balikpapan, 18 September 2015

Penyusun

Daftar Isi
AKUNTANSI KEWAJIBAN

PSAP 09 2

Halaman Sampul......................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................... iii
BAB I DEFINISI KEWAJIBAN.......................................................... 1
BAB II PENGAKUAN KEWAJIBAN.................................................... 4
BAB III PENGUKURAN DAN PENGUNGKAPAN KEWAJIBAN.................. 8
Daftar Pustaka............................................................................ 12

BAB I
DEFINISI DAN KLASIFIKASI

AKUNTANSI KEWAJIBAN

PSAP 09 3

A. Pengertian Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan
sumber pembiayaan yang berasal dari pinjaman. Pinjaman tersebut dapat
berasal dari masyarakat, lembaga keuangan, pemerintah lain, atau lembaga
internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan
pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas
yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi, alokasi/realokasi pendapatan
ke entitas lainnya, atau kewajiban dengan pemberi jasa lain. Kewajiban
pemerintah dapat juga timbul dari pengadaan barang dan jasa dari pihak ketiga
yang belum dibayar pemerintah pada akhir tahun anggaran.
Sebagai contoh Pemerintah daerah membangun gedung untuk kantor
yang dikerjakan oleh PT ABC. Pembangunan tersebut telah selesai. Sampai
akhir akhir tahun anggaran pemerintah daerah tersebut belum melakukan
pembayaran. Pemerintah daerah harus mencatat kewajiban tersebut di neraca
sebesar utang yang belum dibayar.
Disamping kewajiban-kewajiban di atas, ada juga kewajiban-kewajiban
yang jumlah dan waktu pembayarannya belum pasti yang disebut kewajiban
kontinjensi. Kewajiban kontinjensi adalah kewajiban potensial yang timbul dari
peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau
tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak
sepenuhnya berada dalam kendali suatu entitas. Misalnya Pemerintah
memberikan penjaminan atas tabungan masyarakat di lembaga perbankan,
informasi ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Untuk memahami akuntansi kewajiban, perlu diketahui beberapa definisi di
bawah ini:
Perhitungan Fihak Ketiga, selanjutnya disebut PFK, merupakan utang
pemerintah kepada pihak lain yang disebabkan kedudukan pemerintah sebagai
pemotong pajak atau pungutan lainnya, seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), iuran Askes, Taspen, dan Taperum.
Premium adalah jumlah selisih lebih antara nilai kini kewajiban (present value)
dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) karena tingkat bunga
nominal lebih tinggi dari tingkat bunga efektif.
Restrukturisasi Utang adalah kesepakatan antara kreditur dan debitur untuk
memodifikasi syarat-syarat perjanjian utang dengan atau tanpa pengurangan
jumlah utang, dalam bentuk:
Pembiayaan kembali yaitu mengganti utang lama termasuk tunggakan
dengan utang baru; atau
Penjadwalan ulang atau modifikasi persyaratan utang yaitu mengubah
persyaratan dan kondisi kontrak perjanjian yang ada. Penjadwalan utang dapat
berbentuk Perubahan jadwal pembayaran, Penambahan masa tenggang, atau
menjadwalkan kembali rencana pembayaran pokok dan bunga yang jatuh tempo
dan/atau tertunggak.
AKUNTANSI KEWAJIBAN

PSAP 09 4

Sekuritas utang pemerintah adalah surat berharga berupa surat pengakuan


utang oleh pemerintah yang dapat diperjualbelikan dan mempunyai nilai jatuh
tempo atau nilai pelunasan pada saat diterbitkan, misalnya Surat Utang Negara
(SUN).
Surat Perbendaharaan Negara adalah Surat Utang Negara yang berjangka
waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran bunga secara
diskonto.
Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan
utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran
pokok utang dan bunganya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa
berlakunya.
B. Klasifikasi Kewajiban
Kewajiban pemerintah diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kewajiban
jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
1. Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban yang diharapkan dibayar dalam
waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Beberapa kewajiban
jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang kepada pegawai
merupakan suatu bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun
pelaporan berikutnya. Kewajiban jangka pendek lainnya. Misalnya bunga
pinjaman, utang jangka pendek dari pihak ketiga, utang Perhitungan Fihak
Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.
2. Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang jatuh tempo lebih dari 12
bulan. Jika pada akhir periode akuntansi, pemerintah mempunyai utang jangka
panjang, maka pemerintah harus melakukan reklasifikasi kewajiban tersebut ke
kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
Contoh: pada 1 Juli 2005, Pemerintah Kota Pandang Tak Jemu mempunyai utang
jangka panjang sebesar Rp 10.000.000 yang harus diangsur setiap tahun
sebesar 1.000.000, Pemerintah Kota Pandang Tak Jemu harus melakukan
reklasifikasi atas kewajiban tersebut menjadi Kewajiban Jangka Pendek pada
akhir tahun 2005 sebesar Rp 1.000.000, sehingga Kewajiban Jangka panjang
akan disajikan di neraca sebesar Rp 9.000.000.
Dalam hal terjadi kesulitan likuiditas pemerintah dapat melakukan
restrukturisasi atau pendanaan kembali terhadap utang-utangnya yang akan
jatuh tempo. Apabila hal ini terjadi, entitas pelaporan dapat memasukkan
kewajiban jatuh temponya dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan ke
dalam klasifikasi kewajiban jangka panjang, jika:
(a) jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan;
dan

AKUNTANSI KEWAJIBAN

PSAP 09 5

(b) entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut


atas dasar jangka panjang; dan
(c)

maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan


kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap
pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.

Jumlah kewajiban yang dikeluarkan dari kewajiban jangka pendek menjadi


kewajiban jangka panjang seperti yang disebutkan di atas diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun
berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau
digulirkan (roll over) oleh entitas pelaporan. Kewajiban yang demikian
dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari pembiayaan jangka panjang
dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Namun dalam situasi di
mana kebijakan pendanaan kembali tidak berada pada otoritas entitas, maka
kewajiban ini diklasifikasikan sebagai pos jangka pendek, kecuali penyelesaian
atas perjanjian pendanaan kembali sebelum persetujuan laporan keuangan
membuktikan bahwa substansi kewajiban pada tanggal pelaporan adalah jangka
panjang.
Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu
(covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban
jangka pendek (payable on demand) jika persyaratan tertentu yang terkait
dengan posisi keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan demikian,
kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang hanya jika:
(a)

pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan


sebagai konsekuensi adanya pelanggaran, dan

(b)

terdapat jaminan bahwa tidak akan terjadi pelanggaran berikutnya dalam


waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.

Sebagai contoh, Pemkot XYZ meminjam uang dari lembaga asing, sebesar Rp
500 milyar untuk program pembangunan listrik daerah, dengan ketentuan
bahwa pinjaman ini tidak dapat digunakan untuk membiayai program lain. Kalau
pinjaman ini tidak dapat digunakan untuk program tersebut harus dikembalikan.
Pinjaman ini telah ditarik pada tahun 2003. Pinjaman ini akan dibayar secara
angsuran selama 20 tahun mulai tahun 2008. Sampai dengan tahun 2006
ternyata program tersebut macet, dan tidak dapat dilanjutkan. Oleh karena
pinjaman ini harus disajikan sebagai kewajiban jangka pendek.

AKUNTANSI KEWAJIBAN

PSAP 09 6

BAB II
PENGAKUAN KEWAJIBAN
A. Pengakuan
Kewajiban pemerintah diakui jika besar kemungkinan pengeluaran sumber
daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai
saat ini, dan kewajiban tersebut dapat diukur dengan andal.
Prasyarat peristiwa masa lalu sangat penting dalam pengakuan kewajiban.
Peristiwa tersebut menimbulkan suatu konsekuensi keuangan terhadap suatu
entitas. Peristiwa yang dimaksud mungkin dapat berupa suatu kejadian internal
dalam entitas seperti timbul kewajiban kepada pegawai organisasi pemerintah
akibat pemerintah belum membayar tunjangan pegawai, ataupun dapat berupa
kejadian eksternal yang melibatkan interaksi antara suatu entitas dengan
lingkungannya seperti adanya transaksi dengan entitas lain.
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada saat
kewajiban timbul. Kewajiban dapat timbul dari:
(a)

transaksi pertukaran (exchange transactions);

(b)

transaksi tanpa pertukaran (non-exchange transactions), dimana


pemerintah belum melaksanakan kewajibannya sampai akhir periode
akuntansi;

(c)

kejadian yang berkaitan dengan pemerintah (government-related events);


dan

(d)

kejadian yang diakui pemerintah (government-acknowledged events).

Suatu transaksi dengan pertukaran timbul ketika masing-masing pihak


dalam transaksi tersebut mengorbankan dan menerima suatu nilai sebagai
gantinya. Terdapat dua arus timbal balik atas sumber daya atau janji untuk
menyediakan sumber daya. Dalam transaksi dengan pertukaran, kewajiban
diakui ketika satu pihak menerima barang atau jasa sebagai gantinya
pemerintah berjanji untuk memberikan uang atau sumber daya lain di masa
depan.
Contoh kewajiban yang timbul dari transaksi dengan pertukaran.
Pada tanggal 10 Oktober 2005, Pemkot Bandung melakukan pengadaan personal
computer (PC) dengan PT Smart Teknik dengan nilai Rp 60.000.000. Pemkot
Bandung dan PT Smart Teknik sepakat untuk pembayaran komputer tersebut
dilakukan pada 1 Matret 2006.
Atas transaksi tersebut, Pemkot Bandung akan mencatat dan melaporkan di
neracanya kewajiban jangka pendek sebesar Rp 60.000.000 pada tanggal 10
Oktober 2005, ketika komputer tersebut diterima.
Suatu transaksi tanpa pertukaran timbul ketika satu pihak dalam suatu
transaksi menerima nilai tanpa secara langsung memberikan atau menjanjikan
AKUNTANSI KEWAJIBAN

PSAP 09 7

nilai sebagai gantinya. Hanya ada satu arah arus sumber daya atau janji. Untuk
transaksi tanpa pertukaran, kewajiban harus diakui atas jumlah terutang yang
belum dibayar pada tanggal pelaporan.
Beberapa jenis hibah dan program bantuan umum dan khusus kepada
entitas pelaporan lainnya merupakan transaksi tanpa pertukaran. Ketika
pemerintah pusat membuat program pemindahan kepemilikan atau memberikan
hibah atau mengalokasikan dananya ke pemerintah daerah, persyaratan
pembayaran ditentukan oleh peraturan dan hukum yang ada dan bukan melalui
transaksi dengan pertukaran.
Terdapat kewajiban pemerintah yang timbul bukan didasarkan pada
transaksi namun berdasarkan adanya interaksi antara pemerintah dan
lingkungannya. Kejadian tersebut mungkin berada di luar kendali pemerintah.
Pengakuan kewajiban yang timbul dari kejadian tersebut sama dengan
kewajiban yang timbul dari transaksi dengan pertukaran.
Contoh:
Pada saat pemerintah melaksanakan suatu kegiatan secara tidak sengaja
menyebabkan kerusakan pada kepemilikan pribadi maka kejadian tersebut
menciptakan kewajiban. Kewajiban tersebut dapat dilaporkan di neraca
sepanjang hukum yang berlaku memungkinkan bahwa pemerintah akan
membayar kerusakan dan sepanjang jumlah pembayarannya dapat diestimasi
dengan andal.
Kejadian-kejadian tertentu dapat mengakibatkan timbulnya kewajiban
pemerintah. Hal ini terjadi karena pemerintah memutuskan untuk bertanggung
jawab terhadap suatu kejadian bencana alam. Biaya-biaya tersebut dapat
memenuhi definisi kewajiban jika pemerintah secara formal mengakuinya
sebagai tanggung jawab keuangan pemerintah, baik biaya yang timbul dari
transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran.
Sebagai contoh dalam kasus bencana alam di DIY, bagi setiap keluarga yang
rumahnya roboh akan diberikan ganti rugi Rp 30 juta. Apabila sudah
dicantumkan dalam peraturan (surat ketetapan) yang sah, tetapi belum dibayar
Pemerintah dapat mengakui kewajiban dan biaya untuk kondisi di atas jika
memenuhi dua kriteria berikut: (1) DPR/DPRD telah menyetujui atau
mengotorisasi sumber daya yang akan digunakan, (2) transaksi dengan
pertukaran timbul (misalnya saat kontraktor melakukan perbaikan) atau jumlah
transaksi tanpa pertukaran belum dibayar pada tanggal pelaporan (misalnya
pembayaran langsung ke korban bencana).
B. Jurnal Standar
Akuntansi kewajiban di SKPD terdiri atas pencatatan atas terjadinya utang
dan pembayaran utang.
Ketika SKPD melakukan suatu transaksi pembelian barang dan jasa yang telah
dilaksanakan dan pelunasan belum dilakukan, PPK-SKPD akan mengakui
adanya utang.
Pencatatan atas pengadaan/pembelian barang/jasa dapat dilakukan dengan
menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu: (1) Pendekatan Beban dan (2)
Pendekatan Aset.
AKUNTANSI KEWAJIBAN

PSAP 09 8

a. Transaksi pengakuan terjadinya utang pada saat pengadaan/pembelian ATK


yang telah dilaksanakan dan pelunasan belum dilakukan.
1) Jika menggunakan pendekatan beban, maka jurnal yang dibuat oleh
fungsi akuntansi SKPD adalah:
Jurnal LO atau Neraca
Tanggal
XXX

Nomor
Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX
XXX

Uraian

Debit

Beban ATK

XXX
XXX

Utang Belanja Bahan Habis Pakai

2) Jika menggunakan pendekatan aset, maka jurnal yang dibuat oleh


fungsi akuntansi SKPD adalah:
Jurnal LO atau Neraca
Tanggal
XXX

Nomor
Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX
XXX

Uraian
Persediaan ATK

Debit

Kredit

XXX
XXX

Utang Belanja Bahan Habis Pakai

b. Transaksi pembayaran utang pada saat dilakukan pembayaran/pelunasan


dengan asumsi menggunakan mekanisme UP/GU, maka jurnal yang dibuat
oleh fungsi akuntansi SKPD adalah:
1) Jika menggunakan pendekatan aset, maka jurnal yang dibuat oleh
fungsi akuntansi SKPD adalah:
Jurnal LO atau Neraca
Tanggal
XXX

Nomor
Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX
XXX

Uraian
Utang Belanja Bahan Habis Pakai

Debit

Kredit

XXX

Kas Bendahara di Pengeluaran

XXX

Jurnal LRA
Tanggal
XXX

Nomor
Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX
XXX

Uraian
Belanja ATK
Perubahan SAL

Debit

Kredit

XXX
XXX

c. Transaksi pembayaran utang pada saat dilakukan pembayaran/pelunasan


dengan asumsi menggunakan mekanisme LS, maka jurnal yang dibuat oleh
fungsi akuntansi SKPD adalah:
Jurnal LO atau Neraca

Tanggal
XXX

Nomor
Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX

AKUNTANSI KEWAJIBAN

Uraian
Utang Belanja Bahan Habis Pakai

Kredit

Debit
XXX
PSAP 09 9

Kredit

XXX

RK-PPKD

XXX

Jurnal LRA
Tanggal
XXX

Nomor
Bukti
XXX

Kode
Rekening
XXX
XXX

Uraian

Debit

Belanja ATK
Perubahan SAL

XXX
XXX

BAB III
PENGUKURAN DAN PENGUNGKAPAN KEWAJIBAN
AKUNTANSI KEWAJIBAN

Kredit

PSAP 09 10

A. Pengukuran Kewajiban
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang
asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata
uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan nilai kewajiban pemerintah
pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera pada
lembar surat utang pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya, seperti transaksi
pembayaran, perubahan penilaian dikarenakan perubahan kurs valuta asing, dan
perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan
menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.
Penggunaan nilai nominal dalam menilai kewajiban mengikuti karakteristik
dari masing-masing pos. Berikut ini akan dijabarkan mengenai pengukuran
untuk masing-masing pos kewajiban.
Pengukuran kewajiban atau utang jangka pendek pemerintah daerah
berbeda-beda berdasarkan jenis investasinya. Berikut ini akan dijabarkan
bagaimana pengukuran kewajiban untuk masing-masing jenis kewajiban jangka
pendek.
1. Pengukuran Utang kepada Pihak Ketiga
Utang Kepada Pihak Ketiga terjadi ketika pemerintah daerah menerima hak atas
barang atau jasa, maka pada saat itu pemerintah daerah mengakui kewajiban
atas jumlah yang belum dibayarkan untuk memperoleh barang atau jasa
tersebut. Contoh: Bila kontraktor membangun fasilitas atau peralatan sesuai
dengan spesifikasi yang ada pada kontrak perjanjian dengan pemerintah, jumlah
yang dicatat harus berdasarkan realisasi fisik kemajuan pekerjaan sesuai dengan
berita acara kemajuan pekerjaan.
2. Pengukuran Utang Bunga
Utang bunga dicatat sebesar nilai bunga yang telah terjadi dan belum dibayar
dan diakui pada setiap akhir periode pelaporan sebagai bagian dari kewajiban
yang berkaitan.
3. Pengukuran Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan untuk PFK yang belum
disetorkan kepada yang berhak harus disajikan sebagai utang di neraca sebesar
jumlah yang masih harus disetorkan.
Jumlah pungutan/potongan PFK yang dilakukan pemerintah harus diserahkan
kepada pihak lain sejumlah yang sama dengan jumlah yang dipungut/dipotong.
Pada akhir periode pelaporan biasanya masih terdapat saldo pungutan/potongan
yang belum disetorkan kepada pihak lain. Jumlah saldo pungutan/potongan
tersebut harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang masih harus disetorkan
sebagai utang PFK.
Contoh: Pada Tahun 2006, Pemprov Maluku memungut iuran Askes, tabungan
perumahan, Pajak Penghasilan atas Gaji dari pegawai pemerintah provinsi
tersebut sebesar Rp 10 juta. Pada 31 Desember 2006, diketahui jumlah
AKUNTANSI KEWAJIBAN

PSAP 09 11

pungutan yang telah disetor ke PT Askes, Perum Perumnas dan Kantor


Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) adalah sebesar Rp 8 juta.
Atas transaksi tersebut, Pemprov Maluku seharusnya menyetor jumlah PFK
(iuran Askes, Tabungan Perumahan dan Pajak Penghasilan) sebesar yang
dipungut yaitu Rp 10 Juta. Tetapi pemda tersebut baru menyetor hanya sebesar
Rp 8 juta, oleh sebab itu Pemprov Maluku harus mencatat Hutang PFK di Neraca
Per 31 Desember 2006 sebesar Rp 2 Juta.
4. Pengukuran Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Nilai yang akan dicantumkan dalam laporan keuangan untuk bagian lancar utang
jangka panjang dicatat sejumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan
setelah tanggal pelaporan. Contohnya Pinjaman obligasi yang jatuh tempo
tahun yang akan datang sebesar Rp 1 Milyar disajikan sebesar nilai nominal.
5. Pengukuran Kewajiban Lancar Lainnya
Pengukuran kewajiban lancar lainnya disesuaikan dengan karakteristik masingmasing pos tersebut. Contoh: biaya yang masih harus dibayar pada saat laporan
keuangan disusun. Contoh lainnya adalah penerimaan pembayaran di muka atas
penyerahan barang atau jasa oleh pemerintah kepada pihak lain.
Kewajiban atau utang jangka panjang pemerintah daerah juga diukur
berdasarkan karakteristiknya. Terdapat dua karakteristik utang jangka panjang
pemerintah daerah, yaitu:
1. Utang yang tidak diperjualbelikan
Utang yang tidak diperjualbelikan memiliki nilai nominal sebesar pokok utang
dan bunga sebagaimana yang tertera dalam kontrak perjanjian dan belum
diselesaikan pada tanggal pelaporan. Contoh dari utang pemerintah yang tidak
dapat diperjualbelikan adalah pinjaman bilateral, multilateral, dan lembaga
keuangan international seperti IMF, World Bank, ADB dan lainnya. Bentuk hukum
dari pinjaman ini biasanya dalam bentuk perjanjian pinjaman (loan agreement).
Untuk utang pemerintah dengan tarif bunga tetap, penilaian dapat
menggunakan skedul pembayaran (payment schedule) menggunakan tarif
bunga tetap. Untuk utang pemerintah dengan tarif bunga variabel, misalnya tarif
bunga dihubungkan dengan satu instrumen keuangan atau dengan satu indeks
lainnya, penilaian utang pemerintah menggunakan prinsip yang sama dengan
tarif bunga tetap, kecuali tarif bunganya diestimasikan secara wajar berdasarkan
data sebelumnya dan observasi atas instrumen keuangan yang ada.
2. Utang yang diperjualbelikan
Akuntansi untuk utang pemerintah dalam bentuk yang dapat diperjualbelikan,
misalnya obligasi atau Surat Utang Negara seharusnya dapat mengidentifikasi
jumlah sisa kewajiban dari pemerintah pada suatu waktu tertentu beserta
bunganya untuk suatu periode akuntansi. Untuk penilaian surat utang ini perlu
AKUNTANSI KEWAJIBAN

PSAP 09 12

data hasil penjualan, dan nilai pada saat jatuh tempo atas jumlah yang akan
dibayarkan kepada pemegangnya.
Utang pemerintah yang dapat diperjualbelikan biasanya dalam bentuk sekuritas
utang pemerintah (government debt securities) yang dapat memuat ketentuan
mengenai nilai utang pada saat jatuh tempo.
Jenis surat utang pemerintah ini dinilai sebesar nilai pari (original face value)
dengan memperhitungkan diskonto atau premium yang belum diamortisasi.
Surat utang pemerintah yang dijual sebesar nilai pari (face) tanpa diskonto
ataupun premium harus dinilai sebesar nilai pari (face). Surat utang yang dijual
dengan diskonto akan bertambah nilainya selama periode penjualan dan jatuh
tempo; sedangkan surat utang yang dijual dengan harga premium nilainya akan
berkurang.
Amortisasi atas diskonto atau premium dapat menggunakan metode garis lurus.
Sebagai contoh : Pemerintah menerbitkan obligasi retail seri 001 sebanyak
1.000.000 lembar dengan nilai nominal Rp 1.000.000 per lembar. Pada tanggal 2
Januari 2006 hasil penjualan bersih obligasi ini adalah Rp 1.100.000.000.000
Obligasi ini jatuh tempo 2 Januari 2011. Metode amortisasi yang digunakan
adalah garis lurus.
Nilai obligasi yang disajikan di neraca per 31 Desember 2006 adalah:
Nilai Nominal

Rp 1.000.000.000.000

Premium
Rp 100.000.000.000-(1/5X100.000.000000)

= Rp

(20.000.000.000)

= Rp 1.080.000.000.000
B. Pengungkapan Kewajiban
Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar
skedul utang untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada pemakainya.
Untuk meningkatkan kegunaan analisis, informasi-informasi yang harus
disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah:
(a)

Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan


diklasifikasikan berdasarkan pemberi pinjaman;

jangka

panjang

yang

(b)

Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis


sekuritas utang pemerintah dan jatuh temponya;

(c)

Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga
yang berlaku;

(d)

Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo;

(e)

Perjanjian restrukturisasi utang meliputi:


(1). Pengurangan pinjaman;
(2). Modifikasi persyaratan utang;
(3). Pengurangan tingkat bunga pinjaman;
(4). Pengunduran jatuh tempo pinjaman;

AKUNTANSI KEWAJIBAN

PSAP 09 13

(5). Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan


(6). Pengurangan
pelaporan.

jumlah

bunga

terutang

sampai

dengan

periode

(f)

Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur


utang berdasarkan kreditur.

(g)

Biaya pinjaman:
(1). Perlakuan biaya pinjaman;
(2). Jumlah biaya pinjaman
bersangkutan; dan

yang

dikapitalisasi

pada

periode

yang

(3). Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.

DAFTAR PUSTAKA
http://keuda.kemendagri.go.id/asset/dataupload/paparan/modulpenerapan-akuntansi-berbasis-akrual/modul3/13.SAPD-Kewajiban.pdf
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ah
AKUNTANSI KEWAJIBAN

PSAP 09 14

UKEwi6nvLBp7fJAhWHto4KHQi3DUwQFggjMAE&url=https%3A%2F
%2Fpriyohari.files.wordpress.com%2F2009%2F06%2Fpsap09.doc&usg=AFQjCNHppdw2erb_eKhZqtKWqz8lTjZYeQ&sig2=fL260HRVuG
d8EL1hA3fjvw&bvm=bv.108194040,d.c2E
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ved=0ah
UKEwi6nvLBp7fJAhWHto4KHQi3DUwQFghSMAc&url=https%3A%2F
%2Fwww.mahkamahagung.go.id%2FKebijakanKeuangan%2Fbab_ii83.pdf&usg=AFQjCNHNT65cA39Kix5RXDKqcPi20ff4jw&sig2=OUR_vVKzMA
dCv9drZ_YfWw&bvm=bv.108194040,d.c2E

AKUNTANSI KEWAJIBAN

PSAP 09 15

Anda mungkin juga menyukai