Disusun Oleh
1. Ade Kusniawati
2012.62.000360
2012.62.000357
2012.62.000358
5. Maratus Sholikhatun
2012.62.000359
PSAP 09 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas persentasi ini
yang disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Akuntansi
Pemerintahan.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini jauh dari sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi saya untuk lebih baik di
masa yang akan datang.
Penyusun
Daftar Isi
AKUNTANSI KEWAJIBAN
PSAP 09 2
Halaman Sampul......................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................... iii
BAB I DEFINISI KEWAJIBAN.......................................................... 1
BAB II PENGAKUAN KEWAJIBAN.................................................... 4
BAB III PENGUKURAN DAN PENGUNGKAPAN KEWAJIBAN.................. 8
Daftar Pustaka............................................................................ 12
BAB I
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
AKUNTANSI KEWAJIBAN
PSAP 09 3
A. Pengertian Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan
sumber pembiayaan yang berasal dari pinjaman. Pinjaman tersebut dapat
berasal dari masyarakat, lembaga keuangan, pemerintah lain, atau lembaga
internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan
pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas
yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi, alokasi/realokasi pendapatan
ke entitas lainnya, atau kewajiban dengan pemberi jasa lain. Kewajiban
pemerintah dapat juga timbul dari pengadaan barang dan jasa dari pihak ketiga
yang belum dibayar pemerintah pada akhir tahun anggaran.
Sebagai contoh Pemerintah daerah membangun gedung untuk kantor
yang dikerjakan oleh PT ABC. Pembangunan tersebut telah selesai. Sampai
akhir akhir tahun anggaran pemerintah daerah tersebut belum melakukan
pembayaran. Pemerintah daerah harus mencatat kewajiban tersebut di neraca
sebesar utang yang belum dibayar.
Disamping kewajiban-kewajiban di atas, ada juga kewajiban-kewajiban
yang jumlah dan waktu pembayarannya belum pasti yang disebut kewajiban
kontinjensi. Kewajiban kontinjensi adalah kewajiban potensial yang timbul dari
peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau
tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak
sepenuhnya berada dalam kendali suatu entitas. Misalnya Pemerintah
memberikan penjaminan atas tabungan masyarakat di lembaga perbankan,
informasi ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Untuk memahami akuntansi kewajiban, perlu diketahui beberapa definisi di
bawah ini:
Perhitungan Fihak Ketiga, selanjutnya disebut PFK, merupakan utang
pemerintah kepada pihak lain yang disebabkan kedudukan pemerintah sebagai
pemotong pajak atau pungutan lainnya, seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), iuran Askes, Taspen, dan Taperum.
Premium adalah jumlah selisih lebih antara nilai kini kewajiban (present value)
dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) karena tingkat bunga
nominal lebih tinggi dari tingkat bunga efektif.
Restrukturisasi Utang adalah kesepakatan antara kreditur dan debitur untuk
memodifikasi syarat-syarat perjanjian utang dengan atau tanpa pengurangan
jumlah utang, dalam bentuk:
Pembiayaan kembali yaitu mengganti utang lama termasuk tunggakan
dengan utang baru; atau
Penjadwalan ulang atau modifikasi persyaratan utang yaitu mengubah
persyaratan dan kondisi kontrak perjanjian yang ada. Penjadwalan utang dapat
berbentuk Perubahan jadwal pembayaran, Penambahan masa tenggang, atau
menjadwalkan kembali rencana pembayaran pokok dan bunga yang jatuh tempo
dan/atau tertunggak.
AKUNTANSI KEWAJIBAN
PSAP 09 4
AKUNTANSI KEWAJIBAN
PSAP 09 5
(b)
Sebagai contoh, Pemkot XYZ meminjam uang dari lembaga asing, sebesar Rp
500 milyar untuk program pembangunan listrik daerah, dengan ketentuan
bahwa pinjaman ini tidak dapat digunakan untuk membiayai program lain. Kalau
pinjaman ini tidak dapat digunakan untuk program tersebut harus dikembalikan.
Pinjaman ini telah ditarik pada tahun 2003. Pinjaman ini akan dibayar secara
angsuran selama 20 tahun mulai tahun 2008. Sampai dengan tahun 2006
ternyata program tersebut macet, dan tidak dapat dilanjutkan. Oleh karena
pinjaman ini harus disajikan sebagai kewajiban jangka pendek.
AKUNTANSI KEWAJIBAN
PSAP 09 6
BAB II
PENGAKUAN KEWAJIBAN
A. Pengakuan
Kewajiban pemerintah diakui jika besar kemungkinan pengeluaran sumber
daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai
saat ini, dan kewajiban tersebut dapat diukur dengan andal.
Prasyarat peristiwa masa lalu sangat penting dalam pengakuan kewajiban.
Peristiwa tersebut menimbulkan suatu konsekuensi keuangan terhadap suatu
entitas. Peristiwa yang dimaksud mungkin dapat berupa suatu kejadian internal
dalam entitas seperti timbul kewajiban kepada pegawai organisasi pemerintah
akibat pemerintah belum membayar tunjangan pegawai, ataupun dapat berupa
kejadian eksternal yang melibatkan interaksi antara suatu entitas dengan
lingkungannya seperti adanya transaksi dengan entitas lain.
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada saat
kewajiban timbul. Kewajiban dapat timbul dari:
(a)
(b)
(c)
(d)
PSAP 09 7
nilai sebagai gantinya. Hanya ada satu arah arus sumber daya atau janji. Untuk
transaksi tanpa pertukaran, kewajiban harus diakui atas jumlah terutang yang
belum dibayar pada tanggal pelaporan.
Beberapa jenis hibah dan program bantuan umum dan khusus kepada
entitas pelaporan lainnya merupakan transaksi tanpa pertukaran. Ketika
pemerintah pusat membuat program pemindahan kepemilikan atau memberikan
hibah atau mengalokasikan dananya ke pemerintah daerah, persyaratan
pembayaran ditentukan oleh peraturan dan hukum yang ada dan bukan melalui
transaksi dengan pertukaran.
Terdapat kewajiban pemerintah yang timbul bukan didasarkan pada
transaksi namun berdasarkan adanya interaksi antara pemerintah dan
lingkungannya. Kejadian tersebut mungkin berada di luar kendali pemerintah.
Pengakuan kewajiban yang timbul dari kejadian tersebut sama dengan
kewajiban yang timbul dari transaksi dengan pertukaran.
Contoh:
Pada saat pemerintah melaksanakan suatu kegiatan secara tidak sengaja
menyebabkan kerusakan pada kepemilikan pribadi maka kejadian tersebut
menciptakan kewajiban. Kewajiban tersebut dapat dilaporkan di neraca
sepanjang hukum yang berlaku memungkinkan bahwa pemerintah akan
membayar kerusakan dan sepanjang jumlah pembayarannya dapat diestimasi
dengan andal.
Kejadian-kejadian tertentu dapat mengakibatkan timbulnya kewajiban
pemerintah. Hal ini terjadi karena pemerintah memutuskan untuk bertanggung
jawab terhadap suatu kejadian bencana alam. Biaya-biaya tersebut dapat
memenuhi definisi kewajiban jika pemerintah secara formal mengakuinya
sebagai tanggung jawab keuangan pemerintah, baik biaya yang timbul dari
transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran.
Sebagai contoh dalam kasus bencana alam di DIY, bagi setiap keluarga yang
rumahnya roboh akan diberikan ganti rugi Rp 30 juta. Apabila sudah
dicantumkan dalam peraturan (surat ketetapan) yang sah, tetapi belum dibayar
Pemerintah dapat mengakui kewajiban dan biaya untuk kondisi di atas jika
memenuhi dua kriteria berikut: (1) DPR/DPRD telah menyetujui atau
mengotorisasi sumber daya yang akan digunakan, (2) transaksi dengan
pertukaran timbul (misalnya saat kontraktor melakukan perbaikan) atau jumlah
transaksi tanpa pertukaran belum dibayar pada tanggal pelaporan (misalnya
pembayaran langsung ke korban bencana).
B. Jurnal Standar
Akuntansi kewajiban di SKPD terdiri atas pencatatan atas terjadinya utang
dan pembayaran utang.
Ketika SKPD melakukan suatu transaksi pembelian barang dan jasa yang telah
dilaksanakan dan pelunasan belum dilakukan, PPK-SKPD akan mengakui
adanya utang.
Pencatatan atas pengadaan/pembelian barang/jasa dapat dilakukan dengan
menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu: (1) Pendekatan Beban dan (2)
Pendekatan Aset.
AKUNTANSI KEWAJIBAN
PSAP 09 8
Nomor
Bukti
XXX
Kode
Rekening
XXX
XXX
Uraian
Debit
Beban ATK
XXX
XXX
Nomor
Bukti
XXX
Kode
Rekening
XXX
XXX
Uraian
Persediaan ATK
Debit
Kredit
XXX
XXX
Nomor
Bukti
XXX
Kode
Rekening
XXX
XXX
Uraian
Utang Belanja Bahan Habis Pakai
Debit
Kredit
XXX
XXX
Jurnal LRA
Tanggal
XXX
Nomor
Bukti
XXX
Kode
Rekening
XXX
XXX
Uraian
Belanja ATK
Perubahan SAL
Debit
Kredit
XXX
XXX
Tanggal
XXX
Nomor
Bukti
XXX
Kode
Rekening
XXX
AKUNTANSI KEWAJIBAN
Uraian
Utang Belanja Bahan Habis Pakai
Kredit
Debit
XXX
PSAP 09 9
Kredit
XXX
RK-PPKD
XXX
Jurnal LRA
Tanggal
XXX
Nomor
Bukti
XXX
Kode
Rekening
XXX
XXX
Uraian
Debit
Belanja ATK
Perubahan SAL
XXX
XXX
BAB III
PENGUKURAN DAN PENGUNGKAPAN KEWAJIBAN
AKUNTANSI KEWAJIBAN
Kredit
PSAP 09 10
A. Pengukuran Kewajiban
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang
asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata
uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan nilai kewajiban pemerintah
pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera pada
lembar surat utang pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya, seperti transaksi
pembayaran, perubahan penilaian dikarenakan perubahan kurs valuta asing, dan
perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan
menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.
Penggunaan nilai nominal dalam menilai kewajiban mengikuti karakteristik
dari masing-masing pos. Berikut ini akan dijabarkan mengenai pengukuran
untuk masing-masing pos kewajiban.
Pengukuran kewajiban atau utang jangka pendek pemerintah daerah
berbeda-beda berdasarkan jenis investasinya. Berikut ini akan dijabarkan
bagaimana pengukuran kewajiban untuk masing-masing jenis kewajiban jangka
pendek.
1. Pengukuran Utang kepada Pihak Ketiga
Utang Kepada Pihak Ketiga terjadi ketika pemerintah daerah menerima hak atas
barang atau jasa, maka pada saat itu pemerintah daerah mengakui kewajiban
atas jumlah yang belum dibayarkan untuk memperoleh barang atau jasa
tersebut. Contoh: Bila kontraktor membangun fasilitas atau peralatan sesuai
dengan spesifikasi yang ada pada kontrak perjanjian dengan pemerintah, jumlah
yang dicatat harus berdasarkan realisasi fisik kemajuan pekerjaan sesuai dengan
berita acara kemajuan pekerjaan.
2. Pengukuran Utang Bunga
Utang bunga dicatat sebesar nilai bunga yang telah terjadi dan belum dibayar
dan diakui pada setiap akhir periode pelaporan sebagai bagian dari kewajiban
yang berkaitan.
3. Pengukuran Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan untuk PFK yang belum
disetorkan kepada yang berhak harus disajikan sebagai utang di neraca sebesar
jumlah yang masih harus disetorkan.
Jumlah pungutan/potongan PFK yang dilakukan pemerintah harus diserahkan
kepada pihak lain sejumlah yang sama dengan jumlah yang dipungut/dipotong.
Pada akhir periode pelaporan biasanya masih terdapat saldo pungutan/potongan
yang belum disetorkan kepada pihak lain. Jumlah saldo pungutan/potongan
tersebut harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang masih harus disetorkan
sebagai utang PFK.
Contoh: Pada Tahun 2006, Pemprov Maluku memungut iuran Askes, tabungan
perumahan, Pajak Penghasilan atas Gaji dari pegawai pemerintah provinsi
tersebut sebesar Rp 10 juta. Pada 31 Desember 2006, diketahui jumlah
AKUNTANSI KEWAJIBAN
PSAP 09 11
PSAP 09 12
data hasil penjualan, dan nilai pada saat jatuh tempo atas jumlah yang akan
dibayarkan kepada pemegangnya.
Utang pemerintah yang dapat diperjualbelikan biasanya dalam bentuk sekuritas
utang pemerintah (government debt securities) yang dapat memuat ketentuan
mengenai nilai utang pada saat jatuh tempo.
Jenis surat utang pemerintah ini dinilai sebesar nilai pari (original face value)
dengan memperhitungkan diskonto atau premium yang belum diamortisasi.
Surat utang pemerintah yang dijual sebesar nilai pari (face) tanpa diskonto
ataupun premium harus dinilai sebesar nilai pari (face). Surat utang yang dijual
dengan diskonto akan bertambah nilainya selama periode penjualan dan jatuh
tempo; sedangkan surat utang yang dijual dengan harga premium nilainya akan
berkurang.
Amortisasi atas diskonto atau premium dapat menggunakan metode garis lurus.
Sebagai contoh : Pemerintah menerbitkan obligasi retail seri 001 sebanyak
1.000.000 lembar dengan nilai nominal Rp 1.000.000 per lembar. Pada tanggal 2
Januari 2006 hasil penjualan bersih obligasi ini adalah Rp 1.100.000.000.000
Obligasi ini jatuh tempo 2 Januari 2011. Metode amortisasi yang digunakan
adalah garis lurus.
Nilai obligasi yang disajikan di neraca per 31 Desember 2006 adalah:
Nilai Nominal
Rp 1.000.000.000.000
Premium
Rp 100.000.000.000-(1/5X100.000.000000)
= Rp
(20.000.000.000)
= Rp 1.080.000.000.000
B. Pengungkapan Kewajiban
Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar
skedul utang untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada pemakainya.
Untuk meningkatkan kegunaan analisis, informasi-informasi yang harus
disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah:
(a)
jangka
panjang
yang
(b)
(c)
Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga
yang berlaku;
(d)
(e)
AKUNTANSI KEWAJIBAN
PSAP 09 13
jumlah
bunga
terutang
sampai
dengan
periode
(f)
(g)
Biaya pinjaman:
(1). Perlakuan biaya pinjaman;
(2). Jumlah biaya pinjaman
bersangkutan; dan
yang
dikapitalisasi
pada
periode
yang
DAFTAR PUSTAKA
http://keuda.kemendagri.go.id/asset/dataupload/paparan/modulpenerapan-akuntansi-berbasis-akrual/modul3/13.SAPD-Kewajiban.pdf
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ah
AKUNTANSI KEWAJIBAN
PSAP 09 14
UKEwi6nvLBp7fJAhWHto4KHQi3DUwQFggjMAE&url=https%3A%2F
%2Fpriyohari.files.wordpress.com%2F2009%2F06%2Fpsap09.doc&usg=AFQjCNHppdw2erb_eKhZqtKWqz8lTjZYeQ&sig2=fL260HRVuG
d8EL1hA3fjvw&bvm=bv.108194040,d.c2E
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ved=0ah
UKEwi6nvLBp7fJAhWHto4KHQi3DUwQFghSMAc&url=https%3A%2F
%2Fwww.mahkamahagung.go.id%2FKebijakanKeuangan%2Fbab_ii83.pdf&usg=AFQjCNHNT65cA39Kix5RXDKqcPi20ff4jw&sig2=OUR_vVKzMA
dCv9drZ_YfWw&bvm=bv.108194040,d.c2E
AKUNTANSI KEWAJIBAN
PSAP 09 15