Anda di halaman 1dari 22

AKUNTANSI PENDIDIKAN

Dalam Rangka Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Tugas Akuntansi Sektor Publik
Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Sultan Angung

Oleh: Kelompok III


BOBI DIAZ PERMANA (31401405432) - RIZKI NUR FARIKHAH (31401405677)
INDRA REANDIDO (31401405539)
- IQBAL KHAFIFI (31401304919)
HENI PUSPITASARI (31401405523)
- TAKBIR ARIA GANDI (31401405723)

FAKULTAN EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2016/2017
i

Kata Pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang tiada hentinya memberikan
petunjuk, rahmat dan karunia-Nya. Tak lupa Shalawat dan salam semoga tercurah kepada
Rasulullah saw, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Dengan segala rasa syukur yang tinggi
penyusun berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan dosen mata kuliah Akuntansi Sektor
Publik yaitu membuat makalah yang berkaitan dengan Akuntansi Sektor Pendidikan. Judul dari
makalahya adalah Akuntansi Pendidikan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pembiayaan Pendidikan. Dan tugas ini merupakan bagian proses pembelajaran yang dianggap
penting dan selalu di hadapi sebagai akuntansi pendidikan.
Penyusun menyusun ringkasan ini dengan baik, baik dari isi maupun maupun dari
kualitas. Namun penyusun menerima saran dan kritikan konstruktif dari pembaca dengan senang
hati.
Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan pembaca
semua pada umumnya dan juga agar lebih memahami tentang peran dan sikap pengelola
pendidikan dalam memahami pembiayaan pendidikan yang dalam hal ini membahas tentang
Akuntansi Pendidikan dalam proses pengelolaan pendidikan khususnya di sekolah.

Semarang, 18 Sep 2016

Penyusun

ii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................................
B. Identifikasi Masalah...............................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................................................
D. Kerangka Pemikiran...............................................................................................................
E. Metodologi.............................................................................................................................
F. Sistematika.............................................................................................................................
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Akuntansi.............................................................................................................
B. Pengertian Pendidikan...........................................................................................................
C. Definisi dari Sudut Pandang Proses Kegiatan.......................................................................
D. Pendidikan di Indonesia.........................................................................................................
E. Dasar Hukum.........................................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN
A. Peran dan Fungsi Akuntansi di Dunia Pendidikan................................................................
B. Siklus akuntansi Pendidikan..................................................................................................
C. Klasifikasi Biaya....................................................................................................................
D. Laporan Keuangan dalam Akuntansi pendidikan..................................................................
E. Pembiayaan Pendidikan.........................................................................................................
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan............................................................................................................................
B. Saran .....................................................................................................................................

1
2
2
2
2
3
4
5
7
7
11
14
14
15
16
16
18
18

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 19

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah


Era pasca reformasi melahirkan kembali semangat demokratisasi, akuntabilitas dan
tranparansi dalam setiap aspek kehidupan manusia. Otonomi telah membawa jiwa dan semangat
dalam desentralisasi. Dengan di berlakukannya otonomi daerah, secara otomatis masing-masing
daerah berlomba-lomba meningkatkan pendapatan daerahnya dengan berbagai usaha termasuk di
bidang pendidikan.
Namun semenjak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, belum terlihat
perubahan dan dampak yang signifikan bagi perkembangan serta peningkatan kesejahteraan dan
pelayanan kepada masyarakat di bidang pendidikan. Pemerintah daerah pada umumnya terpaku
pada pembangunan secara fisik semata dan keuntungan jangka pendek. Padahal, pemerintah
daerah memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Jika kita perhatikan desentralisasi dalam otonomi daerah berarti ada pelimpahan wewenang dari
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk menangani beberapa sector, seperti system
birokrasi pemerintah, kesehatan, pendidikan, pariwisata, industri dan sektor lainnya. Salah satu
sektor yang perlu mendapat perhatian serius adalah sektor pendidikan, mengingat pengelolaan
sektor ini memerlukan perspektif jangka panjang. Sektor pendidikan merupakan investasi dalam
pengelolaan dan pembinaan sumber daya manusia agar mampu mengolah sumber daya alam
secara optimal untuk kemajuan daerah. Dalam era otonomi daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota
memiliki wewenang seluas-luasnya untuk mengembangkan sektor pendidikan. Oleh karena itu,
warna dan corak pendidikan di daerah tergantung pada komitmen dan kepedulian
Bupati/Walikota sebagai Kepala Pemerintah Kabupaten/Kota.
Selanjutnya dalam pelayanan dan penyediaan pendidikan, terjadi persaingan antara
sekolah swasta dan publik. Persaingan ini sering tidak diiringi dengan peningkatan kualitas
sekolah yang bersangkutan, baik pengajar, sarana dan prasarana, maupun lulusan sekolah
tersebut. Terbatasnya alokasi dana dari pemerintah adalah suatu kendala yang tak urung
membuat kualitas pendidikan sekolah belum juga beranjak. Namun, hal itu tidak dapat dijadikan
sebagai tolok ukur atas kualitas suatu sekolah. Sekolah harus menggunakan dana seefektif dan
seefisien mungkin demi peningkatan dan pelayanan dan kualitas pendidikan sekolah. Apabila
dana dari pemerintah tidak mencukupi, sekolah dapat mengupayakan melalui danan dari
masyarakat. Pengelolaan dana harus dilandasi semangat akuntabilitas dan transparansi. Dengan
pengelolaan dana yang transparan, masyarakat dapat mengetahui ke mana saja dana sekolah
tersebut dibelanjakan.
Seiring dengan berjalannya otonomi daerah, berlangsung pula globalisasi di mana
tantangan yang dihadapi oleh bangsa ini ke depan akan semakin berat. Dalam menghadapi
tantangan tersebut, pendidikan menjadi pijakan dan arah roda perjalanan bangsa ini. Dalam
pelayanan dan penyediaan pendidikan, terjadi persaingan antara sekolah swasta dan publik.

Persaingan ini sering tidak diiringi dengan peningkatan kualitas sekolah yang
bersangkutan, baik pengajar, sarana dan prasarana, maupun lulusan sekolah tersebut.
Terbatasnya alokasi dana dari pemerintah adalah suatu kendala yang tak urung membuat kualitas
pendidikan sekolah belum juga beranjak. Namun, hal itu tidak dapat dijadikan sebagai tolok ukur
atas kualitas suatu sekolah. Sekolah harus menggunakan dana seefektif dan seefisien mungkin
demi peningkatan dan pelayanan dan kualitas pendidikan sekolah. Apabila dana dari pemerintah
tidak mencukupi, sekolah dapat mengupayakan melalui dana dari masyarakat. Pengelolaan dana
harus dilandasi semangat akuntabilitas dan transparansi. Dengan pengelolaan dana yang
transparan, masyarakat dapat mengetahui ke mana saja dana sekolah tersebut dibelanjakan.
B.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dijelaskan bahwa akuntansi pendidikan
merupakan faktor yang sangat penting didalam upaya mencapai hasil yang baik bagi pengelola
pendidikan didalam melaksanakan pengembangan pendidikan yang bermutu, professional dan
kompetitif. Dalam hal ini penulis mengidentifikasi masalah dari akuntansi pendidikan sebagai
berikut :
1. Apakah akuntansi sektor pendidikan tersebut yang menjadi pemahaman dasar yang harus
di pahami bagi pengelola pendidikan ?
2. Apakah peran dan fungsi akuntansi pendidikan dalam dunia pendidikan ?
C.

Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk:
1. Mengidentifikasi masalah masalah yang dihadapi dalam pengelolaan pendidikan
2. Menyarankan strategi apa yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan dalam
pengelolaan pendidikan
3. Mengusulkan langkah-langkah yang tepat dengan penerapan akuntansi pendidikan
sehingga ketercapaian program pendidikan dapat terukur dengan baik.

D.

Kerangka Pemikiran
Akuntansi Pendidikan adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan,
dan penganalisaan data keuangan suatu organisasi dalam bidang pendidikan
E.

Metodologi
Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan, penulis menggunakan beberapa
metode antara lain :
1. Studi Pustaka
Pada metode ini, penulis membaca buku-buku, jurnal- jurnal serta pendapat dan buku
yang ada baik melalui media cetak yang berhubungan erat dengan penyusunan makalah
ini. Selain itu penulis juga memanfaatkan perkembangan teknologi, dengan browsing

internet untuk mencari artikel yang berkaitan dengan akuntansi pendidikan baik yang
tertulis dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Inggris.
2. Pemikiran
Penulis mencoba untuk belajar mengungkapkan hasil pemikiran penulis pribadi dan
kemudian dituangkan pada makalah ini.
F.
1.
2.
3.
4.
5.

Sistematika
Sistematika penulisan dalam makalah ini terdiri dari lima Bab, yang diawali dengan kata
pengantar kemudian daftar isi.
Dalam Bab I (Pendahuluan) terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,
tujuan penulisan, kerangka pemikiran makalah, metode penulisan
Dalam Bab II (Landasan Teoritis) terdiri dari Pengertian Akuntansi , Pengertian
Pendidikan, Definisi dari sudut pandang Proses Kegiatan
Dalam Bab III ( Peran dan Fungsi Akuntansi dalam Dunia Pendidikan ) terdiri Siklus
Akuntansi Pendidikan, Laporan Keuangan dlam Akuntansi Pendidikan
Dalam Bab IV (Kesimpulan dan Saran), disini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran
dari saya untuk kajian makalah ini.

BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.

Pengertian Akuntansi
Akuntansi merupakan kumpulan konsep dan teknik yang digunakan untuk mengukur dan
melaporkan informasi keuangan dalam suatu unit usaha ekonomi. Informasiakuntansi sangat
potensial untuk dilaporkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan,seperti: manajer
perusahaan,pemilik, kreditur, pemerintah, analisis keuangan dankaryawan. Manajer perusahaan
membutuhkan informasi akuntansi untuk pengambilankeputusan manajerial dan bisnis, Investor
tentunya dalam ekspektasi dan harapanterhadap hasil investasinya dalam bentuk hasil usaha dan
keuntungan (deviden), kreditur berkepentingan terhadap kemampuan bayar terhadap kewajiban
perusahaan dalam menyelesaikan pinjamannya, pemerintah memerlukan informasi terhadap
pajak dan regulasi (peraturan), analis keuangan menggunakan akuntansi untuk dasar menyatakan
opini (pendapat) terhadap investasi yang akan direkomendasikan, karyawan berharap ingin
bekerja di perusahaan yang mampu untuk mendukung pengembangan karir dan penghasilan
yang lebih baik.
Untuk mengetahui akuntansi secara lebih mendalam sebaiknya mengerti terlebih dahulu
definisi atau batasan akuntansi. Berikut di bawah ini adalah beberapa definisi akuntansi:
AICPA (American Institute of Certified Public Accountans) pada tahun 1941, mendefinisikan
akuntansi sebagai:
Seni mencatat, menggolongkan dan meringkas transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan
dengan cara tertentu dan dalam bentuk satuan uang, serta menafsirkan hasil-hasilnya.
Dari definisi ini ada 3 aspek penting yaitu:
1. Akuntansi adalah suatu proses, yaitu proses pencatatan, penggolongan dan peringkasan
transaksi.
2. Akuntansi memproses transaksi keuangan dengan cara yang mempunyai pola tertentu
(bukan sembarang atau acak-acakan) dan mengunakan satuan uang sebagai alat
pengukur.
3. Akuntansi tidak sekadar proses pencatatan, penggolongan dan peringkasanbelaka,
melainkan meliputi juga penafsiran terhadap hasil dari proses-proses tersebut.
Definisi lain dinyatakan oleh Accounting Principles Board (APB) tahun 1970: Akuntansi
adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya menyajikan informasi kuantitatif tentang lembagalembaga ekonomi, terutama yang bersifat keuangan, yang bertujuan agar berguna dalam
pengambilan keputusan ekonomis.
Definisi menurut American Accounting Association tahun 1966, adalah sebagai berikut: proses
mengenali, mengukur dan mengkomunikasikan informasi ekonomi untuk memperoleh
pertimbangan dan keputusan yang tepat oleh pemakai informasi yang bersangkutan.
Definisi ini mengandung dua pengertian:
1. Kegiatan Akuntansi, bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri dari identifikasi,
pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi.
4

2. Kegunaan Akuntansi, bahwa informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi


diharapkan berguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan mengenai kesatuan
usaha yang bersangkutan.
Dan definisi yang lainnya adalah menurut George A. Mac Farland:
Akuntansi adalah suatu seni pencatatan, penggolongan, penyajian, serta penafsiran
secara
sistematis dari data keuangan perusahaan atau perseorangan.
Dari definisi ini dapat ditarik pengertian bahwa:
1. Prosedur-prosedur yang digunakan dalam akuntansi adalah mencatat, menggolongkan,
menyajikan dan menafsirkan.
2. Sasaran dari akuntansi adalah data keuangan atau peristiwa yang bersifat finansial.
3. Prosedur mencatat, menggolongkan, dan menyajikan data keuangan haruslah disusun
secara sistematis, sehingga dapat digunakan untuk menafsirkan dan membuat analisis
terhadap laporan yang dibuat.
B.

Pengertian Pendidikan
Pendidikan dapat didefinisikan menurut berbagai panadangan definisi tersebut dapat di
kategorikan sebagai berikut :
1. Definisi awam
Definisi pendidikan secara awam adalah suatu cara untuk mengembangkan ketrampilan,
kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga
negara yang baik. Tujuannya untuk mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi dan
kognisi seseorang.
2. Menurut Kamus dan ensiklopedi
- Kamus Besar Bahasa Indonesia : "pendidikan n proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dl usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan; proses, cara, pembuatan mendidik;
- "Ensiklopedi Wikipedia : Education is a social science that encompasses teaching
and learning specific knowledge, beliefs, and skills. The word education is derived
from the Latin educare meaning "to raise", "to bring up", "to train", "to rear", via
"educatio/nis", bringing up, raising.
3. Menurut Undang-Undang
- UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989 : "Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang";
- UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat
4. Menurut bahasa (etimologi)
5

Bahasa Yunani: berasal dari kata Pedagogi, yaitu dari kata paid artinya anak dan
agogos artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan
sebagai ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children).
- Bahasa Romawi: berasal dari kata educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun,
tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia.
- Bangsa Jerman: berasal dari kata Erziehung yang setara dengan educare, yaitu :
membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak.
- Bahasa Jawa: berasal dari kata panggulawentah (pengolahan), mengolah, mengubah
kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah
kepribadian sang anak.
5. Menurut para ahli pendidikan
- Menurut para ahli, definisi pendidikan adalah "Berbagai upaya dan usaha yang
dilakukan orang dewasa untuk mendidik nalar peserta didik dan mengatur moral
mereka" (Warta Politeknik Negeri Jakarta, April 2007)
- Langefeld, Mendidik adalah membimbing anak dalam mencapai kedewasaan
- Heageveld, Mendidik adalah membantu anak dalam mencapai kedewasaan
- Bojonegoro, Mendidik adalah memeri tuntunan kepada manusia yang belum dewasa
dalam pertumbuhan dan perkembangannya sampai tercapai kedewasaan
- Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan
budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup
yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
- Rosseau: Mendidik adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa anakanak, tapi dibutuhkan pada masa dewasa.
- Darmaningtyas mengatakan tentang difinisi pendidikan yaitu pendidikan sebagai
usaha dasar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup dan kemajuan yang ledih baik.
- Paulo Freire ia mengatakan, pendidikan merupakan jalan menuju pembebasan yang
permanen dan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah masa dimana manusia
menjadi sadar akan pembebasan mereka, damana melalui praksis mengubah keadaan
itu. Tahap kedua dibangun atas tahap yang pertama, dan merupakan sebuah proses
tindakan kultural yang membebaskan.
- John Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal
ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa
dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk
untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan
perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
- H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian
yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan
mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam
sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
-

Frederick J. Mc Donald, pendidkan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan
untuk merubah tabiat

C.

Definisi dari Sudut Pandang Proses Kegiatan


Apabila ditinjau dari sudut pandang kegiatannya akuntansi dapat di definisikan sebagai
proses pencatatan, penggolongon, peringkasan, pelaporan, dan penganalisaan data keuangan
suatu organisasi. Definisi ini menunjukkan bahwa kegiatan akuntansi merupakan tugas yang
kompleks dan menyangkut berbagai kegiatan. Pada dasarnya akuntansi harus:
1. Mengidentifikasi data mana yang berkaitan atau relevan dengan keputusan yang diambil
2. Memeroses atau menganalisa data yang relevan
3. Mengubah data menjadi informasi yang dapat di gunakan untuk pengambilan keputusan.
D.

Pendidikan di Indonesia
Kondisi sektor pendidikan di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat selama
dua dekade terakhir. Pada tahun 1998, tingkat anak yang mendaftar ke sekolah dasar mencapai
lebih dari 90%. Namun sektor ini juga diwarnai oleh tingkatnya angka anak putus sekolah dan
rendahnya angka siswa yang melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi. Adanya krisis ekonomi
turut mempeparah kondisi ini, terutama bagi keluarga miskin.
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara
lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human
Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan
penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia
makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di
Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah
Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki
daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di
dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai
follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.
Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan
tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak
disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasan ini
disebabkan karena beberapa hal yang mendasar.
Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan
terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa
Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia
terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik
pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya
dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber
daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat
meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya
manusia di negara-negara lain.
7

Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik
pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu
pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan
keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003)
bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat
pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di
Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori
The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang
mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Dari sisi kualitas pendidikan, Indonesia menduduki peringkat terburuk di antara 12
negara Asia dan ASEAN. Hal ini antara lain ditandai dengan rendahnya kualitas dan relevansi
pendidikan di banyak sekolah dasar, ketimbang akses menuju pendidikan tingkat menegah,
pengelolahan pendidikan tidak efesien, metode pengajaran yangsudah ketinggalan zaman, dan
kurangnya peran serta orang tuadalam pendidikan anak-anaknya. Kondisi ini merupakan dampak
dari pendekatan sentralistk, di mana pemerintah pusat menentukan kulikurum, ujian, prosedur
kepegawaian, dan alokasi guru secara nasiaonal ke sekolah di seluruh Indonesia.
Di era desentralisasi seperti saat ini, pihak pemerintah kota/kabupatenlah yang
menghadapi semua tantangan di atas. Ironisnya, pengetahuan, kemampuan, dan kapasitas pejabat
pemerintah daerah dalam menentukan perencanan dan manajemen pendidikn masih perlu di
tingkatkan.
Pendidikan merupakan kunci utama bagi bangsa yang ingin maju dan unggul dalam
persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang paling penting dan sangat strategis.
Sumber manusia yang berkualitas merupakan prasyarat dasar bagi terbentuknya peradaban yang
lebih baik dan sebaliknya, sumber manusia yang buruk akan menghasilkan peradaban yang
buruk. Melihat realitas pendidikan pendidikan di negeri ini masih banyak masalah dan jauh dari
harapan. Bahkan jauh tertinggal dari Negara-negara lain.
Masalah pendidikan di Indonesia ibarat enang kusut. Banyak permasalahan yang terjadi
di dalam pendidikan Indonesia bukan hanya sistem pendidikannya tetapi pelaku yang ada
didalamnya. Lihat saja, banyak pelanggaran yang terjadi seperti banyak pelajar melakukan
tawuran, narkoba, free sex , bahkan ada oknum guru yang harus jadi panutan melakukan
pelanggaran yaitu membiarkan kecurangan yang terjadi saat UN dengan alasan agar para
siswanya lulus 100% . sungguh, ini merupkan keadaan yang sangat ironis.
Mirisnya lagi yang bisa mengenyam pendidikan kebanyakan orang-orang golongan atas ,
yang memiliki uang lebih dan sementara orang-orang dari golongan bawah hanya bisa diam dan
tak tahu harus berbuat apa. Lihatlah pada realitanya banyak calon calon generasi penerus bangsa
tidak bersekolah dan alasannya terkait biaya pendidikan terlalu mahal. Akibat kondisi seperti ini,
terjadi pengganguran dimana-mana, kriminalitas menjadi hal yang utama menjadi pekerjaan
mereka, kemiskinan pun menjadi lingkaran setan yang sulit diputuskan.
- Efektifitas Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik
untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai
dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan
trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar
pembelajaran tersebut dapat berguna. Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat
8

rendah. Setelah praktisi pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan,


salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelm
kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik
tidak tahu goal apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran
yang jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah terpenting jika
kita menginginkan efektifitas pengajaran. Bagaimana mungkin tujuan akan tercapai
jika kita tidak tahu apa tujuan kita. Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa
pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber
daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut,
yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan
dapat dianggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang
menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang
mempunyai kelebihan dibidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil
pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang
lain. Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang mempunyai
kelebihan dibidang sosial dan dipaksa mengikuti program studi IPA akan
menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta
didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Hal-hal
sepeti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak
kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia.
Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses
yang lebih murah. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita
memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang
baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia.
Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar
hasil yang telah disepakati. Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia
adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan,
mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses
pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya
manusia Indonesia yang lebih baik.Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia
sudah menjadi rahasia umum bagi kita. Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia
relative lebih randah jika kita bandingkan dengan Negara lain yang tidak mengambil
sitem free cost education. Namun mengapa kita menganggap pendidikan di Indonesia
cukup mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di sini jika penghasilan rakyat Indonesia
cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidiakan. Jika kita berbicara tentang biaya
pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah, training, kursus atau
lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara
tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi
yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di sekolah
dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran,
nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks
pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu
diwajibkan oleh pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik
yang mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk
pendidik tersebut. Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah
9

lainnya adalah waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kita lihat bahwa
pendidikan tatap muka di Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan negara lain.
Dalam pendidikan formal di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal
pengajarnnya perhari dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00.. Hal
tersebut jelas tidak efisien, karena ketika kami amati lagi, peserta didik yang
mengikuti proses pendidikan formal yang menghabiskan banyak waktu tersebut,
banyak peserta didik yang mengikuti lembaga pendidikan informal lain seperti les
akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang
lama tersebut tidak efektif juga, karena peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan
informal untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang. Selain itu,
masalah lain efisiensi pengajaran yang akan kami bahas adalah mutu pengajar.
Kurangnya mutu pengajar jugalah yang menyebabkan peserta didik kurang mencapai
hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang juga
membutuhkan uang lebih. Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan
oleh pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya. Misalnya saja, pengajar A
mempunyai dasar pendidikan di bidang bahasa, namun di mengajarkan keterampilan,
yang sebenarnya bukan kompetensinya. Hal-tersebut benar-benar terjadi jika kita
melihat kondisi pendidikan di lapangan yang sebanarnya. Hal lain adalah pendidik
tidak dapat mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga mudah
dimengerti dan menbuat tertarik peserta didik. Sistem pendidikan yang baik juga
berperan penting dalam meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia. Sangat
disayangkan juga sistem pendidikan kita berubah-ubah sehingga membingungkan
pendidik dan peserta didik. Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan
sistem pendidikan kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi
yang pengubah proses pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga kurikulum
baru lainnya. Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara pendidikan
pengajar, dan pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang juga menambah
cost biaya pendidikan. Sehingga amat disayangkan jika terlalu sering mengganti
kurikulum yang dianggap kuaran efektif lalu langsung menggantinya dengan
kurikulum yang dinilai lebih efektif. Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran yang
diinginkan dapat dihasilkan secara optimal dengan hanya masukan yang relative
tetap, atau jika masukan yang sekecil mungkin dapat menghasilkan keluaran yang
optimal. Konsep efisiensi sendiri terdiri dari efisiensi teknologis dan efisiensi
ekonomis. Efisiensi teknologis diterapkan dalam pencapaian kuantitas keluaran
secara fisik sesuai dengan ukuran hasil yang sudah ditetapkan. Sementara efisiensi
ekonomis tercipta jika ukuran nilai kepuasan atau harga sudah diterapkan terhadap
keluaran. Konsep efisiensi selalu dikaitkan dengan efektivitas. Efektivitas merupakan
bagian dari konsep efisiensi karena tingkat efektivitas berkaitan erat dengan
pencapaian tujuan relative terhadap harganya. Apabila dikaitkan dengan dunia
pendidikan, maka suatu program pendidikan yang efisien cenderung ditandai dengan
pola penyebaran dan pendayagunaansumber-sumber pendidikan yang sudah ditata
secara efisien. Program pendidikan yang efisien adalah program yang mampu
menciptakan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan akan sumber-sumber
pendidikan sehingga upaya pencapaian tujuan tidak mengalami hambatan.
Standardisasi Pendidikan Di Indonesia

10

Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara
tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses
untuk menentukan standar yang akan diambil. Dunia pendidikan terus berudah.
Kompetensi yang dibutuhka oleh masyarakat terus-menertus berunah apalagi di
dalam dunia terbuka yaitu di dalam dunia modern dalam ere globalisasi. Kompetendikompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang dalam lembaga pendidikan haruslah
memenuhi standar. Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam
pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan
kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam
berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk
melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi
Nasional Pendidikan (BSNP). Tinjauan terhadap standardisasi dan kompetensi untuk
meningkatkan mutu pendidikan akhirnya membawa kami dalam pengunkapan adanya
bahaya yang tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang terkekung oleh
standar kompetensi saja sehngga kehilangan makna dan tujuan pendidikan tersebut.
Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar mencapai
standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan
dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih
spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpentinga adalah memenuhi nilai di atas
standar saja. Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti
kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas
salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Selain itu, akan lebih
baik jika kita mempertanyakan kembali apakah standar pendidikan di Indonesia sudah
sesuai atau belum. Dalam kasus UAN yang hampir selalu menjadi kontrofesi
misalnya. Kami menilai adanya sistem evaluasi seperti UAN sudah cukup baik,
namun yang kami sayangkan adalah evaluasi pendidikan seperti itu yang menentukan
lulus tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja
tanpa melihat proses yang dilalu peserta didik yang telah menenpuh proses
pendidikan selama beberapa tahun. Selain hanya berlanhsug sekali, evaluasi seperti
itu hanya mengevaluasi 3 bidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang
telah didikuti oleh peserta didik. Banyak hal lain juga yang sebenarnya dapat kami
bahas dalam pembahasan sandardisasi pengajaran di Indonesia. Juga permasalahan
yang ada di dalamnya, yang tentu lebih banyak, dan membutuhkan penelitian yang
lebih dalam lagi.
E.

Dasar Hukum
Dasar hukum penyelenggaraan pendidikan di Indonesia terdiri dari Undang-Undang,
Keputusan Presiden, dan keputusan menteri Pendidkan:
1. Undang-undang Dasar tahun 1945, yaitu pasal 31 UUD 1945, Pasal 1 dan Pasal 2.
2. UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional.
3. UU No. 2/1989 tentang sistem pendidikan nasional.
4. PP No. 28/1990 tentang pendidkan dasar
5. PP No. 29/1990 tentang pendiikan menegah.
6. PP No. 72/1991 tentang pendidikan luar biasa.
7. PP No. 60/1999 tentang pendidikan tinggi.
11

8. PP No. 61/1999 tentang penetapan perguruan tinggi sebagai badan hukum.


9. PP No. 57/1998 tentang perubahan atas PP No. 30/1990 tentang pendidikan tinggi.
10. PP No. 55/1998 tentang perubahan atas PP No. 28/1990 tentang pendidikan dasar.
11. PP No. 56/1998 tentang perubahan atas PP No. 28/1990 tentang pndidikan menegah
12. Keppres No. 113/1998 mengenai pengangkatan direktur jendral pendidikan dasar dan
menegah.
13. Keppres No. 136/1999 tentang kedudukan,tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata
kerja departemen.
14. Kepmendikbud No. 060/U/1993 tentang kulikurum pendidikan dasar.
15. Kepmendikbud No. 061/U/1993 tentang kulikurum pendidikan menegah umum.
16. Kepmendikbud No. 080/U/1993 tentang kulikurum pendidikan menegah kejuruan.
17. Kepmendiknas No. 045/U/2002 tentang kulikurum inti pendidikan tinggi.
18. Kepmendiknas No. 004/U/2002 tentang akreditas program studi pada peguruan tinggi.
19. Kepmendiknas No. 184/U/2001 tentang pedoman pengawasan pengendalian dan
pembinaan program diploma, sarjana dan pasca sarjana di peguruan tinggi.
20. Kepmendiknas No. 178/U/2001 tentang gelar dan lulusan peguruan tinggi.
21. Kepmendiknas No. 107/U/2001 tentang penyelanggaraan program penidikan tinggi jarak
jauh.
22. Kepmendiknas No. 234/U/2000 tentang pedoman pendirian peguruan tinggi.
23. Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang pedoman penyusunan kulikurum dan penilaian
hasil belajar mahasiswa.
24. Kepmendiknas No. 36/D/O/2001 tentang petunjukan teknis pelaksanaan penilaian angka
kredit jabatan dosen.
25. Kepmendiknas No. 042/U/2000 tentang persyaratan dan tata cara penetapan peguruan
tinggi sebagai badan hukum.
26. Keputusan menko wasbang PAN tentang pelaksanaan pemeriksaan pengadaan barang da
jasa.
27. Kepmendikbud No. 036/U/1993 tentang gelar dan sebutan lulusan peguruan tinggi.
28. Kepmendikbud No. 222/U/1998 tentang pedoman pendirian peguruan tinggi
29. Kepmendikbud No. 188/U/1998 tentang akreditas program studi PT untuk program
sarjana.
30. Kepmendikbud No. 187/U/1998 tentang badan akreditas nasional peguruan tinggi.
31. Kepmendikbud No. 155/U/1998 tentang pedoman umum organisasi kemahasiswaan.
32. SKB Mendikbud dan Ka. BAKN tentang petunjukan pelaksanaan jabatan fungsional
dosen dan angka kreditnya.
33. Kepmendikbud No. 316/U/1998 tentang pengangkatan dan pemberhentian pimpinan
peguruan tinggi dan pimpinan falkutas.
34. Kepmendikbud No. 223/U/1998 tentang kerjasama antar peguruan tinggi
35. Perubahan keputusan Mndikbud tentang syarat dan prosedur WNA untuk mejadi
mahasiswa PT di Indonesia.
12

36. Surat Menkeu tentang kreteria Mengenai pemengolahan dana non Budgeter
37. Keputusan dikjen pendidikan dasar dan menegah No. 37/C/KEP/PP/2000 tentang
pedoman pelaksanaan evaluasi belajar tahap akhir.

13

BAB III
PEMBAHASAN
A.

Peran dan Fungsi Akuntansi di Dunia Pendidikan


Peran dan fungsi akuntansi dalam dunia pendidikan adalah menyediakan informasi
kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan agar berguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi dalam entitas pendidikan.
1. Kepala sekolah mengunakan akuntansi untuk menyusun perecanaan sekolah yang di
pimpinnya, mengevaluasi kemajuan yang dicapai dalam usaha mencapai tujuan dan
melakukan tindakan-tindakan koreksi yang di perlukan.
2. Guru dan karyawan mengunaka akuntansi untuk mengetahui stabilitas dan profitabilitas
di sekolah.
3. Kreditor mengunakan akuntansi untuk mengetahui informasi keuangan yang
memungkinkan untuk memutuskan apakah pinjaman dan bunga dapat dibayar pada saat
jatu tempo.
4. Orang tua siswa mengunakan akuntansi untuk mengetahui kelangsungan hidup instusi
pendidikan.
5. Pemasok, mengunakan akuntansi untuk mengetahuiinformasi tentang kemungkinan
jumlah terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
6. Pemerintah, membutuhkanya sebagai kepentingan alokasi sumber dana untuk aktivitas
sekolah.
7. Masyarakat, menguna akuntansi untuk mengetahui informasi keuangan dan aktivitasnya.
B.

Siklus Akuntansi Pendidikan


Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses akuntansi, yaitu aktivitas
pengumpulan dan penglahan data keuangan untuk disajikan dalam bentuk laporan keuangan atau
ikhtisar-ikhtisar lainnya yang dapat digunakan untuk membantu para pemakainya dalam
membuat atau mengambil keputusan. Dalam menyusun suatu laporan keuangan yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat diterima secara umum, prinsip-prinsip akuntansi, prosedurprosedur, metode-metode, serta teknik-teknik dari segala sesuatu yang dicakup dalam ruang
lingkup akuntansi dinamakan siklus akuntansi.
Siklus akuntansi adalah proses penyediaan laporan keuangan organisasi selama suatu
periode tertentu. Siklus akuntansi dapat dibagi menjadi pekerjaan yang dilakukan selama periode
berjalan, yaitu penjurnalan tarnsaksi dan pemindahbukuan ke dalam buku besar, dan penyiapan
laporan keuangan pada akhir periode. Pekerjaan yang dilakukan di akhir periode termasuk juga
mempersiapkan akun untuk mencatat transaksi-transaksi pada periode selanjutnya. Banyaknya
langkah yang harus ditempuh pada akhir periode secara tidak langsung menunjukkan bahwa
sebagian besar pekerjaan dilakukan pada bagian akhir. Walaupun demikian, pencatatan, dan
pemindahbukuan selama periode berjalan membutuhkan waktu lebih banyak dibandingkan
pekerjaan di akhir periode.
14

Alur proses akuntansi pendidikan dimulai dengan pencatatan transaksi pertama sampai
dengan penyusunan laporan keuangan dan penutupan pembukuan secara keseluruhan, serta
persiapan untuk pencatatan transaksi berikutnya.
Siklus akuntansi dapat dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap pencatatan;
Kegiatan pengidentifikasian dan pengukuran bukti transaksi serta bukti pencatatan.
Kegiatan ini dilakukan dengan sarana buku harian atau jurnal untuk kemudian diposting
berdasarkan kelompok ke dalam akun buku besar.
2. Tahap pengikhtisaran;
Kegiatan dalam tahap ini adalah sebagai berikut; penyusunan neraca saldo berdasarkan
akun-akun buku besar, pembuatan ayat jurnal penyesuaian, penyusunan kertas kerja,
pembuatan ayat jurnal penutup, pembuatan neraca saldo setelah penutupan, dan membuat
ayat jurnal pembalik.
3. Tahap pelaporan;
Dalam tahap ini, dilakukan penyusunan Laporan Surplus Defisit, Laporan Arus Kas,
Neraca, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
C.

Klasifikasi Biaya
Biaya diidentifikasikan dan diklasifikasi menurut sifatnya. Klasifikasi biaya-biaya di
entitas sekolah menurut sifatnya akan digunakan untuk mempertegas batasan, mempermudah
perhitungan, dan menambah keakuratan pelaporan. Menurut sifatnya, biaya dikelompokkan
menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Biaya langsung, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai proses pencapaian
hasil dan tujuan seuatu organisasi. Di sekolah dasar dan menengah negeri, biaya langsung
adalah biaya proses peningkatan kualitas siswa dan pencapaian tujuan utama sekolah
yang tidak terpisahkan dari diri siswa serta berdampak terhadap siswa secara
keseluruhan. Contoh biaya langsung adalah biaya praktikum, biaya ujian, biaya
pemakaian laboratorium, dan sejenisnya.
2. Biaya tidak langsung, adalah komponen biaya penunjang atau pelengkap dari komponen
biaya langsung. Dalam dunia pendidikan biaya tidak langsung merupakan komponen
penunjang atau katalisator dalam proses belajar mengajar. Jadi, tujuan akhir sekolah
dalam peningkatan kualitas lulusan dapat lebih sepat dicapai. Contoh biaya tidak
langsung antara lain biaya kebersihan, bantuan dana kegiatan siswa, biaya kegiatan
sosial, dan sejenisnya.
Pada awalnya, komponen penyusun anggaran terdiri dari berbagai aktivitas yang terjadi
dalam proses belajar mengajar. Dari berbagai aktivitas tersebut, biaya pelaksanaannya terdiri dari
dua komponen, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Dalam pembahasan bab ini,
digunakan alat bantu penyusunan laporan biaya aktivitas, yaitu Activity Costing System (ACS),
yang merupakan salah satu alat penghitungan biaya dalam pendekatan ekonomi. Menurut
pendekatan ekonomi tersebut, biaya merupakan cerminan aktivitas yang dilakukan entitas
bersangkutan, sehingga rincian biaya merupakan rincian aktivitas dan prasarana pendukung
aktivitas yang dibutuhkan. Dengan penjabaran jenis biaya dan aktivitas secara bersamaan,
anggaran tahunan dapat dirinci secara lebih akurat.
15

Kelebihan metode tersebut adalah kemudahannya dalam merinci biaya yang perlu
diperhitungkan. Metode tersebut tidak mengindahkan pengaruh tingkat teknologi, kondisi
internal, dan tingkat efisiensi aktivitas organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi.
D.

Laporan Keuangan Dalam Akuntansi Pendidikan


Laporan Keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang menyajikan informasi
yang berguna bagi pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Laporan
keuangan menggambarkan pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan realisasi
pencapaian target pendapatan, realisasi penyerapan belanja, dan realisasi pembelanjaan. Berikut
merupakan komponen-komponen Laporan Keuangan:
1. Neraca;
Ibarat sebuah foto, neraca hanya menampilkan gambaran institudi pendidikan pada saat
tanggal neraca saja. Jadi, neraca merupakan sebuah gambaran posisi keungan dari suatu
lembaga pada waktu tertentu. Pada umumnya, komponen neraca meliputi Aset yang
terbagi menjadi Aset Lancar dan Aset Tetap, Kewajiban yang terbagi atas Kewajiban
Lancar dan Kewajiban Jangka Panjang, dan Modal.
2. Laporan Surplus Defisit;
Merupakan laporan yang menggambarkan kinerja keuangan suatu entitas. Dalam konteks
ini, kinerja adalah kemampuan suatu lembaga dalam menciptakan pendapatan.
3. Laporan Arus Kas;
Laporan yang menggambarkan perubahan posisi kas dalam satu periode akuntansi. Di
dalam laporan ini, perubahan posisi kas dilihat dari 3 (tiga) sisi, yakni dari kegiatan
operasi, pembiayaan, dan investasi. Sesuai dengan namanya, laporan ini akan
memberikan informasi tentang arus kas masuk maupun keluar dari institusi pendidikan
yang berguna untuk memberikan gambaran mengenai alokasi kas ke dalam berbagai
kegiatan institusi pendidikan.
E.

Pembiayaan Pendidikan
Otonomi daerah yang dilaksanakan sejak tahun 2001 membawa perubahan besar dalam
pengelolaan pendidikan. Di era otonomi daerah, Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas
pengelolaan sektor pendidikan pada semua jenjang diluar pendidikan tinggi. Dari sisi substansi,
Pemda bertanggung jawab atas hamper segala bidang yang terkait dengan sektor pendidikan.
Namun, ada indikasi bahwa pelimpahan wewenang di sektor pendidikan tersebut tidak diikuti
oleh pelimpahan sumber-sumber keuangan yang memadai. Akibatnya muncul persoalan
ketidakseimbangan antara kewenangan dengan sumber daya yang dimiliki oleh Pemda untuk
mengelola pendidikan.
Ditinjau dari sudut human capital, pendidikan diperhitungkan sebagai faktor penentu
keberhasilan seseorang, baik secara sosial maupun ekonomi. Nilai pendidikan merupakan asset
moral, di mana pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam pendidikan dianggap
sebagai investasi. Pengertian pembiayaan pendidikan adalah upaya pengumpulan dana untuk
membiayai operasional dan pengembangan sektor pendidikan.
16

Pendidikan merupakan unsur utama pengembangan SDM. SDM dianggap lebih bernilai apabila
sikap, perilaku, wawasan, kemampuan, keahlian, serta keterampilannya sesuai dengan kebutuhan
berbagai bidang dan sektor. Pendidikan merupakan salah satu alat pengubah karakter manusia.
Dengan pendidikan, manusia dapat mengetahui segala sesuatu yang tidak atau belum diketahui
sebelumnya. Pendidikan merupakan hak seluruh umat manusia. Hak untuk memperoleh
pendidikan harus diikuti oleh kesempatan dan kemampuan serta kemauannya. Dengan demikian,
peranan pembiayaan pendidikan terlihat jelas dalam peningkatan kualitas SDM agar sejajar
dengan manusia lain, baik secara regional, nasional, maupun inernasional.
Dalam situasi bagaimana pun, Negara tidak boleh melepaskan tanggung jawabnya
terhadap pembiayaan pendidikan. Pada sisi lain, Negara melalui pemerintah harus terus
menyosialisasikan pembiayaan pendidkan dengan mengacu pada standar baku, terutama tentang
komponen pendidikan, proses belajar-mengajar, kurikulum, dan target kompetensi lulusan.
Konvensi Nasional Pendidikan merupakan konvensi empat tahunan bagi komunitas pendidikan.
Inti dari konvensi ini adalah pembiayaan pendidikan harus ditata penggunaannya, karena selain
dari dana APBN/APBD, dana pendidikan juga bisa dipungut dari masyarakat melalui lembagalembaga pendidikan. Dana yang bersumber dariAPBN dan masyarakat harus diatur tentang
pemungutannya, bagaimana menggunakannya, kemudian bagaimana mempertanggung
jawabkannya. Pengaturan tentang pengelolaan pembiayaan pendidikan agar memiliki dasar
hukum yang kuat perlu diatur setingkat Peraturan Pemerintah (PP).
Berdasarkan UUD 1945 dan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dana
pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan mendapat alokasi minimal 20%
dari total APBN/APBD. Pembiayaan pendidikan sebesar 20% itu memang seharusnya dipenuhi
dari anggaran belanja dan bukan dari anggaran pendapatan. Selanjutnya, hal yang perlu
dilakukan adalah menjabarkan anggaran pendidikan 20% tersebut pada jalurnya.

17

BAB IV
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Berdasarkan pemahaman penulis Akuntansi Pendidikan adalah sesuatu yang dilakukan
Pengelola pendidikan baik itu di tingkat daerah maupun pusat dalam proses penetapan kebijakan
pendidikan sehingga terciptanya pembiayaan pendidikan yang efektif, efisien, akuntabel, tepat
guna, tranparan. Dari langkah langkah yang diambil tersebut dapat menghasilkan sumber daya
yang siap pakai, professional, kompetitif demi kemajuan pendidikan dalam jangka waktu yang
ditentukan.
Setelah memperhatikan parameter yang ditentukan maka akuntansi pendidikan dapat
memberikan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan agar berguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi dalam entitas pendidikan.
Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila di bandingkan
dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya
yaitu efektifitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih kurang dioptimalkan.
Masalah-masalah lainya yang menjadi penyebabnya yaitu:
a.
efektifitas,
b.
efisiensi dan
c.
standardisasi pengajaran
Selama ini sekolah hanya memiliki laporan-laporan dan surat-surat pertanggungjawaban sebagai
bentuk transparansi pengelolaan keuangan sekolah. Saat ini, sekolah diharapkan memiliki
laporan pertanggungjawaban, termasuk laporan keuangan sekolah yang terdiri dari neraca,
laporan surplus defisit, laporan arus kas, serta perhitungan biaya yang dihabiskan oleh tiap siswa.
Jadi, pemerintah maupun masyarakat dapat mengetahui dengan mudah berapa besar kebutuhan
tiap murid dalam setiap bulan, semester, atau tahunnya. Sehingga pemerintah dapat mengambil
kebijakan dan tindakan terkait dengan pembangunan sektor pendidikan.
B.

Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis hanya membahas tentang Akuntansi pendidikan.
Namun penulis masih belum menyentuh pembahasan yang detil tentang indikator dan instrument
yang harusnya di pakai dalam akuntansi pendidikan.
Selanjutnya dalam penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan baik
dalam redaksionalnya maupun dalam susunannya. Kritik dan saran lebih lanjut sangat
diharapkan penulis sehingga makalah ini menjadi lebih sempurna.

18

DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Pendidikan. Jakarta. Erlangga
Saung. Akuntansi sektor pendidikan (online).http://saung-elmu.blogspot.com. diakses pada
tanggal 16 September 2016
Sumarta,dewa. Akuntansi pendidikan (online). http://www.scribd.com. diakses pada tanggal 18
September 2016
Kasim, meilani. Akuntansi pendidikan (online). http://meilanikasim.wordpress.com.
pada tanggal 18 Juli 2016

19

diakses

Anda mungkin juga menyukai