Anda di halaman 1dari 27

AKUNTANSI DESA

Guna Memenuhi Tugas Kuliah Akuntansi Sektor Publik II

Dosen pengampu:

Biana Adha Inapty, SE.,M.SI., Ak.

Disusun Oleh:

1. Desilia Dwi Ratnasari (A1C116020)


2. Baiq Dwi Rizkia Lestari (A1C116009)
3. Baiq Nia Annisa Safitri (A1C116011)
4. Fazliatul Namilda Rizqi (A1C116028)
5. Baiq Widya Rizki (A1C116015)
6. Emi Ria Rohmawati (A1C116024)
7. Vivi Septi Cahyani (A1C115110)
8. Furqan Arvian Ekrianto (A1C116031)
9. Ismukanto (A1C115048)
10. Okta Firman Saputra (A1C115084)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

S1 AKUNTANSI

UNIVERSITAS MATARAM

2019

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimaksih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah yang berjudul “Akuntansi Desa” ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Mataram, September 2019

Penyusun,

ii
Daftar Isi
Halaman Judul .......................................................................................................... i

Kata Pengantar .......................................................................................................... ii

Daftar Isi ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Desa dan Tipologi Desa ............................................................ 3


2.2 Kebijakan Keuangan Desa ......................................................................... 4
2.3 Pengelolaan Dana Desa .............................................................................. 11
2.4 Siklus Akuntansi dan Penyusunan Laporan Keuangan Desa ..................... 18

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ................................................................................................... 22

Daftar pustaka ...........................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuntansi merupakan sistem informasi yang mencatat kejadian di masa
lalu yang menghasilkan informasi berupa laporan keuangan yang berguna
untuk pihak internal dan eksternal untuk menjadi dasar pengambilan
keputusan. Pemerintah mengeluaran regulasi desa yang termuat pada
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana
Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Keberadaan desa dengan didukung dana desa, alokasi dana desa, serta
dana lain berupa pendapatan asli desa (PAD) diharapkan akan mempercepat
pembangunan desa. Meningkat besar dana yang dikelola pemerintah desa yang
bisa duguakan pemerintah desa sebagai acuan untuk membuat laporan
keuangan desa sebagai bentuk akuntabilitas kepada stakeholder seperti
pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, stakeholder lain seperti masyarakat
desa.
Desa memiliki kewajiban menyusun laporan keuangan bagi
pertanggungjawaban realisasi anggaran untuk dana yang digunakan
berpedoman pada Permendagri Nomer 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa sehingga laporan keuangan yang dihasilkan menyediakan
informasi lengkap, cermat, akurat, tepat waktu sesuai dengan periode
bersangkutan, akuntabel, transparan, mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik. Serta menyebabkan akuntansi desa cepat diterima dan diakui.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian desa dan tipologi desa?
2. Bagaimanakah kebijakan keuangan desa?
3. Bagaimana pengelolaan keuangan desa?
4. Bagaimanakah siklus akuntansi dan penyusunan laporan keuangan desa?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian desa dan tipologi desa.
2. Untuk mengetahui kebijakan keuangan desa.
3. Untuk mengetahui pengelolaan keuangan desa.
4. Untuk mengetahui siklus akuntansi dan penyusunan laporan keuangan
desa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DESA DAN TIPOLOGI DESA


Menurut Undang Undang Nomor 6 Tahum 2014 tentang Desa, desa ialah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Berdasarkan tipologinya, desa dapat dikategorikan menjadi tiga macam,
yaitu:
1. Desa tertinggal dan/atau sangat tertinggal, yang memperhatikan faktor-faktor
sarana prasarana pemenuhan kebutuhan dan akses kehidupan masyarakat
desa.
2. Desa berkembang, yang mempertahankan faktor-faktor sarana prasarana
pelayanan umum dan sosial dasar pendidikan serta sarana prasarana
pelayanan umum dan sosial dasar kesehatan.
3. Desa maju dan/atau mandiri, yang memperhatikan faktor-faktor sarana
prasarana yang berdampak pada ekonomi desa dan investasi desa, prakarsa
desa membuka lapangan kerja, teknologi tepat guna, dan investasi melalui
Badan Usaha Milik Desa.

Desa memiliki kewenangan sesuai Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014


tentang Desa, yang meliputi kewenangan dalam bidang penyelenggaraan
pemerintah desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan
desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul, dan adat istiadat desa.

Pemerintah Desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat yang


memiliki peran strategi untuk mengatur masyarakat yang ada di pedesaan demi
mewujudkan pembangunan pemerintah.

3
Pemerintah desa meliputi Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD). Pemerintah desa mencakup Kepala Desa dan Perangkat Desa.
Perangkat Desa mencakup Sekretaris Desa, Peleksana Kewilayahan, dan
Pelaksana Teknis. BPD adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan
yang anggota wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan
ditetapkan secara demokratis.

2.2 KEBIJAKAN KEUANGAN DESA

2.2.1 Sejarah dan Kedudukan Desa

Desa atau yang disebut dengan nama lain ada sebelum Negara Kesatuan
Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti keberadaannya, dalam Penjelasan
Pasal 18 Undang Undang Dasar Negara Tahun 1945 (sebelum perubahan)
menyebutkan bahwa “dalam teritori Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250
“Zelbesturende landscappen” dan “Volksgemeenschappen”, seperti di Jawa dan
Bali, Nagari di Minangkabau, Dusun dan Marga di Palembang, dan sebagainya.

Daerah-daerah tersebut memiliki susunan asli dan dapat dianggap sebagai


daerah bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan
daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturannya akan mengingati hak-
hak asal usul daerah istimewa tersebut. Oleh karena itu, keberadaanya wajib
diakui dan diberikan jaminan keberlansungan hidupnya di dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Dalam sejarah pegaturan desa, telah ditetapkan beberapa pengaturan


mengenai desa, antara lain sebagai berikut.

1. Undang Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintahan Daerah.


2. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Daerah.
3. Undang Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Daerah.
4. Undang Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja sebagai Bentuk
Peralihan Untuk Mempercepat Terwujudnya Daerah Tingkat III di Seluruh
Wilayah Republik Indonesia.

4
5. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintah
Daerah.
6. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa.
7. Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
8. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
9. Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Undang Undang Desa disusun untuk menerapkan amanat konstirusi, yaitu


berupa pengakuan pada kesatuan masyarakat hukum adat seperti tertuang di Pasal
18B ayat 2 berbunyi “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diatur dalam Undang Undang” dan ketentuan Pasal 18 ayat 7
berbunyi “ Susunan dan tata cara penyelenggaraan Pemerintah Daerah diatur
dalam Undang Undang”.

Dengan tujuan menggabungkan fungsi self-governing community dan local self


government, diharapkan kesatuan masyarakat hukum adat yang selama ini bagian
dari wilayah desa, ditata sedemikian rupa menjadi desa dan desa adat. Desa dan
desa adat memiliki fungsi pemerintahan, keuangan desa, pembangunan desa, serta
mendapatkan fasilitas dan pembinaan dari pemerintah kabupaten/kota. Di dalam
posisi ini, desa dan desa adat mendapatkan perlakuan sama dari Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah.

2.2.2 Pemerintah Pusat

Pemerintah Pusat memiliki peran yang sangat strategis pada penentuan


kebijakan desa. Selain amanat mengalokasikan dana desa pada APBN, terdapat
peran strategis lain berupa pembinaan dan pengawasan. Pembinaan dan
pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat diatur di dalam Undang
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 113.

Di tingkat pusat, instansi pemerintah yang terkait dengan pengelolaan desa


antara lain Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri); Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kementerian Desa PDTT).

5
Selain itu, terdapat Kementrian Keuangan dan Kementerian Teknis yang memiliki
kegiatan yang didanai dari dana desa.

Pengelolaan desa telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun


2014 dan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 yang meliputi:

1. Kementerian Keuangan
Pemerintah Pusat mempunyai kewajiban untuk mengalokasikan dan desa
dalam APBN. Dalam hal ini, Pemerintah Pusat dilaksanakan oleh
Kementerian Keuangan, memiliki kewenangan pengalokasian, penyaluran,
penggunaan, serta pemantauan dan evaluasi atas dana yang dialokasikan
dalam APBN (dana desa). Pengaturan dana desa lebih lanjut diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
Bersumber dari APBN.
2. Kementerian Dalam Negeri
Kementerian Dalam Negeri, sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 11
Tahun 2015, memiliki tugas menyelenggarakan perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan pemerintahan desa.
3. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,
sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2015, dalam kaitannya
dengan desa memiliki tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pembangunan desa dan kawasan perdesaan dan pemberdayaan
masyarakat desa. Agar melakukan hal ini, dibentuk Direktorat Jenderal
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Direktorat Jenderal
Pembangunan Kawasan Pedesaan.

Tabel 1.1.
Kewenangan Kementerian

No. Kemendagri No. Kementerian Desa PDTT

1. Penataan desa 1. Pembinaan pengelolaan


pelayanan social dasar

6
2. Penyelenggaraan administrasi 2. Pengembangan usaha ekonomi
pemerintah desa desa

3. Pengelolaan keuangan dan 3. Pendayagunaan sumber daya


asset desa alam dan teknologi tepat guna

4. Produk hukum desa 4. Pembangunan sarana prasarana


desa

5. Pemilihan kepala desa 5. Pemberdayaan masyarakat desa

6. Perangkat desa 6. Perencanaan pembangunan


kawasan pedesaan

7. Pelaksanaan penugasan urusan 7. Pembangunan sarana/prasarana


pemerintahan kawasan pedesaan

8. Kelembagaan desa 8. Pembangunan ekonomi kawasan


pedesaan

9. Kerjasama pemerintahan
10. Evaluasi perkembangan desa

2.2.3 Pemerintah Provinsi

Provinsi memiliki peran pengawasan serta pembinaan terhadap desa


sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa
pasal 114, yang meliputi sebagai berikut:

1. Melakukan pembinaan kabupaten/kota dalam rangka penyusunan Peraturan


Daerah Kabupaten/kota yang mengatur desa.
2. Melakukan pembinaan kabupaten/kota dalam rangka pemberian alokasi dana
desa.
3. Melakukan pembinaan manajemen pemerintahan desa.
4. Melakukan pembinaan dan pengawasan atas penetapan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dalam pembayaran desa.

7
Berkaitan dengan pengelolaan keuangan desa tersebut, pemerintah provinsi
dapat mengalokasikan bantuan keuangan kepada desa dalam APBD Provinsi yang
merupakan salah satu sumber pendapatan desa yang akan diuntungkan kedalam
APBDes.

2.2.4 Pemerintah Kabupaten/Kota


Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban membina dan mengawasi
pelaksanaan pengelolaan keuangan desa. Pengaturan keuangan desa tingkat
kabupaten/kota yaitu pengalokasian, penyaluran, penguunaan, serta pemantauan
dan evaluasi dana yang dialokasikan pada APBD. Pemerintah kabupaten/kota
menetapkan berbagai peraturan pelaksanaan baik dalam bentuk peraturan daerah
maupun peraturan bupati/walikota.
1. Penyaluran dana yang ditransfer ke desa yang dialokasikan pada APBD
Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai PP nomor 60 tahun 2014 menerima
dana desa yang diteruskan ke desa. Penerimaan dana desa dari Rekening Kas
Umum Daerah (RKUD) dicatat sebagai Pendapatan Transfer Lainnya dan
penyaluran ke desa dicatat sebagai transfer ke desa. Pemerintah kabupaten/kota
mengalokasikan Alokasi Dana Desa (ADD) pada APBD setiap tahun anggaran
minimal 10% dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam
APBD setelah dikurangi dana alokasi khusus.
2. Penetapan peraturan pelaksanaan
Agar menerapkan Undang Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa,
yaitu pasal 8, 14, 50, 65, 84, 98 dan 101.

2.2.5 Kecamatan
Seperti telah diamanatkan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun
2014 pasal 101 dan Permedagri Nomor 113 tahun 2014 pasal 23, bupati/walikota
dapat mendelegasikan pelaksanaan evaluasi rancangan peraturan desa tentang
APBDes kepada camat atau sebutan lain. Camat berperan dalam hal penyampaian
Laporan Realisasi APBDesa dan Laporan Pertanggungjawaban Realisasi
Pelaksanaan APBDesa kepada bupati/walikota.

8
2.2.6 Pemerintah Desa

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa ialah


kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Kewenangan desa antara lain mencakup kewenangan di bidang


penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan
kemasyarakatan desa, serta pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa. Kewenangan desa meliputi:

1. Kewenangan lokal berskala desa


2. Kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah, provinsi
atau kabupaten atau kota
3. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
provinsi atau kabupaten atau kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Hak asal usul adalah hak yang merupakan warisan yang masih hidup dan
perkara masyarakat desa seuai perkembangan kehidupan masyarakat, yaitu antara
lain sistem organisasi masyarakat adat, kelembagaan, prantara dan hukum adat,
tanah kas desa, serta kesepakatan dalam kehidupan masyarakat desa.

Kewenangan lokal bersekala desa merupakan kewenangan untuk mengatur


dan mengurus kepentingan masyarakat desa yang telah dijalankan oleh desa.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan kewenangan desa diatur oleh Menteri,
yang akan ditindaklunjuti Bupati/Walikota yang akan menetapkan daftar
kewenangan berdasarkan hak asal-usul dan kewenangan lokal bersekala desa,

1. Kepala Desa dan Perangkat Desa

Desa dipimpin oleh kepala desa yang menjabat selama 6 tahun terhitung dari
tanggal pelantikan.dalam melaksanakan tugasnya, ia dibantu oleh perangkat desa
yang terdiri dari:

9
a. Sekretariat Desa. Sesuai pasal 62 peraturan pemerintah No 43 Tahun 2014,
Sekretaris Desa dibantu oleh paling banyak 3 (tiga) bidang urusan. Kepala
Urusan Keuangan merangkap Bendahara Desa dan kepala urusan umum
merangkap pengurus Kekayaan Milik Desa.
b. Pelaksana Kewilayahan. Merupakan unsur pembantu dari Kepala Desa
sebagai satuan tugas kewilayahan.
c. Pelaksana Teknis. Merupakan unsur pembantu dari Kepala Desa sebagai
pelaksana tugas operasional.

2. Penghasilan Tetap
Penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa dianggarkan dalam
APBDesa yang berasal dari Alokasi Dana Desa (ADD). Pengalokasian ADD
utuk penghasilan tetap kepala drsa dan perangkat desa menggunakan
perhitungan sebagaimana diatur daam peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 pasal 81.
3. Badan Permusyawaratan Desa
BPD harus mempunyai visi dan misi yang sama dengan kepala desa
sehingga BPD tidak dapat menjatuhkan kepala desa yang dipilih secara
demokratis oleh masyarakat desa. BPD merupakan badan permusyawaratan
pada tingkat desa yang turut membahas dan menyepakati kebijakan
penyelenggaraan pemerintah desa. BPD mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala
desa.
b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa.
c. Melakukan pengawasan kinerja kepala desa.

4. Kelembagaan Masyarakat Desa


Undang Undang nomor 6 Tahun 2014 tentang desa mengatur kelembagaan
desa. Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) meliputi Rukun Tetangga (RT),
Rukun Warga (rw), Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Karang
Taruna, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), serta Lembaga Pemberdayaan

10
Masyarakat Desa (LPMD). Pmbentukan LKD diatur dalam peraturan desa,
dengan rincian tugas sebagai berikut:
a. Melkukan pemberdayaan masyarakat desa
b. Ikut srta dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
c. Meningkatkan pelayanan masyarakat desa

Fungsi yang dimiliki oleh LKD Aantara lain meliputi sebagai berikut:

a. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat


b. Menanamkan dan emmupuk rasa persatuan dank kesatuan masyarakat
c. Meningkatkan kulaitas dan mempercepat pelayanan pemerintah desa
kepada mayarakat desa
d. Menyususn rencana, melaksanakan, mengendalikan, melestarikan dan
mengembangkan hasil pembangunan secara partisipatif
e. Menumbuhkan, mengembangkan dan menggerakan prakarsa, partisipsi,
swadaya, serta gontong royong masyarakat.
f. Meningkatkan keejahteraan keluarga
g. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

5. Desa Adat
Desa Adat adalah warisan organisasi pemerintah masyarakat lokal yang
dipelihara turun-temurun yang tetap diakui dan diperjuangkan pemimpin serta
masyarakat desa adat agar dapat berfungsi mengembangkan kesejahteraan
dan identitas sosial bdya lokal. Desa adat memiliki hak asal ususl yang lebih
dominan daripada hak asal usul desa sejak desa adat lahir sebagai komunita
asli di tengah masyarakat. Desa adat ialah kesatuan masyarakat hukum adat
yang secara historis memiliki batas wilayah serta identitas budaya yang
dibentuk berdasarkan teritorial dengan wewewnagn mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat desa berdasarkan hak asal usul.

2.3 PENGELOLAAN DANA DESA

2.3.1 Siklus Pengelolaan Keuangan Desa

11
Pengertian keuangan desa sesuai Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Hak dan kewajiban itu menimbulkan
pendapatan, belanja, pembiayaan yang perlu diatur di dalam pengelolaan
keuangan desa yang baik. Siklus pengelolaan keuangan desa mencakup
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, serta pertanggungjawaban
dengan periodisasi 1 (satu) tahun anggaran, terhitung mulai dari tanggal 1 Januari
sampai dengan 31 Desember.

Rincian siklus pengelolaan keuangan desa diilustrasikan pada Gambar 3.1


berikut.

Gambar 3.1.

Siklus Pengelolaan Keuangan Desa

Setiap tahapan proses pengelolaan keuangan desa memilki berbagai aturan


yang harus dipahami dan dilaksanakan sesuai dengan batasan waktu yang sudah
ditentukan. Untuk memahami pengelolaan keuangan desa secara utuh, berikut
gambaran umum pengelolaan keuangan desa terkait dengan pemerintah

12
pusat/provinsi/kabupaten/kota, subjek pelaksananya di desa, struktur APBDesa,
laporan dan lingkungan strategis yang berupa ketentuan yang mengaturnya

2.3.2 Asas Pengelolaan Keuangan Desa

Keuangan desa dikelola berdasarkan praktik-praktik pemerintahan yang baik.


Asas pengelolaan keuangan desa sesuai Permendagri Nomor 113 Tahun 2014,
antara lain:

1. Transparan, yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakatuntuk


mengetahuidan mendapat akses informasi seluas luasnya tentang keuangan
desa. Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan
pemerintahan desa dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2. Akuntabel,yaitu perwuju dan kewajiban mempertanggungjawabkan


pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan.
Akuntabel menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat di pertanggungjawabkan
kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

3. Partisipatif, yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa yang mengikut


sertakan kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa.

4. Tertib dan disiplin anggaran, yaitu pengelolaan keuangan desa harus mengacu
pada aturan atau pedoman yang melandasinya.

2.3.3 Struktur Organisasi Keuangan Pemerintah Desa

Kekuasaan pengelolaan keuangan desa dipegang Kepala Desa. Namun


demikian, dalam pelaksanaannya kekuasaan tersebut sebagian dikuasakan kepada
perangkat desa sehingga pelaksanaan pengelolaan keuangan dilaksanakan secara
bersama-sama oleh Kepala Desa dan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan
Desa (PTPKD).

13
Dalam siklus pengelolaan keuangan desa, Kepala Desa dibantu oleh
PTKD. PTKD terdiri atas Sekretaris Desa, Kepala Seksi, dan Bendahara Desa.

1. Kepala Desa

Kepala Desa merupakan pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa


serta mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang
dipisahkan. Dalam hal ini, Kepala Desa memiliki kewenangan sebagai berikut.

a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa.

b. Menetapkan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa(PТРKD).

c. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa.

d. Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APBDesa.

e. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBDesa.

Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun yang dihitung


sejak tanggal pelantikan dan bisa menjabat paling lama 3 (tiga) kali masa jabatan
secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut. Dalam melaksanakan
kekuasaan pengelalaan keuangan desa, Kepala Desa menguasakan sebagian
kekuasaan ke perangkat desa.

2. Sekretaris Desa

Sekretaris Desa sebagai Koordinator PTPKD membantu Kepala Desa agar


melakukan pengelolaan keuangan desa, dengan tugas sebaga berikut:

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBDes.

b. Menyusun rancangan peraturan desa mengenai APBDesa, perubahan APBDesa


dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa.

c. Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang sudah ditetapkan


dalam APBDesa.

d. Menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa.

14
e. Melakukan verifikasi terhadap Rencana Anggaran Belanja (RAB), bukti-bukti
atas penerimaan dan pengeluaran APBDesa (SPP).

3. Kepala Seksi

Kepala Seksi merupakan salah satu unsur PTPKD yang bertindak sebagai
pelaksana kegiatan sesuai dengan bidangnya. Sesuai pasal 64 Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 dinyatakan bahwa desa paling banyak terdiri
atas 3 (tiga) seksi. Kepala Seksi mempunyai

tugas sebagai berikut:

a) Menyusun RAB kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

b) Melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga Kemasyarakatan Desa


yang sudah ditetapkan di dalam APBDesa.

c) Melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan beban anggaran belanja


kegiatan.

d) Mengendalikan pelaksanaan dengan melakukan pencatatan di Buku Pembantu


Kas Kegiatan.

e) Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa.

f) Mengajukan SPP dan melengkapinya dengan bukti-bukti pendukung atas


beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.

4. Bendahara Desa

Bendahara Desa adalah salah satu unsurdari PTPKD yang dijabatoleh


kepala/staf urusan keuangan dan memiliki tugas untuk membantu Sekretaris Desa.
Bendahara Desa mengelola keuangan desa yang mencakup penerimaan
pendapatan desa dan pengeluaran pembiayaan dalam rangka pelaksanaan
APBDesa. Penatausahaan itu dilakukan dengan menggunakan Buku Kas Umum,
Buku Kas Pembantu Pajak, serta Buku Bank. Penatausahaan yang dilakukan
antara lain mencakup sebagai berikut:

a) Menerima, menyimpan, dan menyetorkan/membayar.

15
b) Memungut dan menyetorkan PPh dan pajak lainnya.

c) Melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan


tutup buku setiap akhir bulan secara tertib.

d) Mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertang-gungjawaban.

2.3.4 Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Desa

Perencanaan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam


pengelolaan keuangan desa. Perencanaan di dalam pengelolaan keuangan desa
mencakup perencanaan dan penganggaran. Kegiatan perencanaan dimulai dengan
penyusunan RKP Desa yang merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun. RPJM Desa itu sendiri memuat visi dan misi kepala Desa,
arah kebijakan pembangunan Desa, serta rencana kegiatan yang meliputi bidang
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. RPJM
Desa ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak
pelantikan Kepala Desa. RKP Desa mulai disusun oleh pemerintah Desa pada
bulan Juli tahun berjalan. Proses penganggaran dimulai dengan penyusunan APB
Desa yang merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa dengan
berpedoman kepada RKP Desa. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa
disepakati bersama paling lambat bulan Oktober tahun berjalan. Tulisan ini
membahas mengenai Proses Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Desa
dimulai dari Penyusunan RPJM Desa sampai menjadi APB Desa.

2.3.5 Pelaksanaan APBDesa

Dalam pelaksanaan keuangan desa, terdapat beberapa prinsip umum yang


harus ditaati yang mencakup penerimaan dan pengeluaran. Prinsip itu diantaranya
bahwa seluruh penerimaan dan pengeluaran desa dilaksanakan melalui Rekening
Kas Desa. Pencairan dana dalam Rekening Kas Desa ditandatangani oleh Kepala
Desa dan Bendahara Desa. Namun khusus bagi desa yang belum memiliki
pelayanan perbankan di wilayahnya maka pengaturannya lebih lanjut akan
ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota. Dengan pengaturan tersebut, maka

16
pembayaran kepada pihak ketiga secara normatif dilakukan melalui transfer ke
rekening bank pihak ketiga.

Dalam pelaksanaannya, Bendahara Desa dapat menyimpan uang dalam


kas desa pada jumlah tertentu untuk memenuhi kebutuhan operasional pemerintah
desa. Batasan jumlah uang tunai yang disimpan dalam kas desa ditetapkan dengan
peraturan bupati/walikota.

Selain itu, agar operasional kegiatan berjalan lancar, dimungkinkan juga


pembayaran kepada pihak ketiga dilakukan dengan menggunakan kas tunai
melalui pelaksana kegiatan (panjar kegiatan). Pemberian panjar kepada pelaksana
kegiatan dilakukan dengan persetujuan terlebih dahulu dari kepala desa setelah
melalui verifikasi Sekretaris Desa.

Semua penerimaan dan pengeluaran desa didukung oleh bukti yang


lengkap dan sah serta ditandatangani oleh Kepala Desa dan Bendahara Desa.

2.3.6 Penatausahaan Keuangan Desa

Penatausahaan Keuangan Desa adalah kegiatan pencatatan yang


khususnya dilakukan oleh Bendahara Desa. Bendahara Desa wajib melakukan
pencatatan terhadap seluruh transaksi yang ada berupa penerimaan dan
pengeluaran. Bendahara Desa melakukan pencatatan secara sistematis dan
kronologis atas transaksi-transaksi keuangan yang terjadi. Penatausahaan
keuangan desa yang dilakukan oleh Bendahara Desa dilakukan dengan cara
sederhana, yaitu berupa pembukuan belum menggunakan jurnal akuntansi.

Penatausahaan baik penerimaan kas maupun pengeluaran kas, Bendahara


Desa menggunakan:

 Buku Kas Umum;

 Buku Kas Pembantu Pajak; dan

 Buku Bank.

Bendahara Desa melakukan pencatatan atas seluruh penerimaan dan


pengeluaran dalam Buku Kas Umum untuk yang bersifat TUNAI. Sedangkan

17
transaksi penerimaan dan pengeluaran yang melalui bank/transfer dicatat dalam
Buku Bank. Buku Kas Pembantu Pajak digunakan oleh Bendahara Desa untuk
mencatat penerimaan uang yang berasal dari pungutan pajak dan mencatat
pengeluaran berupa penyetoran pajak ke kas Negara. Khusus untuk
pendapatandan pembiayaan, terdapat buku pembantu berupa Buku Rincian
Pendapatan dan Buku Rincian Pembiayaan.

2.3.7 Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa

Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya dalam


pengelolaan keuangan desa, kepala desa memiliki kewajiban untuk
menyampaikan laporan. Laporan tersebut bersifat periodik semesteran dan
tahunan, yang disampaikan ke Bupati/Walikota dan ada juga yang disampaikan ke
BPD. Rincian laporan sebagai berikut:

Laporan kepada Bupati/Walikota (melalui camat):

 Laporan Semesteran Realiasasi Pelaksanaan APB Desa;


 Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa kepada
Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran.
 Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa

Laporan kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa


terdiri dari Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan.

2.4 SIKLUS AKUNTANSI DAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN


DESA

2.4.1 Siklus akuntansi

Siklus akuntansi merupakan gambaran tahapan kegiatan akuntansi yang


meliputi pencatatan, penggolongan ,Pengikhtisaran,dan pelaporan yang dimulai
saat terjadinya sebuah transaksi.

18
Terdapat empat tahapan penting dalam siklus akuntansi, antara lain sebagai
berikut.

1. Tahap pencatatan. Tahap ini merupakan langkah awal dari siklus akuntansi.
Berawal dari bukti-bukti transaksi selanjutnya dilakukan pencatatan pada buku
yang sesuai

2. Tahap penggolongan. Tahap selanjutnya setelah dilakukan pencatatan


berdasarkan bukti transaksi ialah tahap penggolongan. Tahap penggolongan
merupakan tahap pengelompokkan catatan bukti transaksi pada kelompok buku
besar sesuai nama akun dan saldo-saldo yang dicatat dan dinilai ke dalam
kelompok debit dan kredit.

3.Tahap Pengikhtisaran. Tahap ini dilakukan pembuatan neraca saldo dan kertas
kerja Laporan kekayaan milik desa berisi saldo akhir akun-akun yang telah di
catat di buku besar utama dan buku besar pembantu. Laporan kekayaan milik
desa bisa berfungsi untuk memeriksa keakuratan dalam memposting akun ke
dalam debet dan kredit. Di dalam laporan kekayaan milik desa. Jumlah kolom
debet dan kredit harus sama atau seimbang sehingga perlu Pemerikasan saldo
debet dan keredit dalam laporan kekayaan milik desa dan waktu ke waktu untuk
mengindari salah pencatatan. Jadi, pembuktian bukan merupakan indikasi bahwa
pencatatan dilakukan dengan benar.

4. Tahap pelaporan. tahap ini merupakan tahapan akhir pada siklus akuntansi.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain sebagai berikut.
a. Membuat laporan pertanggung jawaban realisasi pelaksanaan APBDesa, yaitu
memuat jumlah anggaran dan realisasi pendapatan, belnja, serta pembiayaan
dari pemerintah desa bersangkutan untuk tahun anggaran tertentu
b. Membuat laoran kekayaan milik desa, yang membuta posisi dari aset lancer,
aset tidak lancer, dan kewajiban pemerintah desa per 31 desember tahun
tertentu.

19
2.4.2 Penulisan Bukti Akuntansi

Proses penyusunan informasi keuangan itu berasal dari pencatatan bukti


transaksi. Pencatatan bukti transaksi itu berpengaruh pada proses Penyusunan
laporan keuangan.jika terjadi kesalahan penulisan bukti-bukti transaksi, laporan
keuangan yang di hasilkan akan tidak sah dan relevan selain itu, tentu
menyesatkan pengguna informasi keuangan.

Berdasarkan sumbernya, bukti transaksi dapat dibedakan menjadi dua


kelompok yaitu sebagai berikut

1. Bukti transaksi internal. Bukti transaksi internal merupakan bukti yang berasal
atau dikeluarkan oleh pemerintah desa sebagai bukti telah terjadinya transaksi.
Buku itu terdiri dari dua jenis yaitu sebagai berikut

a. Bukti kas masuk yaitu bukti transaksi yang mencatat pemerintah desa
menerima sejumlah uang.misalnya tanda terima uang yang di buat karena
pemerintah desa meminta sumbangan dalam bentuk uang dari masyarakat.

b. Bukti kas keluar.yaitu bukti transaksi yang mencatat pengeluaran sejumlah


uang oleh pemerintah desa,misalnya bukti pengeluaran kas untuk membayar
tagihan yang disampaikan ke pemerintah desa atas pembelian yang
dilakukan.

2. Bukti transaksi external. Bukti transaksi external merupakan bukti yang berasal
dan dibuat pihak luar akibat transaksi yang terjadi misalnya surat tagihan,
kuintansi, bon/nota, faktur,cek, bilyet giro, dan rekening koran bank, bukti-
bukti ini diperolah pemerintah desa karena transaksi dengan pihak ketiga
menggunakan uang desa.

Dalam akuntansi, bukti transaksi mempunyai fungsi sebagai berikut

1. Sebagai catatan sah yang dapat dipertanggung jawabkan di kemudian hari

2. Sebagai dasar untuk melaksanakan analisis akun-akun yang berpengaruh


terhadap kejadian transaksi tersebut.

20
Bukti transaksi perlu diberi nomer pengarsipan agar bisa memdahkan
melakukan pencatatan dan pencarian bukti transaksi setelah dilaksanakan
pengarsipan. Pemberian nomor pengarsipan akan mempermudah pengecekan
pada pencatatan yang dilakukan. Bukti transaksi dari internal dapat diberikan
penomoran yang tercetak sebelumnya (pre numbered) atau memberikan cap
nomor yang akan tercetak berurutan jika digunakan.

2.4.3 Penulisan Buku Besar

Setiap transaksi yang terjadi baik yang berkaitan dengan penerimaan


pendapatan, pengeluaran belanja, dan penerimaan/pengeluaran pembiayaan
dicatat pada Buku Kas Umum (BKU). Atas transaksi-transaksi yang telah
dilakukan pencatatannya dibukukan ke buku besar dan buku besar pembantu yang
sesuai.

Untuk dapat memahami berbagai buku besar yang digunakan, di bawah


diberikan beberapa contoh transaksi yang berdampak pada pencatatan yang harus
dilakukan.

2.4.4 Penyusunan Laporan Keuangan Desa

Menyusun laporan keuangan merupakan tahapan akhir dari siklus akuntansi.


Data laporan keuangan diambil dari seluruh peroses yang dilakukan sampai
dengan dibuatnya neraca lajur. Data yang diproses berdasarkan neraca lajur
digunakan sebagai dasar bagi penyusunan laporan keuangan.

Laporan Pertanggungjawaban Realisasi APBDesa menyajikan realisasi


pendapatan, belanja, serta pembiayaan dari pemerintah desa dibandingkan dengan
anggaran sesuai dengan APBDesa atau APBDesa perubahan pada satu tahun
anggaran tertentu.

21
BAB III

KESIMPULAN

Menurut Undang Undang Nomor 6 Tahum 2014 tentang Desa, desa ialah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Berkaitan dengan pengelolaan keuangan desa tersebut, pemerintah provinsi


dapat mengalokasikan bantuan keuangan kepada desa dalam APBD Provinsi yang
merupakan salah satu sumber pendapatan desa yang akan diuntungkan kedalam
APBDes. Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban membina dan mengawasi
pelaksanaan pengelolaan keuangan desa. Pengaturan keuangan desa tingkat
kabupaten/kota yaitu pengalokasian, penyaluran, penguunaan, serta pemantauan
dan evaluasi dana yang dialokasikan pada APBD.

Siklus pengelolaan keuangan desa mencakup perencanaan, pelaksanaan,


penatausahaan, pelaporan, serta pertanggungjawaban dengan periodisasi 1 (satu)
tahun anggaran, terhitung mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31
Desember.

Asas Pengelolaan Keuangan Desa antara lain transparan, akuntabel,


partisipatif, tertib dan disiplin. Perencanaan di dalam pengelolaan keuangan desa
mencakup perencanaan dan penganggaran. Kegiatan perencanaan dimulai dengan
penyusunan RKP Desa yang merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun.
Dalam pelaksanaan keuangan desa, terdapat beberapa prinsip umum yang
harus ditaati yang mencakup penerimaan dan pengeluaran. Prinsip itu diantaranya
bahwa seluruh penerimaan dan pengeluaran desa dilaksanakan melalui Rekening
Kas Desa. Pencairan dana dalam Rekening Kas Desa ditandatangani oleh Kepala
Desa dan Bendahara Desa. Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan terhadap
seluruh transaksi yang ada berupa penerimaan dan pengeluaran. Bendahara Desa
melakukan pencatatan secara sistematis dan kronologis atas transaksi-transaksi

22
keuangan yang terjadi. Penatausahaan keuangan desa yang dilakukan oleh
Bendahara Desa dilakukan dengan cara sederhana, yaitu berupa pembukuan
belum menggunakan jurnal akuntansi.

Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya dalam


pengelolaan keuangan desa, kepala desa memiliki kewajiban untuk
menyampaikan laporan.
Terdapat empat tahapan penting dalam siklus akuntansi,yaitu tahap
pencatatan tahap penggolongan, tahap pengikhtisaran, dan tahap pelaporan.

Bukti transaksi dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu sebagai


berikut

a. Bukti transaksi internal. Bukti transaksi internal merupakan bukti yang berasal
atau dikeluarkan oleh pemerintah desa sebagai bukti telah terjadinya transaksi.
Buku itu terdiri dari dua jenis yaitu Bukti kas masuk dan Bukti kas keluar.

b. Bukti transaksi external.

Setiap transaksi yang terjadi baik yang berkaitan dengan penerimaan


pendapatan, pengeluaran belanja, dan penerimaan/pengeluaran pembiayaan
dicatat pada Buku Kas Umum (BKU). Atas transaksi-transaksi yang telah
dilakukan pencatatannya dibukukan ke buku besar dan buku besar pembantu yang
sesuai.

Menyusun laporan keuangan merupakan tahapan akhir dari siklus akuntansi.


Data laporan keuangan diambil dari seluruh peroses yang dilakukan sampai
dengan dibuatnya neraca lajur. Data yang diproses berdasarkan neraca lajur
digunakan sebagai dasar bagi penyusunan laporan keuangan.

23
Daftar Pustaka

Wijaya, David. 2018. Akuntansi Desa. Yogyakarta: Gava Media

Sujarweni, Wiratna. 2015. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Pustaka Baru


Press

https://bppk.kemenkeu.go.id/id/publikasi/artikel/417-artikel-perimbangan
keuangan/23373-perencanaan-dan-penganggaran-keuangan-desa

http://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/sakd/files/Juklakbimkonkeudesa.pdf

24

Anda mungkin juga menyukai