1
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan masalah-
masalah yang berkaitan dengan sistem pengendalian intern penggajian karyawan
adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana sejarah akuntansi pemerintahan
2) Bagaimana dasar hukum akuntansi pemerintahan dan akuntansi
perusahaan
3) Bagaimana sistem akuntansi pemerintahan di Indonesia dan Amerika
Serikat
4) Bagaimana ruang lingkup dan karakteristik akuntansi pemerintahan
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini :
1) Untuk mengetahui sejarah akuntansi pemerintahan
2) Untuk mengetahui dasar hukum akuntansi pemerintahan dan akuntansi
perusahaan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Berdasarkan pengertian di atas Akuntansi Pemerintahan adalah akuntansi yang
digunakan dalam suatu organisasi pemerintahan / lembaga yang tidak bertujuan
untuk mencari laba, dan merupakan suatu bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang
utuh.
Pemerintah sebagai entitas yang menjalankan akuntansi public
memiliki tujuan menjalankan pemerintahan dengan baik dan supaya tujuan
negaranya menjadi terwujud. Tujuan akuntansi pemerintahan memang bukan
mutlak mencari laba, namun bukan berarti diharamkan mencari laba. Atas nama
terselenggaranya kehidupan bernegara lebih baik, laba dapat juga diambil, tentu
dengan mementingkan pelayanan kepada masyarakat terlebih dahulu.
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan erat dengan penerapan dan perlakuan
akuntansi pada domain publik yang memiliki wilayah lebih luas dan kompleks
dibandingkan sektor swasta atau bisnis. Keluasan wilayah publik tidak hanya
disebabkan keluasan jenis dan bentuk organisasi yang berada di dalamnya, tetapi
juga kompleksitas lingkungan yang mempengaruhi lembaga-lembaga publik
tersebut.
Secara kelembagaan, domain publik antara lain meliputi badan-badan
pemerintahan (Pemerintah Pusat dan Daerah serta unit kerja pemerintah),
perusahaan milik negara dan daerah (BUMN dan BUMD), yayasan, universitas,
organisasi politik dan organisasi massa, serta Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM).
4
2. Dasar Hukum Akuntansi Pemerintahan dan Akuntansi Perusahaan
5
2) Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
3) UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
4) UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara.
5) UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
6) UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah
7) Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (BLU).
8) PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
9) PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
10) PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah.
11) PP No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
12) PP No. 3 Tahun 2007 tentang Pelaporan Pertanggungjawaban
Penyelenggaran Pemerintah Daerah.
13) PP No. 6 Tahun 2008 Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah
14) Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
6
Entitas pelaporan tidak mengenal konsep dan istilah laba. Penentuan sisa
pembiayaan anggaran (baik sisa lebih atau kurang) pada perioda tersebut
ditentukan oleh selisih realisasi penerimaan dan pengeluaran. Pendapatan
dan belanja bukan tunai seperti misalnya bantuan dari pihak asing dalam
bentuk barang dan jasa disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran.
Basis akrual digunakan untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan
ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada
saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan
pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayarkan.
7
pemerintahan tidak mendapat penekanan sebagaimana dalam akuntansi
komersial.
4) Prinsip Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form)
Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta
peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa
lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan
realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila
substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan
aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan
jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Dengan kata lain, prinsip
substansi mengungguli bentuk formal (substance over form) memberi
pedoman bagi penyusun laporan keuangan agar dapat menyajikan
suatu informasi (akun) dengan wajar. Agar tujuan tersebut tercapai
maka suatu transaksi atau peristiwa lain yang terkait harus dicatat dan
disajikan berdasarkan aspek substansi (realitas ekonomi), bukan hanya
berdasarkan aspek formalnya. Apabila terdapat inkonsistensi atau
perbedaan antara aspek ekonomi dan aspek formalnya, maka hal
tersebut harus diungkapkan (disclose) secara memadai.
5) Prinsip Periodisitas (Periodicity)
Kegitan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu
dibagi menjadi perioda-perioda pelaporan sehingga kinerja entitas
dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimiliki dapat ditentukan.
Perioda pelaporan yang utama digunakan adalah tahunan (annually).
Namun, tidak menutup kemungkinan penggunaan perioda pelaporan
yang lebih pendek, yaitu perioda bulanan, triwulanan, dan semesteran.
Penggunaan perioda pelaporan tersebut dianjurkan untuk digunakan.
6) Prinsip Konsistensi (Consistency)
Berdasarkan consistency principle, suatu entitas harus menerapkan
perlakuan akuntansi yang sama dari perioda ke perioda terhadap
kejadian yang serupa (prinsip konsistensi internal). Namun, prinsip
konsistensi tidak berarti bahwa suatu entitas tidak boleh mengubah
metoda akuntansi yang sudah dipilih untuk diterapkan. Metoda
akuntansi yang telah diterapkan dapat diubah dengan syarat bahwa
penerapan metoda baru dapat memberikan informasi yang lebih baik
dibandingkan dengan metoda lama. Pengaruh atas perubahan
penerapan metoda tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
8
Prinsip pengungkapan penuh mewajibkan suatu entitas untuk
menyajikan laporan keuangan secara lengkap informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna. Pengungkapan atas informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna tersebut dapat ditempatkan pada lembar
muka (on the face) laporan keuangan atau dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
8) Prinsip Penyajian Wajar (Fair Presentation)
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
9
untuk mengadakan catatan-catatan mengenai keadaan kekayaan perusahaan dan
mengenai semua hal tentang perusahaannya sedemikian rupa sehingga setiap saat
dapat diketahui hak dan kewajibannya.
Mungkin ada yang tidak percaya bahwa selama 60 tahun Indonesia merdeka,
keuangan negara ini dikelola dengan sebuah aturan yang diterbitkan oleh Belanda
pada tahun 1864. Tidak perlu heran, karena memang begitulah kenyataannya,
selama ini keuangan negara dikelola berdasarkan Indonesische Comptabiliteitswet
Stbl. 1864 No. 106, dan diundangkan lagi teks nya yang telah diperbaharui untuk
ketiga kalinya terakhir dalam Stbl. 1925 No. 448 selanjutnya diubah dan
diundangkan dalam Lembara Negara 1954 No. 6, 1955 Np. 49 dan terakhir
Undang-undang No.9 tahun 1968.
Dalam perjalanannya memang terjadi beberapa kali perubahan, tetapi pada
dasarnya peraturan yang dipakai adalah peraturan produksi Belanda, oleh karena
itu istilah Stbl 1925 sangat populer dikalangan pengelola keuangan pemerintah
sampai dengan era millenium baru. Begitu kuatnya peraturan ini dibenak para
pengelola keuangan pemerintah, sehingga ketika akhirnya terbit peraturan baru
yang mengatur hal yang sama, “sifat-sifat” bawaan dari Stbl 1925 masih agak sulit
dihilangkan.
Walaupun saat itu belum ditetapkan SAP, bukan berarti dalam pengelolaan
keuangan negara tidak dilakukan pencatatan sama sekali, selama ini pencatatan
transaksi keuangan dilakukan dengan metode pencatatan tunggal (single entry)
sebagaimana yang dahulu banyak dianut oleh negara-negara kontinental (Eropa),
maklum saja karena peraturannyapun diadopsi dari sana (Belanda).
Jadi, meskipun tidak secara resmi dikatakan sebagai SAP, Indonesia
sebenarnya sudah memiliki Sistem Akuntansi Pemerintahan sejak dulu, hanya saja
sistem yang digunakan pada saat itu dapat dikatakan sebagai ‘akuntansi
tradisional’ yang hanya menghasilkan laporan perhitungan anggaran pendapatan
dan belanja. Perhitungannya cukup sederhana, pendapatan berapa ? belanja berapa
? sisanya adalah surplus atau defisit.
Ada lagi yang paling “khas” jika kita berbicara mengenai pengelolaan
keuangan negara. Selama masa orde baru, negara kita dapat dikatakan tidak
pernah mengalami surplus atau defisit, karena pemerintahan saat itu menganut
sistem anggaran berimbang, namun demikian istilah berimbang itu sendiri
10
memiliki arti semu, karena defisit yang terjadi selalu ditutupi dengan hutang luar
negeri, yang dikemudian hari menjadi bumerang bagi pemerintah itu sendiri.
Reformasi yang dimulai tahun 1998, telah mempengaruhi semua bidang
kehidupan. Bidang yang menjadi sorotan utama dalam penyelenggaraan reformasi
adalah bidang birokrasi pemerintahan, termasuk didalamnya mengenai hubungan
antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah, yang kemudian melahirkan
sebuah ‘produk’ fenomenal yang dinamai otonomi daerah.
Perbaikan-perbaikan dalam bidang birokrasi akhirnya menyentuh juga pada
bidang pengelolaan keuangan negara, baik yang dikelola pemerintah pusat atau
pemerintahan daerah. Halim (2004) memberikan beberapa poin penting reformasi
pengelolaan keuangan negara, diantaranya :
1) Anggaran Tradisional Menjadi Anggaran Kinerja
Anggaran tradisional disusun dengan pendekatan inkremental dan line
item dengan penekanan pada pertanggungjawaban setiap input yang
dialokasikan. Dengan anggaran kinerja, pertanggungjawaban tidak hanya
pada input tetapi juga pada output dan outcome.
2) Pengendalian Audit Keuangan dan Kinerja
Sebelum reformasi audit keuangan dan kinerja memang sudah dilakukan,
tetapi karena sistem anggaran belum memasukan kinerja, maka proses
audit kinerja tidak bisa berjalan dengan baik. Saat ini, karena sistem
penganggaran yang menggunakan sistem penganggaran kinerja maka
pelaksanaan pengendalian dan audit keuangan dan kinerja menjadi lebih
baik.
3) Menerapkan Konsep Value for Money
Konsep Value for Money atau lebih dikenal dengan 3E (Ekonomis,
Efisisien dan Efektif) mulak dilakukan dalam pengelolaan keuangan
negara, sehingga baik pusat maupun daerah dituntut untuk selalu
menerapkan 3E dalam pengelolaan keuangannya.
4) Penerapan Pusat Pertanggungjawaban
Penerapan pusat pertanggungjawaban ditujukan untuk memudahkan
pengukuran kinerja setiap unit organisasi, misalnya pusat pendapatan
adalah Dinas Pendapatan, Pusat Biaya adalah Bagian Keuangan, Pusat
labab dan investasi adalah BUMD atau Perusahaan Daerah.
5) Perubahan Sistem Akuntansi Pemerintahan
Untuk mendukung perubahan-perubahan yang akan dilakukan, maka perlu
juga dilakukan perubahan dalam sistem akuntansi. Jika selama ini
digunakan sistem pencatatan tunggal (single entry system), maka harus
diubah dengan sistem pencatatan ganda (Double Entry System). Selain itu
pencatatan atas dasar basis kas harus diubah pula dengan basis akrual.
11
B. Jalan Panjang Menuju Standar Akuntansi Pemerintahan
Meskipun lembaga pemerintahan bukanlah organisasi yang memiliki tujuan
menghasilkan laba, tetapi dalam aktivitasnya lembaga pemerintahan ternyata
melakukan transaksi pengeluaran dan menerima pendapatan, maka dari itu
lembaga pemerintahan juga memerlukan akuntansi untuk menghasilkan informasi
keuangan yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Wacana untuk
menerbitkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebenarnya sudah cukup
lama mengemuka, tetapi untuk menerbitkan SAP yang mendekati sempurna
memang bukanlah pekerjaan yang ringan. Dengan perjalanan yang cukup panjang,
akhirnya pemerintah menerbitkan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan. Terbitnya PP ini sekaligus juga membuka sejarah baru
dalam pengelolaan keuangan negara, karena untuk pertama kalinya Indonesia
memiliki SAP.
Penyusunan SAP sendiri dipicu oleh semakin berkembangnya akuntansi
komersial, dengan diterbitkannya standar akuntansi keuangan (SAK) oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) pada tahun 1994. Terpacu oleh hal itu, Badan Akuntansi
Keuangan Negara (BAKUN) Departemen Keuangan RI mulai memprakarsai
penyusunan SAP. Bergulirnya reformasi di Indonesia semakin menambah kuat
dorongan untuk segera disusunnya SAP, hal ini sejalan dengan tuntutan
masyarakat Indonesia yang menginginkan transparansi dan akuntanbilitas
pengelolaan keuangan negara.
Diterbitkannya PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah adalah salah satu peraturan yang menjadi
tonggak perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia, didalamnya secara
jelas dikatakan tentang perlunya standar akuntansi pemerintahan dalam
pertanggunjawaban keuangan daerah. Kemudian pada tahun 2002 Menteri
Keuangan membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah
yang ditugaskan untuk menyusun Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan
Daerah.
Setelah itu kembali terbit peraturan lainnya yang semakin menguatkan untuk
segera diterbitkannya SAP, yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara yang menyatakan bahwa laporan pertanggungjawaban APBN/APBD
harus disusun sesuai dengan standar akuntansi Pemerintahan, dan standar tersebut
disusun oleh suatu komite standar yang indenden dan ditetapkan dengan peraturan
pemerintah. Kemudian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharan Negara kembali mengamanatkan penyusunan laporan
pertanggungjawaban pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan standar
akuntansi pemerintahan, bahkan mengamanatkan pembentukan komite yang
bertugas menyusun standar akuntansi pemerintahan dengan keputusan presiden.
12
Penyusunan SAP sendiri akhirnya dilakukan oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan (KSAP) yang dibentuk oleh Menteri Keuangan yang kemudian
ditetapkan kembali dengan sebuah Keputusan Presiden sesuai dengan amanat UU
Nomor 1 Tahun 2004. KSAP melakukan penyusunan SAP atas dasar konsep-
konsep yang berlaku umum dan berlaku secara internasional yang disesuaikan
dengan kondisi yang ada di Indonesia.
Atas koordinsi berbagai unsur terkait, akhirnya SAP ditetapkan dengan PP
Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan
pada tanggal 13 Juni 2005, yang terdiri dari 11 Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP), yaitu :
PSAP 01 : Penyajian Laporan Keuangan;
PSAP 02 : Laporan Realisasi Anggaran;
PSAP 03 : Laporan Arus Kas;
PSAP 04 : Catatan atas Laporan Keuangan;
PSAP 05 : Akuntansi Persediaan;
PSAP 06 : Akuntansi Investasi;
PSAP 07 : Akuntansi Aset Tetap;
PSAP 08 : Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
PSAP 09 : Akuntansi Kewajiban;
PSAP 10 : Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa
Luar Biasa
PSAP 11 : Laporan Keuangan Konsolidasian.
13
daerah telah terbit PP Nomr 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah yang kemudian dijabarkan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomr 59 Tahun 2007
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Penerapan SAP ternyata bukan tanpa tantangan, menurut Simanjuntak ada
beberapa tantangan dalam implementasi akuntansi pemerintahan, yaitu :
1) Komitmen dari pimpinan
Dukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari
suatu perubahan. Diundangkannya tiga paket keuangan negara serta
undang undang pemerintahan daerah menunjukkan keinginan yang kuat
dari pihak eksekutif dan pihak legislatif untuk memperbaiki sistem
keuangan negara yang di dalamnya juga termasuk perbaikan atas akuntansi
pemerintahan. Yang menjadi ujian sekarang adalah bagaimana penerapan
dari perubahan akuntantansi pemerintahan dalam pencatatan dan pelaporan
oleh Departemen/Lembaga di pemerintah pusat dan
Provinsi/Kabupaten/Kota untuk pemerintah daerah. Sistem akuntansi
pemerintah pusat mengacu kepada pedoman yang disusun oleh Menteri
Keuangan. Sistem akuntansi pemerintah daerah ditetapkan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota dengan mengacu kepada peraturan daerah
tentang pengelolaan keuangan daerah. Sistem akuntansi pemerintah pusat
dan daerah disusun dengan mengacu kepada Standar Akuntansi
Pemerintahan. Karena pengaturan yang jelas dalam perundang-undangan,
nampaknya penerapan akuntansi pemerintahan akan memperoleh
dukungan yang kuat dari para pimpinan Departemen/Lembaga di pusat
dan Gubernur/Bupati/Walikota di daerah.
2) Tersedianya SDM yang kompeten
Laporan keuangan diwajibkan untuk disusun secara tertib dan disampaikan
masing-masing oleh pemerintah pusat dan daerah kepada BPK
selambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Selanjutnya,
selambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir, laporan
keuangan yang telah diperiksa oleh BPK tadi diserahkan oleh Presiden
kepada DPR dan oleh Gubernur/Bupati/Walikota kepada DPRD.
Penyiapan dan penyusunan laporan keuangan tersebut memerlukan SDM
yang menguasai akuntansi pemerintahan. Pada saat ini kebutuhan tersebut
sangat terasa, apalagi untuk masa awal penerapan akuntansi pemerintahan.
Untuk itu, pemerintah pusat dan daerah perlu secara serius menyusun
perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan. Termasuk di
dalamnya memberikan sistem insentif dan remunerasi yang memadai
14
untuk mencegah timbulnya praktik KKN oleh SDM yang terkait dengan
akuntansi pemerintahan. Di samping itu, peran dari perguruan tinggi tidak
kalah pentingnya untuk memenuhi kebutuhan akan SDM yang kompeten
di bidang akuntansi pemerintahan.
3) Resistensi terhadap perubahan
Sebagai layaknya untuk setiap perubahan, bisa jadi ada pihak internal yang
sudah terbiasa dengan sistem yang lama dan enggan untuk mengikuti
perubahan. Untuk itu, perlu disusun berbagai kebijakan dan dilakukan
berbagai sosialisasi sehingga penerapan akuntansi pemerintahan dapat
berjalan dengan baik.
4) Lingkungan/masyarakat
Apresiasi dari masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung
keberhasilan dari penerapan akuntansi pemerintahan. Masyarakat perlu
didorong untuk mampu memahami laporan keuangan pemerintah sehingga
dapat mengetahui dan memahami penggunaan atas penerimaan pajak yang
yang diperoleh dari masyarakat maupun pengalokasian sumber daya yang
ada. Dengan dukungan yang positif dari masyarakat akan mendorong
pemerintah untuk lebih transparan dan akuntabel dalam menjalankan
pemerintahan.
15
Akuntansi Pemerintahan Akuntansi Komersial
1. Tujuannya adalah peningkatan 1. Tujuannya adalah laba atau
pelayanan dan kesejahteraan keuntungan.
masyarakat
2. Terdapat akuntansi untuk 2. Tidak mengenal akuntansi
anggaran (Budgetary Accounting) anggaran.
3. Mendahulukan aturan daripada 3. Mendahulukan substansi
substansi kejadian. kejadian daripada bentuk
formalnya.
4. Tidak mengenal modal pemilik, 4. Mengenal adanya modal
ekuitas dana adalah merupakan pemilik, dan setiap perubahannya
selisih antara asset dan hutang, mencerminkan perubahan kekayaan
yang fungsinya hanya sebagai pemiliknya.
penyeimbang.
5. Ekuitas dana tidak dapat 5. Modal pemilik dapat diambil
dibagikan kepada pemiliknya. sewaktu-waktu oleh pemiliknya.
16
pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan kebijakan dan
pengambilan keputusan serta penilaian kinerja pemerintah.
3) Pengawasan
Akuntansi pemerintahan harus memungkinkan terselenggaranya
pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara efektif dan
efisien.
Dari 2 pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi
akuntansi pemerintahan adalah untuk memberikan jaminan kepada
masyarakat bahwa pemerintahan berjalan dalam koridor yang benar
dan dapat dipertanggungjawabkan.
17
akuntansi.
Pada tahun 2008, Komisi Sekuritas dan Bursa mengeluarkan “peta jalan” awal
yang dapat memimpin AS untuk meninggalkan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di masa depan (akan ditentukan pada tahun 2011), dan untuk bergabung
lebih dari 100 negara di seluruh dunia bukan dalam menggunakan yang berbasis
di London Standar Pelaporan Keuangan Internasional. Pada 2010, proyek
konvergensi sedang berlangsung dengan pertemuan rutin FASB dengan IASB.
Serupa dengan banyak negara lain berlatih di bawah common law sistem,
pemerintah Amerika Serikat tidak secara langsung menetapkan standar akuntansi,
dengan keyakinan bahwa sektor swasta memiliki pengetahuan yang lebih baik dan
sumber daya. US GAAP tidak tertulis dalam undang-undang , meskipun US
Securities and Exchange Commission (SEC) mensyaratkan bahwa hal itu harus
diikuti dalam pelaporan keuangan yang diperdagangkan oleh perusahaan publik.
Saat ini, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (FASB) adalah otoritas tertinggi
dalam membangun prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk perusahaan
publik dan swasta, serta badan non-profit. Untuk dan negara pemerintah daerah,
GAAP ditentukan oleh Dewan Standar Akuntansi Pemerintahan (GaSb), yang
beroperasi di bawah seperangkat asumsi, prinsip, dan kendala, berbeda dengan
PSAK sektor swasta standar. Ketentuan GAAP AS agak berbeda dari Standar
Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS), meskipun mantan Ketua SEC Chris
Cox menetapkan jadwal bagi semua perusahaan AS untuk menjatuhkan GAAP
pada tahun 2016, dengan perusahaan terbesar beralih ke IFRS pada awal 2009.
18
akuntansi yang tepat waktu. Namun, masalah ini-dengan pendekatan-
masalah gagal mengembangkan terstruktur yang sangat dibutuhkan tubuh
prinsip akuntansi. Dengan demikian, pada tahun 1959, AICPA
menciptakan Prinsip Akuntansi Board (APB), yang misi itu adalah untuk
mengembangkan suatu kerangka kerja konseptual secara keseluruhan. Ini
diterbitkan 31 pendapat dan dibubarkan pada tahun 1973 karena
kurangnya produktivitas dan kegagalan untuk bertindak segera. Setelah
penciptaan FASB , AICPA membentuk Komite Eksekutif Standar
Akuntansi (AcSEC). It publishes: Hal ini menerbitkan:
a) Audit dan Pedoman Akuntansi, yang merangkum praktik akuntansi
industri spesifik (kasino misalnya, perguruan tinggi, maskapai
penerbangan, dll) dan memberikan petunjuk khusus mengenai hal-
hal tidak ditangani oleh FASB atau GaSb.
b) Laporan Posisi, yang memberikan petunjuk pada topik pelaporan
keuangan sampai FASB atau GaSb menetapkan standar dalam
masalah ini.
c) Praktek Buletin, yang mengindikasikan AcSEC’s pandangan pada
masalah pelaporan keuangan yang sempit tidak dianggap oleh
FASB atau GaSb.
3) Financial Accounting Standards Board (FASB)/ Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (FASB)
Menyadari kebutuhan untuk reformasi APB, pemimpin dalam profesi
akuntansi menunjuk Kelompok Studi Pembentukan Prinsip Akuntansi
(umumnya dikenal sebagai Komite Gandum untuk perusahaan kursi
Francis Gandum). Kelompok ini menentukan bahwa APB harus
dibubarkan dan struktur standar pengaturan baru diciptakan. Struktur ini
terdiri dari tiga organisasi: Akuntansi Keuangan Foundation (FAF, akan
memilih anggota FASB, dana dan mengawasi kegiatan mereka), Standar
Akuntansi Keuangan Advisory Council (FASAC), dan organisasi usaha
besar dalam struktur ini Akuntansi Keuangan Dewan Standar (FASB).
FASB memiliki 4 jenis utama publikasi:
a) Lebih dari 150 telah diterbitkan sampai saat ini.
b) Akuntansi Keuangan Konsep – pertama diterbitkan pada tahun
1978. Mereka adalah bagian dari proyek kerangka konseptual
FASB dan tujuan dasar yang ditetapkan dan konsep bahwa
penggunaan FASB dalam mengembangkan standar masa depan.
Namun, mereka bukan bagian dari GAAP. Ada 7 konsep untuk
tanggal diterbitkan .
c) Interpretasi – memodifikasi atau memperluas standar yang ada .
Ada sekitar 50 interpretasi untuk tanggal diterbitkan .
19
d) pedoman standar penerapan, interpretasi, dan pendapat. Biasanya
memecahkan beberapa isu akuntansi yang sangat spesifik yang
tidak akan memiliki efek, signifikan abadi.
Pada tahun 1984 FASB menciptakan Emerging Issues Task Force (EITF)
yang berkaitan dengan transaksi keuangan yang tidak biasa dan baru yang
memiliki potensi untuk menjadi umum (misalnya akuntansi untuk
perusahaan berbasis Internet). Ini bertindak lebih seperti masalah filter
untuk FASB – kesepakatan EITF dengan jangka pendek, cepat masalah
resolve, meninggalkan jangka panjang, masalah yang lebih luas untuk
FASB.
4) Dewan Standar Akuntansi Pemerintahan (GaSb)
Dibuat pada tahun 1984, GaSb membahas masalah-masalah pemerintah
negara bagian dan lokal pelaporan. Strukturnya mirip dengan yang ada
pada FASB’s.
5) Organisasi lain berpengaruh (misalnya Ikatan Akuntan Amerika, Ikatan
Akuntan Manajemen, Keuangan Lembaga Eksekutif)
6) Organisasi berpengaruh lainnya Keuangan Pemerintah Officer’s
Association (GFOA)
Juga mempengaruhi kebijakan keuangan bagi pemerintah. Perbedaan
pendapat antara GFOA dan GaSb adalah jarang, tetapi dapat berlanjut
selama bertahun-tahun.
20
legeslatif. Fungsi anggaran dan akuntansi harus salingmelengkapi didalam
pengelolaan keuangan negara serta harusdiintegrsikan.
3) Perkiraan-perkiraan harus diselenggarakan.
Sistem Akuntansi Pemerintah harus mengembangkan perkiraan-perkiraan
untuk mencatat transksi-transaksi yang terjadi. Perkiraan-perkiraan yang
dibuat harus dapat menunjukkan akuntabilitaskeuangan negara yang andal
dari sisi obyek dan tujuan penggunaandana serta pejabat atau organisasi
yang mengelolanya.
4) Memudahkan pemeriksaan oleh aparatur pemerintah.
Sistem Akuntansi Pemerintah yang dikembangkan harusmemungkinkan
aparat pemeriksaan untuk melakukan tugasnya.
5) Sistem akuntansi harus terus dikembangkan.
Dengan adanya perubahan lingkungan dan sifat transaksi,
systemAkuntansi Pemerintah harus terus disesuaikan dan
dikembangkansehingga tercapai efisiensi, efektivitas dan relevasi.
6) Perkiraan-perkiraan yang harus dikembangkan secara efektif.
Sistem Akuntansi Pemerintah harus mengembangkan perkiraan-perkiraan
secara efektif sehubungan dengan sifat dan perubahanlingkungan sehingga
dapat mengungkapkan hasil ekonomi dankeuangan dari pelaksanaan suatu
program.
7) Sistem harus dapat melayani kebutuhan dasar informasi keuanganguna
pengembangan rencana dan program.
Sistem Akuntansi Pemerintah harus dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan para pengguna informasi keuangan yaitu,pemerintah, rakyat
(lembaga legeslatif), lembaga donor, Bank Dunia, dan lain sebagainya.
8) Pengadaan suatu perkiraan
Perkiraan-perkiran yang dibuat harus memungkinkan analisisekonomi atas
data keuangan dan mereklasifikasi transaksi-transaksipemerintah baik
pusat maupun daerah dalam rangka pengembangan perkiraan-perkiraan
nasional.
21
• Lembaga pendidikan (educational)
• Kesehatan dan kesejahteraan (hospital and welfare)
• Keagamaan (religious)
• Lembaga amal (charitable)
• Lembaga dana (foundation
• Dana Belanja (Expendable Fund)
22
BAB III
KESIMPULAN
1. Sejarah organisasi sektor publik telah ada sejak ribuan tahun lalu. .
Kemunculannya lebih dipengaruhi pada interaksi yang terjadi pada
masyarakat dan kekuatan sosial di dalam masyarakat. Kekuatan sosial
masyarakat, yang umumnya berbentuk pemerintahan – organisasi sektor
publik ini
2. Dasar hukum akuntansi pemerintahan khususnya di era reformasi
(paradigma baru) terdapat pada Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan
juga beberapa pasal Undang-Undang yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Sedangkan dasar hukum pelaksanaan akuntansi (pembukuan)
bagi perusahaan di Indonesia diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD)
3. Sistem akuntansi pemerintahan di Indonesia dan di Amerika, memiliki
banyak perbedaan. Sistem akuntansi pemerintahan di Indonesia memilik
aturan yang telah diatur dalam Undang-Undang yang ditetapkan oleh
pemerintah. Sedangkan sistem akuntansi pemerintahan di Amerika
memiliki berbagai macam organisasi yang mengatur sistem akuntansi
pemerintahan di Amerika.
4. Akuntansi pemerintahan tidak hanya berisi tentang penjelasan yang
diberikan pemerintah nasional tetapi diberika juga oleh PBB ( Perserikatan
Bangsa-Bangsa ) (A Manual Government Accounting)
23
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi_Sektor_Publik#Sejarah_Akuntansi_Sektor
_Publik
http://ordeck.wordpress.com/2010/09/01/akuntansi-perusahaan-vs-
pemerintahan-modul-diklat-sap_mkw/
http://books.google.co.id/books?id=HKarXQgrf_oC&pg=PA134&lpg=PA134&dq=
pengertian+akuntansi+pemerintah&source=bl&ots=FHgUUEMxA6&sig=Y6zxEsto
DwTLn-lFtaZqhScJS3A&hl=en&sa=X&ei=3VJkUJT2I8-
zrAeM3oDgCw&ved=0CDIQ6AEwAg#v=onepage&q&f=false
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/akuntansi-di-amerika-serikat/
http://bagjana.wordpress.com/2008/12/30/akuntansi-pemerintahan-di-indonesia/
24