Akutansi Pemerintahan
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
TAHUN 2019
A. ANALISIS KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA PEMKOT SURABAYA
DEFINISI
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
KLASIFIKASI KEWAJIBAN
Kewajiban diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kewajiban jangka pendek;
Kewajiban yang diharapkan dibayar dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan.
Yang termasuk kewajiban jangka pendek adalah:
1. Utang transfer pemerintah;
2. Utang kepada pegawai;
3. Bunga pinjaman;
4. Utang jangka pendek dari pihak ketiga;
5. Utang perhitungan fihak ketiga (PFK);
6. Bagian lancar utang jangka panjang.
2. Kewajiban jangka panjang.
Kewajiban yang masa jatuh temponya lebih dari 1 tahun atau 12 bulan.
PENGAKUAN KEWAJIBAN
1. Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya
ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat
pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian
yang dapat diukur dengan andal.
2. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima oleh pemerintah atau
dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan, dan/atau pada saat
kewajiban timbul.
3. Dalam transaksi dengan pertukaran, kewajiban diakui ketika satu pihak menerima
barang atau jasa sebagai ganti janji untuk memberikan uang atau sumber daya
lain di masa depan.
4. Dalam transaksi tanpa pertukaran, suatu kewajiban harus diakui atas jumlah
terutang yang belum dibayar pada tanggal pelaporan
5. Kewajiban diakui dalam hubungannya dengan kejadian yang berkaitan dengan
pemerintah, maksudnya adalah kejadian yang tidak didasari transaksi namun
berdasarkan adanya interaksi antara pemerintah dan lingkungannya.
6. Kewajiban diakui saat pemerintah mengakuinya sebagai tanggung jawab
keuangan pemerintah, dengan kriteria sebagai berikut:
7. Badan Legislatif telah menyetujui atau mengotorisasi sumber daya yang akan
digunakan,
8. transaksi dengan pertukaran timbul (misalnya saat kontraktor melakukan
perbaikan) atau jumlah transaksi tanpa pertukaran belum dibayar pada tanggal
pelaporan (misalnya pembayaran langsung ke korban bencana)
PENGUKURAN KEWAJIBAN
1. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Nilai nominal atas kewajiban
pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera
pada lembar surat utang pemerintah.
2. Penggunaan nilai nominal dalam menilai kewajiban mengkuti karakteristik dari
masing-masing pos, contohnya utang bunga harus dicatat sebesar biaya bunga
yang telah terjadi dan belum dibayar.
3. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang
rupiah, dengan menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
4. Selisih penjabaran pos utang pemerintah dalam mata uang asing antara tranggal
transaksi dan tanggal neraca dicatat sebagai kenaikan atau penurunan ekuitas
periode berjalan.
5. Jika suatu transaksi dlaam mata uang asing timbul dan diselesaikan dalam
periode yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui pada periode tersebut.
Namun jika timbul dan diselesaikannya dalam beberapa periode yang berbeda,
maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan
memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode.
PENYELESAIAN KEWAJIBAN SEBELUM JATUH TEMPO
Untuk sekuritas utang pemerintah yang diselesaikan sebelum jatuh tempo karena
adanya fitur untuk ditarik (call feature) oleh penerbit dari sekuritas tersebut atau karena
memenuhi persyaratan untuk penyelesaian oleh permintaan pemegangnya maka selisih
antara harga perolehan kembali dan nilai tercatat netonya harus disajikan pada Laporan
Operasional dan diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian dari
pos kewajiban yang berkaitan.
Apabila harga perolehan kembali adalah sama dengan nilai tercatat (carrying value),
maka penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo dianggap sebagai penyelesaian utang
secara normal, yaitu dengan menyesuaikan jumlah kewajiban dan aset yang berhubungan.
Apabila harga perolehan kembali tidak sama dengan nilai tercatat (carrying value) maka,
selain penyesuaian jumlah kewajiban dan aset yang terkait, jumlah perbedaan yang ada
juga disajikan dalam Laporan Operasional pada pos Surplus/Defisit dari Kegiatan Non
Operasional dan diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
TUNGGAKAN
Tunggakan didefinisikan sebagai jumlah tagihan yang telah jatuh tempo, namun
pemerintah tidak mampu untuk membayar jumlah pokok dan/atau bunganya sesuai
jadwal. Beberapa jenis utang pemerintah mungkin mempunyai saat jatuh tempo sesuai
jadwal pada satu tanggal atau serial tanggal saat debitur diwajibkan untuk melakukan
pembayaran kepada kreditur. Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus disajikan
dalam bentuk Daftar Umur (aging schedule) Kreditur pada Catatan atas Laporan
Keuangan sebagai bagian pengungkapan kewajiban. Dalam praktik akuntansi biasanya
tidak memisahkan jumlah tunggakan dari jumlah utang yang terkait dalam lembar muka
(face) laporan keuangan. Namun informasi tunggakan pemerintah menjadi salah satu
informasi yang menarik perhatian pembaca laporan keuangan sebagai bahan analisis
kebijakan dan solvabilitas suatu entitas
RESTRUKTURISASI UTANG
Restrukturisasi Utang adalah kesepakatan antara kreditur dan debitur untuk
memodifikasi syarat-syarat perjanjian utang dengan atau tanpa pengurangan jumlah
utang. Informasi restrukturisasi harus diungkapkan pada CaLK sebagai bagian
pengungkapan dari pos kewajiban yang terkait
Restrukturisasi dapat berupa:
1. Pembiayaan kembali yaitu mengganti utang lama termasuk tunggakan dengan utang
baru; atau
2. Penjadwalan ulang atau modifikasi persyaratan utang yaitu mengubah persyaratan
dan kondisi kontrak perjanjian yang ada. Penjadwalan utang dapat berbentuk:
3. Perubahan jadwal pembayaran,
4. Penambahan masa tenggang, atau
5. Menjadwalkan kembali rencana pembayaran pokok dan bunga yang jatuh tempo
dan/atau tertunggak.
PENGHAPUSAN UTANG
Penghapusan utang adalah pembatalan tagihan oleh kreditur kepada debitur, baik
sebagian maupun seluruh jumlah utang debitur dalam bentuk perjanjian formal diantara
keduanya. Atas penghapusan utang mungkin diselesaikan oleh debitur ke kreditur melalui
penyerahan aset kas maupun nonkas dengan nilai utang di bawah nilai tercatatnya.
Jumlah Penduduk
Tahun
(jiwa)
2014 2.470.802
2015 2.481.469
= 7%
Berdasarkan hasil analisis rasio utang terhadap pendapatan pajak daerah di tahun 2015
sebersar 7 % sedangkan tahun 2014 sebesar 19 %
ada penurunan sebesar 12 %, penurunan ini adalah baik karena bahwa dengan dengan
pendapatan pajak meningkat dapat mengecilkan pembiyaan dengan utang.
Artinya : adanya penurunan total hutang 2015 dibandingkan dengan 2014 sementara
Pendapatan pajak daerah 2015 meningkat dibandingkan Pendapatan pajak daerah tahun
2014
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑃𝐴𝐷 =
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ
= 6%
Neraca dan LRA tahun 2014
= 16%
Berdasarkan hasil analisis rasio utang terhadap pendapatan pendapatan Asli daerah di
tahun 2014 sebesar 16% sedangkan tahun 2015 sebesar 6% ada penurunan sebesar 10%
penurunan ini adalah baik karena bahwa dengan dengan pendapatan Asli daerah
meningkat dapat mengecilkan pembiyaan terhadap utang. artinya tingkat likuiditas yang
dimiliki Pemkot Bandung sangat baik. Sementara itu pendapatan asli daerah tahun 2015
mengalami Peningkatan dibanding dengan tahun 2014.
Rasio Kemandirian keuangan daerah ditunjukan oleh besar kecilnya pendapatan asli
daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber yang lain.
Rasio Kemandirian Daerah dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Rasio Kemandirian = PAD
Bantuan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Pinjaman
Pola hubungan partisipatif, peranan Pemerintah Pusat sudah mulai berkurang, mengingat
daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya mendekati mampu melaksanakan
urusan otonomi daerah.
5. ANALISIS UTANG TERHADAP EKUITAS
Analisis Utang Terhadap Ekuitas Dana, Neraca tahun 2015
Total Utang
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 =
Jumlah Ekuitas
Total Utang
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 =
Jumlah Ekuitas
Berdasarkan hasil analisis bahwa rasio utang terhadap ekuitas di tahun 2014 sebesar
0,004717 dan tahun 2015 sebesar 0,01088 ada kenaikan seberbesar 0, 0,006163, hal ini
diindikasi kurang baik karena dengan tingkat kenaikan sebesari 0,006163 yang
menunjukan kirerja dari ekuitas untuk bisa menutup utang lebih kecil lagi sehingga
penggunaan ekuitas menjadi kurang optimal.
Tahun 2015
= 2225,42
Tahun 2014
= 2714,90
Artinya fleksibilitas pendapatan terhadap Pemkot Bandung beban pokok pinjaman dan
bunga pinjaman mengalami penurunan dimana pada tahun 2014 nilai rasio fleksibilitas
nya senilai 2714,90 meningkat di tahun 2015 menjadi 2225,42, yang berarti ada
penurunan pendapatan pemkot Bandung untuk menutupi jumlah tunggakan dan bunga
yang dimiliki oleh pemkot Bandung
b. Rasio Fleksibilitas keuangan 2= (Total Pendapatan - Dak - Belanja Pegawai) /
Jumlah Kewajiban
Tahun 2015
= 3,84
Tahun 2014
= 7,84
Artinya fleksibilitas pendapatan terhadap Pemkot Bandung beban pokok pinjaman dan
bunga pinjaman mengalami penurunan dimana pada tahun 2014 nilai rasio fleksibilitas
nya senilai 7,84 meningkat di tahun 2015 menjadi 3,84, yang berarti ada penurunan
pendapatan pemkot Bandung untuk menutupi jumlah kewajiban yang dimiliki oleh
pemkot Bandung
Tahun 2015
= 3,84
Tahun 2014
= 7,84
Tahun 2015
= 11,92
Tahun 2014
= 29,65
Dari keempat rasio diatas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk fleksibilitas pemkot
Bandung di tahun 2015 mengalami penurunan yang cukup signfikan, dengan rata – rata
penurunan yang terjadi di angka 8,79.
D. KESIMPULAN
Adapun Pos Luar Biasa pada Tahun 2014 berupa beban luar biasa
menghasilkan nilai sebesar Rp21.746.900,00 yang diperoleh dari adanya
pengembalian retribusi perpanjangan Ijin Memperkerjakan Tenaga Asing
(IMTA). Apabila dibandingkan dengan Pos luar biasa pada Tahun 2015 sebesar
Rp116.993.530,00 maka mengalami penurunan sebesar Rp95.246.630,00 atau
81,41%.