Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Akutansi Pemerintahan

“Analisa Kewajiban-Ekuitas dan Pendapatan pada


Pemerntah Kota Bandung Tahun Buku 2014-2015”

Dosen Pembimbing :

SILVIANA, DR., S.E., M.SI., AK., C.A.

Disusun Oleh :

Arief Nilawidiyana 1619103016

Bella Intan Sarah Soraya 1619103004

Hendi Kurnia Permana 1619104014

Dwi Yuliansyah Kusnadi 1619104005

MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERSITAS WIDYATAMA

TAHUN 2019
A. ANALISIS KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA PEMKOT SURABAYA
 DEFINISI
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.

 KLASIFIKASI KEWAJIBAN
Kewajiban diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kewajiban jangka pendek;
Kewajiban yang diharapkan dibayar dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan.
Yang termasuk kewajiban jangka pendek adalah:
1. Utang transfer pemerintah;
2. Utang kepada pegawai;
3. Bunga pinjaman;
4. Utang jangka pendek dari pihak ketiga;
5. Utang perhitungan fihak ketiga (PFK);
6. Bagian lancar utang jangka panjang.
2. Kewajiban jangka panjang.
Kewajiban yang masa jatuh temponya lebih dari 1 tahun atau 12 bulan.

 PENGAKUAN KEWAJIBAN
1. Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya
ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat
pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian
yang dapat diukur dengan andal.
2. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima oleh pemerintah atau
dikeluarkan oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan, dan/atau pada saat
kewajiban timbul.
3. Dalam transaksi dengan pertukaran, kewajiban diakui ketika satu pihak menerima
barang atau jasa sebagai ganti janji untuk memberikan uang atau sumber daya
lain di masa depan.
4. Dalam transaksi tanpa pertukaran, suatu kewajiban harus diakui atas jumlah
terutang yang belum dibayar pada tanggal pelaporan
5. Kewajiban diakui dalam hubungannya dengan kejadian yang berkaitan dengan
pemerintah, maksudnya adalah kejadian yang tidak didasari transaksi namun
berdasarkan adanya interaksi antara pemerintah dan lingkungannya.
6. Kewajiban diakui saat pemerintah mengakuinya sebagai tanggung jawab
keuangan pemerintah, dengan kriteria sebagai berikut:
7. Badan Legislatif telah menyetujui atau mengotorisasi sumber daya yang akan
digunakan,
8. transaksi dengan pertukaran timbul (misalnya saat kontraktor melakukan
perbaikan) atau jumlah transaksi tanpa pertukaran belum dibayar pada tanggal
pelaporan (misalnya pembayaran langsung ke korban bencana)

 PENGUKURAN KEWAJIBAN
1. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Nilai nominal atas kewajiban
pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera
pada lembar surat utang pemerintah.
2. Penggunaan nilai nominal dalam menilai kewajiban mengkuti karakteristik dari
masing-masing pos, contohnya utang bunga harus dicatat sebesar biaya bunga
yang telah terjadi dan belum dibayar.
3. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang
rupiah, dengan menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
4. Selisih penjabaran pos utang pemerintah dalam mata uang asing antara tranggal
transaksi dan tanggal neraca dicatat sebagai kenaikan atau penurunan ekuitas
periode berjalan.
5. Jika suatu transaksi dlaam mata uang asing timbul dan diselesaikan dalam
periode yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui pada periode tersebut.
Namun jika timbul dan diselesaikannya dalam beberapa periode yang berbeda,
maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan
memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode.
 PENYELESAIAN KEWAJIBAN SEBELUM JATUH TEMPO
Untuk sekuritas utang pemerintah yang diselesaikan sebelum jatuh tempo karena
adanya fitur untuk ditarik (call feature) oleh penerbit dari sekuritas tersebut atau karena
memenuhi persyaratan untuk penyelesaian oleh permintaan pemegangnya maka selisih
antara harga perolehan kembali dan nilai tercatat netonya harus disajikan pada Laporan
Operasional dan diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian dari
pos kewajiban yang berkaitan.
Apabila harga perolehan kembali adalah sama dengan nilai tercatat (carrying value),
maka penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo dianggap sebagai penyelesaian utang
secara normal, yaitu dengan menyesuaikan jumlah kewajiban dan aset yang berhubungan.
Apabila harga perolehan kembali tidak sama dengan nilai tercatat (carrying value) maka,
selain penyesuaian jumlah kewajiban dan aset yang terkait, jumlah perbedaan yang ada
juga disajikan dalam Laporan Operasional pada pos Surplus/Defisit dari Kegiatan Non
Operasional dan diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.

 TUNGGAKAN
Tunggakan didefinisikan sebagai jumlah tagihan yang telah jatuh tempo, namun
pemerintah tidak mampu untuk membayar jumlah pokok dan/atau bunganya sesuai
jadwal. Beberapa jenis utang pemerintah mungkin mempunyai saat jatuh tempo sesuai
jadwal pada satu tanggal atau serial tanggal saat debitur diwajibkan untuk melakukan
pembayaran kepada kreditur. Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus disajikan
dalam bentuk Daftar Umur (aging schedule) Kreditur pada Catatan atas Laporan
Keuangan sebagai bagian pengungkapan kewajiban. Dalam praktik akuntansi biasanya
tidak memisahkan jumlah tunggakan dari jumlah utang yang terkait dalam lembar muka
(face) laporan keuangan. Namun informasi tunggakan pemerintah menjadi salah satu
informasi yang menarik perhatian pembaca laporan keuangan sebagai bahan analisis
kebijakan dan solvabilitas suatu entitas

 RESTRUKTURISASI UTANG
Restrukturisasi Utang adalah kesepakatan antara kreditur dan debitur untuk
memodifikasi syarat-syarat perjanjian utang dengan atau tanpa pengurangan jumlah
utang. Informasi restrukturisasi harus diungkapkan pada CaLK sebagai bagian
pengungkapan dari pos kewajiban yang terkait
Restrukturisasi dapat berupa:
1. Pembiayaan kembali yaitu mengganti utang lama termasuk tunggakan dengan utang
baru; atau
2. Penjadwalan ulang atau modifikasi persyaratan utang yaitu mengubah persyaratan
dan kondisi kontrak perjanjian yang ada. Penjadwalan utang dapat berbentuk:
3. Perubahan jadwal pembayaran,
4. Penambahan masa tenggang, atau
5. Menjadwalkan kembali rencana pembayaran pokok dan bunga yang jatuh tempo
dan/atau tertunggak.

 PENGHAPUSAN UTANG
Penghapusan utang adalah pembatalan tagihan oleh kreditur kepada debitur, baik
sebagian maupun seluruh jumlah utang debitur dalam bentuk perjanjian formal diantara
keduanya. Atas penghapusan utang mungkin diselesaikan oleh debitur ke kreditur melalui
penyerahan aset kas maupun nonkas dengan nilai utang di bawah nilai tercatatnya.

 BIAYA-BIAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN UTANG PEMERINTAH


Biaya-biaya yang berhubungan dengan utang pemerintah adalah biaya bunga dan
biaya lainnya yang timbul dalam kaitan dengan peminjaman dana. Biaya-biaya dimaksud
meliputi:
1. Bunga dan provisi atas penggunaan dana pinjaman, baik pinjaman jangka pendek
maupun jangka panjang;
2. Commitment fee atas dana pinjaman yang belum ditarik;
3. Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman,
4. Amortisasi kapitalisasi biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman seperti biaya
konsultan, ahli hukum, dan sebagainya
5. Perbedaan nilai tukar pada pinjaman dengan mata uang asing sejauh hal tersebut
diperlakukan sebagai penyesuaian atas biaya bunga.

 PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


Utang pemerintah diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar skedul utang
untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada pemakainya.
Informasi yang harus disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah:
1. Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang diklasifikasikan
berdasarkan pemberi pinjaman;
2. Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas utang
pemerintah dan jatuh temponya;
3. Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga yang berlaku.
4. Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo;
5. Perjanjian restrukturisasi utang meliputi:
1. Pengurangan pinjaman;
2. Modifikasi persyaratan utang;
3. Pengurangan tingkat bunga pinjaman;
4. Pengunduran jatuh tempo pinjaman;
5. Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan
6. Pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan periode pelaporan.
6. Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur utang
berdasarkan kreditur.
7. Biaya pinjaman:
1. Perlakuan biaya pinjaman;
2. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang bersangkutan; dan
3. Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.

B. ANALISA PERTUMBUHAN UTANG


Analisa ini kami lakukan untuk mengetahui perkembangan utang pemerintah
Kota Bandung dari tahun 2014 ke tahun 2015. Untuk utang jangka pendek pemerintah
Kota Bandung tahun 2014 sebesar Rp. 271.735.854.496 (Dua Ratus Tujuh Puluh Satu
Milyar Tujuh Ratus Tiga Puluh Lima Juta Delapan Ratus Lima Puluh Empat Ribu Empat
Ratus Sembilan Puluh Enam Rupiah) dan pada tahun 2015 sebesar Rp.109.207.066.182
(Seratus Enam Milyar Dua Ratus Tujuh Juta Enam Puluh Enam Ribu Seratus Delapan
Puluh Dua Rupiah) mengalami penurunan sebesar 60 % sedangkan pada utang jangka
panjang pemerintah Kota Bandung di tahun 2014 tidak memiliki hutang Jangka Panjang
begitu juga di tahun 2015 pemerintah Kota Bandung tidak memiliki hutang jangka
panjang.
Untuk perencanaan dan pengendalian utang, pertumbuhan utang harus
dikendalikan agar tidak menganggu stabilitas ekonomi khususnya di pembiayaan
Pemerintah Kota Bandung.
Jumlah penduduk menurut kabupataen / kota dan kelompok umur (jiwa) menurut Badan
Pusat Statistik Pemerintah Kota Bandung
Tabel Jumlah Penduduk
Pemerintah Kota Bandung

Jumlah Penduduk
Tahun
(jiwa)

2014 2.470.802
2015 2.481.469

1. ANALISA PERTUMBUHAN UTANG


Analisis pertumbuhan utang bermanfaat untuk mengetahui perkembangan utang
pemerintah Kota Bandung dari tahun ke tahun
Rumus :

Pertumbuhan Utang = Nilai Utang tahun ke n – Nilai Utang Tahun ke n-1


Nilai Utang Tahun ke n-1
Tahun 2018

Pertumbuhan Utang = Rp.109.207.066.182 - Rp. 271.735.854.496


Rp. 271.735.854.496
= - 60%
Berdasarkan hasil rasio diatas menunjukan bahwa pemerintah Kota Bandung
mengalami penurunan hal ini menunjukan hal yang positif dan tingkat likuiditas
Pemda Kota Bandung sangat baik. Selain itu walau belanja pemerintah mengalami
kenaikan namun kenaikan di ikutin juga dengan pendapatan yang diterima oleh
pemerintah Kota Bandung sehingga dalam membiaya belanja pemerintah daerah
tidak harus melakukan penambahan kewajibannya. Pada tahun 2015 Pemerintah Kota
Memiliki Silpa yang dapat digunakan untuk belanja modal di tahun 2015.
2. ANALISIS RASIO UTANG TERHADAP PENDAPATAN PAJAK PEMKOT
BANDUNG
Total Utang
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔𝑇𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ =
Pendapatan Pajak Daerah
Neraca dan LRA tahun 2015
Rasio Utang Terhadap Pajak Daerah = 109.207.066.182
1.494.147.377.053

= 7%

Neraca dan LRA tahun 2014


Rasio Utang Terhadap Pajak Daerah = 271.735.854.496
1.399.598.856.917
= 19 %

Berdasarkan hasil analisis rasio utang terhadap pendapatan pajak daerah di tahun 2015
sebersar 7 % sedangkan tahun 2014 sebesar 19 %
ada penurunan sebesar 12 %, penurunan ini adalah baik karena bahwa dengan dengan
pendapatan pajak meningkat dapat mengecilkan pembiyaan dengan utang.
Artinya : adanya penurunan total hutang 2015 dibandingkan dengan 2014 sementara
Pendapatan pajak daerah 2015 meningkat dibandingkan Pendapatan pajak daerah tahun
2014

3. ANALISIS RASIO UTANG TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑃𝐴𝐷 =
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

Neraca dan LRA tahun 2015

Rasio Utang terhadap Pendapatan Asli Daerah = 109.207.066.182


1.859.694.643.505

= 6%
Neraca dan LRA tahun 2014

Rasio Utang terhadap Pendapatan Asli Daerah = 271.735.854.496


1.716.057.298.378

= 16%

Berdasarkan hasil analisis rasio utang terhadap pendapatan pendapatan Asli daerah di
tahun 2014 sebesar 16% sedangkan tahun 2015 sebesar 6% ada penurunan sebesar 10%
penurunan ini adalah baik karena bahwa dengan dengan pendapatan Asli daerah
meningkat dapat mengecilkan pembiyaan terhadap utang. artinya tingkat likuiditas yang
dimiliki Pemkot Bandung sangat baik. Sementara itu pendapatan asli daerah tahun 2015
mengalami Peningkatan dibanding dengan tahun 2014.

4. ANALISIS RASIO KEMANDIRIAN

Rasio Kemandirian keuangan daerah ditunjukan oleh besar kecilnya pendapatan asli
daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber yang lain.
Rasio Kemandirian Daerah dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Rasio Kemandirian = PAD
Bantuan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Pinjaman

Rasio Kemandirian = 1.859.694.643.505


3.144.486.854.423

Rasio Kemandirian = 59%

Pola hubungan partisipatif, peranan Pemerintah Pusat sudah mulai berkurang, mengingat
daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya mendekati mampu melaksanakan
urusan otonomi daerah.
5. ANALISIS UTANG TERHADAP EKUITAS
 Analisis Utang Terhadap Ekuitas Dana, Neraca tahun 2015

Total Utang
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 =
Jumlah Ekuitas

Analisis Rasio Utang Terhadap Ekuitas Dana = 0,004717

 Analisis Utang Terhadap Ekuitas Dana, Neraca tahun 2014

Total Utang
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 =
Jumlah Ekuitas

Analisis Rasio Utang Terhadap Ekuitas Dana = 0,01088

Berdasarkan hasil analisis bahwa rasio utang terhadap ekuitas di tahun 2014 sebesar
0,004717 dan tahun 2015 sebesar 0,01088 ada kenaikan seberbesar 0, 0,006163, hal ini
diindikasi kurang baik karena dengan tingkat kenaikan sebesari 0,006163 yang
menunjukan kirerja dari ekuitas untuk bisa menutup utang lebih kecil lagi sehingga
penggunaan ekuitas menjadi kurang optimal.

C. ANALISIS RASIO PENDAPATAN ( FLEKSIBILITAS KEUANGAN)


PEMKOT BANDUNG 2014 – 2015

a. Rasio Fleksibilitas keuangan 1 = (Total Pendapatan - Dak - Belanja Pegawai) /

(Pembayaran Pokok Pinjaman + Belanja Bunga)

Tahun 2015
= 2225,42

Tahun 2014
= 2714,90
Artinya fleksibilitas pendapatan terhadap Pemkot Bandung beban pokok pinjaman dan
bunga pinjaman mengalami penurunan dimana pada tahun 2014 nilai rasio fleksibilitas
nya senilai 2714,90 meningkat di tahun 2015 menjadi 2225,42, yang berarti ada
penurunan pendapatan pemkot Bandung untuk menutupi jumlah tunggakan dan bunga
yang dimiliki oleh pemkot Bandung
b. Rasio Fleksibilitas keuangan 2= (Total Pendapatan - Dak - Belanja Pegawai) /

Jumlah Kewajiban

Tahun 2015
= 3,84

Tahun 2014
= 7,84

Artinya fleksibilitas pendapatan terhadap Pemkot Bandung beban pokok pinjaman dan
bunga pinjaman mengalami penurunan dimana pada tahun 2014 nilai rasio fleksibilitas
nya senilai 7,84 meningkat di tahun 2015 menjadi 3,84, yang berarti ada penurunan
pendapatan pemkot Bandung untuk menutupi jumlah kewajiban yang dimiliki oleh
pemkot Bandung

c. Rasio Fleksibilitas keuangan 3= (Total Pendapatan - Dak - Belanja Pegawai)/

Kewajiban Jangka Panjang

Tahun 2015
= 3,84

Tahun 2014
= 7,84

Artinya fleksibilitas pendapatan terhadap Pemkot Bandung kewajiban jangka panjang


mengalami penurunan dimana pada tahun 2014 nilai rasio fleksibilitas nya senilai 7,84
meningkat di tahun 2015 menjadi 3,84, yang berarti ada penurunan pendapatan pemkot
Bandung untuk menutupi jumlah kewajiban yang dimiliki oleh pemkot Bandung

d. Rasio Fleksibilitas keuangan 4= (Total Pendapatan - Dak) / Jumlah Kewajiban

Tahun 2015

= 11,92

Tahun 2014
= 29,65

Artinya fleksibilitas pendapatan terhadap Pemkot Bandung kewajiban jangka panjang


mengalami penurunan dimana pada tahun 2014 nilai rasio fleksibilitas nya senilai 29,84
meningkat di tahun 2015 menjadi 11,92, yang berarti ada penurunan pendapatan pemkot
Bandung untuk menutupi jumlah kewajiban yang dimiliki oleh pemkot Bandung

Dari keempat rasio diatas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk fleksibilitas pemkot
Bandung di tahun 2015 mengalami penurunan yang cukup signfikan, dengan rata – rata
penurunan yang terjadi di angka 8,79.

D. KESIMPULAN

1. PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN BERBASIS LRA

Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota


Bandung Tahun Anggaran 2014, menunjukkan bahwa pendapatan daerah sebesar
Rp5.685.213.859.929,00 atau 85,06%. dari target pendapatan Tahun Anggaran
2015 Rp6.684.129.617.384,00 Apabila dibandingkan dengan realisasi pendapatan.

Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp5.098.071.916.848,00


maka mengalami kenaikan sebesar Rp587.141.943.081,00 atau 11,52%. Realisasi
belanja dan transfer Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp5.830.413.719.644,00 atau
79,21% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp7.360.848.469.022,00 Apabila
dibandingkan dengan realisasi belanja Tahun Anggaran 2014 sebesar
Rp5.201.938.207.165,00 maka mengalami kenaikan sebesar
Rp628.475.512.479,00 atau 12,08%. Dengan demikian, berdasarkan realisasi
pendapatan dan realisasi belanja Tahun Anggaran 2015 tersebut diperoleh defisit
APBD sebesar Rp145.199.859.715,00.

Pembiayaan Tahun Anggaran 2014 menghasilkan nilai pembiayaan netto


sebesar Rp677.328.852.404,00 yang diperoleh dari penerimaan pembiayaan
sebesar Rp994.140.890.638,00 dikurangi pengeluaran pembiayaan sebesar
Rp316.812.038.234,00 sehingga diperoleh sisa lebih pembiayaan anggaran per 31
Desember 2015 sebesar Rp532.128.992.689,00.

2. PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN BERBASIS LO

Laporan Operasional Kota Bandung Tahun 2014, menunjukkan


pendapatan sebesar Rp6.084.667.305.068,03. Apabila dibandingkan dengan
pendapatan tahun 2015 sebesar Rp5.606.314.216.157,81 maka mengalami
kenaikan sebesar Rp478.353.088.910,22 atau 8,53%. Beban pada Tahun 2014
sebesar Rp5.184.350.502.022,53. Apabila dibandingkan dengan beban pada
Tahun 2015 sebesar Rp5.008.584.815.774,13 maka mengalami kenaikan sebesar
Rp175.765.686.248,40 atau 3,51%. Dengan demikian, berdasarkan pendapatan
dan beban pada Tahun 2014 tersebut diperoleh surplus dari kegiatan operasional
sebesar Rp900.316.803.045,50. Apabila dibandingkan dengan surplus dari
kegiatan operasional pada Tahun 2015 sebesar Rp597.729.400.383,68 mengalami
kenaikan sebesar Rp302.587.402.661,82 atau 50,62%.

Surplus dari kegiatan non operasional Tahun 2014 menghasilkan nilai


sebesar Rp13.585.858.821,07. Apabila dibandingkan dengan dengan surplus
kegiatan non operasional pada Tahun 2015 sebesar Rp.538.302.554,00 maka
mengalami kenaikan sebesar Rp.13.047.556.267,07.

Adapun Pos Luar Biasa pada Tahun 2014 berupa beban luar biasa
menghasilkan nilai sebesar Rp21.746.900,00 yang diperoleh dari adanya
pengembalian retribusi perpanjangan Ijin Memperkerjakan Tenaga Asing
(IMTA). Apabila dibandingkan dengan Pos luar biasa pada Tahun 2015 sebesar
Rp116.993.530,00 maka mengalami penurunan sebesar Rp95.246.630,00 atau
81,41%.

Anda mungkin juga menyukai