Anda di halaman 1dari 52

Kuliah 10 dan 11: Pembiayaan Pembangunan

KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH

PINJAMAN
DAERAH DAN
OBLIGASI
DAERAH
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH


Pembiayaan Pembangunan Daerah melalui Pembiayaan Kreatif
PINJAMAN DAERAH KPBU
 Kerjasama untuk pembangunan infrastruktur ekonomi dan sosial,
 Pembiayaan pembangunan infrastruktur layanan publik;  Dukungan Pemerintah:
 Bersumber dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Lain, Lembaga o Project Development Facility (PDF);
Keuangan Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank o Vialibiliy Gap Fund (VGF);
 Persetujuan DPRD untuk pinjaman jangka menengah dan jangka
o Penjaminan Infrastruktur.
panjang.

PINA ( Pembiayaan Investasi Non Anggaran)


OBLIGASI DAERAH  Pembiayaan proyek-proyek infrastruktur strategis nasional yang
mempunyai nilai komersial.
Pinjaman Jangka Panjang yang berasal dari masyarakat untuk  Prioritas proyek:
membiayai proyek infrastruktur publik yang: o Mendukung pencapaian target prioritas pembangunan;
 menghasilkan penerimaan bagi APBD; dan/atau o Memiliki manfaat ekonomi dan sosial;
 memberikan manfaat bagi masyarakat. o Memiliki kelayakan komersial dan memenuhi kriteria kesiapan

Tantangan Pengaturan ke Depan


• Menambah pengaturan mengenai: • Menambahkan lembaga pembiayaan yang mendapat penugasan khusus
- pemberian Pinjaman dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kab/kota sebagai bagian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.
atau sebaliknya; • Menyesuaikan pertimbangan Mendagri hanya pada penerusan pinjaman
- pemberian Pinjaman antar pemerintah daerah; dan utang luar negeri dan Obligasi Daerah sesuai dengan UU 23/2014.
- pemberian Pinjaman pemerintah daerah kepada BUMD. • Memperluas cakupan penggunaan Pinjaman Jangka Panjang sehingga dapat
- penerbitan Obligasi Daerah Syariah. diteruspinjamkan dan/atau dijadikan penyertaan modal kepada BUMD.
• Memperbaiki formula DSCR dan penetapan angka DSCR oleh Menkeu.
KEBIJAKAN PINJAMAN DAERAH
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Pengantar

• Sebagai negara yang baru saja menjadi negara


berpenghasilan menengah(middle income country),
Indonesia perlu mewaspadai resiko terperangkap
dalam jebakan negara berpenghasilan menengah
(Middle Income Trap/MIT).
• Jebakan Pendapatan Menengah adalah istilah yang
menggambarkan ketidakmampuan suatu negara
untuk meningkat dari statusnya sebagai negara
berpendapatan menengah menjadi negara maju.
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Pengantar

• Untuk mendapatkan tingkat pertumbuhan tersebut,


dibutuhkan investasi yang cukup besar. Namun
dengan adanya keterbatasan anggaran Pemerintah,
maka penggunaan anggaran Pemerintah perlu
difokuskan pada sektor atau bidang yang dapat
mendorong pertumbuhan perekonomian.
• Apabila mengacu pada Global Competitive Index
(GCI)dari World Economic Forumsalah satu
komponen penting dalam daya saing nasional
adalah ketersediaan infrastruktur
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Pengantar
• Untuk menyediakan infrastruktur yang memadai guna
mendorong pertumbuhan perekonomian bukanlah hal
yang mudah, dibutuhkan pendanaan yang besar untuk
itu.
• Misalkan, dana indikatif kebutuhan pendanaan untuk lima
tahun (2015-2019) dalam rangka mendukung
perekonomian nasional dibutuhkan sekitar Rp. 1.114
triliun yang dipergunakan untuk membiayai kebutuhan di
bidang perkeretaapian, transportasi laut, transportasi
udara, transportasi penyeberangan, lalu-lintas dan
angkutan jalan, transportasi perkotaan dan transportasi
multimoda
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Pengantar

• Dengan adanya kebutuhan investasi di sektor


infrastruktur yang besar tersebut, dibutuhkan
efisiensi dalam penggunaan dana pemerintah dan
upaya untuk mencari sumber pembiayaan menjadi
sangat penting.
• Pencarian sumber pembiayaan ini tidak hanya
terbatas untuk Pemerintah Pusat saja, namun juga
untuk Pemerintah Daerah.
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Pengantar
• Hal ini dikarenakan tanggung jawab penyediaan
infrastruktur merupakan tanggung jawab bersama
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang
membedakan tanggung jawab tersebut adalah
cakupan kewenangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, misalnya terkait dengan
cakupan wilayah.
• Pengaturan mengenai hal tersebut terdapat pada
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintah Pusat dan
Daerah.
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Pola Pembiayaan Pembangunan


# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Pola Pembiayaan Pembangunan


# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Latar Belakang
Demokratisasi Desentralisasi

Urbanisasi TANTANGAN Revolusi Informasi


PEMERINTAH
DAERAH
Privatisasi
Akses Pasar Modal

Penyediaan Pelayanan
Infrastruktur Publik
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Survey Bank Dunia

Latar Belakang
Pemda di Philipina bertanggung jawab 2% atas
pembiayaan pembangunan, Tunisia (85%), Turki & Brasil
(15%), Negara maju Inggris, AS, Jerman Inggris (100%
utk infrastuktur)
Tantangan Kebutuhan
Pemerintah pembiayaan
Rata-rata NSB, pemda meminjam 6%
dari penerimaan mereka, AS (20%), Bld
(60%) Perancis 75% dari modal
investrasi Pemda
Pinjaman Daerah Obligasi Daerah

ANCAMAN DEFAULT Pemda tdk


Tekanan pada
mampu
pemerintah
menyediakan
Dampak Makro Ekonomi pusat
layanan publik

Kebijakan Prosedur Persayratan


Strategi Manajemen
Pembiayaan Pelayanan Pembiayaan
pinjaman dan
obligasi daearah
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

KEBIJAKAN PINJAMAN DAERAH


Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai
uang dari pihak lain sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

PRINSIP UMUM PINJAMAN DAERAH SUMBER PINJAMAN DAERAH


Pemerintah Pusat
Alternatif
Inisiatif Pemda Pembiayaan
Menutup defisit untuk  Menutup defisit APBD
membiayai pembangunan  Pengeluaran Pembiayaan
infrastruktur  Menutup kekurangan arus Lembaga Lembaga
Kas Keuangan Bank Keuangan Bukan
Bank

Pemerintah Obligasi
Daerah Lain Daerah
Dapat diteruskan kepada BUMD
Sebagai Pinjaman, Hibah dan/atau
penyertaan modal
SYARAT PINJAMAN DAERAH


75% ≥2,5

Tidak
Tidak memiliki
memiliki tunggakan Mendapat
Jumlah
Jumlah sisa
sisa pinjaman
pinjaman daerah
daerah
Rasio
Rasio kemampuan
kemampuan tunggakan Mendapat persetujuan
persetujuan
kepada Pemerintah
Pemerintah Pusat, Persyaratan
+
+ jumlah pinjaman yang
jumlah pinjaman yang akan
akan keuangan daerah
keuangan daerah untuk
untuk kepada Pusat, Persyaratan lain
lain yang
yang DPRD
DPRD untuk
untuk pinjaman
pinjaman
apabila
apabila Pinjaman
Pinjaman yang ditetapkan
ditarik
ditarik tidak
tidak melebihi
melebihi 75%
75% dari
dari mengembalikan
mengembalikan pinjaman
pinjaman yang ditetapkan oleh calon
oleh calon Jangka
Jangka Menengah
Menengah dandan
jumlah penerimaan
penerimaan umum
umum (DSCR) akan
akan diajukan
diajukan bersumber
bersumber pemberi pinjaman.
pinjaman. Panjang.
jumlah (DSCR) lebih
lebih dari
dari atau
atau dari
pemberi Panjang.
APBD
APBD tahun
tahun sebelumnya.
sebelumnya. sama
sama dengan 2,5.
dengan 2,5. dari Pemerintah Pusat.
Pemerintah Pusat.
13
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Historia Jumlah Sebaran Pinjaman daerah


Menurut kawasan di Idonesia 1978-1999

397

243
112
39
23

sumatera kalimantan Sulawesi Indonesia


jawa timur

Sumber: Dir. Jen Lembaga Keuangan-diolah (Sunarsip, 2006)


PINJAMAN DAERAH 2017 DAN 2018

Sumber Pinjaman Daerah 2017 Sumber Pinjaman Daerah 2018


Miliar Rupiah Miliar Rupiah

Penggunaan Pinjaman Daerah 2017


Miliar Rupiah
Penggunaan Pinjaman Daerah 2018
Miliar Rupiah

30
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Landasan Hukum Terbaru


Pinjaman Daerah

UU No.17/2003
Tentang Keuangan Negara
PP No. 23/2003
Tentang Pengendalian Jumlah
Kumulatif Defisit APBN dan APBD
Serta Kumulatif Pinjaman Permerintah
UU No.32/2004 Pusat dan Pemerintah Daerah
Tentang Pemerintahan Daerah

PMK No.54/2005
UU No. 33/2004 Tentang Pinjaman Daerah
Tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Kebijakan Pinjaman Daerah


(PP No. 54 tahun 2005)

Transaksi Penerimaan Uang

Definisi Atau menerima manfaat yang


bernilai uang

Daerah wajib membayar kembali

Pemerintah Pusat APBN/LUAR NEGERI

Pemda Lain
Sumber
Pinjaman
Lembaga Keuangan Bank/Non Bank

Masyarakat
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

PRINSIP PINJAMAN DAERAH

Tidak Boleh
Tidak Boleh
Menjaminkan
Menjaminkan
Pendapatan/aset
Pinjaman Pihak Lain
Daerah

Tidak Melebihi Batas


Defisit dan Kumulatif
Pinjaman Tidak Boleh Pinjam
Langsumng
Ke Luar Negeri
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Jenis dan Persyaratan Pinjaman Daerah

Pinjaman Jangka Pinjaman Jangka Pinjaman Jangka


Pendek Menengah Panjang

(PP < 1 thn anggaran) (1 thn < PM <Jabatan KD (1 thn < PM <Perjanjian

Kegiatan dianggarkan
Jumlah Pinjaman < 75% PU
Dalam APBD

Sifatnya mendesak dan tidak DSCR > 2,5


dapat ditunda
Tidak ada tunggakan
Persyaratan lainnya
Persetujuan DPRD
Prosedur Pinjaman dari Pemerintah Dananya
Berasal dari Luar Negeri

1 MENEG PPN
/BAPPENAS
Usulan kegiatan

PEMERINTAH 4
DAERAH

Rencana Pinjaman Daerah 2 5 CALON PEMBERI


MENTERI
PINJAMAN LN
Pertimbangan KEUANGAN
Negoisasi

3
MENTERI
DALAM NEGERI

Ya Tidak
Prosedur Pinjaman dari Pemerintah Dananya
Bukan Berasal dari Luar Negeri
Pemerintah daerah Menteri Keuangan

Usulan Pinjaman Penilaian

Persetujuan

Perjanjian antara
menteri Keuangan Disetujui Tidak
dan Kepala daerah setuju
Kasus Kota Tangerang: menghindari
Pinjaman
Pinjaman ADB Rp. 16.322.492.355
Jangka waktu 18 tahun
Grass Period 5 tahun 2001-2005
Bunga 11,75% per tahun
Commitment Fee 0,75% per tahun
Sisa Rp. 23.282.227.879

Metropolitan Pengelolaan
persampahan Air Limbah Terminal

Pengalaman Pinjaman

Mekanisme Kontrak Lama dan Persyaratan


memberatkan Penyediaan
Layanan dan
Kebijakan Pemkot: Menghindari Pinjaman Infrastruktur
TERBATAS
KEBIJAKAN OBLIGASI DAERAH
KEBIJAKAN OBLIGASI DAERAH
Obligasi Daerah merupakan salah satu bentuk Pinjaman Jangka Panjang yang berasal dari masyarakat untuk membiayai
proyek/kegiatan prasarana dan/atau sarana publik yang menghasilkan penerimaan bagi APBD dan/atau memberikan
manfaat bagi masyarakat
Definisi:
Obligasi Daerah di Indonesia
 Pinjaman yang bersumber dari Sesuai PP No. 30 Tahun 2011 dan PMK No.
masyarakat berupa surat utang yang 180/PMK.07/2016 yang merupakan revisi atas PMK
diterbitkan oleh pemerintah daerah dan No. 111/PMK.07/2012 tentang Tata Cara Penerbitan
dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah, disebutkan
tidak dijamin oleh pemerintah pusat. bahwa obligasi daerah yang diterbitkan oleh Pemda :
 Pemerintah Daerah dapat menerbitkan  Harus digunakan untuk membiayai Proyek yang
Obligasi Daerah sepanjang memenuhi menghasilkan pendapatan dan untuk kepentingan
publik.
Jenis:
persyaratan pinjaman dan hanya dapat
 Penerimaan hasil penerbitan Obligasi Daerah
dilakukan di pasar modal domestik dan masuk ke dalam Kas Daerah (APBD).
dalam mata uang Rupiah.  Jika proyek yang dibiayai oleh Obligasi Daerah
belum menghasilkan, maka Pemerintah Daerah
wajib untuk menutupi kebutuhan pembiayaan
 General Bond untuk pembayaran bunga obligasi tersebut.
Obligasi yang dijamin oleh Keuangan Pemerintah Daerah.
 Revenue Bond
Obligasi yang dijamin pengembaliannya dari hasil pengelolaan 24
proyek.
 Double Barreled Bond
Selain di jamin oleh hasil dari proyek juga di jamin
pembayarannya dari Keuangan Daerah.
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Peraturan perundangan yang menjadi landasan dalam


pelaksanaan penerbitan Obligasi Daerah
a.Undang-UndangNo. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
b.Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
c.Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
d.Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
e.Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan
f.Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah
g.Peraturan Menteri Keuangan No. 111/PMK.07/2012 tentang
Tatacara Penerbitan dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah.
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Definisi Obligasi daerah

 Obligasi adalah sertifikat yang diterbitkan oleh pemerintah daerah


atau suatu badan hukum sebagai bukti bahwa pemerintah atau
badan hukum tersebut telah melakukan pinjaman/utang kepada
pemegang sertifikat yang telah diterbitkannya, dimana pinjaman
tersebut akan dibayar kembali sesuai dengan jangka waktu dan
persyaratan yang telah sama-sama disetujui.
 Secara umum obligasi yang diterbitkan oleh lembaga pemerintah
atau badan hukum, baik oleh badan hukum pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah memiliki ciri-ciri dan karakteristik yang
sama.
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

• Menkeu melalui Peraturan Menkeu Nomor 147/PMK.07/2006


menetapkan Tatacara Penerbitan, Pertanggungjawaban,dan
Publikasi Informasi Obligasi Daerah yang berlaku mulai tanggal
29/12/2006
• Dalam kebijakan tersebut, yang dimaksud dengan obligasi daerah
adalah pinjaman daerah yang ditawarkan kepada publik melalui
penawaran umum di pasar modal. Obligasi daerah hanya dapat
diterbitkan di pasar modal domestik dan dalam mata uang rupiah.
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Tinjauan kelembagaan dilakukan berupa identifikasi


lembaga yang terlibat dalam penerbitan Obligasi Daerah

• a. Regulator
Regulator adalah instansi pemerintah yang memiliki kewenangan
untuk mengatur dan mengawasi penawaran umum Obligasi Daerah
di pasar modal, terdiri dari (i) Kementerian Keuangan berperan
dalam perizinan permohonan usulan penerbitan Obligasi Daerah,
dan (ii) Otoritas Jasa Keuangan terkait tugas pengaturan dan
pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal.

b. Self Regulatory Organizations (SRO)


Self Regulatory Organizations merupakan lembaga yang berwenang
untuk mengeluarkan peraturan bagi kegiatan usahanya. Di pasar
modal, SRO terdiri dari (i) Lembaga Kliring dan Penjaminan, (ii) Bursa
Efek, dan (iii) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

c. Emiten
•Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum. Dalam hal
penerbitan Obligasi Daerah, pihak yang menjadi emiten adalah
pemerintah daerah.
d. Pemegang Efek
•Pemegang efek adalah pihak yang menanamkan modalnya dalam
bentuk pemberian pinjaman pada pemerintah daerah. Dalam hal ini
pemegang efek bertindak sebagai investor.
e. Perusahaan Efek
•Perusahaan efek adalah perusahaan yang mempunyai aktifitas
sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, manajer
investasi atau gabungan dari ketiga kegiatan itu.
f. Profesi Penunjang
•Profesi penunjang merupakan pihak-pihak yang karena profesinya,
turut menunjang terlaksananya penawaran umum di pasar modal,
seperti Akuntan publik, Notaris, Konsultan hukum dan Penilai. Profesi
penunjang harus terdaftar dalam Otoritas Jasa Keuangan..
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

g. Lembaga Pendukung
•Lembaga pendukung merupakan pihak-pihak yang berperan dalam
pelaksanaan penawaran umum Obligasi Daerah di pasar modal,
namun tidak terlibat secara langsung dalam proses transaksi
perdagangan efek, seperti (i) Wali amanat, dan (ii) Lembaga
Pemeringkat Efek.
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Landasan Hukum Obligasi Daerah

UU No.8/1995
Tentang Pasar Modal

UU No.17/2003
UU No.54/2005
Tentang Keuangan
Tentang Pinjaman Daerah
Negara

UU No.33/2004 PMK No.147/PMK/206 tentang Tata


Tentang Perimbangan Cara Penerbitan,
keuangan antara Pusat Pertanggungjawaban, dan Publikasi
dan Pemerintah Daerah Informasi Obligasi Daerah
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Definisi Obligasi Daerah


PP No. 54 tahun 2005
Surat Pengakuan Hutang

Dikeluarkan oleh Pemerintah


Daerah
Obligasi Daerah

Penawaran Umum di Pasar


Modal

Dijamin Pemerintah Daerah


# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Prinsip penerbitan Obligasi daerah PP No.54


tahun 2005
• Tidak dijamin oleh pemerintah pusat
• Diterbitkan di pasar modal
• Obligasi yang boleh diterbitkan adalah obligasi pendapatan
• Diterbitkan dalam bentuk rupiah
• Nilai obligasi saat jatuh tempo = Nilai obligasi saat diterbitkan
• Jaminan obligasi daerah adalah proyek dan aset yang melekat pada
proyek
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Jenis Resiko Obligasi Daerah

Persaingan

Resiko Daerah Kebijakan/peraturan


daerah lain

Kebijakan/Peraturan
Pemerintah Pusat
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Persaingan

• Resiko Proyek Kebijakan Pemerintah


Pusat

Resiko kegagalan
pembangunan proyek
maupun saat
operasional proyek
Sumber daya manusia
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Catatan Penting Obligasi Daerah di Indonesia

• Obligasi daerah tidak membebani APBD


• Diperlukan lembaga pemeringkat efek
• Kemampuan pemda untuk membayar pokok dan bunga obligasi
• Pengawasan ketat manajemen obligasi daerah
• Kesiapan pemerintah daerah
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Jenis Obligasi

a. Obligasi Umum (General Obligation – GO Bond)


Surat utang jangka panjang yang pembayarannya kembali dijamin
oleh pemerintah melalui pajak yang dikumpulkannya. Oleh karena
itu pemasarannya lebih mudah karena adanya sumber dana yang
pasti untuk pembayaran kembali. Biasanya obligasi umum
digunakan untuk investasi dibidang prasarana pelayanan
masyarakat seperti prasarana kesehatan, sanitasi, dan sarana
pendidikan. Karena dijamin dengan penerimaan dari pajak, maka
tentu saja untuk penerbitannya memerlukan persetujuan dari para
pembayar pajak daerah melalui Dewan Perwakilan rakyat (DPR).
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

b. Obligasi Pendapatan (Revenue Bond)


Obligasi jenis ini dikeluarkan dalam rangka membiayai proyek-
proyek yang menghasilkan pendapatan. Pembayaran kembali
obligasi ini dijamin dari hasil proyek yang dibiayai dengan dana
obligasi tersebut atau dijamin dengan pendapatan tertentu dari
suatu proyek, dan bukan oleh kemampuan mengumpulkan pajak si
penerbit obligasi. Umumnya dana dari hasil obligasi ini digunakan
untuk investasi jalan tol, pengelolaan limbah dan sampah, dan
investasi untuk air bersih. Obligasi ini dapat diterbitkan tanpa
persetujuan dari pembayar pajak (DPR).
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

c. Obligasi Double-Barrel (Hybrid Obligation) atau Double Barreled


Bond. Jenis obligasi ini merupakan kombinasi antara obligasi umum
(GO Bond) dengan Revenue Bond. Obligasi ini didukung atau dijamin
oleh pendapatan dari proyek yang dibiayai dengan dana hasil
penerbitan obligasi tersebut. Namun bila proyek tersebut gagal,
maka pembayaran obligasi tersebut dibayar dari hasil pajak yang
dikumpulkan oleh pemerintah. Jenis obligasi ini dianggap sebagai
obligasi dengan resiko yang relatif rendah dibanding dengan jenis
obligasi yang lainnya. Karena itu, tingkat bunganya juga lebih rendah
sesuai dengan tingkat resikonya.
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Komentar atas Obligasi Daerah

• Pembiayaan melalui penerbitan obligasi memang merupakan


alternatif pembiayaan yang relatif murah dan dana yang bisa
diperolehnya cukup besar, tetapi itu semua akan disertai banyak
konsekuensi yang harus dipenuhi oleh pemda sebagai issuer.
• Dalam menerbitkan obligasi pemda harus mengacu pada kebutuhan
riil dan kemampuan bayar. Pemerintah pusat tampaknya
mengantisipasi hal ini, itu terlihat bahwa persyaratan yang
ditetapkan bahwa total hutang pemda termasuk kelonggaran
tariknya tak boleh melebihi 75% APBD. Rasio kemampuan keuangan
daerah untuk mengembalikan pinjaman (debt service coverage
ratio/DSCR) tak boleh melebihi 2,5.
• Penerbitan obligasi daerah hanya cocok dilakukan oleh daerah-
daerah tertentu saja, terutama untuk daerah-daerah kaya secara
finansial. daerah-daerah yang hanya memiliki kemampuan finansial
minim sebaiknya tidak perlu mengeluarkan obligasi karena justru
akan memberatkan keuangan daerah
• Penerbitan obligasi daerah memerlukan pengawasan yang sangat
ketat dari otoritas moneter nasional karena masa berlakunya
pemerintahan di daerah pada umumnya lebih pendek dibandingkan
dengan umur obligasi daerah itu sendiri.
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

• Tanpa manajemen utang yang ketat, potensi mengalami gagal


bayar (default) dikhawatirkan bisa terjadi pada saat obligasi
tersebut jatuh tempo, apalagi obligasi yang diterbutkan sangat
berpengaruh pada kondisi makro ekonomi terutama terhadap
nilai tukar rupiah.
• Pengalaman Argentina barangkali bisa menjadi pelajaran
berharga bagi Indonesia. Argentina pada tahun akhir 1980-an
menjadikan obligasi sebagai sumber pembiayaan. Banyak
obligasi yang diterbitkan tanpa memikirkan beban pada saat
jatuh tempo. Pada akhir 2002, kita menyaksikan ekonomi
Argentina diambang kehancuran dan memicu kerusahaan
massa akibat utang yang terbayar.
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Tahapan Persiapan Penerbitan


Obligasi Daerah
Yang perlu dilakukan pemerintah daerah sebelum
menerbitkan obligasi adalah menyiapkan Tim
Persiapan Penerbitan Obligasi Daerah (TPPOD). Tim
bertugas menyiapkan segala perangkat hukum dan
kelembagaan yang diperlukan untuk penerbitan
obligasi daerah tersebut.
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Siapkah pemerintah daerah?

Persiapan pemerintah yang harus dilakukan untuk penerbitan obligasi


adalah:
1. penerapan standar akuntansi keuangan pemerintah,
2. debt management unit (DMU) obligasi daerah, Selama ini
pengelolaan utang ditangani oleh bagian anggaran. Pengelolaan
utang yang memadai sangat diperlukan dalam kaitan dengan
penerbitan obligasi tersebut.
3. sumber daya manusia pengelola DMU,
4. menentukan lembaga rating agency (RA),
5. menentukan lembaga penjamin,
6. sosialisasi obligasi daerah.
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Mekanisme Penerbitan Obligasi Daerah


# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Pengalaman Obligasi daerah Cina


Pengalaman
Default Daerah Obligasi tidak
1990 boleh melebihi
30% project cost Outstanding kumulatif
obligasi tidak boleh
melebihi 40% dari aset
The Budgeting law lembaga penerbit
1995 larangan
menerbitkan Obligasi
Daerah

Obligasi Daerah hanya


boleh diterbitkan dgn Penjamin harus memiliki 3
alasan khusus oleh tahun operasi yang profitable
Pemda atau BUMD

Pembiayaan transportasi
Shanghai melalui Obligasi Obligasi harus di dijamin oleh
Shanghai Urban Invesment lembaga keuangan atau
Corporation (BUMD) pihak ketiga pemilik aset
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Pengalaman Obligasi Daerah Amerika

Obligasi Daerah dijamin


oleh asuransi untuk UU Pajak Penghasilan feredal (tax
menurunkan resiko reform Act of 1986, pendapatan
investasi bunga atas obligasi daerah tidak
dikenakan pajak pendapatan
federal

Obligasi Daerah adalah


pinjaman pemerintahnlokal
atau perusahaan publik milik
pemerintah lokal seperti
BUMD Penerbit wajik menyatakan
detail keuangannya dalam
prospectus yang diperoleh di
bank investasi melalui internet
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

Obligasi daerah di Amerika Serikat

Obligasi daerah mempunyai beberapa karakteristik yaitu:


• Pendapatan yang diperoleh kreditor atas bunga obligasi
daerah tidak dikenakan pajak pendapatan federal atau
pemerintah.
• Diterbitkan oleh negara bagian atau pemerintah daerah.
• Penerbitan obligasi daerah tidak menggunakan propekstus
tetapi menggunakan official statement, yaitu sejenis surat
pernyataan resmi emiten yang diajukan kepada Securities
Exchange Commision (SEC) atau Badan Pengawas Pasar
Modal (Indonesia).
• Mencantumkan nilai nominal dan kupon bunga.
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

• Di Amerika serikat, sebelum tahun 1986 municipal


bond dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu:
• Public purpose bonds yaitu obligasi daerah yang
digunakan untuk tujuan umum.
• Private activity bonds yaitu obligasi daerah yang
diterbitkan untuk tujuan kegiatan pribadi.
• Nongovernmental purpose bonds yaitu obligasi
daerah yang digunakan untuk kegiatan
nonpemerintah.
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU)

KPBU adalah Kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha dalam SKEMA
penyediaan layanan infrastruktur untuk kepentingan umum berdasarkan
perjanjian kedua belah pihak dengan memperhatikan prinsip pembagian risiko.
(Perpres No. 38/2015)

KEUNGGULAN
• KPBU bukan berfokus pada pengadaan aset. KPBU adalah kerjasama antara
Pemerintah dengan pihak swasta untuk mencari solusi yang paling efektif dan
efisien dalam upaya menyediakan jasa/layanan publik bagi masyarakat dalam
jangka waktu yang relatif panjang.
• Risiko teralokasi kepada pihak-pihak yang paling kompeten untuk
mengendalikannya.
Contoh KPBU: SPAM Umbulan • Risiko politik dan perubahan kebijakan sepenuhnya ditanggung oleh PJPK
(Pemerintah).
• Risiko konstruksi, risiko pasar dan risiko operasi ditanggung oleh pihak
Badan Usaha.
• Transparan sehingga akan mengurangi intervensi politik.
• Adanya Kepastian Pengembalian Investasi dijamin oleh Pemerintah.
50
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

PEMBIAYAAN INVESTASI NON ANGGARAN (PINA)


PINA adalah mekanisme pembiayaan proyek investasi prioritas Prioritas proyek yang dipilih untuk didanai dengan skema PINA yaitu:
yang dananya bersumber selain dari Anggaran Pemerintah yang 1. Mendukung pencapaian target prioritas pembangunan
didorong dan difasilitasi oleh Kementerian PPN/Bappenas 2. Memiliki manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat Indonesia
3. Memiliki kelayakan komersial
TUJUAN
1.mendukung pencapaian target pembangunan nasional; 4. Memenuhi kriteria kesiapan (readlines criteria)
2.memenuhi kebutuhan pembiayaan investasi dalam negeri; Sumber pembiayaan PINA yaitu :
3.melakukan konsolidasi dana jangka panjang; 1. Penanaman Modal;
4.meningkatkan daya saing Indonesia di pasar internasional; 2. Dana Kelolaan;
5.menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik; 3. Perbankan;
6.mengoptimalkan kontribusi Penerima Modal dan Penanam Modal terhadap 4. Pasar Modal;
proyek- proyek pembangunan Indonesia; dan 5. Asuransi;
7.meningkatkan kapasitas pembiayaan investasi melalui optimalisasi aset untuk 6. Lembaga Pembiayaan;
mencapai tujuan pembangunan nasional. 7. Lembaga Jasa Keuangan Lain; dan
8. Pembiayaan Lain yang Sah.

Contoh PINA: Proyek Tol Trans Jawa (1

51
# KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH:
DAERAH: Pinjaman dan Obligasi Daerah

PEMBIAYAAN INVESTASI NON ANGGARAN (PINA)


PINA adalah mekanisme pembiayaan proyek investasi prioritas Prioritas proyek yang dipilih untuk didanai dengan skema PINA yaitu:
yang dananya bersumber selain dari Anggaran Pemerintah yang 1. Mendukung pencapaian target prioritas pembangunan
didorong dan difasilitasi oleh Kementerian PPN/Bappenas 2. Memiliki manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat Indonesia
3. Memiliki kelayakan komersial
TUJUAN
1.mendukung pencapaian target pembangunan nasional; 4. Memenuhi kriteria kesiapan (readlines criteria)
2.memenuhi kebutuhan pembiayaan investasi dalam negeri; Sumber pembiayaan PINA yaitu :
3.melakukan konsolidasi dana jangka panjang; 1. Penanaman Modal;
4.meningkatkan daya saing Indonesia di pasar internasional; 2. Dana Kelolaan;
5.menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik; 3. Perbankan;
6.mengoptimalkan kontribusi Penerima Modal dan Penanam Modal terhadap 4. Pasar Modal;
proyek- proyek pembangunan Indonesia; dan 5. Asuransi;
7.meningkatkan kapasitas pembiayaan investasi melalui optimalisasi aset untuk 6. Lembaga Pembiayaan;
mencapai tujuan pembangunan nasional. 7. Lembaga Jasa Keuangan Lain; dan
8. Pembiayaan Lain yang Sah.

Contoh PINA: Proyek Tol Trans


Jawa (12 Ruas

52

Anda mungkin juga menyukai