Anda di halaman 1dari 102

Rencono Detoil Toto Ruong

Kowoson Perkotoon Kec.


Kroton Kobupoten Posuruon

Oleh: 3613100007
3613100008
3613100009
3613100017
3613100021
3613100023
3613100027
3613100030
3613100038
3613100042
3613100046
LaporanPendahuluanRDTRKPerkotaanKraton

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Kota merupakan suatu kawasan yang memiliki peranan penting bagi wilayah dalam
berbagai aspek. Sebagaiman telah disebutkan dalam Lampiran Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum 20 PRT M 2011 bahwa kota adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Penataan
ruang di perkotaan lebih diprioritaskan karena pembangunan perkotaan memang
dirancang untuk menjadi pusat wilayah yang tentunya membutuhkan berbagai macam
infrastruktur pendukung demi memenuhi kebutuhan kota yang selalu berkembang lebih
pesat dibandingkan kawasan lain di sekitarnya. Perkembangan wilayah perkotaan yang
sangat pesat dapat berdampak terhadap berbagai macam hal, baik hal positif maupun
negatif. Dampak negatif atau permasalahan yang sering dihadapi oleh sebagian besar
kota di Indonesia ialah ketersediaan lahan perkotaan yang semakin berkurang. Masalah
lahan di perkotaan timbul karena semakin padatnya penduduk yang tinggal di kota
tersebut sebagai dampak dari pesatnya pembangunan di kota. Harga lahan di
perkotaan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, menjadikan lahan di perkotaan
menjadi investasi yang berharga bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan.
Akibat dari semakin mahalnya harga lahan di perkotaan, seringkali terjadi konflik yang
memperebutkan lahan tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan suatu rencana pengelolaan
kawasan perkotaan secara optimal dan efisien untuk menghindari konflik-konflik
mengenai lahan yang seringkali terjadi di wilayah perkotaan. Selain itu, rencana
pengelolaan kawasan perkotaan juga bertujuan untuk menciptakan pembangunan kota
yang menyelaraskan kehidupan ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan sehingga
tercipta pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan tentunya membutuhkan suatu perencanaan yang mampu menyelaraskan
tiga aspek penting dalam pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011, perencanaan di setiap kawasan perkotaan
dan/atau kawasan strategis kabupaten /kota diatur dalam suatu RDTR (Rencana Detail
Tata Ruang). RDTR ialah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah
kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota.
Kecamatan Kraton merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Pasuruan yang sudah mulai menunjukkan ciri-ciri sebagai kawasan
perkotaan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa setiap kawasan perkotaan

I-1
di suatu Kabupaten/Kota harus memiliki dokumen perencanaan yang termuat dalam
RDTRK. Dokumen perencanaan ini dibutuhkan untuk memaksimalkan dan
merencanakan pemanfaatan serta pengendalian ruang yang terdapat di kawasan
perkotaan Kecamatan Kraton. Hal tersebut dikarenakan ruang yang terdapat di kawasan
perkotaan akan memiliki laju pertumbuhan yang besar jika dibandingkan daerah-daerah
lainnya. Oleh sebab itu, keberadaan RDTRK Perkotaan Kecamatan Kraton akan mampu
mengendalikan dan mengarahkan laju pertumbuhan tersebut sehingga tercipta
pembangunan yang berkelanjutan.

1.2 DASAR HUKUM


Adapun dasar hukum yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang Kota ini adalah :
1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah.
6. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
7. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang.
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pelaksanaan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang.
10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang Kawasan
Lindung.
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 tentang Penyusunan
Rencana Kota.
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang di Daerah.
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran
Serta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah.
14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 650 – 658 tentang Keterbukaan Rencana
Kota Untuk Umum.
15. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327/KPTS/M/2002
tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang.
16. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327/KPTS/M/2002
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan.
17. Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri Nomor 648-384 tahun 1992,
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 738/KPTS/M/1992 dan Menteri Negara Perumahan
Rakyat Nomor: 09/KPTS/1992 tentang Pedoman Pembangunan Perumahan dan
Permukiman dengan Lingkungan Hunian yang Berimbang.
18. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk
Penataan Ruang Wilayah
19. Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 11 Tahun 1991 tentang Penetapan Kawasan
Lindung Propinsi Jawa Timur.
20. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pelestarian
Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya

1.3 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN


Maksud dari penyusunan RDTRK ini adalah mewujudkan rencana detail tata ruang
yang mendukung terciptanya kawasan strategis maupun kawasan fungsional secara
terpadu, serasi, selaras dan seimbang dengan lingkungan serta berdaya guna sesuai
dengan fungsi dan manfaatnya.
Tujuan penyusunan ini adalah menyusun Rencana Detail Tata Ruang Bagian-
Bagian Wilayah Perkotaan di Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan. Adapun sasaran
yang ingin dicapai adalah :
a. Teridentifikasinya dan terpilihnya Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) yang akan
direncanakan
b. Terdeliniasinya wilayah perencanaan
c. Tersusunnya gambaran awal wilayah perencanaan
d. Tersusunnya metode dan organisasi pelaksanaan kegiatan
e. Teridentifikasinya potensi, issue, dan masalah terkait penataan ruang yang berkembang
pada wilayah studi
f. Tersusunnya analisis kebutuhan pengembangan kawasan yang berbasis pada issue
pokok dan permasalahan di wilayah studi
g. Tersusunnya skenario, konsep, dan strategi pengembangan ruang
h. Tersusunnya rencana pola ruang dan pengembangan infrastruktur
i. Tersusunnya rencana implementasi pemanfaatan ruang kawasan
j. Tersusunnya pengendalian pemanfaatan ruang kawasan
1.4 RUANG LINGKUP
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah perencanaan ini adalah Kecamatan Kraton Kabupaten
Pasuruan, dengan luas wilayah perencanaan sebesar 50,79 Km 2. Adapun batas-
batas administrasi wilayah Kecamatan Kraton adalah :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Kecamatan Gadingrejo Kota Pasuruan
Sebelah Selatan : Kecamatan Pohjentrek
Sebelah Barat : Kecamatan Rembang dan Bangil

1.4.2 Ruang Lingkup Kegiatan


Ruang lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :
A. PENYUSUNAN LAPORAN PENDAHULUAN
Pokok-pokok materi yang disampaikan adalah:
 Identifikasi kawasan
 Deliniasi kawasan
 Gambaran awal kawasan
 Penyusunan rencana kerja dan metodologi penyusunan rencana tata ruang
 Penyusunan organisasi pelaksanaan pekerjaan
B. PENYUSUNAN SURVEY
Pokok-pokok pekerjaan yang dilakukan adalah:
 Penyiapan metode pelaksanaan survey
 Persiapan teknis dan administrasi yang berupa penyiapan surat-menyurat, peta
dasar, daftar pertanyaaan, peralatan survey dan lain-lain yang digunakan
C. SURVEY/ INVENTARISASI DATA
Pokok pekerjaan yang dilakukan meliputi kegiatan:
Survey data instansional, berupa pengumpulan data atau perekaman dari instansi-
instansi. Hasilnya adalah uraian fakta dan informasi baik dalam bentuk data angka
atau peta mengenai keadaan wilayah studi, serta rencana dan kebijakan
pembangunan makro.
Identifikasi pemanfaatan ruang, merupakan upaya pemindahan situasi lapangan
terbaru kedalam format dua dimensi dengan dilengkapi data-data teknis yang
diperlukan. Output kegiatan ini meliputi :
 Pemetaan jenis pemanfaatan ruang
 Pemetaan penyebaran lokasi sarana dan prasarana
Identifikasi intensitas pemanfaatan lahan
 Koefisien dasar bangunan
 Koefisien lantai bangunan
 Garis sempadan bangunan
ldentifikasi jaringan jalan
 Fungsi jalan
 Karakter geometrik jalan yang meliputi lebar Damaja, Damija, dan Dawasja.
 Karakter lalu lintas baik kendaraan bermotor rnaupun tidak bermotor (volume
lalu lintas), arus manusia pejalan kaki dan lain-lain, tempat parkir dan lainnya
 Permasalahan lalu lintas
Identifikasi prasarana
 Jaringan listrik
 Jaringan telepon
 Jaringan air bersih
 Jaringan air limbah (jika ada)
 Jaringan drainase
 Sistim pembuangan sampah
ldentifikasi kependudukan dan karakter sosial
 Jumlah dan laju pertambahan penduduk
 Kepadatan penduduk
 Komposisi penduduk
 Angka kemiskinan dan ketenagakerjaan
Identifikasi struktur ruang
 Orientasi keruangan
 Peran dan fungsi wilayah studi dalam konstelasi kawasan yang lebih luas
(Kabupaten Pasuruan)
Identifikasi fasilitas pelayanan kota yang meliputi jenis, jumlah, distribusi / sebaran,
cakupan pelayanan, antara lain :
 Fasilitas pendidikan
 Fasilitas kesehatan
 Fasilitas peribadatan
 Fasilitas perniagaan
 Fasilitas olahraga dan rekreasi
 Fasilitas pemerintahan dan layanan umum
 Fasilitas ruang terbuka hijau
 Fasilitas lainnya
Keseluruhan identifikasi tersebut harus tampak secara jelas dalam peta dengan skala
1 : 5.000 ataupun dalam deskripsi lain yang mudah terbaca, sehingga dapat dijadikan
landasan bagi pekerjaan selanjutnya. Penggambaran peta skala 1 : 5.000 dengan
menggunakan GIS.
D. KOMPILASI DATA
Kompilasi data merupakan rekapitulasi hasil survei data primer dan data
sekunder. Dalam kegiatan ini dilakukan seleksi dan sistematisasi data melalui
tabulasi atau penyusunan data secara sistematis sesuai dengan kebutuhan. Hasil
dari kegiatan ini adalah tersusunnya informasi yang lengkap tentang wilayah studi
dan dapat digunakan pada tahap analisa. Output dari tahap ini berupa susunan
data/informasi yang sudah terpilah sesuai dengan aspek-aspek / komponen
perencanaan.

E. ANALISA
Pada dasarnya pekerjaan analisa meliputi :
- Penilaian terhadap kondisi potensi dan permasalahan ruang yang ada
- Perkiraan trend pengembangan kawasan saat ini
- Analisis kesesuaian antara kondisi eksisting wilayah studi dengan rencana tata ruang
pada tingkat makro
- Penentuan tema sentral pengembangan wilayah studi
- Analisis kebutuhan penataan dan pengembangan wilayah studi
- Penilaian kapasitas / daya tampung ruang
- Analisis perumusan konsep penataan ruang wilayah studi
Hasil dari kegiatan inventarisasi data, kompilasi data, dan analisa
diakomodasikan dalam buku Laporan Fakta dan Analisa

F. PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG


Rencana tata ruang memuat rumusan rencana yang bersifat operasional yang
dapat dijadikan pedoman bagi setiap kegiatan pembangunan, pelaksanaan program-
program penataan fisik, dan pengendalian pemanfaatan ruang, baik yang
dilaksanakan oleh warga, pelaku ekonomi, maupun pihak Pemerintah
Substansi rencana tata ruang meliputi :
- Rencana pola ruang
- Rencana intensitas pemanfaatan ruang
- Rencana sistem transportasi
- Rencana penataan fasilitas
- Rencana penataan infrastruktur
- Rencana implementasi
- Pengendalian pemanfaatan ruang
1.4.3 Jangka Waktu Kegiatan
Jangka waktu kegiatan pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan untuk kebutuhan Praktek
Perencanaan Kota adalah selama 22 (dua puluh dua) minggu atau seratus lima puluh
empat hari sejak terbitnya Kerangka Acuan Kerja.

1.5 TANGGAPAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA (TOR)


Kerangka acuan kerja (KAK) merupakan suatu acuan dalam melakukan proses
penyusunan proposal/laporan pendahuluan ini. Laporan pendahuluan ini akan
digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Kecamatan Kraton. Dengan demikian, semakin detail KAK yang diberikan
akan semakin jelas arahan kerja yang dimaksud sehingga dalam melakukan proses
penyusunan laporan pendahuluan tidak terjadi multitafsir pemahaman KAK yang juga
berpengaruh pada proses penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Kecamatan Kraton selanjutnya.
Dalam KAK telah dijelaskan suatu kerangka kerja yang mampu memproyeksikan apa
saja yang akan dilakukan dan dibutuhkan mulai dari perumusan permasalahan, tujuan
dan sasaran hingga SDM yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan kegiatan yang
diharapkan.
Secara substansi KAK yang diberikan telah mampu menjelaskan secara runtut
proses kerja yang akan dilakukan mulai wilayah yang direncanakan yang terdiri dari
sedikit gambaran potensi dan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup wilayah,
ruang lingkup kegiatan dan organisasi kerja. Meskipun demikian terdapat beberapa
kekurangan terhadap KAK yang diberikan. Terdapat beberapa subtansi yang
seharusnya perlu dijelaskan lebih tetapi tidak dijelaskan di KAK dan beberapa hal yang
perlu diidentifikasi tetapi tidak dijelaskan di KAK seperti pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK)
NO. ASPEK PEMAHAMAN TANGGAPAN USULAN
1. Gambaran Umum Kawasan Sudah Jelas -
2. Tujuan Dan Sasaran Sudah Jelas -
3. Ruang lingkup yang diarahkan Seharusnya dijelaskan bagian
Ruang Lingkup wilayah adalah kawasan perkotaan di kawasan perkotaan mana saja
Kabupaten Pasuruan yang bisa diambil. Kawasan
utama ataukah pendukung.
4. 4.1 Proposal/ Laporan Sudah jelas
Ruang Lingkup Kegiatan Pendahuluan
4.2 Persiapan Survey Sudah jelas
4.3 Survey dan Inventarisasi a. Dimasukkan kedalam
data: inventarisasi data intensitas
a. Tidak mencantumkan pemanfaatan ruang untuk
identifikasi ketinggian mempermudah inventarisasi
bangunan data Koefisien Lantai Bangunan
b. Tidak mencantumkan rute (KLB)
sarana angkutan umum masal b. Dimasukkan kedalam
(SAUM) yang melewati inventarisasi data transportasi
kawasan studi untuk mengetahui moda
c. Tinjauan yang tertulis di angkutan yang dapat
KAK adalah Kabupaten menghubungkan wilayah studi
Bangkalan, padahal wilayah dengan wilayah lain dan
studi yang diarahkan adalah kemudahan analisa
kawasan perkotaan Kabupaten aksesibilitas
Pasuruan. Tinjauan Peran dan fungsi
wilayah studi ditinjau dari
RTRW Kabupaten Pasuruan
Sudah Jelas
4.4 Kompilasi Data

4.5 Analisa: a)Analisis kesesuaian


dilakukan perbandingan
Analisis kesesuaian kondisi eksisting dengan
wilayah studi dengan RTRW Kabupaten Pasuruan
rencana tata ruang karena orientasi wilayah studi
tingkat makro tidak di kawasan perkotaan
tepat jika dilakukan Kabupaten Pasuruan.
peninjauan terhadap b)Analisis kesesuaian lahan
RTRW Kabupaten seharusnya mengacu pada
Bangkalan. RTRW Kabupaten Pasuruan.
4.6 Penyusunan Rencana Rencana pengembangan SDM
Tidak adanya rencana dimasukkan kedalam salah
pengembangan SDM. satu rencana kawasan studi

5. Nama program studi Diganti menjadi Jurusan


Nama dan Organisasi Perencanaan Wilayah dan Perencanaan Wilayah dan Kota
Pengguna jasa Kota sudah tidak sesuai
dengan kondisi saat ini
6. Sudah jelas Sudah jelas
Metodologi

7. Sudah jelas Sudah jelas


Jangka Waktu Pelaksanaan

8. Tercantum ahli ekonomi dan Dihapuskan keahlian ekonomi


Keahlian kelembagaan. Namun dan kelembagaan pada laporan
mahasiswa belum selanjutnya atas saran dosen
mendapatkan mata kuliah pembimbing.
ekonomi wilayah.
9. Sudah jelas Sudah jelas
Output

10. Sudah jelas Sudah jelas


Waktu Perencanaan

11. Sudah jelas Sudah jelas


Referensi

12. Sudah jelas Sudah jelas


Pelaporan

Sumber: Analisa, 2015


1.6 SISTEMATIKA PELAPORAN
BAB I PENDAHULUAN
Pada penjelasan pendahuluan ini mencakup beberapa pembahasan, yakni latar
belakang, dasar hukum, maksud, tujuan serta sasaran Rencana Detail Tata Ruang Kota
(RDTRK), ruang lingkup, tanggapan terhadap TOR, dan sistematika pelaporan.
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN
Bab ini berisi tentang tinjauan kebijakan serta teori yang berkaitan dengan wilayah
perencanaan yaitu Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan.
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum wilayah perencanaan antara lain ditinjau
dari kondisi fisik dasar, penggunaan lahan, sumberdaya manusia (kependudukan),
sistem transportasi, sistem utilitas, fasilitas pelayanan umum, serta kondisi, jenis dan
tipe bangunan di wilayah perencanaan.
BAB IV METODE PERENCANAAN
Pada bab ini menjelaskan metode pendekatan perencanaan, kerangka pemikiran, serta
teknik dan analisa data.
BAB V MANAJEMEN KEGIATAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai struktur dan organisasi pelaksanaan pekerjaan,
komposisi personil, penugasan tenaga ahli, serta rencana kegiatan.
LaporanPendahuluanKec.Kraton

BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN
2.1 RTRW KECAMATAN KRATON KABUPATEN PASURUAN 2009-2029
2.1.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan
2.1.1.1 Rencana Sistem Pusat Pelayanan
A. Arahan Pengembangan Sistem Perkotaan
Kecamatan Kraton saat ini memiliki rencana sistem perkotaan, seperti adanya
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK). Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau
ibukota kecamatan atau beberapa desa/kelurahan, yakni seluruh ibukota
kecamatan yang tidak termasuk dalam Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang memiliki
fungsi dari masing-masing ibukota kecamatan tersebut antara lain pusat pelayanan
umum dan pemerintahan bagi desa-desa yang berada di wilayah administrasinya
dan pusat perdagangan dan jasa bagi desa-desa yang berada di wilayah
administrasinya.
B. Arahan Pengembangan Sistem Perdesaan
Arahan pengembangan sistem perdesaan dapat dilihat dari sistem pemusatan
perdesaan yang berkaitan dengan kawasan perkotaan, sistem pusat permukiman
pedesaan membentuk pusat pelayanan desa secara hierarki diantaranya sebagai
berikut:
1. Pusat pelayanan antar desa (PPL)
2. Pusat pelayanan setiap desa (PPd)
3. Pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman (PPds)
Distribusi permukiman perdesaan di Kecamatan Kraton menunjukkan
keberagaman yang tinggi, yakni ada yang terpusat ataupun terpencar. Pola ruang
seperti ini menjadikan pusat kegiatan perdesaan juga memiliki skala bermacam-
macam dan secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Setiap dusun memiliki pusat dusun
b. Setiap desa memiliki satu pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pusat desa
c. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala antar desa
d. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa
Secara diagramatis, sistem perdesaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

II-1
Gambar 2.1 Sistem Perdesaan
Sumber: RTRW Kabupaten Pasuruan Tahun 2009-2029

C. Rencana Sistem Perwilayahan


Setiap kawasan perkotaan akan memiliki jangkauan pelayanan tertentu sesuai
dengan kegiatan perkotaan masing-masing. Penentuan kegiatan pelayanan
perkotaan ini dibuat sesuai dengan pusat kegiatan perkotaan masing-masing dan
fungsi yang harus diemban bagi setiap wilayah pendukung masing-masing.
D. Hierarki (Besaran) Kawasan Perkotaan
Adapun hierarki perkotaan di Kecamatan Kraton adalah perkotaan sangat kecil.
Perkotaan ini diutamakan untuk kegiatan perdagangan dan jasa dengan fungsi
utama sebagai pengembangan kegiatan industri, pertanian, peternakan, dan
perikanan dan fungsi pendukung perdagangan dan jasa dan perkebunan.

2.1.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Kecamatan Kraton


2.1.2.1 Rencana Kawasan Lindung
Rencana Kawasan Lindung yang ada di wilayah Kecamatan Kraton meliputi:
a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, terdiri
dari kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air.
b. Kawasan perlindungan setempat, terdiri dari sempadan pantai, sempadan sungai,
kawasan sekitar danau atau waduk, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
c. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya, terdiri dari kawasan
suaka alam, kawasan cagar alam, kawasan pantai berhutan bakau, taman
nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, dan kawasan cagar budaya dan
ilmu pengetahuan.
d. Kawasan rawan bencana alam, terdiri dari kawasan rawan tanah longsor dan
kawasan rawan banjir.
e. Kawasan lindung geologi, terdiri dari kawasan rawan bencana alam geologi dan
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah. Kawasan rawan
bencana alam geologi sendiri, terdiri dari kawasan rawan letusan gunung berapi,
kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan gerakan tanah, serta kawasan yang
terletak di zona patahan aktif, sedangkan kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap air tanah, terdiri dari kawasan imbuhan air tanah dan sempadan mata air.
f. Kawasan lindung lainnya.
Kawasan lindung mempunyai fungsi utama untuk perlindungan sumber daya untuk
kawasan setempat dan atau kawasan pengaruhnya. Pemantapan kelestarian
kawasan lindung dapat dilakukan melalui pemanfaatan fungsi tanah baik pada
kawasan lindung mutlak maupun kawasan lindung bawahannya.
Strategi pemantapan kawasan lindung pada dasarnya harus dikaitkan dengan
konteks keseimbangan ekosistem dalam arti yang seluas-luasnya. Hal ini berarti bahwa
pemantapan kawasan lindung harus memperhatikan faktor-faktor lainnya, yaitu:
a. Keseimbangan hidrologis
b. Keseimbangan flora dan fauna
c. Keseimbangan cagar budaya
d. Perlindungan terhadap dampak lingkungan lainnya
Sedangkan strategi yang ditempuh dalam penataan kelestarian kawasan lindung di
Kecamatan Kraton adalah:
a. Penegasan batas nyata kawasan lindung dengan kawasan budidaya
b. Mengembalikan fungsi lindung bagi kawasan yang telah rusak
c. Pengelolaan kawasan lindung secara terpadu
d. Pengendalian konservasi tanah dan air pada kawasan lindung

2.1.2.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya


Rencana kawasan budidaya, meliputi kawasan hutan produksi, kawasan
pertanian, kawasan perkebunan, kawasan perikanan, kawasan peternakan, kawasan
pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan dan objek pariwisata,
kawasan permukiman, dan kawasan pesisir.
A. Kawasan Pertanian
Upaya penanganan atau pengelolaan kawasan pertanian di Kecamatan Kraton
dilakukan dengan cara:
a. Mendorong pembentukan sentra-sentra kawasan pertanian khusus dengan
pendekatan spasial yang kesemuanya harus tercakup dalam suatu kawasan yang
sinergi dan selaras mendukung pertanian yaitu Kawasan Agropolitan.
b. Penetapan kriteria teknis dan pola penataan lahan serta pengelolaan kawasan pada
masing-masing Kawasan Pertanian akan ditetapkan dan dikoordinasikan oleh
masing-masing Kepala Dinas terkait yang tugas dan tanggungjawabnya berkaitan
dengan Bidang Pertanian.
c. Rencana Kawasan Pertanian lahan basah (sawah).
d. Rencana Kawasan Pertanian Lahan Kering.
B. Kawasan Perkebunan
Rencana kawasan perkebunan yang ada di Kecamatan Kraton meliputi kawasan
perkebunan milik masyarakat yang tersebar di seluruh Kecamatan Kraton.
C. Kawasan Perikanan
Kawasan perikanan merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi perikanan.
Rencana pengembangan kawasan perikanan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya, dan
industri pengolahan hasil perikanan.
b. Tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
D. Kawasan Peternakan
Kawasan peternakan merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi peternakan
dan/atau padang penggembalaan ternak untuk berbagai jenis hewan ternak. Rencana
pengembangan kawasan peternakan yang ada di Kecamatan Kraton dikembangkan
menyebar di hampir semua Kecamatan Kraton, mengingat potensi yang adapun
menyebar di hampir disetiap kecamatan ini. Kawasan peternakan diklasifikasikan
menjadi 2 (dua), yaitu ternak besar dan ternak kecil. Yang dimaksud dengan ternak
besar adalah ternak sapi potong dan ternak sapi perah. Sedangkan ternak kecil disini
memiliki jenis ternak ayam buras pedaging, ayam buras petelur, itik, kambing/domba,
babi, kuda dan kerbau.
E. Kawasan Pertambangan
Kawasan pertambangan termasuk kelompok pertambangan mineral yang meliputi
pertambangan bahan galian diantaranya golongan galian strategis, golongan bahan
galian vital, dan golongan bahan galian yang tidak termasuk kedua golongan di atas.
Pada dasarnya penambangan adalah proses pemanfaatan sumber daya alam untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Semakin besar eksploitasi sumber daya alam
akan semakin besar pula gangguan terhadap keseimbangan lingkungan dengan
demikian kemungkinan terjadinya degradasi semakin besar pula, metoda penambangan
akan mempengaruhi besar kecilnya perubahan terhadap bentang alam. Kawasan
pertambangan yang ada di Kecamatan Kraton termasuk dalam kelompok mineral dan
batubara dengan jenis pertambangan bahan galian atau tambang yang meliputi batu
kapur, pasir kuarsa, pasir batu, kalsit, trass, kaolin, bentodit, marmer, zeolit, toseki,
feldspar, piropilit, dan fospat.
F. Kawasan Peruntukkan Industri
Kawasan peruntukkan industri meliputi kawasan industri, lokasi peruntukkan industri
serta kawasan industri tertentu untuk UMKM dan industri rumah tangga. Sektor industri
merupakan salah satu pendukung utama pembangunan ekonomi Kecamatan Kraton.
Hal ini terlihat dari kontribusi terhadap PDRB cukup besar terutama dari sektor
pengolahan. Didukung dengan posisi yang strategis maka Kecamatan Kraton
mempunyai prospek yang besar untuk berkembang sebagai wilayah industri, hal ini
ditandai dengan berkembangnya industri kecil yang ada di kecamatan ini.
Berdasarkan kondisi tersebut maka arah pengembangan kegiatan industi di
Kecamatan Kraton, adalah sebagai berikut:
a. Mendorong perkembangan kawasan industri Kecamatan Kraton.
b. Pengembangan industri, menyatu dengan Kawasan Industri atau cluster peruntukan
industri yang telah ada, untuk arah pengembangannya adalah kegiatan industi agro
(industri hasil pertanian) serta pengembangan industri kecil yang mempunyai kaitan
dengan berbagai industri.
G. Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman meliputi:
a. Kawasan Permukiman Perkotaan
b. Permukiman di sekitar kawasan industri. Permukiman ini
pengembangannya diarahkan di sekitar Kecamatan Kraton.
c. Permukiman di sekitar kawasan Pantai. Permukiman ini diarahkan disekitar
Kecamatan Kraton.
d. Kawasan Permukiman Perdesaan. Kawasan perdesaan merupakan daerah tempat
tinggal sebagian besar masyarakat Kecamatan Kraton yang kehidupan pokoknya
bersumber pada pola pertanian.
Kebijakan pengembangan sistem permukiman:
a. Mengarahkan struktur permukiman pusat perkotaan secara berhierarki dan
mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan agar tidak cenderung memusat
ke arah kawasan metropolitan di Kecamatan Kraton.
b. Menata pusat permukiman perkotaan SSWP direncanakan berperan sebagai pusat-
pusat mandiri.
c. Distribusi pemanfaatan ruang terbangun kawasan perkotaan secara merata untuk
mencegah kawasan permukiman padat.
d. Membentuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan minimal seluas 30%
dari luas wilayah kawasan permukiman perkotaan.
H. Kawasan Pesisir
Arahan rencana pengembangan kawasan pesisir di Kecamatan Kraton, yaitu:
a. Optimalisasi pemanfaatan lahan tambak dikembangkan di Kecamatan Kraton.
b. Pengembangan wisata bahari pada kawasan potensial, tetapi pemanfaatannya perlu
menjaga kelestarian hutan bakau yang ada.
c. Pengembangan kegiatan penelitian dan ilmu pengetahuan.
d. Memelihara hutan bakau yang bermanfaat untuk kelangsungan ekosistem pesisir.
Penataan kawasan budidaya dimaksudkan agar kegiatan yang dikembangkan dapat
memberikan kesejahteraan masyarakat secara merata di Kecamatan Kraton.
Pengembangan kawasan budidaya menyangkut aspek-aspek:
a. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya (produksi dan permukiman) secara
optimal sesuai dengan kemampuan daya dukung lingkungan.
b. Pengendalian dan pengaturan pemanfaatan ruang pada kewasan budidaya untuk
menghindari konflik kepentingan antar sektor kegiatan.
Dengan demikian strategi penataan kawasan budidaya pada dasarnya
memanfaatkan setiap kegiatan pembangunan yang berimplikasi terhadap ruang secara
optimal sesuai dengan daya dukung lahannya, sebagai upaya untuk mendukung
peningkatan laju pertumbuhan pembangunan daerah. Pemanfaatan kawasan budidaya
yang lokasinya berdekatan dengan kawasan lindung perlu pengawasan yang ketat agar
tidak saling mengganggu keseimbangan ekosistem masing-masing.
Disamping itu diperlukan juga pengembangan dan pembangunan jaringan
infrastruktur yang diharapkan dapat menunjang pemanfaatan kawasan budidaya agar
dapat memberikan hasil optimal, khususnya untuk kepentingan masyarakat. Strategi
yang ditempuh dalam penataan kawasan budidaya di Kecamatan Kraton adalah:
a. Menciptakan kesempatan ekonomi di kawasan budidaya
b. Menata ruang sesuai dengan daya dukung lingkungan
c. Penataan ruang untuk kegiatan industri yang terpisah dari kawasan perumahan
d. Penataan ruang untuk perdagangan
e. Penataan ruang untuk perumahan
f. Penataan ruang untuk pertanian
g. Pengembangan obyek wisata

2.1.2.3 Rencana Pola Ruang Kawasan Strategis


Kebijakan Penetapan Kawasan Strategis di Kecamatan Kraton adalah sebagai
berikut:
a. Pelestarian dan peningkatan fungsi sesuai dengan daya dukung lingkungan
sehingga terwujud pemanfaatan ruang yang berkelanjutan mendukung kehidupan di
wilayah Kecamatan Kraton.
b. Peningkatan dan pemantapan kawasan agar dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi wilayah dan mendorong peran wilayah Kecamatan Kraton dalam
perkembangan wilayah Provinsi dan Nasional.
c. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mewujudkan pemerataan pembangunan
dan mengurangi kesenjangan antar wilayah di Kecamatan Kraton, meningkatkan
taraf hidup masyarakat secara adil dan merata.
2.1.2.3.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Ketahanan
Ekonomi
a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ketahanan ekonomi di Kecamatan
Kraton, meliputi kawasan strategis dan kawasan tertinggal.
b. Peningkatan dan pemantapan kawasan agar dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi wilayah dan mendorong peran wilayah dalam perkembangan wilayah
Provinsi dan Nasional.
2.1.2.3.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Sosial Dan
Budaya
a. Melakukan pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta ruang
disekitar bangunan bersejarah, situs purbakala, dan kawasan dengan bentukan
geologi tertentu, serta mengembangkan kawasan tertinggal.
b. Kawasan Strategis (KS) dari sudut kepentingan sosial dan budaya, meliputi
kawasan adat tertentu, kawasan konservasi warisan budaya, termasuk warisan
budaya yang diakui sebagai warisan dunia.

2.1.2.4 Rencana Pola Ruang Kawasan Pengendalian Ketat


a. Pengendalian terhadap kawasan yang memerlukan pengawasan secara khusus
dan dibatasi pemanfaatannya untuk mempertahankan daya dukung, mencegah
dampak negatif, dan menjamin proses pembangunan yang berkelanjutan.
b. Kawasan Pengendalian Ketat adalah kawasan meliputi:
1. Wilayah aliran sungai
2. Transportasi terkait area atau lingkup kepentingan pelabuhan & kawasan
disekitar jalan arteri/tol
3. Jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
4. Kawasan pertanian Irigasi Teknis
LaporanPendahuluanKec.Kraton

BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH
Kecamatan Bangil memiliki luas 44.600 Ha. Letak geografis wilayah Bangil,
Kabupaten Pasuruan berada pada posisi yang sangat strategis yaitu jalur regional dan
jalur utama antara Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi. Kecamatan Bangil
merupakan pusat perkotaan menengah Kabupaten Pasuruan dimana memiliki fungsi
sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri dan pusat
kegiatan pendidikan. Oleh karena itu Kecamatan Bangil memiliki wilayah pendukung
atau wilayah pengembangan. Wilayah Pengembangan (WP)–Bangil, terdiri dari
Kecamatan Bangil, Kecamatan Rembang, Kecamatan Beji dan Kecamatan Kraton
dengan pusat pengembangan di Bangil.
Lokasi perencanaan yang diambil adalah kawasan perkotaan di Kecamatan
Kraton dimana kegiatan utama yang dikembangkan di Kecamatan Kraton adalah
kawasan kegiatan penunjang pertanian, perikanan dan peternakan. Berikut dijelaskan
mengenai gambaran umum dari Kecamatan Kraton.

3.1 KONDISI FISIK DASAR


3.1.1 Letak Geografis
Kecamatan Kraton secara geografis termasuk ke dalam Kabupaten Pasuruan
yang terletak antara 7,30o - 8,30o Lintang Selatan dan 112,30o - 113,30o Bujur Timur.
Luas total Kecamatan Kraton adalah 50,750 Ha. Secara umum, wilayah Kecamatan
Kraton memiliki 25 desa/kelurahan yang terbagi menjadi 106 dusun, 130 RW dan 408
RT. Batas fisik Kecamatan Kraton adalah sebagai berikut:
Utara : Laut Jawa
Timur : Kecamatan Gadingrejo Kota Pasuruan
Barat : Kecamatan Bangil
Selatan : Kecamatan Pohjentrek
Kawasan perkotaan Kecamatan Kraton meliputi wilayah administrasi:
1. Desa Kalirejo 3. Desa Kraton 5. Desa Curahdukuh
2. Desa Semare 4. Desa Tambakrejo 6. Desa Sidogiri
7. Desa Ngempit

III-1
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Kec. Bangil INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

PETA WILAYAH STUDI


KECAMATAN KRATON
KABUPATEN
PASURUAN
Kota Pasuruan
KETERANGAN

I" " I Batas Kecamatan

Batas Wilayah Studi

1 25000
LaporanPendahuluanKec.Kraton

3.1.2 Topografi

Kondisi topografi merupakan salah satu kondisi fisik yang dapat mengetahui
potensi dan kendala fisik perkembangan suatu kawasan/wilayah. Kondisi topografi
erat kaitannya dengan ketinggian dan kemiringan lereng lahan.
Kecamatan Kraton merupakan dataran rendah daerah pantai dengan ketinggian
antara 2 – 8 m dpl dan memiliki endapan alluvium. Sebagian besar merupakan lahan
pertanian, pertambakan, dan perkebunan. Sungai utamanya adalah Sungai Welang.
Kemiringan Lahan di Kecamatan Kraton antara 0 – 25 m dpl.
3.1.3 Hidrologi
Hidrologi adalah suatu ilmu yang mempelajari air dibumi, kejadian, sirkulasi dan
distribusi, sifat-sifat kimia dan fisika serta reaksinya dengan lingkungan, termasuk
hubungannya dengan mahkluk hidup. Dengan demikian sangat pentingnya
mengetahui kondisi hidrologi sebagai pertimbangan siklus air di kawasan
perencanaan.
Kecamatan Kraton memiliki sungai utama yaitu Sungai Welang yang merupakan
sungai catchment area terbesar yaitu 518 km2, juga terpanjang 36 km dengan lebar 35
m, tetapi debit alirannya masih relatif rendah dibanding sungai pada Kecamatan
Rejoso. Sungai utama tersebut merupakan sungai perenial yaitu sungai yang selalu
mempunyai aliran sepanjang tahun. Pada saat musim hujan debit aliran sungai-sungai
tersebut sangat besar sehingga elevasi permukaan air di sungai sangat tinggi dan ada
yang melampaui elevasi tanggulnya serta meluap ke daerah sekitarnya, selanjutnya
menimbulkan masalah banjir terutama di daerah hilirnya. Kondisi ini juga dapat dilihat
saat musim hujan dimana hampir seluruh daerah hilir dari sungai-sungai tersebut
selalu tergenang air. Sungai Welang ini bermuara di Desa Pulokerto – Kecamatan
Kraton.
3.1.4 Klimatologi
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim suatu wilayah Kondisi
iklim Kecamatan Kraton tidak jauh berbeda dengan kondisi iklim wilayah Kabupaten
Pasuruan pada umumnya. Seperti wilayah lainnya, Kecamatan Kraton mengalami
perubahan iklim sebanyak 2 kali setiap tahunnya, yaitu musim kemarau dan musim
hujan. Unsur-unsur klimatologi meliputi:
 Kecamatan Kraton memiliki curah hujan rata-rata 1.500 mm/tahun.
 Kelembaban rata-rata 58-96 %
 Kecepatan angin rata-rata 25 km/jam
 Temperatur udara rata-rata 17-30oC

III-3
3.2 PENGGUNAAN LAHAN
Kecamatan Kraton memiliki total luas lahan 50.750 Ha. Penggunaan lahan di
Kecamatan Kraton digunakan sebagai permukiman, pertanian kering/tegal,
persawahan, dll. Lebih jelasnya mengenai luas penggunaan lahan Kecamatan Kraton
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Penggunaan Lahan Kecamatan Kraton Tahun 2013
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase
1 Pemukiman 488,73 9,7%
2 Persawahan 2.496, 51 49%
3 Pertanian kering/tegal 684,24 13,5%
4 Lain-lain 1.409,8 27,8%
Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Kraton, 2013
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jenis penggunaan lahan di
Kecamatan Kraton didominasi oleh penggunaan berupa lahan sawah yaitu sebesar
2.496, 51 Ha atau sebesar 49% dari total luas lahan. Penggunaan lahan terbesar kedua
di Kecamatan Kraton adalah sebagai kawasan pertanian kering/tegal yaitu sebesar
684,24 Ha atau sebesar 27,8% dari total luas lahan.

3.3 KEPENDUDUKAN
3.3.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Berikut adalah gambaran mengenai jumlah penduduk, dan kepadatam di Kecamatan
Kraton :
Tabel 3.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kec. Kraton
No Desa/Kelurahan Luas Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk
(km2) (jiwa) (jiwa/ km2)
1 Slambrit 1,26 2132 1692,06
2 Ngabar 1,48 4303 2907,43
3 Klampisrejo 2,13 2250 1056,34
4 Kebotohan 2,39 3416 1429,29
5 Pukul 1,60 3132 1957,50
6 Gambir Kuning 1,73 3152 1821,97
7 Mulyorejo 2,05 3283 1601,46
8 Tambaksari 1,53 2130 1392,16
9 Plinggisan 1,15 2844 2473,04
10 Dhompo 1,23 1995 1621,95
11 Ngempit 1,16 2486 2143,10
12 Jeruk 1,49 2206 1480,54
13 Sidogiri 1,52 9025 5937,50
14 Karanganyar 1,99 3035 1525,13
15 Selotambak 2,33 3538 1518,45
16 Curahdukuh 3,40 4833 1421,47
17 Rejosari 3,07 3319 1081,11
18 Asemkandang 1,30 2347 1805,38
19 Tambakrejo 1,39 3530 2339,57
20 Kraton 1,42 3055 2151,41
21 Kalirejo 0,98 7508 7661,22
22 Semare 2,69 2832 1052,79
23 Pulokerto 4,93 3137 636,31
24 Bendungan 2,04 6676 3272,55
25 Gerongan 4,53 4162 918,76
Jumlah/Total 50,79 90326 1778,42
Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka, 2013
Dari tabel di bawah, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk tertinggi terdapat di
Desa Kalirejo dengan jumlah penduduk sebesar 7.508 jiwa sedangkan jumlah
penduduk terendah terdapat di Desa Dhompo dengan jumlah penduduk sebesar 1995
jiwa.
Dengan luas wilayah sebesar 50,79 km2 dan jumlah penduduk sebesar 90.326
jiwa, maka kepadatan penduduk Kecamatan Diwek adalah 1.778,42 jiwa/km 2 dengan
kepadatan penduduk tertinggi berada pada Desa Kalirejo dan kepadatan penduduk
terendah berada pada Desa Pulokerto.
3.3.2 Jumlah Penduduk menurut Tingkat Kesejahteraaan
Tabel 3.3 Jumlah Keluarga Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Kec. Kraton
No Desa Tahapan Kesejahteraan Keluarga Jumlah
Pra
KS I KS II KS III KS III+
Sejahtera
1 Slambrit 89 179 357 83 22 730
2 Ngabar 178 106 293 268 16 861
3 Klampisrejo 178 159 174 149 50 710
4 Kebotohan 387 159 267 96 83 992
5 Pukul 221 300 236 103 15 875
6 Gambir Kuning 142 249 363 215 9 978
7 Mulyorejo 227 114 313 262 6 922
8 Tambaksari 40 97 362 236 12 747
9 Plinggisan 183 195 262 245 8 863
10 Dhompo 144 179 208 71 - 602
11 Ngempit 160 275 189 75 11 710
12 Jeruk 224 215 189 68 7 703
13 Sidogiri 141 247 397 134 35 954
14 Karanganyar 244 162 457 76 12 951
15 Selotambak 259 199 344 82 - 884
16 Curahdukuh 253 536 629 84 15 1517
17 Rejosari 129 363 319 187 - 998
18 Asemkandang 500 79 190 11 - 780
19 Tambakrejo 124 205 263 319 4 915
20 Kraton 132 107 260 323 45 867
21 Kalirejo 323 476 657 185 23 1664
22 Semare 110 173 315 139 - 737
23 Pulokerto 189 319 268 139 7 922
24 Bendungan 219 494 441 256 9 1419
25 Gerongan 184 360 243 153 6 946
Total 4980 5947 7966 3959 395 23247
Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka, 2013

Tahapan keluarga sejahtera, meliputi Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), Keluarga
Sejahtera I (KS I), Keluarga Sejahtera II (KS II), Keluarga Sejahtera III (KS III), serta
Keluarga Sejahtera III+ (KS III plus).
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa prosentase tingkat kesejahteraan keluarga
di Kecamatan Kraton mulai dari Keluarga Pra Sejahtera sampai dengan Keluarga
Sejahtera III+, yaitu 21,42%, 25,58%, 34,27%, 17,03%, dan 1,70%. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar keluarga di Kecamatan Kraton sudah mempunyai taraf hidup
yang cukup baik.
3.3.3 Jumlah Penduduk menurut Agama
Mayoritas penduduk di Kecamatan Kraton memeluk agama Islam dengan jumlah
penganut agama Islam sebesar 79.603 jiwa. Sedangkan tidak ada penduduk
Kecamatan Kraton yang memeluk agama Kristen, Hindu dan Budha. Rinciannya dapat
dilihat pada berikut:

Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Kec. Kraton


No Desa Agama
Islam Kristen Katolik Hindu/Budha Lainnya
1 Slambrit 1875 - - - -
2 Ngabar 3495 - - - -
3 Klampisrejo 2000 - - - -
4 Kebotohan 3153 - - - -
5 Pukul 2746 - - - -
6 Gambir Kuning 2736 - 1 - -
7 Mulyorejo 2835 - - - -
8 Tambaksari 1904 - - - -
9 Plinggisan 2516 - - - -
10 Dhompo 1783 - - - -
11 Ngempit 2185 - - - -
12 Jeruk 1876 - - - -
13 Sidogiri 8298 - - - -
14 Karanganyar 2685 - - - -
15 Selotambak 3145 - - - -
16 Curahdukuh 4277 - - - -
17 Rejosari 2966 - - - -
18 Asemkandang 2089 - - - -
19 Tambakrejo 3060 - 31 - -
20 Kraton 2687 - 12 - -
21 Kalirejo 6658 - - - -
22 Semare 2491 - - - -
23 Pulokerto 2783 - - - -
24 Bendungan 5800 - 13 - -
25 Gerongan 3563 - - - -
Jumlah/Total 79603 - 57 - -
Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka, 2013

3.3.4 Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian


Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Kraton didominasi oleh buruh tani
yaitu sebanyak 10.374 jiwa (31,91%) dari keseluruhan jumlah penduduk. Sedangkan
minoritas penduduk bermatapencaharian sebagai TNI/POLRI, yaitu 379 jiwa (,17%) dari
keseluruhan jumlah penduduk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.5
berikut:
LaporanPendahuluanKec.Kraton

Tabel 3.5 Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian Kec. Kraton


No Desa Mata Pencaharian
Tdk/Blm Pertanian Pertambangan Industri Konstruksi Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa Lain-lain
Bekerja Komunikasi
1 Slambrit 554 1337 0 159 174 18 12 28 73 178
2 Ngabar 1341 788 0 190 196 29 111 83 722 80
3 Klampisrejo 527 1414 0 177 110 20 62 24 235 432
4 Kebotohan 1064 1305 0 204 246 48 62 34 279 270
5 Pukul 952 825 0 227 201 29 74 51 398 360
6 Gambir Kuning 914 905 0 313 190 22 49 29 465 226
7 Mulyorejo 1049 1253 0 231 97 29 99 32 449 147
8 Tambaksari 626 519 0 296 111 20 37 22 331 152
9 Plinggisan 920 485 0 300 153 21 1111 65 315 242
10 Dhompo 587 845 1 211 129 23 25 17 171 116
11 Ngempit 738 510 1 266 191 58 86 69 250 291
12 Jeruk 636 1866 0 104 82 39 49 50 294 121
13 Sidogiri 4012 574 0 155 321 31 86 117 570 486
14 Karanganyar 856 1427 0 350 176 48 37 37 265 85
15 Selotambak 943 2128 1 373 145 29 74 29 265 237
16 Curahdukuh 1247 3701 0 449 198 26 0 17 225 273
17 Rejosari 859 1459 0 517 245 33 62 37 314 106
18 Asemkandang 769 853 1 228 116 39 0 13 196 15
19 Tambakrejo 1168 606 9 385 138 87 25 24 513 144
20 Kraton 1015 278 2 289 179 39 123 46 550 142
21 Kalirejo 2458 4315 0 110 496 17 37 15 353 100
22 Semare 865 1481 2 74 221 19 0 5 268 51
23 Pulokerto 844 2120 2 243 183 49 62 29 129 139
24 Bendungan 2200 962 1 838 270 68 86 56 864 242
25 Gerongan 1427 1636 1 225 200 29 49 9 93 62
Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka, 2013

III-7
LaporanPendahuluanKec.Kraton

Kecamatan Kraton memiliki keanekaragaman penduduk yang sebagian besar


adalah suku Jawa, selain itu bisa juga ditemui suku-suku lain seperti suku Madura
serta masyarakat keturunan Tionghoa-Indonesia, Arab dan India. Suku Jawa di
Pasuruan terutama adalah dari mereka yang berbahasa Jawa dialek Wetanan serta
subsuku Tengger yang hidup di kawasan Pegunungan Tengger (Kecamatan Tosari).

3.4 FASILITAS UMUM


Fasilitas perkotaan menjadi salah satu faktor penunjang pengembangan maupun
peningkatan perekonomian wilayah. Ketersediaan fasilitas menjadi salah satu nilai
penting dalam suatu kota atau wilayah. Fasilitas itu diantaranya fasilitas pendidikan,
kesehatan, peribadatan, dan pemerintahan
3.4.1 Fasilitas Kesehatan
Tabel 3.6 Jumlah Fasilitas Kesehatan menurut Jenisnya Kecamatan Kraton
Tempat Tempat
Puskesmas RS
Desa Poliklinik Puskesmas Praktek Praktek
Pembantu Bersalin
Dokter Bidan
Slambrit - - - - - 1
Ngabar - - - - - 1
Klampisrejo - - - - - 1
Kebotohan - - - - - 2
Pukul - - 1 - - 2
Gambir Kuning - - - - - 1
Mulyorejo - - - - - 1
Tambaksari - - - - - 3
Plinggisan - - - - - 2
Dhompo - - - - - 2
Ngempit 1 1 - - 1 2
Jeruk - - - - - 1
Sidogiri 1 - - - - 2
Karanganyar - - - - - 1
Selotambak - - 1 - - 1
Curahdukuh - - - - - 1
Rejosari - - - - - 1
Asemkandang - - - - - 1
Tambakrejo - - - - - 1
Kraton - - - - 1 1
Kalirejo - - 1 - 1 1
Semare - - - - - 1
Pulokerto - - - - - 1
Bendungan - 1 - - - 1
Gerongan - - - - - 1
Jumlah/Total 2 2 3 - 3 31
Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka, 2013

Dalam mewujudkan masyarakat yang sehat dan berkualitas di Kecamatan Kraton


terdapat 2 puskesmas induk dan 3 puskesmas pembantu. Selain itu, Kecamatan

III-8
Kraton juga memiliki 119 posyandu untuk pemantauan gizi dan tumbuh kembang
balita.
3.4.2 Fasilitas Peribadatan
Fasilitas Peribadatan di Kecamatan Kraton terdiri dari masjid dan langgar yang
tersebar di setiap desa.
Tabel 3.7 Jumlah Fasilitas Peribadatan menurut Jenisnya
Jumlah/
Desa Masjid Langgar Gereja Pure Vihara Total
Slambrit 4 51 - - - 54
Ngabar 5 59 - - - 64
Klampisrejo 4 33 - - - 37
Kebotohan 4 54 - - - 58
Pukul 3 31 - - - 34
Gambir Kuning 1 47 - - - 48
Mulyorejo 5 30 - - - 35
Tambaksari 6 24 - - - 31
Plinggisan 5 33 - - - 38
Dhompo 3 31 - - - 34
Ngempit 3 23 - - - 25
Jeruk 4 33 - - - 37
Sidogiri 3 42 - - - 44
Karanganyar 3 23 - - - 25
Selotambak 5 54 - - - 59
Curahdukuh 5 33 - - - 38
Rejosari 3 45 - - - 48
Asemkandang 4 37 - - - 40
Tambakrejo 3 21 - - - 23
Kraton 1 26 - - - 27
Kalirejo 4 45 - - - 49
Semare 1 26 - - - 27
Pulokerto 3 24 - - - 27
Bendungan 5 59 - - - 64
Gerongan 4 38 - - - 42
Jumlah/Total 87 926 - - - 1013
. Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka, 2013
3.4.3 Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan di Kecamatan Kraton terdiri dari TK, SD, SMP hingga SMA
dan tersebar di seluruh desa dan kelurahan di Kecamatan Kraton. Kecamatan Kraton
merupakan salah satu kecamatan yang menerapkan wajib belajar 9 tahun sejak tahun
1994. Untuk mendukung kebijakan tersebut, Kecamatan Kraton memiliki 57 SD Negeri
dan Swasta pada tahun ajaran 2012/2013, 15 SMP Negeri dan Swasta, dan 4 SMA
Negeri dan Swasta. Untuk lebih jelasnya jumlah fasilitas pendidikan di Kecamatan
Kraton adalah sebagai berikut:
LaporanPendahuluanKec.Kraton

Tabel 3.8 Jumlah Fasilitas Pendidikan menurut Jenisnya

SD SMP SMA Sekolah Pondok


Seminari
Luar Pesantren Madrasa Jumlah/
Desa TK dan
Negeri Swasta Negeri Swasta Kejuruan Umum Biasa Madrasah h Diniyah Total
Sejenisnya
(SLB) Diniyah
Slambrit 2 1 1 - - - - - - 2 - 2
Ngabar 2 1 1 1 2 - 1 - 1 2 - 3
Klampisrejo 1 1 - - - - - - - 2 - 2
Kebotohan 2 1 2 - 2 - - - 1 3 - 4
Pukul 1 1 1 - 1 - - - 2 3 - 5
Gambir Kuning 2 1 - - - - - - - 2 - 2
Mulyorejo 2 1 1 - 1 - - - 1 1 - 2
Tambaksari 1 1 - - - - - - - 2 - 2
Plinggisan 2 1 1 - 1 - - - - 1 - 1
Dhompo 3 2 - - - - - - - 2 - 2
Ngempit 1 1 - - - - - - - 1 - 1
Jeruk 1 1 - - - - - - - 2 - 2
Sidogiri 3 1 1 - 1 - - - 2 3 - 5
Karanganyar 1 2 1 - 1 - - - 1 1 - 2
Selotambak 4 1 3 - 1 - - - 2 3 - 5
Curahdukuh 2 2 6 - - - - - - 2 - 2
Rejosari 4 1 1 - 1 - - - - 5 - 5
Asemkandang 1 1 1 - - - - - - 3 - 3
Tambakrejo 4 1 2 1 - - - - - 3 - 3
Kraton 2 1 1 - 1 - - - 1 3 - 4
Kalirejo 3 1 2 - - - - - - 1 - 1
Semare 1 1 1 - - - - - - 2 - 2
Pulokerto 1 1 1 - - - - - 1 4 - 5
Bendungan 3 1 1 - 2 - - - 4 2 - 6
Gerongan 2 1 1 - 1 - - - - 1 - 1
Jumlah/Total 51 28 29 2 15 - 1 - 16 56 - 72
Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka, 2013

III-10
LaporanPendahuluanKec.Kraton

3.4.4 Fasilitas Perkantoran


Fasilitas perkantoran yang ada di kecamatan Kraton meliputi perkantoran
kecamatan dan perkantoran pemerintah.
3.4.5 Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Fasilitas perdagangan dan jasa yang ada di kecamatan Kraton meliputi Pasar,
pertokoan, dan pasar hewan.

3.5 SISTEM UTILITAS


Kebutuhan jaringan utilitas dalam menunjang kegiatan di wilayah baik kabupaten
maupun perkotaan sangatlah penting. Kecamatan Kraton memiliki beberapa jaringan
utilitas berupa jaringan air bersih, listrik, telepon, persampahan, dan pembuangan air
limbah (pematusan). Jaringan utilitas ini melayani kebutuhan domestik (rumah
tangga), fasilitas umum, dan pedagangan jasa. Berikut merupakan jaringan utilitas
yang terdapat di Kecamatan Kraton.
3.5.1 Jaringan Listrik
Listrik merupakan utilitas yang cukup penting, sebab dengan tersedianya listrik
yang mencukupi maka dapat digunakan untuk menunjang dan mendorong kearah
peningkatan ekonomi sosial, budaya, taraf hidup dan kehidupan masyarakat.
Sehingga dengan memenuhi dan melayani kebutuhan masyarakat akan tenaga listrik
dengan mutu pelayanan yang baik akan mendukung perkembangan potensi kota.
Wilayah Kecamatan Keraton menggunakan listrik yang bersumber dari PLN.
Distribusi jaringan listrik sudah cukup merata dan menjangkau seluruh wilayah
Kecamatan Kraton. Jaringan yang terdapat di Kecamatan Kraton terdapat SUTR
(saluran Udara Tegangan Rendah) merata di permukiman. SUTM (Saluran Udara
Tegangan Menengah), SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi), dan SUTET (Saluran
Tegangan Extra Tinggi).

Tabel 3.9 Jumlah Pelanggan dan Konsumsi Energi Listrik Kec. Kraton
Tahun Jumlah Desa Desa Berlistrik Pelanggan Konsumsi Energi
2008 25 25 9527 23.993.634
2009 25 25 9983 35.154.145
2010 25 25 10552 38.808.749
2011 25 25 11726 40.318.791
2012 25 25 11863 41.253.089
Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka, 2013

III-11
Tabel 3.10 Jumlah Rumah Tangga Pengguna Listrik PLN dan Non PLN
Desa/Kelurahan Rumah Rumah tangga Jumlah rumah tangga
tangga PLN non PLN pengguna Listrik
Slambrit 297 409 706
Ngabar 731 731
Klampisrejo 509 127 636
Kebotohan 456 524 980
Pukul 800 50 850
Gambir Kuning 723 145 868
Mulyorejo 723 78 801
Tambaksari 360 98 458
Plinggisan 679 110 789
Dhompo 651 12 663
Ngempit 600 43 643
Jeruk 507 104 611
Sidogiri 750 138 888
Karanganyar 726 150 876
Selotambak 615 415 1030
Curahdukuh 725 741 1466
Rejosari 801 111 912
Asemkandang 425 170 595
Tambakrejo 940 940
Kraton 636 211 847
Kalirejo 1727 305 2032
Semare 568 130 698
Pulokerto 783 90 873
Bendungan 1284 427 1711
Gerongan 797 89 886
JUMLAH 17813 4677 22490

Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka, 2013


3.5.2 Jaringan Air Bersih
Air bersih merupakan suatu kebutuhan yang amat penting bagi suatu kota,
dikarenakan digunakan untuk keperluan sehari-hari terutama kebutuhan untuk
memasak, mandi, cuci, membersihkan tempat tinggal dan kebutuhan sekunder
lainnya. Kebutuhan air bersih di wilayah Kecamatan Kraton dapat terpenuhi oleh
PDAM. Jangkauan pelayanan PDAM menggunakan pipa-pipa distribusi yang tersebar
di beberapa wilayah Kecamatan Kraton.
3.5.3 Jaringan Telepon
Perkembangan kota akan dikuti pula oleh peningkatan kegiatan masyarakat kota
dalam segala bidang. Sehingga membuat komunikasi antar kegiatan antar kota dapat
berjalan dengan lancar, sarana komunikasi dapat berupa telepon, radio, televisi, dan
sebagainya. Kebutuhan jaringan telepon di wilayah Kecamatan Kraton sudah
cukup mencukupi kebutuhan jaringan telekomunikasi di wilayah tersebut.
Kebutuhan masyrakat akan telekomunikasi hanya sebatas kebutuhan selular dan
tingkat pelayanan cukup tersebar merata meskipun tidak semua rumah atau bangunan
memiliki sambungan telepon kabel.
3.5.4 Persampahan
Tingkat pelayanan persampahan di Kabupaten Pasuruan masih rendah, hal ini
terlihat dengan kurangnya jumlah dan penyebaran fasilitas Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) yang hanya berjumlah 9 unit dan hanya terdapat pada 3 kecamatan
(Bangil, Pandaan, Gempol) dari 24 kecamatan yang ada. Persoalan pengelolaan
persampahan untuk wilayah pedesaan masih belum begitu mengganggu pencemaran
lingkungan, karena masih banyak alternatif lain yang mampu dilakukan penduduk
setempat untuk mengatasinya, seperti membakar dan sebagainya.
3.5.5 Jaringan Drainase
Limbah rumah tangga adalah seluruh limbah, baik berbentuk cair, gas akibat
pembakaran maupun padat, akibat aktivitas sehari-hari dalam kehidupan rumah
tangga. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
173/Menkes/Per/VIII/77 Bab I pasal 1 butir j, menyebutkan bahwa buangan rumah
tangga adalah buangan yang berasal bukan dari industri, melainkan berasal dari
rumah tangga, kantor, hotel, restaurant, tempat ibadah, tempat hiburan, pasar dan
pertokoan serta rumah sakit. Berdasarkan kondisi eksisting yang ada, terlihat bahwa
sebagian besar rumah tangga yang ada di Kecamatan Kraton belum mempunyai
saluran pembuangan air limbah. Kondisi tersebut mempunyai potensi untuk
mencemari lingkungan di wilayah permukiman yang bersangkutan.

3.6 SISTEM TRANSPORTASI


Transportasi adalah salah satu infrastruktur yang penting untuk pertumbuhan suatu
wilayah. Selain dibutuhkan untuk mendukung kegiatan sehari hari, transportasi juga
bisa dijadikan sebagai parameter perkembangan suatu wilayah. Wilayah dikatakan
berkembang apabila infrastruktur yang dimiliki memadai khususnya trasnportasi.
Kecamatan Kraton terletak di wilayah yang sangat strategis dalam jalur transportasi
utama yang menghubungkan jalur Surabaya – Jember/Banyuwangi/Bali. Untuk
mendukung kelancaran transportasi di Kabupaten Pasuruan terdapat lima terminal
angkutan darat, yaitu satu terminal bus antar kota dan empat terminal MPU yang
menghubungkan antar kecamatan.
3.7 POTENSI
Kecamatan Kraton memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan untuk
meningkatkan perekonomian wilayah Kraton. Beberapa potensinya berasal dari sektor
kelautan dan perikanan, sektor kerajinan kerang, industri, pariwisata, dan konservasi.
1. Sektor Kelautan Dan Perikanan
Kecamatan Kraton merupakan kecamatan yang terletak di bagian utara pasuruan dan
didominasi oleh daerah pantai. Hal ini menyebabkan Kecamatan Kraton memiliki
potensi kelautan dan perikanan yang cukup menjanjikan. Salah satu contoh potensi
kelautan di kecamatan karton adalah budidaya udang vannamei, udang windu dan
rumput. Selain itu juga terdapat budidaya air payau yang berupa budidaya tambak.
Potensi ini dapat dikembangkan secara optimal sehingga dapat meningkatkan
perekonomian lokal.
2. Sektor Kerajinan
Potensi Kecamatan Kraton sebagai gudang kupang dan kerang, mendapat perhatian
tersendiri dari Pemerintah Pusat. Sebanyak 20 warga Desa Kalirejo mengikuti
Pelatihan Kerajinan Kerang yang diselenggarakan oleh Sesditjen P2HP (Sekretariat
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan) Kementrian
Kelautan dan Perikanan RI, dan bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Pasuruan, serta DAI Mutu MUI Kabupaten Pasuruan. Pelatihan kerajinan
kerang ini nantinya diharapkan dapat menopang perekonomian bagi keluarga dan
masyarakat disekitar Desa Kalirejo.
3. Industri
Kawasan Industri Terpadu Kraton ini bersebelahan dengan kawasan industri PIER
Pasuruan, lalu-lintas keluar masuk barang sangat mudah dari-ke akses dermaga peti
kemas Tanjung Perak Surabaya, dengan adanya jalur Tol Gempol. Dari Gempol-
Surabaya, Surabaya-Gresik, Surabaya-Pulau Madura serta rencana jalan Tol
Pasuruan-Gempol kawasan industri terpadu berlokasi di Desa Selotambak,
Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan. Produk dari industri ini adalah
(Compressed natural gas, CNG) yaitu alternatif bahan bakar selain bensin atau solar
atau biasa disebut BBG (Bahan Bakar Gas).
4. Konservasi
Kecamatan Kraton memiliki kawasan hutan mangrove yang dapat dijadikan sebagai
kawasan konservasi. Jenis pohon mangrove didominasi tipe C jenis Tinjang. Lalu tipe
A jenis api api dan paling sedikit tipe B jenis bogem. Selain itu mangrove juga dapat
dikembangkan sebagai kawasan pariwisata.
3.8 MASALAH
1. HIDROLOGI
Salah satu permasalahan yang ada di Kecamatan Kraton adalah rawan banjir. Banjir
ini berasal dari sungai Welang yang bermuara di Desa Pulokerto. Sungai ini
merupakan sungai perennial yang memiliki aliran sepanjang tahun sehingga pasa
saat musim hujan debit aliran sungai sangat besar dan meluap ke daerah sekitarnya.
Selain Desa Pulokerto, Desa Tambakrejo juga sering terjadi banjir.
2. LAHAN
Kecamatan Kraton yang mempuyai sumber daya di sektor kelautan dan perikanan
yang melimpah, menyebabkan terjadinya konflik sosial antar desa. Dalam kasus yang
telah terjadi adalah konflik antara warga Desa Kalirejo dengan Desa Semare. Namun
konflik tersebut saat ini telah tuntas dengan kesepakatan perjanjian damai.
(pasuruankab.go.id, 2014)
LaporanPendahuluanKec.Kraton

BAB IV
METODE PERENCANAAN
4.1 METODE PENDEKATAN PERENCANAAN
Metode pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan Rencana Detail
Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton antara lain:
A. Top Down dan Bottom Up Planning
Pendekatan perencanaan ini merupakan perpaduan dari arahan dan kebijakan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah dengan aspirasi dari masyarakat. Pendekatan ini
menggunakan 2 (dua) istilah perencanaan yaitu top down planning berupa
perencanaan program-program serta merupakan penjabaran dari kebijakan tata
ruang oleh Pemerintah Provinsi maupun daerah, serta yang kedua adalah bottom up
planning. Perencanaan ini memberikan penekanan bahwa RDTR Kawasan
Perkotaan Kecamatan Kraton mengakomodasi aspirasi masyarakat sebagai pelaku
pembangunan, dan dengan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaannya.
Perencanaan ini merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam
perencanaan kerakyatan dan untuk mengembangkan segala potensi, mengurangi
dan seoptimal mungkin menyelesaikan permasalahan serta menanggulangi segala
ancaman atau tantangan yang muncul dari pengendalian pemanfaatan ruang di
wilayah perencanaan.
B. Pendekatan Perencanaan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan
Pendekatan ini akan mendorong perencanaan yang tidak hanya berorientasi pada
kebutuhan dan pemanfaatan ruang yang semaksimal mungkin untuk kebutuhan saat
ini, namun juga berorientasi pada masa yang akan datang dengan tetap
memanfaatkan ruang seoptimal mungkin dengan tidak merusak lingkungan.
Prinsip pendekatan perencanaan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan antara
lain:
 Prinsip perencanaan tata ruang yang berpijak pada pelestarian dan
berorientasi ke depan (jangka panjang).
 Penekanan pada nilai manfaat yang besar bagi masyarakat.
 Prinsip pengelolaan aset sumber daya yang tidak merusak dan lestari.
 Kesesuaian antara kegiatan pengembangan dengan daya dukung ruang.
 Keselarasan yang sinergis antara kegiatan eksplorasi dan eksploitasi SDA
dengan keseimbangan dan daya dukung lingkungannya.
 Antisipasi yang tepat dan monitoring perubahan lingkungan yang terjadi
akibat pembangunan dan pemanfatan lahan untuk kawasan budidaya.

IV-1
C. Pendekatan Intersektoral-Holistik
Pendekatan ini didasarkan pada suatu pemahaman bahwa perencanaan tata ruang
menyangkut banyak aspek, sektor lain, serta kawasan yang lebih luas dari wilayah
perencanaan. Perencanaan ini di mulai dengan tahapan diagnosis secara umum
terhadap kawasan perencanaan (mikro) maupun dalam konteks yang luas. Dari
tahapan diagnosis akan dirumuskan konteks dan kerangka makro pengembangan
wilayah perencanaan. Tahapan selanjutnya adalah analisis dan arahan pada setiap
rencana sektoral yang ada. Setelah tahapan tersebut, dilanjutkan dengan tahapan
koordinasi, sinkronisasi dan integrasi pemanfaatan ruang.
D. Pendekatan Komunitas/Masyarakat (Community Approach)
Pendekatan ini digunakan dengan pemahaman bahwa masyarakat setempat adalah
masyarakat yang paling tahu kondisi di wilayahnya dan setiap kegiatan
pembangunan harus memperhitungkan nilai-nilai sosial budaya pembangunan. Oleh
karena itu langkah perencanaan tata ruang kawasan harus mencerminkan
masyarakat lokal yang ikut terlibat dalam proses perencanaan dan pengambilan
keputusan.
E. Pendekatan Supply/Demand
Metode pendekatan supply/demand menitikberatkan pada perencanaan yang
berdasarkan pada tingkat kebutuhan masyarakat dan kecenderungan yang sedang
berkembang di dalamnya, terutama di lokasi perencanaan yang dimaksudkan untuk
menghasilkan perencanaan pembangunan sarana prasarana yang menunjang
optimalisasi pembangunan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan daya dukung pertumbuhan serta prospek perkembangan kawasan
secara umum dalam menciptakan kawasan yang sinergi antar daerah baik dari segi
spasial, sosial, maupun ekonominya.

4.2 KERANGKA PEMIKIRAN


Kerangka pemikiran yang telah disusun merupakan pedoman langkah dalam
menganalisa dan menyusun konsep rencana. Secara garis besar proses prencanaan
yang telah disebut meliputi:
1. Input
Tahap memasukkan data yang dibutuhkan untuk kegiatan proses analisa.
2. Proses
Tahap pengkajian dan analisa terhadap data-data yang telah didapat. Dalam tahap
ini, perlu diidentifikasi potensi dan masalah sebagai pertimbangan dalam perumusan
rencana.
3. Output
Tahap akhir pekerjaan yang menghasilkan sebuah rencana yang sesuai dengan
tujuan kawasan.

Gambar 4.1 Diagram Kerangka Pemikiran


Sumber: Analisa, 2015

4.3 TEKNIK DAN ANALISIS DATA


Proses pengumpulan data dalam mendukung kegiatan penyusunan Rencana Detail
Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan meliputi
kegiatan pengumpulan data dan informasi dengan menggunakan teknik survei primer
maupun sekunder yang mencakup data-data dan peta dengan skala 1: 5.000.
Pengumpulan data tersebut akan disesuaikan dengan alat analisis yang digunakan
sehingga hasil yang didapatkan lebih terfokus pada tujuan perencanaan. Hasil dari
analisis data disajikan dalam bentuk uraian, gambar, bagan, grafik, tabel ataupun peta.
Alat analisis dan data yang diperlukan meliputi:

4.3.1 ANALISIS PENETAPAN BWP


Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan
dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW dan
merupakan alasan disusunnya RDTR tersebut, serta apabila diperlukan dapat
dilengkapi konsep pencapaian. Tujuan penataan BWP berisi tema yang akan
direncanakan di BWP.
Penetapan kawasan perkotaan di Kabupaten Pasuruan, wilayah perencanaan
yang diambil adalah Kecamatan Kraton yang merupakan wilayah pendukung atau
wilayah pengembangan Bangil. Wilayah Pengembangan (WP)–Bangil, terdiri dari
Kecamatan Bangil, Kecamatan Rembang, Kecamatan Beji dan Kecamatan Kraton
dengan pusat pengembangan di Bangil.
Dalam melakukan penetapan BWP di Kecamatan Kraton, dilakukan analisis
dengan menggunakan kesesuaian berdasarkan 5 (lima) lingkup wilayah perencanaan
RDTR Kawasan perkotaan. Yaitu:
1. Wilayah Administrasi
2. Kawasan Fungsional
3. Bagian Wilayah Kabupaten/Kota dengan Ciri Perkotaan
4. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota dengan Ciri Perkotaan
5. Bagian Wilayah Kabupaten/Kota berupa Kawasan Pedesaan dan Direncanakan
Menjadi Perkotaan.
Berikut adalah wilayah perencanaan yang dianalisis untuk melakukan penetapan BWP

.
Gambar 4.2 Analisis Penetapan BWP
Sumber: Analisa, 2015
Sehingga penetapan BWP, berdasarkan analisis yang sesuai dengan lingkup bagian
Kawasan Strategis Kabupaten/Kota dengan ciri perkotaan di Kecamatan Kraton, yang
mencakup 4 desa. Keempat desa tersebut antara lain:
1. Desa Kalirejo
2. Desa Semare
3. Desa Kraton
4. Desa Tambakrejo
Dikarenakan ke empat desa tersebut:
a. Membentuk satu cluster yang saling mempunyai keterkaitan dan mempunyai
karakteristik wilayah yang dominan sama dan mempunyai potensi sumberdaya
alam yang melimpah untuk dikembangkan.
b. Keempat desa dilewati oleh jalan nasional, sehingga menjadi wilayah yang
strategis. Yaitu Jalan Pantura yang menghubungkan Anyer hingga Panarukan.

Untuk penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan upaya


dalam rangka operasionalisasi rencana tata ruang yang diwujudkan ke dalam rencana
penanganan Sub BWP yang diprioritaskan. Penetapan sub BWP yang diprioritaskan
penanganannya bertujuan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi,
memperbaiki, mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan, dan/atau
melaksanakan revitalisasi di kawasan yang bersangkutan, yang dianggap memiliki
prioritas tinggi dibandingkan Sub BWP lainnya. Sub BWP yang diprioritaskan
penanganannya merupakan lokasi pelaksanaan salah satu program prioritas dari
RDTR. Penetapan Sub BWP dari keempat desa diantaranya adalah Desa Kalirejo,
Desa Semare, Desa Kraton, dan Desa Tambakrejo, akan dianalisa lebih lanjut sebagai
penetapan Sub BWP Prioritas yang dilihat dari potensi yang dimiliki.

Gambar 4.3 Analisis Penetapan Sub-BWP


Sumber: Analisa, 2015
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya berfungsi sebagai:
a. Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis pembangunan sektoral, dan
b. Dasar pertimbangan dalam penyusunan indikasi program prioritas RDTR.

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya ditetapkan berdasarkan:


a. Tujuan penataan BWP
b. Nilai penting Sub BWP yang akan ditetapkan
c. Kondisi ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan Sub BWP yang akan ditetapkan
d. Daya dukung dan day a tampung lingkungan hidup BWP, dan
e. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya ditetapkan dengan kriteria:


1. Merupakan faktor kunci yang mendukung perwujudan rencana pola ruang dan
rencana jaringan prasarana, serta pelaksanaan peraturan zonasi di BWP
2. Mendukung tercapainya agenda pembangunan dan pengembangan kawasan
3. Merupakan Sub BWP yang memiliki nilai penting dari sudut kepentingan ekonomi,
sosial-budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi,
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, dan/atau memiliki nilai penting lainnya
yang sesuai dengan kepentingan pembangunan BWP,atau
4. Merupakan Sub BWP yang dinilai perlu dikembangkan, diperbaiki, dilestarikan,
dan/atau direvitalisasi agar dapat mencapai standar tertentu berdasarkan
pertimbangan ekonomi, sosial-budaya, dan/atau lingkungan.

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya harus memuat


sekurang-kurangnya:
a. Lokasi
Lokasi Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya digambarkan dalam
peta. Lokasi tersebut dapat meliputi seluruh wilayah Sub BWP yang
ditentukan, atau dapat juga meliputi sebagian saja dari wilayah Sub BWP
tersebut. Batas delineasi lokasi Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
ditetapkan dengan mempertimbangkan:
1) Batas fisik, seperti blok dan subblok
2) Fungsi kawasan, seperti zona dan subzona
3) Wilayah administratif, seperti rt, rw, desa/kelurahan, dan kecamatan
4) Penentuan secara kultural tradisional, seperti kampung, desa adat,
gampong, dan nagari
5) Kesatuan karakteristik tematik, seperti kawasan kota lama, lingkungan
sentra perindustrian rakyat, kawasan sentra pendidikan, kawasan
perkampungan tertentu, dan kawasan permukiman tradisional, dan
6) Jenis kawasan, seperti kawasan baru yang berkembang cepat, kawasan
terbangun yang memerlukan penataan, kawasan dilestarikan, kawasan
rawan bencana, dan kawasan gabungan atau campuran.

b. Tema Penanganan
Tema penanganan adalah program utama untuk setiap lokasi. Tema
penanganan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya terdiri atas:
1) Perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya melalui
penataan lingkungan permukiman kumuh (perbaikan kampung), dan
penataan lingkungan permukiman nelayan
2) Pengembangan kembali prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya
melalui peremajaan kawasan, pengembangan kawasan terpadu, serta
rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan pascabencana
3) Pembangunan baru prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya
melalui pembangunan kawasan permukiman (kawasan siap
bangun/lingkungan siap bangun-berdiri sendiri), pembangunan kawasan
terpadu, pembangunan desa agropolitan, pembangunan kawasan
perbatasan, dan/atau
4) Pelestarian/pelindungan blok/kawasan, contohnya melalui pelestarian
kawasan, konservasi kawasan, dan revitalisasi kawasan.

Sehingga dalam penetapan Sub-BWP Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton


Kabupaten Pasuruan dari keempat desa tersebut, yang digunakan adalah metode
skoring untuk analisa potensi yang ada dan bisa dikembangkan. Informasi yang
diperoleh berasal dari survei primer maupun survei sekunder.

4.3.2 ANALISIS FISIK DASAR DAN TATA GUNA LAHAN


 Metode Pengumpulan Data
A. FISIK DASAR
Pengumpulan data fisik dasar dan lingkungan yang ada pada kawasan studi
dilakukan dengan survei primer dan survei sekunder. Survei primer dilakukan dengan
mengobservasi kondisi eksisting. Survei sekunder dilakukan dengan cara melihat
dari dokumen rencana yang ada. Data aspek fisik dan lingkungan meliputi: batas
administrasi, klimatologi, hidrologi, topografi, dan geologi.
Tabel 4.1 Desain Survei Aspek Fisik Dasar

DATA YANG METODE OUTPUT DATA


DIBUTUHKAN PENGUMPULAN DATA
Data Geologi Survei Sekunder: Untuk mengetahui data geologi umum,
RTRW Kabupaten data geologi wilayah, dan data geologi
Pasuruan permukaan. Hasilnya berupa:
a. Peta Geologi berupa Peta Kontur,
Kemiringan, dan Sedimentasi.
b. Kompilasi Data Tabular
Data Hidrologi Untuk mengetahui data air permukaan
dan data air tanah. Hasilnya berupa:
a. Peta Hidrologi
b. Kompilasi Data Tabular
Data Klimatologi Untuk mengetahui data hari dan curah
hujan, data intensitas hujan, data
temperature rata-rata, data
kelembapan relative, dan data
kecepatan dan arah angin. Hasilnya
berupa:
a. Peta Klimatologi
b. Kompilasi Data Tabular
Data Topografi Untuk mengetahui data ketinggian
permukaan dan data kemiringan
permukaan. Hasilnya berupa:
a. Peta Topografi
b. Kompilasi Data Tabular
Penggunaan atau Untuk mengetahui fungsi penggunaan
Peruntukan Lahan atau peruntukan lahan. Hasilnya
berupa:
a. Peta Penggunaan atau
Peruntukan Lahan
b. Kompilasi Data Tabular
c. Diagram Penggunaan atau
Peruntukan Lahan
Data Sumber Daya Untuk mengetahui data sumber daya
Mineral atau Bahan mineral atau bahan galian. Hasilnya
Galian berupa:
a. Peta Sumber Daya Mineral atau
Bahan Galian
b. Kompilasi Data Tabular
Data Daerah Rawan Untuk mengetahui data daerah rawan
Bencana Alam bencana. Hasilnya berupa:
a. Peta Daerah Rawan Bencana
Alam
b. Kompilasi Data Tabular
Sumber: Analisa, 2015
Bagan alur pengumpulan data karakteristik fisik dasar di wilayah perencanaan dapat
dilihat pada diagram berikut:

Kondisi Dokumen
Eksisting Rencana

Survei Primer Survei


Sekunder

Identifikasi Fisik Dasar

Peta geologi, hidrologi, topografi, klimatologi, kontur, kemiringan dan kompilasi data tabular

Gambar 4.4 Diagram Metode Identifikasi Fisik Dasar


Sumber: Analisa, 2015
B. TATA GUNA LAHAN
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mampu mengidentifikasi
penggunaan lahan di kawasan studi adalah melalui surveIi primer dan survei
sekunder. Data yang dibutuhkan antara lain pemetaan jenis, peruntukkan lahan,
pemetaan lokasi fasum dan fasos, jenis penggunaan lahan, luas penggunaan lahan,
dan proporsi penggunaan lahan. Output dari identifikasi mengenai guna lahan
meliputi:
a. Peta penggunaan atau peruntukan lahan di kawasan studi
b. Kompilasi data terbaru
c. Proporsi penggunaan lahan
d. Pemetaan penyebaran lokasi sarana dan prasarana
Bagan alur pengumpulan data tata guna lahan di wilayah perencanaan dapat dilihat
pada diagram berikut. Gambar 4.5
Sedangkan untuk metode pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh data mengenai intensitas pemanfaatan lahan (IPR) adalah dengan
melakukan survey primer berupa observasi menyeluruh di kawasan studi. Bagan alur
pengumpulan data dan informasi intensitas pemanfaatan lahan dapat dilihat pada
diagram berikut. Gambar 4.6
Gambar 4.5 Diagram Metode Identifikasi Guna Lahan
Sumber: Analisa, 2015

Gambar 4.6 Diagram Metode IPR


Sumber: Analisa, 2015
 Metode Analisis
A. FISIK DASAR
Dalam menganalisa kesesuaian fisik kawasan yang dilakukan dalam
pelaksanaan penyusunan RDTRK Perkotaan Kecamatan Kraton Kabupaten
Pasuruan disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan yang ada di
lapangan, dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang terdahulu agar rencana-
rencana tersebut bersifat dinamis terhadap perkembangan yang terjadi tetapi
memiliki prinsip dasar, serta berfungsi sebagai penunjang dan pengendali program-
program pembangunan secara keseluruhan agar lebih berhasil guna dan berdaya
guna.
Analisis fisik dasar kawasan ini dilakukan untuk mengenali karakteristik fisik dan
lingkungan kawasan tersebut. Metode yang digunakan adalah Analisa Daya
Dukung Lahan dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan. Sehingga
nantinya hasil yang diharapkan dari analisa fisik dasar dan lingkungan adalah:
a) Melihat kemampuan daya dukung wilayah untuk menggambarkan
seberapa besar kapasitas lahan yang dapat dikembangkan dan
kemungkinan kesesuaiannya untuk pemanfaatan ruang
b) Menentukan faktor pembatas dan penunjang dalam menentukan lokasi
kegiatan yang sesuai
c) Merumuskan kendala-kendala fisik yang berpotensi untuk menjadi
masalah lingkungan
d) Merumuskan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perkembangannya
e) Sebagai bahan pertimbangan dalam penggunaan lahan, penempatan
fasilitas, dan utilitas kawasan
B. TATA GUNA LAHAN
Tujuan analisis fungsi peruntukan lahan adalah untuk melakukan kajian
terhadap peruntukan dan pola ruang yang ada, dan pergeseran serta permintaan
dikemudian waktu, berdasarkan pertimbangan distribusi penduduk, tenaga kerja,
aksesibilitas, nilai dan harga lahan, daya dukung lahan, daya dukung lingkungan,
daya dukung prasarana, dan nilai properti lainnya. Dengan komponen analisis
sebagai berikut:
a. Pembagian Blok
Dengan tujuan membagi kawasan dalam bentuk atau ukuran, fungsi serta
karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam, yang dituangkan dalam
blok-blok peruntukan lahan, sehingga mudah dalam alokasi investasi,
pengendalian, dan pengawasan.
Komponen:
1. Delineasi blok  Blok peruntukan dibatasi oleh batasan fisik yang nyata
maupun yang belum nyata.
Yang nyata:
 Jaringan jalan
 Sungai
 Selokan
 Saluran irigasi
 Saluran udara tegangan ekstra tinggi
 Garis pantai
Yang belum nyata:
 Rencana jaringan jalan
 Rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana
kota, dan rencana sektoral lainnya
2. Alokasi lahan
Gejala yang timbul diseputar penguasaan dan pemilikan tanah
perdesaan dan perkotaan dewasa ini adalah terpusatkan pada sebagian
besar pemanfaatan pemilikan tanah ditangan sekelompok masyarakat
pemilik modal kuat. Di lain pihak, masyarakat perkotaan secara umum dan
masyarakat pemilik modal lemah khususnya cenderung tersingkir dari
mekanisme pasar yang ada, yang berakibat pada timbulnya ketidak
merataan dalam penguasaan dan pemilikan tanah.
3. Sistem prasarana kawasan
Rencana pengembangan sistem prasarana wilayah bertujuan untuk:
(1) Mendukung pemerataan pertumbuhan ekonomi wilayah.
(2) Membuka keterisolasian antar wilayah.
(3) Perangkat kelembagaan untuk mendukung pengembangan kawasan.
Kawasan-kawasan yang memiliki kerentanan terhadap bencana alam,
perlindungan setempat, dan kawasan tertentu/khusus. Masing-masing blok
peruntukkan utama tersebut selanjutnya akan dibagi menjadi beberapa
subblok, sesuai pemanfaatan yang lebih spesifik dan kekhususannya.

b. Peruntukan Lahan
Dengan tujuan mengatur distribusi dan ukuran kegiatan manusia dan atau
kegiatan alam, yang dituangkan dalam blok dan sub blok peruntukan lahan
sehingga tercipta ruang yang produktif dan berkelanjutan.
Komponen:
1. Perumahan:
 Kebutuhan perumahan dan ukuran rumah tangga (berdasarkan hasil
elaborasi);
 Kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan.
2. Industri:
 Lokasi perencanaan pengembangan industri;
 Potensi tenaga kerja yang ada;
 Lingkungan; untuk kawasan yang telah berkembang, agar diteliti
dampak terhadap pencemaran lingkungan. Apabila merupakan
kawasan yang belum berkembang, agar diteliti jenis-jenis
pengembangan industri yang sesuai dengan lingkungan dan prasarana
daerah;
 Multiplier effect terhadap kegiatan ikutannya, seperti perumahan,
fasilitas sosial ekonomi, ruang terbuka hijau, prasarana transportasi
dan lain sebagainya.
3. Perdagangan dan Jasa:
 Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa sesuai dengan hirarkhi
dan kebutuhan yang ditetapkan dalam RTRW;
 Kemungkinan-kemungkinan pengembangan lokasi sentra tersier yang
belum ditetapkan secara definitive dalam RTRW, demikian juga dengan
sentra lokal;
 Multiplier effect terhadap kegiatan ikutannya, seperti perumahan,
fasilitas sosial ekonomi, ruang terbuka hijau dan non hijau, prasarana
transportasi dan lain sebagainya.
4. Pariwisata:
 Pengembangan pariwisata, dan kawasan tersebut merupakan kawasan
yang telah berkembang, agar diteliti kegiatan sekitar yang akan
berdampak pada pencemaran lingkungan, dan kemungkinan-
kemungkinan penanganan nya;
 Potensi tenaga kerja yang ada (berdasarkan hasil elaborasi);
 Pembangunan kawasan wisata, agar diteliti jenis-jenis pengembangan
pariwisata;
 Lingkungan; bila dimungkinkan pencampuran kegiatan, dihindari
kegiatan yang akan menimbulkan dampak penting yang berlebihan;
 Analisis multiplier effect terhadap kegiatan ikutannya.
5. Pusat Pemerintahan:
 Kegiatan pusat pemerintahan sesuai dengan hirarkhi dan kebutuhan
yang ditetapkan dalam RTRW;
 Lingkungan; mempunyai karakter kuat dalam tata lingkungan dan
bangunan;
 Multiplier effect; jenis kegiatan perkantoran swasta yang akan
dikembangkan, termasuk juga analisis kegiatan penunjang yang
muncul.
6. Pusat Pendidikan dan Penelitian/Teknologi Tinggi:
 Pengembangan kegiatan pusat pendidikan dan penelitian atau Pusat
Pengembangan Teknologi Tinggi yang ditetapkan dalam RTRW;
 Potensi tenaga kerja yang ada (berdasarkan hasil elaborasi);
 Lingkungan; bila dimungkinkan pencampuran kegiatan, dihindari
kegiatan yang akan menimbulkan dampak penting yang berlebihan.

c. Fasilitas Lingkungan
Dengan tujuan mengatur kebutuhan distribusi, luas lahan dan ukuran
fasilitas sosial ekonomi, yang diatur dalam struktur zona dan blok dan sub blok
peruntukan sehingga tercipta ruang yang aman, nyaman, mudah, produktif dan
berkelanjutan.

d. Kawasan Mitigasi Bencana


Dengan tujuan meniliti dan mengkaji sumber bencana, lingkup atau
luasan dampak, dan kebutuhan pengendalian bencana, agar tercipta
lingkungan permukiman yang aman, nyaman, dan produkti
TATA GUNA LAHAN

UTILITAS UMUM
KEPENDUDUKAN FASILITAS UMUM  Analisa hierarki TRANSPORTSI
 Analisa  Analisa hierarki Pelayanan utilitas  Analisa pola
persebaran Pelayanan umum; Analisa pergerakan dan
penduduk dengan fasilitas umum distribusi utilitas sistem sirkulasi
pola ruang  Membutuhkan data  Data yang
 Metode  Membutuhkan tentang Klasifikasi/ dibutuhkan adalah
pengumpulan data tentang skala pelayanan Rute Angkutan
datanya adalah Klasifikasi/ skala utiitas umum; Peta Umum, headway,
Survei Sekunder pelayanan Persebaran Utilitas Kecepatan
Kecamatan Kraton fasilitas umum di Kecamatan kendaraan,
Dalam Angka Kraton volume lalu lintas,
2010-2014  Metode  Metode dan jenis pola
a. Kantor pengumpulan pengumpulan pergerakan
Kecamatan Kraton datanya adalah datanya adalah  Metode
b. Kantor Survei primer Survei Primer dan pengumpulan
Kelurahan dan Survei Sekunder datanya dalah
c. BPS Kab. Sekunder a. Kecamatan Survei primer dan
Pasuruan Kraton Dalam sekunder
 Output datanya Angka 2010-2014 Instansi: Dinas
adalah  Mengetahui b. Kantor DPU
Mengetahui rencana dan Kecamatan Kraton)  Mengetahui
rencana dan fungsi pola  Mengetahui rencana pola
fungsi pola ruang ruang rencana dan pergerakan
fungsi pola ruang

Gambar 4.7 Keterkaitan Aspek Fisik Dasar dan Tata Guna Lahan
Sumber: Analisa, 2015
4.3.3 ANALISIS PENDUDUK
Tujuan analisis penduduk dilakukan untuk memperoleh gambaran potensi,
kondisi serta komposisi penduduk yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan
kebijakan penyebaran penduduk dan untuk memperoleh gambaran situasi dan kondisi
objektif dari berbagai perencanaan serta analisis penduduk digunakan subjek
pembangunan dalam mengukur hunian yang layak huni, kebutuhan pelayanan fasilitas
lingkungan, dan klasifikasi lingkungan.
Komponen analisis penduduk adalah sebagai berikut.
a. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk.
b. Analisis sosial budaya: agama, pendidikan, adat istiadat dan cara hidup.
 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah survey sekunder. Survey
sekunder ini dilakukan dengan mengumpulkan data–data kependudukan dari berbagai
instansi mulai dari tingkatan kelurahan. Output yang dihasilkan adalah berupa
kompilasi data kependudukan selama 5 tahun terakhir, yang terdiri dari jumlah
penduduk, kepadatan penduduk, laju pertumbuhan dan komposisi penduduk.
Tabel 4.2 Desain Survei Aspek Kependudukan
Data yang Dibutuhkan Metode Pengumpulan Data Output Data

Jumlah dan perkembangan Survei Sekunder Mengidentifikasi karakteristik


penduduk Kecamatan Kraton Kecamatan Kraton Dalam struktur kependudukan dan
Angka 2010-2014 kondisi sosial masyarakat di
wilayah perencanaan
Data Monografi per
Kelurahan

Persebaran Penduduk Instansi:


Kecamatan Kraton Kantor Kecamatan Kraton
dan BPS Kabupaten
Komposisi Penduduk Pasuruan
(Berdasarkan Jenis Kelamin,
usia, tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan dan agama)
Kecamatan Kraton

Mobilitas Penduduk
Kecamatan Kraton

Sosial Budaya (Karakteristik Survei Primer Wawancara Deskripsi mengenai


Penduduk) Kecamatan Kraton narasumber terkait karakteristik penduduk
(Masyarakat, tokoh
masyarakat dll)

Sumber: Analisa, 2015


Bagan alur pengumpulan data dan informasi karakteristik sosio-demografi di
wilayah perencanaan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.8 Metode Identifikasi Sosio-Demografi


Sumber: Analisa, 2015

 Metode Analisis
Penduduk merupakan faktor utama perencanaan, sehingga pengetahuan
akan kegiatan dan perkembangan penduduk merupakan bagian pokok dalam
penyusunan rencana. Analisis kependudukan merupakan faktor utama untuk
mengetahui ciri perkembangan suatu daerah, sehingga data penduduk masa lampau
sampai tahun terakhir sangat diperlukan dalam memproyeksikan keadaan pada
masa mendatang. Salah satu yang penting dalam analisis penduduk yaitu
mengetahui jumlah penduduk di masa yang akan datang. Untuk hal tersebut, dapat
digunakan beberapa metoda atau model analisis.
Setiap teknik atau metoda selalu memiliki keunggulan dan kelemahan
masing-masing, sehingga dalam penerapannya perlu dilakukan pemahaman terlebih
dahulu terhadap kondisi kependudukan pada kawasan perencanaan, seperti pola
pertumbuhan yang terjadi di masa lampau, ketersediaan data dan sebagainya. Hal
ini untuk memperoleh hasil proyeksi yang mendekati ketepatan dan menghindari
kesulitan-kesulitan dalam proses analisis.Secara garis besar, analisis sosio-
demografi dibagi menjadi 4. Yaitu:
1. Analisis Ukuran-Ukuran Kependudukan
2. Piramida Penduduk
3. Proyeksi Penduduk, dan
4. Analisis Karakter Sosial Budaya Penduduk
Berikut adalah penjabaran metode analisis sosio-demografi yang akan
digunakan:
-Analisis Ukuran-Ukuran Kependudukan
a. Rasio Jenis Kelamin
Analisis kependudukan menurut ukuran-ukuran kependudukan yang dilihat dari
data rasio jenis kelamin. Sex Ratio adalah perbandingan antara jumlah laki-laki
dan perempuan lalu dikalikan konstanta (100).
b. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio)
Dependency ratio adalah rasio beban tanggungan atau disebut juga rasio
tanggungan keluarga adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia tidak
produktif (penduduk usia muda dan penduduk usia lanjut) dengan jumlah
penduduk usia produktif.Dengan rumus sebagai berikut.

c. Umur Median (Median Age)


Adalah umur yang membagi penduduk menjadi dua bagian dengan jumlah yang
sama. Bagian pertama lebih muda dan bagian kedua lebih tua dari umur median.
Digunakan untuk mengukur tingkat pemusatan penduduk pada kelompok umur
tertentu.
Rumus Menghitung Umur Median, adalah sebagai berikut:

N 
2 fxi
lUmur Median  
Md  
 f Md 
 
Keterangan
lMd  Batas bawah kelompok umur N/2
N  Jumlah penduduk total
fx  Jumlah penduduk kumulatif sampai dengan kelompok umur N/2
fMd  Jumlah penduduk pada kelompok N/2
i  Kelas interval umur

-Piramida Penduduk
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digambarkan
pada sebuah grafik yang disebut piramida penduduk. Penggambaran suatu piramida
penduduk dimulai dengan menggambarkan dua garis yang saling tegak lurus. Garis
yang vertikal menggambarkan umur penduduk mulai dari nol lalu naik. Kenaikan ini
dapat tahunan, dapat pula dengan jenjang lima tahunan. Sumbu horisontal
menggambarkan jumlah penduduk tertentu baik secara absolut maupun relatif
(dalam persen). Pemilihan skala perbandingan pada sumbu horisontal ini sangat
tergantung dari jumlah penduduk dalam persentase tertentu dari jumlah penduduk
yang terdapat pada tiap golongan umur di sumbu vertikal. Pada bagian kiri sumbu
vertikal dapat digambarkan.

-Proyeksi Penduduk
Semua perencanaan pembangunan sangat membutuhkan data penduduk
tidak saja pada saat merencanakan pembangunan tetapi juga pada masa-masa
mendatang (Mantra, 2003:245). Oleh karena itu diperlukan apa yang dinamakan
dengan proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk tersebut bukanlah sebuah ramalan
tentang jumlah penduduk di masa mendatang tetapi adalah suatu perhitungan ilmiah
yang didasarkan pada asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan
penduduk, seperti kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk. Ketiga komponen
inilah yang menentukan besarnya jumlah penduduk dan struktur penduduk di masa
yang akan datang.
Teknik proyeksi penduduk ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
mathematical method (perhitungan proyeksi bila komponen pertumbuhan tidak
diketahui/tidak lengkap) dan component method (perhitungan bila komponen
pertumbuhan penduduk diketahui).
a. Jumlah Penduduk
Analisa terhadap jumlah dan perkembangan penduduk, yaitu dengan
memproyeksikan untuk jangka waktu perencanaan yang telah ditetapkan. Hasil
analisa digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan fasilitas, utilitas dan
kebutuhan ruang.
Model Eksponensial / Bunga Berganda

Pt = Po(1+r)n
Keterangan:
Pt = Jumlah penduduk pada tahun tertentu
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
a = Tingkat pertambahan rata-rata per-tahun (%)
n = Selang waktu atau selisih tahun proyeksi terhadap tahun dasar

b. Kepadatan Penduduk
Untuk melakukan analisa kepadatan penduduk ada dua macam, yaitu
kepadatan kotor dan kepadatan bersih. Analisa kepadatan penduduk kotor
dilakukan dengan membandingkan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah,
sedangkan kepadatan bersih dilakukan dengan membandingkan antara jumlah
penduduk dengan luas kawasan terbangun / permukiman.
c. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk digunakan untuk mengetahui tren perkembangannya tiap
tahun. Dari analisa pertumbuhan tersebut maka dapat diketahui model proyeksi
penduduk di masa datang yang sesuai dengan perkembanganya selama ini.
Rumus:

a=
d.
Keterangan:
A = Tingkat pertambahan rata-rata pertahun (%)
Pn = Jumlah penduduk pada tahun tertentu
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
Pertumbuhan penduduk dibedakan menjadi 2, yaitu:
 Pertumbuhan penduduk alamiah yang berdasarkan kelahiran dan kematian
(jumlah kelahiran - jumlah kematian), dan
 Pertumbuhan penduduk non alamiah yang berdasarkan jumlah penduduk
datang dan pindah (jumlah penduduk datang-jumlah penduduk pindah).

-Analisis Karakter Sosial Budaya Penduduk


Untuk menganalisis karakter sosial budaya penduduk, dilakukan dengan cara survei
primer metode wawancara di wilayah perencanaan. Meliputi analisa kepemimpinan,
analisa pranata sosial, analisa nilai dan norma serta keberagaman agama.

Gambar 4.9 Keterkaitan Aspek Sosio-Demografi


Sumber: Analisa, 2015
4.3.4 ANALISIS FASILITAS
 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data fasilitas yang ada pada kawasan studi dilakukan dengan
survey primer dan survey sekunder. Survey primer dilakukan dengan mengobservasi
kondisi eksisting. Survey sekunder dilakukan dengan cara melihat dari dokumen
rencana yang ada. Output yang dihasilkan berupa peta fasilitas pelayanan kawasan
dan kompilasi data tabular.

Tabel 4.3 Desain Survei Fasilitas Kawasan (Sarana)


Time Cara
Data yang Dibutuhkan Sumber Data Hasil
Series Memperoleh
Jumlah dan luas dan
klasifikasi fasilitas :
a. Puskesmas
Dinas Tabel jumlah, luas, dan
b. Balai Pengobatan 1 tahun Survey
Kesehatan klasifikasi fasilitas
c. Rumah sakit terakhir Sekunder
Kecamatan kesehatan
d. Apotek
e. Tempat praktik dokter
Lokasi fasilitas
kesehatan:
a. Puskesmas Survey
Kondisi
b. Balai Pengobatan Survey Lapangan di Peta persebaran
Faktual
Primer Kecamatan fasilitas kesehatan
c. Rumah Sakit 2014
Kraton
d. Apotek
e. Tempat praktik dokter
Jumlah fasilitas :
Dinas
a. PAUD/TK Pendidikan
1 tahun Survey Tabel jumlah fasilitas
b. SD dan
terakhir Sekunder pendidikan
c. SMP Kebudayaan
Kecamatan
d. SMA
Lokasi fasilitas
pendidikan:
a. PAUD/TK Survey
Kondisi
Survey Lapangan di Peta Persebaran lokasi
b. SD Faktual
Primer Kecamatan fasilitas pendidikan
2014
c. SMP Kraton
d. SMA
Dinas
Jenis Fasilitas 1 tahun Survey Perindustrian Tabel jenis fasilitas
Perdagangan dan Jasa terakhir Sekunder dan perdagangan dan jasa
Perdagangan
Survey
Peta persebaran
Lokasi Fasilitas Survey Lapangan di
Saat ini fasilitas perdagangan
Perdagangan dan Jasa Primer Kecamatan
dan jasa
Kraton
Lokasi fasilitas : Survey Survey Peta persebaran
Saat ini
a. Kantor Kelurahan Primer Lapangan di fasilitas umum
b. Kantor Kecamatan Kecamatan
c. Kantor pelayanan Kraton
publik

Survey Tabel jumlah dan jenis


Jumlah dan jenis dan
Survey Lapangan di fasilitas peribadatan
lokasi fasilitas Saat ini
Primer Kecamatan
peribadatan
Kraton Peta lokasi fasilitas
peribadatan
Tabel jumlah dan luas
fasilitas rekreasi dan
Survey
Jumlah dan luas dan budidaya
Survey Lapangan di
lokasi fasilitas rekreasi Saat ini
Primer Kecamatan
dan budidaya
Kraton Peta lokasi fasilitas
rekreasi dan budidaya

Sumber: Analisa, 2015

 Metode Analisis
Untuk mengatur kebutuhan distribusi, luas lahan dan ukuran fasilitas sosial
ekonomi, yang diatur dalam struktur zona dan blok dan sub blok peruntukan.
Beberapa metode yang digunakan dalam analisa sarana dan prasarana lingkungan
antara lain:
1. Skoring
Digunakan untuk menilai tingkat pelayanan kota, sehingga dapat ditentukan
potensinya yang dapat menentukan fungsi kota yang bersangkutan. Rumus yang
digunakan adalah

Dimana:
Bi = bobot dari kegiatan
Pi = jumlah aktivitas i di kota
P = jumlah penduduk di kota
Jumlah aktivitas yang dimaksud biasanya berupa produksi maupun pelayanan sosial,
seperti hasil pertanian, fasilitas pendidikan, jumlah fasilitas kesehatan, dan lain
sebagainya. Semakin tinggi nilai Bi dapat diinterprestasikan bahwa sebuah kota atau
kawasan tersebut mempunyai tingkat pelayanan yang optimal/potensial.

2. Model Tingkat Kemampuan Pelayanan Fasilitas


Tingkat pelayanan fasilitas umum diukur dengan cara mengkaji kemampuan suatu
jenis fasilitas dalam melayani kebutuhan penduduknya. Dalam hal ini, fasilitas umum
yang memiliki tingkat pelayanan 100% mengandung arti bahwa fasilitas tersebut
memiliki kemampuan pelayanan yang sama dengan kebutuhan penduduknya. Untuk
mengetahui kelengkapan fasilitas umum suatu bagian wilayah, dihitung tingkat
pelayanannya dengan menggunakan rumus:

Dimana:
TP =tingkat pelayanan fasilitas i di kawasan j
dij =jumlah fasilitas i di kawasan j
bj =jumlah penduduk di kawasan j
Cis =jumlah fasilitas i per satuan penduduk menurut standar penentuan fasilitas
untuk sebuah kawasan.
Dengan perhitungan ini dapat diketahui tingkat pelayanan masing-masing fasilitas,
kecuali fasilitas peribadatan, dimana perbedaannya terletak pada jumlah penduduk
di kawasan yang diamati, yaitu bj diganti dengan jumlah penduduk menurut agama.

Gambar 4.10 Bagan Alur Analisis Fasilitas


Sumber: Analisa, 2015

a. Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum


Yang termasuk dalam sarana pemerintahan dan pelayanan umum adalah:
a. Kantor-kantor pelayanan/administrasi pemerintahan dan administrasi kependudukan
b. Kantor pelayanan utilitas umum dan jasa: seperti layanan air bersih (PAM), listrik
(PLN), telepon, dan pos
c. Pos-pos pelayanan keamanan dan keselamatan; seperti pos keamanan dan pos
pemadam kebakaran
Tabel 4.4 Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Jumlah Kebutuhan per
Kriteria
Penduduk Satuan Sarana
Jenis Pendukun Luas Luas Standar
No Radius
Sarana g (jiwa) Lantai Lahan (m2/jiwa)
Pencapai Lokasi dan Penyelesaian
Min. Min.
-an
(m2) (m2)
1. Balai 2.500 150 300 0,12 Di tengah kelompok bangunan
pertemuan hunian warga, ataupun
2. Pos hansip 2.500 6 12 0,06 500m2 diakses keluar/masuk dari
kelompok bangunan. Dapat
berintegrasi dengan bangunan
sarana yang lain.
3. Gardu listrik 2.500 20 30 0,012 500m2 Lokasi dan bangunannya
harus memperhatikan
kemanan dan kenyamanan
sekitar.
4. Telepon 2.500 - 30 0,012 500m2 Lokasinya disebar pada titik-
umum, bis titik strategis atau di sekitar
surat pusat lingkungan.
5. Parkir umum 2.500 - 100 0,04 Dilokasikan dapat melayani
kebutuhan bangunan sarana
kebudayaan dan rekreasi lain
berupa balai pertemuan
warga.
6. Kantor 30.000 500 1.000 0,033 Dapat dijangkau dengan
kelurahan kendaraan umum.
7. Pos kamtib 30.000 72 200 0,006 Beberapa sarana dapat
8. Pos 30.000 72 200 0,006 digabung dalam satu atau
pemadam kelompok bangunan pada
kebakaran kelompok yang sama.
9. Agen 30.000 36 72 0,0024 Agen layanan pos dapat
pelayanan bekerja sama dengan pihak
pos yang mau berinvestasi dan
10. Loket 30.000 21 60 0,002 bergabung dengan sarana lain
pembayaran dalam bentuk wartel, warnet,
air bersih atau warpostel.
11. Loket 30.000 21 60 0,002 Loket pembayaran air bersih
Kelurahan

pembayaran dan listrik lebih baik saling


listrik bersebelahan.
12. Telepon 30.000 - 80 0,003 Lokasi disebar pada titik-titik
umum, bis strategis atau di sekitar pusat
surat, bak lingkungan.
sampah kecil
13. Parkir umum 30.000 - 500 0,017 Dialokasikan dapat melayani
kebutuhan bangunan sarana
kebudayaan dan rekreasi lain
berupa gedung serba guna/
balai karang taruna
Sumber: SNI No. 2003-1733, 2004
b. Sarana Pendidikan dan Pembelajaran
Dasar penyediaan sarana pendidikan adalah untuk melayani setiap unit
administrasi pemerintahan baik yang informal (RT, RW) maupun yang formal
(Kelurahan, Kecamatan), dan bukan didasarkan semata-mata pada jumlah penduduk
yang akan dilayani oleh sarana tersebut.
Dasar penyediaan sara pendidikan juga mempertimbangkan pendekatan
desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Penempatan
penyediaan fasilitas pendidikan ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area
layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani
pada area tertentu.
Yang termasuk sarana pendidikan dan pembelajaran antara lain:
a. Taman Kanak-Kanak (TK), yang merupakan penyelenggaraan kegiatan belajar dan
mengajar pada tingkatan pra belajar dengan lebih menekankan pada kegiatan
bermain, yaitu 75%, selebihnya bersifat pengenalan;
b. Sekolah Dasar (SD), yang merupakan bentuk satuan pendidikan dasar yang
menyelenggarakan program enam tahun;
c. Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang merupakan bentuk satuan pendidikan
dasar yang menyelenggarakan program tiga tahun sesudah Sekolah Dasar (SD);
d. Sekolah Menengah Atas (SMA), yang merupakan satuan pendidikan yang
menyelenggarakan program pendidikan menengah mengutamakan perluasan
pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang pendidikan tinggi;
e. Sarana pembelajaran lain yang dapat berupa taman bacaan atau perpustakaan
umum lingkungan, yang dibutuhkan di suatu lingkungan perumahan sebagai sarana
untuk meningkatkan minat membaca, menambah ilmu pengetahuan, rekreasi, serta
sarana penunjang pendidikan.
Tabel 4.5 Kebutuhan Sarana Pendidikan dan Pembelajaran
Kebutuhan per
Satuan Sarana Kriteria
Jumlah
Jenis Penduduk Standar
No. Keterangan
Sarana Pendukung (m2/jiwa)
Luas Luas
(jiwa) Radius
Lantai Lahan Lokasi dan
Penca-
Min. Min. Penyelesaian
paian
(m2) (m2)
1. TK 1.250 216 500 0,28 500m2 Di tengah 2 rombongan
kelompok warga. pra belajar @
Tidak 60 murid dapat
menyeberang bersatu
jalan raya. dengan sarana
Bergabung lain.
2. SD 1.600 633 2.000 1,25 1.000m2 dengan taman Kebutuhan
sehingga terjadi harus
pengelompokan
kegiatan. diperhitungkan
3. SMP 4.800 2.282 9.000 1,88 1.000m2 Dapat dijangkau dengan rumus
4. SMA 4.800 3.835 12.500 2,6 3.000m2 dengan 2, 3, dan 4.
kendaraan umum. Dapat
Disatukan dengan digabung
lapangan dengan sarana
olahraga. pendidikan
Tidak selalu harus lain, misal SD,
di pusat SMP, SMA
lingkungan. dalam satu
5. Taman 2.500 72 150 0,09 1.000m2 Di tengah komplek.
Baca-an kelompok warga
tidak
menyeberang
jalan lingkungan
Sumber: SNI No. 2003-1733, 2004
c. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kesehatan
kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk.
Dasar penyediaan sarana ini adalah didasarkan jumlah penduduk yang dilayani
oleh sarana tersebut. Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan
desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Penempatan
penyediaan fasilitas kesehatan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan
terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada
area tertentu.
Beberapa jenis sarana yang dibutuhkan antara lain:
a. Posyandu yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-anak usia
balita.
b. Balai pengobatan warga yang berfungsi memberikan pelayanan kepada penduduk
dalam bidang kesehatan dengan titik berat terletak pada penyembuhan (currative)
tanpa perawatan, berobat dan pada waktu-waktu tertentu juga untuk vaksinasi.;
c. Balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA) / Klinik Bersalin), yang berfungsi melayani
ibu baik sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan serta melayani anak usia
sampai dengan 6 tahun.
d. Puskesmas dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai sarana pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang memberikan pelayanan kepada penduduk dalam
penyembuhan penyakit, selain melaksanakan program pemeliharaan kesehatan
dan pencegahan penyakit di wilayah kerjanya.
e. Puskesmas pembantu dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai unit pelayanan
kesehatan sederhana yang memberikan pelayanan kesehatan terbatas dan
membantu pelaksanaan kegiatan puskesmas dalam lingkup wilayah yang lebih kecil.
f. Tempat praktek dokter, merupakan salah satu sarana yang memberikan pelayanan
kesehatan secara individual dan lebih dititikberatkan pada usaha penyembuhan
tanpa perawatan, dan
g. Apotik, berfungsi untuk melayani penduduk dalam pengadaan obat-obatan, baik
untuk penyembuhan maupun pencegahan.

Tabel 4.6 Kebutuhan Sarana Kesehatan

Kebutuhan per
Kriteria
Jumlah Satuan Sarana
Penduduk Luas Luas Standar
NO. Jenis Sarana
Pendukung Lantai Lahan (m2/jiwa) Radius Lokasi dan
(jiwa) Min. Min. Pencapaian Penyelesaian
(m2) (m2)
1.250 36 60 0,048 500 Di tengah kelompok
tetangga tidak
1 Posyandu
menyebrang di jalan
raya
2.500 150 300 0,12 1.000 Di tengah kelompok
Balai
tetangga tidak
2 pengobatan
menyeberang jalan
warga
raya
30.000 1.500 3.000 0,1 4.000 Dapat dijangkau
BKIA/Klinik
3 dengan kendaraan
Bersalain
umum
Puskesmas 30.000 150 300 0,006 1.500
pembantu dan Dapat dijangkau
4 balai dengan kendaraan
pengobatan umum
lingkungan
Puskesmas 120.000 420 1.000 0,008 3.000 Dapat dijangkau
5 dan balai dengan kendaraan
pengobatan umum
5.000 18 - - 1.500 Dapat dijangkau
Tempat
6 dengan kendaraan
praktek dokter
umum
30.000 120 250 0,025 1.500 Dapat dijangkau
Apotik/ rumah
7 dengan kendaraan
obat
umum
Sumber: SNI No. 2003-1733, 2004

d. Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan
rohani yan perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain
sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang
bersangkutan. Oleh karena berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut
oleh masyarakat penghuni yang bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan
jumlah fasilitas peribadatan yang akan dibangun baru dapat dipastikan setelah
lingkungan perumahan dihuni selama beberapa waktu.
Pendekatan perencanaan yang diatur adalah dengan memperkirakan populasi
dan jenis agama serta kepercayaan dan kemudian merencanakan alokasi tanah dan
lokasi bangunan peribadatan sesuai dengan tuntutan planologis dan religius. Dasar
penyediaan sarana peribadatan ini juga mempertimbangkan pendekatan desain
keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Penempatan penyediaan
fasilitas peribadatan akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait
dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani area tertentu.
Jenis sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi setempat dengan
memperhatikan struktur penduduk menurut agama yang dianut, dan tata cara atau
pola masyarakat setempat dalam menjalankan ibadah agamanya. Adapun jenis
sarana ibadah untuk agama Islam adalah masjid dan mushola, sedangkan untuk
agama lain tergantung kebiasaan masyarakat setempat.
Tabel 4.7 Kebutuhan Sarana Peribadatan

Kebutuhan per Satuan


Kriteria
Jumlah Sarana
Jenis Penduduk Standar
NO. Luas Radius
Sarana Pendukung Luas Lahan (m2/jiwa) Lokasi dan
(jiwa) Lantai Pencapai
Min. (m2) Penyelesaian
Min. (m2) -an
Musholla/ 250 45 100 (bila 0,36 100m2 Di tengah
Langgar bangunan kelompok
sendiri) tetangga.
1 Dapat merupakan
bagian dari
bangunan sarana
lain.
Masjid 2.500 300 600 0,24 1.000m2 Di tengah
Warga kelompok
tetangga tidak
menyeberang
2
jalan raya.
Dapat bergabung
dengan lokasi
balai warga.
Masjid 30.000 1.800 3.600 0,12 4.000 Dapat dijangkau
3 Lingkungan dengan
kendaraan umum.
Sarana Tergantung Tergantung Tergantung - - -
ibadah sistem kebiasaan kebiasaan
4 agama lain kekerabatan/ setempat setempat
hierarki
lembaga
Sumber: SNI No. 2003-1733, 2004
e. Sarana Perdagangan dan Niaga
Sarana perdagangan dan niaga tidak selalu berdiri sendiri dan terpisah
dengan bangunan sarana yang lain. Dasar penyediaan selain berdasarkan jumlah
penduduk yang akan dilayaninya, juga mempertimbangkan pendekatan desain
keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Penempatan penyediaan
fasilitas perdagangan dan jasa akan mempertimbangkan jangkauan radius area
layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani
area tertentu.
Menurut skala pelayanan, penggolongan jenis sarana perdagangan dan niaga
antara lain:
a. Toko/warung (skala pelayanan unit RT ≈ 250 penduduk), yang menjual barang-
barang kebutuhan sehari-hari.
b. Pertokoan (skala pelayanan 6.000 penduduk), yang menjual barang-barang
kebutuhan sehari-hari yang lebih lengkap dan pelayanan jasa seperti wartel,
fotokopi, dan sebagainya;
c. Pusat pertokoan atau pasar lingkungan (skala pelayanan unit kelurahan ≈
30.000 penduduk), yang menjual keperluan sehari-hari termasuk sayur, daging,
ikan, buah-buahan, beras, tepung, bahan-bahan pakaian, pakaian, barang-
barang kelontong, alat-alat pendidikan, alat-alat rumah tangga, serta pelayanan
jasa seperti warnet, wartel, dan sebagainya;
d. Pusat perbelanjaan dan niaga (skala pelayanan unit kecamatan ≈ 120.000
penduduk), yang selain menjual kebutuhan sehari-hari, pakaian, barang
kelontong, elektronik, juga untuk pelayanan jasa perbengkelan, reparasi, unit-
unit produksi yang tidak menimbulkan polusi, tempat hiburan, serta kegiatan
niaga lainnya, seperti kantor-kantor, bank, industri kecil, dan lain-lain.

Tabel 4.8 Jenis Sarana Perdagangan Dan Jasa


Kebutuhan per
Kriteria
Jumlah Satuan Sarana
Jenis Penduduk Luas Luas Standar
No.
Sarana Pendukung Lantai Lahan (m2/jiwa) Radius Lokasi dan
(jiwa) Min. Min. Pencapaian Penyelesaian
(m2) (m2)
1. Toko/ 250 50 100 (bila 0,4 300m2 Di tengah
warung (termasuk berdiri kelompok
gudang) sendiri)
tetangga.
Dapat
merupakan
bagian dari
sarana lain.
2. Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,5 2.000m2 Di pusat
kegiatan
lingkungan.
KDB 40%.
Dapat
berbentuk P&D
3. Pusat 30.000 13.500 10.000 0,33 Dapat dijangkau
pertokoan + dengan
pasar kendaraan
lingkungan umum.
4. Pusat 120.000 36.000 36.000 0,3 Terletak di jalan
perbelanjaan utama.
dan niaga Termasuk
(toko + sarana parkir
pasar + sesuai
bank + ketentuan
kantor) setempat.
Sumber: SNI No. 2003-1733, 2004
f. Sarana Kebudayaan dan Rekreasi
Sarana kebudayaan dan rekreasi merupakan bangunan yang digunakan
untuk mewadahi berbagai kegiatan kebudayaan dan/atau rekreasi, seperti gedung
pertemuan, gedung seba guna, bioskop, gedung kesenian, dan lain-lain.
Penetapan jenis/macam sarana kebudayaan dan rekreasi pada suatu daerah
sangat tergantung pada kondisi setempat area tersebut, yaitu menyangkut faktor-
faktor:
a. Tata kehidupan penduduknya;
b. Struktur sosial penduduknya.
Menurut lingkup pelayanannya, jenis sarana kebudayaan dan rekreasi meliputi:
 Balai warga/balai pertemuan (skala pelayanan unit RW ≈ 2.500 penduduk);
 Balai sebaguna (skala pelayanan unit Kelurahan ≈ 30.000 penduduk);
 Gedung pertemuan/gedung serbaguna (skala pelayanan unit Kecamatan ≈
120.000 penduduk);
 Bioskop (skala pelayanan unit Kecamatan ≈ 120.000 penduduk).
Tabel 4.9 Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi
Kebutuhan per
Satuan Sarana Kriteria
Jumlah
Jenis Penduduk Luas Luas Standar
No.
Sarana Pendukung Lantai Lahan (m2/jiwa) Radius Lokasi dan
(jiwa) Min. Min. Pencapaian Penyelesaian
(m2) (m2)
1. Balai 2.500 150 300 0,12 100m2 Di tengah
warga/ balai kelompok
pertemuan tetangga.
Dapat
merupakan
bagian dari
bangunan
sarana lain.
2. Balai 30.000 250 500 0,017 100m2 Di pusat
serbaguna/ lingkungan.
balai
Karang
Taruna
3. Gedung 120.000 1.500 3.000 0,025 100m2 Dapat dijangkau
serbaguna dengan
kendaraan
umum.
4. Gedung 120.000 1.500 2.000 0,017 100m2 Terletak di jalan
bioskop utama.
Dapat
merupakan
bagian dari
pusat
perbelanjaan.
Sumber: SNI No. 2003-1733, 2004
g. Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang
mempunyai arti sebagai suatu lansekap, hardscape, taman atau ruang rekreasi
dalam lingkup urban. Peran dan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) ditetapkan
dalam Instruksi Mendagri no. 4 tahun 1988.
Jenis-jenis sarana ruang terbuka hijau antara lain taman, lapangan olah raga,
pemakaman, serta jalur hijau.
Tabel 4.10 Sarana Ruang Terbuka, Taman, dan Lapangan Olah Raga
Jumlah Kriteria
Jenis Penduduk Luas Lahan Standar
No. Radius Lokasi dan
Sarana Pendukung Min. (m2) (m2/jiwa)
Pencapaian Penyelesaian
(jiwa)
1. Taman/ 250 250 1 100m Di tengah kelompok
tempat main tetangga.
2. Taman/ 2.500 1.250 0,5 1000m Di pusat kegiatan
tempat main lingkungan.
3. Taman dan 30.000 9.000 0,3 Sedapat mungkin
lapangan berkelompok
olah raga dengan sarana
pendidikan.
4. Taman dan 120.000 24.000 0,2 Terletak di jalan
lapangan utama.
olah raga Sedapat mungkin
berkelompok
dengan sarana
pendidikan
5. Jalur hijau - - 15 m Terletak menyebar
6. Kuburan/ 120.000 Mempertimbangkan
pemakaman radius pencapaian
umum dan area yang
dilayani.
Sumber: SNI No. 2003-1733, 2004
4.3.5 ANALISA UTILITAS UMUM
Tujuan analisis utilitas umum adalah untuk menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan
yang telah ditetapkan, termasuk sistem makronya. Meneliti kemungkinan dimensi,
lokasi, pemanfaatan ruang jalan sebagai jalur distribusi, dengan mempertimbangkan
topografi, volume, debit, lokasi/lingkungan perencanaan, tingkat pelayanan, dan
sebagainya. Dengan metode sebagai berikut:
a. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data karakteristik sarana (utilitas) yang digunakan adalah
survey primer dan survey sekunder. Survey primer dilakukan dengan observasi
terhadap kondisi eksisting Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan yang meliputi
jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan air bersih, jaringan
drainase dan sistem pembuangan sampah. Adapun survey sekunder dilakukan
dengan mengumpulkan data – data tentang prasarana yang ada dalam dokumen
perencanaan. Adapun data – data yang diperlukan tiap karakteristik prasarana
akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 4.11 Desain Survei Utilitas
Data yang Dibutuhkan Metode Output Data
Pengumpulan Data
 Data jangkauan Mengetahui karakteristik
pelayanan air bersih prasarana jaringan air bersih di
 Data penggunaan air wilayah perencanaan
bersih
 Data kebutuhan air Berupa:
bersih a. Peta Persebaran jaringan air
bersih
Survey Primer b. Kompilasi data terbaru
(Pengamatan jaringan air bersih di
Lapangan) kawasan studi

 Data Survey Sekunder Mengetahui karakteristik


Persebaran (RDTRK Kec. Kraton, prasarana jaringan listrik di
Jaringan Listrik kebijakan terkait, dan wilayah perencanaan
 Data persebaran jenis instansi terkait)
sarana jaringan listrik Berupa:
 Data jangkauan a. Peta Persebaran jaringan
pelayanan listrik
jaringan listrik di b. Kompilasi data terbaru
wilayah jaringan listrik di kawasan
perencanaan studi

 Data jangkauan Mengetahui karakteristik


pelayanan prasarana jaringan telepon di
jaringan telepon wilayah perencanaan
 Data kebutuhan
jaringan Berupa:
telepon a. Peta Persebaran jaringan
 Data penggunaan telepon
jaringan telepon b. Kompilasi data terbaru
jaringan telepon di kawasan
studi
 Data jangkauan Mengidentifikasi karakteristik
pelayanan jaringan drainase di wilayah
drainase perencanaan
 Data standar
pelayanan Berupa:
drainase a. Peta Persebaran jaringan
drainase
b. Kompilasi data terbaru
jaringan drainase di kawasan
studi

 Data volume Mengidentifikasi karakteristik


persampahan prasarana sistem pembuangan
 Data lokasi sampah di wilayah perencanaan
pembuangan sampah
 Data jangkauan Berupa:
distribusi a. Peta Persebaran distribusi
persampahan persampahan
 Data proses b. Kompilasi data terbaru
ditribusi distribusi persampahan di
persampahan kawasan studi

Sumber: Analisa 2015

Bagan alur pengumpulan data dan informasi karakteristik prasarana (utilitas)


di wilayah perencanaan dapat dilihat pada gambar berikut

Gambar 4.11 Bagan Metode Identifikasi Utilitas


Sumber: Analisa 2015

 Metode Analisis
a. Air Bersih
Tujuan: mengatur dan menentukan kebutuhan jaringan dan fasilitas air
minum,menurut blok dan sub blok permukiman, sehingga tercipta ruang ekonomis,
sehat,dan produktif.
Komponen analisis:
 Sistem pelayanan, yaitu :
a) Sistem perpipaan yang dikelola oleh PDAM;
b) Air tanah terutama melalui sumur dangkal dan sumur pompa dangkal.
 Kebutuhan air domestik
 Kebutuhan non domestik
 Pelayanan perkotaan dan perdesaan
 Sistem pelayanan yang tersedia
INPUT PROSES OUTPUT
Peta TGL
Analisa Distribusi
Distribusi Air Bersih

Data
Sambungan Air
Analisa Layanan
Jumlah Penduduk Rencana Sistem Jaringan Air Bersih

Analisa Proyeksi
Konsumsi per kapita

Konsisi Prasarana Analisa Pelayanan

Gambar 4.12 Diagram Metode Analisis Jaringan Air Bersih


Sumber: Analisa 2015

1. Dengan peta Tata Guna Lahan dan data distribusi air bersih maka akan diolah
menggunakan software ArcGIS kemudian akan menghasilkan peta distribusi air
bersih eksisting sehingga dapat diketahui cakupan wilayah perencanaan yang
telah terlayani jaringan air maupun yang belum.
2. Data sambungan rumah aktif dan data sambungan hidran umum dari PDAM
setempat akan dihitung dengan data jumlah penduduk menggunakan rumus:

maka akan menghasilkan prosentase jumlah penduduk yang telah terlayani.


Kemudian dilakukan evaluasi apakah prosentase yang dihasilkan telah
memenuhi standar pelayanan 70% menurut Kriteria Perencanaan Air Bersih
Ditjen Cipta Karya Dinas PU Tahun 1996.
Tabel 4.12 Kriteria Perencanaan Air Bersih

Sumber: Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996

3. Untuk melakukan proyeksi kebutuhan air bersih Domestik selain adanya


standar kebutuhan air bersih, perlu juga untuk memperhatikan jumlah
penduduk dan konsumsi per kapitanya. Berdasarkan proyeksi jumlah
penduduk, maka didapatkan proyeksi kebutuhan air bersih penduduk untuk 20
tahun ke depan. Sedangkan untuk melakukan proyeksi kebutuhan air bersih
Non-Domestik dengan standar:
- Fasilitas sosial dan perkantoran membutuhkan 15% dari total kebutuhan
rumah tangga.
- Fasilitas komersial membutuhkan 20% dari total kebutuhan rumah tangga.
- Industri membutuhkan 10% dai total kebutuhan rumah tangga.
- Cadangan kebocoran membutuhkan 10% dari total kebutuhan rumah
tangga.
- Pemadam kebakaran membutuhkan 10% dari total kebutuhan rumah
tangga.
Dari analisa proyeksi kebutuhan air bersih Domestik dan Non-Domestik maka
dapat dihitung total kebutuhan air bersih, untuk merencanakan pipa
sambungan permukiman yang lebih banyak.

Tabel 4.13 Kebutuhan Air Non-Domestik untuk Kategori V (Desa)

Sumber: Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996

4. Diperlukan data kondisi jaringan terpasang menurut konsumen yang


didapatkan melalui wawancara penduduk sekitar untuk mengetahui
permasalahan sistem distribusi yang ada seperti ketidakteraturan aliran air
bersih ke rumah-rumah penduduk pada jam-jam tertentu. Selain itu, juga ada
kebocoran pipa dikarenakan kondisi tanah yang menyebabkan pipa cepat
berkarat dan bocor. Serta untuk permasalahan kualitas air bersih. Data tersebut
diperlukan untuk evaluasi sehingga dapat dilakukan peningkatan kualitas
pelayanan air bersih oleh PDAM.

b. Jaringan Listrik
Tujuan: pemenuhan kebutuhan penerangan melalui sistem pelayanan jaringan,dan
komponen prasarana kelistrikan.
Komponen analisis:
 Skala pelayanan: domistik dan non domistik;
 Sistem pelayanan: perkotaan dan perdesaan;
 Sistem jaringan: gardu induk, saluran udara ( SUTT, SUTM, SUTR), gardu
tiang dan sambungan rumah;
 Penataan ruang bawah jaringan.
INPUT PROSES OUTPUT
Peta TGL
Analisa Distribusi
Distribusi Listrik

Jumlah
Pelanggan PLN
Analisa Layanan
Jumlah Penduduk Rencana Sistem Jaringan Listrik

Analisa Proyeksi
Konsumsi per kapita

Kondisi Prasarana Analisa Pelayanan

Gambar 4.13 Diagram Metode Analisis Jaringan Listrik


Sumber: Analisa, 2015

1. Dengan peta Tata Guna Lahan dan data distribusi jaringan listrik, lokasi (SUTR,
SUTM, SUTT, SUTET dan Gardu Induk) maka akan diolah menggunakan
software ArcGIS kemudian akan menghasilkan peta distribusi listrik eksisting.
Sehingga dapat diketahui cakupan wilayah perencanaan yang telah terlayani
jaringan listrik maupun yang belum. Setelah itu dilakukan analisa buffering
untuk mengetahui jangkauan dari gardu listrik yang ada. Berdasar SNI SNI 03-
1733-1989 tentang Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota, 1 gardu
listrik mampu melayani radius atau jangkauan sebesar 500m 2. Sehingga bila
masih ada wilayah yang belum dijangkau maka akan direncanakan
penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik pada daerah-daerah yang
belum terlayani.
2. Data jumlah pelanggan dari PLN setempat akan dihitung dengan data jumlah
penduduk menggunakan rumus:

maka akan menghasilkan prosentase jumlah penduduk yang telah terlayani.


Kemudian dilakukan evaluasi apakah prosentase yang dihasilkan telah
memenuhi standar pelayanan minimum 70%.
3. Dalam memperkirakan kebutuhan listrik di kabupaten dipergunakan standar
kebutuhan yaitu 450 watt/rumah tangga untuk lingkungan perumahan
pedesaan dan 900 watt/rumah tangga untuk perumahan perkotaan.
Perhitungan kebutuhan listrik dihitung dengan asumsi satu buah rumah/Kepala
Keluarga = 5 jiwa. Untuk melakukan proyeksi kebutuhan air bersih Domestik
selain adanya standar kebutuhan listrik di atas, perlu juga untuk
memperhatikan jumlah penduduk. Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk,
maka didapatkan proyeksi kebutuhan air bersih penduduk untuk 20 tahun ke
depan. Sedangkan untuk melakukan proyeksi kebutuhan listrik Non-Domestik
dengan standar:
- Kebutuhan listrik perumahan adalah sebesar 40% dari kebutuhan total.
- Kebuthan listrik fasilitas pemerintah dan pelayanan umum adalah 15% dari
kebutuhan total.
- Kebutuhan listrik industri adalah 15% dari kebutuhan sosial.
- Kebutuhan listrik fasilitas komersial adalah 10% dari kebutuhan total.
- Kebutuhan listrik penerangan jalan adalah 10% dari kebutuhan total.
- Kebutuhan untuk cadangan listrik adalah 10% dari kebutuhan total.
Dari analisa proyeksi kebutuhan air bersih Domestik dan Non-Domestik maka
dapat dihitung total kebutuhan listrik, untuk merencanakan pengembangan
jaringan prasarana energi listrik.
4. Diperlukan data kondisi jaringan terpasang menurut konsumen yang
didapatkan melalui survey primer untuk mengetahui permasalahan sistem
jaringan listrik yang ada meliputi instalasi yang kurang tepat. Ketidaktepatan itu
misalnya kabel listrik tegangan tinggi yang menggulung tidak beraturan di
kawasan padat permukiman dan lokasi SUTT yang kurang memenuhi standard
serta beberapa jalan ada yang masih kurang penerangan. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/47/M.PE/1992 tentang
Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET), maka ditentukan jarak minimum antara penghantar SUTT
dengan tanah dan benda lain.
Tabel 4.14 Jarak Bebas Minimum Antara Penghantar SUTT
dengan Tanah dan Benda Lainnya

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/MPE/1992

Informasi tersebut diperlukan untuk evaluasi sehingga dapat dilakukan


peningkatan kualitas pelayanan jaringan listrik oleh PLN.

c. Jaringan Telekomunikasi
Tujuan: pemenuhan kebutuhan telekomunikasi melalui sistem pelayanan jaringan
telepon, dan komponen prasarana telepon.
Komponen analisis:
 Skala pelayanan:
- Sambungan telepon rumah tangga;
- Sambungan telepon non rumah tangga;
- Sambungan telepon umum.
 Sistem jaringan :
- STO dan rumah kabel;
- Penataan sistem jaringan.
INPUT PROSES OUTPUT
Peta TGL
Analisa Distribusi
Distribusi
SaranaTelepon

Jumlah
Pengguna Telepon
Analisa Proyeksi Rencana Sistem Jaringan Telepon
Jumlah Penduduk

Kondisi Prasarana Analisa Pelayanan

Gambar 4.14 Bagan Metode Analisis Jaringan Persampahan


Sumber: Analisa, 2015

1. Dengan peta Tata Guna Lahan dan data distribusi jaringan telepon serta lokasi
STO maka akan diolah menggunakan software ArcGIS kemudian akan
menghasilkan peta distribusi jaringan telepon eksisting. Sehingga dapat
diketahui cakupan wilayah perencanaan yang telah terlayani jaringan telepon
maupun yang belum. Setelah itu dilakukan analisa buffering untuk mengetahui
jangkauan dari STO yang ada. Berdasar SNI 03-1733-1989 tentang Tata cara
perencanaan kawasan perumahan kota, 1 STO mampu melayani dengan
radius radius pelayanan 3 – 5 km dihitung dari copper center yang berfungsi
sebagai pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan pelanggan.
Sehingga bila masih ada wilayah yang belum dijangkau maka akan
direncanakan penambahan dan perbaikan sistem jaringan telepon pada
daerah-daerah yang belum terlayani.
2. Sesuai SNI SNI 03-1733-1989 tentang Tata cara perencanaan kawasan
perumahan kota, tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon
rumah dan telepon umum dengan menggunakan asumsi berdasarkan tipe
rumah sebagai berikut:
- R-1, rumah tangga berpenghasilan tinggi: 2-3 sambungan/rumah
- R-2, rumah tangga berpenghasilan menengah: 1-2 sambungan/rumah
- R-3, rumah tangga berpenghasilan rendah: 0-1 sambungan/rumah
- Bangunan sosial dan pemerintahan sebesar 100 %
- Perdagangan/jasa non lokal sebesar 100%
- Bangunan perdagangan/jasa lokal sebesar 25 %
- Dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon untuk setiap 250
jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan
lingkungan tersebut.
Dari acuan tersebut kemudian dilakukan perhitungan proyeksi kebutuhan
sambungan telepon penduduk hingga 20 tahun mendatang
3. Tiang listrik harus ditempatkan pada area Damija dan dilakukan analisa jarak
antar tiang.

d. Drainase
Tujuan: pemenuhan kebutuhan untuk mengalirkan air permukaan ke badan air
penerima atau bendungan resapan buatan, agar terhindar pengikisan aliran hujan
terhadap badan jalan dan genangan air hujan pada kawasan tertentu
Komponen analisis:
 Kebutuhan pengendalian banjir dan genangan
 Sistem jaringan makro dan jaringan distribusi
 Volume air hujan dan debit aliran
 Kondisi dan kapasitas saluran yang tersedia
INPUT PROSES OUTPUT
Peta TGL
Analisa Distribusi
Jaringan Drainase

Panjang, lebar tinggi drainase

Analisa Kapasitas Rencana Sistem Jaringan Drainase

Curah Hujan

Kondisi Prasarana Analisa Pelayanan

Gambar 4.15 Bagan Metode Analisis Jaringan Persampahan


Sumber: Analisa, 2015

1. Dengan peta Tata Guna Lahan dan data jaringan drainase maka akan diolah
menggunakan software ArcGIS kemudian akan menghasilkan peta distribusi
jaringan darinase eksisting sehingga dapat diketahui cakupan wilayah
perencanaan yang dilalui jaringan drainase primer, sekunder atau tersier.
2. Dengan data panjang, lebar dan tinggi saluran drainase maka dapat dilakukan
analisa kapasitas volume saluran drainase eksisting.
3. Dengan data curah hujan dapat dilakukan analisa kapasitas air hujan.
Kemudian dilakukan evaluasi kapasitas jaringan drainase eksisting apakah
mampu menampung volume air hujan. Sehingga akan dilakukan rancangan
ulang dimensi drainase.
4. Diperlukan survey primer untuk mengetahui bagian dan kondisi jaringan
drainase. Jaringan drainase standar harus memiliki bagian-bagian yang telah
ditetapkan pada SNI 03-1733-1989 tentang Tata cara perencanaan kawasan
perumahan kota, seperti dapat dilihan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.15 Bagian Jaringan Drainase

Sumber: SNI 02-2406-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan

- Saluran pembuangan air hujan dapat merupakan saluran terbuka dan


tertutup;
- Saluran terbuka berbentuk ½ lingkaran dengan ukuran minimum diameter
20 cm
- Bentuk bulat telur ukuran minimum 20/30 cm
- Bahan saluran ; tanah liat, beton dan pasangan batu bata dan bahan lain
- Kemiringan saluran minimum 2%
- Kedalaman saluran minimum 40 cm
- Apabila saluran tertutup maka tiap perubahan arah harus dilengkapi
dengan lubang periksa dan pada saluran lurus lubang periksa harus
ditempatkan pada jarak minimum 50 meter ;
- Bahan saluran PVC, beton, tanah liat, dan bahan lain
- Kemiringan saluran minimum 2%
- Kedalaman saluran minimum 30 cm
- Badan penerima ;
- Sistem pembuangan air hujan harus dihubungkan dengn badan penerima
yang dapat menyalurkan atau menampung air buangan sedemikian rupa
sehingga maksud pengeringan daerah dapat terpenuhi
- Badan penerima dapat merupakan sungai, danau, kolam, yang mempunyai
daya tampung cukup.
e. Persampahan
Tujuan: pemenuhan kebutuhan untuk pembuangan limbah non B3 yang berasal
dari perumahan dan non perumahan.
Komponen analisis:
 Sistem jaringan dan pengolahan : bak sampah, TPS, dan TPA;
 Skala penanganan: skala individu, skala lingkungan, dan skala daerah;
 Volume dan sumber sampah: perumahan, fasilitas komersial, fasilitas
umum,dan fasilitas sosial.
INPUT PROSES OUTPUT
Peta TGL
Analisa Distribusi
Alur Pembuangan
Sampah

Jumlah Penduduk

Analisa Proyeksi Rencana Sistem Jaringan Persampaha terpadu


n
Produksi Sampah/org

Kondisi Prasarana Analisa Kapasitas

Gambar 4.16 Bagan Metode Analisis Jaringan Persampahan


Sumber: Analisa, 2015

1. Dengan peta Tata Guna Lahan dan data alur pembuangan sampah, lokasi TPS
dan TPA maka akan diolah menggunakan software ArcGIS kemudian akan
menghasilkan peta jaringan persampahan eksisting sehingga dapat diketahui
cakupan wilayah perencanaan yang telah dilalui jaringan persampahan atau
belum.
2. Dengan data jumlah sarana persampahan dan titik-titik lokasinya maka akan
dilakukan analisis buffer dengan software arcGIS untuk mengetahui jangkauan
pelayanan masing-masing sarana yang ada, sehingga apabila masih ada
wilayah yang belum dijangkau maka akan direncanakan penambahan
prasarana. Kebutuhan prasarana persampahan dapat di lihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4.16 Kebutuhan Prasarana Persampahan

Sumber: SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengolahan Sampah Perkotaan

- Penempatan tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah dicapai


petugas kebersihan dan tidak menggangu lalu lintas
- Tempat sampah dibuat dari bahan tahan air dan dapat berupa ruang
terbuka yang bisa untu menempatkan 1-2 container kapasitas 6 m3. Apabila
belum tersedia tempat pembuangan sampah yang telah ditentukan, tiap
lingkungan dapat dilengkapi dengan pembuangan sampah berupa
penimbunan saniter yang sesuai persyaratan:
 Harus dipilih tanah yang relatif rendah dibandingkan kawasan
permukiman
 Lapisan sampah harus diusahakan kurang dari 2 m tiap lapis
 Tebal lapisan tanah minimum 20 cm untuk menutup tiap lapisan sampah.
Untuk lapisan terakhir tebal tanah 60 cm
 Setiap lapisan sampah yang sudah ditimbun tanah harus dipadatkan
3. Dengan data proyeksi jumlah penduduk dan volume sampah rumah tangga
yang dihasilkan, maka dilakukan analisis kapasitas TPA/TPS setempat untuk
mengetahui TPA yang ada mampu menampung jumlah timbulan sampah saat
ini dan ke depannya yang dihasilkan. Sehingga apabila kapasitas tidak
memenuhi akan dilakukan rencana pembukaan lahan TPA baru.
4. Dengan survey primer akan dilakukan analisa cara pembuangan sampah yang
dilakukan masyarakat, analisa sistem pendistribusian sampah, analisa
penempatan TPS dan TPA. Sehingga akan dihasilkan rencana sistem
pengolahan sampah terpadu.
Gambar 4.17 Bagan Keterkaitan Aspek Utilitas
Sumber: Analisa, 2015

4.3.6 ANALISIS PRASARANA TRANSPORTASI


Prasarana transportasi merupakan salah satu elemen transportasi yang
mendukung terintegrasinya suatu sistem sirkulasi yang harmonis, seimbang, nyaman
dan memberikan akomodasi yang terbaik bagi penggunanya. Dengan adanya analisa
kondisi eksisting prasarana yang disesuaikan dengan kebijakan dan standar yang ada,
maka dari itu akan diketahui potensi dan juga permasalahan mengenai prasarana
transportasi yang ada pada Kecamatan Kraton ini.
Tujuan analisis prasarana transportasi adalah untuk mengatur dan menentukan
kebutuhan jaringan pergerakan dan fasilitas penunjangnya, menurut struktur zona,
blok dan sub blok peruntukan, sehingga tercipta ruang yang lancar, aman, nyaman,
dan terpadu, berdasarkan pertimbangan distribusi penduduk, tenaga kerja, daya
dukung lahan, daya dukung lingkungan jalan, daya dukung prasarana yang ada.
Komponen Analisis
a.) Analisis level of service
b.) Meneliti pola jaringan jalan
c.) Meneliti kelas dan fungsi jalan
d.) Meneliti pola pergerakan bangkitan lalu lintas penumpang dan barang
e.) Meneliti titik-titik kemacetan
f.) Meneliti kemungkinan-kemungkinan karakteristik geometrik jalan seperti rumija,
rumaja dan ruwasja
g.) Meneliti tentang sarana dan prasarana transportasi

a. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan adalah survey primer berupa observasi
menyeluruh prasarana transportasi berupa jaringan jalan di kawasan studi yang
bertujuan untuk mengetahui karakteristik fungsi jalan, geometric jalan, dan
karakteristik lalu lintas di wilayah perencanaan serta dilakukan melalui survei
sekunder atau survei literatur. Dalam pengumpulan data dapat dilakukan dengan
survei instansional. Survei instansional ini dilakukan pada Dinas/Instansi seperti
Dinas DPU dan Dinas Perhubungan guna mendapatkan data yang dibutuhkan.
LaporanPendahuluanKec.Kraton

Tabel 4.18 Metode dan Analisa Prasarana Transportasi

Pengumpulan Data Analisis Data


Output
Data Jenis Data Metode Sumber Analisis Analisis Tools
Observasi
Karakter geometrik Primer dan Survey lapangan dan Analisa dimensi
dan studi Data dan peta arahan
jalan sekunder Dinas DPU jalan
literatur a. Karakteristik fungsi dan
Observasi jaringan jalan, karakteristik
Primer dan Survey lapangan dan Analisa jaringan
Pola jaringan jalan dan studi geometrik jalan yang meliputi
sekunder Dinas DPU jalan
literatur lebar rumija, rumaja, dan
Analisa ruwasja.
Pola pergerakan Observasi bangkitan lalu Input GIS dan b. Pola pergerakan bangkitan lalu
Primer dan Survey lapangan dan
penumpang dan dan studi lintas autoCAD lintas dan barang
sekunder Dinas DPU
barang literatur penumpang dan c. Karakteristik lalu lintas baik
barang kendaraan bermotor maupun
Karakteristik lalu tidak bermotor, meliputi volume
Observasi
lintas; kapasitas, Primer dan Survey lapangan dan Analisa level of lalu lintas, kondisi lalu lintas, arus
dan studi
kecepatan, dan sekunder Dinas DPU service kendaraan dan pejalan kaki,
Literatur
volume kendaraan serta tempat parkir dan lainnya
Sarana dan Analisa sarana d. Persebaran sarana dan
Survei lapangan
prasarana Primer Observasi dan prasarana prasarana transportasi
transportasi transportasi
Sumber : Analisa, 2015

IV-47
LaporanPendahuluanKec.Kraton

INPUT DATA PROSES ANALISA OUTPUT

-SURVEI PRIMER: Data dan peta arahan


a. Karakteristik fungsi
Observasi lapangan
jalan, karakteristik
-SURVEY SEKUNDER:
geometrik jalan yang
Dokumen instansi Dinas DPU
meliputi lebar damaja,
dan Dinas Perhubungan
damija, dan dawasja.
 Kondisi eksisting sarana 1. Analisis
b. Pola pergerakan
dan prasarana transportasi jaringan
bangkitan lalu lintas
 Data karakteristik fungsi jalan
2. Analisis dan barang
jalan dan geometrik jalan
Level of b. Karakteristik lalu lintas
(lebar damaja, damija,
Service baik kendaraan bermotor
dawasja) maupun tidak bermotor,
3. Analisis
 Data karakteristik lalu lintas dimensi meliputi volume lalu lintas,
(volume, kecepatan, arus jalan kondisi lalu lintas, arus
dan lainnya) 4. Analisa kendaraan dan pejalan
 Pola pergerakan bangkitan kaki, serta tempat parkir
lalu lintas dan dan lainnya
penumpang dan barang
barang c. Persebaran sarana
 Pola jaringan jalan dan prasarana
5. Analisis
Gambar 4.18 Metode dan Analisa Aspek Transportasi
Sumber: Hasil Analisa, 2015

b. Metode Analisis
Metode Analisis merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisa/
mengolah data yang telah didapatkan melalui survei primer dan survei sekunder.
Adapun metode yang digunakan dalam menganalisa system transportasi adalah
sebagai berikut:

a. Analisis Level Of Service


LOS (Level of Service) atau tingkat pelayanan jalan adalah salah satu metode
yang digunakan untuk menilai kinerja jalan yang menjadi indikator dari kemacetan.
Suatu jalan dikategorikan mengalami kemacetan apabila hasil perhitungan LOS
menghasilkan nilai mendekati 1. Dalam menghitung LOS di suatu ruas jalan,
terlebih dahulu harus mengetahui kapasitas jalan (C) yang dapat dihitung dengan
mengetahui kapasitas dasar, faktor penyesuaian lebar jalan, faktor penyesuaian
pemisah arah, faktor penyesuaian pemisah arah, faktor penyesuaian hambatan
samping, dan faktor penyesuaian ukuran kota. Kapasitas jalan (C) sendiri
sebenarnya memiliki definisi sebagai jumlah kendaraan maksimal yang dapat
ditampung di ruas jalan selama kondisi tertentu (MKJI, 1997).

IV-48
Level of Service (LOS) dapat diketahui dengan melakukan perhitungan
perbandingan antara volume lalu lintas dengan kapasitas dasar jalan (V/C). Dengan
melakukan perhitungan terhadap nilai LOS, maka dapat diketahui klasifikasi jalan
atau tingkat pelayanan pada suatu ruas jalan tertentu.

Keterangan:
LOS = V/C LOS : Tingkat Pelayanan
jalan V : Volume lalu Lintas
C : Kapasitas jalan

Volume lalu lintas maksimum dapat diketahui dengan menghitung jumlah


kendaraan. Untuk menghitung tingkat pelayanan jalan (Level of Service) harus
diketahui kapasitas jalan (C). Kapasitas jalan adalah arus maksimum yang melalui
suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu.
Untuk jalan dua lajur (dua arah), kapasitas ditentukan untuk arus dua arah
(kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur harus dipindahkan
terarah dan kapasitas ditentukan per lajur. Kapasitas suatu jalan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus yaitu:

Ca = Co x Fw x Fks x Fsp x Fsf x Fcs

Keterangan:
Ca = kapasitas
Co = kapasitas dasar
Fw = faktor lebar jalan
Fks = faktor bahu/kerb jalan
Fsp = faktor arah/median
Fsf = faktor gangguan samping
Fcs = faktor kota
Tabel 4.19 Kriteria Level of Service
Tingkat Nilai V/C Karakteristik Lalu Lintas Kecepatan/Laju
Pelayanan Kendaraan
A 0,0-0,19 Kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi, >95 km/jam
volume lalu lintas rendah, pengemudi bebas
memilih kecepatan yang diinginkan tanpa
hambatan.
B 0,2-0,44 Arus stabil, pengemudi memiliki kebebasan 80-95 km/jam
untuk beralih jalur.
C 0,45-0,69 Dalam zona ini arus stabil, pengemudi dibatasi 60-80 km/jam
dalam memilih kecepatan.
D 0,70-0,84 Arus stabil, hampir semua pengemudi dibatasi 40-60 km/jam
kecepatannya. Volume lalu lintas mendekati
kapasitas jalan tetapi masih dapat diterima.
E 0,85-1,0 Arus tidak stabil, sering berhenti, volume lalu 30-40 km/jam
lintas mendekati atau berada pada kapasitas
jalan.
F >1 Arus lalu lintas macet atau kecepatan sangat <30 km/jam
rendah dan antrian kendaran panjang.
Sumber: DPMTJ & LAPI-ITB, 1986

INPUT PROSES OUTPUT

Data Volume lalu Lintas ( V ) (Survei primer) Menganalisa


kinerja jalan
berdasarkan
kriteria
Level Of Service
V/C

Data kapasitas jalan ( C ) (perhitungan rumus) Output: Mengetahui


titik titik kemacetan

Gambar 4.19 Metode Analisis LOS


Sumber: Analisa, 2015
b. Analisis Pola Jaringan Jalan
Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif observasi dan
evaluative. Yakni suatu metode observasi lapangan dengan mengklasifikasikan
hirarkhi jalan berdasarkan standart hirarkhi jalan.

INPUT PROSES OUTPUT

Data Klasifikasi jalan


berdasarkan Fungsi
(DPU Bina marga) Analisis deskriptif
Rekapitulasi panjang jalan berdasarkan hierarki jalan observasi dan
Data panjang jalan evaluative kondisi
(DPU Bina Marga) jaringan jalan,
panjang jalan dan
Data perkerasan jalan (DPU Bina Marga)
perkerasan di
Kecamatan
Kraton
Gambar 4.20 Metode Analisis Pola Jaringan Jalan
Sumber: Analisa, 2015

Tabel 4.20 Standar Perencanaan Hirarki Jalan

Arteri Primer Arteri Sekunder Kolektor Primer Kolektor Sekunder


Jalan yang Jalan yang Jalan yang Jalan yang
menghubungkan secara menghubungkan menghubungkan menghubungkan
berdaya guna kawasan primer secara berdaya guna secara berdaya guna
antarpusat kegiatan dengan kawasan antara pusat kegiatan antara pusat kegiatan
nasional atau antara sekunder kesatu, nasional dengan pusat nasional dengan pusat
pusat kegiatan nasional kawasan sekunder kegiatan lokal, kegiatan lokal,
dengan pusat kegiatan kesatu dengan antarpusat kegiatan antarpusat kegiatan
wilayah. kawasan sekunder wilayah, atau antara wilayah, atau antara
Kecepatan rencana kesatu, atau kawasan pusat kegiatan wilayah pusat kegiatan wilayah
paling rendah 60 sekunder kesatu dengan pusat kegiatan dengan pusat kegiatan
km/jam dengan kawasan lokal lokal
Lebar badan jalan sekunder kedua. Kecepatan rencana Kecepatan rencana
paling sedikit 11 meter Kecepatan rencana paling rendah 40 paling rendah 40
Mempunyai kapasitas paling rendah 30 km/jam km/jam
yang lebih besar dari km/jam Lebar badan jalan Lebar badan jalan
kapasitas rata-rata Lebar badan jalan paling sedikit 9 meter paling sedikit 9 meter
Lalu lintas jarak jauh paling sedikit 11 Jumlah jalan masuk Jumlah jalan masuk
tidak boleh terganggu meter dibatasi dibatasi
oleh lalu lintas ulang Mempunyai kapasitas Tidak terputus Tidak terputus
alik, lalu lintas lokal, dan yang lebih besar dari walaupun memasuki walaupun memasuki
kegiatan lokal kapasitas rata-rata kawasan perkotaan kawasan perkotaan
Jumlah jalan masuk Lalu lintas cepat tidak dan/atau kawasan dan/atau kawasan
dibatasi boleh terganggu oleh pengembangan pengembangan
Tidak terputus walaupun lalu lintas lambat perkotaan perkotaan
memasuki kawasan
perkotaan dan/atau
kawasan
pengembangan
perkotaan
Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 Tahun 2006
c. Analisis Dimensi Jalan
Dimensi jalan atau pola penampang melintang jalan terdiri dari tiga
variabel, yaitu:
 Ruang Manfaat Jalan (Rumaja)
Segmen Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) berdasarkan :
- Konstruksi : badan jalan, saluran tepi jalan (drainase) dan ambang
pengamannya diperuntukkan bagi median jalan, perkerasan jalan, jalur
pemisah, bahu jalan, trotoar, gorong-gorong, jembatan dan bangunan
pelengkap jalan.
- Fungsi : berdasarkan sifat dan pergerakan dan batasan muatan lalu
lintas dalam sistem jaringan jalan primer dan sekunder, fungsi jalan
dibedakan: jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalan lingkungan.

 Ruang Milik Jalan (Rumija)


Terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur dengan batasan tanah tertentu
di luar Ruang manfaat Jalan, merupakan ruang sepanjang jalan yang
dibatasi oleh lebar, kedalaman dan tinggi tertentu.
Ketentuan lebar ruang manfaat jalan sebagai berikut :
Jalan bebas hambatan/ jalan tol :30 meter
Jalan raya :25 meter
Jalan sedang :15 meter
Jalan kecil :11 meter

 Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja)


Merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang pemanfaatannya
ada di bawah Pengawasan Pembina Jalan, diperuntukkan bagi pandangan
dan pengaman konstruksi/ fungsi jalan. Larangan-larangan dalam Ruwasja
merupakan larangan yang dapat mengganggu pandangan bebas para
pengguna jalan dan konstrusi jalan.
Ketentuan lebar Ruwasja dari batas badan jalan paling luar sebagai
berikut: Jalan Arteri Primer :15 meter
Jalan Kolektor Primer :10 meter
Jalan Lokal Primer :7 meter
Jalan Lingkungan Primer :5 meter
Jalan Arteri Sekunder :15 meter
Jalan Kolektor Sekunder :5 meter
Jalan Lokal Sekunder :3 meter
Daerah untuk Jembatan :100 meter ke arah hulu dan hilir

RUANG MANFAAT JALAN

5 METER

Pagar Pagar

1,5 METER

GARIS SEMPADAN BANGUNAN RTH/ SALURAN BAHU JALAN JALUR LALU LINTAS BAHU SALURANRTH/GARIS JALANTEPIUTILITAS SEMPADAN
UTILITASTEPI JALAN JALANBANGUNAN
AMBANG PENGAMAN JALAN AMBANG PENGAMAN JALAN

BADAN JALAN

RUANG MILIK JALAN


RUANG PENGAWASAN JALAN

Gambar 4.21 Visual Ruang Komponen Jalan


Sumber:Jurnl, 2012

Metode yang digunakan untuk analisis dimensi jalan adalah metode analisis
deskriptif. Analisis dimensi jalan disesuaikan dengan peraturan dan standar yang
ada. Dengan demikian, output yang diharapkan berupa gambaran dimensi geometrik
jalan di kecamatan Kraton berdasarkan hierarki jalan.

INPUT:
PROSES OUTPUT
Data Rumija, Rumaja, Ruwasja berdasarkan
Analisahierarki
deskriptif
jalan
Gambaran
observasi dan
dimensi
analisa
geometri
tools jalan Kec Kraton berdasarkan hierar
(survei primer) (Autocad)

Gambar 4.22 Metode Analisis Dimensi Jalan


Sumber: Analisa, 2015

d. Analisis Bangkitan Lalu Lintas Penumpang Dan Barang


Untuk mengidentifikasi pola pergerakan barang dan orang, dilakukan survei
primer yakni melakukan pengamatan di titik titik yang memiliki bangkitan dan
tarikan tinggi. Setelah mengidentifikasi kemudian dilakukan analisa penyebab
bangkitan dan tarikan dikaitkan dengan pola penggunaan lahan.
INPUT PROSES OUTPUT

Identifikasi pola pergerakan Analisis deskriptif


barang Analisa pola observasi dan
(survei primer) pergerakan barang evaluative pola
dan orang pergerakann
dikaitkan dengan barang dan
Identifikasi pola pergerakan orang di
jenis jalan
orang Kecamatan
(survei primer) Kraton

Gambar 4.23 Metode Analisis Bangkitan Lalu Lintas


Sumber: Analisa, 2015

e. Analisis Sarana Dan Prasarana Transportasi


1) Trotoar/Pedestrian
Trotoar dapat dibuat sejajar jalan dan terletak pada ruang manfaat jalan
(Rumaja). Pada keadaan tertentu trotoar dapat tidak sejajar jalan karena
topografi setempat atau karena adanya pertemuan dengan fasilitas lain.
Trotoar dapat juga terletak di ruang milik jalan.
Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah deskriptif observasi dan
evaluatif yakni dengan membandingkan lebar trotoar berdasarkan hasil
observasi lapangan di wilayah studi dengan ketentuan lebar trotoar menurut
SK SNI S-03,1990. Dalam perencanaan trotoar yang perlu diperhatikan ialah
kebebasan kecepatan berjalan untuk mendahului pejalan kaki lainnya tanpa
bersinggungan. Lebar minimum trotoar yang dibutuhkan dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 4.21 Lebar Trotoar Sesuai Dengan Penggunaan Lahan Sekitarnya


Penggunaan lahan Lebar minimum
Perumahan 1,50
Perkantoran 2,00
Industri 2,00
Sekolah 2,00
Terminal/pemberhentian bus 2,00
Pertokoan/perbelanjaan 2,00
Jembatan/terowongan 1,00
Sumber: SK SNI S-03,1990
2) Sistem Parkir
Sistem parkir dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu system parkir on street
dan system parkir off street.

a. Parkir ditepi jalan (on street parking)


Parkir ditepi jalan ini mengambil tempat disepanjang jalan, dengan atau
tanpa melebarkan jalan untuk pembatas parkir. Parkir ini baik untuk
pengunjung yang ingin dekat dengan tujuannya, tetapi untuk lokasi dengan
intensitas penggunaan lahan yang tinggi, cara ini kurang menguntungkan.
Bila ditinjau dari posisi parkir dapat dibagi menjadi :
- Parkir sejajar dengan sumbu jalan (bersudut 1800)
- Parkir bersudut 300, 450 dan 600 terhadap sumbu jalan.
- Parkir tegak lurus dengan sumbu jalan (bersudut 900)

b. Parkir tidak di jalan (off street parking)


Cara parkir ini menempati pelataran parkir tertentu diluar badan jalan, baik di
halaman terbuka maupun didalam bangunan khusus untuk parkir. Bila
ditinjau posisi parkirnya, maka dapat dilakukan seperti pada on street
parking, hanya saja pengaturan sudut parkir ini banyak dipengaruhi oleh
luas dan bentuk pelataran parkir.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka metode yang digunakan pada


analisis parkir adalah metode deskriptive observasi yakni dengan cara
melakukan observasi langsung ke lapangan dan mengindentifikasi daerah
parkir on street dan parkir off street

.
Gambar 4.25 Ilustrasi Parkir
Sumber: Jurnal, 2012
INPUT PROSES OUTPUT

Identifikasi Sistem parkir

Identifikasi Kondisi Analisis deskriptif


trotoar/pedestrian way observasi dan
evaluative kondisi
Identifikasi lampu jalan, lampu Survei Primer
sarana dan
lalu lintas, prasarana
transportasi di
Identifikasi pangkalan ojek
kec Kraton
Identifikasi pangkalan angkutan
umum, terminal, dll

Gambar 4.26 Metode Analisis Sarana dan Prasarana Lalu Lintas


Sumber: Analisa, 2015

Keterkaitan Aspek Transportasi Dengan Aspek Lain

FASILITAS UMUM

Keterkaitan antara system


Penyediaan fasilitas dan
sirkulasi lalu lintas dan pola
sarana transportasi untuk
pergerakan terhadap
kepentingan public
perubahan tata guna lahan
Output: Rencana Fasilitas
Output: Rencana pola Transportasi
pergerakan dengan TRANSPORTASI
mempertimbang pola
penggunaan lahan

TATA Keterkaitan antara kondisi INTERAKSI


GUNA jaringan jalan dan fasilitas SOSIAL
LAHAN
trasnportasi terhadap tingkat
interaksi social yang terjadi
Output: Rencana Pola
Pergerakan dengan
mempertimbangkan
pedestrian sebagai tempat
interaksi social)

Gambar 4.27 Keterkaitan Aspek Transportasi dengan Aspek Lain


Sumber : Analisa, 2015
LaporanPendahuluanRDTRKPerkotaanKraton

BAB V
MANAJEMEN KEGIATAN
5.1 Struktur dan Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan
Pembagian struktur organisasi sangat diperlukan untuk mencapai keefesienan dan
efektifitas penggunaan sumber daya dalam suatu survey dalam suatu rencana. Sesuai
dengan aturan yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja, maka dalam pelaksanaan
pekerjaan ini dibutuhkan struktur organisasi yang mendetail namun kompak. Keberadaan
organisasi pelaksana dalam kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Kecamatan Kraton antara lain dengan tujuan:
 Terjadi kesinambungan pekerjaan antara tenaga, ahli dengan koordinator tim (team
leader)

 Terjadi suatu kegiatan yang sistematis dan teratur sehingga hasil yang didapat
efektif, efisien dan tepat waktu sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan

 Biaya finansial pelaksanaan kegiatan dapat terkoordini dengan baik dan efektif
penggunaannya
Struktur organisasi ini sangat dibutuhkan karena dapat membantu dan
mempermudah dalam penyusunan suatu rencana, yang dalam hal ini Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton. Struktur organisasi ini diperlukan terkait
adanya hubungan kerja antara pemberi tugas (Dosen Mata Kuliah dan Dosen Pembimbing)
dengan tim pelaksana (mahasiswa) Perancanaan Wilayah dan Kota ITS.
Dibawah ini merupakan struktur Organisasi pelaksanaan pekerjaan untuk
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton yang
dapat dilihat pada Gambar 5.1

V-1
Gambar 5.1 Struktur dan Organisasi Pelaksanaan
Sumber: Analisa, 2015

5.2 Komposisi Personil


Komposisi personil ini merupakan kelompok yang terdiri dari beberapa mahasiswa
peserta mata kuliah Perencanaan Kota di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Institut
Teknologi Sepuluh Nopember yang terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1. Tim Leader di Koordinator Kelompok
2. Tim Ahli Perencanaan yang terdiri dari:
 ahli tata guna lahan dan fisik dasar
 ahli sosio demografi
 ahli sarana
 ahli prasarana
 ahli transportasi
Berikut merupakan penjabaran tugas, tanggung jawab, dan wewenang dari masing-
masing unsur-unsur di atas dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 5.1 Tugas, tanggung Jawab, dan Wewenang Tenaga Ahli
1 Tim Leader a. Bertanggung jawab terhadap kelompok
b. Memberikan teknis survey penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan
dengan melakukan koordinasi, arahan, dan bimbingan baik dalam hal
substantif maupun non substantif dalam pelaksanaan pekerjaan
c. Membangun teamwork building dengan seluruh tenaga ahli untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan
d. Memimpin dan mempersiapkan tim diskusi dengan pihak pemberi
tugas
e. Mengarahkan dan mempersiapkan program kerja
2 Ahli Tata Guna a. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan kawasan yang
Lahan dan Fisik berkaitan dengan pemanfaatan ruang di dalam kawasan
Dasar perencanaan
b. Menyusun scenario perencanaan yang akan dilakukan di dalam
kawasan perencanaan
c. Menyusun konsep perencanaan yang akan dilakukan di dalam
kawasan perencanaan
d. Menyusun strategi penataan ruang yang akan dilakukan di dalam
kawasan perencanaan
e. Menyusun Rencana pemanfaatan ruang di dalam kawasan
perencanaan
f. Menyusun Rencana implementasi penataan ruang di dalam
kawasan perencanaan
3 Ahli Sosio Demografi a. Melakukan kajian dan memberikan masukan terhadap potensi dan
permasalahan sosial demografi yang berkaitan dengan sosial dan
kependudukan dalam kawasan perencanaan
b. Melakukan kajian dan memberikan masukan untuk
pengembangan aspek sosial demografi yang berkaitan dengan
sosial dan kependudukan dalam kawasan perencanaan
c. Melakukan kajian terhadap pemecahan masalah sosial demografi
yang berkaitan dengan sosial dan kependudukan dalam kawasan
perencanaan
d. Menyusun rencana kependudukan di dalam kawasan
perencanaan
4 Ahli Sarana a. Melakukan kajian dan memberikan masukan terhadap potensi dan
permasalahan sarana perkotaan (fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas perniagaan, fasilitas
pemerintahan, fasilitas kebudayaan dan rekreasi dan lain
sebagainya) di dalam kawasan perencanaan
b. Melakukan kajian dan memberikan masukan untuk
pengembangan aspek sarana perkotaan (fasilitas pendidikan,
fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas perniagaan,
fasilitas pemerintahan, fasilitas kebudayaan dan rekreasi dan lain
sebagainya) di dalam kawasan perencanaan
c. Melakukan kajian terhadap pemecahan masalah sarana perkotaan
(fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan,
fasilitas perniagaan, fasilitas pemerintahan, fasilitas kebudayaan dan
rekreasi dan lain sebagainya) di dalam kawasan perencanaan
d. Menyusun rencana sistem penyediaan sarana di dalam kawasan
perencanaan
5 Ahli Prasarana a. Melakukan kajian dan memberikan masukan tentang potensi dan
permasalahan Prasarana (air bersih, sanitasi, drainase dan
persampahan) di kawasan perencanaan
b. Melakukan kajian dan memberikan masukan terhadap
pengembangan aspek Prasarana (air bersih, sanitasi, drainase dan
persampahan) di kawasan perencanaan
c. Melakukan kajian terhadap pemecahan masalah Prasarana
d. Menyusun rencana sistem penyediaan Prasarana di dalam
kawasan perencanaan
6 Ahli Transportasi a. Melakukan kajian dan memberikan masukan terhadap potensi dan
permasalahan transportasi
b. Melakukan kajian dan memberikan masukan untuk
pengembangan aspek transportasi
c. Melakukan kajian terhadap pemecahan masalah transportasi
d. Menyusun rencana sistem transportasi di dalam kawasan
perencanaan
Sumber: Analisa, 2015

Berdasarkan unsur-unsur organisasi di atas, maka komposisi tenaga ahli dalam pekerjaan
ini adalah:
Dosen Pembimbing : Ptu Gde Ariastita ST. MT.
Prananda Navitas ST.
MSc.
Tim Leader dan Ahli Sosio Demografi : Farida Puspita Rini
Ahli Tata Guna Lahan dan Fisik Dasar : a. Chikita Yusuf Widhaswara
b. Pisces Eria
c. Burhanudin Fahmi
Ahli Sarana : a. Santika Purwitaningsih
b. Joshua Argentino
Ahli Prasarana : a. Ajeng Dearista Wulansari
b. Muhammad Fadli
c. Muhammad Brian Adam
Ahli Transportasi : a. Mega Widiyahwati
b. Azizah Faridha Elisa
LaporanPendahuluanRDTRKPerkotaanKraton

5.3 Rencana Kegiatan


Tabel 5.2 Jadwal Waktu Pelaksanaan
Bulan
No. Kegiatan Utama Kegiatan I II III IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Tahap Persiapan Kajian Teori
Deliniasi Wilayah
Persiapan Survei
Penyusunan Laporan Pendahuluan
Pengumpulan Laporan Pendahuluan
2 Tahap Pengumpulan Data Survey Instansional
Survey Pengamatan Lapangan
3 Tahap Pengolahan Data dan Pengolahan Data
Analisis
Analisis Data
Penyusunan Laporan Fakta Analisa
Pengumpulan Laporan Fakta Analisa
4 Tahap Perumusan Rencana Finalisasi Rencana
Pembuatan Draft Peta
Penyusunan Laporan Rencana
Presentasi Laporan Rencana
Pengumpulan Laporan Rencana
Sumber: Analisa, 2015

V-5
LaporanPendahuluanRDTRKPerkotaanKraton

5.4 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Tabel 5.3 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


BULAN (MINGGU)

NO LANGKAH KEGIATAN I II III IV

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

I Persiapan

1 Studi Literatur dan metode pelaksanaan

2 Penyiapan langkah kerja

3 Penyiapan Peta Dasar

4 Penyiapan Peralatan dan Perlengkapan

Review rencana dan kebijakan


5 pembangunan

Kajian awal kebijakan dan peraturan


6 perundangan

Observasi awal dan penggalian issue-


7 ssue strategis

8 Pematangan metode pelaksanaan kerja

Diskusi dan penyelesaian laporan


9 pendahuluan

II Penentuan Lingkup Wilayah RDTR

Penentuan lingkup wilayah didasarkan


pada :

- Tujuan penetapan wilayah Perkotaan

- Kondisi sosial, ekonomi, budaya,


dan lingkungan

- Daya dukung dan daya tampung


wilayah

- Ketentuan perundangan yang terkait

III Pengumpulan Data

1 Survey sekunder ke instansi terkait

Pengukuran dan survei primer yang terdiri


2 dari:

- Identifikasi fisik dasar

- Identifikasi penggunaan lahan eksisting

- Identifikasi bangunan

V-6
BULAN (MINGGU)

NO LANGKAH KEGIATAN I II III IV

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Identifikasi sistem transportasi/jaringan


- jalan

- Identifikasi jaringan utilitas

- Identifikasi fasilitas umum

Identifikasi kependudukan dan sosial


- budaya

3 Penjaringan aspirasi masyarakat

4 Penyusunan dan kompilasi data

IV Pengolahan dan Analisis Data

Kajian kebijakan pengembangan


1 kawasan dalam dokumen RTR

2 Analisis karakteristik wilayah

- Analisa Konteks Makro

- Analisa keterkaitan dengan kawasan lain

- Keterkaitan antarkomponen ruang

- Karakteristik fisik

- Kerentanan terhadap potensi bencana

- Karakteristik sosial kependudukan

- Karakter lain yang dibutuhkan

Analisis potensi dan masalah


3 pengembangan

- Analisis kebutuhan ruang

- Analisis perubahan pemanfaatan ruang

Analisis kualitas kinerja kawasan dan


4 lingkungan

Perumusan isu, potensi dan


5 permasalahan pengembangan

6 Penyelesaian Laporan Antara

7 Diskusi dan koordinasi pendataan

Perbaikan dan penyerahan laporan


8 antara
BULAN (MINGGU)

NO LANGKAH KEGIATAN I II III IV

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

V Perumusan Konsep RDTR

Perumusan tujuan, kebijakan, dan


1 strategi pengemb kaw

2 Konsep pengembangan kawasan

a Tujuan penataan kawasan

b Rencana pola ruang

c Rencana jaringan prasarana

Penetapan kaw yang diprioritaskan


d penanganannya

3 Ketentuan pemanfaatan ruang

4 Penyusunan draft laporan akhir

5 Diskusi draft RDTRK Perkotaan

VI Penyelesaian Pekerjaan

1 Perumusan dan telaah hasil diskusi

Perumusan dan penyempurnaan hasil


2 akhir rencana

Penyerahan laporan akhir beserta seluruh


3 kelengkapannnya

Sumber: Analisa, 2015


KUESIONER
A. Land Use
1. Apakah rumah anda sudah memiliki IMB?
2. Apa jenis hak atas rumah anda? (Hak Milik, HGB, Hak Sewa, Hak Pakai, HGU, dll)
3. Berapa PBB yang anda bayar?

B. Kependudukan
1. Sejak kapan anda tinggal di daerah ini?
2. Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah anda?
3. Apa mata pencaharian anda?
4. Berapa penghasilan anda?
5. Darimanakah anda berasal?
6. Apa agama anda beserta keluarga?
7. Apa pendidikan terakhir anda?
8. Berapa umur anda beserta keluarga?
9. Berapa jumlah tambahan keluarga semenjak 5 tahun terakhir?
10. Konflik sosial apa saja yang ada dalam masyarakat?
11. Sudah cukupkah pendapatan yang selama ini anda terima?
12. Bagaimanakah karakter masyarakat sekitar daerah anda?

C. Fasilitas Umum
1.Apakah anda sudah merasa cukup dengan jumlah fasilitas umum yang sudah ada?
2. Bagaimana menurut anda kondisi fasilitas umum yang ada saat ini?
3. Apa penempatan fasilitas umum yang ada saat ini sudah cukup strategis?
4. Tambahan fasilitas apa saja yang sudah ada selama 5 tahun terakhir?

D. Utilitas
1. Apakah di daerah anda sudah terlayani jaringan listrik?
2. Berapa rata tarif listrik yang harus anda bayar setiap bulan?
3. Bagaimana kualitas pelayanan listrik di daerah anda?
4. Apakah di daerah anda sudah terlayani jaringan telepon?
5. Berapa rata tarif telepon yang harus anda bayar setiap bulan?
6. Bagaimana kualitas pelayanan telepon di daerah anda?
7. Apakah di daerah anda sudah terlayani jaringan air bersih?
8. Berapa rata tarif air bersih (PDAM) yang harus anda bayar setiap bulan?
9. Bagaimana kualitas pelayanan air bersih di daerah anda?
10. Apakah di daerah anda sudah terlayani jaringan air limbah?
11. Apakah di daerah anda sudah terlayani jaringan drainase?
12. Apakah di daerah anda sudah terlayani sistem pembungan sampah yang baik?
13. Bagaimana cara anda membuang sampah?
a. Dibuang sendiri, kemana?
b. Dikelola oleh pihak lain, siapa?
c. Berapa kali dalam sehari anda membuang sampah?
d. Berapa volume sampah anda?
LaporanPendahuluanRDTRKPerkotaanKraton

DAFTAR PUSTAKA
Kecamatan Kraton. 2011. Gambaran Umum.
INTERNET

http://kraton.pasuruankab.go.id/index.php diakses
pada 10 Mei 2015.

Kecamatan Kraton. 2011. Konflik Warga Semare VS


Kalirejo, Tuntas..
http://www.pasuruankab.go.id/berita-1709-konflik-
warga-semare-vs-kalirejo- tuntas.html diakses pada
10 Mei 2015.

Bisnis UKM . 2012. Kabupaten Pasuruan Miliki Banyak Potensi


Bisnis Unggulan . http://bisnisukm.com/kabupaten-
pasuruan-miliki-banyak-potensi-bisnis- unggulan.html
diakses pada 10 Mei 2015.

ARTIKEL, DOKUMEN, DAN BUKU


Laembo, Aswad. 2014. Kerangka Acuan Kerja (KAK) Jasa Konsultan
Perencanaan.
Kendari. PPK Dinas Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Prov. Sulawesi utara.

Agustini, Tita dan Retno Winarni. 2014. Industrialisasi di


Kabupaten Pasuruan Tahun 1992- 2007( A Case
Study of Pasuruan Industrial Estate Rembang)
Jember. Jurnal Ppublika Budaya Vol.2 Universitas
Jember.

Pedoman Rencana

Detail Tata Ruang

Kabupaten. Buku

Putih Sanitasi

Pasuruan (tidak

diterbitkan).

Draft Laporan Pendahuluan Rencana Induk Program Penataan


dan Pelestarian Kota Pusaka (Lokasi : Kawasan
Pusat Kota Sawahlunto) Juli 2014.

RTRW Kabupaten Pasuruan 2009-2029.


LaporanPendahuluanRDTRKPerkotaanKraton

K aturan Zonasi Kawasan Perkotaan Ba’a 2014.

A Lampiran PERMEN NO.20 Tahun 2011 mengenai

K RDTR.

Peraturan Menteri Pekerjaan

P Umum No.20/PRT/M/2007.

e Kecamatan Kraton dalam

n Angka tahun 2013.

y Statistik

u Daerah

s Kecamatan

u Kraton 2013.

n SNI Nomor

a 2003-1733

n Tahun 2004

r
LaporanPendahuluanRDTRKPerkotaanKraton

Laporan Pendahuluan RDTRK Perkotaan Bokondini Kab. Tolikara Provinsi Papua tahun
2013

Laporan Pendahuluan RDTR SSWP G (Perkotaan Semen) Kabupaten Kediri.

Anda mungkin juga menyukai