Oleh: 3613100007
3613100008
3613100009
3613100017
3613100021
3613100023
3613100027
3613100030
3613100038
3613100042
3613100046
LaporanPendahuluanRDTRKPerkotaanKraton
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kota merupakan suatu kawasan yang memiliki peranan penting bagi wilayah dalam
berbagai aspek. Sebagaiman telah disebutkan dalam Lampiran Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum 20 PRT M 2011 bahwa kota adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Penataan
ruang di perkotaan lebih diprioritaskan karena pembangunan perkotaan memang
dirancang untuk menjadi pusat wilayah yang tentunya membutuhkan berbagai macam
infrastruktur pendukung demi memenuhi kebutuhan kota yang selalu berkembang lebih
pesat dibandingkan kawasan lain di sekitarnya. Perkembangan wilayah perkotaan yang
sangat pesat dapat berdampak terhadap berbagai macam hal, baik hal positif maupun
negatif. Dampak negatif atau permasalahan yang sering dihadapi oleh sebagian besar
kota di Indonesia ialah ketersediaan lahan perkotaan yang semakin berkurang. Masalah
lahan di perkotaan timbul karena semakin padatnya penduduk yang tinggal di kota
tersebut sebagai dampak dari pesatnya pembangunan di kota. Harga lahan di
perkotaan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, menjadikan lahan di perkotaan
menjadi investasi yang berharga bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan.
Akibat dari semakin mahalnya harga lahan di perkotaan, seringkali terjadi konflik yang
memperebutkan lahan tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan suatu rencana pengelolaan
kawasan perkotaan secara optimal dan efisien untuk menghindari konflik-konflik
mengenai lahan yang seringkali terjadi di wilayah perkotaan. Selain itu, rencana
pengelolaan kawasan perkotaan juga bertujuan untuk menciptakan pembangunan kota
yang menyelaraskan kehidupan ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan sehingga
tercipta pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan tentunya membutuhkan suatu perencanaan yang mampu menyelaraskan
tiga aspek penting dalam pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011, perencanaan di setiap kawasan perkotaan
dan/atau kawasan strategis kabupaten /kota diatur dalam suatu RDTR (Rencana Detail
Tata Ruang). RDTR ialah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah
kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota.
Kecamatan Kraton merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Pasuruan yang sudah mulai menunjukkan ciri-ciri sebagai kawasan
perkotaan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa setiap kawasan perkotaan
I-1
di suatu Kabupaten/Kota harus memiliki dokumen perencanaan yang termuat dalam
RDTRK. Dokumen perencanaan ini dibutuhkan untuk memaksimalkan dan
merencanakan pemanfaatan serta pengendalian ruang yang terdapat di kawasan
perkotaan Kecamatan Kraton. Hal tersebut dikarenakan ruang yang terdapat di kawasan
perkotaan akan memiliki laju pertumbuhan yang besar jika dibandingkan daerah-daerah
lainnya. Oleh sebab itu, keberadaan RDTRK Perkotaan Kecamatan Kraton akan mampu
mengendalikan dan mengarahkan laju pertumbuhan tersebut sehingga tercipta
pembangunan yang berkelanjutan.
E. ANALISA
Pada dasarnya pekerjaan analisa meliputi :
- Penilaian terhadap kondisi potensi dan permasalahan ruang yang ada
- Perkiraan trend pengembangan kawasan saat ini
- Analisis kesesuaian antara kondisi eksisting wilayah studi dengan rencana tata ruang
pada tingkat makro
- Penentuan tema sentral pengembangan wilayah studi
- Analisis kebutuhan penataan dan pengembangan wilayah studi
- Penilaian kapasitas / daya tampung ruang
- Analisis perumusan konsep penataan ruang wilayah studi
Hasil dari kegiatan inventarisasi data, kompilasi data, dan analisa
diakomodasikan dalam buku Laporan Fakta dan Analisa
BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN
2.1 RTRW KECAMATAN KRATON KABUPATEN PASURUAN 2009-2029
2.1.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan
2.1.1.1 Rencana Sistem Pusat Pelayanan
A. Arahan Pengembangan Sistem Perkotaan
Kecamatan Kraton saat ini memiliki rencana sistem perkotaan, seperti adanya
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK). Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau
ibukota kecamatan atau beberapa desa/kelurahan, yakni seluruh ibukota
kecamatan yang tidak termasuk dalam Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang memiliki
fungsi dari masing-masing ibukota kecamatan tersebut antara lain pusat pelayanan
umum dan pemerintahan bagi desa-desa yang berada di wilayah administrasinya
dan pusat perdagangan dan jasa bagi desa-desa yang berada di wilayah
administrasinya.
B. Arahan Pengembangan Sistem Perdesaan
Arahan pengembangan sistem perdesaan dapat dilihat dari sistem pemusatan
perdesaan yang berkaitan dengan kawasan perkotaan, sistem pusat permukiman
pedesaan membentuk pusat pelayanan desa secara hierarki diantaranya sebagai
berikut:
1. Pusat pelayanan antar desa (PPL)
2. Pusat pelayanan setiap desa (PPd)
3. Pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman (PPds)
Distribusi permukiman perdesaan di Kecamatan Kraton menunjukkan
keberagaman yang tinggi, yakni ada yang terpusat ataupun terpencar. Pola ruang
seperti ini menjadikan pusat kegiatan perdesaan juga memiliki skala bermacam-
macam dan secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Setiap dusun memiliki pusat dusun
b. Setiap desa memiliki satu pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pusat desa
c. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala antar desa
d. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa
Secara diagramatis, sistem perdesaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
II-1
Gambar 2.1 Sistem Perdesaan
Sumber: RTRW Kabupaten Pasuruan Tahun 2009-2029
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH
Kecamatan Bangil memiliki luas 44.600 Ha. Letak geografis wilayah Bangil,
Kabupaten Pasuruan berada pada posisi yang sangat strategis yaitu jalur regional dan
jalur utama antara Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi. Kecamatan Bangil
merupakan pusat perkotaan menengah Kabupaten Pasuruan dimana memiliki fungsi
sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri dan pusat
kegiatan pendidikan. Oleh karena itu Kecamatan Bangil memiliki wilayah pendukung
atau wilayah pengembangan. Wilayah Pengembangan (WP)–Bangil, terdiri dari
Kecamatan Bangil, Kecamatan Rembang, Kecamatan Beji dan Kecamatan Kraton
dengan pusat pengembangan di Bangil.
Lokasi perencanaan yang diambil adalah kawasan perkotaan di Kecamatan
Kraton dimana kegiatan utama yang dikembangkan di Kecamatan Kraton adalah
kawasan kegiatan penunjang pertanian, perikanan dan peternakan. Berikut dijelaskan
mengenai gambaran umum dari Kecamatan Kraton.
III-1
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Kec. Bangil INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
1 25000
LaporanPendahuluanKec.Kraton
3.1.2 Topografi
Kondisi topografi merupakan salah satu kondisi fisik yang dapat mengetahui
potensi dan kendala fisik perkembangan suatu kawasan/wilayah. Kondisi topografi
erat kaitannya dengan ketinggian dan kemiringan lereng lahan.
Kecamatan Kraton merupakan dataran rendah daerah pantai dengan ketinggian
antara 2 – 8 m dpl dan memiliki endapan alluvium. Sebagian besar merupakan lahan
pertanian, pertambakan, dan perkebunan. Sungai utamanya adalah Sungai Welang.
Kemiringan Lahan di Kecamatan Kraton antara 0 – 25 m dpl.
3.1.3 Hidrologi
Hidrologi adalah suatu ilmu yang mempelajari air dibumi, kejadian, sirkulasi dan
distribusi, sifat-sifat kimia dan fisika serta reaksinya dengan lingkungan, termasuk
hubungannya dengan mahkluk hidup. Dengan demikian sangat pentingnya
mengetahui kondisi hidrologi sebagai pertimbangan siklus air di kawasan
perencanaan.
Kecamatan Kraton memiliki sungai utama yaitu Sungai Welang yang merupakan
sungai catchment area terbesar yaitu 518 km2, juga terpanjang 36 km dengan lebar 35
m, tetapi debit alirannya masih relatif rendah dibanding sungai pada Kecamatan
Rejoso. Sungai utama tersebut merupakan sungai perenial yaitu sungai yang selalu
mempunyai aliran sepanjang tahun. Pada saat musim hujan debit aliran sungai-sungai
tersebut sangat besar sehingga elevasi permukaan air di sungai sangat tinggi dan ada
yang melampaui elevasi tanggulnya serta meluap ke daerah sekitarnya, selanjutnya
menimbulkan masalah banjir terutama di daerah hilirnya. Kondisi ini juga dapat dilihat
saat musim hujan dimana hampir seluruh daerah hilir dari sungai-sungai tersebut
selalu tergenang air. Sungai Welang ini bermuara di Desa Pulokerto – Kecamatan
Kraton.
3.1.4 Klimatologi
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim suatu wilayah Kondisi
iklim Kecamatan Kraton tidak jauh berbeda dengan kondisi iklim wilayah Kabupaten
Pasuruan pada umumnya. Seperti wilayah lainnya, Kecamatan Kraton mengalami
perubahan iklim sebanyak 2 kali setiap tahunnya, yaitu musim kemarau dan musim
hujan. Unsur-unsur klimatologi meliputi:
Kecamatan Kraton memiliki curah hujan rata-rata 1.500 mm/tahun.
Kelembaban rata-rata 58-96 %
Kecepatan angin rata-rata 25 km/jam
Temperatur udara rata-rata 17-30oC
III-3
3.2 PENGGUNAAN LAHAN
Kecamatan Kraton memiliki total luas lahan 50.750 Ha. Penggunaan lahan di
Kecamatan Kraton digunakan sebagai permukiman, pertanian kering/tegal,
persawahan, dll. Lebih jelasnya mengenai luas penggunaan lahan Kecamatan Kraton
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Penggunaan Lahan Kecamatan Kraton Tahun 2013
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase
1 Pemukiman 488,73 9,7%
2 Persawahan 2.496, 51 49%
3 Pertanian kering/tegal 684,24 13,5%
4 Lain-lain 1.409,8 27,8%
Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Kraton, 2013
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jenis penggunaan lahan di
Kecamatan Kraton didominasi oleh penggunaan berupa lahan sawah yaitu sebesar
2.496, 51 Ha atau sebesar 49% dari total luas lahan. Penggunaan lahan terbesar kedua
di Kecamatan Kraton adalah sebagai kawasan pertanian kering/tegal yaitu sebesar
684,24 Ha atau sebesar 27,8% dari total luas lahan.
3.3 KEPENDUDUKAN
3.3.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Berikut adalah gambaran mengenai jumlah penduduk, dan kepadatam di Kecamatan
Kraton :
Tabel 3.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kec. Kraton
No Desa/Kelurahan Luas Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk
(km2) (jiwa) (jiwa/ km2)
1 Slambrit 1,26 2132 1692,06
2 Ngabar 1,48 4303 2907,43
3 Klampisrejo 2,13 2250 1056,34
4 Kebotohan 2,39 3416 1429,29
5 Pukul 1,60 3132 1957,50
6 Gambir Kuning 1,73 3152 1821,97
7 Mulyorejo 2,05 3283 1601,46
8 Tambaksari 1,53 2130 1392,16
9 Plinggisan 1,15 2844 2473,04
10 Dhompo 1,23 1995 1621,95
11 Ngempit 1,16 2486 2143,10
12 Jeruk 1,49 2206 1480,54
13 Sidogiri 1,52 9025 5937,50
14 Karanganyar 1,99 3035 1525,13
15 Selotambak 2,33 3538 1518,45
16 Curahdukuh 3,40 4833 1421,47
17 Rejosari 3,07 3319 1081,11
18 Asemkandang 1,30 2347 1805,38
19 Tambakrejo 1,39 3530 2339,57
20 Kraton 1,42 3055 2151,41
21 Kalirejo 0,98 7508 7661,22
22 Semare 2,69 2832 1052,79
23 Pulokerto 4,93 3137 636,31
24 Bendungan 2,04 6676 3272,55
25 Gerongan 4,53 4162 918,76
Jumlah/Total 50,79 90326 1778,42
Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka, 2013
Dari tabel di bawah, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk tertinggi terdapat di
Desa Kalirejo dengan jumlah penduduk sebesar 7.508 jiwa sedangkan jumlah
penduduk terendah terdapat di Desa Dhompo dengan jumlah penduduk sebesar 1995
jiwa.
Dengan luas wilayah sebesar 50,79 km2 dan jumlah penduduk sebesar 90.326
jiwa, maka kepadatan penduduk Kecamatan Diwek adalah 1.778,42 jiwa/km 2 dengan
kepadatan penduduk tertinggi berada pada Desa Kalirejo dan kepadatan penduduk
terendah berada pada Desa Pulokerto.
3.3.2 Jumlah Penduduk menurut Tingkat Kesejahteraaan
Tabel 3.3 Jumlah Keluarga Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Kec. Kraton
No Desa Tahapan Kesejahteraan Keluarga Jumlah
Pra
KS I KS II KS III KS III+
Sejahtera
1 Slambrit 89 179 357 83 22 730
2 Ngabar 178 106 293 268 16 861
3 Klampisrejo 178 159 174 149 50 710
4 Kebotohan 387 159 267 96 83 992
5 Pukul 221 300 236 103 15 875
6 Gambir Kuning 142 249 363 215 9 978
7 Mulyorejo 227 114 313 262 6 922
8 Tambaksari 40 97 362 236 12 747
9 Plinggisan 183 195 262 245 8 863
10 Dhompo 144 179 208 71 - 602
11 Ngempit 160 275 189 75 11 710
12 Jeruk 224 215 189 68 7 703
13 Sidogiri 141 247 397 134 35 954
14 Karanganyar 244 162 457 76 12 951
15 Selotambak 259 199 344 82 - 884
16 Curahdukuh 253 536 629 84 15 1517
17 Rejosari 129 363 319 187 - 998
18 Asemkandang 500 79 190 11 - 780
19 Tambakrejo 124 205 263 319 4 915
20 Kraton 132 107 260 323 45 867
21 Kalirejo 323 476 657 185 23 1664
22 Semare 110 173 315 139 - 737
23 Pulokerto 189 319 268 139 7 922
24 Bendungan 219 494 441 256 9 1419
25 Gerongan 184 360 243 153 6 946
Total 4980 5947 7966 3959 395 23247
Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka, 2013
Tahapan keluarga sejahtera, meliputi Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), Keluarga
Sejahtera I (KS I), Keluarga Sejahtera II (KS II), Keluarga Sejahtera III (KS III), serta
Keluarga Sejahtera III+ (KS III plus).
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa prosentase tingkat kesejahteraan keluarga
di Kecamatan Kraton mulai dari Keluarga Pra Sejahtera sampai dengan Keluarga
Sejahtera III+, yaitu 21,42%, 25,58%, 34,27%, 17,03%, dan 1,70%. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar keluarga di Kecamatan Kraton sudah mempunyai taraf hidup
yang cukup baik.
3.3.3 Jumlah Penduduk menurut Agama
Mayoritas penduduk di Kecamatan Kraton memeluk agama Islam dengan jumlah
penganut agama Islam sebesar 79.603 jiwa. Sedangkan tidak ada penduduk
Kecamatan Kraton yang memeluk agama Kristen, Hindu dan Budha. Rinciannya dapat
dilihat pada berikut:
III-7
LaporanPendahuluanKec.Kraton
III-8
Kraton juga memiliki 119 posyandu untuk pemantauan gizi dan tumbuh kembang
balita.
3.4.2 Fasilitas Peribadatan
Fasilitas Peribadatan di Kecamatan Kraton terdiri dari masjid dan langgar yang
tersebar di setiap desa.
Tabel 3.7 Jumlah Fasilitas Peribadatan menurut Jenisnya
Jumlah/
Desa Masjid Langgar Gereja Pure Vihara Total
Slambrit 4 51 - - - 54
Ngabar 5 59 - - - 64
Klampisrejo 4 33 - - - 37
Kebotohan 4 54 - - - 58
Pukul 3 31 - - - 34
Gambir Kuning 1 47 - - - 48
Mulyorejo 5 30 - - - 35
Tambaksari 6 24 - - - 31
Plinggisan 5 33 - - - 38
Dhompo 3 31 - - - 34
Ngempit 3 23 - - - 25
Jeruk 4 33 - - - 37
Sidogiri 3 42 - - - 44
Karanganyar 3 23 - - - 25
Selotambak 5 54 - - - 59
Curahdukuh 5 33 - - - 38
Rejosari 3 45 - - - 48
Asemkandang 4 37 - - - 40
Tambakrejo 3 21 - - - 23
Kraton 1 26 - - - 27
Kalirejo 4 45 - - - 49
Semare 1 26 - - - 27
Pulokerto 3 24 - - - 27
Bendungan 5 59 - - - 64
Gerongan 4 38 - - - 42
Jumlah/Total 87 926 - - - 1013
. Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka, 2013
3.4.3 Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan di Kecamatan Kraton terdiri dari TK, SD, SMP hingga SMA
dan tersebar di seluruh desa dan kelurahan di Kecamatan Kraton. Kecamatan Kraton
merupakan salah satu kecamatan yang menerapkan wajib belajar 9 tahun sejak tahun
1994. Untuk mendukung kebijakan tersebut, Kecamatan Kraton memiliki 57 SD Negeri
dan Swasta pada tahun ajaran 2012/2013, 15 SMP Negeri dan Swasta, dan 4 SMA
Negeri dan Swasta. Untuk lebih jelasnya jumlah fasilitas pendidikan di Kecamatan
Kraton adalah sebagai berikut:
LaporanPendahuluanKec.Kraton
III-10
LaporanPendahuluanKec.Kraton
Tabel 3.9 Jumlah Pelanggan dan Konsumsi Energi Listrik Kec. Kraton
Tahun Jumlah Desa Desa Berlistrik Pelanggan Konsumsi Energi
2008 25 25 9527 23.993.634
2009 25 25 9983 35.154.145
2010 25 25 10552 38.808.749
2011 25 25 11726 40.318.791
2012 25 25 11863 41.253.089
Sumber: Kecamatan Kraton dalam Angka, 2013
III-11
Tabel 3.10 Jumlah Rumah Tangga Pengguna Listrik PLN dan Non PLN
Desa/Kelurahan Rumah Rumah tangga Jumlah rumah tangga
tangga PLN non PLN pengguna Listrik
Slambrit 297 409 706
Ngabar 731 731
Klampisrejo 509 127 636
Kebotohan 456 524 980
Pukul 800 50 850
Gambir Kuning 723 145 868
Mulyorejo 723 78 801
Tambaksari 360 98 458
Plinggisan 679 110 789
Dhompo 651 12 663
Ngempit 600 43 643
Jeruk 507 104 611
Sidogiri 750 138 888
Karanganyar 726 150 876
Selotambak 615 415 1030
Curahdukuh 725 741 1466
Rejosari 801 111 912
Asemkandang 425 170 595
Tambakrejo 940 940
Kraton 636 211 847
Kalirejo 1727 305 2032
Semare 568 130 698
Pulokerto 783 90 873
Bendungan 1284 427 1711
Gerongan 797 89 886
JUMLAH 17813 4677 22490
BAB IV
METODE PERENCANAAN
4.1 METODE PENDEKATAN PERENCANAAN
Metode pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan Rencana Detail
Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton antara lain:
A. Top Down dan Bottom Up Planning
Pendekatan perencanaan ini merupakan perpaduan dari arahan dan kebijakan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah dengan aspirasi dari masyarakat. Pendekatan ini
menggunakan 2 (dua) istilah perencanaan yaitu top down planning berupa
perencanaan program-program serta merupakan penjabaran dari kebijakan tata
ruang oleh Pemerintah Provinsi maupun daerah, serta yang kedua adalah bottom up
planning. Perencanaan ini memberikan penekanan bahwa RDTR Kawasan
Perkotaan Kecamatan Kraton mengakomodasi aspirasi masyarakat sebagai pelaku
pembangunan, dan dengan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaannya.
Perencanaan ini merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam
perencanaan kerakyatan dan untuk mengembangkan segala potensi, mengurangi
dan seoptimal mungkin menyelesaikan permasalahan serta menanggulangi segala
ancaman atau tantangan yang muncul dari pengendalian pemanfaatan ruang di
wilayah perencanaan.
B. Pendekatan Perencanaan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan
Pendekatan ini akan mendorong perencanaan yang tidak hanya berorientasi pada
kebutuhan dan pemanfaatan ruang yang semaksimal mungkin untuk kebutuhan saat
ini, namun juga berorientasi pada masa yang akan datang dengan tetap
memanfaatkan ruang seoptimal mungkin dengan tidak merusak lingkungan.
Prinsip pendekatan perencanaan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan antara
lain:
Prinsip perencanaan tata ruang yang berpijak pada pelestarian dan
berorientasi ke depan (jangka panjang).
Penekanan pada nilai manfaat yang besar bagi masyarakat.
Prinsip pengelolaan aset sumber daya yang tidak merusak dan lestari.
Kesesuaian antara kegiatan pengembangan dengan daya dukung ruang.
Keselarasan yang sinergis antara kegiatan eksplorasi dan eksploitasi SDA
dengan keseimbangan dan daya dukung lingkungannya.
Antisipasi yang tepat dan monitoring perubahan lingkungan yang terjadi
akibat pembangunan dan pemanfatan lahan untuk kawasan budidaya.
IV-1
C. Pendekatan Intersektoral-Holistik
Pendekatan ini didasarkan pada suatu pemahaman bahwa perencanaan tata ruang
menyangkut banyak aspek, sektor lain, serta kawasan yang lebih luas dari wilayah
perencanaan. Perencanaan ini di mulai dengan tahapan diagnosis secara umum
terhadap kawasan perencanaan (mikro) maupun dalam konteks yang luas. Dari
tahapan diagnosis akan dirumuskan konteks dan kerangka makro pengembangan
wilayah perencanaan. Tahapan selanjutnya adalah analisis dan arahan pada setiap
rencana sektoral yang ada. Setelah tahapan tersebut, dilanjutkan dengan tahapan
koordinasi, sinkronisasi dan integrasi pemanfaatan ruang.
D. Pendekatan Komunitas/Masyarakat (Community Approach)
Pendekatan ini digunakan dengan pemahaman bahwa masyarakat setempat adalah
masyarakat yang paling tahu kondisi di wilayahnya dan setiap kegiatan
pembangunan harus memperhitungkan nilai-nilai sosial budaya pembangunan. Oleh
karena itu langkah perencanaan tata ruang kawasan harus mencerminkan
masyarakat lokal yang ikut terlibat dalam proses perencanaan dan pengambilan
keputusan.
E. Pendekatan Supply/Demand
Metode pendekatan supply/demand menitikberatkan pada perencanaan yang
berdasarkan pada tingkat kebutuhan masyarakat dan kecenderungan yang sedang
berkembang di dalamnya, terutama di lokasi perencanaan yang dimaksudkan untuk
menghasilkan perencanaan pembangunan sarana prasarana yang menunjang
optimalisasi pembangunan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan daya dukung pertumbuhan serta prospek perkembangan kawasan
secara umum dalam menciptakan kawasan yang sinergi antar daerah baik dari segi
spasial, sosial, maupun ekonominya.
.
Gambar 4.2 Analisis Penetapan BWP
Sumber: Analisa, 2015
Sehingga penetapan BWP, berdasarkan analisis yang sesuai dengan lingkup bagian
Kawasan Strategis Kabupaten/Kota dengan ciri perkotaan di Kecamatan Kraton, yang
mencakup 4 desa. Keempat desa tersebut antara lain:
1. Desa Kalirejo
2. Desa Semare
3. Desa Kraton
4. Desa Tambakrejo
Dikarenakan ke empat desa tersebut:
a. Membentuk satu cluster yang saling mempunyai keterkaitan dan mempunyai
karakteristik wilayah yang dominan sama dan mempunyai potensi sumberdaya
alam yang melimpah untuk dikembangkan.
b. Keempat desa dilewati oleh jalan nasional, sehingga menjadi wilayah yang
strategis. Yaitu Jalan Pantura yang menghubungkan Anyer hingga Panarukan.
b. Tema Penanganan
Tema penanganan adalah program utama untuk setiap lokasi. Tema
penanganan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya terdiri atas:
1) Perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya melalui
penataan lingkungan permukiman kumuh (perbaikan kampung), dan
penataan lingkungan permukiman nelayan
2) Pengembangan kembali prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya
melalui peremajaan kawasan, pengembangan kawasan terpadu, serta
rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan pascabencana
3) Pembangunan baru prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya
melalui pembangunan kawasan permukiman (kawasan siap
bangun/lingkungan siap bangun-berdiri sendiri), pembangunan kawasan
terpadu, pembangunan desa agropolitan, pembangunan kawasan
perbatasan, dan/atau
4) Pelestarian/pelindungan blok/kawasan, contohnya melalui pelestarian
kawasan, konservasi kawasan, dan revitalisasi kawasan.
Kondisi Dokumen
Eksisting Rencana
Peta geologi, hidrologi, topografi, klimatologi, kontur, kemiringan dan kompilasi data tabular
b. Peruntukan Lahan
Dengan tujuan mengatur distribusi dan ukuran kegiatan manusia dan atau
kegiatan alam, yang dituangkan dalam blok dan sub blok peruntukan lahan
sehingga tercipta ruang yang produktif dan berkelanjutan.
Komponen:
1. Perumahan:
Kebutuhan perumahan dan ukuran rumah tangga (berdasarkan hasil
elaborasi);
Kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan.
2. Industri:
Lokasi perencanaan pengembangan industri;
Potensi tenaga kerja yang ada;
Lingkungan; untuk kawasan yang telah berkembang, agar diteliti
dampak terhadap pencemaran lingkungan. Apabila merupakan
kawasan yang belum berkembang, agar diteliti jenis-jenis
pengembangan industri yang sesuai dengan lingkungan dan prasarana
daerah;
Multiplier effect terhadap kegiatan ikutannya, seperti perumahan,
fasilitas sosial ekonomi, ruang terbuka hijau, prasarana transportasi
dan lain sebagainya.
3. Perdagangan dan Jasa:
Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa sesuai dengan hirarkhi
dan kebutuhan yang ditetapkan dalam RTRW;
Kemungkinan-kemungkinan pengembangan lokasi sentra tersier yang
belum ditetapkan secara definitive dalam RTRW, demikian juga dengan
sentra lokal;
Multiplier effect terhadap kegiatan ikutannya, seperti perumahan,
fasilitas sosial ekonomi, ruang terbuka hijau dan non hijau, prasarana
transportasi dan lain sebagainya.
4. Pariwisata:
Pengembangan pariwisata, dan kawasan tersebut merupakan kawasan
yang telah berkembang, agar diteliti kegiatan sekitar yang akan
berdampak pada pencemaran lingkungan, dan kemungkinan-
kemungkinan penanganan nya;
Potensi tenaga kerja yang ada (berdasarkan hasil elaborasi);
Pembangunan kawasan wisata, agar diteliti jenis-jenis pengembangan
pariwisata;
Lingkungan; bila dimungkinkan pencampuran kegiatan, dihindari
kegiatan yang akan menimbulkan dampak penting yang berlebihan;
Analisis multiplier effect terhadap kegiatan ikutannya.
5. Pusat Pemerintahan:
Kegiatan pusat pemerintahan sesuai dengan hirarkhi dan kebutuhan
yang ditetapkan dalam RTRW;
Lingkungan; mempunyai karakter kuat dalam tata lingkungan dan
bangunan;
Multiplier effect; jenis kegiatan perkantoran swasta yang akan
dikembangkan, termasuk juga analisis kegiatan penunjang yang
muncul.
6. Pusat Pendidikan dan Penelitian/Teknologi Tinggi:
Pengembangan kegiatan pusat pendidikan dan penelitian atau Pusat
Pengembangan Teknologi Tinggi yang ditetapkan dalam RTRW;
Potensi tenaga kerja yang ada (berdasarkan hasil elaborasi);
Lingkungan; bila dimungkinkan pencampuran kegiatan, dihindari
kegiatan yang akan menimbulkan dampak penting yang berlebihan.
c. Fasilitas Lingkungan
Dengan tujuan mengatur kebutuhan distribusi, luas lahan dan ukuran
fasilitas sosial ekonomi, yang diatur dalam struktur zona dan blok dan sub blok
peruntukan sehingga tercipta ruang yang aman, nyaman, mudah, produktif dan
berkelanjutan.
UTILITAS UMUM
KEPENDUDUKAN FASILITAS UMUM Analisa hierarki TRANSPORTSI
Analisa Analisa hierarki Pelayanan utilitas Analisa pola
persebaran Pelayanan umum; Analisa pergerakan dan
penduduk dengan fasilitas umum distribusi utilitas sistem sirkulasi
pola ruang Membutuhkan data Data yang
Metode Membutuhkan tentang Klasifikasi/ dibutuhkan adalah
pengumpulan data tentang skala pelayanan Rute Angkutan
datanya adalah Klasifikasi/ skala utiitas umum; Peta Umum, headway,
Survei Sekunder pelayanan Persebaran Utilitas Kecepatan
Kecamatan Kraton fasilitas umum di Kecamatan kendaraan,
Dalam Angka Kraton volume lalu lintas,
2010-2014 Metode Metode dan jenis pola
a. Kantor pengumpulan pengumpulan pergerakan
Kecamatan Kraton datanya adalah datanya adalah Metode
b. Kantor Survei primer Survei Primer dan pengumpulan
Kelurahan dan Survei Sekunder datanya dalah
c. BPS Kab. Sekunder a. Kecamatan Survei primer dan
Pasuruan Kraton Dalam sekunder
Output datanya Angka 2010-2014 Instansi: Dinas
adalah Mengetahui b. Kantor DPU
Mengetahui rencana dan Kecamatan Kraton) Mengetahui
rencana dan fungsi pola Mengetahui rencana pola
fungsi pola ruang ruang rencana dan pergerakan
fungsi pola ruang
Gambar 4.7 Keterkaitan Aspek Fisik Dasar dan Tata Guna Lahan
Sumber: Analisa, 2015
4.3.3 ANALISIS PENDUDUK
Tujuan analisis penduduk dilakukan untuk memperoleh gambaran potensi,
kondisi serta komposisi penduduk yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan
kebijakan penyebaran penduduk dan untuk memperoleh gambaran situasi dan kondisi
objektif dari berbagai perencanaan serta analisis penduduk digunakan subjek
pembangunan dalam mengukur hunian yang layak huni, kebutuhan pelayanan fasilitas
lingkungan, dan klasifikasi lingkungan.
Komponen analisis penduduk adalah sebagai berikut.
a. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk.
b. Analisis sosial budaya: agama, pendidikan, adat istiadat dan cara hidup.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah survey sekunder. Survey
sekunder ini dilakukan dengan mengumpulkan data–data kependudukan dari berbagai
instansi mulai dari tingkatan kelurahan. Output yang dihasilkan adalah berupa
kompilasi data kependudukan selama 5 tahun terakhir, yang terdiri dari jumlah
penduduk, kepadatan penduduk, laju pertumbuhan dan komposisi penduduk.
Tabel 4.2 Desain Survei Aspek Kependudukan
Data yang Dibutuhkan Metode Pengumpulan Data Output Data
Mobilitas Penduduk
Kecamatan Kraton
Metode Analisis
Penduduk merupakan faktor utama perencanaan, sehingga pengetahuan
akan kegiatan dan perkembangan penduduk merupakan bagian pokok dalam
penyusunan rencana. Analisis kependudukan merupakan faktor utama untuk
mengetahui ciri perkembangan suatu daerah, sehingga data penduduk masa lampau
sampai tahun terakhir sangat diperlukan dalam memproyeksikan keadaan pada
masa mendatang. Salah satu yang penting dalam analisis penduduk yaitu
mengetahui jumlah penduduk di masa yang akan datang. Untuk hal tersebut, dapat
digunakan beberapa metoda atau model analisis.
Setiap teknik atau metoda selalu memiliki keunggulan dan kelemahan
masing-masing, sehingga dalam penerapannya perlu dilakukan pemahaman terlebih
dahulu terhadap kondisi kependudukan pada kawasan perencanaan, seperti pola
pertumbuhan yang terjadi di masa lampau, ketersediaan data dan sebagainya. Hal
ini untuk memperoleh hasil proyeksi yang mendekati ketepatan dan menghindari
kesulitan-kesulitan dalam proses analisis.Secara garis besar, analisis sosio-
demografi dibagi menjadi 4. Yaitu:
1. Analisis Ukuran-Ukuran Kependudukan
2. Piramida Penduduk
3. Proyeksi Penduduk, dan
4. Analisis Karakter Sosial Budaya Penduduk
Berikut adalah penjabaran metode analisis sosio-demografi yang akan
digunakan:
-Analisis Ukuran-Ukuran Kependudukan
a. Rasio Jenis Kelamin
Analisis kependudukan menurut ukuran-ukuran kependudukan yang dilihat dari
data rasio jenis kelamin. Sex Ratio adalah perbandingan antara jumlah laki-laki
dan perempuan lalu dikalikan konstanta (100).
b. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio)
Dependency ratio adalah rasio beban tanggungan atau disebut juga rasio
tanggungan keluarga adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia tidak
produktif (penduduk usia muda dan penduduk usia lanjut) dengan jumlah
penduduk usia produktif.Dengan rumus sebagai berikut.
N
2 fxi
lUmur Median
Md
f Md
Keterangan
lMd Batas bawah kelompok umur N/2
N Jumlah penduduk total
fx Jumlah penduduk kumulatif sampai dengan kelompok umur N/2
fMd Jumlah penduduk pada kelompok N/2
i Kelas interval umur
-Piramida Penduduk
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digambarkan
pada sebuah grafik yang disebut piramida penduduk. Penggambaran suatu piramida
penduduk dimulai dengan menggambarkan dua garis yang saling tegak lurus. Garis
yang vertikal menggambarkan umur penduduk mulai dari nol lalu naik. Kenaikan ini
dapat tahunan, dapat pula dengan jenjang lima tahunan. Sumbu horisontal
menggambarkan jumlah penduduk tertentu baik secara absolut maupun relatif
(dalam persen). Pemilihan skala perbandingan pada sumbu horisontal ini sangat
tergantung dari jumlah penduduk dalam persentase tertentu dari jumlah penduduk
yang terdapat pada tiap golongan umur di sumbu vertikal. Pada bagian kiri sumbu
vertikal dapat digambarkan.
-Proyeksi Penduduk
Semua perencanaan pembangunan sangat membutuhkan data penduduk
tidak saja pada saat merencanakan pembangunan tetapi juga pada masa-masa
mendatang (Mantra, 2003:245). Oleh karena itu diperlukan apa yang dinamakan
dengan proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk tersebut bukanlah sebuah ramalan
tentang jumlah penduduk di masa mendatang tetapi adalah suatu perhitungan ilmiah
yang didasarkan pada asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan
penduduk, seperti kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk. Ketiga komponen
inilah yang menentukan besarnya jumlah penduduk dan struktur penduduk di masa
yang akan datang.
Teknik proyeksi penduduk ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
mathematical method (perhitungan proyeksi bila komponen pertumbuhan tidak
diketahui/tidak lengkap) dan component method (perhitungan bila komponen
pertumbuhan penduduk diketahui).
a. Jumlah Penduduk
Analisa terhadap jumlah dan perkembangan penduduk, yaitu dengan
memproyeksikan untuk jangka waktu perencanaan yang telah ditetapkan. Hasil
analisa digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan fasilitas, utilitas dan
kebutuhan ruang.
Model Eksponensial / Bunga Berganda
Pt = Po(1+r)n
Keterangan:
Pt = Jumlah penduduk pada tahun tertentu
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
a = Tingkat pertambahan rata-rata per-tahun (%)
n = Selang waktu atau selisih tahun proyeksi terhadap tahun dasar
b. Kepadatan Penduduk
Untuk melakukan analisa kepadatan penduduk ada dua macam, yaitu
kepadatan kotor dan kepadatan bersih. Analisa kepadatan penduduk kotor
dilakukan dengan membandingkan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah,
sedangkan kepadatan bersih dilakukan dengan membandingkan antara jumlah
penduduk dengan luas kawasan terbangun / permukiman.
c. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk digunakan untuk mengetahui tren perkembangannya tiap
tahun. Dari analisa pertumbuhan tersebut maka dapat diketahui model proyeksi
penduduk di masa datang yang sesuai dengan perkembanganya selama ini.
Rumus:
a=
d.
Keterangan:
A = Tingkat pertambahan rata-rata pertahun (%)
Pn = Jumlah penduduk pada tahun tertentu
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
Pertumbuhan penduduk dibedakan menjadi 2, yaitu:
Pertumbuhan penduduk alamiah yang berdasarkan kelahiran dan kematian
(jumlah kelahiran - jumlah kematian), dan
Pertumbuhan penduduk non alamiah yang berdasarkan jumlah penduduk
datang dan pindah (jumlah penduduk datang-jumlah penduduk pindah).
Metode Analisis
Untuk mengatur kebutuhan distribusi, luas lahan dan ukuran fasilitas sosial
ekonomi, yang diatur dalam struktur zona dan blok dan sub blok peruntukan.
Beberapa metode yang digunakan dalam analisa sarana dan prasarana lingkungan
antara lain:
1. Skoring
Digunakan untuk menilai tingkat pelayanan kota, sehingga dapat ditentukan
potensinya yang dapat menentukan fungsi kota yang bersangkutan. Rumus yang
digunakan adalah
Dimana:
Bi = bobot dari kegiatan
Pi = jumlah aktivitas i di kota
P = jumlah penduduk di kota
Jumlah aktivitas yang dimaksud biasanya berupa produksi maupun pelayanan sosial,
seperti hasil pertanian, fasilitas pendidikan, jumlah fasilitas kesehatan, dan lain
sebagainya. Semakin tinggi nilai Bi dapat diinterprestasikan bahwa sebuah kota atau
kawasan tersebut mempunyai tingkat pelayanan yang optimal/potensial.
Dimana:
TP =tingkat pelayanan fasilitas i di kawasan j
dij =jumlah fasilitas i di kawasan j
bj =jumlah penduduk di kawasan j
Cis =jumlah fasilitas i per satuan penduduk menurut standar penentuan fasilitas
untuk sebuah kawasan.
Dengan perhitungan ini dapat diketahui tingkat pelayanan masing-masing fasilitas,
kecuali fasilitas peribadatan, dimana perbedaannya terletak pada jumlah penduduk
di kawasan yang diamati, yaitu bj diganti dengan jumlah penduduk menurut agama.
Kebutuhan per
Kriteria
Jumlah Satuan Sarana
Penduduk Luas Luas Standar
NO. Jenis Sarana
Pendukung Lantai Lahan (m2/jiwa) Radius Lokasi dan
(jiwa) Min. Min. Pencapaian Penyelesaian
(m2) (m2)
1.250 36 60 0,048 500 Di tengah kelompok
tetangga tidak
1 Posyandu
menyebrang di jalan
raya
2.500 150 300 0,12 1.000 Di tengah kelompok
Balai
tetangga tidak
2 pengobatan
menyeberang jalan
warga
raya
30.000 1.500 3.000 0,1 4.000 Dapat dijangkau
BKIA/Klinik
3 dengan kendaraan
Bersalain
umum
Puskesmas 30.000 150 300 0,006 1.500
pembantu dan Dapat dijangkau
4 balai dengan kendaraan
pengobatan umum
lingkungan
Puskesmas 120.000 420 1.000 0,008 3.000 Dapat dijangkau
5 dan balai dengan kendaraan
pengobatan umum
5.000 18 - - 1.500 Dapat dijangkau
Tempat
6 dengan kendaraan
praktek dokter
umum
30.000 120 250 0,025 1.500 Dapat dijangkau
Apotik/ rumah
7 dengan kendaraan
obat
umum
Sumber: SNI No. 2003-1733, 2004
d. Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi kebutuhan
rohani yan perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain
sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang
bersangkutan. Oleh karena berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut
oleh masyarakat penghuni yang bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan
jumlah fasilitas peribadatan yang akan dibangun baru dapat dipastikan setelah
lingkungan perumahan dihuni selama beberapa waktu.
Pendekatan perencanaan yang diatur adalah dengan memperkirakan populasi
dan jenis agama serta kepercayaan dan kemudian merencanakan alokasi tanah dan
lokasi bangunan peribadatan sesuai dengan tuntutan planologis dan religius. Dasar
penyediaan sarana peribadatan ini juga mempertimbangkan pendekatan desain
keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Penempatan penyediaan
fasilitas peribadatan akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait
dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani area tertentu.
Jenis sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi setempat dengan
memperhatikan struktur penduduk menurut agama yang dianut, dan tata cara atau
pola masyarakat setempat dalam menjalankan ibadah agamanya. Adapun jenis
sarana ibadah untuk agama Islam adalah masjid dan mushola, sedangkan untuk
agama lain tergantung kebiasaan masyarakat setempat.
Tabel 4.7 Kebutuhan Sarana Peribadatan
Metode Analisis
a. Air Bersih
Tujuan: mengatur dan menentukan kebutuhan jaringan dan fasilitas air
minum,menurut blok dan sub blok permukiman, sehingga tercipta ruang ekonomis,
sehat,dan produktif.
Komponen analisis:
Sistem pelayanan, yaitu :
a) Sistem perpipaan yang dikelola oleh PDAM;
b) Air tanah terutama melalui sumur dangkal dan sumur pompa dangkal.
Kebutuhan air domestik
Kebutuhan non domestik
Pelayanan perkotaan dan perdesaan
Sistem pelayanan yang tersedia
INPUT PROSES OUTPUT
Peta TGL
Analisa Distribusi
Distribusi Air Bersih
Data
Sambungan Air
Analisa Layanan
Jumlah Penduduk Rencana Sistem Jaringan Air Bersih
Analisa Proyeksi
Konsumsi per kapita
1. Dengan peta Tata Guna Lahan dan data distribusi air bersih maka akan diolah
menggunakan software ArcGIS kemudian akan menghasilkan peta distribusi air
bersih eksisting sehingga dapat diketahui cakupan wilayah perencanaan yang
telah terlayani jaringan air maupun yang belum.
2. Data sambungan rumah aktif dan data sambungan hidran umum dari PDAM
setempat akan dihitung dengan data jumlah penduduk menggunakan rumus:
b. Jaringan Listrik
Tujuan: pemenuhan kebutuhan penerangan melalui sistem pelayanan jaringan,dan
komponen prasarana kelistrikan.
Komponen analisis:
Skala pelayanan: domistik dan non domistik;
Sistem pelayanan: perkotaan dan perdesaan;
Sistem jaringan: gardu induk, saluran udara ( SUTT, SUTM, SUTR), gardu
tiang dan sambungan rumah;
Penataan ruang bawah jaringan.
INPUT PROSES OUTPUT
Peta TGL
Analisa Distribusi
Distribusi Listrik
Jumlah
Pelanggan PLN
Analisa Layanan
Jumlah Penduduk Rencana Sistem Jaringan Listrik
Analisa Proyeksi
Konsumsi per kapita
1. Dengan peta Tata Guna Lahan dan data distribusi jaringan listrik, lokasi (SUTR,
SUTM, SUTT, SUTET dan Gardu Induk) maka akan diolah menggunakan
software ArcGIS kemudian akan menghasilkan peta distribusi listrik eksisting.
Sehingga dapat diketahui cakupan wilayah perencanaan yang telah terlayani
jaringan listrik maupun yang belum. Setelah itu dilakukan analisa buffering
untuk mengetahui jangkauan dari gardu listrik yang ada. Berdasar SNI SNI 03-
1733-1989 tentang Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota, 1 gardu
listrik mampu melayani radius atau jangkauan sebesar 500m 2. Sehingga bila
masih ada wilayah yang belum dijangkau maka akan direncanakan
penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik pada daerah-daerah yang
belum terlayani.
2. Data jumlah pelanggan dari PLN setempat akan dihitung dengan data jumlah
penduduk menggunakan rumus:
c. Jaringan Telekomunikasi
Tujuan: pemenuhan kebutuhan telekomunikasi melalui sistem pelayanan jaringan
telepon, dan komponen prasarana telepon.
Komponen analisis:
Skala pelayanan:
- Sambungan telepon rumah tangga;
- Sambungan telepon non rumah tangga;
- Sambungan telepon umum.
Sistem jaringan :
- STO dan rumah kabel;
- Penataan sistem jaringan.
INPUT PROSES OUTPUT
Peta TGL
Analisa Distribusi
Distribusi
SaranaTelepon
Jumlah
Pengguna Telepon
Analisa Proyeksi Rencana Sistem Jaringan Telepon
Jumlah Penduduk
1. Dengan peta Tata Guna Lahan dan data distribusi jaringan telepon serta lokasi
STO maka akan diolah menggunakan software ArcGIS kemudian akan
menghasilkan peta distribusi jaringan telepon eksisting. Sehingga dapat
diketahui cakupan wilayah perencanaan yang telah terlayani jaringan telepon
maupun yang belum. Setelah itu dilakukan analisa buffering untuk mengetahui
jangkauan dari STO yang ada. Berdasar SNI 03-1733-1989 tentang Tata cara
perencanaan kawasan perumahan kota, 1 STO mampu melayani dengan
radius radius pelayanan 3 – 5 km dihitung dari copper center yang berfungsi
sebagai pusat pengendali jaringan dan tempat pengaduan pelanggan.
Sehingga bila masih ada wilayah yang belum dijangkau maka akan
direncanakan penambahan dan perbaikan sistem jaringan telepon pada
daerah-daerah yang belum terlayani.
2. Sesuai SNI SNI 03-1733-1989 tentang Tata cara perencanaan kawasan
perumahan kota, tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon
rumah dan telepon umum dengan menggunakan asumsi berdasarkan tipe
rumah sebagai berikut:
- R-1, rumah tangga berpenghasilan tinggi: 2-3 sambungan/rumah
- R-2, rumah tangga berpenghasilan menengah: 1-2 sambungan/rumah
- R-3, rumah tangga berpenghasilan rendah: 0-1 sambungan/rumah
- Bangunan sosial dan pemerintahan sebesar 100 %
- Perdagangan/jasa non lokal sebesar 100%
- Bangunan perdagangan/jasa lokal sebesar 25 %
- Dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon untuk setiap 250
jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan
lingkungan tersebut.
Dari acuan tersebut kemudian dilakukan perhitungan proyeksi kebutuhan
sambungan telepon penduduk hingga 20 tahun mendatang
3. Tiang listrik harus ditempatkan pada area Damija dan dilakukan analisa jarak
antar tiang.
d. Drainase
Tujuan: pemenuhan kebutuhan untuk mengalirkan air permukaan ke badan air
penerima atau bendungan resapan buatan, agar terhindar pengikisan aliran hujan
terhadap badan jalan dan genangan air hujan pada kawasan tertentu
Komponen analisis:
Kebutuhan pengendalian banjir dan genangan
Sistem jaringan makro dan jaringan distribusi
Volume air hujan dan debit aliran
Kondisi dan kapasitas saluran yang tersedia
INPUT PROSES OUTPUT
Peta TGL
Analisa Distribusi
Jaringan Drainase
Curah Hujan
1. Dengan peta Tata Guna Lahan dan data jaringan drainase maka akan diolah
menggunakan software ArcGIS kemudian akan menghasilkan peta distribusi
jaringan darinase eksisting sehingga dapat diketahui cakupan wilayah
perencanaan yang dilalui jaringan drainase primer, sekunder atau tersier.
2. Dengan data panjang, lebar dan tinggi saluran drainase maka dapat dilakukan
analisa kapasitas volume saluran drainase eksisting.
3. Dengan data curah hujan dapat dilakukan analisa kapasitas air hujan.
Kemudian dilakukan evaluasi kapasitas jaringan drainase eksisting apakah
mampu menampung volume air hujan. Sehingga akan dilakukan rancangan
ulang dimensi drainase.
4. Diperlukan survey primer untuk mengetahui bagian dan kondisi jaringan
drainase. Jaringan drainase standar harus memiliki bagian-bagian yang telah
ditetapkan pada SNI 03-1733-1989 tentang Tata cara perencanaan kawasan
perumahan kota, seperti dapat dilihan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.15 Bagian Jaringan Drainase
Sumber: SNI 02-2406-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan
Jumlah Penduduk
1. Dengan peta Tata Guna Lahan dan data alur pembuangan sampah, lokasi TPS
dan TPA maka akan diolah menggunakan software ArcGIS kemudian akan
menghasilkan peta jaringan persampahan eksisting sehingga dapat diketahui
cakupan wilayah perencanaan yang telah dilalui jaringan persampahan atau
belum.
2. Dengan data jumlah sarana persampahan dan titik-titik lokasinya maka akan
dilakukan analisis buffer dengan software arcGIS untuk mengetahui jangkauan
pelayanan masing-masing sarana yang ada, sehingga apabila masih ada
wilayah yang belum dijangkau maka akan direncanakan penambahan
prasarana. Kebutuhan prasarana persampahan dapat di lihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4.16 Kebutuhan Prasarana Persampahan
Sumber: SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengolahan Sampah Perkotaan
IV-47
LaporanPendahuluanKec.Kraton
b. Metode Analisis
Metode Analisis merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisa/
mengolah data yang telah didapatkan melalui survei primer dan survei sekunder.
Adapun metode yang digunakan dalam menganalisa system transportasi adalah
sebagai berikut:
IV-48
Level of Service (LOS) dapat diketahui dengan melakukan perhitungan
perbandingan antara volume lalu lintas dengan kapasitas dasar jalan (V/C). Dengan
melakukan perhitungan terhadap nilai LOS, maka dapat diketahui klasifikasi jalan
atau tingkat pelayanan pada suatu ruas jalan tertentu.
Keterangan:
LOS = V/C LOS : Tingkat Pelayanan
jalan V : Volume lalu Lintas
C : Kapasitas jalan
Keterangan:
Ca = kapasitas
Co = kapasitas dasar
Fw = faktor lebar jalan
Fks = faktor bahu/kerb jalan
Fsp = faktor arah/median
Fsf = faktor gangguan samping
Fcs = faktor kota
Tabel 4.19 Kriteria Level of Service
Tingkat Nilai V/C Karakteristik Lalu Lintas Kecepatan/Laju
Pelayanan Kendaraan
A 0,0-0,19 Kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi, >95 km/jam
volume lalu lintas rendah, pengemudi bebas
memilih kecepatan yang diinginkan tanpa
hambatan.
B 0,2-0,44 Arus stabil, pengemudi memiliki kebebasan 80-95 km/jam
untuk beralih jalur.
C 0,45-0,69 Dalam zona ini arus stabil, pengemudi dibatasi 60-80 km/jam
dalam memilih kecepatan.
D 0,70-0,84 Arus stabil, hampir semua pengemudi dibatasi 40-60 km/jam
kecepatannya. Volume lalu lintas mendekati
kapasitas jalan tetapi masih dapat diterima.
E 0,85-1,0 Arus tidak stabil, sering berhenti, volume lalu 30-40 km/jam
lintas mendekati atau berada pada kapasitas
jalan.
F >1 Arus lalu lintas macet atau kecepatan sangat <30 km/jam
rendah dan antrian kendaran panjang.
Sumber: DPMTJ & LAPI-ITB, 1986
5 METER
Pagar Pagar
1,5 METER
GARIS SEMPADAN BANGUNAN RTH/ SALURAN BAHU JALAN JALUR LALU LINTAS BAHU SALURANRTH/GARIS JALANTEPIUTILITAS SEMPADAN
UTILITASTEPI JALAN JALANBANGUNAN
AMBANG PENGAMAN JALAN AMBANG PENGAMAN JALAN
BADAN JALAN
Metode yang digunakan untuk analisis dimensi jalan adalah metode analisis
deskriptif. Analisis dimensi jalan disesuaikan dengan peraturan dan standar yang
ada. Dengan demikian, output yang diharapkan berupa gambaran dimensi geometrik
jalan di kecamatan Kraton berdasarkan hierarki jalan.
INPUT:
PROSES OUTPUT
Data Rumija, Rumaja, Ruwasja berdasarkan
Analisahierarki
deskriptif
jalan
Gambaran
observasi dan
dimensi
analisa
geometri
tools jalan Kec Kraton berdasarkan hierar
(survei primer) (Autocad)
.
Gambar 4.25 Ilustrasi Parkir
Sumber: Jurnal, 2012
INPUT PROSES OUTPUT
FASILITAS UMUM
BAB V
MANAJEMEN KEGIATAN
5.1 Struktur dan Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan
Pembagian struktur organisasi sangat diperlukan untuk mencapai keefesienan dan
efektifitas penggunaan sumber daya dalam suatu survey dalam suatu rencana. Sesuai
dengan aturan yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja, maka dalam pelaksanaan
pekerjaan ini dibutuhkan struktur organisasi yang mendetail namun kompak. Keberadaan
organisasi pelaksana dalam kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Kecamatan Kraton antara lain dengan tujuan:
Terjadi kesinambungan pekerjaan antara tenaga, ahli dengan koordinator tim (team
leader)
Terjadi suatu kegiatan yang sistematis dan teratur sehingga hasil yang didapat
efektif, efisien dan tepat waktu sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan
Biaya finansial pelaksanaan kegiatan dapat terkoordini dengan baik dan efektif
penggunaannya
Struktur organisasi ini sangat dibutuhkan karena dapat membantu dan
mempermudah dalam penyusunan suatu rencana, yang dalam hal ini Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton. Struktur organisasi ini diperlukan terkait
adanya hubungan kerja antara pemberi tugas (Dosen Mata Kuliah dan Dosen Pembimbing)
dengan tim pelaksana (mahasiswa) Perancanaan Wilayah dan Kota ITS.
Dibawah ini merupakan struktur Organisasi pelaksanaan pekerjaan untuk
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kecamatan Kraton yang
dapat dilihat pada Gambar 5.1
V-1
Gambar 5.1 Struktur dan Organisasi Pelaksanaan
Sumber: Analisa, 2015
Berdasarkan unsur-unsur organisasi di atas, maka komposisi tenaga ahli dalam pekerjaan
ini adalah:
Dosen Pembimbing : Ptu Gde Ariastita ST. MT.
Prananda Navitas ST.
MSc.
Tim Leader dan Ahli Sosio Demografi : Farida Puspita Rini
Ahli Tata Guna Lahan dan Fisik Dasar : a. Chikita Yusuf Widhaswara
b. Pisces Eria
c. Burhanudin Fahmi
Ahli Sarana : a. Santika Purwitaningsih
b. Joshua Argentino
Ahli Prasarana : a. Ajeng Dearista Wulansari
b. Muhammad Fadli
c. Muhammad Brian Adam
Ahli Transportasi : a. Mega Widiyahwati
b. Azizah Faridha Elisa
LaporanPendahuluanRDTRKPerkotaanKraton
V-5
LaporanPendahuluanRDTRKPerkotaanKraton
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I Persiapan
- Identifikasi bangunan
V-6
BULAN (MINGGU)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
- Karakteristik fisik
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
VI Penyelesaian Pekerjaan
B. Kependudukan
1. Sejak kapan anda tinggal di daerah ini?
2. Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah anda?
3. Apa mata pencaharian anda?
4. Berapa penghasilan anda?
5. Darimanakah anda berasal?
6. Apa agama anda beserta keluarga?
7. Apa pendidikan terakhir anda?
8. Berapa umur anda beserta keluarga?
9. Berapa jumlah tambahan keluarga semenjak 5 tahun terakhir?
10. Konflik sosial apa saja yang ada dalam masyarakat?
11. Sudah cukupkah pendapatan yang selama ini anda terima?
12. Bagaimanakah karakter masyarakat sekitar daerah anda?
C. Fasilitas Umum
1.Apakah anda sudah merasa cukup dengan jumlah fasilitas umum yang sudah ada?
2. Bagaimana menurut anda kondisi fasilitas umum yang ada saat ini?
3. Apa penempatan fasilitas umum yang ada saat ini sudah cukup strategis?
4. Tambahan fasilitas apa saja yang sudah ada selama 5 tahun terakhir?
D. Utilitas
1. Apakah di daerah anda sudah terlayani jaringan listrik?
2. Berapa rata tarif listrik yang harus anda bayar setiap bulan?
3. Bagaimana kualitas pelayanan listrik di daerah anda?
4. Apakah di daerah anda sudah terlayani jaringan telepon?
5. Berapa rata tarif telepon yang harus anda bayar setiap bulan?
6. Bagaimana kualitas pelayanan telepon di daerah anda?
7. Apakah di daerah anda sudah terlayani jaringan air bersih?
8. Berapa rata tarif air bersih (PDAM) yang harus anda bayar setiap bulan?
9. Bagaimana kualitas pelayanan air bersih di daerah anda?
10. Apakah di daerah anda sudah terlayani jaringan air limbah?
11. Apakah di daerah anda sudah terlayani jaringan drainase?
12. Apakah di daerah anda sudah terlayani sistem pembungan sampah yang baik?
13. Bagaimana cara anda membuang sampah?
a. Dibuang sendiri, kemana?
b. Dikelola oleh pihak lain, siapa?
c. Berapa kali dalam sehari anda membuang sampah?
d. Berapa volume sampah anda?
LaporanPendahuluanRDTRKPerkotaanKraton
DAFTAR PUSTAKA
Kecamatan Kraton. 2011. Gambaran Umum.
INTERNET
http://kraton.pasuruankab.go.id/index.php diakses
pada 10 Mei 2015.
Pedoman Rencana
Kabupaten. Buku
Putih Sanitasi
Pasuruan (tidak
diterbitkan).
K RDTR.
P Umum No.20/PRT/M/2007.
y Statistik
u Daerah
s Kecamatan
u Kraton 2013.
n SNI Nomor
a 2003-1733
n Tahun 2004
r
LaporanPendahuluanRDTRKPerkotaanKraton
Laporan Pendahuluan RDTRK Perkotaan Bokondini Kab. Tolikara Provinsi Papua tahun
2013