Anda di halaman 1dari 27

Nama: Muh.

Musyaid saputra
NPM: 19320014
Prodi/Semester: Akuntansi/4

RESUME AKUNTANSI KEWAJIBAN/HUTANG JANGKA PANJANG

Kewajiban Jangka Panjang


1. Definisi
Kewajiban jangka panjang umumnya timbul apabila perusahaan membutuhkan tambahan dana.
Apabila dana ini akan digunakan untuk investasi dalam aktiva tetap yang akan memberikan hasil dalam
jangka panjang seperti misalnya untuk pembuatan gedung atau pembelian mesinmesin, maka dana yang
dibutuhkan sebaiknya diperoleh dari hutang jangka panjang atau modal sendiri. Ditinjau dari sudut
perusahaan yang membutuhkan dana, pinjaman berupa obligasi memiliki beberapa keuntungan jika
dibandingkan dengan apabila perusahaan mengeluarkan saham. Keuntungan-keuntungan mengeluarkan
obligasi antara lain:
1. Pemegang obligasi (pemberi pinjaman) tidak memunyai hak suara sehingga tidak akan
berpengaruh pada manajemen perusahaan.
2. Beban yang timbul dari obligasi yang berupa bunga, mungkin lebih rendah dibandingkan dengan
deviden yang harus dibayarkan kepada para pemegang saham.
3. Menurut peraturan pajak penghasilan, bunga bisa dikurangkan dari penghasilan untuk
menentukan laba yang akan dikenakan pajak sehingga bunga bisa memperkecil pajak
penghasilan. Di lain pihak, deviden tidak boleh dikurangkan sebagai beban, karena deviden
dipandang sebagai pembagian keuntungan. Namun demikian, pengeluaran obligasi juga
mempunyai akibat- akibatyang kurang menguntungkan, antara lain

Bunga obligasi merupakan beban tetap bagi perusahaan yang mengeluarkannya. Artinya baik dalam
keadaan mendapat laba atau sedang menderita rugi, bunga tetap harus dibayar. Deviden tidak demikian
halnya, karena deviden hanya dibayar jika perusahaan mendapat laba. Apabila perusahaan tidak mampu
membayar/melunasi pinjaman obligasi yang sudah jatuh tempo, maka pemegang obligasi tetap
mempunyai hak untuk menuntut pengembalian dari obligasi, misalnya melalui melikuidasi perusahaan.

Sedangkan kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang jangka waktu pelunasannya lebih
dari satu tahun. Secara umum kewajiban jangka panjang dibedakan menjadi: Utang Hipotik. utang ini
timbul ketika perusahaan meminjam sejumlah dana dan menjaminkan dana tersebut dengan aset tetap
perusahaan, seperti tanah, dan gedung. Utang Obligasi. Suatu bentuk utang perusahaan mengeluarkan
surat-surat obligasi/pengakuan hutang yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar
imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah
ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Utang obligasi juga masih dibagi lagi menjadi
beberapa jenis. Misal dilihat dari sisi penerbit, obligasi dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Corporate Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha
milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta.
2. Government Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
3. Municipal Bond: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-
proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik ( public utility).

Istilah-istilah dalam obligasi:


1. Nilai Nominal Obligasi
Merupakan nilai yang tercantum (tercetak) pada sertifikat obligasi. Nilai ini menunjukkan jumlah
rupiah yang akan dilunasi pada tanggal jatuh tempo obligasi.
2. Tanggal Jatuh Tempo
Merupakan tanggal harus dilunasinya obligasi olehpenerbit obligasi.
3. Bunga Obligasi
Merupakan bunga per tahun yang akan dibayarkan kepada pemegang obligasi.
4. Tanggal Bunga
Merupakan tanggal pembayaran bunga obligasi.
5. Bunga efektif
Merupakan bunga per tahun yang berlaku umum di pasar modal/uang.
6. Harga Jual Obligasi
Harga jual perdana adalah harga jual obligasi saat pertama kali obligasi diterbitkan. Harga jual
obligasi ini ditentukan dengan menilai-tunaikan pembayaran bunga dan pembayaran nominal
obligasi. Harga pasar obligasi adalah harga jual obligasi yang berlaku di pasar modal yang
merupakan harga yang disepakati oleh pembeli dan penjual.
7. Premi obligasi
Merupakan selisih lebih harga jual obligasi di atasnilai nominalnya.
8. Diskonto obligasi
Merupakan selisih kurang harga jual obligasi di bawah nilai nominalnya.
9. Amortisasi Premi//Diskonto Obligasi
Dapat menggunakan (1) metode garis lurusatau (2) metode bunga efektif.. Pencatatan
amortisasi (1) bersamaan dengan pencatatan biaya bunga obligasi atau (2) akhir periode..
10. Bunga berjalan
Merupakan bunga yang terjadi sejak tanggal pembayaran bunga terakhir sampai dengan tanggal
penjualan/emisi obligasi.
Kewajiban Jangka Panjang merupakan kewajiban yang diharapkan akan dibayar kembali atau jatuh
tempo dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca. Secara umum dalam konteks
pemerintahan, kewajiban jangka panjang dapat muncul antara lain karena:
a. penggunaan sumber pembiayaan berupa pinjaman yang bersifat jangka panjang baik yang
berasal dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, maupun lembaga
internasional; dan
b. kewajiban dengan pemberi jasa yang penyelesaiannya melalui cicilan dengan jangka waktu lebih
dari satu tahun.
2. Jenis-Jenis
Kewajiban Jangka Panjang terdiri dari:
a. Pinjaman Luar Negeri;
b. Pinjaman Dalam Negeri;
c. Utang ObligasijSurat Utang Negara (SUN);
d. Utang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN);
e. Utang Pembelian Cicilan;
f. Utang Kemitraan;
g. Utang Jangka Panjang Lainnya;
h. Kewajiban yang timbul berdasarkan Tuntutan Hukum;
i. Kewajiban Pemerintah terkait Pensiun; dan
j. Kewajiban atas Kebijakan Pemerintah

3. Pengakuan
Secara umum, kewajiban jangka panjang diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber
daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai dengan tanggal
pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur
dengan andal. Kewajiban diakui pada saat dana pinja:rnan diterima oleh pemerintah atau dikeluarkan
oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan, dan/atau pada saat kewajiban timbul.

4. Pengukuran
Secara umum, kewajiban jangka panjang dicatat sebesar nilai nominal. Apabila kewajiban jangka
panjang tersebut dalam bentuk mata uang asing maka harus dijabarkan dan dinyatakan dalam mata
uang Rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank sentral pada akhir periode pelaporan. Penyajian
dan Pengungkapan Utang jangka panjang pemerintah harus diungkapkan dalam neraca pada periode
pelaporan dengan nilai yang handal. Untuk mendukung agar informasinya lebih lengkap dan bermanfaat
bagi setiap pengguna laporan keuangan, selain disajikan dalam neraca maka harus diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Informasi yang harus disajikan dalam CaLK antara lain meliputi:
a. Jumlah saldo kewajiban jangka panjang berdasarkan tipe pemberi pinjaman;
b. Jumlah saldo utang pemerintah jangka panjang berdasarkan jenis sekuritas utang pemerintah
dan jatuh temponya; dan
c. Syarat-syarat dan konsekuensi perjanjian atas pembayaran utang jangka panjang tersebut.
Penyajian Utang dalam mata uang asing pada neraca menggunakan kurs tengah Bank Sentral pada
tanggal pelaporan. Selisih penjabaran pos Utang dalam mata uang asing antara tanggal transaksi dan
tanggal pelaporan dicatat sebagai pendapatan selisih kurs yang belum terealisasi atau beban kerugian
selisih kurs belum terealisasi.

Berikut adalah ilustrasi penyajian Kewajiban Jangka Panjang pada neraca:


Pemerintah ABC
NERACA
Per 31 Desember 20Xl
URAIAN JUMLAH
ASET  
  ASET LANCAR  
  ASET TETAP  
  INVESTASI JANGKA PANJANG  
  ASET LAINNYA  
KEWAJIBAN  
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK  
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG  
    Utang Luar Negeri xxxx
    Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxxx
    Utang Dalam Negeri - Obligasi  
    Premium (Diskonto) Obligasi xxxx
    Utang Jangka Panjang Lainnya xxxx
   
EKUITAS XXXXX

5. Perlakuan Khusus
a. Kewajiban jangka panjang yang berasal dari penerimaan pembiayaan pinjaman oleh BUN
Kewajiban jangka panjang yang berasal dari penerimaan pembiayaan pinjaman oleh BUN dapat
bersumber dari sumber pinjaman dan sumber penerbitan SBN Jangka Panjang. Penerimaan pembiayaan
pinjaman oleh BUN dapat berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
1. Utang Jangka Panjang dari Sumber Pinjaman
 Pengakuan:
Utang jangka panjang dari sumber pinjaman diakui pada saat tanggal valuta (value date)
sebagaimana tercantum dalam Notice of Disbursement (NoD) atau yang dipersamakan.
 Pengukuran:
Utang jangka panjang dari sumber pinjaman diukur sebesar nilai nominal sesuai dengan
yang tercantum dalam NoD.
 Penyajian:
Utang jangka panjang dari sumber pmJaman disajikan di Neraca dalam pos Kewajiban
Jangka Panjang.
2. Utang Jangka Panjang dari Sumber Penerbitan SBN Jangka Panjang
 Pengakuan:
Utang jangka panjang dari sumber penerbitan SBN jangka panjang diakui pada saat
tanggalsetelmen yang tercantum dalam dokumen setelmen.
 Pengukuran:
Utang jangka panjang dari sumber penerbitan SBN diukur sebesar nilai nominal sesuai
dengan hasil ketetapan penerbitan SBN.
 Penyajian:
Utang jangka panJang dari sumber penerbitan SBN disajikan di Neraca dalam pos
Kewajiban Jangka Panjang.

b. Utang Dalam Negeri


Pinjaman Dalam Negeri adalah pinjaman yang berasal dari dalam negeri dan diharapkan akan dibayar
lebih dari dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan. Pinjaman Dalam Negeri yang diperoleh dari
Pemberi Pinjaman Dalam Negeri harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu, sesua1 dengan
masa berlakunya. Pengadaan Pinjaman Dalam Negeri dilakukan dalam mata uang Rupiah yang dilakukan
oleh Pemerintah, yang bersumber dari Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Perusahaan
Daerah, yang digunakan untuk membiayai Kegiatan tertentu. Pinjaman Dalam Negeri dapat diterus
pinjamkan kepada Penerima Penerusan Pinjaman Dalam Negeri yang harus dibayar kembali dengan
ketentuan dan persyaratan tertentu. Penerima penerusan Pinjaman Dalam Negeri adalah Pemerintah
Daerah atau BUMN/BUMD. Perjanjian Pinjaman Dalam Negeri dituangkan dalam naskah perjanjian atau
naskah lain yang dipersamakan yang memu at kesepakatan mengenai pinjaman dalam negeri antara
Pemerintah dengan Pemberi Pinjaman Dalam Negeri.

Pengakuan:
Pinjaman dalam negeri diakui pada saat dana diterima di RKUN dan/atau pada saat kewajiban timbul.
Dari berbagai macam mekanisme penarikan pinJaman dalam negeri pengakuan pinjaman yang cara
penarikannya dilakukan dengan pembukaan LC I Direct Payment/ Rekening Khususj Pembiayaan
PendahuluanjPenarikan Tunai diakui berdasarkan tanggal penarikan (value date) yang terdapat dalam
dokumen NoD (Notice of Disbursement), atau dokumen yang dipersamakan, yang diterima dari lender.

Pengukuran:
Jumlah utang yang tercantum dalam naskah perjanjian merupakan komitmen maksimum jumlah
pendanaan yang disediakan oleh pemberi pinjaman. Penerima pinjaman belum tentu menarik seluruh
jumlah pendanaan tersebut, sehingga jumlah yang dicantumkan dalam neraca untuk utang dalam negeri
sektor perbankan adalah sebesar jumlah dana yang telah ditarik oleh penerima pinjaman.

c. Utang Obligasi/SUN
Utang Obligasi/SUN adalah jenis Surat Utang Negara yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas)
bulan dengan imbalan bunga tetap (fixed rate/FR) atau dengan imbalan bunga secara variabel (variable
rate/VR).

Pengakuan:
Utang Obligasi Negara diakui pada saat kewajiban timbul yaitu pada saat terjadi transaksi penjualan.

Pengukuran:
Utang Obligasi Negara dicatat sebesar nilai tercatat ( carrying amount), yaitu nilai nominal/par,
ditambah premium atau dikurangi diskon yang belum diamortisasi dan disajikan pada akun terpisah. Nilai
nominal Utang Obligasi Negara tersebut mencerminkan nilai yang tertera pada lembar surat utang
pemerintah dan merupakan nilai yang akan dibayar pemerintah pada saat jatuh tempo. Dalam hal utang
obligasi yang pelunasannya diangsurI dipercepat, aliran ekonomi setelahnya, seperti transaksi
pembayaran, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan
nilai tercatat (carrying amount) utang tersebut. Apabila surat utang obligasi dijual di bawah nilai par
(dengan diskon), maupun di atas nilai par (dengan premium), maka nilai pokok utang tersebut adalah
sebesar nilai nominalnya atau nilai jatuh temponya, sedangkan diskon atau premium dikapitalisasi untuk
diamortisasi sepanjang masa berlakunya surat utang obligasi. Apabila surat utang obligasi diterbitkan
dengan denominasi valuta asing, maka kewajiban tersebut perlu dijabarkan dan dinyatakan dalam mata
uang Rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank sentral pada akhir periode pelaporan.

d. Utang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)


SBSN adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan pnns1p syariah, sebagai bukti atas
bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang Rupiah maupun dalam valuta asing.
Aset SBSN adalah objek pembiayaan SBSN dan/atau Barang Milik Negara yang memiliki nilai ekonomis,
berupa tanah dan/atau bangunan maupun selain tanah dan/atau bangunan, yang dalam rangka
penerbitan SBSN dijadikan sebagai dasar penerbitan SBSN.
SBSN dapat berupa:
1. SBSN Ijarah, yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah;
2. SBSN Mudarabah, yang diterbitkan berdasarkan akad mudarabah;
3. SBSN Musyarakah, yang diterbitkan berdasarkan akad musyarakah;
4. SBSN Istishna', yang diterbitkan berdasarkan akad istishna';
5. SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah; dan
6. SBSN yang diterbitkan berdasarkan kombinasi dua atau lebih akad di atas.

Pengakuan:
Utang SBSN diakui pada saat kewajiban timbul yaitu pada saat terjadi transaksi penjualan.

Pengukuran:
SBSN dicatat sebesar nilai tercatat (carrying amount), yaitu nilai nominal/par, ditambah premium atau
dikurangi diskon yang belum diamortisasi yang disajikan pada akun terpisah. Nilai nominal SBSN tersebut
mencerminkan nilai yang tertera pada ketentuan dan persyaratan SBSN dan merupakan nilai yang akan
dibayar pemerintah pada saat jatuh tempo. Dalam hal SBSN yang pelunasannya diangsur/dipercepat,
aliran ekonomi setelahnya, seperti transaksi pembayaran, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai
pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat (carrying amount) utang tersebut.

Apabila SBSN dijual di bawah nilai par (dengan diskon), maupun di atasnilai par (dengan premium),
maka nilai pokok SBSN adalah sebesar nilai nominalnya atau nilai jatuh temponya, sedangkan diskon
atau premium dikapitalisasi untuk diamortisasi sepanjang masa berlakunya SBSN.Apabila SBSN
diterbitkan dengan denominasi valuta asing, maka kewajiban tersebut perlu dijabarkan dan dinyatakan
dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank sentral pada akhir periode pelaporan.

e. Utang Pembelian Cicilan


Utang Pembelian Cicilan adalah kewajiban yang timbul karena perolehan barangjjasa pemerintah yang
dilakukan dengan membayar secara angsuran. Secara hukum, transaksi ini ditandai dengan
penandatanganan suatu akta utang atau hipotek oleh pembeli yang menetapkan secara spesifik syarat-
syarat pembayaran atau penyelesaian kewajiban. Transaksi pembelian secara angsuran/cicilan memiliki
dua varian utama.

Pertama, perjanjian dengan menetapkan jumlah cicilan di masa depan dengan tingkat bunga tertentu.
Kedua, perjanjian dengan menetapkan skema pembayaran secara angsuran per periode dengan besaran
jumlah tetap mencakup pokok dan bunga yang tidak disebutkan secara eksplisit. Kesamaan pada kedua
varian tersebut adalah bahwa tingkat bunga dikenakan terhadap sisa pokok utang yang belum dibayar.
Pelaksanaan transaksi pembelian pemerintah secara kredit yang melampaui tahunanggaran lebih rumit
daripada yang dibayar tunai, karena di satu pihak akan menghadapi persoalan yang berhubungan
dengan ketentuan pelaksanaan anggaran belanja, di lain pihak pelunasan kredit sekaligus atau cicilan
akan dikenain bunga eksplisit atau tersamar, yang pada gilirannya berkonsekuensi pada besaran harga
pembelian.

Pengakuan:
Utang pembelian cicilan, baik yang mengandung bunga secara eksplisit maupun bunga secara
tersamar diakui ketika barang yang dibeli telah diserahkan kepada pembeli dan perjanjian utang telah
mengikat para pihak secara legal, yaitu ketika perjanjian utang ditandatangani oleh pihak penjual yang
sekaligus bertindak selaku kreditur dan pembeli yang juga menjadi debitur.

Pengukuran:
Utang pembelian cicilan, baik yang bunganya dinyatakan secara eksplisit maupun bunganya
disamarkan dalam bentuk cicilan anuitas, dicatat sebesar nilai nominal.Khusus mengenai utang cicilan
anuitas, setiap pelunasan harus dipecah menjadi unsur pelunasan pokok utang dan pelunasan bunga.
Dalam hal transaksi dalam mata uang asing maka kewajiban dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang
Rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada akhir periode
pelaporan.

f. Utang Kemitraan
Utang kemitraan merupakan pengakuan kewajiban yang timbul dari perjanjian kemitraan pemerintah
dengan mitra (badan usaha, pihak ketiga, atau investor) pada pola kerjasama pemanfaatan Bangun,
Serah, Kelola (BSK) dan pola perjanjian konsesi jasa sehubungan pengakuan aset kemitraan yang
sumber dayanya berasal dari mitra.
Pengakuan:
1. Pengakuan kewajiban kemitraan pola kerjasama pemanfaatan BSK
Kewajiban kemitraan pola kerjasama pemanfaatan BSK diakui sebagai utang kemitraan pada saat
pengakuan aset kemitraan berupa bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya yang berasal
dari mitra sesuai dengan BAST operasi kerjasama pemanfaatan atau dokumen yang
dipersamakan.
2. Pengakuan kewajiban kemitraan pola perjanjian konsesi jasa
Kewajiban pola perjanjian konsesi jasa diakui sebagai utang kemitraan pada awalnya saat
pengakuan aset konsesi jasa yang sumber dayanya berasal dari mitra sesuai dengan dokumen
laporan konstruksi, BAST operasional aset konsesi jasa atau dokumen yang dipersamakan, dan
disesuaikan apabila ada nilai imbalan yang dialihkan (misal kas) dari pemerintah kepada mitra
atau mitra kepada pemerintah.
 
Pengukuran:
1. Kewajiban kemitraan pola kerjasama pemanfaatan BSK pada awalnya diukur sebesar nilai wajar
konstruksi bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya fasilitasnya atau penambahan
kapitalisasi aset yang berasal dari mitra sesuai dengan BAST atau dokumen yang dipersamakan,
dan disesuaikan nilainya sehubungan pembayaran periodik oleh pemerintah kepada mitra.
2. Kewajiban kemitraan pola perJanJian konsesi jasa diukur pada awalnya sebesar nilai wajar yaitu
nilai konstruksi aset konsesi jasa atau peningkatan kapitalisasi aset pada BMN yang sudah ada
sesuai dengan dokumen laporan konstruksi, BAST operasional aset konsesi jasa atau dokumen
yang dipersamakan, dan disesuaikan apabila ada nilai imbalan yang dialihkan (misal kas) dari
pemerintah kepada mitra atau mitra kepada pemerintah. Penyesuaian setelah nilai awal
pengakuan kewajiban kemitraan terjadi sehubungan dengan:
 skema pembayaran kepada mitra: bagian pembayaran periodik oleh pemerintah kepada
mitra yang mengurangi nilai pengakuan kewajiban kemitraan sehubungan konstruksi,
perolehan, atau peningkatan kapitalisasi aset konsesi jasa yang berasal dari mitra.
Sedangkan bagian pembayaran periodik oleh pemerintah kepada mitra untuk tagihan
atas biaya transaksi keuangan dan untuk tagihan atas penyediaan jasa publik oleh mitra
bukan merupakan pengurang nilai pengakuan kewajiban kemitraan.
 skema pemberian hak usaha penyelenggaraan kepada mitra: bagian amortisasi tahun
berjalan dari perhitungan garis lurus pendapatan tangguhan sepanjang masa konsesi
atas pengakuan aset konsesi jasa yang berasal dari mitra.
3. Penyajian dan Pengungkapan:
Nilai kewajiban kemitraan pola kerjasama pemanfaatan BSK dan kewajiban kemitraan pola
perjanjian konsesi jasa disajikan di neraca sebagai utang kemitraan di neraca pada pos utang
jangka panjang lainnya.
4. Pengungkapan kewajiban kemitraan pola kerjasama pemanfaatan BSK
Pengungkapan kewajiban kemitraan pola perjanjian konsesi jasa:
 Dalam hal pengakuan kewajiban kemitraan pola perjanjian konsesi jasa dengan skema
pembayaran kepada mitra, yaitu pemerintah mempunyai kewajiban tanpa syarat untuk
membayar kas atau aset keuangan lain kepada mitra sehubungan konstruksi, perolehan,
atau peningkatan kapitalisasi aset konsesi jasa, maka pengungkapan dilakukan
sehubungan dengan bagian dan akumulasi pembayaran periodik oleh pemerintah kepada
mitra yang mengurangi nilai pengakuan kewajiban kemitraan atas pengakuan aset konsesi
jasa yang berasal dari mitra.
 Dalam hal pengakuan kewajiban kemitraan pola perjanjian konsesi jasa dengan skema
pemberian hak usaha penyelenggaraan kepada mitra, yaitu pemerintah tidak mempunyai
kewajiban tanpa syarat untuk membayar kas atau aset keuangan lain kepada mitra
sehubungan konstruksi, perolehan, atau peningkatan kapitalisasi aset konsesi jasa, maka
pengungkapan dilakukan sehubungan dengan estimasi perhitungan garis lurus amortisasi
sepanjang masa konsesi jasa terhadap nilai pendapatan tangguhan atas pengakuan aset
konsesi jasa yang berasal dari mitra

g. Utang Jangka Panjang Lainnya


Termasuk bentuk Utang Jangka Panjang Lainnya adalah kewajiban pemerintah kepada badan usaha
yang mendapat penugasan sebagai operator untuk menyalurkan dan menyediakan kebutuhan energi.
Dalam pelaksanaannya, terdapat selisih kurang antara penerimaan (harga jual) dengan biaya
produksinya.

Pengakuan:
Kewajiban pemerintah kepada badan usaha yang mendapat penugasan sebagai operator untuk
menyalurkan dan menyediakan energi diakui pada saat pemerintah menyatakan kesanggupan secara
tertulis untuk mengganti kekurangan penerimaan yang dialami oleh badan usaha.

Pengukuran :
Kewajiban pemerintah kepada badan usaha yang mendapat penugasan sebagai operator untuk
menyalurkan dan menyediakan energi dicatat sebesar nilai nominal yang ditanggung oleh pemerintah
dan akan dibayarkan lebih dari 12 bulan serta belum dialokasikan pada tahun anggaran berjalan.

h. Kewajiban yang timbul berdasarkan Tuntutan Hukum


Dalam hal terjadi tuntutan hukum pengelolaan data atas tuntutan hukum yang telah berkekuatan
hukum ditatausahakan dalam sistem aplikasi yang dikelola oleh Kementerian Keuangan. Setiap K/L yang
memiliki perkara tuntutan hukum melakukan pemutakhiran informasi pada sistem informasi tersebut.
Selain menyampaikan data tuntutan hukum, setiap K/L juga melaporkan Putusan Pengadilan yang
inkracht atas tuntutan hukum kepada Pemerintah dalam LKKL dengan perlakuan akuntansi sebagai
berikut:
1. Dalam hal tuntutan hukum telah memiliki putusan pengadilan tetap (inkracht), telah dilakukan
teguran (aanmaning) dari PN setempat, tidak dimungkinkan lagi upaya hukum lanjutan/luar
biasa dari Pemerintah dan telah dianggarkan dalam DIPA Kementerian NegarajLembaga, maka
nilai tuntutan hukum yang sudah inkracht disajikan sebagai Utang kepada Pihak Ketiga dalam
Neraca LKKL;
2. Dalam hal tuntutan hukum telah memiliki putusan pengadilan tetap (inkracht), telah dilakukan
teguran (aanmaning) dari PN setempat, tidak dimungkinkan lagi upaya hukum lanjutan/luar
biasa dari Pemerintah namun belum dianggarkan dalam DIPA Kementerian NegarajLembaga,
maka nilai tuntutan hukum yang sudah inkracht hanya diungkapkan dalam CaLK pada LKKL
secara agregat (yaitu total nilai tuntutan ganti rugi tanpa rincian per tuntutan hukum); dan
3. Dalam hal tuntutan hukum belum memiliki putusan pengadilan yang inkracht atau masih
dimungkinkan dilakukan upaya hukum lanjutan/luar biasa dari Pemerintah, maka tidak
dilakukan pencatatan pada Neraca dan juga tidak diungkapkan dalam CaLK LKKL.
Selain beberapa hal di atas terdapat beberapa kondisi-kondisi tertentu yang menyebabkan
terjadinya perbedaan perlakuan akuntansi atas kewajiban. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan
sebagai berikut:
4. Penyelesaian Kewajiban Sebelum Jatuh Tempo
Untuk sekuritas yang diselesaikan sebelum jatuh tempo antara lain karena adanya fitur untuk
ditarik oleh penerbit (call feature) dari sekuritas tersebut atau karena memenuhi persyaratan
untuk penyelesaian oleh permintaan pemegangnya maka perbedaan antara harga perolehan
kembali dan nilai tercatat netonya (carrying amount) harus diungkapkan pada CaLK.
5. Tunggakan
Jumlah tunggakan atas pmJaman pemerintah harus disajikan dalam bentuk Daftar Umur ( aging
schedule) Pembayaran kepada Kreditur pada CaLK sebagai bagian pengungkapan kewajiban.
6. Restrukturisasi Utang
Restrukturisasi utang melalui modifikasi persyaratan utang, debitur harus mencatat dampak
restrukturisasi secara prospektif sejak restrukturisasi dilaksanakan dan tidak boleh mengubah
nilai tercatat utang pada saat restrukturisasi kecuali jika nilai tercatat tersebut melebihi jumlah
pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dengan persyaratan baru. Informasi
restrukturisasi ini harus diungkapkan pada CaLK sebagai bagian dari pengungkapan pos
kewajiban terkait. Apabila jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam
persyaratan baru termasuk pembayaran untuk bunga maupun untuk pokok utang lebih rendah
dari nilai tercatat, maka debitur harus mengurangi nilai tercatat utang ke jumlah yang sama
dengan jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana yang ditetapkan dalam persayaratan
baru. Hal tersebut harus diungkapkan pada CaLK sebagai bagian dari pengungkapan pos
kewajiban terkait. Suatu entitas tidak boleh mengubah nilai tercatat utang sebagai akibat dari
restrukturisasi utang yang menyangkut pembayaran kas masa depan yang tidak dapat
ditentukan, selama pembayaran kas masa depan maksimum tidak melebihi nilai tercatat utang.
7. Penghapusan Utang
Penghapusan utang adalah penghapusan secara sukarela tagihan oleh kreditur kepada debitur
baik sebagian maupun seluruhnya jumlah utang debitur dalam bentuk perjanjian formal
diantara keduanya. Penghapusan utang dapat mengikuti ketentuan yang diatur dalam
restrukturisasi utang di atas. Informasi atas penghapusan utang harus disajikan dalam CaLK
yang antara lain mengungkapkan jumlah perbedaan yang timbul sebagai akibat restrukturisasi
kewajiban tersebut yang merupakan selisih lebih antara:
 Nilai tercatat utang yang diselesaikan Jumlah nominal dikurangi atau ditambah
dengan bunga terutang dan premi, diskonto, biaya keuangan atau biaya penerbitan
yang belum diamortisasi), dengan
 Nilai wajar aset yang dialihkan ke kreditur.

i. Kewajiban Pemerintah terkait Pensiun


Kewajiban pemerintah terkait program pensiun merupakan kewajiban pemerintah yang terjadi karena
adanya perikatan antara pemerintah dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah. Pensiun pegawai
dan pensiun janda/duda diberikan sebagai jaminan hari tua dan sebagai penghargaan atas jasa-jasa
pegawai negeri selama bekerja dalam dinas pemerintah. Saat ini, program pensiun bagi pegawai
pemerintah dilaksanakan berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun
Pegawai Dan Pensiun Janda/Duda Pegawai. Dalam undang-undang ini diatur bahwa program pensiun
yang berlaku adalah program manfaat pasti dengan mekanisme pendanaan pay as you go, yaitu
pemerintah membayarkan manfaat pensiun pada saat pegawai sudah berhak menerima pensiun (sebagai
penerima pensiun) yaitu pada saat memasuki usia pensiun.

Berdasarkan jenis dan mekanisme pembayaran program pensiun ini, pemerintah mengakui beban
pensiun pada saat pegawai berhak menerima pensiun, yaitu pada waktu yang sama dengan periode
pembayaran pensiun tersebut. Dengan demikian, pemerintah tidak mengakui adanya kewajiban jangka
panjang terkait program pensiun, kecuali kewajiban jangka pendek, yaitu apabila terdapat hak penerima
pensiun yang belum dibayarkan sampai dengan akhir periode pelaporan. Pengakuan kewajiban terkait
pensiun bervariasi antara negara-negara yang sudah menerapkan akuntansi berbasis akrual. Berdasarkan
hasil survey yang dilakukan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) pada
tahun 2016, diketahui bahwa dari 34 negara anggota OECD, 25 negara (73%) telah menggunakan basis
akrual dalam pelaporannya, 3 negara (9%) sedang dalam proses reformasi dari basis kas ke basis akrual
(modified cash), dan 6 negara (18%) menggunakan basis kas. Berkaitan dengan penyajian kewajiban
terkait program pensiun di laporan keuangan, dari 28 negara yang menerapkan basis akrual atau sedang
dalam transisi ke basis akrual, diketahui bahwa hanya 11 negara yang menyajikan kewajiban pensiun
(Civil and Military Service Pensions) di neraca, 4 negara mengungkapkan dalam laporan keuangan
(disclose) dan sisanya tidak melaporkan.

Sebagaimana di Indonesia, pertimbangan negara-negara yang tidak melaporkan kewajiban jangka


panjang pensiun adalah karena pemerintah dapat mengubah manfaat pens1un yang diberikan, baik itu
bertambah atau pun berkurang. Di samping itu, tidak semua pegawai yang aktif dapat dipastikan akan
menerima hak pensiun, yaitu apabila pegawai tersebut tidak dapat memenuhi kriteria yang
dipersyaratkan oleh peraturan perundang-undangan. Penentuan skema pembayaran pensiun akan sangat
mempengaruhi kebijakan akuntansi atas transaksi termasuk pengakuan beban dan kewajiban Pemerintah
terkait pelaksanaan program pensiun.

Dalam paragraf 30 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan disebutkan bahwa "Pelaporan keuangan
pemerintah diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur keuangan
pemerintah...". Di samping itu, sampai dengan saat ini belum terdapat PSAP yang mengatur mengenai
pensiun, dalam hal ini yaitu PSAP yang mengatur mengenai Imbalan Pascakerja. Mengingat bahwa
pengakuan/ pencatatan kewajiban pemerintah terkait program pensiun membutuhkan perlakuan yang
spesifik dan tidak sama dengan perlakuan akuntansi kewajiban pada umumnya, maka sebelum Peraturan
Pemerintah terkait jaminan pensiun ditetapkan dan Standar Akuntansi Pemerintahan terkait imbalan
pascakerja (pensiun) diterbitkan, perlakuan akuntansi atas kewajiban jangka panjang terkait program
pensiun manfaat pasti adalah diungkapkan secara memadai pada Catatan atas Laporan Keuangan.
Pengungkapan dilakukan dengan menjelaskan antara lain jumlah pegawai aktif, jumlah penerima pensiun
dan skema pemberian manfaat pensiun yang akan diterima oleh pegawai pemerintah, saat yang
bersangkutan memasuki usia pensiun.

Sedangkan, kewajiban jangka pendek atas program pensiun diakui pemerintah apabila terdapat hak
penerima pensiun yang belum dibayarkan pemerintah sampai dengan akhir periode pelaporan.
Penjelasan mengenai kebijakan akuntansi untuk pengakuan kewajiban jangka pendek m1, selanjutnya
diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

j. Kewajiban atas kebijakan pemerintah


Dalam hal terdapat kebijakan pemerintah yang berdampak pada timbulnya potensi beban yang wajib
ditunaikan maka untuk terus menjamin akuntabilitas dan transparansi keuangan negara, perlu
diungkapkan secara memadai pada Catatan atas Laporan Keuangan. Pengungkapan dilakukan dengan
menjelaskan alasan pengambilan kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan.

6. Resiko Hutang Jangka Panjang


Disamping keuntungan atau kebermanfaatan utang jangka panjang yang dapat diperoleh perusahaan.
Terdapat resiko yang dapat diderita oleh perusahaan. Berbagai resiko utang jangka panjang
diantaranya :

1. Resiko yang diterima akan semakin besar seiring dengan semakin lama jangka waktu pada
pinjaman dana dan pelunasannya.
2. Jumlah sumber dana pinjaman sangat terbatas.
3. Apapun namanya, hutang merupakan beban yang menjadi tanggung jawab bagi perusahaan.
4. Tanggal jatuh tempo sudah pasti/tetap dan tidak memandang kondisi perusahaan.
5. Nilai saham yang dimiliki perusahaan dapat terpengaruh oleh besarnya jumlah utang jangka
panjang.

7. Ketentuan, Kriteria, dan Syarat Hutang Jangka Panjang


a. Ketentuan
Utang jangka panjang memiliki ketentuan yang harus dipenuhi. Ketentuan-ketentuan utang jangka
panjang diantaranya :

1. Si penerima hutang diharapkan dapat menjaga tingkat modal minimalnya.


2. Penerima utang tidak diperbolehkan menjual piutang untuk memperoleh uang cash.
3. Aktiva tetap milik penerima pinjaman harus menjadi jaminan dalam bentuk hipotek kepada
pemberi pinjaman.
4. Memberi batasan akan pinjaman di kemudian hari melalui pelarangan penambahan pinjaman
atau mewajibkan hutang tambahan tersebut sebagai subordinasi pada utang jangka panjang.

b. Kriteria
Usaha dalam mengakses utang jangka panjang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun
(biasanya5 – 20 tahun) memiliki berbagai kriteria dalam pemenuhan persyaratannya.Kriteria yang harus
dipenuhi seperti :
1. Data dan Laporan harus disimpan dengan administrasi yang baik.
2. Wajib melakukan pembayaran pajak
3. Menjaga kinerja usaha yang masuk sebagai bagian perusahaan dalam pengajuan utang.

c. Syarat
Persyaratan yang dierlakukan pada perjanjian utang jangka panjang secara umum meliputi berbagai poin
sebagai berikut :

1. Pencatatan yang diterapkan oleh peminjam harus sesuai dengan kaidah akuntansi terutama pada
hal yang berhubungan dengan utang jangka panjang.
2. Melaporkan secara berkala terkait kondisi keuangan perusahaan yang telah diaudit.
3. Bagi peminjam urusan pembayaran pajak dan kewajiban lain harus diselesaikan sesuai dengan
tenggang waktu yang ditetapkan.
4. Perusahaan yang meminjam harus sanggup menjaga semua aset perusahaan agar dapat
digunakan untuk keberjalanan operasional.

8. Manajemen Hutang Jangka Panjang


Memiliki utang jangka panjang bagi perusahaan memang sudah suatu kondisi umum. Oleh karena itu
ada hal yang wajib diketahui perusahaan baik cara menghitung hutang jangka panjang maupun hal yang
terkait dengan akuntansi hutang jangka panjang. Kondisi tersebut mewajibkan perusahaan melakukan
manajemen tersendiri terhadap utang jangka panjang. Manajemen utang jangka panjang dapat dilakukan
dengan menyusun neraca hutang jangka panjang yang dimiliki. Neraca merupakan laporan kondisi
keuangan perusahaan pada satu siklus akuntansi selama satu tahun. Neraca memiliki tujuan untuk
mengkalkulasi mengenai kondisi keuangan perusahaan baik aktiva maupun pasiva. Perhitungan pada
neraca meliputi dana yang masuk dan keluar, biaya operasional maupun kondisi keuangan yang lancar
pada akhir periode.

Neraca inilah yang akan menjadi acuan dan standar dalam penentuan keputusan yang berhubungan
dengan euangan perusahaan di periode selanjutnya.

9. Penggologan Hutang Jangka Panjang


Di dalam praktik kita mempunyai berbagai penggologan hutang jangka panjang, tetapi pada
umumnya hutang jangka panjang dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
1. Hutang hipotik adalah pinjaman yang harus dijamin dengan harta tidak bergerak. Di dalam
perjanjian hutang disebutkan kekayaan peminjam yang dijadikan jaminan misalnya berupa
tanah atas gedung. Jika peminjam tidak melunasi pinjaman pada waktunya, maka pemberi
pinjaman dapat menjual jaminan untuk diperhitungkan dengan pinjaman yang bersangkutan.
2. Hutang Obligasi ialah hutang yang diperoleh melalui penjualan surat-surat obligasi. Pembeli
obligasi disebut pemegang obligasi yang bertindak sebagai pemberi pinjaman. Dalam surat
obligasi dan ketentuan-ketentuan lain sesuai dengan jenis obligasi yang bersangkutan.
Pinjaman hipotik biasanya diambil jika dana yang diperlukan dapat dipinjam dari satu sumber,
misalnya dengan mengambil peinjaman dari suatu bank tertentu. Kredit-kredit bank dengan
jaminan harta tak bergerak adalah contoh hipotik yang banyak dijumpai dalam praktik.
Mengingat pinjaman hipotik hanya diambil dari satu sumber maka akuntansi untuk hipotik
relatif sederhana, sebaliknya pinjaman obligasi mengandung berbagai masalah dan variasi
yang berpengaruh pula pada akuntnasinya. Pembahasan dalam buku ini akan dititik beratkan
pada akuntansi untuk pinjaman obligasi.

10. Jenis-jenis Obligasi


Dalam masyarakat berbagai macam obligasi yang diperlukan untuk pembelanjaan perusahaan. Jenis yang
paling banyak dikenal ialah:
1. Obligasi terjamin, adalah obligasi terjamin yang masih dibedakan menurut jenis kekayaan yang
dijadikan jaminan seperti misalnya :
 Dijamin Harta Tak Bergerak Tanah Atau Gedung
 Dijamin Harta Bergerak Seperti Mesin, Perlengkapan Dan Kekayaan Lainnya.

Apabila obligasi terjamin tidak dapat dilunasi pada tanggal jatuh temponya maka kekayaan yang menjadi
jaminan harus dijual untuk melunasi obligasi tersebut.

2. Obligasi tak terjamin, obligasi semacam ini tidak dijamin dengan harta kekayaan tertentu sehingga
laku tidaknya obligasi ini di pasaran surat berharga sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat
terhadap perusahaan yang mengeluarkannya.

Obligasi terjamin kadang-kadang dibedakan lagi menjadi beberapa tingkatan seperti obligasi pertama,
kedua, atau bahkan ketiga. Hal ini berarti bahwa jika obligasitidak dapat dilunasi pada saat jatuh
temponya maka kekayaan yang menjadi jaminan harus dijual atau dilelang. Hasil penjua1lan kekayaan
tersebut pertama-tama akan dipakai melunasi obligasi-obligasi terjamin pertama, jika masih ada sisanya
barulah digunakan untuk melunasi obligasi terjamin berikutnya.

11. Pencatatan Pengeluaran Obligasi


Untuk dapat memahami akuntansi obligasi perlu dipahami dahulu beberapa istilah penting yang
berhubungan dengan obligasi.
1. Nilai nominal obligasi yaitu jumlah yang akan dibayar pada tanggal jatuh tempo obligasi.
2. Tanggal jatuh tempo yaitu tanggal di mana obligasi harus dilunasi.
3. Bunga obligasi yaitu bunga pertahun yang diberikan kepada pemegang obligasi. Bunga
obligasi dinyatakan dalam persentase tertentu.
4. Tanggal bunga yaitu tanggal di mana bunga obligasi akan dibayar. Kadang-kadang
bunga obligsi dibayar tiap setengah tahunan sehingga pada tiap tahun terdapat dua tanggal
bunga. Misalnya tanggal bunga 1/4 dan 1/10 berarti bahwa pada tanggal 1 April dibayar bunga
untuk periode 6 bulan dan pada tanggal 1 Oktober dibayar bunga untuk periode 6 bulan lagi.
Bunga obligasi biasanya dibayar dibelakang.
5. Nilai nominal obligasi, tanggal jatuh tempo, tingkat bunga dan tanggal bunga tercantum
dalam perjanjian obligasi dan juga dicetak dengan jelas pada tiap-tiap lembar sertifikat obligasi.

12. Pencatatan Hutang obligasi


Oleh karena dalam hal hutang obligasi, perusahaan sebagai pihak debitur yang aktif mengeluarkan
surat–surat tanda utang itu, maka perlu diadakan pembahasan yang sedikit mendalam tentang
pembukuannya.

13. Pencatatan selama peredaran Hutang obligasi


Bilamana perusahaan berhasil menjual sejumlah surat obligasi yang dikeluarkannya, berarti
perusahaan berhasil memperoleh sejumlah utang jangka panjang yang nantinya setelah tiba saat jatuh
temponya akan dilunasi sebesar nilai nominalnya. Oleh sebab itu hasil penjualan obligasi dibukukan pula
sebesar nilai nominalnya ke dalam akun hutang obligasi. Sedangkan selisih antara harga penjualan
(harga kurs) dengan harga nominal tersebut, dibukukan tersendiri ke akun Diskonto obligasi, jika harga
kurs dibawah nialai nominalnya dan dibukukan ke dalam akun Premi obligasi jika harga kurs di atas nilai
nominalnya.

14. Pengeluaran Obligasi Dengan Premi Dan Diskonto


Apabila tingkat bunga di pasaran lebih rendah dari tingkat bunga obligasi, maka pembeli (investor)
akan bersedia membayar dengan harga harga lebih tinggi darui nilai nominal obligasi. Dengan perkataan
lain investor bersedia membayar dengan premi. Premi akan mengurangi beban bunga. Sebaliknya
diskonto akan menambah beban bunga.

Contoh:
Tanggal 20 Pebruari 2002 selesai dicetak 1.000 lembar obligasi yang diotorisasikan untuk dijual, dengan
nilai nominal Rp. 100.000,00 setiap lembar. Bunga sebesar 12% setahun yang dibayarkan tiap–tiap
tanggal 1/3 dan tanggal 1/9. Obligasi tersebut mulai berlaku tanggal 1 Maret 2003 sampai dengan 1
Maret 2009 nanti.
1. Tanggal 1 Maret 2003 terjual 400 lembar obligasi dengan harga kurs 103%, dari transaksi ini dapat
dibuat perhitungan sebagai berikut:

Harga kurs: 103 % x 400 x Rp. 100.000,00 = Rp 41.200.000,00


bunga berjalan  
diterima tunai Rp 41.200.000,00

Ayat jurnalnya :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
1999 1 Kas Rp.41.200.000,00
Hutang Obligasi Rp. 40.000.000,00
Maret
Premi Obligasi 1.200.000,00
(penjualan obligasi 400 lbr @ 100.000; kurs
103 )

18. Pengeluaran Obligasi Di Antara Tanggal Bunga


Obligasi kadang-kadang dikeluarkan tidak bertepatan dengan tanggal bunga tetapi pada suatu tanggal
tertentu diantara dua tanggal bunga. Mengingat bahwa bunga obligasi selalu dibayar untuk periode
waktu tetap, maka pembeli obligasi dikenakan bunga berjalan yaitu bunga antara tanggal pembayaran
bunga yang terakhir sampai dengan tanggal pengeluaran (penjualan) obligasi.

Contoh:
2. Tanggal 1 Mei 2002 dijual lagi 200 lembar obligasi dengan kurs 97%. Dari transaksi ini dapat dibuat
perhitungan penjualan sebagai berikut:

Harga kurs = 97 % x 200 x Rp. 100.000,00 = Rp 19.400.000,00


Bunga berjalan (2 bulan):
2/12 x 12 % x 200 x Rp. 100.000,00 Rp 400.000,00
Diterima tunai Rp 19.800.000,00

Ayat jurnalnya:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
2002 1 Kas Rp.19.800.000,00
Diskonto Obligasi 600.000,00
Maret
Hutang Obligasi Rp. 20.000.000,00
Hutang Bunga 400.000,00
(penjualan obligasi 200 lbr @ 100.000; kurs
97; bunga 12% )
3. Tanggal 1 Juli 1999 terjual lagi 100 lembar obligasi dengan harga kurs 104%. Dari transaksi ini dapat
dibuat perhitungan penjualan sebagai berikut:

Harga kurs = 104% x 100 x Rp. 100.000,00 = Rp 10.400.000,00


Bunga berjalan :
4/12 x 12 x 1000 x Rp. 100.000,00 Rp 400.000,00
Diterima tunai Rp 10.800.000,00

Ayat jurnalnya:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
2002 1 Kas Rp.10.800.000,00
Hutang Obligasi Rp. 10.000.000,00
Juli
Hutang Bunga 400.000,00
Premi Obligasi 400.000,00
(penjualan obligasi 100 lbr @ 100.000; kurs
104%; bunga 12% )

19. Amortisasi Premi Dan Diskonto


Keuntungan ataupun kerugian sebagai akibat adanya premi atau diskonto dari penjualan obligasi
bukanlah merupakan laba atau rugi pada periode di mana penjualan itu terjadi, melinkan merupakan
keuntungan atau kerugian sepanjang umur dari Hutang obligasi yang bersangkutan. Oleh karena itu
setiap akhir periode (tahun) perlu disusun jurnal pembebanan

Contoh:
1. Tanggal 1 Oktober 1995 perusahaan “Komputer” menjual 100 lembar obligasi sebagai utang jangka
panjang dengan nilai nominal Rp.100.000,00 setiap lembar, harga kurs 104%. Bunga obligasi 12%
setahun dan dibayarkan tiap–tiap tanggal 1/6 dan tanggal 1/12. Obligasi tersebut berlaku sejak tanggal 1
Desember 1994 sampai dengan tanggal 1 Desember 1999 nanti.

Dari transaksi ini dapat dibuat perhitungan penjualan:

Harga kurs = 14% x 100 x Rp. 100.000,00 = Rp 10.400.000,00


Bunga berjalan (4 bulan ) :
4/12 x 12 % x 100 x Rp. 100.000,00 Rp 400.000,00
Diterima tunai Rp 10.800.000,00

Jurnal yang dibuat :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
1985 1 Kas Rp.10.800.000,00
Hutang Obligasi Rp. 10.000.000,00
Okt
Hutang Bunga 400.000,00
Premi Obligasi 400.000,00
(penjualan obligasi 100 lbr @ 100.000; kurs
104%; bunga 12% )

Dari perhitungan penjualan tersebut nampak bahwa hasil penjualan netto dari obligasi yang diedar oleh
perusahaan “Komputer” adalah sebesar Rp. 10.400.000,00 . Padahal jumlah kewajiban yang harus
dibayarkan pada tanggal jatuh tempo nanti hanyalah sebesar nilai nominal yaitu 100 lembar x
Rp.100.000,00 = Rp.10.000.000,00. Dengan demikian perusahaan memperoleh keuntungan dari
penjualan obligasi itu, sebesar Rp. 400.000,00. Keuntungan (premi) sebesar ini merupakan keuntungan
perusahaan terhitung dari tanggal penjualan obligasi sampai dengan tanggal jatuh temponya, yaitu dari
tanggal 1 Oktober 1995 sampai dengan 1 Desember 1999, atau selama 50 bulan.

Jadi rata-rata setiap bulan diperoleh bagian keuntungan sebesar=


400.000,00 : 50 = Rp. 8.000,00.

Dengan demikian dapat disusun daftar keuntungan yang menjadi bagian dari
tahun ke tahun, sebagai berikut:
Tahun 1995 selama 3 bulan x Rp.8.000,00 =Rp. 24.000,00
Tahun 1996 selama 12 bulan x Rp.8.000,00 = Rp. 96.000,00
Tahun 1997 selama 12 bulan x Rp.8.000,00 = Rp. 96.000,00
Tahun 1998 selama 12 bulan x Rp.8.000,00 = Rp. 96.000,00
tahun 1999 selama 11 bulan x Rp.8.000,00 = Rp. 88.000,00
50 bulan Rp.400.000,00

Jurnal penyesuaian (amortisasi) yang dibuat adalah sebagai berikut :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
Des 31 Premi Obligasi Rp.24.000,00
1995 Beban bunga Rp. 24.000,00
Des 31 Premi Obligasi Rp. 96.000,00
1996 Beban bunga Rp. 96.000,00
Des 31 Premi Obligasi Rp. 96.000,00
1997 Beban bunga Rp. 96.000,00
Des 31 Premi Obligasi Rp. 88.000,00
1998 Beban bung Rp. 88.000,00
Bila mana digambarkan dalam akun “Hutang Obligasi” dan akun “Premi Obligasi” akan terlihat sebagai
berikut:
Hutang Obligasi
Tanggal Keterangan Jumlah Tanggal Keterangan Jumlah
Okt. 1 100 lbr 10.000.000,00
1995

Premi Obligasi
Tanggal Keterangan Jumlah Tanggal Keterangan Jumlah
Des 31 Amortisasi 24.000,00 Okt. 1 premi 400.000,00
Des 31 Amortisasi 96.000,00
Des 31 Amortisasi 96.000,00
Des 31 Amortisasi 96.000,00
Des. 01 Amortisasi 88.000,00

Apabila pada tanggal 1 Desember 1999 (tanggal jatuh tempo) perusahaan


“Komputer “ melunasi hutang obligasinya sebesar Rp.10.000.000,00.

Tanggal Keterangan Debet Kredit


Des 1 Hutang obligasi Rp.10.000.000,00
1999 Kas Rp.10.000.000,00

Bilamana digambarkan, maka akun Hutang Obligasi dan akun Premi Obligasi sebagai berikut:

Hutang Obligasi
Tanggal Keterangan Jumlah Tanggal Keterangan Jumlah
Des. 1 Pelunasan 10.000.000, Okt. 1 100 lbr 10.000.000,
1999 - 1995 -
10.000.000, 10.000.000,
- -

Premi Obligasi
Tanggal Keterangan Jumlah Tanggal Keterangan Jumlah
Des 31 Amortisasi 24.000,00 Okt. 1 premi 400.000,00
Des 31 Amortisasi 96.000,00
Des 31 Amortisasi 96.000,00
Des 31 Amortisasi 96.000,00
Des. 01 Amortisasi 88.000,00
400.000,00 400.000,00

2. Tanggal 1 September 1995 perusahaan “Aneka Warna” menjual 100 lembar obligasi sebagai utang
jangka panjang, yang mempunyai nilai nominal Rp. 100.000,00 setiap lembar, dengan kurs 98%. Bunga
obligasi sebesar 12% setahun dan dibayarkan tiap-tiap tanggal 1/5 dan tanggal 1/11. Obligasi tersebut
berlaku sejak tanggal 1 Nopember 1994 sampai dengan tanggal 1 Nopember 1999 nanti.

Dari transaksi ini dibuat perhitungan penjualan sebagai berikut:

Harga kurs = 98% x 100 x Rp. 100.000,00 = Rp 9.800.000,00


Bunga berjalan (4 bulan ) :
4/12 x 12 % x 100 x Rp. 100.000,00 Rp 400.000,00
Diterima tunai Rp 10.200.000,00

Jurnal yang dibuat :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
1995 1 Kas Rp.10.200.000,00
Diskonto Obligasi 200.000,00
Okt
Hutang Obligasi Rp. 10.000.000,00

Dari perhitungan penjualan tersebut bahwa penjualan netto dari obligasi yang diedarkan oleh perusahaan
“Aneka warna” adalah sebesar Rp. 9.800.000,00. Padahal jumlah yang harus dibayarkan pada tanggal
jatuh tempo nanti adalah sebesar nilai nominal, yaitu 100 lembar x Rp. 100.000,00 = Rp. 10.000.000,00.

Dengan demikian perusahaan menderita kerugian dari penjualan obligasi itu, sebesar Rp. 200.000,00.
Kerugian sebesar ini merupakan kerugian perusahaan terhitung dari tanggal penjualan obligasi sampai
dengan tanggal jatuh temponya, yaitu dari tanggal 1Nopember 1999, atau 50 bulan.

Jadi rata-rata setiap bulan dibebankan kerugian sebesar = Rp. 200.000,00 : 50 = Rp. 4.000,00. Dengan
demikian dapat disusun daftar kerugian yang menjadi beban dari tahun ke tahun, sebagai berikut:
Tahun 1995 selama 4 bulan x Rp. 4.000,00 = Rp. 16.000,00
Tahun 1996 selama 12 bulan x Rp. 4.000,00 = Rp. 48.000,00
Tahun 1997 selama 12 bulan x Rp. 4.000,00 = Rp. 48.000,00
Tahun 1998 selama 12 bulan x Rp. 4.000,00 = Rp. 48.000,00
Tahun 1999 selama 10 bulan x Rp. 4.000,00 = Rp. 40.000,00
50 bulan Rp.200.000,00

Jurnal penyesuaian (amortisasi ) yang dibuat adalah sebagai berikut :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
Des 31 Premi Obligasi Rp.16.000,00
1995 Beban bunga Rp. 16.000,00
Des 31 Premi Obligasi Rp. 48.000,00
1996 Beban bunga Rp. 48.000,00
Des 31 Premi Obligasi Rp. 48.000,00
1997 Beban bunga Rp. 48.000,00
Des 31 Premi Obligasi Rp. 48.000,00
1998 Beban bung Rp. 48.000,00
Des 31 Premi Obligasi Rp. 40.000,00
1999 Beban bung Rp. 40.000,00

Bilamana digambarkan, maka akun Hutang Obligasi dan akun Diskonto Obligasi akan terlihat sebagai
berikut:
Hutang Obligasi
Tanggal Keterangan Jumlah Tanggal Keterangan Jumlah
sept. 1 100 lbr 10.000.000,00
1995

Diskonto Obligasi
Tanggal Keterangan Jumlah Tanggal Keterangan Jumlah
Sept 1 Diskonto 250.000,00 Des 31 Amortisasi 16.000,00
Des 31 Amortisasi 48.000,00
Des 31 Amortisasi 48.000,00
Des 31 Amortisasi 48.000,00
Des. 01 Amortisasi 40.000,00

Apabila pada tanggal 1 Nopember 1999 (tanggal jatuh tempo) perusahaan “Aneka Warna “ melunasi
hutang obligasinya sebesar Rp.10.000.000,00
Tanggal Keterangan Debet Kredit
Nop 1 Hutang obligasi Rp.10.000.000,00
1999 Kas Rp.10.000.000,00

Bilamana digambarkan, maka akun Hutang Obligasi dan akun Premi Obligasi sebagai berikut:
Hutang Obligasi
Tanggal Keterangan Jumlah Tanggal Keterangan Jumlah
Nop. 1 Pelunasan 10.000.000, Sept. 1 100 lbr 10.000.000,
1999 - 1995 -
10.000.000, 10.000.000,
- -

Premi Obligasi
Tanggal Keterangan Jumlah Tanggal Keterangan Jumlah
Sept. 1 Diskonto 200.000,00 Des 31 Amortisasi 16.000,00
Des 31 Amortisasi 48.000,00
Des 31 Amortisasi 48.000,00
Des 31 Amortisasi 48.000,00
Des. 01 Amortisasi 40.000,00
200.000,00 200.000,00

Contoh Tugas
1. Pelajari dengan jenis-jenis hutang jangka panajang yang diuraikan di atas
2. Lakukan survei ke salah satu perusahaan untuk mengidentifikasi jenis- jenis hutang jangka
panjang yang ada di perusahaan.
3. Buatlah daftar yang menunjukkan perbedaan dan kesesuaian pencatatan dan penyajian hutang
jangka panjang tersebut di neraca perusahaan dengan yang dijelaskan di muka.
4. Diskusikan dengan teman anda penyebab terjadinya perbedaan tersebut.
5. Tanyakan kepada fasilitator mengenai hasil diskusi yang kurang anda pahami.

a) Tes Formatif
Jawablah semua pertanyaan dengan menggunakan tulisan yang lugas dan mudah dipahami, serta
ringkas.
1) Uraikan dua macam kewajiban yang ditanggung oleh suatu perseroan terbatas apabila menerbitkan
obligasi.
2) Tunjukkan judul dari a) akun yang harus di debet dan b) akun yang harus di kredit dalam pos jurnal
untuk amortisasi (1) Diskonto dari pinjaman obligasi, dan, (2) Premi dari pinjaman obligasi.
3) Tunjukkan bagaimana akun-akun tersebut di bawah ini harus dilaporkan dalam neraca a) diskonto
pinjaman obligasi, Jika Hutang jangka panjang Rp. 50.000,000,00 dan diskonto Rp. Rp.5.000.000,00, dan
b) Premi dari pinjaman obligasi, jika Hutang obligasi Rp. 40.000,000,00 dan Premi obligasi Rp.
2.000,000,00.
4) Untuk memenuhi kebutuhan dana guna melakukan usaha nya, PT. Jasa Marga menyalurkan 1.000
lembar obligasi dengan nilai nominal @ Rp.10.000,00. Tingkat bunga obligasi 15% per tahun dicatat
setiap tanggal 1 Maret dan 1 September. Obligsi dikeluarkan tanggal 1 Maret 1985 dan akan jatuh
tempo tanggal 1 maret 1995. Obligasi laku dijual secara keseluruihan pada tanggal dikeluarkan dengan
kurs 106%. (biaya provisi dan materai diabaikan). Dari informasi di atas anda diminta untuk: Menentukan
besarnya premi dan diskonto obligasi. Mencatat penjualan obligasi tanggal 1 Maret 1985. Mencatat
besarnya beban bunga tanggal 1 September 1985.
5) Membuat jurnal penyesuaian tanggal 31 Desember 1985 dan jurnal kembali tanggal 1 Januari 1986.
Membuat jurnal amortisasi premi/ diskonto obligasi.

b) Kunci Jawaban Formatif 2


1) Apabila suatu perseroan terbatas menerbitkan obligasi, maka khususnya timbul dua kewajiban yang
berbeda, yaitu :
Untuk membayar nilai nominal dari obligasi pada tanggal jatuh
tempo terntu.
Untuk membayar bunga berkala dengan suatu persentase tertentu dari nilai nominal obligasi.
2) Amortisasi diskonto obligasi di debet akun beban bunga dan di kredit akun diskonto obligasi.
Sedangkan amortisasi Premi obligasi di debet akun Premi obligasi dan akun beban bunga di kredit.
3) Saldo diskonto obligasi dalam neraca dilaporkan pada hutang jangka panjang dan mengurangi nilai
nominal obligasi.
Penyajian dalam neraca :
Hutang Obligasi 50.000,000,00
Diskonto obligasi (Rp. 5.000.000,00)
Rp.45.000.000,00
Sedangkan Premi obligasi dalam neraca dilaporkan pada hutang obligasi dan menambah nilai nominal
obligasi.

Penyajian dalam neraca :


Hutang Obligasi Rp. 40.000.000,00
Premi obligasi Rp. 2.000.000,00
Rp. 42.000.000,00
4.

Harga kurs = 106% x 1000 x Rp. 100.000,00 = Rp 10.600.000,00


Nilai nominal hutang obligasi 1000 x Rp. 100.000,00 Rp 10.000.000,00
Premi obligasi Rp 600.000,00

Jurnal penjualan obligasi :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
Maret 1 Kas Rp.10.600.000,00
1995 Hutang obligasi Rp.10.000.000,00
Premi obligasi 600.000,00

Besarnya beban bunga tanggal 1 September 1995


6/12 x 15 % x 1.000 x Rp.10.000,00 Rp. 750.000,00

Jurnal pembayaran bunga :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
Sept 1 Beban bunga Rp.750.000,00
1995 Kas Rp.750.000,00

Beban bunga terutang :


4/12 x 15 % x 1000 x Rp. 10.000,00 Rp. 500.000,00

Jurnal penyesuaian :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
Des 31 Beban bunga Rp.500.000,00
1995 Hutang beban bunga Rp.500.000,00

Jurnal Penyesuaian kembali :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
Jan 1 Hutang beban bunga Rp 500.000,00
1996 Beban bunga Rp.500.000,00

Besarnya premi obligasi : Rp. 600.000,00, umur obligasi = 120 bulan


(1 Maret 1985 sd. 1 Maret 1995 ) =
Rp. 600.000,00 : 120 = Rp.5.000,00 per bulan.
Amortisasi untuk tahun 1985 1 Maret sd. 1 Nopember 1985 = 10 bulan
10 x Rp. 5.000,00 = Rp. 50.000,00

Jurnal amortisasi :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
Des 31 Premi obligasi Rp.50.000,00
1985 Beban bunga Rp.50.000,00

Anda mungkin juga menyukai