Disusun Oleh :
Meliana / 201750087
Salvian Fernando / 201750267
Vicenni / 201750272
Novy Valia / 201750279
Caroline Limuria / 201750295
Michelle / 201750300
Feliciana Widyanata / 201750332
Shandy Chiandra / 201750333
Lusy Livia / 201750338
Franky Tanjaya / 201750450
Liabilitas dan Ekuitas Secara Umum
Aktivitas bisnis dibiayai oleh liabilitas atau ekuitas ataupun keduanya. Liabilitas adalah kewajiban
pembiayaan yang mensyaratkan pemabayran uang, jasa, atau asset lainnya di masa depan. Hutang
dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Financing Liabilities : segala macam pembiayaan hutang seperti wesel dan obligasi jangka
panjang, pinjaman jangka pendek, dan sewa guna usaha.
2. Operating Liabilities : obligasi yang timbul dari operasional seperti hutang dagang, dan
keajiban pasca pension
Hutang juga dapat diklasifikasikan sebagai hutang lancar dan hutang tidak lancar tergantung masa jatuh
tempo. Termasuk hutang jangka pendek bila masa jatuh tempo kurang dan satu tahun dan sebaliknya.
Ekuitas mengacu pada kepemilikan akan asset bersih perusahaan. Pemegang ekuitas dihadapkan pada
risiko maksimum yang terkait dengan perusahaan tetapi juga berhak atas semua pengembalian residual
perusahaan.
Debt Financing
Hutang atau kewajiban keuangan mengacu pada dana yang dipinjam perusahaan secara eksplisit
dari berbagai penyedia modal. Berdasarkan sumber perusahaan meminjam dana, ada dua pihak yang
terkait :
Public debt : perusahaan meminjam langsung dari investor dengan menerbitkan sekuritas
seperti obligasi
Private debt : perusahaan meminjam dari lembaga keuangan, seperti bank, dalam bentuk
pinjaman
Hutang selalu memiliki biaya pinjaman eksplisit, biasanya melalui pembayaran bunga. Financial
liabilities disebut juga dengan istilah interest-bearing liabilities, karena financial liabilities memiliki bunga
kontrak eksplisit yang terkait dengan pinjaman sedangkan operating liabilities tidak.
Hutang memiliki jangka wantu tetap pada akhir dimana hutang akan jatuh tempo. Hutang yang
masa jatuh tempo melebihi satu tahun disebut long-term debt. Contoh yang digolongkan long-term debt
ada obligasi, surat hutang, dan hutang publik, hutang swasta. Perusahaan meminjam dalam jangka
panjang untuk membiayai proyek jangka panjang atau untuk memenuhi kebutuhan modal yang
berkelanjutan. Pada neraca, long-term debt dikategorikan sebagai hutang tidak lancar.
Perusahaan juga meminjam dana dalam jangka waktu pendek, atau istilahnya short-term debt.
Short-term debt menawarkan tingkat bunga yang lebih rendah dari long-term debt. Namun, pinjaman
jangka pendek lebih berisiko karena kebutuhan untuk pembayaran kembali dalam waktu dekat. Short-
term debt terutama digunakan untuk membiayai modal kerja dan kebutuhan likuiditas lainnya. Short-
term debt pada neraca dikategorikan sebagai hutang lancar.
Salah satu contoh short-term debt adalah revolving lines of credit. Revolving lines of credit
mengacu pada pinjaman jangka pendek dari bank yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal
kerja. Cara kerja line of credit (LoC) seperti kartu kredit dimana sebuah perusahaan dapat meminjam
hanya apa yang diperlukan selama masih dalam batas maksimum pinjaman dan membayar bunga hanya
pada jumlah yang dipinjam. Batas maksimum pinjaman ditentukan oleh batas maksimum kredit yang
dikontrak dan nilai aset lancar yang ada berfungsi sebagai jaminan untuk pinjaman. Dua bentuk lain dari
keuangan jangka pendek, yaitu :
Bill discounting : kondisi di mana perusahaan menjual wesel jangka pendek dari pihak
ketiga (seperti pelanggan) ke bank untuk mendapat uang tunai segera sebelum jatuh
tempo, dengan diskon terhadap jumlah pokok dalam wesel.
Commercial paper : perusahaan besar dan bereputasi baik menerbitkan wesel jangka
pendek tanpa jaminan kepada investor di pasar kredit global.
Pinjaman jangka panjang secara tidak langsung adalah sewa guna usaha. Perusahaan khususnya industry
tertentu seperti penerbangan dan retail mengakuisisi sebagian besar aset mereka melalui sewa guna
usaha.
1. Face value : jumlah yang dijanjikan perusahaan untuk dikembalikan kepada pemberi pinjaman
pada akhir masa jabatan
2. Coupon rate : nilai kontrak yang disepakati oleh perusahaan untuk membayar bunga dan jumlah
dolar dari pembayaran tersebut
3. Effective interest rate : kurs yang diberikan pasar kepada obligasi pada saat diterbitkan. Kurs ini
menentukan present value dari obligasi pada saat penerbitan, yang sama dengan penerimaan
tunai yang diterima perusahaan dari penerbitan obligasi. Effective interest rate ditentukan oleh
pasar setelah mempertimbangkan faktor-faktor seperti suku bunga bebas risiko yang berlaku
dan jangka waktu obligasi dan keberisikoan.
4. Issued at par : keadaan dimana obligasi yang dijual nilainya setara dengan par value
5. Amortization of bond premium : keadaan dimana obligasi yang dijual nilainya di atas par value
6. Amortizaton of bond discount : keadaan dimana obligasi yang dijual nilainya di bawah par value.
7. Fair value of bond : nilai pasar obligasi saat ini.
Accounting Treatment
Hutang jangka panjang selalu dicatat sebesar nilai amortisasi. Dalam kasus dimana amortisasi
diskon, maka besar nilai beban bunga didapat dari cash outflow ditambah nilai amortisasi discount.
Sebaliknya, bila kasus amortisasi premium, besar nilai beban bunga didapat dari cash outflow dikurang
dengan nilai amortisasi premium.
Untuk short-term debt, nilai dicatat sebesar nilai nominal. Alasannya adalah bahwa nilai nominal
jarang menyimpang dari nilai sekarang mengingat sifat jangka pendek utang. US GAAP dan IFRS
mendorong perusahaan untuk melaporkan hutang jangka panjang sebesar nilai wajar dan semua
perubahan dalam nilai wajar hutang selama suatu periode termasuk dalam laba bersih sebagai
keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi dari hutang (unrealized gain or loss on debt).
Selain menjelaskan jumlah yang diakui di neraca, pengungkapan catatan memberikan informasi
berguna lainnya. Catatan tersebut terdiri dari dua bagian dasar :
1. jadwal tabular yang memberikan rincian hutang yang dilaporkan dalam neraca
2. komentar terperinci tentang penerbitan utangnya
Nilai nominal tidak berbeda secara signifikan dari biaya perolehan diamortisasi selama tingkat kupon dan
suku bunga efektif mirip. Di era suku bunga rendah, perusahaan menerbitkan utang dengan tingkat
kupon mendekati tingkat suku bunga yang berlaku. Namun, saat lingkungan dengan tingkat bunga tinggi,
perusahaan yang kekurangan uang dapat menggunakan utang dengan pembayaran kupon yang jauh
lebih rendah (kadang-kadang, bahkan nol kupon).
Nilai wajar juga mencerminkan present value hutang. Namun, nilai wajar menyimpang dari biaya
amortisasi karena mencerminkan tingkat bunga saat ini, tidak seperti biaya diamortisasi yang
mencerminkan tingkat bunga pada saat penerbitan.
Menerapkan nilai wajar pada hutang dapat menyebabkan keuntungan atau kerugian sementara yang
tidak direalisasi ke dalam pendapatan yang dilaporkan. Ada mungkin bagi perusahaan untuk mengakui
keuntungan ketika kualitas kreditnya sendiri memburuk. Maka, penting bagi seorang analis untuk
mengecualikan keuntungan ini ketika menganalisis pendapatan perusahaan.
Penting bagi seorang analis untuk memeriksa dengan seksama jadwal pembayaran utang di masa depan.
Seorang analis harus mengevaluasi apakah suatu perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar
utangnya ketika jatuh tempo karena ketidakmampuan untuk melakukannya berpotensi dapat
menyebabkan kebangkrutan. Perusahaan cenderung membiayai kembali utang yang sudah jatuh tempo
dengan pinjaman baru.
Namun, seorang analis tidak dapat dengan mudah berasumsi bahwa hutang akan dibiayai kembali.
Perusahaan yang tidak dapat membiayai kembali akan sering bernegosiasi dengan bankir mereka untuk
memperpanjang jatuh tempo utang. Negosiasi ulang tersebut, melibatkan biaya yang signifikan, biasanya
dalam bentuk tingkat bunga yang lebih tinggi atau pembayaran berbagai penalty.
Jalur kredit yang tersedia harus digunakan sesuai dengan perjanjian awal diajukannya kredit. Bila semua
jalur kredit yang tersedia adalah dalam bentuk pembiayaan modal kerja jangka pendek, maka jalur kredit
ini hanya dapat menggunakan secara spesifik kebutuhan modal kerja perusahaan.
Protection
Peminjam memiliki tiga cara untuk melindungi dirinya :
1. Seniority
Senioritas mengacu pada urutan di mana pihak yang berbeda akan dibayar ketika bisnis perusahaan
dibubarkan. Klaim senior akan dibayarkan sebelum klaim junior. Senioritas klaim tertentu sebelunya
telah ditentukan oleh hukum. Lalu, pemegang ekuitas dapat dibayar hanya setelah semua klaim
lainnya dibayar penuh, sehingga common equity adalah yang paling junior dari semua klaim.
2. Security
Security atau collateral mengacu pada aset yang disisihkan selama pembubaran untuk secara khusus
memenuhi klaim tertentu. Klaim yang didukung oleh agunan disebut secured. Dalam hal
pembubaran perusahaan, pemilik klaim khusus ini dapat menjual aset yang diidentifikasi untuk
memenuhi klaim mereka. Jenis-jenis aset tertentu yang ditawarkan sebagai jaminan ditetapkan
dalam kontrak peminjaman.
3. Covenants
Pemberi pinjaman membuat perjanjian untuk melindungi investasi mereka. Perjanjian bisa berupa
afirmatif atau negative. Perjanjian afirmatif menentukan tindakan yang perlu diambil manajemen
untuk menjaga utang tetap bereputasi baik. Perjanjian negatif membatasi perilaku manajemen yang
mungkin berbahaya bagi orang lain dan terdiri dari dua bagian :
Perjanjian berfungsi sebagai mekanisme peringatan dini kepada pemberi pinjaman, sehingga
mereka dapat melindungi investasi mereka secara proaktif.
Analyzing Protections
Hutang senior lebih tidak berisiko dibandingkan hutang junior karena dibayar pertama kali
selama pembubaran perusahaan. Namun, dua masalah lain harus diingat. Pertama, kehadiran
jika hutang senior membuat hutang junior lebih diutamakan dari aset perusahaan. Tanpa adanya
senioritas, para penuntut junior juga akan mendapat bagian dalam hadiahnya. Kedua, hutang-
hutang tertentu seperti pajak dan upah yang belum dibayar mendapat prioritas di atas semua
klaim lainnya. Oleh karena itu, bahkan pemberi pinjaman senior dapat menderita jika
perusahaan memiliki pajak besar yang belum dibayar atau dibayar.
Hutang yang dijaminkan lebih tidak berisko karena terdapat aset eksplisit (agunan) yang
mentransfer kepada pemegang hutang yang dijamin selama pembubaran perusahaan. Namun,
terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Pertama, keamanan hutang terjamin sangat
tergantung pada nilai aset yang dijaminkan. Kedua, hutang tanpa jaminan menjadi lebih berisiko
di hadapan hutang yang dijamin karena aset tertentu (agunan) dihapus dari kumpulan aset yang
digunakan untuk membayar klaim bersama. Ketiga, terkadang senioritas, terutama dari jenis
hukum dapat mengesampingkan keamanan.
Hutang yang dijaminkan biasanya memiliki tiingkat bunga yang lebih tinggi daripada hutang
tanpa jaminan. Ini terjadi karena hanya perusahaan-perusahaan paling berisiko yang
mengeluarkan hutang dengan jaminan. Dalam banyak kasus, keberadaan hutang yang dijamin
merupakan indikator bahwa perusahaan berada dalam kondisi kesehatan keuangan yang buruk
dan tidak mampu membayar tingkat yang sangat tinggi yang akan dibebankan pada hutang
tanpa jaminan.
Perjanjian cenderung bertindak sebagai mekanisme peringatan dini bagi pemberi pinjaman.
Perjanjian biasanya melindungi seluruh kelas pemberi pinjaman karena pelanggaran terhadap
perjanjian tertentu akan memicu pembatasan yang umumnya cenderung melindungi sebagian
besar pemberi pinjaman. Satu-satunya pengecualian adalah di mana satu pemberi pinjaman
tertentu dapat meminta pembayaran kembali segera.
Seorang analis selain melacak pelanggaran perjanjian yang sebenarnya, tetapi ia juga harus
memperkirakan kelonggaran perjanjian yang merupakan ukuran seberapa dekat perusahaan
dengan melanggar perjanjiannya. Pelanggaran perjanjian dapat diperkirakan dengan menghitung
rasio tertentu yang ditentukan dalam perjanjian menggunakan informasi laporan keuangan saat
ini dan kemudian membandingkan nilai-nilai ini dengan nilai yang berpotensi memicu
pelanggaran.
Leases
Sewa guna usaha adalah perjanjian kontraltual antara lessor dan lessee. Itu memberi lessee hak
untuk menggunakan aset, yang dimiliki oleh lessor, untuk jangka waktu sewa. Sebagai imbalannya,
penyewa melakukan pembayaran sewa, disebut pembayaran sewa minimum (MLP). kontrak sewa guna
usaha bisa siftanya kompleks, dan mereka berbeda dalam ketentuan yang berkaitan dengan masa
leasing, pengalihan kepemilikan, dan pemutusan dini. Terdapat dua metode yang mencerminkan kontrak
yang berbeda :
1. Capital lease
Sewa yang mengalihkan secara substansial semua manfaat dan risiko kepemilikan. Aset sewaan
dan kewajiban sewa diakui di neraca.
2. Operating lease
Semua jenis sewa dicatat sebagai operating lease. Dalam operating lease, penyewa
memperhitungkan pembayaran sewa minimum sebagai biaya sewa dan tidak ada aset atau
kewajiban yang diakui pada neraca.
Lessee sering menyusun sewa sehingga dapat diperhitungkan sebagai operating lease bahkan
ketika karakteristik ekonomi dari sewa lebih sesuai dengan capital lease. Dengan melakukan itu, penyewa
terlibat dalam pembiayaan di luar neraca (off-balance-sheet financing). Off balaance sheet financing
mengacu pada kenyataan bahwa baik aset sewa maupun kewajibannya yang terkait tidak dicatat di
neraca ketika sewa dicatat sebagai operating lease meskipun banyak manfaat dan risiko kepemilikan
dialihkan ke lessee.
Ketika suatu sewa diklasifikasikan sebagai capital lease, penyewa mencatat aset dan kewajiban
pada jumlah yang sama dengan nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum selama masa sewa (tidak
termasuk biaya eksekutori seperti asuransi, pemeliharaan, dll). Aset sewaan harus didepresiasi dengan
cara yang konsisten dengan kebijakan penyusutan normal penyewa. Dalam akuntansi operating lease,
lessee membebankan biaya sewa (MPLS) dan diakui sebagai beban selama terjadi, dan tidak ada aset
atau kewajiban yang diakui di neraca. Peraturan akuntansi mengharuskan semua penyewa
mengungkapkan, biasanya dalam catatan atas laporan keuangan yaitu :
1. Pembayaran sewa minimum di masa depan secara terpisah untuk sewa modal dan sewa operasi
2. Biaya sewa untuk setiap periode yang dilaporkan dalam laporan laba rugi
4. Mengestimasi pengaruh reklasifikasi sewa guna usaha pada penghasilan yang dilaporkan
Contingencies
Kontingensi adalah keadaan potensial mengenai kemungkinan diperolehnya laba atau rugi oleh
suatu perusahaan tergantung peristiwa pada masa yang akan datang. Kerugian kontinjensi adalah klaim
potensial atas sumber daya perusahaan dan dikenal sebagai kewajiban kontinjensi. Kewajiban kontinjensi
mungkin timbul dari litigasi, ancaman pengambilalihan, risiko yang diasuransikan sendiri, dll. Tedapat
dua syarat yang harus dipenuhi sebelum perusahaan mencatat suatu hal menjadi kerugian, yaitu :
1. Ada kemungkinan asset akan mengalami penurunan nilai atau timbul kewajiban
Maksud tersirat dalam kondisi ini adalah kemungkinan besar suatu kejadian di masa depan akan
mengkonfirmasi kerugian tersebut
2. Jumlah kerugian dapat diestimasi
Contoh kerugian yang biasa memenuhi kedua syarat diatas adalah uncollectible receivable dan
kewajiban yang berkaitan dengan garansi produk. Untuk kasus ini, kewajiban yang diestimasikan dan
kerugian dicatat dalam laporan keuangan.
Jika perusahaan tidak mencatat kerugian kontinjensi karena tidak memenuhi satu atau kedua syarat
tersebut, perusahaan harus menjabarkan kontinjensi pada catatan ketika setidaknya ada
kemungkinan yang masuk akal bahwa itu akan menimbulkan kerugian.
Kita juga perlu menganalisis pengungkapan catatan semua kerugian dan mendapatkan kontinjensi.
Catatan kontingensi yang biasanya dipaparkan :
Laporan auditor memberi kita perspektif lain tentang kontinjensi. masih, auditor menunjukkan
ketidakmampuan untuk mengekspresikan pendapat tentang hasil dari kontinjensi.
Commitments
Komitmen adalah keadaan potensial untuk melakukan klaim atas sumber daya perusahaan oleh
karena performa perusahaan di luar kontrak pada masa mendatang. Mereka tidak diakui dalam laporan
keuangan karena peristiwa seperti penandatanganan kontrak eksekutori atau penerbitan pesanan
pembelian bukan merupakan transaksi yang selesai.
Off-Balance-Sheet Financing
Off-balance-sheet financing berkaitan dengan kewajiban pembiayaan tertentu yang tidak tercatat.
Contoh off-balance-sheet financing, diantaranya :
Dibawah standar GAAP, SPE dicatat sebagai entitas terpisah, tidak dikonsolidasikan dengan
perusahaan pendukung
Dengan demikian perusahaan dapat menggunakan kedua SPE untuk mencapai transaksi off-
balance-sheet untuk menghapus aset, kewajiban, atau keduanya dari neraca.
Namun sekarang FASB mengklasifikasi SPE menjadi variable interest entities (VIEs) bila total ekuitas yang
berisiko tidak cukup untuk membiayai operasinya (biasanya kurang dari 10% dari aset) atau VIE tidak
memiliki salah satu dari berikut ini :
Kontribusi Modal
Kontribusi modal adalah jumlah uang yang didapat dari pemegang saham sebagai ganti modal
saham. Kontribusi modal biasanya dibagi menjadi 2 bagian, bagian pertama adalah nilai par atau
stated value dari modal saham, dan sisanya dilaporkan sebagai kontribusi modal pada kelebihan
par atau stated value
Saham Treasury
Saham treasury adalah saham perusahaan yang didapatkan setelah sebelumnya diterbitkan dan
dibayarkan kembali. Akuisisi saham treasuri oleh perusahaan mengurangi asset dan ekuitas
pemegang saham.
Klasifikasi Saham
1. Capital Stock
Modal saham adalah saham yang diterbitkan untuk pemegang ekuitas dengan imbalan asset
dan layanan. Terdapat dua jenis modal saham, yaitu preference dan biasa
2. Preferred Stock
Saham preference adalah Saham kelas special yang memiliki preferensi atau fitur yang tidak
bisa dinikmati pemilik saham biasa
3. Common Stock
Saham biasa adalah kelas saham yang menggambarkan kepentingan kepemilikan dan
hubungan pokok resiko dan hadiah dari performa perusahaan
Menganalisa Modal Saham
Laba Ditahan
Laba ditahan adalah modal yang diperoleh dari suatu perusahaan. Laba ditahan menggambarkan
akumulasi dari pendapatan perusahaan yang belum di distribusikan. Laba ditahan merupakan sumber
utama dari distribusi deviden kepada pemegang saham.
1. Sales-type lease
2. Direct financing lease
Sale – Leaseback
Transaksi Sale – Leaseback mencakup penjualan asset yang dimiliki dan eksekusi dari lease pada
suatu asset. Perusahaan sering menggunakan sale – leaseback untuk mendapatkan uang dari
membebaskan asset yang dimiliki, terutama real estate.
POSTRETIREMENT BENEFITS
Perusahaan biasanya memberikan benefit untuk pekerja mereka setelah pension, benefit ini terdapat
dlaam 2 bentuk :
1. Benefit pension
Dimana perusahaan menjanjikan benefit uang kepada pekerja setelah pension
2. Benefit setelah pension yang lain
Dimana perusahaan menyediakan benefit lain setelah pension, biasanya berupa kesehatan dan
asuransi.
Pension Benefits
Akuntansi pension memerlukan pengertian mengenai ekonomi yang mendasari transaksi pension.