2. Yang kedua, Utang akan meningkatkan potensi konflik antara kreditor dan debitor.
4. Diperlukan angka kredit yang baik untuk memperoleh pembiayaan melalui utang.
Hal ini tentu saja menghambat perusahaan yang membutuhkan pembiayaan dalam
waktu singkat.
5. Bisnis yang terlalu bergantung pada utang dapat dilihat sebagai 'berisiko tinggi' oleh
calon investor, dan itu dapat membatasi akses ke pembiayaan ekuitas di beberapa
titik.
Definisi:
1. Pembiayaan Perusahaan melalui Modal adalah upaya untuk menaikan modal sebuah
Perusahaan melalui penjualan saham.
2. Aksi Korporasi untuk menaikan modal, didasari oleh kebutuhan perusahaan atas
kebutuhan jangka pendek, seperti membayar tagihan, atau kebutuhan jangka
Panjang dan membutuhkan dana untuk pertumbuhan perusahaannya.
Keuntungan:
Kerugian:
1. Pembagian kepemilikan
2. Konflik
3. Waktu dan uang
1. Perusahaan rintisan
2. Permasalahan kredit
3. Membangun koneksi
Definisi:
1. ”Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.” (kredit) (Pasal 1 ayat 11 UU No. 10 Tahun 1998
– UU Perbankan)
2. “Pinjam-meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan
kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena
pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan
sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula” (Pasal 1754 KUH
Perdata)
1. Jumlah hutang
2. Besarnya bunga
3. Waktu pelunasan
4. Cara-cara pembayaran
5. Klausula opeisbaarheid
6. Barang jaminan
Penggolongan Kredit:
Jenis Kredit:
3. Formula 5C
a. Character
i. Watak, sifat, kebiasaan debitur (pihak yang berutang) sangat
berpengaruh pada pemberian kredit. Kreditur (pihak pemberi utang)
dapat meneliti apakah calon debitur masuk ke dalam Daftar Orang
Tercela (DOT) atau tidak. Untuk itu kreditur juga dapat meneliti
biodatanya dan informasi dari lingkungan usahanya. Informasi dari
lingkungan usahanya dapat diperoleh dari supplier dan customer dari
debitur. Selain itu dapat pula diperoleh dari Informasi Bank Sentral,
namun tidak dapat diperoleh dengan mudah oleh masyarakat umum,
karena informasi tersebut hanya dapat diakses oleh pegawai Bank
bidang perkreditan dengan menggunakan password dan komputer
yang terhubung secara online dengan bank sentral.
b. Capacity
i. Kapasitas adalah berhubungan dengan kemampuan seorang debitur
untuk mengembalikan pinjaman. Untuk mengukurnya, kreditur dapat
meneliti kemampuan debitur dalam bidang manajemen, keuangan,
pemasaran, dan lain-lain.
c. Capital
i. Dengan melihat banyaknya modal yang dimiliki debitur atau melihat
berapa banyak modal yang ditanamkan debitur dalam usahanya,
kreditur dapat menilai modal debitur. Semakin banyak modal yang
ditanamkan, debitur akan dipandang semakin serius dalam
menjalankan usahanya.
d. Collateral
i. Jaminan dibutuhkan seandainya debitur tidak dapat mengembalikan
pinjamannya. Biasanya nilai jaminan lebih tinggi dari jumlah pinjaman.
e. Condition of Economy
i. Keadaan perekonomian di sekitar tempat tinggal calon debitur juga
harus diperhatikan untuk memperhitungkan kondisi ekonomi yang
akan terjadi pada masa datang. Kondisi ekonomi yang perlu
diperhatikan antara lain masalah daya beli masyarakat, luas pasar,
persaingan, perkembangan teknologi, bahan baku, pasar modal, dan
lain sebagainya.
Jaminan Umum
Hukum Jaminan adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan
hukum antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan
jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit. (Salim HS)
Jaminan:
- Istilah zekerheid atau cautie, yaitu kemampuan debitur untuk memenuhi atau
melunasi perutangannya kepada kreditur.
- Dalam Bahasa Indonesia, berasal dari kata “jamin” yang berarti “tanggung”, sehingga
jaminan dapat diartikan sebagai tanggungan.
Manfaat Jaminan:
Jaminan Umum adalah jaminan yang diberikan bagi kepentingan semua kreditur yang
menyangkut semua harta kekayaan debitur.
1. Pasal 1131 KUHPerdata: “Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun
yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian
hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan.”
2. Pasal 1132 KUHPerdata: “Barang-barang itu menjadi jaminan bersama bagi semua
kreditur terhadapnya hasil penjualan barang-barang itu dibagi menurut
perbandingan piutang masing-masing kecuali bila di antara para kreditur itu ada
alasan-alasan sah untuk didahulukan.”
1. Para kreditur mempunyai kedudukan yang sama atau seimbang artinya tidak ada
yang didahulukan dalam pemenuhan piutangnya dan disebut sebagai kreditur yang
konkuren.
2. Di tinjau dari sudut haknya, para kreditur konkuren mempunyai hak yang bersifat
perorangan, yaitu hak yang hanya dapat dipertahankan terhadap orang-orang
tertentu.
1. Jaminan Umum tidak akan menjadi masalah jika benda yang dijaminkan bisa
memenuhi seluruh hutang yang dimiliki oleh debitur kepada kreditur.
2. Apabila jaminan si debitur tidak bisa memenuhi seluruh hutang para kreditur, maka
hasil dari penjualan benda debitur akan dibagi berdasarkan presentase piutang yang
dimiliki oleh kreditur kepada debitur.
3. Hal tersebut tetap akan menjadi masalah karena hutang debitur tidak dapat dibayar
secara lunas, sehingga akan menimbulkan kerugian terhadap kreditur.
Jaminan Khusus
Berdasarkan Undang2:
HAK PRIVILEGE
1. Termasuk jenis piutang yang diberikan keistimewaan atau piutang yang lebih
didahulukan dalam hal pelelangan dari harta kekayaan debitur dan dalam hal
terjadi kepailitan.
2. Pasal 1134 KUH Perdata
(1) Suatu hak yang oleh Undang-Undang diberikan kepada seseorang berpiutang
sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada orang berpiutang lainnya, semata-mata
berdasarkan sifat piutangnya.
(2) Gadai dan Hipotik adalah lebih tinggi daripada hak istimewa
3. Privilege merupakan hak yang diberikan oleh undang-undang terhadap seseorang,
bukan diperjanjikan (seperti gadai dan hipotik).
1. Privilege baru ada, jika penyitaan barang dan hasil penjualannya tidak cukup untuk
membayar seluruh hutang kepada kreditur
2. Tidak memberikan kekuasaan langsung terhadap suatu benda
3. Hak terhadap benda debitur
4. Hak untuk didahulukan dalam pelunasannya
HAK RETENTIE
1. Hak dari penerima kuasa untuk menahan sesuatu yang menjadi milik pemberi kuasa
karena pemberi kuasa belum membayar kepada penerima kuasa hak penerima
kuasa yang timbul dari pemberian kuasa (Pasal 1812 KUH Perdata)
2. Hak retentie termaktub pada pasal-pasal di KUH Perdata yang diatur secara sporadis
didalam pasal 575 ayat (2), pasal 1364 ayat (2), Pasal 1576, Pasal 1616, Pasal 1729,
pasal 1812 dan sebagainya. Selain dari KUH Perdata para ahli juga menjelaskan hak
tersebut bisa saja ada diluar hal-hal yang ditetapkan oleh Undangundang
berdasarkan azas kebebasan berkontrak (partij-autonomi) sesuai Pasal 1338 KUH
Perdata.
3. Hak retentie ini hanya untuk menahan barang yang bersangkutan sampai debitur
membayar hutangnya, tidaklah untuk didahulukan dalam penentuan suatu barang
seperti halnya previlage.
1. Atas benda milik debitur sendiri: A membatalkan sepedanya yang rusak di bengkel
milik B. Sebelum ongkos reparasi dibayar, maka B berhak menahan sepeda tersebut
sampai A membayar lunas ongkosnya.
2. Atas benda bukan milik debitur sendiri
a. Karena Pinjaman: R meminjam sebuah komputer dari S. Setelah dipakai,
komputer tersebut kemudian rusak. R kemudian membanyanya ke T seorang
tukang reparasi. T dalam hal ini berhak menahan computer yang
bersangkutan sampai R melunasi ongkos reparasi.
b. Bukan milik debitur karenasudah dijual: K pemilik sebuah mobil
membetulkan mobilnya yang sedang rusak di bengkel M. Sebelum ongkos
reparasi dibayar lunas, K menjual mobilnya itu kepada L dengan perjanjian,
penyerahan mobil akan dilakukan melalui M setelah mobil tersebut selasai
direparasi (levering met de lange hand atau penyerahan melalui pihak
ketiga). Selama ongkos reparasi belum dibayar lunas, maka M berhak
menahan mobil tersebut sampai K atau L membayar lunas.
Berdasarkan Perjanjian
Definisi Jaminan Perorangan: Bantuan pihak ketiga untuk menggantikan kedudukan debitur
dan membayar utang debitur kepada kreditur. Konsep hubungan hukumnya adalah pihak
yang menjadi jaminan perseorangan mengikatkan diri dalam Perjanjian antara kreditur
dengan pihak ketiga menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban debitur.