Anda di halaman 1dari 2

Nama: Michelle Zeruscha Abigail

NPM: 2106667330
Mata Kuliah: Filsafat Hukum (Kelas Ekonomi Pagi)

Positivisme Hukum Menurut Herbert Hart dan Joseph Raz

Herbert Hart merupakan seorang Profesor Yurisprudensi yang dikenal dengan karyanya
mengenai konsep dari hukum sendiri, yang mendominasi Yurisprudensi Inggris di akhir abad
ke-20. Layaknya Bentham dan Austin, Hart merupakan penganut dari filosofi kebermanfaatan,
dan juga sama-sama melihat kebermanfaatan publik sebagai titik acu untuk memisahkan
hukum dari jenis peraturan lainnya. Namun berbeda dari Bentham dan Austin, Hart tidak setuju
dengan cara mendefinisikan Hukum berdasarkan adanya unsur perintah dari yang berkuasa.
Teori mengenai perintah ini menurut Hart tidak berlaku bagi setiap peraturan yang kita
kualifikasikan sebagai Hukum.

Teori mengenai perintah ini datang dari adanya keyakinan bahwa penguasa merupakan
pemerintahan yang kuasanya tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi. Menurut Hart, dalam
berbagai sistem hukum, seperti salah satunya di Britain, penguasa itu tidak ada. Penguasa di
Britain terbentuk karena Hukum, termasuk dengan peraturan-peraturan yang terkait di
dalamnya. Dengan demikian, merupakan suatu hal yang tidak dapat diterima apabila kita
mengatakan bahwa peraturan-peraturan Hukum merupakan peraturan moral, bukan sebuah
Hukum. Keyakinan bahwa Hukum merupakan perintah yang harus orang-orang taati sebagai
suatu ancaman tidak tepat, karena melupakan adanya satu karakteristik Hukum yang penting,
yaitu adanya penerimaan sebagai Hukum yang mengikat dari orang-orang yang dituju oleh
Hukum tersebut.

Hart menyebut teorinya sebagai positivisme versi lembut. Yang dimaksud dengan
“lembut” mencakup dua hal. Yang pertama adalah teori Hart menerima bahwa Hukum hadir
di dalam masyarakat sebagai suatu bentuk praktik dan ketaatan, yang bahkan belum tentu telah
dideklarasi sebagai Hukum, dan yang kedua teori Hart menerima bahwa pengadilan dapat
menerapkan adanya standar moral di dalam menyelesaikan kasus. Hal ini bukan berarti moral
lebih berkuasa diatas Hukum, melainkan peraturan di dalam sistem Hukum yang ada
memberikan diskresi kepada pengadilan untuk mengikutsertakan moral dalam
mengidentifikasi Hukum atau membuat Hukum yang baru.
Disamping itu, Hart berpendapat bahwa dalam suatu peraturan Hukum, terdapat aspek
eksternal dan juga internal. Menurut Hart, adanya pengetahuan mengenai suatu aspek internal
membantu memanifestasi aspek eksternal dari suatu hukum. Hukum yang dilihat dari teori
perintah dari yang berkuasa menghilangkan aspek internal suatu Hukum, sementara aspek
internal suatu peraturan sendiri merupakan suatu rasa kesadaran untuk mematuhi suatu Hukum,
yang seharusnya ada di dalam tiap-tiap diri orang. Selain itu, Hart juga mengakui bahwa
terdapat peraturan primer dan sekunder dalam suatu sistem hukum. Peraturan primer adalah
peraturan yang secara spontan menumbuhkan kewajiban untuk mematuhi, dan juga ada karena
telah ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang. Hart meyakini bahwa peraturan primer
adalah sebuah Hukum. Sementara peraturan sekunder adalah peraturan-peraturan yang ada
karena adanyanya suatu perubahan dan penyesuaian terhadap peraturan Hukum yang ada. Hart
percaya bahwa peraturan sekunder berada di dalam suatu relasi hirarkis satu sama lain. Relasi
ini dibentuk oleh hukum yang lebih superior yang Hart sebut sebagai rule of recognition. rule
of recognition memberikan kriteria utama untuk memverifikasi validitas dari suatu Hukum.

Yang terakhir, Hart melihat bahwa hukum dan moral mungkin saling berkaitan. Namun
kaitan ini bukanlah suatu hal yang harus ada. Salah satu hukum yang berkaitan dengan moral
adalah Hukum yang mengatur mengenai hubungan masyarakat, seperti pembunuhan,
pencurian, dan kekerasan. Sehingga merupakan suatu hal yang tidak terlalu serius apabila
hakim hendak membuat Hukum berdasarkan moral atau juga menambahkan pendapat
moralnya dalam hukum yang sudah ada.

Mengenai teori Hart, Joseph Raz juga memberikan pendapatnya. Menurut Raz, yang
hakim lakukan hanya dua, yaitu menerapkan Hukum dan mengembangkan Hukum. Raz juga
tidak setuju dengan teori Hart mengenai moral di dalam hukum, karena menurutnya, pendapat
moral tidak dapat diikutsertakan dalam pengaplikasian Hukum. Hakim bisa saja
mengikutsertakan pendapat moral, namun hal tersebut dinamakan membuat Hukum, bukan
menemukan Hukum. Moral bagi Raz tidak akan pernah bisa menjadi bagian dari Hukum yang
sudah ada. Individu terikat pada pendapat moral dalam menentukan apa yang harus dan tidak
harus dilakukan. Dan fungsi dari hukum adalah untuk membuat hal-hal yang menjadi
pandangan pribadi atau kelompok-kelompok tertentu, menjadi pandangan setiap orang
meskipun mereka tidak setuju untuk dilakukan seperti itu. Hukum sekali dibuat, tidak boleh
kembali dipertanyakan dengan pendapat moral.

Anda mungkin juga menyukai