Anda di halaman 1dari 20

TEORI HUKUM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

HLA HART RELEVANSINYA DENGAN


PENERAPAN
PERUNDANGAN DI INDONESIA

AKHMAD AHDINUR FAZAR (NPM : 20040020884)

ANTONIUS SWANDARU (NPM : 20040020851)

MUHAMMAD ILHAM (NPM : 20040020816)

MAULIDYA REZQINNA (NPM :20040020858)


LATAR BELAKANG

• Indonesia merupakan negara hukum, menjadikan Pancasila dan UUD 1945 sebagai
dasar atau pijakan.
• Menegakkan hukum berdasarkan ketentuan hukum dan undang-undang yang berlaku.
Oleh karena itu, hukum dan perundang-undangan menempati posisi di atas berbagai
macam aturan yang lain. Hal ini demi teraktualisasikannya penegakan hukum, di mana
masyarakat majemuk tunduk di bawah supremasi hukum.
• Hart menyatakan bahwa hukum merupakan perintah manusia yang memiliki kekuasaan
dan wajib dituruti bukan karena adanya sanksi tetapi karena perilaku. Hart
merumuskan hukum sebagai kesatuan peraturan primer dan sekunder.
Supaya dapat memahami pemikiran Hart dan relevansinya untuk mewujudkan
hukum yang adil di Indonesia, Kelompok kami mencoba menguraikan tulisan ini
menjadi tiga rumusan masalah :

1. Bagaimana perkembangan Ilmu perundang – undangan di Indonesia?


2. Bagaimana Sistem Hukum Menurut H.L.A. Hart.?  
3. Bagaimana menerapkan Hukum Menurut H.L.A. Hart dan Relevansinya untuk
Mewujudkan Hukum yang Adil di Indonesia?
PERKEMBANGAN ILMU PERUNDANG-
UNDANGAN DI INDONESIA
• Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan (Gesetzgebungswissenschaft) atau science of
legislation (wetgevingswetenschap) merupakan ilmu interdisipliner yang mempelajari
tentang pembentukan peraturan negara. Tokoh-tokoh utama yang mencetuskan bidang
ilmu ini antara lain adalah Peter Noll (1973) dengan istilah Gesetzgebungslehre, Jurgen
Roodig (1975) dengan istilah wetgevingsleer atau wetgevingskunde, dan W.G. van der
Velden (1988) dengan istilah wetgevingstheorie, sedangkan di Indonesia diajukan oleh A.
Hamid S. Attamimi (1975) dengan istilah Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan.
• Dalam Belanda biasa dikenal istilah wet, wetgeving, wettelijke regels, atau wettelijke
regeling(en). Istilah Perundang-undangan berasal dari istilah wettelijke regels.
CIRI DAN BATASAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
• Peraturan Perundang-undangan berupa keputusan tertulis, jadi mempunyai bentuk atau
format tertentu.
• Dibentuk, ditetapkan, dan dikeluarkan oleh Pejabat yang berwenang, baik di tingkat pusat
maupun di tingkat daerah.
• Peraturan Perundang-undangan tersebut berisi aturan pola tingkah laku. Jadi, peraturan
Perundang-undangan bersifat mengatur (regulerend), tidak bersifat sekali jalan (einmahlig).
• Peraturan Perundang-undangan mengikat secara umum karena memang ditujukan pada
umum, artinya tidak ditujukan kepada seseorang atau individu tertentu (tidak bersifat
individual).
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan juga memberikan definisi berkaitan dengan hal di atas. Pasal 1 angka 1 dan
angka 2 undang-undang yang bersangkutan memberikan definisi sebagai berikut:
• “Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah pembuatan Peraturan
Perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan,
pengesahan, atau penetapan, dan pengundangan.”
• “Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum
yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau
Pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan
Perundang-undangan.”
SISTEM HUKUM MENURUT H.L.A.
HART
• Herbert Lionel Adolphus Hart (1907-1992) • Sejak awal diterbitkan sampai saat ini, karya-
merupakan filsuf hukum yang mempunyai karya Hart menjadi titik pijak kajian hukum.
peranan penting pada abad kedua puluh. Hart Selain itu, Hart mempunyai keprihatinan
disebut sebagai sosok yang memulai kembali terhadap persoalan publik. Hal ini terlihat ketika
kajian filosofis tentang hukum. Hart aktif memberikan ceramah dan menulis
Memperkenalkan pendekatan filsafat bahasa berbagai macam peristiwa yang terjadi di
dalam menghadapi berbagai macam persoalan lingkungannya.
hukum
Hart lahir pada tanggal 18 Juli 1907 di Harrogate
Inggris dari pasangan Rose dan Simon Hart.
Rose dan Simon Hart adalah pengusaha Yahudi
sukses berdarah campuran Jerman dan Polandia.
Pada tahun 1926, Hart menempuh pendidikan
di New College, salah satu College tertua dan
terbaik di Universitas Oxford. Hart lulus dengan
sangat baik dalam bidang studi Classical
Great (filsafat, humaniora, dan sejarah klasik)
pada tahun 1929. Hart memulai kariernya
sebagai pengacara. Setelah delapan tahun
menjadi pengacara, Hart tidak berminat lagi
dengan bidang yang digelutinya. Namun, di sisi
lain, profesi tersebut memberinya banyak
informasi (persoalan hukum praktis) yang dapat
direnungkan secara filosofis. Hal ini terwujud
setelah Hart menjadi pengajar, terutama ketika
menjadi Profesor Yurisprudensi di Oxford.
• Hart mengkritik teori komando Austin. Terkait dengan hal ini, Hart
menilai Austin tidak membedakan konsep diwajibkan untuk (was
obliged) dan memiliki kewajiban (had on obligation) dengan
baik. Akibatnya, Austin merujuk kedaulatan individu sebagai basis
validitas hukum. Basis tersebut rapuh, tidak menjamin ketahanan
dan keberlangsungan hukum. Oleh karena itu, Hart menawarkan
sistem hukum sebagai peraturan, primer dan sekunder. Supaya
dapat memahami pemikiran Hart tentang sistem hukum sebagai
peraturan primer dan sekunder dengan baik, penulis menguraikan
bagian ini menjadi tiga pokok bahasan.
Pertama, awal yang baru

Kedua, ide tentang
kewajiban

Ketiga, elemen-elemen
hukum
HART MENILAI MODEL HUKUM SEBAGAI PERINTAH PAKSAAN GAGAL
MEMPRODUKSI BEBERAPA CIRI POKOK SISTEM HUKUM. SEBAGAIMANA
DIJELASKAN HART, TERDAPAT TIGA ALASAN YANG MEMBUAT MODEL HUKUM
SEBAGAI PERINTAH PAKSAAN GAGAL.

Pertama, hukum hanya Kedua, hukum tidak bisa


berlaku bagi pihak lain ditafsirkan sebagai perintah
yang ditopang ancama

Ketiga, ada peraturan
hukum yang tidak sama
dengan perintah
HART MENYATAKAN BAHWA ADA DUA TIPE PERATURAN HUKUM YANG BERBEDA,
TETAPI SALING BERKAITAN. BERDASARKAN TIPE PERATURAN PERTAMA (DASAR ATAU
PRIMER), SETIAP ORANG DITUNTUT MELAKUKAN ATAU MENAHAN DIRI DARI TINDAKAN
TERTENTU, ENTAH MENGINGINKANNYA ATAU TIDAK. TIPE PERATURAN LAINNYA
DISEBUT PENOPANG ATAU SEKUNDER BAGI TIPE PERATURAN PERTAMA

• Tipe peraturan pertama membebankan • tipe peraturan kedua memberikan kekuasaan,


kewajiban publik atau pribadi

• Tipe peraturan pertama berkenaan dengan • tipe peraturan kedua mengatur kinerja yang
tindakan yang melibatkan gerakan atau mengarah bukan hanya pada gerakan atau
perubahan fisik perubahan fisik, melainkan penciptaan atau
perubahan tugas dan kewajiban.
• Misalnya B dipaksa menyerahkan uang, seperti “kasus orang
bersenapan”, dia yakin ada risiko atau konsekuensi tertentu yang
tidak menyenangkan jika tidak menyerahkan uang. Oleh karena
itu, dia menyerahkan uang untuk menghindari konsekuensi yang
tidak diinginkan. Dalam kasus serupa, bayangan tentang
konsekuensi yang akan terjadi pada “seorang pegawai jika tidak
patuh”, hal ini membuatnya melakukan tindakan tertentu. Dengan
demikian, kemungkinan melakukan tindakan sebaliknya
(mempertahankan uang atau tidak patuh) lebih kecil
• Hart menyatakan bahwa hukum merupakan sistem peraturan, di mana
kesatuan peraturan primer dan sekunder memadai dalam menjelaskan
terbentuknya sistem hukum. Peraturan primer memiliki tipe primer (primary
type), di mana setiap orang dituntut melakukan atau menahan diri dari suatu
tindakan tertentu. Sedangkan peraturan sekunder memiliki tipe sekunder
(secunder type), menjelaskan bagaimana peraturan primer secara pasti
ditegaskan, diperkenalkan, dibuang, dan fakta pelanggarannya dapat
ditentukan secara pasti. Dengan kata lain, peraturan sekunder berfungsi
mengatur peraturan primer secara tegas dan pasti. Kedua tipe tersebut
berbeda, tetapi saling berkaitan dan membentuk sistem positivisme hukum.
• Hart merumuskan hukum sebagai kesatuan peraturan primer dan sekunder.
Dalam The Concept of Law, dia menawarkan sistem hukum yang
memungkinkan hukum tertentu dipertanggungjawabkan secara hukum juga.
Sebagai penganut positivisme hukum, dia menegaskan bahwa hukum
pertama-tama harus dipahami sebagai sistem hukum yang dibedakan antara
peraturan primer dan sekunder, tetapi keduanya saling terkait. Akhirnya,
meskipun kombinasi peraturan primer dan sekunder pantas menempati
kedudukan sentral, karena telah menjelaskan banyak aspek hukum. Namun,
kombinasi tersebut tidak bisa dengan sendirinya menjelaskan semua
persoalan. Karena kesatuan peraturan primer dan sekunder berada di pusat
sistem hukum
HUKUM MENURUT H.L.A. HART DAN RELEVANSINYA UNTUK MEWUJUDKAN HUKUM
YANG ADIL DI INDONESIA

• Indonesia merupakan negara yang didasarkan atas hukum, Oleh karena itu, hukum dan perundang-
undangan berada di atas segala-galanya. Hal ini dimaksudkan demi terwujudnya masyarakat yang
tunduk di bawah supremasi hukum. Perlu diketahui bahwa Indonesia adalah negara yang
masyarakatnya majemuk, terdiri dari berbagai macam suku, agama, bahasa, dan budaya.

• Menurut Hart, adil berarti adanya perlakuan terhadap hal-hal serupa dengan cara serupa (keadilan
komunikatif) dan perlakuan terhadap hal-hal berbeda dengan cara berbeda (keadilan distributif).
Keanekaragaman masyarakat, terutama
kepentingan dan pandangan hidup yang
berbeda, berpotensi memicu konflik
vertikal atau pun horisontal. Realitas
menunjukkan bahwa masyarakat
Indonesia sampai saat ini terpecah-belah,
dilatarbelakangi konflik yang
mengatasnamakan perbedaan suku,
agama, bahasa, dan budaya. Oleh karena
itu, dibutuhkan hukum yang dapat
merangkul semua kepentingan dan
pandangan hidup. Meskipun pada
akhirnya tidak dapat menjamin bahwa
semua pihak merasa puas
• Hukum merupakan hasil kesepakatan bersama, harus dihormati
dan ditaati setiap orang. Terkait dengan hal ini, Hart menekankan
hukum tertulis. Karena tidak ada norma hukum selain norma
hukum positif. Di mana semua persoalan yang terjadi di
masyarakat harus diatur dalam hukum tertulis. Dengan demikian,
norma berlaku sebagai hukum tidak tergantung pada isinya. Tetapi
pada pengesahannya, sesuai dengan prosedur perundang-
undangan yang berlaku. Selain itu, aparat penegak hukum harus
mengawasi, mengatur, dan bertanggung jawab atas pelaksanaan
hukum.
• Misalnya hakim melakukan diskresi ketika berhadapan • Meskipun Hart seorang positivis, Hart
dengan kasus pencurian tiga kakao oleh Minah, warga menerima prinsip moral hukum kodrat.
Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Misalnya prinsip menepati janji (pacta sunt
Banyumas. Polisi menyimpulkan bahwa perbuatan Minah
servanda), perlindungan hak milik pribadi,
memenuhi unsur Pasal 362 KUHP tentang pencurian.
pemeliharaan kebutuhan jasmani, dan
Minah sempat menjalani tahanan rumah sampai kasusnya
perlindungan kehidupan manusia.
diadili di Pengadilan Negeri Purwokerto. Jaksa Penuntut
Umum menuntut Majelis Hakim supaya Minah dijatuhi Meskipun menolak relasi mutlak antara
hukuman penjara selama enam bulan. Dalam moral dan hukum, Hart menegaskan bahwa
persidangan, Minah terbukti melakukan pencurian dan dalam kasus tertentu, hakim dimungkinkan
hakim mempertimbangkan hal-hal meringankan yang melakukan diskresi. Karena tidak semua
tidak bersifat yuridis, tetapi bersifat sosiologis dan hukum mengatur secara tegas segala
psikologis. Terdakwa berusia lanjut dan miskin, sehingga sesuatu yang diperintahkan atau pun
tiga buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai bibit. Kasus dilarang.
tersebut sebenarnya tidak layak untuk disidangkan. Polisi
dengan wewenang diskresi dapat menghentikan kasus
tersebut supaya tidak sampai ke pengadilan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai