Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

PENGERTIAN
HUKUM
Kelompok IV
-Fortunata Eka Saputri (19100069)
-Jonhard Ivandolis Sihombing (19100182)
-Handika Prayoga (19100195)
-Ellouisza Eunike K (19100212)
1. HUKUM dan UNDANG-UNDANG
NEGARA
• hukum adalah pertama-tama penataan hidup sosial
pada zaman primitif diselidiki dalam antropologi
hukum, berlainan dengan penataan hidup bersama
kita.
• Hukum mempunyai arti yuridis yakni hukum yang
ditentukan oleh pemerintah suatu negara, yakni
undang-undang.
• Hukum adat dipandang sebagai hukum yang
berlaku secara efektif, bila disahkan oleh
pemerintah negara yang bersangkutan.
A. Macam-Macam Hukum
• 1. Hukum Allah • Dibedakan antara
merupakan suatu moral - Hukum yang bersungguh-sungguh
hidup daripada hukum adalah undang-undang yang berasal
dalam arti yang sejati dari kekuasaan politik atau
• 2. Hukum Manusia, peraturan pribadi swasta yang
yakni segala peraturan menurut perundangan yang berlaku
yang dibuat oleh - Hukum yang sebenarnya bukan
manusia sendiri. hukum adalah peraturan yang
berlaku bagi suatu club olahraga,
pabrik, karya ilmiah. Artinya
sungguh-sungguh sebab tidak
berkaitan dengan pemerintah
sebagai pembentuk hukum
2. Hukum yang Legal
• Hukum yang sungguh-sungguh adalah hukum yang legal atau
sah Hukum yang tidak legal sebenarnya bukan hukum,
melainkan menyerupai tindakan kekerasan. Hukum adalah
legalitas
• Lazim diterima bahwa hukum adalah legal, bilamana undang-
undang dan peraturan-peraturan ditentukan oleh suatu instansi
yang berwenang, yakni pemerintah yang sah, dan ditentukan
menurut kriteria yang berlaku Peraturan-peraturan yang legal
itu mempunyai kekuatan yuridis (validity dan karenanya
berbeda dengan kebiasaan yang tidak berlaku secara yuridis
Perbedaan antara peraturan yuridis dan tidak yundis
digambarkan secara tepat oleh
H.L.A. Hart. Hart mengetengahkan, bahwa suatu negara
tidak boleh disamakan dengan negara polisi, dan bahwa
kaidah-kaidah hukuin suatu negara udak boleh disamakan
den: perintah seorang perampok untuk menyerahkan
segala harta kepadanya (gunman situarion Pe:intah
seorang perampok biasanya ditaati: kalau tidak, akan ada
sanksi.
Ada dua jenis kaidah hukum. Ada kaidah hukum yang
menentukan kelakuan orang (kaidah primer) dan ada
kaidah hukum yang menentukan syarat bagi berlakunya
kaidah primer tersebut (kaidah sekunder). Terdapat
macam-macam petunjuk pengenal bugi berlakunya
hukum. Ada dekrit presiden, peraturan DPR, statuta
himpunan, adat-istiadat dll. Petunjuk pengenal yang paling
akhir(ultimate rule of recognition)ditentukan dalam
undang-undang dasar.
Tetapi teori ini tidak mencukupi. Sebabnya petunjuk-petunjuk
pengenal yang telah disebut, belum tentu suatu tanda bahwa suatu
peraturan Sungguh-sungguh legal. Suatu peraturan baru dapat
diakui sebagai legal, bila tidak bertentangan dengan peraturan-
peraturan yang berlaku pada suatu jenjang yang lebih tinggi.
Umpamanya statuta suatu himpunan baru berlaku, bila disusun
menurut norma-norma yang ada dalam peraturan pemerintah
tentang didirikannya suatu himpunan.

Dari pertimbangan macam ini lahirlah teori Stufenbau (bangunan


menurut jenjang).
Dalam teori ini ditentukan jenjang-jenjang perundang- undangan,
menurut UUD RI jenjang-jenjang itu didahulukan oleh pancasila,
sehingga susunan jenjang-jenjang tersebut adalah sbb :
1. Panca Sila (PS)
2. Undang-undang Dasar (UUD)
3. Ketetapan MPR (TAP-MPR) 4. Undang-undang (UU)
5. Peraturan Pengganti Undang-undang (Perpu)
6. Peraturan Pemerintah (PP)
7. Keputusan Presiden (Keppres)
8. Keputusan Menteri (Kepmen)
9. Keputusan Dirjen dst.
Teori Stufenbau yang sudah umum pada zaman kini.
memperlihatkan bahwa seluruh sistem hukum
mempunyai suatu struktur piramidal, mulai dari yang
abstrak. (ideologi negara dan undang-undang dasar)
sampai yang konkret (peraturan-peraturan yang
berlaku).
3. Hukum Sebagai Normatif
• Apabila pemerintah mengeluarkan suatu peraturan
perundangan yang berlaku secara yuridis, seseorang yang
tidak menuruti peraturan dapat dituntut hukuman
terhadapnya melalui pengadilan.
• Norma akan suatu gagasan fundamental yang berasal dari
kant yakni tentang perbedaan antara apa yang ada (fakta
das sein) dan apa yang seharusnya (norma das sollen)
bersifat normatif.
• Fakta adalah fakta bukan norma.
• Sebagai contoh :
• Orang biasanya saling menghormati (suatu fakta) tidak
berarti memang harus begitu.
• Hukum merupakan bagian kehidupan kita, berfungsi dalam kehidupan
kita sebagai pedoman yang harus diikuti, supaya kehidupan kita diatur
sedemikian rupa sehingga hak dan kewajiban orang dibagi sebagaimana
mestinya.
• Hukum bersifat normatif dalam perumusan kaidah hukum sebagai
penggabungan antara dua kenyataan tertentu menurut prinsip
tanggungan, yakni :
• Bila hal ini terjadi, seharusnya hal itu terjadi pula. Sebagai contoh :
orang yang memiliki tv harus membayar iuran sesuai dengan peraturan
• Diwajibkan hukum harus ditaati sebagai normatif, bukan karena terdapat
kekuasaan dibelakangnya, melainkan karena mewajibkan hakikat hukum
sendiri.
• Sebab bila pemerintah tidak berhasil mengefektifkan suatu peraturan
sehingga peraturan itu kurang ditaati.
Kewajiban kaidah hukum adalah
1. kewajiban yuridis artinya suatu kewajiban yang
menyatakan suatu keharusan ekstern saja.
Hukum harus ditaati, sebab seorang yang tidak
mentaatinya, akan dihukum.
2. Kewajiban yuridis ditanggapi sebagai kewajiban
intern.
Mentaati suatu peraturan perundangan sebagai suatu
keharusan dalam batin.
Yang mewajibkan secara batin adalah kaidah moral
bukan kaidah hukum.
Isu hukum tidak lepas dari unsur politik, psikis, sosial
budaya.
Pengertian hukum dalam arti formalnya arti yang
benar yakni hukum yang murni (das Reine recht)
sebagai peraturan yang berlaku secara yuridis.
Bebas dari segala unsur yang bukan hukum.
Sanksi dalam arti yuridis bersifat faktual yakni suatu
tindakan yang melanggar peraturan disusul dengan
tindakan sebagaimana telah ditentukan.
Dengan kesimpulan hukum pada dasarnya adalah fakta
(positivisme hukum)
Mengapa hukum mewajibkan, tidak
dipertanggungjawabkan.
4. Masalah Keadilan
• Hukum adalah kaidah-kaidah (UU, leges, wetten) yang
mengatur hidup bersama
• yang dibuat oleh instansi yang berwenang dan yang berlaku
sebagai norma.
• Hukum juga dikenal sebagai suatu kewajiban, namun hanya
bersifat ekstern. Namun
• jika hukum hanya mewajibkan secara ekstern yang berupa
sanksi, hukum tersebut tidak
• menimbulkan rasa kewajiban melainkan cenderung ke hukum
yang memaksa.
Untuk mempertahankan arti hukum yang benar-
berar mewajibkan, dapat dilakukan
dengan memberikan perhatian kepada isi dari kaedah
hukum tersebut, yaitu dengan
mengatur objek tersebut apakah isi peraturan
tersebut bersifat adil.
Apabila adil merupakan unsur konstitutif hukum,
maka peraturan yang tidak adil tidak
hanya sekedar dikatakan hukum yang buruk,
melainkan bukan hukum yaitu non hukum.
sebaliknya, jika peraturan itu adil yang merupakan
unsur regulatif bagi hukum, suatu
peraturan yang tidak adil tetap dapat dikatakan
hukum, tetap berlaku dan tetap mewajibkan
walaupun buruk.
Dewasa ini, secara global terdapat 2 pandangan yang
kurang lebih sejajar dengan
dua jenis sistem hukum yang dianut, yaitu :
1. sistem hukum kontinental
2. sistem hukum anglo-saxon
Perbedaan kedua sistem hukum tersebut terletak pada
praktik hukumnya serta
tanggapan tentang hukumnya.
terdapat pula 2 istilah yang menandakan hukum :
1. hukum dalam arti keadilan/justitia/ius/recht
2. hukum dalam arti undang-undang/lex/wet
Menurut pengertian modern yang dianut negara anglo-
saxon, hukum harus
ditanggapi secara empiris, yaitu semata-mata sebagai tata
hukum yang telah ditentukan. Hal
ini sesuai dengan teori positivisme yang mendekati gejala
hidup secara ilmiah belaka, yaitu
sebagai fakta dan tidak mau tahu tentang nilainya.
Akibatnya tuntutan keadilan disingkirkan
dari pengertian hukum. UU yang adil dan tidak adil
dianggap sama kuat sebagai hukum
Sekian Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai