Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan

Apa Norma Hukum dalam Peraturan Perundang- undangan


Norma hukum perundangan adalah standar perilaku atau aturan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan. Ini mencakup hukum tertulis yang disusun oleh pemerintah atau badan legislatif,
seperti undang-undang, peraturan presiden, peraturan daerah, dan peraturan-peraturan lain yang memiliki
kekuatan hukum yang mengikat bagi individu dan entitas di dalam suatu yurisdiksi. Menurut Hans Kelsen
di Dalam bukunya General Theory of Law and State, dikemukakan adanya dua sistem norma
1. Sistem Norma yang Statik (Nomostatic) Yaitu suatu sistem yang melihat pada isi suatu norma, dimana
suatu norma umum dapat ditarik menjadi norma khusus, atau norma khusus itu dapat ditarik dari norma
umum, dalam arti norma umum itu dirinci menjadi norma khusus dari segi isinya.. Contoh:
dari norma umum yang menyatakan "Hendaknya engkau menjalankan perintah agama dapat
ditarik/dirinci norma khusus "hendaknya kita menjalankan sholat, berpuasa, membayar zakat, dan
lainnya."
2. Sistem Norma yang Dinamik (Nomodynamic) merupakan konsep yang menyoroti bagaimana suatu
norma diterapkan dan proses pembentukannya. Menurut Hans Kelsen, norma-norma hierarkis dan
berjenjang, dimana norma yang lebih rendah berlaku berdasarkan pada norma yang lebih tinggi. Pada
puncak hierarki terdapat norma dasar, yang berlakunya tidak bergantung pada norma yang lebih tinggi,
melainkan telah ditetapkan sebelumnya oleh masyarakat. Norma dasar ini juga dikenal sebagai
grundnorm atau basic norm, dikarenakan berlakunya secara presupposed yaitu ditetapkan lebih dulu oleh
masyarakat
Hans Kelsen mengatakan bahwa hukum termasuk dalam sistem norma yang dinamik (nomodynamics)
karena hukum selalu dibentuk dan dihapus oleh lembaga atau otoritas yang berwenang
membentuknya dan berdasar norma yang lebih tinggi sehingga norma yang lebih rendah (inferior) dapat
dibentuk oleh norma yang lebih tinggi (superior) dan hukum itu berjenjang dan berlapis membentuk
sebuah hierarki
Dinamika suatu norma hukum dapat dibedakan menjadi dua:
1. Dinamika Norma Hukum yang Vertikal merujuk pada hubungan hierarkis antara norma hukum
dari tingkat yang lebih tinggi ke yang lebih rendah, dan sebaliknya. Norma hukum di tingkat yang
lebih rendah berlaku, bersumber, dan didasarkan pada norma yang berada di atasnya dalam
struktur hierarkis. Sebagai contoh, Pancasila sebagai norma dasar negara menjadi landasan bagi
pembentukan semua tingkatan norma hukum, termasuk UUD NRI 1945, peraturan presiden,
peraturan daerah, dan lain-lain, sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 2 UU No. 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

2. Dinamika Norma Hukum yang Horizontal adalah tentang pergerakan norma hukum yang tidak
terkait dengan tingkatan hierarkis, melainkan terjadi secara lateral atau ke samping. Norma
hukum dalam konteks ini tidak membentuk norma hukum baru, tetapi beradaptasi dengan situasi
sejenis melalui analogi. Dengan kata lain, norma hukum diaplikasikan pada situasi yang dianggap
serupa meskipun tidak ada norma hukum yang secara spesifik mengaturnya. Contoh:
a. Pencurian yang awal mulanya hanya bisa dilakukan terhadap benda berwujud, kini pencurian juga bisa
dilakukan terhadap benda tidak berwujud seperti listrik, pulsa, sinyal wifi dll
b. Terhadan perkosaan seorang gadis, selain dikenakan sanksi
pidana dapat juga diberikan sanksi pembayaran ganti rugi dikarenakan rusaknya selaput dara
Menurut Sudikno norma hukum adalah: "...peraturan hidup yang menentukan bagaimana manusia itu
seyogyanya berperilaku, bersikap di dalam masyarakat agar kepentingannya dan kepentingan orang lain
terlindungi. Atau dalam arti sempit norma hukum adalah nilai yang terdapat dalam peraturan konkrit."
Fungsi norma hukum adalah untuk melindungi kepentingan manusia atau kelompok manusia, sedangkan
tujuan norma hukum adalah ketertiban masyarakat
Norma hukum (legal norms) diantara norma-norma lain yang sebelumnya sudah ada dan hidup dalam
masyarakat (living norms). Norma hukum yang mengikat untuk sama-sama ditaati sebagai acuan perilaku
(normative reference) dalam kehidupan bersama. Sistem aturan atau sistem norma hukum yang menjadi
pegangan bersama dapat dikelompokan dalam beberapa kategori yaitu;
1. Hukum negara (the state's law),
2. Hukum rakyat (the people's law) yang bersifat voluntary seperti hukum adat,
3. Hukum kalangan profesi hukum (the lawyers' law) yang berkembang dalam praktek,
4. Hukum di kalangan ahli hukum (the professor's law), dan 5. Hukum yang berasal dari putusan hakim
(judge-made-law).
Norma hukum negara bersifat mutlak, karena berlaku bagi siapa saja yang berada di negara tersebut).
Tiga kelompok yang biasanya terlibat dalam pembentukan hukum negara, yaitu: pemerintah (birokrasi),
parlemen dan pengadilan. Sebaliknya, dalam pembentukan hukum rakyat (the people's law), warga
masyarakat sendiri yang terlibat dalam proses pembuatan atau pembentukan norma hukum sesuai dengan
urutan proses pembudayaan nilai dan norma hukum serta pelembagaannya menjadi institusi sosial.
Berbeda dengan pembentukan professional's law, institusi pembuat hukum itu adalah subyek hukum
sendiri (perorangan maupun badan hukum yang terlibat dalam transaksi hukum). Sedangkan dalam the
professor's law, institusi yang terlibat adalah kalangan perguruan tinggi hukum.
Norma hukum membebankan kewajiban kepada manusia dan juga memberi hak dikarenakan norma
hukum itu bersifat normatif dan atributif Norma hukum berisi das sollen (kenyataan normatif, apa yang
seyogyanya dilakukan), misalnya "barang siapa mencuri harus dihukum." Norma hukum bukan berisi das
sein peristiwa konkret, peristiwa fisik, kenyataan alamiah, misalnya nyata-nyata terjadi seseorang telah
melakukan pencurian.
Norma hukum bersifat pasif karena merupakan pedoman belaka (das sollen). Untuk mengaktifkan norma
hukum itu, maka diperlukan rangsangan berupa peristiwa konkrit (das sein). Das sallen memerlukan das
sein, norma hukum memerlukan peristiwa konkret. Peristiwa konkret merupakan activator yang
diperlukan untuk dapat membuat aktif normą hukum. Sedangkan norma hukumlah yang menyebabkan
peristiwa konkret itu menjadi peristiwa hukum. Peristiwa hukum adalah peristiwa yang relevan bagi
hukum, peristiwa yang oleh hukum dihubungkan dengan akibat hukum, timbulnya atau lenyapnya hak
dan kewajiban. Norma hukum mengkualifisir peristiwa konkrit menjadi peristiwa hukum. Contoh
merokok merupakan peristiwa fisik, bukan peristiwa hukum. Namun merokok
menjadi peristiwa hukum jika dilakukan oleh orang di dekat pompa bensin yang ada papan larangan
merokok dan kemudian terjadi kebakaran karena rokok orang tersebut. Merokok menjadi suatu peristiwa
hukum yang dapat menyebabkan si perokok dihukum.
Menurut Hans Kelsen, norma hukum adalah aturan, pola atau standar yang perlu diikuti. Fungsi norma
hukum adalah
1. Memerintah (gebeiten)
2. Melarang (verbeiten)
3. Menguasakan (ermachtigen)
4. Membolehkan (erlauben)
5. Menyimpang dari ketentuan (derogoereen).
Norma hukum pada hakikatnya merupakan unsur pokok dalam peraturan perundang-undangan. Dalam
kepustakaan Eropa Kontinental, peraturan perundang-undangan atau wet in materiele zin, gesetz in
materiellen sinne yang mengandung tiga unsur pokok
1. Norma hukum (rechtsnormen)
2. Berlaku keluar (naar buiten werken)
3. Bersifat umum dalam arti luas (algemeenheid in ruime zin).
Adapun Sifat norma hukum di dalam peraturan perundang-undangan dapat berupa
Norma Hukum Dalam Peraturan Perundang-Undangan seperti
1. perintah (gebod). Norma hukum bersifat memerintah, mengharuskan atau preskriptif (Mertokusumo,
1996).
2. larangan (verbod).
3. pengizinan (toestemming), dan
4. pembebasan (vrijstelling)

Anda mungkin juga menyukai