Nim: 11000118120114
Kelas: F
1. Tujuan teori hukum, seperti tiap ilmu pengetahuan adalah untuk mengurangi
kekacauan dan kemajemukan menjadi kesatuan
2. Teori hukum adalah ilmu pengetahuan mengenai hukum yang berlaku, bukan
mengenai hukum yang seharusnya
4. Teori hukum sebagai teori tentang norma-norma, tidak ada hubungannya dengan
daya kerja norma-norma hukum
5. Teori hukum adalah formal, suatu teori tentang cara menata, mengubah isi
dengan cara yang khusus
6. Hubungan antara teori hukum dan sistem yang khas dari hukum positif ialah
hubungan yang mungkin dengan hukum yang nyata
Selanjutnya konsep Hans Kelsen dalam bentuk lain adalah konsep Grundnorm atau
teori stufenbau, yaitu dalil yang menganggap bahwa semua hukum bersumber pada satu
induk. Maksudnya, semua peraturan hukum diturunkan (derivasi) dari norma dasar
(grundnorm) yang berada di puncak piramid sehingga semakin ke bawah semakin luas dan
beragam keberadaan peraturan hukum. Dari diturunkannya peraturan hukum berdasarkan
kepada norma dasar, sehingga membentuk suatu hierarki.
Ajaran Stufenbau ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Hans Nawiasky,
dengan penjabaran yang lebih bersifat konkrit. Indonesia yang menganut sistem civil law
tidak bisa lepas dari teori stufenbau ini. Dapat ditinjau dalam UU Nomor 12 Tahun 2011
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, yang dalam Pasal 7 ayat (1)
disebutkan bahwa jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
hukum Indonesia
Seperti yang terjadi di kabupaten Berau, meski Peraturan Daerah
(Perda) tentang pelarangan pengedaran dan penjualan Miras yang terdahulu
sudah direvisi menjadi Peraturan Daerah (Perda) nomor 2 tahun 2009, namun
nasibnya juga sama sebagaimana Perda sebelumnya, dicabut oleh Mentri
Dalam Negeri (Mendagri) karena dinilai bertentangan dengan Peraturan
Perundang-undangan lebih tinggi. Untuk itu Perda Miras yang ada akan segera
direvisi. Termaktub dalam surat nomor 188.34/163/SG tertanggal 20
Januari 2011 perihal klarifikasi Peraturan Daerah dari Mendagri menyatakan
bahwa Perda nomor 2 tahun 2009 tentang pelarangan pengedaran dan
penjualan Miras, berdasarkan hasil kajian tim klarifikasi Perda dimaksud
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebh tinggi.
Produksi, pengedaran dan penjualan dimana minuman beralkohol golongan B
dan C, ditetapkan sebagai barang dalam pengawasan.
Sedangkan minuman beralkohol golongan A yang diperjualbelikan oleh
para pemohon tidak termasuk dalam pengawasan dan karenanya merupakan
barang yang bebas dalam produksi, pengedaran dan penjualannya sesuai pasal
3 ayat (2) jo pasal 5 Keputusan Presiden (Kepres) RI nomor 3 tahun 1997
tentang pengawasan dan pengendalian Miras. Mengacu pada hal itu maka
minta dihentikan pelaksanaan Perda dimaksud dan selanjutnya segera
mengusulkan proses pencabutannya kepada DPRD.
Selain itu melalui surat bernomor 188.34/4561/SJ tertanggal 16
November 2011 perda milik pemerintah kabupaten Indramayu juga dicabut
karena dianggap bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi yakni
pengawasan dan pengendalian peredaran minuman beralkohol yang menjadi
kewenangan pusat seusai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007.