Anda di halaman 1dari 50

Tugas

Mata Kuliah Ilmu


Perundang-undangan

Disusun Oleh :
Sitti Jahra
D101 20 074
BT 1 [A]
Pokok Bahasan :
01 Fungsi ilmu perundang-undangan

02 Berbagai norma dalam masyarakat

03 Perbedaan norma hukum dan norma lainnya

04 Norma hukum dalam negara

05 Fungsi dari berbagai jenis peraturan perundang-undangan

06 Materi muatan peraturan perundang-undangan

07 Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan


01

Fungsi Ilmu
Perundang-undangan
Fungsi ilmu perundangan-undangan dalam
pembentukan hukum

Menurut B. Hestu Cipto Handoyo, Ilmu Perundang-undangan merupakan cabang dari ilmu
hukum yang secara khusus objek kajiannya adalah meneliti tentang gejala peraturan peraturan
perundang-undangan yakni setiap keputusan tertulis yg dikeluarkan oleh pejabat yang
berwenang untuk mengatur tingkah laku manusia yang bersifat dan berlaku mengikat umum.
Selain dalam rangka merubah masyarakat, tentunya kearah yang lebih baik sesuai dengan
doktrin hukum sebagai alat rekayasa sosial (law as tool of social enginering),
Fungsi ilmu perundang-undangan yaitu sebagai berikut :
A. Memudahkan praktik hukum, terutama bagi kalangan akademisi,
praktisi hukum maupun pemerintah

Artinya bahwa ilmu perundang-undangan dapat memberikan


peran yang sangat urgen terhadap pelaksankan hukum, karena perundang-
undangan bentuk tertulis dari hukum yang dapat dijadikan pedoman dalam
pelaksanaan atau praktik sebuah aturan, dan hal inilah yang kemudian
dapat dipelajari oleh para akademisi sebagai bahan pengembangan aturan
secara berlanjut, dan dapat dijadikan acuan atau pedoman oleh pihak
pemerintahan dan praktisi dalam menjalankan aturan.
B. Memudahkan klasifikasi dan dokumentasi
peraturan perundang-undangan

Artinya bahwa ilmu perundang-undangan adalah


instrumen untuk mengklasifisikan aturan yang
sangat bermacam-macam bentuknya, dengan
pengklasifikasian tersebut pihak yang berwenang
dapat dengan dengan mudah mendokumentasikan
peraturan-peraturan yang telah tertulis itu
sehingga nantinya bisa dijadikan rujukan yang jelas.
C. Memberikan kepastian hukum dalam
pembentukan hukum nasional

Artinya bahwa ilmu perundang-undangan mempunyai fungsi


sebagai instrumen dasar dalam salah satu asas hukum yaitu
kepastian hukum, yang dengan hal itu pembentukan aturan
hukum nasional dapat terwujud dan terlaksana secara tertib
sehingga tidak hanya pembentukan hukum yang bersifat
akuistik.
D. Mendorong munculnya suatu produk
peraturan perundang-undangan yang baik

Ilmu perundang-undangan adalah ilmu yang mempelajari


metode, teknik, dan proses dari hal tersebut itulah akan
muncul produk peraturan perundang-undangan yang
mempunyai kaidah yang baik sehingga peraturan yang
baik itu akan terwujud.
02

Berbagai Norma dalam


masyarakat
Di Indonesia Terdapat 4 Norma yang masih sangat
dirasakan dan melekat yaitu :

01 02
Norma Kesopanaan Norma kesusilaan

03 04
Norma Agama Norma Hukum
Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah norma yang bersumber dari masyarakat.
Ciri-ciri norma kesopanan ialah berhubungan dengan aturan-aturan tak tertulis yang
disepakati bersama di masyarakat untuk dijadikan sebagai pedoman berperilaku.
Norma kesopanan terkait erat dengan tata kehidupan, budaya, adat istiadat, dan
kebiasaan-kebiasaan suatu kelompok masyarakat sehingga bersifat lokal alias
berlaku setempat oleh karena itu norma kesopanan tidak berlaku umum dan
berbeda di setiap daerah.
Contohnya :
Mencium tangan orang tua saat berpamitan, berpakaian dan bertutur kata yang
sopan dan lain sebagainya
Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan adalah peraturan hidup yang
berkenaan dengan bisikan kalbu dan suara hati nurani
manusia tentang apa yang baik dan apa yang buruk.
Contohnya :
Tidak mencuri barang orang lain walaupun ada
kesempatan, tidak berbohong mengenai sesuatu hal dan
sebagainya.
Sanksi norma kesusilaan ialah penyesalan terhadap diri
sendiri
Norma
Agama

Norma agama adalah aturan hidup yang bersumber dari agama, kepercayaan,
dan keyakinan terhadap Tuhan. Norma agama juga berupa aturan hidup yang
harus diterima manusia sesuai perintah-Nya, larangan-Nya, dan ajaran-Nya.
Contoh : Melaksanakan ibadah sesuai aturan agama masing-masing.
Sanksi norma agama adalah dosa.
Norma Hukum

Norma hukum adalah peraturan-peraturan yang dibuat oleh negara melalui lembaga-
lembaga negara. Norma hukum ini bersifat memaksa dan mengikat setiap orang warga
negara untuk menaati perintah dan larangan yang harus dipatuhi.
Sanksi norma hukum berupa hukuman dan denda ganti rugi kepada negara dan tujuan
norma hukum ialah untuk menciptakan ketertiban, keteraturan, dan keadilan dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
03

Perbedaan Norma Hukum dan


Norma lainnya
Norma lainnya yang dimaksud ialah norma agama, norma kesopanaan dan
norma kesusilaan

karna kondisi geografis wilayah negara kita yang terdiri dari berbagai pulau dan suku
bangsa serta dijaminnya kemerdakaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk dan
beribadah menurut agamannya dan kepercayaannya [ Pasal 29 UUD 1945], maka
norma agama,norma kesopanan dan norma kesusilaan yang berlaku, juga berbeda-
beda anatar satu daerah dengan daerah lainnya [relatif] akan tetapi suatu norma
hukum bersifat mutlak yang dimana berlaku bagi seluruh masyarakat atau warga
Indonesia.
B. Suatu norma hukum bersifat heteronom
sedangkan norma lainnya bersifat otonom

Artinya bahwa norma hukum itu datangnya dari luar diri kita sendiri.
Contohnya: dalam hal pembayaran pajak, kewajiban itu datangnya
bukan dari diri kita sendiri tetapi dari Negara sehingga kita harus
memenuhi kewajiban tersebut, senang atau tidak senang sedangkan
norma lainnya bersifat otonom dalam arti norma itu datangnya dari kita
sendiri, misalnya apabila kita menghormati orang tua atau akan
berpuasa. Hal itu kita lakukan atas kehendak dan keyakinan kita sendiri
untuk menjalankan norma itu sehingga tindakan tersebut tidak dapat
dipaksakan dari luar.
C. Suatu norma hukum itu dapat dilengkapi dengan sanksi
pidana ataupun sanksi pemaksa secara fisik sedangkan norma
lainya tidak dapat lekati oleh sanksi pidana maupun sanksi
pemaksa secara fisik

Contohnya :
Apabila seseorang melanggar norma hukum, misalnya
menghilangkan nyawa orang lain, ia akan dituntut dan
dipidana tetapi bila seseorang melanggar norma
lainnya, tidak dapat dituntut dan dipidana
D. Dalam norma hukum sanksi pidana atau sanksi pemaksa itu
dilaksanakan oleh aparat Negara sedangkan terhadap
pelanggaran norma-norma lainya sanksi itu datang nya dari
kita sendiri

Contohnya :
Jika kita melanggar norma-norma lainnya maka
sanksinya tidak dilaksankan oleh aparat negara
melainkan datang dari diri sendiri seperti timbulnya
perasaan bersalah, berdosa terhadap pelanggaran
norma moral atau norma adat tertentu yang dilakukan
dan para pelanggarnya akan dikucilkan dari
masyarakatnya.
04

Norma Hukum
dalam Negara
Menurut Hans Kelsen norma-norma hukum itu berjenjang dan berlapis-lapis dalam
suatu hierarki, yang berarti suatu norma hukum yang lebih rendah
berlaku,bersumber dan bersandar pada norma yang lebih tinggi.
Norma yang paling tinggi adalah norma dasar yang bersifat Pre-Supposed dimana
ialah yang paling tinggi yang artinya norma dasar tidak bersandar pada norma
apapun dan telah ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat oleh karena itu
norma dasar inilah yang menjadi tempat bergantung norma-norma hukum di
bawahnya. Di Indonesia norma dasarnya ialah UUD 1945.
Teori jenjang norma hukum dari Hans Kelsen diilhami oleh seorang
muridnya yang bernama Adolf Merkl yang mengemukakan bahwa
suatu norma hukum selalu memiliki dua wajah.
Menurut Adolf Merkl, suatu norma hukum itu ke atas ia bersumber
dan menjadi sumber bagi norma hukum di bawahnya sehingga suatu
norma hukum itu mempunyai masa berlaku (rechtskracht) yang relatif
oleh karena itu masa berlakunya suatu norma hukum itu tergantung
pada norma hukum yang berada diatasnya sehingga apabila norma
hukum yang berada diatasnya dicabut atau dihapus, maka norma-
norma hukum yang berada dibawahnya tercabut dan terhapus pula.
B. Sturktur Norma dan Sturktur Lembaga

Dalam membahas masalah struktur norma dan struktur lembaga kita


dihadapkan pada teori yang dikemukan oleh Benyamin Akzin.
Benyamin Akzin mengemukakan bahwa pembentukan norma-norma
hukum publik berbeda dengan pembentukan norma- norma hukum
privat karena apabila kita lihat struktur norma maka hukum publik itu
berada di atas hukum privat, sedangkan apabila dilihat dari struktur
lembaga maka lembaga-lembaga terletak di atas masyarakat
C. Hierarki Norma Hukum Negara

Hans Nawiasky berpendapat bahwa selain norma itu berlapis-lapis dan


berjenjang-jenjang, norma hukum dari suatu negara juga berkelompok-kelompok.
Hans Nawiasky mengelompokkan norma-norma hukum dalam suatu negara itu
menjadi empat kelompok besar yang terdiri atas:
Ø Kelompok I, Staatfundamentalnorm (norma fundamental negara)
Ø Kelompok II, Staatgrundgesetz (aturan dasar/pokok negara)
Ø Kelompok III, Formell Gezetz (undang-undang formal)
Ø Kelompok IV, Verodnung & Autonome Satzung (aturan pelaksana & aturan otonom)
D. Norma Fundamental Negara

Norma fundamental negara merupakan norma tertinggi dalam suatu


negara, Norma fundamental negara ini adalah norma yang tidak
dibentuk oleh suatu norma yang lebih tinggi lagi tetapi ditetapkan
terlebih dahulu oleh masyarakat dalam suatu negara dan merupakan
suatu norma yang menjadi tempat bergantungnya norma-norma
hukum dibawahnya. Menurut Hans Nawiasky, istilah
staatsfundamentalnorm ialah norma yang merupakan dasar bagi
pembentukan konstitusi atau undang- undang dasar suatu negara
(staatsverfassung), termasuk norma pengubahnya.
E. Aturan Dasar Negara

Aturan Dasar Negara merupakan kelompok norma hukum di bawah Norma


Fundamental Negara. Norma-norma dari Aturan Dasar Negara ini merupakan
aturan-aturan yang masih bersifat pokok dan merupakan aturan-aturan umum
yang masih bersifat garis besar, sehingga masih merupakan norma hukum
tunggal.
Di Negara Republik Indonesia Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok Negara ini
tertuang dalam Batang Tubuh UUD 1945 dan Ketetapan MPR, serta di dalam
Hukum Dasar tidak tertulis yang sering disebutkan dengan Konvensi
Ketatanegaraan. Aturan Dasar Negara ini merupakan landasan bagi
pembentukan Undang-Undang dan peraturan lain yang lebih rendah.
F. Peraturan pelaksanaan dan
peraturan otonom

Kelompok norma hukum yang terakhir adalah peraturan


pelaksanaan dan peraturan otonom. Peraturan
pelaksanaan dan peraturan otonom ini merupakan
peraturan-peraturan yang terletak di bawah undang-
undang yang berfungsi menyelenggarakan ketentuan-
ketentuan dalam undang-undang. Peraturan pelaksanaan
bersumber dari kewenangan delegasi sedangkan Peraturan
Otonom bersumber dari kewenangan atribusi.
05

Fungsi dari berbagai jenis


Peraturan Perundang- undangan
Adanya berbagai jenis peraturan pperundang-undangan di
Negara RI yang tersusun dalam suatu tata susunan yang
hierarki mengakibatkan pula adanya perbedaan dalam hal
fungsi maupun materi muatan dari berbagai jenis peraturan
perundang-undangan tersebut.
Berdasarkan tata susunan atau hierarki dari jenis-jenis
peraturan perundang-undangan tersebut maka fungsi dari
masing-masing peraturan perundang-undangan tersebut
adalah sebegai berikut :
A. Fungsi undang-undang dan peraturan pemerintah
pengganti undang-undang [PERPU]
Undang-undang merupakan peraturan yang mengatur
lebih lanjut ketentuan-ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu, dalam pasal 22
UUD 1945 [sebelum dan sesudah Perubahan] dan
Penjelasannya dinyatakan bahwa dalam hal kegentingan
yang memaksa Presiden dapat membentuk Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang [PERPU].
Berdasarkan alasan tersebut maka fungsi Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang [PERPU] adalah
sama dengan fungsi Undang-Undang yaitu :
Pengaturan lebih
lanjut ketentuan
dalam Ketetapan MPR

Menyelenggarakan
yang tegas-tegas
4
menyebutnya
pengaturan lebih lanjut
pengaturan di
ketentuan dalam 3 bidang materi
Undang-Undang Dasar konsitusi
1945 yang tegas-tegas
2
menyebutnya

Pengaturan lebih lanjut


1 secara umum aturan
dasar lainnya dalam
Batang Tubuh UUD 1945
B. Fungsi Peraturan Pemerintah

Sebagai peraturan yang mendapatkan delegasi dari Undang-Undang,


fungsi Peraturan Pemerintah adalah menyelenggarakan :

1. pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-Undang yang


tegas-tegas menyebutnya

2. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan lain dalm


Undang-undang yang mengatur meskipun tidak tegas-tegas
menyebutnya
C. Fungsi Peraturan Presiden
Fungsi peraturan Presiden yang berisi pengaturan adalah:
Ø Menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam
rangka penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan.
(sesuai Pasal 4 ayat 1 UUD 1945);
Ø Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah yang tegas-tegas
menyebutnya;
Ø Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan
lain dalam Peraturan Pemerintah meskipun tidak
tegas-tegas menyebutkannya.
D. Fungsi Peraturan Menteri

q Menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka


penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan di bidangnya (sesuai
dengan pasal 17 ayat 1 UUD 1945);
q Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam
Keputusan Presiden;
q Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam
undang-undang yang tegas-tegas menyebutnya;
q Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah yang tegas-tegas menyebutnya.
E. Fungsi Peraturan Kepala Lembaga
Pemerintah Non-Departemen

Fungsi peraturan Kepala Lembaga Pemerintah


Non-Departemen adalah:
Ø Menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam
rangka penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan di
bidangnya;
Ø Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan
dalam Keputusan Presiden. Merupakan delegasikan
berdasarkan pasal 17 ayat (1) UUD 1945.
F. Fungsi Peraturan Direktur Jenderal
Departemen

Fungsi peraturan Direktur Jenderal


Departemen adalah:
• Menyelenggarakan perumusan
kebijakan teknis Keputusan Menteri;
• Menyelenggarakan pengaturan lebih
lanjut ketentuan dalam Keputusan
Menteri.
G. Fungsi Peraturan Badan “Hukum”
Negara adalah

Fungsi peraturan Badan “ hukum” Negara adalah:


q Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut
ketentuan dalam undang-undang yang
mengatribusikan dan Peraturan Pemerintah
yang bersangkutan;
q Menyelenggarakan secara umum dalam rangka
penyelenggaraan fungsi dan tugasnya.
H. Fungsi Peraturan Daerah
Fungsi Peraturan Daerah dirumuskan dalam Pasal 136 Undang-Undang No.32
Th.2004 tentang Pemerintah Daerah sebagai berikut :
A. Menyelenggarakan pengaturan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah
dan tugas pembantuan
B. Menyelenggarakan pengaturan sebagai penjabaran lebih lanjut peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing
masing daerah
C. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan
kepentingan umum
D. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang -undangan yang lebih tinggi.
Fungsi peraturan kepala daerah di rumuskan secara negatif dalam pasal 146 Undang-
undang No. 32 Th.2004 tentang pemerintahan daerah, adalah sebagai berikut:
A. Menyelenggarakan pengaturan dalam rangka pelaksanaan peraturan daerah yang
bersangkutan
B. Menyelenggarakan pengaturan atas kuasa peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi
C. Tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum
D. Tidak boleh bertentangan dengan peraturan daerah
E. Tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
06

Materi Muatan Peraturan


Perundang-undangan
Hamid S Attamimi secara tidak langsung mengartikan materi
muatan peraturan perundang-undangan sebagai materi yang
harus dimuat dalam masing-masing jenis peraturan perundang-
undangan. Sedangkan dalam Pasal 1 angka 13 UU NO.12 Tahun
2011 disebutkan bahwa :
Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan adalah materi
yang dimuat dalam Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan
jenis, fungsi, dan hierarki Peraturan Perundang-undangan.
Dengan demikian apa yang merupakan materi suatu peraturan
perundang-undangan adalah berbeda-beda tergantung jenis,
fungsi dan materinya.
Dalam menyusun materi muatan peraturan perundang-undangan ada beberapa
asas yang harus dipenuhi yaitu:
q Pengayoman;
q Kemanusiaan;
q Kebangsaan;
q Kekeluargaan;
q Kenusantaraan;
q Bhinneka tunggal ika;
q Keadilan;
q Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
q Ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau
q Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.
07

Asas-asas Pembentukan
Peraturan perundang-undangan
Asas pembentukan peraturan perundang-undangan

Asas-asas pembentuk peraturan perundang-undangan berarti dasar atau


sesuatu yang dijadikan tumpuan dalam menyusun peraturan perundang-
undangan. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan merupakan
proses atau tahapan beberapa kegiatan perencanaan, persiapan,
pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan.
Untuk menciptakan asas-asas dalam Peraturan Perundang-undangan
yang baik, asas-asas dalam pembentukan Peraturan Perundang-
undangan dipandang sebagai sebuah inspirasi normatif yang harus
diperhatikan dalam oleh pembentuk Peraturan Perundang-undangan
Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik antara lain adalah:
Peraturan perundang-undangan tidak berlaku surut; Peraturan perundang-undangan yang
dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi, mempunyai kedudukan yang lebih tinggi, hal ini
sesuai dengan hierarki perundang-undangan; Peraturan perundang- undangan yang
bersifat khusus menyampingkan peraturan perundang-undangan yang bersifat umum;
Peraturan perundang-undangan yang berlaku belakangan membatalkan peraturan
perundangundangan yang berlaku terdahulu; Peraturan perundang-undangan tidak dapat
di ganggu gugat dan Peraturan perundang-undangan sebagai sarana untuk semaksimal
mungkin dapat mencapai kesejahteraan spiritual dan material bagi masyarakat
maupun individu termasuk sebagai sarana untuk memperoleh keadilan.
Asas pembentukan peraturan Perundang-undangan yang baik tercantum
dalam Pasal 5 uu Nomor 12 Tahun 2011, yang meliputi:
1.Asas kejelasan tujuan, asas ini mengartikan bahwa setiap Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang
hendak dicapai;

2.Asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat, asas ini


mengartikan bahwa setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat
oleh lembaga negara atau pejabat Pembentuk Peraturan Perundang-
undangan yang berwenang, Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat
dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau
pejabat yang tidak berwenang;
3.Asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan, asas ini
mengartikan bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan
jenis dan hierarki Peraturan Perundangundangan;

4.Asas dapat dilaksanakan, asas ini mengartikan bahwa setiap


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus memperhitungkan
efektivitas Peraturan Perundang-undangan tersebut di dalam
masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis;
5.Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan, asas ini mengartikan bahwa
setiap Peraturan Perundang-undangan dibuat karena memang benar-
benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

6.Asas kejelasan rumusan, asas ini mengartikan bahwa setiap


Peraturan Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis
penyusunan Peraturan Perundang-undangan, sistematika, pilihan kata
atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah di mengerti
sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam
pelaksanaannya;
7. Asas keterbukaan, asas ini mengartikan
bahwa dalam Pembentukan Peraturan
Perundangundangan mulai dari perencanaan,
penyusunan, pembahasan, pengesahan atau
penetapan, dan pengundangan bersifat
transparan dan terbuka. Dengan demikian,
seluruh lapisan masyarakat mempunyai
kesempatan yang seluas-luasnya untuk
memberikan masukan dalam pembentukan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai