Anda di halaman 1dari 16

HUKUM

TATA
NEGARA
KELOMPOK 2:
SHAREN FERNANDA (01053220051)
VIRA SEPTIANA (01053220034)
VIRAJ DHILLON (01053220047)
VITTO ANDHIKA PUTRA (01053220016)
WILLY WENDY FERNANDO (01053220018)
HIGHLIGHTS

SUMBER HUKUM TATA NEGARA


HIERARKI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
BENTUK PENUANGAN NORMA
HUKUM
SUMBER HUKUM TATA NEGARA
Sumber hukum berasal dari dasar hukum, landasan hukum ataupun payung
hukum. Adapun dasar hukum atau landasan hukum adalah norma hukum
yang mendasari suatu tindakan atau perbuatan hukum tertentu sehingga
dapat dianggap sah atau dapat dibenarkan secara hukum.
Sumber hukum tata negara dibagi menjadi dua, yaitu sumber hukum tata
negara materiil dan sumber hukum tata negara formil.
SUMBER HUKUM TATA NEGARA
Sumber hukum tata negara materiil adalah sumber yang menentukan isi
kaidah hukum tata negara. Menurut Bagir Manan, sumber hukum tata
negara materiil ini terdiri atas;
1. Dasar dan pandangan hidup bernegara
2. Kekuatan-kekuatan politik yang berpengaruh pada saat dirumuskannya
kaidah hukum tata negara
Menurut Jimly Asshiddiqie, sumber hukum tata negara materiil adalah
Pancasila. Menurut Jimly, pandangan hidup bangsa Indonesia tercermin
dalam perumusan sila-sila Pancasila yang dijadikan falsafah hidup
bernegara. Sebagai sumber hukum materiil, Pancasila harus dilaksanakan
oleh dan dalam setiap peraturan hukum Indonesia.
SUMBER HUKUM TATA NEGARA
Menurut Jimly Asshiddiqie, sumber hukum tata negara formil yakni;
1. Konstitusi
2. Peraturan Perundang-Undangan
3. Hukum Adat Ketatanegaraan
4. Konvensi Ketatanegaraan
5. Yurisprudensi Ketatanegaraan
6. Hukum Perjanjian Internasional Ketatanegaraan
7. Doktrin Ketatanegaraan
HIERARKI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
Dalam suatu negara hukum, terdapat hierarki peraturan perundang-
undangan yang memiliki tujuan sebagai berikut:
Hukum akan sah jika dibentuk atau disusun oleh lembaga atau pejabat
yang berwenang dengan berdasarkan norma yang lebih tinggi
Agar tidak terjadi benturan atau tumpang tindih antara berbagai
peraturan perundang-undangan
Agar aturan yang satu dengan yang lain saling berkesinambungan
(adanya hubungan antar regulasi)
HIERARKI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
Hans Kelsen, menggolongkan norma hukum menjadi dua;
1. Norma yang bersifat inferior
2. Norma yang bersifat superior
Norma yang menentukan pembuatan norma lain disebut superior,
sedangkan norma yang dibuat disebut inferior. Validitas dari norma yang
lebih rendah dapat diuji terhadap norma yang secara hierarkis berada di
atasnya. Artinya, Hans Kelsen menggambarkan adanya tata hukum yang
melandasi pembuatan hukum suatu negara.
Berdasarkan teori Hans Kelsen, Hans Nawiasky merincikan
susunan norma hukum, menjadi seperti berikut:
Staatsfundamentalnorm (norma dasar)
Staatsgrundgesetz (norma yang bersifat dasar dan luas)
Formellgesetz (bersifat konkret dan terperinci)
Verordnungsatzung (peraturan pelaksana)
Autonome satzung (peraturan otonom)

HIERARKI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
HIERARKI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
Bila melihat teori Hans Nawiasky tersebut dan dibandingkan
dengan norma hukum yang ada di Indonesia, maka tingkatan
peraturan perundang-undangannya menjadi sebagai berikut;
Staatsfundamentalnorm (norma fundamental
negara/abstrak/sumber hukum, contoh: Pancasila)
Staatsgrundgesetz (aturan dasar/aturan pokok
negara/konstitusi/UUD)
Formell Gesetz (undang-undang)
Verordnung & Autonome Satzung (aturan pelaksana
peraturan pemerintah-peraturan daerah)
HIERARKI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
Prinsip-prinsip dalam hierarki peraturan perundang-undangan, yaitu;
Lex superiori derogate legi inferiori, peraturan yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Asas ini berlaku pada dua
peraturan yang tidak sederajat dan saling bertentangan.
Lex specialis derogate legi generali, peraturan yang lebih khusus
mengesampingkan peraturan yang lebih umum. Asas ini berlaku pada dua
peraturan yang sederajat.
Lex posteriori derogate legi priori, peraturan yang baru mengesampingkan
peraturan lama. Asas ini berlaku pada peraturan yang sederajat dan tujuannya
untuk mencegah ketidakpastian hukum. Peraturan hanya bisa dihapus dengan
peraturan yang kedudukannya sederajat atau lebih tinggi.
BENTUK PENUANGAN
NORMA HUKUM
Asas Hukum dan Norma Hukum
Norma hukum berbeda dengan asas hukum, yaitu pada sifat yang
mengatur. Sebagaimana diketahui, norma adalah aturan, pola atau
standar yang perlu diikuti.
Fungsi norma hukum menurut Hans Kelsen antara lain memerintah
(Gebieten), melarang (Verbieten), menguasakan (Ermachtigen),
membolehkan (Erlauben), dan menyimpangkan dari ketentuan.
BENTUK PENUANGAN
NORMA HUKUM
Asas - Asas Hukum Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Yang Patut;
1. Asas hukum umum Pancasila dengan masing-masing silanya
2. Asas hukum umum Negara Berdasar Atas Hukum yang terdiri atas beberapa
wawasan perinciannya
3. Asas hukum umum Pemerintahan Berdasar sistem Konstitusi juga dengan
beberapa wawasan perinciannya
Asas hukum umum tersebut berjenjang-jenjang dari atas kebawah, yang di atas
menguasai yang lebih rendah secara hierarkhis.
BENTUK PENUANGAN
NORMA HUKUM
Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Asas pembentukan peraturan perundang-undangan (beginsel van behoorelijke
regelgiving) ialah asas hukum yang memberikan pedoman dan bimbingan bagi
penuangan isi peraturan ke dalam bentuk susunan yang sesuai, bagi
penggunaan pembentukan yang tepat, serta mengikuti proses dan prosedur
pembentukan yang telah ditentukan.
Dalam membicarakan asas pembentukan peraturan perundang-undangan ini
akan dibahas tentang norma yang terdapat dalam peraturan perundang-
undangan.
BENTUK PENUANGAN
NORMA HUKUM
Peraturan Perundang-Undangan
Apabila diperhatikan, kepustakaan hukum yang ada sampai saat ini, terutama
kepustakaan Eropa Kontinental, apa yang dimaksud dengan peraturan perundang-
undangan atau wet in materiele zin, Gesetz in materiellen Sinne, maka peraturan
perundang-undangan mengandung tiga unsur;

1.Norma hukum (rechtsnormen), norma yang ada di dalam peraturan perundang-


undangan mengandung salah satu dari sifat-sifat di bawah ini:
Perintah (gebad);
Larangan (verbod);
Pengizinan (toestemming); dan
Pembebasan (vrijsteling).
BENTUK PENUANGAN
NORMA HUKUM
2.Norma berlaku keluar (naar buiten werken)
Ruiter berpendapat, bahwa di dalam pemahaman tentang wet yang material
terdapat tradisi yang hendak membatasi berlakunya norma, hanyalah bagi mereka
yang tidak termasuk ke dalam organisasi pemerintahan.

3.Norma bersifat umum dalam arti luas (algemeenheid in ruime zin)


Orang biasanya membedakan kategori norma antara yang umum (algemeen) dan
yang individual (individueel) serta antara yang abstrak (abstract) dan yang konkret
(concrete).
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai