Anda di halaman 1dari 42

ALIRAN-ALIRAN

FILSAFAT HUKUM
BY: RINDHA WIDYANINGSIH

HUKUM ALAM
Bersifat tidak tertulis
Hukum alam ditanggapi tiap-tiap orang sebagai
hukum, karena menyatakan apa yang termasuk
alam manusia itu sendiri, yaitu kodratnya
Huijbers membedakan penggunaan istilah hukum
alam dengan hukum kodrat
Istilah yang benar untuk menyatakan hukum yang
dimaksud adalah hukum kodrat, bukan hukum alam
Hal ini didasarkan atas pengertian bahasa latin lex
naturalis (natural law) yang diterjemahkan
dalam Bahasa Indonesia menjadi hukum kodrat
DAN BUKAN lex naturae (law of nature) yang
diterjemahkan menjadi hukum alam

Lex naturae merupakan cara segala yang ada


berjalan sesuai dengan aturan semesta alam
Hukum alam menguasai kehidupan manusia juga
seperti makhluk hidup lainnya yang mengikuti
kecenderungan jasmaninya, contohnya:sifat
ketamakan, kerakusan,saling memangsa
Lex naturalis menandakan bahwa terdapat
tuntunan fundamental dalam hidup manusia yang
menjadi nyata wujudnya sebagai makhluk yang
berakal budi
Dengan mengikuti lex naturalis, manusia tidak
akan mengikti nalurinya yang irrasional,
melainkan pertimbangan akal budi dan rasa moral

Namun dalam lex naturalis juga


diakui bahwa hukum yang dianut
bukanlah kegiatan rasional melulu.
Hukum juga merupakan bagian
aturan alam semesta yang
merupakan keseluruhan kosmis yang
penuh rahasia yang tidak bisa
dijangkau oleh akal budi manusia

Dalam Bahasa Indonesia, istilah hukum alam


lebih menandakan lex naturae, yaitu sebagai
daya yang menyebabkan segala yang ada di
dunia ini berjalan menurut aturan yang telah
ditetapkan
Sehingga untuk menggungkapkan lex naturalis
lebih sesuai digunakan istilah hukum kodrat
Hukum kodrat lebih kuat daripada hukum positif,
sebab menyangkut makna kehidupan itu sendiri
Karenanya hukum itu mendahului hukum yang
dirumuskan UU dan berfungsi sebagai azas bagi
hukum yang dirumuskan dalam undang-undang
Hukum adalah aturan, basis dari aturan itu
ditentukan dalam aturan alamiah dalam wujud
kodrat manusia

Menurut sumbernya, aliran hukum


alam dapat dibagi dua macam yaitu:
Irasional :hukum yang berlaku
universal dan abadi itu bersumber
dari tuhan secara langsung
Rasional :bahwa sumber hukum
yang universal dan abadi itu adalah
rasio manusia

Hukum Kodrat Dalam


Sejarah
ZAMAN KLASIK
Tokohnya Aristoteles
Manusia adalah zoon politicon
(makhluk politik) yang harus
menyumbang bagi Negara
yang merupakan kewajiban
alamiah bagi laki-laki
yang memiliki hak-hak yuridis
sebagai warga polis

Abad Pertengahan
Tokohnya adalah Thomas Aquinas
Hukum kodrat sebagai prinsip segala hukum
positif, berhubungan langsung dengan manusia
dan dunia sebagai ciptaan Tuhan
Prinsip itu dibagi menjadi dua:
1. Prinsip hukum kodrat primer, yaitu hukum
yang telah dirumuskan oleh pemikir stoa
zaman klasik, yaitu honeste vivere (hidup
terhormat), neminem laedere (tidak
merugikan orang lain), unicuique suum
tribuere (memberikan orang lain sesuai
haknya)

2. Prinsip hukum kodrat skunder, yaitu norma-norma moral


seperti jangan membunuh, mencuri, dsb
Thomas Aquinas (1225-1274):yang mengatakan ada 4
macam hukum yaitu:
a. lex aeterna (hukum rasio tuhan yang tidak dapat
ditangkap oleh panca indera manusia)
b. lex devina (hukum rasio tuhan yang dapat ditangkap
oleh pancaindera manusia)
c. lex naturalis (hukum alam yaitu penjelmaan dari lex
aeterna kedalam rasio manusia)
d. lex positivis (penerapan lex naturalis dalam kehidupan
manusia didunia)
Thomas Aquinas menggabungkan lex naturae dengan lex
naturalis, bahwa hukum kodrat itu tidak lain adalah
partisipasi hukum abadi dalam ciptaan yang berakal budi

Zaman Rasionalisme
Hukum kodrat diterima sebagai pernyataan akal
budi praktis manusia
Para pemikir cenderung menyusun daftar hukum
kodrat yang dianggap tetap dan berlaku abadi
Hugo Grotius menyatakan prinsip hukum a
priori, yaitu hukum kodrat yang berlaku positif
Ada dua macam prinsip:
Prinsip dasar, meliputi: prinsip kupunya-kaupunya,
kesetiaan pada janji, ganti rugi, perlunya hukuman
Prinsip yang melekat pada subjek hukum, meliputi
hak atas kebebasan, berkuasa atas orang lain, hak
berkuasa sebagai majikan, berkuasa atas milik

3 Macam Hukum Kodrat Messner


Hukum kodrat primer mutlak, yaitu
memberikan kepada tiap orang sesuai
haknya. Dari prinsip ini diturunkan prinsip
umum seperti jangan membunuh, dst
Hak fundamental, yaitu kebebasan batin,
kebebasan agama, hak atas nama baik, hak
privacy, hak atas pernikahan, hak
membentuk keluarga
Hak kodrat skunder, yaitu hak yang diperoleh
karena berkaitan dengan situasi kebudayaan,
misalnya hak milik dan azas-azas hukum adat

Awal Abad XX
Tokohnya adalah Messner
Hukum kodrat sama dengan prinsipprinsip dasar bagi kehidupan sosial
dan individual
Hukum kodrat adalah aturan hak-hak
(kompetensi) khas, baik pribadi
maupun masyarakat yang berakar
dalam kodrat manusia yang
bertanggungjawab

Perkembangan Hukum Kodrat


Adanya kesadaran bahwa hidup manusia
bersifat dinamis. Dinamis dapat dilihat
dari pandangan-pandangannya, misalnya
dihapuskannya perbudakan, kesetaraan
gender, dll
Hukum kodrat sebagaimana zaman klasik
dan pertengahan tidak lagi dianggap
bersifat abadi, namun prinsip itu tetap
ada, namun memiliki kelonggaran untuk
disesuaikan dengan kondisi masyarakat
yang dinamis

POSITIVISME HUKUM

Positivisme dalam pengertian modem


adalah suatu sistem filsafat yang
mengakui hanya fakta-fakta positif dan
fenomena-fenomena yang bisa
diobservasi.
Positivisme merupakan sebuah sikap
ilmiah, menolak spekulasi-spekulasi
apriori dan berusaha membangun dirinya
pada data pengalaman.
Teori ini dikembangkan oleh August
Comte

Para positivis mengajarkan bahwa


hukum positiflah yang merupakan
hukum yang berlaku;
dan hukum positif disini adalah normanorma yudisial yang dibangun oleh
otoritas negara.
Positivisme menekankan pemisahan ketat
hukum positif dari etika dan kebijaksanaan
sosial dan cenderung mengidentifikasikan
keadilan dengan legalitas, yaitu
ketaatan kepada aturan-aturan yang
ditentukan oleh negara.

Bentuk Positivisme Hukum


1. Positivisme yuridis
Dalam perspektif positivisme yuridis, hukum
dipandang sebagai suatu gejala tersendiri
yang perlu diolah secara ilmiah.
Tujuan postivisme yuridis adalah pembentukan
struktur-struktur rasional sistem-sistem yuridis
yang berlaku.
Dalam praksisnya konsep ini menurunkan suatu
teori bahwa pembentukan hukum bersifat
professional yaitu hukum merupakan ciptaan
para ahli hukum.

Prinsip-prinsip positivisme yuridis adalah:


1. Hukum adalah sama dengan undang-undang,
Ini didasarkan pemikiran bahwa hukum muncul
berkaitan dengan Negara, sehingga hukum yang
benar adalah hukum yang berlaku dalam suatu
Negara.
2. Tidak ada hubungan mutlak antara hukum dan
moral.
Hukum adalah ciptaan para ahli hukum belaka.
3. Hukum adalah suatu closed logical system .
Untuk menafsirkan hukum tidak perlu bimbingan
norma sosial, politik dan moral melainkan cukup
disimpulkan dari undang-undang.
Tokohnya adalah : R. von Jhering dan John Austin
(analytical jurisprudence).

2. Positivisme sosiologis

Dalam perspektif positivisme sosiologis,


hukum dipandang sebagai bagian dari
kehidupan masyarakat.
Dengan demikian hukum bersifat terbuka
bagi kehidupan masyarakat. Keterbukaan
tersebut menurut positivisme sosiologis
harus diselidiki melalui metode ilmiah.
Tokohnya adalah Auguste Comte (17891857) yang menciptakan ilmu
pengetahuan baru, sosiologi.

Positivisme Analitik
Mendefinisikan hukum sebagai suatu
aturan yang ditentukan untuk
membimbing makhluk berakal oleh
makhluk berakal yang telah memiliki
kekuatan mengalahkannya. Sehingga
karenanya hukum, yang dipisahkan dari
keadilan dan sebagai gantinya
didasarkan pada ide-ide baik dan buruk,
dilandaskan pada kekuasaan yang
tertinggi
Tokohnya adalah John Austin (1790-1859)

Pandangan Hukum Versi


Austin
Hukum adalah tiap -tiap undangundang positif yang ditentukan
secara langsung atau tidak
Iangsung oleh seorang pribadi atau
sekelompok orang yang berwibawa
bagi seorang anggota atau
anggota-anggota suatu masyarakat
politik yang berdaulat, dimana yang
membentuk hukum adalah yang
tertinggi.

Jenis-jenis Hukum Menurut Austin


I). Hukum Allah, merupakan suatu moral hidup daripada
hukum dalam arti sejati.
2). Hukum manusia, yakni segala peraturan yang
dibuat oleh manusia sendiri.
Hukum manusia dibedakan lagi menjadi:
a. Hukum yang sungguh-sungguh (properly so called).
Hukum ini adalah undang-undang yang berasal dari suatu
kekuasaan politik, atau peraturan-peraturan pribadi-pribadi
swasta yang menurut undang-undang yang berlaku .
b. Hukum yang sebenarya bukan hukum (improperly so
called) . Seperti peraturan -peraturan yang berlaku bagi
suatu klub olahraga, pabrik, dan sebagainya.
Peraturan-peraturan ini bukan hukum dalam arti yang
sesungguhnya, sebab tidak berkaitan dengan pemerintah
sebagai pembentuk hukum.

Unsur Pembentuk Hukum

(1) adanya penguasa (souvereighnity )


(2) suatu perintah (command)
(3) kewajiban untuk menaati (duty)
(4) sanksi bagi mereka yang tidak taat
(sanction ).
Dinyatakan sebagai hukum apabila
memenuhi keempat unsur tersebut
Apabila tidak mengandung keempat unsur
tersebut maka bukanlah hukum positif tapi
hanya sebagai moral positif

Should be Attentioned

Ajarannya tidak berkaitan dengan nilai baik-buruk, sebab


penilaian ini berada di luar bidang hukum
Apa yang dimaksud kaidah moral, secara yuridis tidak
penting bagi hukum, walau ada pengaruhnya bagi
masyarakat
Hakikat hukum semata-mata adalah perintah
Masalah kedaulatan tidak perlu dipersoalkan, karena telah
ada dalam kenyataan
Kurang/tidak memberikan tempat bagi hukum yang hidup
dalam masyarakatHukum merupakan perintah dari manusia
Tidak ada hubungan antara hukum yang berlaku dengan
hukum yang seharusnya
Analisis hukum harus dibedakan dengan studi historis
maupun sosiologis, atau penilaian kritis

Teori Hukum Murni


Tokohnya adalah Hans Kelsen
Menurut Kelsen, hukum harus dibersihkan dari
anasir-anasir yang nonyuridis, seperti unsur
sosiologis, politis, historis, bahkan etis.
Hukum adalah suatu keharusan yang mengatur
tingkah laku manusia sebagai mahluk rasional.
Pengertian hukum menyatakan hukum dalam
arti formalnya, yaitu sebagai peraturan
yang berIaku secara yuridis
Berusaha menjawab pertanyaan "apa hukum
itu?" tetapi bukan pertanyaan "apa hukum itu
seharusnya

Positivisme Pragmatik
Hukum menurut Positivisme Pragmatik, harus
ditentukan oleh fakta-fakta sosial yang berarti
sebuah konsepsi hukum dalam perubahan terus
menerus dan konsep masyarakat yang berubah lebih
cepat dibandingkan hukum
Kaum Positivis Pragmatis mementingkan hukum
seharusnya
Bagi kaum positivis Analitis, hukum dipisahkan dari
etika, sernentara kaum Positivis Pragmatis melekatkan
makna penting kebaikan etik, tetapi esensi dari
kebaikan
Mempelajari hukum sebagai karya-karya dan fungsifungsinya bukan sebagai yang tertulis di atas kertas.

Sociological Jurisprudence

Menurut aliran Sociological Jurisprudence ini, hukum yang


abik haruslah hukum yang sesuai dengan yang hidup di
masyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas antara
hukum positif (the positive law) dan hukum yang hidup
(the living law)
Tokoh-tokoh aliran Sociological Jurisprudence antara lain
adalah:
Eugene Ehrlich (1862-1922): ia beranggapan bahwa
hukum tunduk pada ketentuan-ketentuan social tertentu.
Hukum tidak mungkin efektif, oleh karena ketertiban dalam
masyarakat didasarkan pengakuan sosial terhadap hukum,
dan bukan karena penerapannya secara resmi oleh Negara.
Roscoe Pound (1870-1964): dengan teorinya bahwa
hukum adalah alat untuk memperbaharui (merekayasa)
masyarakat (law as a tool of social engineering)

INTI PEMIKIRAN ALIRAN INI :


Hukum yang baik adalah yang sesuai
dengan Hukum yang hidup di dalam
masyarakat
Hukum itu merupakan a tool of social
engineering (Hukum sebagai pranata sosial
atau hukum sebagai alat untuk membangun
masyarakat)
Aliran ini memandang hukum
kenyataan, bukan sebagai Kaidah.

sebagai

Positivisme

Sociological
Jurisprudence

Sangat menjamin kepastian


hukum.
Sistematika hukum yang tersusun
rapi

Hukum peka terhadap


masyarakat
Rasa keadilan masyarakat sangat
dikedepankan
Penegakan hukum berpijak pada
masyarakat

Tidak semua hukum lahir dari


keinginan pihak yang berdaulat
Deskripsi hukum menjadi sangat
kaku, sekalipun itu merugikan
masyarakat banyak
Hukum hanya dimaknai sebagai
sebuah aturan legal-formal
belaka
Hukum dapat menjadi terlambat
dari perkembangan masyarakat

kepastian hukum dinisbikan


mengandaikan tingkatan
kesadaran hukum yang tinggi di
dalam masyarakat
definisi hukum menjadi cair

Utilitarianisme
Utilitaianisme atau Utilisme adalah
aliran yang meletakan kemanfaatkan
sebagai tujuan utama hukum.
Kemanfaatan disini diartikan sebagai
kebahagiaan
faham ini pada akhirnya sampai pada
kesimpulan tujun hukum
adalahmenciptakan ketertiban
masyarakat

Tokoh-tokoh Pendukung:
Jeremy Bentham (1748-1832):
Manusia akan bertindak untuk mendapatkan kebahagiaan
yang sebesar-besarnya dan mengurangi penderitaan.
Ukuran baik buruknya perbuatan manusia tergantung kepada
apakah perbuatan itu mendatangkan kebahagiaan atau tidak
Pemidanaan haruslah bersifat spesifik untuk tiap kejahatan
Pemidanaan hanya bisa diterima apabila ia memberikan
harapan bagi tercegahnya kejahatan yang lebih besar
(hedonistic utilitarianism)
Pembentuk Undang-undang hendaknya bisa melahirkan
keadilan bagi individu sehingga mendatangkan kebahagiaan

Jhon Stuart Mill (1806-1873): \


Menyatakan bahwa tujuan manusia adalah
kebahagiaan.
Sumber dari kesadaran keadilan bukan terletak
pada kegunaan namun pada rangsangan untuk
mempertahankan diri dan perasaan simpati
Keadilan bersumber pada naluri manusia untuk
menolak dan membalas kerusakan yang
diderita, baik oleh diri sendiri atau siapapun
yang mendapat simpati dari kita
Hakikat keadilan mencakup semua pesyaratan
moral yang sangat hakiki bagi kesejahteraan
umat manusia

Rudolf von Jhering (1818-1892)


Tujuan hukum adalah untuk
melindungi kepentingankepentingan.
Dalam mendefinisikan kepentingan
ia mengikuti Bentham, dengan
melukiskannya sebagai pengejaran
kesenangan dan menghindari
penderitaan
Hukum dibuat oleh negara atau
dasar kesadaran sepenuhnya untuk
mencapai tujuan tertentu

Mazhab Sejarah
Friedrich Karl von savigny (1770-1861):
menurutnya hukum timbul bukan karena perintah
penguasa atau karena kebiasaan, tetapi karena
perasaan keadilan yang terletak dalam jiwa bangsa
itu.
Puchta (1798-1846): sama dengan savigny, ia
berpendapat bahwa hukum suatu bangsa terikat
pada jiwa bangsa yang bersangkutan.
Henry Summer Maine (1822-1888): ia melakukan
penelitian untuk memperkuat pemikiran von
Savigny, yang membuktikan adanya pola evolusi
pada pembagi masyarakat dalam situasi sejarah
yang sama.

Realisme Hukum

Dalam pandangan penganut Realisme, hukum adalah hasil dari


kekuatan-kekuatan sosial dan kontrol social.
Beberapa ciri realisme yang terpenting diantaranya:
a.Tidak ada mazhab realis; realisme adalah gerakan dari
pemikiran dan kerja tangan hukum.
b.Realisme adalah konsepsi hukumyang terus berubah dan alat
untuk tujuan-tujuan sosial, sehingga tiap bagian hrus diuji tujuan
dan akibatnya.
c.Realisme menganggap adanya pemisahan sementara antara
hukum yang ada dan harusnya ada, untuk tujuan-tujuan studi.
d.Realisme tidak percaya pada ketentuan-ketentuan dan
konsepsi-konsepsi hukum, sepanjang ketentuan-ketentuan dan
konsepsi hukum menggambarkan apa yang sebebarnya dilakukan
oleh pengadilan-pengadilan dan orang-orang.
e.Realisme menekankan evolusi tiap bagian hukum dengan
mengingatkan akibatnya.

Menurut aliran ini, hukum tidak statis dan selalu bergerak secara
terus menerus sesuai dengan perkembangan jamannya dan
dinamika masyarakat.
Tujuan Hukum selalu dikaitkan dengan Tujuan Masyarakat, tempat
hukum itu diberlakukan.
Ilmu Hukum yang sesungguhnya dibangun dari studi tentang
hukum dalam pelaksanaannya.
Mereka menempatkan Hakim sebagi titik pusat perhatian dan
penyelidikan hukum.
Hal penting yang berpengaruh dalam pembentukan hukum adalah
:
1. Logika
2. Kepribadian
3. Prasangka
4. Unsur-unsur lain di luar Logika
.
Aliran ini berpengaruh dalam sejarah hukum Inggris dan Amerika
yang menunjukkan pengaruh faktor-faktor politik, ekonomi,
kualitas individual hakim dalam menyelesaikan masalah.

Realisme Amerika
Sumber hukum utama aliran ini adalah putusan hakim,
semua yang dimaksud dengan hukum adalah putusan
hakim.
Hakim lebih sebagai penemu hukum daripada pembuat
hukum yang mengandalkan peraturan perundang-undangan.
Tokoh-tokoh utama realisme amerika yaitu:

Charles Sanders Peirce (1839-1914): ia adalah orang


pertama yang memulai pemikiran pragmatism, dimana
menyangkal kemungkinan bagi manusia untuk mendapat
suatu pengetahuan teoritis yang benar.
John Chipman Gray (1839-1915): ia menyatakan bahwa
disamping logika sebagai faktor penting pembentukan
perundang-undangan, unsur kepribadian, prasangka, dan
faktor-faktor lain yang tidak logis memiliki pengaruh yang
sangat besar dalam pembentukan hukum

Oliver Wendell Holmes (1841-1935): ia


berpendapat bahwa pikiran-pikiran tentang
apa yang akan diputuskan oleh pengadilan
itulah yang dimaksud dengan hukum.
William James (1842-1910): menurutnya
pragmantisme adalah nama baru untuk
beberapa pemikiran yang sama, yang
sebenarnya juga positivis.
John Dewey (1859-1952): inti ajaran
Dewey adalah bahwa logika bukan berasal
dari kepastian-kepastian dari prinsip-prinsip
teoritis, seperti silogisme, tetapai suatu studi
tentang kemungkinan-kemungkinan.

Realisme Skandinavia
Tokoh-tokoh utama antara lain adalah:
Axel Hagerstrom (1868-1939): ia menyatakan
bahwa hukum sehrusnya di selidiki dengan bertitik
tolak pada data empiris, yang dapat ditemukan dalam
perasaan piskologi.
Karl Olivecrona (1897-1980): menurutnya adalah
keliru untuk menganggap hukum sebagai perintah dari
seseorang manusia, sebab tidak mungkin ada manusia
yang dapat memberikan semua perintah terkandung
dalam hukum itu.
John Rawls (lahir 1921): ia mengembangkan
pemikirannya tentang masyarakat yang adil dengan
teori keadilanya yang dikenal pula dengan teori posisi
asli.

Pengembangan Aliran Pragmatic Legal Realism


di Indonesia

Mochtar Kusumaatmadja mengembangkan teori hukum


pembangunan.
Pengembangannya lebih luas, karena beberapa hal, yaitu :
1 Lebih menonjolnya perundang-undangan dalam proses
pembaharuan hukum di Indonesia, walaupun yurisprudensi
juga memegang peranan. Berlainan dengan keadaan di
Amerika di mana pembaharuan hukum banyak dipengaruhi
oleh
keputusan-keputusan
pengadilan,
khususnya
keputusan Supreme Court sebagai mahkamah tertinggi.
2 Sikap yang menunjukkan terhadap kenyataan masyarakat
yang menolak aplikasi mechanistis daripada konsepsi
law as tool of social engineering. Aplikasi kata tool akan
mengakibatkan hasil yang tidak banyak berbeda dari
penerapan legisme.

lanjutan
Dalam pengembangannya di Indonesia, konsepsi
hukum sebagai sarana pembaharuan dipengaruhi
pula oleh pendekatan-pendekatan Filsafat Budaya
dan Pendekatan Policy Oriented dari Lasswell dan
Mc Dougal.
3 Apabila dalam pengertian hukum termasuk
pula hukum internasional, maka Indonesia sudah
menjalankan asas Hukum sebagai Alat
pembaharuan.
Misalnya;
- Perombakan hukum di bidang pertambangan
- Perkembangan di bidang hukum laut
- Nasionalisasi perusahaan milik Belanda tahun
1958.

Freirechtslehre(Ajaran Hukum
Bebas )
Freirechtslehre merupakan penentang paling
keras Positivisme Hukum.
Aliran Hukum Bebas berpendapat bahwa
hakim mempunyai tugas menciptakan hukum.
Penemu hukum yang bebas tugasnya
bukanlah menerapkan undang-undang, tetapi
menciptakan penyelesaian yang tepat untuk
peristiwa konkret, sehingga peristiwaperistiwa berikutnya dapat dpecahkan oleh
norma yang diciptakan oleh hakim.

FREIRECHTSLEHRE
Menurut aliran ini UU bukan merupakan alat
utama tetapi sebagai alat bantu untuk
memperoleh pemecahan yang tepat menurut
hukum dan yang tidak perlu harus sama dengan
penyelesaian undang-undang.
Hukum pada dasarnya adalah the product of
official activity. Meskipun demikian pembentukan
hukum oleh hakim lebih sering terjadi.
Hakim harus dapat menemukan dan menciptakan
hukum, bukan hanya menerapkan UU dalam
menyelesaikan sengketa hukum ( the discretion
thesis)
Keputusan hakim banyak dipengaruhi oleh
pertimbangan politik dan moral dan bukan
pertimbangan hukum ( influenced by the judges
political and moral confiction, not by legal
consideration)

Anda mungkin juga menyukai