Anda di halaman 1dari 5

TUGAS FILSAFAT HUKUM MAGISTER Nama : Raden Budi Prabowo Wicaksono

KENOTARIATAN UNIVERSITAS
NRP : 124222017
SURABAYA

A. Mazhab Hukum Alam

Mazhab Hukum Alam berpendapat bahwa selain hukum positif yang merupakan buatan
manusia, masih ada hukum yang lain, yaitu hukum yang berasal dari Tuhan. Hukum yang
berasal dari Tuhan itulah yang dikenal sebagai Hukum Alam. Hukum positif yang berlaku di
masyarakat tidak boleh bertentangan dengan Hukum Alam, karena hukum yang berasal dari
Tuhan dianggap lebih tinggi dari hukum yang dibentuk oleh manusia.

Mazhab Hukum Alam timbul karena kegagalan umat manusia dalam mencari keadilan
yang absolut. Menurut para penganut aliran ini, Hukum Alam bersifat universal dan abadi,
berlaku sepanjang masa dan berlaku bagi semua bangsa. Hukum Alam dianggap lebih tinggi
dari hukum yang sengaja dibentuk oleh manusia, sehingga hukum yang berlaku di
masyarakat tidak boleh bertentangan dengan Hukum Alam.

Berdasarkan sumbernya Mazhab Hukum Alam dibedakan menjadi dua macam, yaitu
Aliran Hukum Alam Irasional dan Aliran Hukum Alam Rasional. Aliran Hukum Alam
Irasional memiliki pendapat bahwa hukum yang berlaku universal dan abadi itu bersumber
langsung dari Tuhan, sedangkan para penganut Aliran Hukum Alam Rasional berpendapat
bahwa hukum yang universal dan abadi itu bersumber dari rasio manusia.

Menurut Pendapat Thomas Aquinas hukum adalah suatu aturan atau ukuran dari
tindakan-tindakan dimana manusia dirangsang untuk bertindak (sesuai dengan aturan atau
ukuran itu) atau dikekang untuk tidak bertindak (yang tidak sesuai dengan aturan atau ukuran
itu). Pendapat Thomas Aquinas berkaitan erat dengan teologia, yang berpendapat bahwa ada
dua pengetahuan yang berjalan bersama-sama, yaitu pengetahuan alamiah yang berpangkal
pada akal dan pengetahuan iman yang berpangkal pada wahyu Ilahi. Menurut Aquinas ada
empat macam hukum, yaitu:

1. Lex eterna yaitu hukum rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera
manusia.

2. Lex divina, adalah hukum rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh pancaindera
manusia.

1
3. Lex naturalis atau hukum alam, merupakan penjelmaan lex eterna ke dalam rasio
manusia.

4. Lex positivis, adalah penerapan lex naturalis dalam kehidupan manusia di dunia.

Hugo de Grotius dikenal sebagai Bapak Hukum Internasional yang mempopulerkan


konsep-konsep hukum dalam hubungan antarnegara, seperti hukum perang dan damai, serta
hukum laut. Grotius berpandangan bahwa sumber hukum adalah rasio manusia. Karena
karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah kemampuan akalnya,
sehingga seluruh kehidupan manusia harus berdasarkan pada kemampuan akal atau rasio.
Grotius berpendapat bahwa Hukum Alam adalah hukum yang muncul sesuai kodrat manusia.
Hukum alam tidak mungkin dapat diubah (secara ekstrem), bahkan oleh Tuhan sekalipun.
Hukum Alam diperoleh manusia dari akalnya, tetapi Tuhanlah yang memberikan kekuatan
mengikatnya. Menurut Hugo de Grotius hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang
dibuat menjadi kewajiban melalui sanksi-sanksi yang dijatuhkan terhadap setiap pelanggaran
dan kejahatan melalui suatu otoritas pengendalian.

B. Mazhab Hukum Positivis

Mazhab Hukum Positivis atau Positivisme Hukum memandang perlu memisahkan secara
tegas antara hukum dan moral (antara hukum yang berlaku dan hukum yang seharusnya,
antara das sein dan das sollen). Positivisme Hukum sangat mengagungkan hukum yang
tertulis dan menganggap bahwa tidak ada norma hukum di luar hukum positif. Bagi aliran ini,
semua persoalan dalam masyarakat harus diatur dalam hukum tertulis. Sikap penganut aliran
ini dilatarbelakangi oleh penghargaan yang berlebihan terhadap kekuasaan yang menciptakan
hukum tertulis, mereka menganggap kekuasaan itu adalah sumber hukum dan kekuasaan
adalah hukum.

Positivisme Hukum terbagi menjadi dua aliran, yaitu Aliran Hukum Positif Analitis
(Analytical Jurisprudence) dan Aliran Hukum Murni (Reine Rechtslehre). Aliran Hukum
Positif Analitis dipelopori oleh Austin. Aliran ini memandang hukum sebagai perintah dari
penguasa yang mewajibkan seseorang atau beberapa orang. Hukum berjalan dari atasan
(superior) dan mengikat atau mewajibkan bawahan (inferior). Hukum adalah perintah yang
bersifat memaksa yang dapat saja bijaksana dan adil atau sebaliknya.

Penggagas Aliran Hukum Murni adalah Hans Kelsen yang berpendapat bahwa hukum
harus dibersihkan dari anasir-anasir yang nonyuridis seperti sosiologis, politis, historis dan
etis. Hukum adalah suatu sollenkategorie atau kategori keharusan/ideal,

2
bukan seinskategorie atau kategori faktual. Kelsen berpendapat bahwa hukum berurusan
dengan bentuk (forma), bukan isi (materia), sehingga keadilan sebagai isi hukum berada di
luar hukum. Hukum bisa saja tidak adil, namun hukum tetaplah hukum karena dikeluarkan
oleh penguasa. Ia juga berpendapat bahwa hukum positif pada kenyataannya dapat saja
menjadi tidak efektif lagi. Hal ini bisa disebabkan karena kepentingan masyarakat yang diatur
sudah tidak ada, sehingga penguasa tidak akan memaksakan penerapannya.

C. Mazhab Historis

Mazhab historis atau mazhab sejarah pada hakikatnya memandang hukum itu tidak dibuat
dan ditetapkan dari pemegang kedaulatan dalam negara, tetapi sebagai wujud dari ekspresi
atau kesadaran hukum masyarakatnya.

Mazhab Sejarah dipelopori oleh seorang ahli hukum bangsa Jerman Friedrich Carl von
Savigny. Menurut Friedrich Carl von Savigny di dunia ini terdapat beragam bangsa dimana
tiap bangsa memiliki volksgeist atau jiwa bangsanya masing-masing. Aneka ragam jiwa
bangsa tersebut dapat dilihat melalui berbagai ragam bahasa, adat istiadat dan organisasi
sosial masyarakat yang dimiliki oleh tiap bangsa. Perbedaan jiwa bangsa tersebut juga
menimbulkan perbedaan pandangan tentang keadilan.

Friedrich Carl von Savigny memiliki pandangan yang bertolak belakang dengan Mazhab
Hukum Alam yang memandang bahwa hukum bersifat universal dan abadi. Ia berpendapat
bahwa hukum mengalami perubahan sesuai dengan keadaan masyarakat dari masa ke masa,
sehingga tidak mungkin ada hukum yang bisa berlaku untuk semua bangsa. Pendapat
Friedrich Carl von Savigny juga bertolak belakang dengan Mazhab Hukum Positivis.
Menurutnya hukum timbul bukan karena perintah penguasa atau karena kebiasaan, tetapi
karena perasaan keadilan yang terletak di dalam jiwa bangsa. Hukum tidak dibuat, tetapi
tumbuh dan berkembang bersama masyarakat.

D. Mazhab Sosiologis

Beberapa pakar hukum menamai aliran hukum ini sebagai Functional


Anthropological atau metode fungsional. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerancuan
antara Sociological Jurisprudence dengan sosiologi hukum (the sociology of law). Perbedaan
utama antara Sosiologi Hukum dengan Sociological Jurisprudence adalah Sosiologi Hukum
menitikberatkan penyelidikannya kepada masyarakat dan hukum sebagai suatu manifestasi,
sedangkan Sociological Jurisprudence menitikberatkan pada hukum dan memandang
masyarakat dalam hubungannya dengan hukum.

3
Aliran Sociological Jurisprudence memisahkan secara tegas antara hukum positif dengan
hukum yang hidup di masyarakat. Aliran ini menyatakan bahwa hukum yang baik haruslah
hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di masyarakat. Sociological
Jurisprudence timbul sebagai proses dialektika antara Positivisme Hukum yang memandang
hukum sebagai perintah penguasa dan Mazhab Sejarah yang menyatakan bahwa hukum
timbul dan berkembang bersama dengan masyarakat.

Roscoe Pound terkenal sebagai pencetus teori hukum sebagai alat untuk merekayasa
masyarakat (law as a tool of social engineering). Pemikiran Pound berangkat dari pemikiran
tentang pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat. Menurut Pound, kepentingan-
kepentingan yang harus dilindungi oleh hukum secara sistematis dapat dibagi menjadi
beberapa golongan, yaitu:

1. Kepentingan umum (public interest), meliputi:

 Kepentingan negara sebagai badan hukum dalam memertahankan kepribadian dan


substansinya.

 Kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan masyarakat.

2. Kepentingan masyarakat (social interest), yaitu:

 Kepentingan masyarakat akan keselamatan umum, seperti keamanan, kesehatan


dan kesejahteraan, serta jaminan bagi transaksi-transaksi dan pendapatan.

 Perlindungan bagi lembaga-lembaga sosial yang meliputi perlindungan dalam


perkawinan, politik dan ekonomi.

 Pencegahan kemerosotan akhlak, seperti korupsi, perjudian, pengumpatan


terhadap Tuhan, transaksi-transaksi yang bertentangan dengan moral atau
peraturan yang membatasi tindakan-tindakan anggota trust.

 Pencegahan pelanggaran hak (abuse of right)

 Kepentingan masyarakat dalam kemajuan umum, seperti perlindungan hak milik,


perdagangan bebas dan monopoli, kemerdekaan industri, serta penemuan baru.

 Kepentingan masyarakat dalam kehidupan manusia secara individual, seperti


perlindungan terhadap kehidupan yang layak, kemeredekaan berbicara dan
memilih jabatan.

3. Kepentingan pribadi (private interest), terdiri dari:

4
 Kepentingan kepribadian (interest of personality), meliputi perlindungan terhadap
integritas (keutuhan) fisik, kemerdekaan kehendak, reputasi (nama baik),
terjaminnya rahasia-rahasia pribadi, kemerdekaan untuk menjalankan agama yang
dianutnya dan kemerdekaan mengemukakan pendapat.

 Kepentingan dalam hubungan rumah tangga (interest of domestic), meliputi


perlindungan bagi perkawinan, tuntutan bagi pemeliharaan keluarga dan
hubungan hukum antara orang tua dan anak-anak.

 Kepentingan substansi (interest of substance), meliputi perlindungan terhadap


harta, kemerdekaan dalam penyusunan testamen, kemerdekaan industri dan
kontrak, serta pengharapa legal akan keuntungan-keuntungan yang diperoleh.

Kesimpulan

Berdasarkan ringkasan diatas dapat disimpulkan bahwa mazhab yang paling adil dan
yang paling berkontribusi adalah Mazhab Sosiologis, penggolongan kepentingan yang dibuat
oleh Roscoe Pound tersebut menghubungkan antara prinsip hukum dengan praktik hukum,
karena penggolongan kepentingan yang dibuat oleh Roscoe Pound akan membantu
menjelaskan premis-premis hukum yang dapat digunakan oleh para praktisi hukum seperti
pembentuk undang-undang, hakim, pengacara dan pengajar hukum untuk menyadari prinsip-
prinsip dan nilai-nilai yang terkait dalam tiap persoalan khusus. Proses pembangunan hukum
di Indonesia sangat dipengaruhi oleh Mazhab Sosiologis, yang mana hukum muncul dari
aspirasi masyarakat dan menarik manfaat yang sebesar-besarnya dari hukum yang muncul
dari aspirasi masyarakat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai