Anda di halaman 1dari 13

KEHAMILAN YANG TIDAK DIINGINKAN DI INDONESIA: PREVALENSI DAN

FAKTOR PENYEBABNYA

Iswari Hariastuti1*Sujarwoto2, Siswidiyanto3, Mario4

Kantor Perwakilan BKKBN Jawa Timur


1

2
PB Centre Universitas Brawijaya
3
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
4
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Corresponding author:
*

Email:iswarihariastuti@yahoo.com

Abstract
This study is aimed to estimate the prevalence of unintended pregnancy and to identify factors
associate with uintended pregnancy among women 15-49 years old in Indonesia. Data come
from Indonesian Demographic Health Survey (IDHS) 2017 which consist of 14,908 women.
Results show that prevalence of uintended pregnancy at about 7%. Women age, marrital
status, miscarriage experience, cohabitation status, negative experience using contraception
and urban location were associated with uintended pregnancy. Among those factors,
cohabitation is the largest factors associated with uintended pregnancy. Women who reported
having cohabitation relationship twelve times higher to have uintended pregnancy. The
findings suggest the importance of strengthening moral education especially for young
women as well as risk of early pregnancy education for young women in Indonesia to reduce
the case of uintended pregnancy.

Keywords: unintended pregnancy, family planning, demography

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui prevalensi kehamilan yang tidak diinginkan (KTD)
dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya pada wanita usia subur (WUS) 15-
49 tahun di Indonesia tahun 2017. Penelitian ini menggunakan sampel WUS 15-49 tahun
yang pernah hamil pada SDKI 2017 yang berjumlah 14.908 wanita. Analisis regresi logistik
dengan robust standard errors digunakan untuk estimasi faktor-faktor yang berhubungan
dengan KTD. Odds ratio dipakai untuk mengetahui koefisien probabilitas masing-masing
faktor terhadap terjadinya KTD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi KTD di
Indonesia tahun 2017 sebesar 7%. Hasil analisis logit regression menunjukkan adanya
hubungan yang kuat antara umur, status menikah, pengalaman keguguran dan status
hubungan dengan pasangan, tempat tinggal perkotaan dan pengalaman efek sampng
kontrasepsi. Wanita yang mengaku memiliki pasangan tidak resmi duabelas kali lipat berisiko
untuk KTD. Hasil penelitian ini menyarankan perlunya dilakukan upaya untuk menurunkan
angka KTD pada WUS di Indonesia melalui berbagai strategi terkait penanaman nilai-nilai
moralitas dan risiko KTD kepada generasi muda.

Kata kunci: kehamilan yang tidak diinginkan, keluarga berencana, kependudukan

1
PENDAHULUAN dikandung karena pada umumnya ibu,
Kehamilan yang tidak diinginkan suami dan keluarga tidak
(unintended pregnancy) adalah memperhatikan dan memelihara
kehamilan yang dialami oleh seorang kandungannya dengan baik. Bahkan
perempuan yang sebenarnya belum kehamilannya sering berakhir dengan
menginginkan atau sudah tidak pengguguran atau aborsi berujung pada
menginginkan kehamilan (Finer & kematian ibu dan anak. Meffen,
Zolna, 2016). Kehamilan yang tidak Burkhardt, and Bartels (2018) dalam
diinginkan merupakan kondisi dimana artikelnya berjudul “Abortion Care in
pasangan tidak menghendaki adanya Haiti” terbit pada jurnal Plos One 8
proses kelahiran akibat dari kehamilan. November 2018 menjelaskan aborsi
Kehamilan yang tidak diinginkan bisa menyumbang 8% kematian ibu dan
terjadi sebagai akibat perilaku seksual diperkirakan 25 juta aborsi terjadi di
yang disengaja maupun tidak disengaja negara berkembang setiap tahunnya.
yang dapat dialami oleh pasangan yang Sedangkan di Indonesia, berdasarkan
sudah menikah maupun belum laporan penelitian Kompas tahun 2010
menikah.Kehamilan yang tidak menyebutkan bahwa aborsi mencapai
diinginkan sering berakibat buruk bagi 2,3 juta kasus setiap tahunnya. Data
perempuan, anak maupun keluarga. tersebut belum termasuk kasus aborsi
Bagi perempuan, hamil yang tidak yang dilakukan di jalur non-medis
diinginkan merupakan beban berat baik (dukun) (Saptarini & Suparmi, 2016).
secara fisik maupun psikologis. Beban Dari penelitian WHO tahun 2008 di
fisik bagi perempuan sering terjadi perkirakan 20–60 persen aborsi di
karena kehamilan yang tidak diinginkan Indonesia adalah aborsi disengaja
pada umumnya terjadi pada perempuan (induced abortion). Penelitian di 10
yang sudah memiliki anak banyak atau kota besar dan enam kabupaten di
baru saja melahirkan anak. Apabila Indonesia memperkirakan sekitar 2 juta
kehamilan yang tidak diinginkan terjadi kasus aborsi, 50 persennya terjadi di
pada remaja sering menyebabkan perkotaan. Kasus aborsi di perkotaan
kematian ibu dan anaknya karena dilakukan secara diam-diam oleh tanaga
sistem reproduksi remaja yang masih kesehatan (70%), sedang kan di
sangat rentan (Singh, Sedgh, & pedesaan dilakukan oleh dukun (84%).
Hussain, 2010). Pada keluarga miskin Klien aborsi terbanyak berada pada
kehamilan yang tidak diinginkan sering kisaran usia 20–29 tahun. Hal itu
berujung pada tindakan kekerasan fisik seiring dengan temuan WHO bahwa
maupun psikologis terhadap perempuan 15–50% kematian ibu disebabkan oleh
oleh pasangan dan keluarganya. Hal ini pengguguran kandungan yang tidak
terjadi karena kehamilan menjadi aman (Pranata & Sadewo, 2012).
tambahan beban ekonomi bagi
pasangan dan keluarga. Beban Pada umumnya bayi yang dilahirkan
psikologis bagi perempuan terjadi dari pasangan yang tidak ingin hamil
karena ia malu dan berusaha juga mengalami masalah gizi dan
menyembunyikan kehamilannya dari mental karena kurangnya perhatian
orang lain. Apabila ini terjadi pada pasangan dan keluarga semasa hamil
remaja sering berujung depresi karena maupun paska hamil. Anak-anak yang
sangsi sosial baik dari keluarga maupun dilahirkan dari kasus hamil yang tidak
masyarakat. Tidak sedikit diantaranya diinginkan ketika dewasa akan tumbuh
berujung pada pengguguran atau aborsi. tumbuh menjadi generasi-generasi yang
lemah baik secara fisik maupun
Kehamilan yang tidak diinginkan juga kejiwaannya karena mereka tidak
berakibat buruk bagi bayi yang mendapat kasih sayang dan
2
perlindungan oleh orangtuanya, sampai dengan tahun 2018 capaian
keluarga maupun masyarakatnya sejak yang ditargetkan yakni 6,72 persen
ia dalam kandungan dan lahir. Mereka- belum tercapai. Pada tahun 2017
mereka inilah yang sering disebut tercatat bahwa persentase kehamilan
sebagai generasi yang hilang (lost yang tidak diinginkan dari pasangan
generation) yang tentunya tidak hanya usia subur (15-49 tahun) masih sebesar
mengancam kehidupan keluarga tetapi 7 persen. Sedangkan WHO pada tahun
juga kehidupan bermasyarakat, 2018 melaporkan bahwa angka KTD di
berbangsa dan bernegara. Indonesia dalam rentang waktu 2010-
2015 mencapai lebih dari 32 ribu
Oleh karena itulah masalah kehamilan perempuan. Jumlah ini menjadi salah
yang tidak diinginkan ini tidak hanya satu yang paling tinggi di kawasan
menjadi masalah pribadi tetapi menjadi ASEAN (Saptarini & Suparmi, 2016).
masalah publik yang menjadi
tanggungjawab masyarakat dan Penelitian tentang prevalensi KTD dan
pemerintah untuk memecahkannya. penyebabnya telah banyak dilakukan
Apabila masalah ini tidak dipecahkan baik di negara maju maupun di negara
secara baik akan menyebabkan dampak berkembang. Hasil penelitian tersebut
serius dan merugikan di bidang memberikan informasi penting tentang
kesehatan, sosial dan ekonomi. Di berbagai faktor penyebab KTD.
bidang layanan kesehatan, ibu yang Penelitian yang dilakukan oleh Finer
kehamilannya tidak diinginkan and Zolna (2011) berjudul “Unintended
memiliki kecenderungan tidak pregnancy in the United States:
memeriksakan kehamilannya pada Incidence and disparities”
tenaga kesehatan yang kompeten, menunjukkan usia muda, pendidikan
imunisasi yang tidak cukup serta rendah, kemiskinan dan pengalaman
menyusui yang tidak diperhatikan. Di buruk penggunaan alat kontrasepsi pada
bidang sosial tingginya angka KTD wanita merupakan penyebab terbesar
berhubungan dengan buruknya tingginya angka KTD di Amerika
kesehatan ibu dan anak-anak mereka. Serikat. Penelitian lainnya dilakukan
Jika dihubungkan dengan target oleh Finer (2010) berjudul “Uintended
Sustainable Development Goals maka pregnancy among US adolescents:
tingginya KTD akan menghambat accounting for sexual activity” yang
pencapaian target SDGs ke 1,4 dan 5 meneliti secara khusus penyebab KTD
yaitu menghilangkan kemiskinan, pada perempuan umur 15-19 tahun
mewujudkan kesehatan dan tentu saja menunjukkan tren menurunnya angka
kesetaraan jender. KTD pada perempuan usia 15-19 tahun
di Amerika Serikat sejak tahun 1990.
BKKBN sebagai lembaga pemerintah Penelitian ini menunjukkan bahwa
yang diberikan amanah dalam meningkatnya pendidikan perempuan
melaksanakan program program dan kesadaran penggunaan kontrasepsi
pemerintah terkait dengan ketika melakukan hubungan seksual
pembangunan keluarga memiliki peran merupakan faktor keberhasilan
strategis dalam rangka menyelesaikan menurunnya angka KTD di Amerika
masalah tersebut. Sebagaimana Serikat pada remaja.
dicantumkan dalam Rencana Strategis
BKKBN 2018 dimana mengurangi Penelitian yang serupa juga dilakukan
angka kehamilan yang tidak diinginkan di negara-negara berkembang. Habib et
menjadi salahsatu sasaran dan capaian al. (2017) dalam penelitiannya berjudul
indikator kinerja dan kontrak kerja “Prevalence and determinants of
(KKP) BKKBN. Namun sayangnya unintended pregnancies amongst
3
women in Pakistan” menemukan dan faktor penyebab KTD Indonesia
beberapa faktor penyebab tingginya sehingga nantinya dapat digunakan
angka KTD antara lain rendahnya sebagai landasan pengambilan
pendidikan, kemiskinan, budaya dan kebijakan dan penyusunan program
kesadaran penggunaan alat kontrasepsi. terkait dengan upaya memecahkan
World Health Organization (2017) masalah kehamilan yang tidak
dalam laporan penelitiannya berjudul diinginkan di Indonesia khususnya pada
“Family planning evidence brief: WUS 15-49 tahun.
reducing early and unintended
pregnancies among adolescents” di
negara-negara berkembang melaporkan
pentingnya faktor pendidikan dan HIPOTESIS PENELITIAN
kesadaran menggunakan alat
kontrasepsi sebagai faktor utama untuk Gipson, Koenig, and Hindin (2008)
mencegah kehamilan yang tidak dalam papernya berjudul “The effects of
diinginkan. Penelitian lain dilakukan unintended pregnancy on infant, child,
oleh Bearak, Popinchalk, Alkema, and and parental Health” menjelaskan
Sedgh (2018) berjudul “Global, faktor faktor yang berhubungan dengan
regional and sub regional trends in KTD yang dibagi menjadi faktor
unintended pregnancy and its outcomes anteseden dan faktor antara.
from 1990 to 2014” menemukan bahwa Faktor anteseden atau faktor-faktor
tren menurunnya angka KTD baik di yang melatarbelakangi KTD meliputi
negara maju maupun berkembang. Di faktor-faktor terkait dengan
Negara maju disebabkan oleh turunnya karakteristik intra personal, inter
angka aborsi sedangkan di negara personal, institusional dan layanan.
berkembang disebabkan oleh turunnya Faktor-faktor intra personal atau faktor
angka kelahiran. Penelitian ini yang ada didalam diri wanita itu sendiri
menyarankan perlunya layanan meliputi umur, status menikah,
kesehatan reproduksi yang baik dalam pendidikan, status ekonomi, riwayat
rangka memecahkan masalah KTD. kehamilan dan pandangan wanita
terhadap kehamilannya.
Penelitian mengenai prevalensi dan
penyebab KTD di Indonesia masih Selanjutnya faktor inter personal atau
sangat sedikit. Saptarini dan Setyonaluri faktor yang berasal dari pasangan dan
(2018) dalam penelitiannya berjudul keluarganya meliputi dukungan
“Pregnancy intention and utilization of pasangan, status hubungan dengan
maternal and child health care services pasangan dan latarbelakang keluarga.
in Indonesia” melaporkan ketimpangan Faktor kelembagaan atau institusi
akses layanan keluarga berencana antara tempat tinggal, otonomi
menjadi faktor penyebab KTD. Sejalan perempuan dan dukungan keluarga dan
dengan penelitian tersebut penelitian ini nilai yang diyakini dalam institusi
ditujukan untuk mengetahui prevalensi keluarga. Sedangkan faktor terakhir
dan berbagai penyebab KTD di berasal dari layanan khususnya terkait
Indonesia dengan menggunakan data dengan ketersediaan informasi,
Survei Demografi dan Kesehatan konseling dan layanan serta akses
Indonesia terbaru tahun 2017. Hasil perempuan terhadap informasi,
penelitian ini diharapkan mampu konseling dan layanan. Faktor antara
memberikan gambaran informasi terkini atau faktor-faktor yang menjembatani
kepada pemerintah tentang prevalensi faktor anteseden mempengaruhi KTD
antara lain keberhasilan atau kegagalan

4
Faktor anteseden selanjutnya yang
berhubungan dengan prevalensi KTD
Gipson et al. (2008) menjelaskan faktor adalah dukungan dari pasangan dan
anteseden pertama KTD adalah faktor keluarga dekat. Kehamilan tidak
intra personal atau faktor faktor yang dikehendaki dapat dibedakan menjadi
terkait dengan diri wanita meliputi umur, kehamilan tidak berada dalam waktu yang
status menikah, pendidikan, status tepat (mistimed pregnancy) dan kehamilan
ekonomi, riwayat kehamilan dan yang tidak diinginkan (unwanted
pandangannya terhadap kehamilan. pregnancy). Yang membedakan kedua
Penelitian terdahulu menemukan kehamilan itu adalah alasannya.
hubungan yang konsisten dari faktor- Kehamilan jenis pertama adalah bukan
faktor tersebut baik terhadap persoalan tidak menghendaki kehamilan,
keberhasilan/kegagalan pemakaian tetapi waktunya yang tepat. Ada
kontrasepsi dan praktek seksual kebutuhan ruang dan waktu yang
sehat/tidak sehat maupun terhadap diperlukan untuk si ibu hamil dan
prevalensi KTD. Habib dkk (2017) melahirkan. Sementara itu, kehamilan
menjelaskan bahwa KTD umumnya tidak diinginkan sebenarnya lebih pada
terjadi pada wanita yang berpendidikan persoalan keberadaan kehamilan itu. Bila
rendah yang belum mengetahui tidak ada hambatan pasangan, keluarga
bagaimana cara melakukan hubungan maupun sosial-kultural (dan agama), maka
seksual secara aman misalnya belum tahu bisa saja seorang ibu akan memilih
cara menggunakan alatkontrasepsi untuk menghentikan kehamilan. Peran pasangan
mencegah kehamilan. KTD juga sering dan keluarga dekat sangat penting untuk
terjadi pada wanita usia muda yang mencegah KTD karena pasangan adalah
memiliki status belum menikah atau orang yang paling berperan akan
remaja yang mengalami kehamilan diluar terjadinya KTD melalui hubungan
pernikahan yang disebabkan oleh seksual. Pada umumnya KTD terjadi pada
hubungan seksual yang bebas. Penelitian remaja yang belum memiliki status
terdahulu yang dilakukan oleh Finer dan pernikahan resmi atau hamil diluar
Zolna (2011) juga menemukan adanya menikah. Fenomena KTD juga sering
hubungan yang positif antara wanita yang ditemui pada keluarga keluarga yang
pernah mengalami masalah kehamilan mengalami masalah atau tidak harmonis
seperti keguguran (miscarriage) dan yang umumnya terjadi pada keluarga
pengguguran (abortion) terhadap KTD. miskin. Oleh karena itu hipotesis pertama
Kehamilan yang tidak diinginkan acapkali dalam penelitian ini sebagai berikut:
ber kaitan erat dengan praktik
pengguguran kandungan yang tidak aman Hipotesis 1: Prevalensi KTD
(unsafe abortion). Wanita yang tidak semakin tinggi ditemukan pada
menginginkan kehamilan tentu akan pasangan yang tidak memberikan
berusaha untuk meng gugurkan dukungan, status hubungan dengan
kandungannya. Berdasarkan argumen dan pasangan tidak resmi, dan
hasil penelitian sebelumnya tersebut maka latarbelakang keluarga yang kurang
hipotesis pertama pada penelitian ini mampu.
sebagai berikut:
Penelitian terdahulu juga menemukan
Hipotesis 1: Prevalensi KTD bahwa peran institusi sangat menentukan
semakin tinggi ditemukan pada tinggi rendahnya prevalensi KTD. WHO
wanita muda, status belum menikah, (2017) misalnya menjelaskan bahwa
berpendidikan rendah, dan pernah KTD cenderung terjadi pada masyarakat
mengalami masalah terkait dengan dimana ketimpangan jender sangat lebar.
kehamilannya. Pada masyarakat yang ketimpangan
5
jender, wanita tidak memiliki otonomi Tidak adanya informasi dan akses buruk
dalam pengambilan keputusan baik layanan keluarga berencana akan
dalam keluarga maupun masyarakatnya. menyebabkan rendahnya pemakaian alat
Wanita sering menjadi obyek eksploitasi kontrasepsi yang tentu saja akan
termasuk ekploitasi seksual. Selanjutnya, memperbesar risiko terjadinya KTD.
Saptarini dan Setyonaluri (2018) Khususnya pada wanita usia muda
menjelaskan kondisi ini sering terjadi kehamilan yang tidak dikehendaki terjadi
pada masyarakat yang masih memiliki karena sebagian besar dari mereka tidak
budaya patriarkhi yang kuat. Pada memakai alat kontrasepsi ketika
masyarakat patriarkhis pada umumnya melakukan hubungan seksual dengan
angka KTD lebih tinggi dibandingkan pasangannya. Berdasarkan argumen dan
dengan masyarakat lainnya. WHO hasil penelitian sebelumnya tersebut
(2017) juga menunjukkan tingginya maka hipotesis keempat pada penelitian
KTD pada masyarakat yang permisif ini sebagai berikut:
terhadap perilaku seks bebas. Dalam
masyarakat seperti ini risiko KTD tinggi Hipotesis 4: Prevalensi KTD
karena tidak adanya nilai-nilai dalam semakin tinggi ditemukan pada
masyarakat yang melarang dan atau perempuan yang tidak memperoleh
mengharamkan hubungan seksual bebas. informasi dan layanan KB.
Modernisasi dan urbanisasi di wilayah
perkotaan sering kali melunturkan nilai- Penelitian sebelumnya menunjukkan
nilai agama dan masyarakat yang bahwa tingginya angka KTD terjadi pada
melarang hubungan seksual diluar nikah wanita yang pernah mengalami efek
atau hubungan seksual bebas. negatif penggunaan alat kontrasepsi dan
Masyarakat perkotaan yang permisif mempraktekkan hubungan seksual yang
terhadap pergaulan remaja bisa menjadi tidak aman. Wanita yang pernah
faktor terjadinya KTD. Oleh karena itu mengalami efek negatif menggunakan
hipotesis ketiga dalam penelitian ini alat kontrasepsi sebagian besar akan
adalah: meninggalkannya (unmet need KB) atau
berganti ke cara yang lain yang kurang
Hipotesis 2: Prevalensi KTD semakin aman untuk mencegah kehamilan. Ketika
tinggi ditemukan di daerah perkotaan, wanita sudah tidak lagi menggunakan
pada wanita yang tidak memiliki alat kontrasepsi maka risiko KTD akan
otonomi dalam pengambilan tinggi. Demikian juga ini terjadi pada
keputusan keluarga, dan pada praktek hubungan seksual tidak aman
masyarakat yang permisif terhadap dimana pasangan tidak memakai alat
perilaku seksual bebas. kontrasepsi ketika melakukannya.
Berdasarkan argumen tersebut maka
Faktor pelayanan terkait keluarga hipotesis pertama pada penelitian ini
berencana juga merupakan faktor penting adalah sebagai berikut:
yang mempengaruhi KTD. Habib dkk
(2017) dalam penelitiannya menemukan Hipotesis 5: Prevalensi KTD semakin
rendahnya kesadaran penggunaan alat tinggi ditemukan pada wanita yang
kontrasepsi terkait dengan tingginya pernah mengalami efek negatif atau
prevalensi KTD di Pakistan. Rendahnya gagal menggunakan alat kontrasepsi
kesadaran perempuan dalam penggunaan dan pada wanita yang melakukan
alat kontrasepsi seringkali disebabkan praktek seksual tidak aman.
oleh kurangnya keterpaparan informasi
tentang keluarga berencana pada Penelitian ini menguji keempat hipotesis
perempuan dan buruknya akses mereka tersebut dengan menggunakan data
terhadap layanan keluarga berencana. SDKI 2017. Bab selanjutnya
6
menjelaskan metode penelitian yang meliputi variabel-variabel terkait faktor
digunakan dalam penelitian ini yang intra personal, inter personal,
didalamnya menjelaskan tentang data institusional, layanan, dan faktor antara.
tersebut. Faktor intra personal meliputi umur
METODE PENELITIAN wanita, status menikah (Kode 1 =
Menikah, 0 = Belum/Tidak menikah),
Data pendidikan (Kategori 1 = Rendah, SD
Penelitian ini menggunakan data SDKI kebawah, Kategori 2 = Menengah, SMP,
2017. Survei Demografi dan Kesehatan dan Kategori 3 = Tinggi, SMA dan lebih
Indonesia (SDKI) 2017 dilaksanakan tinggi), status ekonomi (Kategori 1 =
bersama oleh Badan Pusat Statistik Kuintil kekayaan 1, Kategori 2 = Kuintil
(BPS), Badan Kependudukan dan kekayaan kekayaan 2, Kategori 3 =
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Kuintil kekayaan 3, Kategori 4 = Kuintil
dan Kementerian Kesehatan kekayaan 4, Kategori 5 = Kuintil
(Kemenkes). Pengumpulan data kekayaan 5), riwayat kehamilan
berlangsung dari tanggal 24 Juli hingga (Kategori 1 = Pernah mengalami
30 September 2017. Tujuan penelitian ini keguguran, 0 = Tidak pernah mengalami
adalah ingin mengetahui prevalensi KTD keguguran), dan pandangan terhadap
pada wanita usia 15-49 tahun. Penelitian kehamilan (Kategori 1 = Tidak
ini menggunakan sampel WUS 15-49 memeriksakan kehamilan, Kategori 0 =
tahun SDKI 2017 yang berjumlah 14.908 Memeriksakan kehamilan). Faktor inter
wanita hamil setelah dilakukan personal meliputi dukungan pasangan
pembobotan. Dari rumah tangga terpilih (Kategori 1 = Tidak mendukung
sampel pria kawin, terdapat 10.440 pria memakai alat kontrasepsi, Kategori 0 =
yang memenuhi syarat untuk Mendukung memakai alat kontrasepsi),
diwawancarai, dan yang berhasil status hubungan dengan pasangan
diwawancarai ada 10.009 pria, (Kategori 1 = Status tidak resmi
menghasilkan tingkat respon sebesar menikah, Kategori 0 = Status hubungan
95,9 persen (BKKBN, 2018). resmi menikah), latar belakang keluarga
(Kategori 1 = Keluarga miskin, Kategori
Variabel penelitian 0 = Keluarga tidak miskin).

Variabel dependen dalam penelitian ini Faktor institusional meliputi tempat


adalah kehamilan yang tidak tinggal (Kategori 1 = Pedesaan, Kategori
dikehendaki (KTD) tahun 2017. Pada 0 = Perkotaan), otonomi perempuan
SDKI 2017 definisi kehamilan tidak (Kategori 1 = perempuan tidak memiliki
diinginkan adalah kehamilan yang otonomi dalam pengambilan keputusan,
dialami oleh seorang perempuan yang Kategori 0 = perempuan memiliki
sebenarnya belum menginginkan atau otonomi dalam pengambilan keputusan),
sudah tidak menginginkan hamil. dukungan keluarga dan nilai (Kategori 1
Kehamilan yang tidak diinginkan = Wanita tidak memperoleh dukungan
merupakan kondisi dimana pasangan keluarga, Kategori 0 = Wanita
tidak menghendaki adanya proses memperoleh dukungan keluarga),
kelahiran akibat dari kehamilan. dukungan masyarakat (Kategori 1 =
Kehamilan yang tidak diinginkan bisa Wanita tidak memperoleh dukungan
terjadi sebagai akibat perilaku seksual masyarakat, Kategori 0 = Wanita
yang disengaja maupun tidak disengaja memperoleh dukungan masyarakat).
yangdapat dialami oleh pasangan yang Faktor layanan meliputi ketersediaan
sudah menikah maupun belum menikah. informasi, konseling dan layanan
(Kategori
Variabel independen dalam penelitian ini 1 = Wanita tidak memperoleh informasi,

7
konseling dan layanan, Kategori 0 = sebagian dari mereka mengatakan
Wanita memperoleh informasi, memperoleh informasi tentang KB dan
konseling dan layanan). Faktor antara konseling. Dua puluh tujuh persen dari
meliputi pengalaman menggunakan alat mereka melaporakan pernah mengalami
kontrasepsi (Kategori 1 = Pernah efek samping penggunaan kontrasepsi.
mengalami efek negatif memakai alat Akses layanan informasi tentang KB dan
kontrasepsi, Kategori 0 = Belum pernah konseling serta layanan ber-KB juga
mengalami efek negatif memakai alat cukup baik. Sebagian dari responden
kontrasepsi), praktek seksual (Kategori 1 melaporkan bahwa mereka memperoleh
= Memiliki pasangan lebih dari satu). informasi dan konseling KB oleh
petugas terkait. Namun demikian 76%
Teknis analisis data diantara mereka melaporkan pernah
Analisis data dilakukan dalam dua mengalami efek samping ber-KB. Tidak
tahapan. Pertama, analisis data deskriptif ada responden yang melaporkan
dilakukan untuk menghitung prevalensi memiliki hubungan seksual dengan lebih
dan sebaran atau distribusi prevalensi dari satu pasangan.
KTD menurut faktor anteseden dan
faktor antara. Dari hasil analisis ini
Tabel 1. Deskripsi sampel penelitian
diketahui bagaimana penyebaran atau
distribusi KTD menurut faktor intra
Variabel % atau
personal, faktor inter personal,
institusional dan layanan serta faktor rata-rata
antara. Kedua, analisis regresi logistik Kehamilan yang tidak 7%
diinginkan
dengan robust standard errors
Intrapersonal
digunakan untuk estimasi faktor-faktor
yang berhubungan dengan KTD. Odds Umur 31
ratio ditampilkan untuk mengetahui Lajang 0%
koefisien probabilitas masing-masing Menikah 96%
faktor terhadap terjadinya KTD. Estimasi Cerai 3%
dilakukan dengan bantuan software Pendidikan rendah 44%
STATA versi 14.2. Pendidikan menengah 49%
Pendidikan tinggi 35%
Kuintil kelima 40%
HASIL PENELITIAN
Kuintil keempat 40%
Tabel 1 menjelaskan sampel penelitian Kuintil ketiga 41%
yang digunakan dalam analisis ini. KTD Kuintil kedua 40%
pada WUS usia 15-49 tahun adalah 7%. Kuintil pertama 39%
Rata-rata usia responden adalah 31 Riwayat kehamilan 35%
tahun, sebagian besar menikah (93%) Pandangan terhadap 46%
berpendidikan rendah dan menengah kehamilan
(40% dan 49%) dan miskin (40%), Interpersonal
pernah mengalami keguguran (39%) dan Dukungan pasangan 40%
memeriksakan kehamilannya ke tenaga
Status hubungan dengan 8%
kesehatan (46%). Delapan persen
pasangan
diantara mereka menjawab memiliki
Latarbelakang keluarga 49%
hubungan tidak resmi dengan pasangan
kurang mampu
dan 49% berlatarbelakang keluarga
Institusional
kurang mampu. Sebagian besar tinggal
di desa (50%) dan mengatakan memiliki Tinggal di desa 50%
otonomi dan memperoleh dukungan Punya otonomi 48%
keluarga dan masyarakat. Hampir Dukungan keluarga 49%
8
Dukungan masyarakat 49% belum menikah, berpendidikan rendah,
Layanan dan pernah mengalami masalah terkait
Akses terhadap informasi 49% dengan kehamilannya. Tabel 2
Konseling dan layanan 48% menjelaskan hubungan antara umur,
Faktor antara status menikah, pendidikan dan
pengalaman keguguran terhadap KTD di
Efek samping alat 27%
Indonesia. Wanita yang berpendidikan
kontrasepsi
rendah justru memiliki prevalensi KTD
Praktek Sex tidak sehat 0
yang lebih rendah. Semakin dewasa
Sumber: SDKI 2017 wanita semakin rendah prevalensinya
untuk terjadi KTD.
Hipotesis 1

Hipotesis pertama penelitian ini adalah


prevalensi KTD semakin tinggi
ditemukan pada wanita muda, status

95%CI
KTD Odds Ratio SE p-value Lower Upper
Umur 0,952 0,007 0,000 0,940 0,965
Menikah 2,424 0,798 0,007 1,271 4,622
Pendidikan rendah 0,730 0,090 0,011 0,573 0,931
Pernah keguguran 1,043 0,147 0,763 0,792 1,374
Konstanta 0,076 0,026 0,000 0,039 0,148
Tabel 2. Hubungan antara umur, status menikah, pendidikan, keguguran terhadap KTD di
Indonesia WUS 15-49 tahun
Hipotesis 1 hubungan dan latarbelakang terhadap
KTD pada WUS 15-49 tahun. Mereka
Hipotesis pertama dari penelitian ini yang status hubungannya tidak resmi 12
adalah prevalensi KTD semakin tinggi kali lipat peluangnya untuk terjadi
ditemukan pada pasangan yang tidak KTD. WUS yang memeriksakan
memberikan dukungan, status kehamilannya ke tenaga kesehatan juga
hubungan dengan pasangan tidak resmi, memiliki prevalensi KTD lebih besar
dan latarbelakang keluarga yang kurang dibandingkan dengan yang tidak
mampu. Tabel 3 menunjukkan memeriksakan kehamilannya.
hubungan dukungan pasangan, status

95% CI
KTD Odds Ratio SE P-value Lower Upper
Umur
Menikah 7.585 6.958 0.027 1.256 45.792
Pendidikan rendah 0.783 0.106 0.070 0.601 1.020
Pernah keguguran 1.016 0.144 0.910 0.770 1.341
Periksa kehamilan 1.330 0.141 0.007 1.081 1.636
Pasangan mendukung 1.014 0.123 0.909 0.799 1.286
Status hubungan tidak
resmi 12.134 11.706 0.010 1.832 80.385
Miskin 1.034 0.110 0.751 0.840 1.274
Konstanta 0.022 0.020 0.000 0.004 0.125
Tabel 3. Hubungan dukungan pasangan, status hubungan dan latarbelakang ekonomi

9
terhadap KTD pada WUS 15-49 tahun di Indonesia

Hipotesis 2 dengan hipotesis penelitian ini bahwa


WUS yang tinggal di kota memiliki
Hipotesis 2 penelitian ini adalah prevalensi lebih besar untuk mengalami
prevalensi KTD semakin tinggi KTD dibandingkan yang tinggal di desa
ditemukan di daerah perkotaan, pada (Tabel 4).
wanita yang tidak memiliki otonomi
dalam pengambilan keputusan keluarga,
dan pada masyarakat yang permisif
terhadap perilaku seksual bebas. Sesuai

95% CI
Odds Ratio SE P-value Lower Upper
Umur 0.951 0.007 0.000 0.938 0.964
Menikah 7.869 7.196 0.024 1.311 47.237
Pendidikan rendah 0.797 0.107 0.092 0.612 1.038
Pernah keguguran 1.010 0.143 0.942 0.766 1.333
Memeriksakan kehamilan ke tenaga
kesehatan 1.327 0.143 0.009 1.074 1.639
Pasangan mendukung 0.998 0.122 0.985 0.785 1.269
Status hubungan tidak resmi 12.935 12.445 0.008 1.963 85.251
Miskin 1.115 0.127 0.341 0.891 1.394
Tinggal di desa 0.793 0.084 0.029 0.644 0.977
Memiliki otonomi 0.866 0.089 0.162 0.708 1.060
Keluarga mendukung 1.049 0.110 0.650 0.854 1.288
Masyarakat mendukung 1.072 0.114 0.513 0.871 1.319
Konstanta 0.023 0.021 0.000 0.004 0.132
Tabel 4. Hubungan antara tempat tinggal, otonomi WUS, dukungan keluarga dan masyarakat
terhadap prevalensi KTD WUS 15-49 tahun di Indonesia

Hipotesis 3
Sebagaimana dijelaskan pada tabel 5
Hipotesis ketiga dari penelitian ini bahwa KTD ditemukan pada WUS
yang tidak memperoleh konseling,
adalah prevalensi KTD semakin tinggi WUS yang memperoleh konseling
ditemukan pada perempuan yang tidak hampir tiga kali lipat lebih besar untuk
memperoleh informasi dan layanan KB. mengalami KTD.

95%CI
KTD Odds Ratio SE p-value Lower Upper
Umur 0.952 0.007 0.000 0.940 0.965
Menikah 7.126 6.521 0.032 1.185 42.832
Pendidikan rendah 0.802 0.109 0.105 0.614 1.047
Pernah keguguran 1.001 0.143 0.996 0.757 1.324
Memeriksakan kehamilan ke
tenaga kesehatan 1.273 0.138 0.026 1.029 1.574
10
Pasangan mendukung 0.963 0.119 0.760 0.756 1.227
Status hubungan tidak resmi 11.685 11.244 0.011 1.773 77.035
Miskin 1.120 0.128 0.318 0.896 1.401
Tinggal di desa 0.789 0.085 0.027 0.640 0.974
Memiliki otonomi 0.866 0.090 0.165 0.707 1.061
Keluarga mendukung 1.032 0.114 0.777 0.831 1.282
Masyarakat mendukung 0.982 0.105 0.866 0.796 1.211
Ketersediaan informasi 0.876 0.095 0.223 0.707 1.084
Memperoleh konseling 2.690 0.359 0.000 2.070 3.495
Konstanta 0.014 0.012 0.000 0.002 0.080

Tabel 5. Hubungan antara layanan dan prevalensi KTD pada WUS 15-49 tahun di Indonesia

Hipotesis 4 hubungan antara pengalaman efek


95% CI
KTD Odds Ratio SE P-value Lower Upper
Umur 0.956 0.007 0.000 0.943 0.969
Menikah 8.789 8.126 0.019 1.435 53.821
Pendidikan rendah 0.822 0.113 0.154 0.628 1.076
Pernah keguguran 1.008 0.144 0.953 0.762 1.335
Memeriksakan
kehamilan ke tenaga
kesehatan 1.216 0.132 0.073 0.982 1.505
Pasangan mendukung 0.980 0.122 0.872 0.768 1.251
Status hubungan tidak
resmi 12.273 11.852 0.009 1.849 81.456
Miskin 1.116 0.129 0.344 0.889 1.401
Tinggal di desa 0.799 0.087 0.039 0.645 0.989
Memiliki otonomi 0.859 0.089 0.143 0.700 1.053
Keluarga mendukung 1.024 0.114 0.834 0.823 1.273
Masyarakat mendukung 1.034 0.112 0.760 0.836 1.279
Ketersediaan informasi 0.881 0.096 0.246 0.711 1.091
Memperoleh konseling 2.661 11 0.357 0.000 2.045 3.462
Efek samping 1.460 0.062 0.000 0.353 0.599
Pasangan bergantian
Konstanta 0.020 0.017 0.000 0.004 0.112
Tabel 6. Hubungan antara pengalaman efek samping KB dan prevalensi KTD WUS 15-
49 tahun di Indonesia

PEMBAHASAN Indonesia. Hubungan yang nol atau


tidak signifikan ini mungkin disebabkan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa oleh berbagai hal. Pertama memang
prevalensi KTD pada WUS usia 15-49 secara substansi tidak ada
tahun adalah 7%. Hasil analisis logit hubungannya. Misalnya umur,
regression pada WUS 15-49 tahun pendidikan dan status ekonomi WUS
menunjukkan hubungan yang kuat dimana menunjukkan tidak adanya
antara status menikah, pengalaman cukup variasi diantara mereka.
keguguran dan status hubungan dengan Demikian juga dengan tempat tinggal
pasangan serta WUS yang memperoleh karena mungkin saja fenomena
konseling terhadap KTD. Sesuai dengan pernikahan dini di Indonesia tidak ada
hipotesis penelitian ini menemukan bedanya antara kotadan desa. Kedua
bahwa prevalensi KTD ditemukan pada hubungan null tersebut mungkin juga
wanita yang pernah mengalami disebabkan oleh data SDKI 2017 yang
keguguran. Ada berbagai alasan WUS tidak merepresentasikan jumlah
mengalami keguguran yang umumnya populasi WUS di Indonesia (BKKBN,
ditemui dalam masyarakat seperti 2018). Oleh karena itu penelitian
alasan kesehatan atau kehamilan yang selanjutnya disarankan untuk
memang tidak diinginkan. Pada menggunakan data yang lebih
perempuan muda hal ini mungkin menggambarkan populasi WUS 15-19
menjelaskan fenomena kelahiran yang Indonesia.
tidak diinginkan (Gipson dkk, 2008). KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini juga menemukan bahwa Prevalensi KTD WUS usia 15-49 tahun
KTD justru terjadi pada WUS yang 2017 adalah 7%. KTD ditemukan pada
memperoleh konseling tentang KB. Hal WUS yang menikah, pernah mengalami
ini mungkin terjadi karena WUS yang keguguran, status hubungan dengan
mengalami KTD menjadi sering pasangan tidak resmi serta WUS yang
menjadi sasaran program memperoleh konseling. Selain faktor
pendampingan dari petugas KB dan tersebut, umur, tempat tinggal dan efek
kesehatan. samping pemakaian kontrasepsi
berpengaruh terhadap KTD. Hasil
Sedangkan pada WUS 15-49 tahun penelitian ini menyarankan perlunya
selain faktor-faktor diatas, penelitian ini dilakukan upaya untuk menurunkan
menemukan bahwa umur perempuan, angka KTD melalui berbagai strategi
tempat tinggal perkotaan dan terkait dengan pencegahan pernikahan
pengalaman efek samping pemakaian dini, penanaman nilai-nilai moralitas
alat kontrasepsi. Sesuai dengan dan agama kepada generasi muda serta
hipotesis prevalensi KTD pada WUS layanan kesehatan terhadap ibu muda
yang tinggal di perkotaan lebih besar hamil yang lebih baik.
dibandingkan WUS yang tinggal di
pedesaan. WUS yang mengalami efek
samping pemakaian alat kontrasepsi
juga memiliki peluang KTD lebih besar DAFTAR PUSTAKA
(Pranata & Sadewo, 2012).
Bearak, J., Popinchalk, A., Alkema, L.,
Faktor lainnya menunjukkan tidak ada & Sedgh, G. (2018). Global,
hubungannya dengan KTD di regional, and subregional trends
12
in unintended pregnancy and its Black, K.I. (2017). Prevalence
outcomes from 1990 to 2014: and determinants of unintended
estimates from a Bayesian pregnancies amongst women
hierarchical model. The Lancet attending antenatal clinics in
Global Health, 6(4), e380-e389. Pakistan. BMC pregnancy and
BKKBN. (2018). Survey Demografi dan childbirth, 17(1), 156.
Kesehatan Indonesia 2017: Meffen, K., Burkhardt, G., & Bartels,
BKKBN. S. (2018). Abortion care in
Finer, L. B. (2010). Unintended Haiti: A secondary analysis of
pregnancy among US demographic and health data.
adolescents: accounting for PloS one, 13(11), e0206967.
sexual activity. Journal of Pranata, S., & Sadewo, F. S. (2012).
Adolescent Health, 47(3), 312- Kejadian keguguran, kehamilan
314. tidak direncanakan dan
Finer, L. B., & Zolna, M. R. (2011). pengguguran di Indonesia.
Unintended pregnancy in the Buletin Penelitian Sistem
United States: incidence and Kesehatan, 15(2).
disparities, 2006. Saptarini, I., & Suparmi, S. (2016).
Contraception, 84(5), 478-485. Determinan kehamilan tidak
Finer, L. B., & Zolna, M. R. (2016). diinginkan di Indonesia (analisis
Declines in unintended data sekunder riskesdas 2013).
pregnancy in the United States, Indonesian Journal of
2008– 2011. New England Reproductive Health, 7(1), 15-
Journal of Medicine, 374(9), 24.
843-852. Singh, S., Sedgh, G., & Hussain, R.
Gipson, J. D., Koenig, M. A., & (2010). Unintended pregnancy:
Hindin, M. J. (2008). The worldwide levels, trends, and
effects of unintended pregnancy outcomes. Studies in family
on infant, child, and parental planning, 41(4), 241-250.
health: a review of the World Health Organization. (2017).
literature. Studies in family Family planning evidence brief:
planning, 39(1), 18-38. reducing early and unintended
Habib, M. A., Raynes-Greenow, C., pregnancies among adolescents.
Nausheen, S., Soofi, S. B., WHO: New York.
Sajid, M., Bhutta, Z. A., &

13

Anda mungkin juga menyukai