Dosen Pengampu:
Pof. Dr. Sri Endah Wahyuningsih,SH.,MH
Disusun oleh:
Alya Putri Salsabila
NIM 30302200047
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1
Banyaknya aliran-aliran hukum yang dikeluarkan oleh para ahli hukum membuat
hukum itu terlalu kompleks untuk mendapatkan sebuah definisi yang tepat. Immanuel Kant
mengatakan bahwa tidak ada seorang ahli hukum pun yang mampu membuat definisi tentang
hukum, karena hukum itu mempunyai ruang lingkup yang sangat luas serta dalam hukum
juga mempunyai segi atau sudut pandang yang berbeda-beda. Namun demikian kita yang
masih belajar tentang hukum sangat membutuhkan definisi yang tepat agar dapat menemukan
mengajarkan para calon ahli hukum apa yang disebut hukum, namun, kesukaran yang dialami
oleh mereka yang ingin mengetahui hukum terletak pada objeknya, kita ambil suatu benda
yang terlihat akan sangat mudah benda itu diberi definisi namun lain dengan hukum yang
merupakan ilmu yang tidak dapat dilihat. Suatu perumusan tentang hukum yang dapat
mencakup segala segi dari hukum yang luas itu memang tidak mungkin dibuat. Sebab, suatu
definisi tentunya memerlukan berbagai persyaratan seperti jumlah kata yang digunakan yang
Hukum sebagai ilmu berkembang secara kumulatif dan evolusi dimana perkembangan
ilmu hukum tidak dapat diprediksi secara matematis, namun harus dengan pendekatan
filosofis yang juga menyangkut akan keyakinan suatu individu/masyarakat terhadap hukum
tersebut. Dimulai dari paradigma hukum yang bersumber dari kodrat manusia sebagai
makhluk ciptaan-Nya (the nature of law), hukum sebagaimana yang ditafsirkan sebagai
kaidah resmi Negara (positivism/doctrinal), kajian hukum yang memakai metode penalaran
hukum yang menggabungkan ilmu hukum dengan anasir-anasir kekuasaan dan pranata
sosiologis masyarakat (socio legal/non-doctrinal) dan sampai kepada teori hukum yang lahir
pada periode post-modern dengan gerakan kritik ideologis dan semangat dekonstruksi hukum
yang membawa angin perubahan bagi pilar-pilar hukum di dunia (critical legal studies).
2
BAB II
PEMBAHASAN
Satjipto Rahardjo, mengemukakan berbagai aliran hukum yaitu teori Yunani dan
Romawi, aliran hukum alam, aliran positivisme, aliran utilitarianisme, teori hukum murni,
aliran hukum menurut Satjipto Rahardjo karena pada dasarnya beliau adalah penulis buku
hukum yang banyak dijadikan referensi oleh mahasiswa hukum dalam membuat karya tulis
ilmiah. Dengan demikian penulis tertarik untuk mengutip tanggapan beliau terkait pembagian
aliran hukum yang akan dibahas di bawah ini. Mari kita bahas lebih lanjut mengenai aliran-
Aliran ini berpendapat bahwa selain hukum positif yang merupakan buatan manusia,
masih ada hukum yang lain, yaitu hukum yang berasal dari Tuhan. Hukum yang berasal dari
Tuhan itulah yang dikenal sebagai Hukum Alam. Hukum positif yang berlaku di masyarakat
tidak boleh bertentangan dengan Hukum Alam, karena hukum yang berasal dari Tuhan
Hukum Alam bersifat universal dan abadi, sehingga Hukum Alam tersebut berlaku
sepanjang masa serta berlaku bagi semua bangsa. Berdasarkan sumbernya Aliran Hukum
Alam dibedakan menjadi dua macam, yaitu Aliran Hukum Alam Irasional dan Aliran Hukum
Alam Rasional. Aliran Hukum Alam Irasional memiliki pendapat bahwa hukum yang berlaku
universal dan abadi itu bersumber langsung dari Tuhan, sedangkan para penganut Airan
Hukum Alam Rasional berpendapat bahwa hukum yang universal dan abadi itu bersumber
2. Aliran Positivisme
3
Aliran Positivisme menganggap bahwa hukum dan moral merupakan dua hal yang
dipisahkan. Dalam aliran ini terdapat dua sub aliran yang terkenal, yaitu aliran hukum positif
analitis John Austin dan aliran hukum positif murni Hans Kelsen.
a. Aliran Hukum Positif Analitis John Austin, menurutnya ada beberapa unsur penting
penelitian ini berada di luar bidang hukum. Kaidah moral secara yuridis tidak penting
bertentangan, baik dengan ajaran hukum alam maupun dengan mazhab sejarah.
Masalah kedaulatan tidak perlu dipersoalkan. Aliran hukum positif pada umumnya
kurang atau tidak memberikan tempat bagi hukum yang hidup dalam masyarakat.
being). Tidak ada hubungan mutlak antara hukum moral dan lainnya. Analisis
konsepsi hukum dinilai dari studi historis dan sosiologis. Sistem hukum merupakan
sistem yang logis, tetap, dan bersifat tertutup yang di dalamnya terdapat putusan-
b. Aliran hukum positif murni Hans Kelsen, latar belakang ajarannya merupakan
pemerintah dalam negara totaliter. Dikatakan murni karena hukum harus bersih dari
anasir-anasir yang tidak yuridis, yaitu anasir etis, sosiologis, politis, dan sejarah.
3. Aliran Utilitarianisme
hukum. Adapun ukuran kemanfaatan hukum yaitu kebahagian yang sebesar-besarnya bagi
setiap orang. Penilaian baik-buruk, adil atau tidaknya hukum tergantung apakah hukum
mampu memberikan kebahagian kepada manusia atau tidak. Penganut aliran Utilitarianisme
penganut aliran Utilitarianisme adalah Jeremy Bentham (1748-1783), John Stuart Mill (1806-
memberikan kerusakan. Dengan demikian hukum memiliki tugas untuk menjaga dan
seseorang yang menyatakan bahwa tujuan kehidupan manusia adalah untuk mencari
kebahagiaan.
hukum Romawi dapat menjadi dasar hukum Jerman bukan karena hukum Romawi
dengan aturan hidup lain, sehingga hukum tersebut lebih bersifat universal daripada
nasional.
4. Pendekatan Sosiologis
Sosiologi Hukum merupakan cabang ilmu sosiologi yang mempelajari hukum sebagai
gejala sosial, yang mempelajari pengaruh masyarakat kepada hukum dan dan sejauh mana
gejala-gejala yang ada dalam masyarakat dapat mempengaruhi hukum di samping juga
diselidiki juga pengaruh sebaliknya, yaitu pengaruh hukum terhadap masyarakat. Cara
Hasil penelitian para sosiolog dan antropolog membuktikan bahwa pada masyarakat
kuno dan bagaimanapun primitifnya juga terdapat hukum. Hukum terdapat di mana saja
diseluruh dunia, selama ada manusia bermasyarakat.Hanya bentuk daripada hukum itu yang
1 Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, Acehnologi; Volume 1, Cetakan satu, (Banda Aceh: Bandar
Publishing, 2017), hlm. 273.
5
masyarakat pada masa kini, sadar atau tidak manusia selalu melakukan perbuatan hukum dan
hubungan hukum, baik hubungan manusia dengan manusia yang lain dan hubungan manusia
dengan benda disekelilingnya. Semua pergaulan dan hubungan tersebut berkat adanya peran
hukum atau sebaliknya hukum mempunyai peran yang penting atas manusia bermasyarakat.
5. Pendekatan Antropologis
Adapun istilah antropologi berasal dari Yunani yakni anthropos (manusia), ditambah
dengan logos yang berarti diskursus atau sains. Istilah ini pertama kali digunakan pada awal
abad ke-16 M, yaitu istilah latin anthropologium. Antropologi adalah ilmu tentang manusia
dan masyarakat di kawasan kecil atau masyarakat yang tidak begitu dikenal atau di kawasan
pendalaman dengan memfokuskan pada kebudayaan dan adat kebiasaan masyarakat tersebut.2
masyarakat urban atau perkotaan. Dalam proses pengenalan tersebut yang menjadi acuan
kebudayaan dan istilah ini digunakan di Amerika Serikat. Ada juga yang mendefinisikan
antropologi budaya sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari perbedaan, persamaan, dan
berbagai ciri khas kebudayaan bangsa, suku bangsa dan berbagai bentuk kelompok lain,
demikian juga makna pengaruh yang terjadi terhadap manusia dalam berbagai aspeknya.
pakai di Amerika dan Inggris untuk menyebut suatu bagian dari antropologi yang khusus
manusia. Koentjaraningrat menuturkan bahwa istilah etnografi dipakai umum di Eropa Barat
2 Nyoman Kutha Ratna, Antropologi Sastra: Peranan Unsur-Unsur Kebudayaan dalam Proses Kreatif,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm 66.
3 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm 10-12
6
masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa, serta segala metode untuk
6. Aliran Sejarah
Tokoh-tokoh aliran ini antara lain Friedrich Carl von Savigny (1778-1861) dan Puchta
(1789-1846). Sebagian dari pokok ajarannya ialah bahwa hukum itu tidak dibuat, tetapi pada
hakikatnya lahir dan tumbuh dari dan dengan rakyat, berkembang bersama dengan rakyat,
namun ia akan mati, manakala rakyat kehilangan kepribadiannya (das recht wird nicht
gemacht, es wachst mit dem volke vort, bilden sich aus mit diesem, und stirbt endlich ab
sowie das volk seinen eigentum lichkeit verliert). Intinya sumber hukum aliran sejarah adalah
hukum kebiasaan atau kebiasaan masyarakat suatu negara disebut dengan volkgeist jiwa
bangsa.
Von Savigny berkeinginan agar hukum Jerman berkembang menjadi hukum nasional.
Tantangan von Savigny terhadap kodifikasi Perancis telah menyebabkan hampir satu abad
lamanya Jerman tidak memiliki kodifikasi hukum perdata. Pengaruh pandangan von Savigny
juga terasa sampai jauh ke luar batas negeri Jerman. Puchta juga termasuk penganut aliran
sejarah dan sebagai murid von Savigny berpendapat bahwa hukum dapat berbentuk langsung
berupa adat-istiadat masyarakat setempat, melalui undang-undang, dan melalui ilmu hukum
dalam bentuk karya para ahli hukum. Namun ketika pembentukan hukum tersebut masih
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan yang dapat penulis berikan dalam aliran-aliran pemikiran hukum menurut
4 R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan ke-15, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015), hlm. 49.
7
a. Dalam aliran hukum alam berpendapat bahwa selain hukum positif yang merupakan
buatan manusia, masih ada hukum yang lain, yaitu hukum yang berasal dari Tuhan.
Hukum yang berasal dari Tuhan itulah yang dikenal sebagai Hukum Alam.
b. Aliran Positivisme menganggap bahwa hukum dan moral merupakan dua hal yang
dipisahkan. Dalam aliran ini terdapat dua sub aliran yang terkenal, yaitu aliran hukum
positif analitis John Austin dan aliran hukum positif murni Hans Kelsen.
masyarakat kepada hukum dan dan sejauh mana gejala-gejala yang ada dalam
kecil atau masyarakat yang tidak begitu dikenal atau di kawasan pendalaman dengan
f. Menurut aliran sejarah hukum tidak dibuat tetapi pada hakikatnya hukum lahir dan
tumbuh dari dan dengan rakyat itu sendiri, berkembang bersama dengan rakyat,