JUDUL
DI SUSUN OLEH :
NIM : 22009084
KELAS : B
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
B. DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ahli hukum apa yang disebut hukum, namun, kesukaran yang dialami
oleh mereka yang ingin mengetahui hukum terletak pada obyeknya, kita ambil
suatu benda yang terlihat akan sangat mudah benda itu diberi definisi
namun lain dengan hukum yang merupakan ilmu yang tidak dapat
dilihat.suatu perumusan tentang hukum yang dapat mencakup segala segi dari
hukum yangluas itu memang tidak mungkin dibuat.Sebab, suatu definisi tentun
yamemerlukan berbagai persyaratan seperti jumlah kata yang digunakan yang
sedapat mungkin tidak terlalu banyak dan mudah untuk dipahami. Sari
penjalasan hukum itu memiliki banyak segi dan ruang lingkup, dan
ada beberapa teori yang menyimpulkan bahwa menurut teori satu dan teori lain
pandangan merdefinisi hukum itu berbeda, karena mereka mempunyai sudut
pandang mengenai yang berbeda-beda mengenai apa itu hukum, berbagai
aliran teori tersebut seperti aliran hukum alam, aliran positisme, aliranutilitari
anisme, mashab sejarah, aliran sosiologi, aliran yurisprudensil, dan aliran
realisme hukum, aliranaliran hukum ini terus berkembangsesuai kebutuhan yg
ada di masyarakat, sehingga hukum sendirimemelikipengertian berbeda beda.
4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja dan bagaimana aliran-aliran filsafat hukum itu
2. Mengetahui pengertian tentang aliran-aliran dari filsafat hukum
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum alam (natural law atau lex naturalis) adalah hukum yang berlaku universal dan
abadi, artinya berlaku dimana pun juga, dan pada saat apapun juga. Hukum alam sebagai
suatu metode.artinya: Hukum alam dipakai sebagai sarana untuk menciptakan peraturan-
peraturan yang mampu untuk menghadapi keadaan yang berbeda. Hukum alam sebagai suatu
substansi.artinya: hukum alam justru merupakan isi dari suatu norma. Aliran Hukum Alam
terbagi menjadi Dua arliran yaitu Aliran hukum alam yang Irrasional Berpandangan hukum
yang berlaku universal dan abadi itu bersumber dari Tuhan secara langsung. Aliran hukum
alam yang Rasional Berpandangan bahwa sumber hukum alam yang universal dan abadi itu
adalah rasio manusia. Pengertian hukum alam pada teori ini adalah hukum yang berlaku
secarauniversal dan abadi. Melihat dari sumbernya hukum alam ini bersumber dariTuhan iras
ional dan adapula yang bersumber dari akal rasio manusia.
Hukum alam sebagai metode adalah yang tertua yang dapat dikenali
sejak zaman kuno sampai dengan awal permulaan abad pertengahan. memusatkan pada meto-
de yang digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah yang berlainan. dengan demikian
6
tidak mengandung norma-norma sendiri melainkan hanya memberi tahu tentang bagaimana
membuat peraturan yang sah.
Aliran Hukum Positif adalah suatu aliran dalam filsafat hukum yang
beranggapan bahwa teori hukum itu hanya bersangkut-paut dengan hukum positif
saja, dan merupakan perintah penguasa yang berdaulat.Ilmu hukum tidak
membahas apakah hukum positif itu baik atau buruk, dan efektivitasnya hukum
dalam masyarakat.
3. ALIRAN UTILISTIS
Aliran ini dipelopori oleh Jeremy Bentham. Konsep dari aliran ini
didasarkan pada individualisme (individu) dan utilisme (manfaat).Dikatakan
individu karena hukum menjamin kebebasan yang seluas-luasnya kepada setiap
individu sehingga setiap individu dapat mengejar kebahagiaan yang
diinginkannya. Eremy Bentham Berpendapat : Bahwa alam memberikan
kebahagiaan dan kerusakan.Tugas hukum adalah memelihara kebahagiaan dan
mencegah kejahatan.Menurutnya pemidanaan haruslah bersifat spesifik untuk
tiap jenis kejahatan, dan seberapa besar pidana itu boleh diberikan, hal ini tidak
boleh melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk mencegah timbulnya kejahatan.
Pemikiran inilah yang dikenal dengan teori hukum murni. Baginya hukum adalah
suatu keharusan yang mengatur tingkah laku manusia sbagai mahluk rasional.
Munculnya aliran sejarah setidaknya dilatar belakangi oleh tiga hal :Rasionalisme
abad XVIII yang didasarkan pada hukum alam yang dipandang tidak memperhatikan fakta
sejarah.Semangat revolusi Perancis yang menentang tradisi dan lebih mengutamakan
rasio.Adanya larangan penafsiran oleh hakim karena undang-undang dipandang telah dapat
memecahkan semua masalah hukum.
Puchta adalah murid Von Savigny yang mengembangkan lebih lanjut pemikiran
gurunya.Ia berpendapat sama dengan gurunya, bahwa hukum suatu bangsa terikat pada jiwa
bangsa (Volksgeist) yang bersangkutan.Hukum tersebut menurutnya dapat
berbentuk:langsung berupa adat istiadat;melalui undang-undang;melalui ilmu hukum dalam
bentuk karya para ahli hukum.
6.ALIRAN ANTROPOLOGIS
7. ALIRAN SOSIOLOGIS
Aliran ini berkembang di Amerika, pada intinya aliran ini hendak mengatakan bahwa
hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.
Kata “sesuai” diartikan sebagai hukum yang mencerminkan nilai-nilai yang hidup di dalam
masyarakat. Menurut aliran Sociological Jurisprudence ini, hukum yang abik haruslah hukum
yang sesuai dengan yang hidup di masyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas antara
hukum positif (the positive law) dan hukum yang hidup (the living law).
Aliran Sociological Jurisprudence berbeda dengan sosiologi hukum. Dengan rasio demikian,
sosiologi hukum merupakan cabang sosiologi yang mempelajari hukum sebagai gejala sosial,
sedangkan Sociological Jurisprudence merupakan suatu mazhab dalam filsafat hukum yang
mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat dan sebaliknya. Sosiologi
hukum sebagai cabang sosiologi yang mempelajari pengaruh masyarakat kepada hukum dan
dan sejauh mana gejala-gejala yang ada dalam masyarakat dapat mempengaruhi hukum di
samping juga diselidiki juga pengaruh sebaliknya, yaitu pengaruh hukum terhadap
masyarakat. Dari 2 (dua) hal tersebut di atas (sociological jurisprudence dan sosiologi
hukum) dapat dibedakan cara pendekatannya. Sociological jurisprudence, cara
pendekatannya bertolak dari hukum kepada masyarakat, sedang sosiologi hukum cara
pendekatannya bertolak dari masyarakat kepada hukum.
1) Tidak ada mazhab realis, realisme adalah gerakan dalam pemikiran dan kerja tentang
hukum.
2) Realisme adalah konsepsi hukum yang terus berubah dan alat untuk tujuan-tujuan sosial,
sehingga tiap bagian harus diuji tujuan dan akibatnya. Realisme mengandung konsepsi
tentang masyarakat yang berubah lebih cepat daripada hukum.
3) Realisme menganggap adanya pemisahan sementara antara hukum yang ada dan yang
seharusnya ada untuk tujuan-tujuan studi. Pendapat-pendapat tentang nilai harus selalu
diminta agar tiap penyelidikan ada sasarannya, tetapi selama penyelidikan, gambaran
harus tetap sebersih mungkin, karena keinginan-keinginan pengamatan atau tujuan-
tujuan etis.
5) Realisme menekankan pada evolusi tiap bagian dari hukum dengan mengingat akibatnya.
Llewellyn sebagai salah satu tokoh pragmatic legal realism, mengalisa perkembangan
hukum di dalam kerangka hubungan antara pengetahuan-pengetahuan hukum dengan
perubahan-perubahan keadaan masyarakat.
12
Oliver Wendell Holmes Jr. (1841-1935) Holmes memandang apa yang dilakukan oleh
pengadilan (hakim) itulah yang disebut dengan hukum.Holmes juga menyatakan: Di samping
norma-norma hukum bersama tafsirannya, moralitas hidup dan kepentingan-kepentingan
sosial ikut menentukan keputusan para hakim.
Menurut Lloyd D. dan Freeman, terdapat beberapa pokok-pokok pikiran penting yang
menjadi mainstream dari aliran ini, antara lain:
1) Law as Fact. Aliran ini berkeyakinan bahwa hukum hanya bisa dijelaskan melalui fakta-
fakta yang bisa diobservasi, dan studi tentang fakta ini yang disebut dengan ilmu pengetahuan
hukum karenanya merupakan sebuah ilmu pengetahuan sebagaimana ilmu pengetahuan lain
yang peduli dan memfokuskan diri pada fakta dan kejadian dalam hubungan sebab-akibat.
Oleh karena itu, keyakinan tentang kekuatan mengikat, kebenaran hukum, eksistensi hak dan
kewajiban, keyakinan tentang hak properti dipisahkan dari khayalan dan dunia metafisika.
Bagi Olivecrona, aturan hukum merupakan “perintah yang independen” yang
termanifestasikan dalam bentuk perintah, namun tidak seperti perintah yang berasal dari
seseorang. Hukum termanifestasikan dalam “rasa” dari rangkaian kalimat dalam undang-
undang, dan ditangkap oleh alam pikiran manusia dan selanjutnya mempengaruhi tingkah
laku manusia. Lundstedt menambahkan bahwa aturan hukum hanyalah sebuah prosedur
untuk mencapai tujuan tertentu (dalam hal ini adalah kesejahteraan sosial). Lundstedt
memandang bahwa hak dan kewajiban hanyalah merupakan konklusi hukum. Dia
mencontohkan bahwa hak atas properti sebenarnya hanyalah tiadanya resiko hukum bagi
pemilik properti untuk melakukan tindakan-tindakan atas properti tersebut. Dengan demikian,
property right tidak muncul dari das sollen, melainkan dari das Sein.
2) Theory of Law Ross membedakan 2 jenis ilmu hukum, pertama hukum dalam arti yang
dimuat dalam undang-undang, dan kedua kalimat-kalimat dalam buku dimana hukum
dinyatakan. Kategori pertama bersifat menentukan, sedangkan yang kedua lebih mengarah
kepada pengetahuan tentang apa hukum yang sebenarnya yang berisi pernyataan dan
penjelasan. Bagi Ross, validitas hukum adalah serangkaian abstrak dari ide-ide normatif yang
disajikan dalam sebuah skema intepretasi atas fenomena hukum dalam kenyataan, yang
dimaksdukan untuk memprediksikan aktifitas para hakim. Dia menyatakan bahwa norma
hukum utamanya ditujukan bukan kepada seluruh masyarakat, namun merupakan petunjuk
kepada hakim. Aturan hukum adalah aturan tentang penggunaan kekuatan dan ditujukan
kepada para pejabat terkait. Contoh, larangan membunuh, merupakan petunjuk bagi hakim
dan beberapa instansi pemerintah dalam berurusan dengan kasus-kasus pembunuhan yang
diajukan kepada mereka. Dalam pandangan Ross, semakin efektif pemenuhan aturan oleh
masyarakat, maka semakin sulit untuk mengukur validitas hukumnya, karena pengadilan
tidak memiliki kesempatan untuk menunjukkan reaksinya. Oleh karena itu, dia mengatakan
14
bahwa hukum adalah valid jika hakim menganggapnya mengikat. Namun, pemikiran Ross ini
dianggap banyak menimbulkan persoalan karena dianggap sulit untuk menyelidiki pemikiran
hakim.
3)Prinsip prinsip verifiabilitas Bagi aliran realisme merupakan hal yang tidak bisa ditawar,
dan menolak metafisika. Dalam hal ini, terdapat kemiripan antara aliran ini dengan legal
positivism.
4) Asal mula hukum. Dalam pandangan Olivecrona, asal mula hukum sejatinya adalah
pertanyaan tentang asal mula histori dan faktual tentang perkembangan “aturan yang luar
biasa, bersifat magis religius yang ditemukan dalam masyarakat kuno”.
5) Reductionism dan legal concept Menurut Ross, konsep dapat selalu direduksi dengan
analisa atas serangkaian dalil yang setara, atau dapat disubstitusikan.
6) Feature of law Menurut Olivecrona, kinerja sistem hukum tidaklah mistis, atau didasarkan
pada enititas yang fiktif, misalnya negara atau sifat mengikat dari hukum.
8) Ideologi hukum (method of Justice dan Social Welfare) Kebanyakan kelompok realis
mendukung konsep legal ideology atau method of justice dengan menyandarkan diri pada
tujuan material hukum, mengutamakan sistem hukum yang aktual, sehingga menolak aspek
metafisika, atau penggunaan hukum alam atau nilai keadilan sebagai parameter penilaian
objektif, karena menurut aliran realis, sebuah penilaian pastilah subjektif. Bagi Lundstedt,
jurisprudence haruslah berdasarkan observasi atas fakta, bukannya berdasarkan atas penilaian
individual atau metafisika. 7. Sosilogy of Law Pemikiran Sosiologi ditandai oleh karakter
seperti, pertama bahwa pandangan hukum sebagai suatu metode kontrol sosial. Kedua, di
samping itu para ahli hukum sosiologis sangat skeptis dengan aturan-aturan yang ada dalam
buku teks hukum yang terkodifikasi, karena yang utama adalah hukum dalam kenyataan
15
aktualnya. Ketiga adalah para ahli hukum sosiologis pada umumya sepakat bahwa pentingnya
memanfaatkan ilmu sosial, termasuk sosiologi.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bahwa di dalam tiap-tipa aliran itu terdapat sesuatu yang dapat dibenarkan
serta dapat diambil manfaatnya karena semua pendapat dalam aliran-aliran
hukum yang dikemukakan oleh para Ahli Hukum tentunya memiliki dasar atas
pemikiran yang telah dikemukakannya.
Bahwa pada dasarnya semua pendapat Para Ahli Hukum yang menemukan
Aliran-aliran ilmu Hukum meletakkan Persolan Undang-Undang, Hakim Dan
Hukum ini secara Lebih Tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Sarmadi,M.H.; http://kuliahfilsafathukum12.blogspot.com/2012/03/legal-realism.html
https://mujahidinimeis.wordpress.com/2010/05/05/aliran-aliran-hukum/
https://mattakula.wordpress.com/2010/06/04/aliran-aliran-hukum-dan-aliran
hukum-yang-berlaku-di-indonesia/