Anda di halaman 1dari 16

1

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

TUGAS PENGANTAR ILMU HUKUM

JUDUL

ALIRAN ALIRAN PEMIKIRAN DALAM ILMU HUKUM

DI SUSUN OLEH :

NAMA : KEVIN ANUGRAH SESAR

NIM : 22009084

KELAS : B
2

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. ALIRAN HUKUM ALAM


B. POSITIVISME
C. ALIRAN UTILISTIS
D. AJARAN HUKUM MURNI
E. ALIRAN HISTORIS
F. ALIRAN ANTROPOLOGIS
G. ALIRAN SOSIOLOGIS
H. ALIRAN REALIS
I. REALISME AMERIKA SERIKAT
J. REALISME SKANDINAVIA

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. DAFTAR PUSTAKA
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Banyaknya aliran-aliran hukum yang di keluarkan oleh para ahli


hukum membuat hukum itu terlalu kompleks untuk mendapatkan sebuah
definisi yang tepat. Immanuel Kant mengatakan bahwa tidak seorang ahli juga
mempunyaisudut pandang yang berbedabeda. Namun dimikian kita yang masih
belajar tentang hukum sangat membutuhkan definisi yang tepat agar dapat
menemukan jalan pemikiran serta arah dari hukum sendiri. Menurut
PELDORN definisi hukum itu bersifat menyamaratakan dan dapat
mengajarkan.

Ahli hukum apa yang disebut hukum, namun, kesukaran yang dialami
oleh mereka yang ingin mengetahui hukum terletak pada obyeknya, kita ambil
suatu benda yang terlihat akan sangat mudah benda itu diberi definisi
namun lain dengan hukum yang merupakan ilmu yang tidak dapat
dilihat.suatu perumusan tentang hukum yang dapat mencakup segala segi dari
hukum yangluas itu memang tidak mungkin dibuat.Sebab, suatu definisi tentun
yamemerlukan berbagai persyaratan seperti jumlah kata yang digunakan yang
sedapat mungkin tidak terlalu banyak dan mudah untuk dipahami. Sari
penjalasan hukum itu memiliki banyak segi dan ruang lingkup, dan
ada beberapa teori yang menyimpulkan bahwa menurut teori satu dan teori lain
pandangan merdefinisi hukum itu berbeda, karena mereka mempunyai sudut
pandang mengenai yang berbeda-beda mengenai apa itu hukum, berbagai
aliran teori tersebut seperti aliran hukum alam, aliran positisme, aliranutilitari
anisme, mashab sejarah, aliran sosiologi, aliran yurisprudensil, dan aliran
realisme hukum, aliranaliran hukum ini terus berkembangsesuai kebutuhan yg
ada di masyarakat, sehingga hukum sendirimemelikipengertian berbeda beda.
4

Dari perbedaan-perbedaan itulah seharusya kita dapat mengetahui


bahwa pandangan orang lain terhadap hukum tidak selalu sama seperti apa
yang kita maksud yang dikarenakan pemakaian aliran teori
yang berbeda sehingga menyebabkan pula perbedaan dari sudut pandang
mana hukum itu dilihat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja dan bagaimana aliran-aliran filsafat hukum itu
2. Mengetahui pengertian tentang aliran-aliran dari filsafat hukum

C. TUJUAN

Agar Mahasiswa dapat Mengetahui dan memahami tentang aliran-aliran ilmu


hokum serta dapat mengembangkan teori Aliran-Aliran Hukum.
5

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian aliran-aliran filsafat hukum dan latar belakang sudah


dijelaskan mengapa banyak sekali mengenai aliran-aliran pemikiran teori hukum
yang hidup dan di pakai pada saat ini, aliran-aliran filsafat hukum ini tentunya
memiliki dasar atas pemikiran para ahli hukum yang menemukan aliran-
aliran tersebut yang tentunya dapat di pelajari dan di pahami oleh setiap orang,
hal ini juga dapat pula di maksutkan agar setiap orang dapat memahami tentang
perbedaan pemikiran hukum antara satu dengan yang
lain. Karena tidak semua subyek hukum memakai aliran yang sama.
Dalam pelajaran filsafat hukum ini terbagi menjadi beberapa aliran sebagai
berikut:

Aliran-aliran pemikiran dalam ilmu hukum secara konvensional dibedakan atas

1. ALIRAN HUKUM ALAM

Hukum alam (natural law atau lex naturalis) adalah hukum yang berlaku universal dan
abadi, artinya berlaku dimana pun juga, dan pada saat apapun juga. Hukum alam sebagai
suatu metode.artinya: Hukum alam dipakai sebagai sarana untuk menciptakan peraturan-
peraturan yang mampu untuk menghadapi keadaan yang berbeda. Hukum alam sebagai suatu
substansi.artinya: hukum alam justru merupakan isi dari suatu norma. Aliran Hukum Alam
terbagi menjadi Dua arliran yaitu Aliran hukum alam yang Irrasional Berpandangan hukum
yang berlaku universal dan abadi itu bersumber dari Tuhan secara langsung. Aliran hukum
alam yang Rasional Berpandangan bahwa sumber hukum alam yang universal dan abadi itu
adalah rasio manusia. Pengertian hukum alam pada teori ini adalah hukum yang berlaku
secarauniversal dan abadi. Melihat dari sumbernya hukum alam ini bersumber dariTuhan iras
ional dan adapula yang bersumber dari akal rasio manusia.

Hukum alam sebagai metode adalah yang tertua yang dapat dikenali
sejak zaman kuno sampai dengan awal permulaan abad pertengahan. memusatkan pada meto-
de yang digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah yang berlainan. dengan demikian
6

tidak mengandung norma-norma sendiri melainkan hanya memberi tahu tentang bagaimana
membuat peraturan yang sah.

2. ALAIRAN HUKUM POSITIVISME

Aliran Hukum Positif adalah suatu aliran dalam filsafat hukum yang
beranggapan bahwa teori hukum itu hanya bersangkut-paut dengan hukum positif
saja, dan merupakan perintah penguasa yang berdaulat.Ilmu hukum tidak
membahas apakah hukum positif itu baik atau buruk, dan efektivitasnya hukum
dalam masyarakat.

Aliran Hukum positif (Positivisme hukum) memisahkan antara hukum


dengan moral: memisahkan antara hukum yang berlaku (das sein) dengan hukum
yang seharusnya (das sollen).Menurut aliran positif, tidak ada hukum lain
kecuali perintah penguasa (law is command of the souverign).

Aliran hukum positif dapat dibedakan: Aliran hukum positif Analitis


(Analytical jurisprudence) yang dipelopori oleh John Austin; danAliran hukum
Murni (Reine Rechtslere-The Pure of Law) yang dipelopori oleh Hans Kelsen.

Aliran hukum positif Analitis (Analitycal jurisprudence) - John Austin


(1730-1859). Menurut aliran ini hukum adalah perintah dari penguasa negara.
Hakekat hukum terletak pada unsur “perintah” itu. Hukum dipandang sebagai
suatu sistem yang tetap, Logis, dan tertutup.Aliran Hukum Murni-Hans Kelsen
Menurut aliran hukum murni, hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir non
hukum, seperti sosiologis, politis, historis, bahkan etis. Itulah sebabnya aliran
ini disebut aliran murni tentang hukum. Austin membedakan hukum dalam dua
jenis : Hukum dari Tuhan untuk manusia. Hukum yang dibuat oleh manusia,
dibedakan: Hukum yang sebenarnya adalah hukum yang dibuat oleh penguasa
dan hukum yang dibuat oleh manusia individu untuk melaksanakan hak-hak yang
diberikan kepadanya (hukum positif). Hukum yang tidak sebenarnya adalah
hukum yang tidak dibuat oleh pnguasa, sehingga tidak memenuhi persyaratan
sebagai hukum. Hukum menurut aliran ini harus memiliki empat unsur:
Perintah (command);Sanksi (sanction);Kewajiban (duty);Kedaulatan
(sovereignty). Kelsen dikenal sebagai orang yang mengembangkan “teori
jenjang” (stuffentheory). Teori ini melihat hukum sebagai suatu sistem terdiri
7

dari susunan norma yang berbentuk piramida.Di Indonesia mengikuti Kelsen


tentang jenjang ini. Bisa dilihat pada TAP MPR No. XX/MPRS/1966 tentang
Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan tata urutan perundang-undangan
Indonesia.

Positivisme hukum (Aliran Hukum Positif) memandang perlu secara tegas


memisahkan antara hukum dan moral (antara hukum yang berlaku dan hukum
yang seharusnya, antara das sein dan das sollen). Positivisme hukum dapat
dibedakan dalam dua corak yaitu: a. Aliran Hukum Positif Analistis (Analytical
Jurisprudence) : John Austin (1790-1859)

3. ALIRAN UTILISTIS

Aliran ini dipelopori oleh Jeremy Bentham. Konsep dari aliran ini
didasarkan pada individualisme (individu) dan utilisme (manfaat).Dikatakan
individu karena hukum menjamin kebebasan yang seluas-luasnya kepada setiap
individu sehingga setiap individu dapat mengejar kebahagiaan yang
diinginkannya. Eremy Bentham Berpendapat : Bahwa alam memberikan
kebahagiaan dan kerusakan.Tugas hukum adalah memelihara kebahagiaan dan
mencegah kejahatan.Menurutnya pemidanaan haruslah bersifat spesifik untuk
tiap jenis kejahatan, dan seberapa besar pidana itu boleh diberikan, hal ini tidak
boleh melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk mencegah timbulnya kejahatan.

John Stuart Mill Pemikirannya dipengaruhi oleh pertimbangan psikologi.Ia


menyatakan bahwa tujuan manusia mencari kebahagiaan. Yang ingin dicapai
manusia bukanlah benda atau sesuatu hal tertentu, tetapi kebahagiaan yang dapat
ditimbulkannya.Ia dalam pemikirannya menjelaskan hubungan antara keadilan,
kegunaan, kapentingan individu dan kepentingan umum. Utilitarianisme atau
Utilisme adalah aliran yang meletakan kemanfaatkan sebagai tujuan utama
hukum. Kemanfaatan disini diartikan sebagai kebahagiaan (happiness). Jadi baik
buruk atau adil tidaknya suatu hukum, tergantung kepada apakah hukum itu
memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak.

4. AJARAN HUKUM MURNI

Menurut Kelsen, Ajaran hokum murni harus dibersihkan dari anasir-anasir


yang nonyuridis, seperti unsure sosiologis, politis, historis, bahkan etis.
8

Pemikiran inilah yang dikenal dengan teori hukum murni. Baginya hukum adalah
suatu keharusan yang mengatur tingkah laku manusia sbagai mahluk rasional.

5. ALIRAN SEJARAH (HISTORISME)

Munculnya aliran sejarah setidaknya dilatar belakangi oleh tiga hal :Rasionalisme
abad XVIII yang didasarkan pada hukum alam yang dipandang tidak memperhatikan fakta
sejarah.Semangat revolusi Perancis yang menentang tradisi dan lebih mengutamakan
rasio.Adanya larangan penafsiran oleh hakim karena undang-undang dipandang telah dapat
memecahkan semua masalah hukum.

Pemikiran rasionalisme mengajarkan universalisme dalam berpikir Pemikiran


rasionalisme mengajarkan universalisme dalam berpikir. Cara pandang inilah yang menjadi
sebab utama munculnya madzab sejarah yang menentang universalisme.Madzab sejarah lebih
memfokuskan pada keberadaan suatu bangsa tepatnya adalah jiwa bangsa.

Friedrich Karl Von Savigny (1770-1861) Savigny menganalogikan timbulnya hukum


itu sama dengan timbulnya bahasa bagi suatu bangsa.Hukum timbul bukan karena perintah
penguasa (seperti dikemukakan aliran positivis), tetapi karena perasaan keadilan yang terletak
pada jiwa bangsa itu.Jiwa bangsa (volkgeist) itulah yang menjadi sumber hukum.Hukum
tidak dibuat, tetapi tumbuh dan berkembang bersama masyarakat. Ia mengingatkan untuk
membangun hukum, studi terhadap sejarah suatu bangsa mutlak diperlukan.

Puchta adalah murid Von Savigny yang mengembangkan lebih lanjut pemikiran
gurunya.Ia berpendapat sama dengan gurunya, bahwa hukum suatu bangsa terikat pada jiwa
bangsa (Volksgeist) yang bersangkutan.Hukum tersebut menurutnya dapat
berbentuk:langsung berupa adat istiadat;melalui undang-undang;melalui ilmu hukum dalam
bentuk karya para ahli hukum.

Henry Sumner Maine banyak dipengaruhi oleh pemikiran Savigny.Ia dianggap


sebagai pelopor aliran sejarah di Inggris.Salah satu penelitiannya yang terkenal adalah studi
perbandingan perkembangan lembaga- lembaga hukum yang ada pada masyarakat yang
sederhana dan masyarakat yang sudah maju, yang dilakukan berdasarkan pendekatan sejarah.

Dalam perkembangannya, aliran ini mengalami modifikasi oleh


pengikutnya Maine mengetengahkan teorinya yang mengatakan bahwa hukum
berkembang dari bentuk status ke kontrak, sejalan dengan perkembangan
9

masyarakat dari sederhana ke masyarakat kompleks dan modern. Pada


masyarakat modern hubungan antara para anggota masyarakat dilakukan atas
dasar sistem hak dan kewajiban yang tertuang dalam bentuk suatu kontrak yang
dibuat secara sadar dan sukarela oleh pihak-pihak yang berkenaan.

6.ALIRAN ANTROPOLOGIS

Aliran ini berpandangan bahwa di dalam masyarakat modern, aturan hukum


dibedakan dari aturan sosial dan aturan moral, sebab masyarakat modern mempunyai suatu
pemerintahan yang terorganisasi, pranata pengadilan dan mesin administrasi, dimana ketaatan
terhadap aturan hukum dijamin melalui suatu ancaman sanksi.Sedangkan di dalam suatu
masyarakat sederhana dan primitif tidak mempunyai organisasi politik, hukum tidak dapat
secara tegas dibedakan dari aturan-aturan sosial yang berdasarkan pada kemampuannya untuk
menjamin ketaatan.Pakar antropologi adalah Malinowski, Hoebel, Gluckman, Bohannan dan
Pospisil.

7. ALIRAN SOSIOLOGIS

Aliran sosiologis memandang hukum sebagai kenyataan sosial, bukan sebagai


kaidah.Oleh karena itu persamaan antara positivisme dengn sosiologisme adalah keduanya
memusatkan perhatiannya pada hukum tertulis atau perundang- undangan.Pakar-pakar
beraliran sosiologis adalah Max Weber, Emile Ourkhein, Eugen Ehrlich, Talcot Persons,
Roscoe Pound dan Schuyt. Eugen Ehrlich Ia melihat adanya perbedaan antara hukum positif
di satu pihak dengan hukum yang hidup dalam masyarakat di pihak yang lain.Titik pusat
perkembangan hukum tidak terletak pada undang-undang, putusan hukum atau ilmu hukum,
tetapi pada masyarakat itu sendiri. Menurutnya hukum positif baru akan memiliki daya
berlaku yang efektif apabila berisikan atau selaras dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat. Roscoe Pound adalah orang yang pertama kali mencetuskan gagasan bahwa
hukum tidaklah semata-mata sebagai sarana untuk mengendalikan ketertiban dalam
masyarakat, tetapi hukum juga dapat berfungsi sebagai sarana untuk merekayasa masyarakat
untuk mencapai tujuan tertentu (law as a tool of social engineering). Hal ini tidak lepas dari
hubungan timbal balik antara hukum dan masyarakat.Pemikirannya ini dikembangkan oleh
orang Indonesia antara lain: Mochtar Kusumaatmadja, Satjipto Raharjo dan lain-lain.
10

Aliran ini berkembang di Amerika, pada intinya aliran ini hendak mengatakan bahwa
hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.
Kata “sesuai” diartikan sebagai hukum yang mencerminkan nilai-nilai yang hidup di dalam
masyarakat. Menurut aliran Sociological Jurisprudence ini, hukum yang abik haruslah hukum
yang sesuai dengan yang hidup di masyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas antara
hukum positif (the positive law) dan hukum yang hidup (the living law).
Aliran Sociological Jurisprudence berbeda dengan sosiologi hukum. Dengan rasio demikian,
sosiologi hukum merupakan cabang sosiologi yang mempelajari hukum sebagai gejala sosial,
sedangkan Sociological Jurisprudence merupakan suatu mazhab dalam filsafat hukum yang
mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat dan sebaliknya. Sosiologi
hukum sebagai cabang sosiologi yang mempelajari pengaruh masyarakat kepada hukum dan
dan sejauh mana gejala-gejala yang ada dalam masyarakat dapat mempengaruhi hukum di
samping juga diselidiki juga pengaruh sebaliknya, yaitu pengaruh hukum terhadap
masyarakat. Dari 2 (dua) hal tersebut di atas (sociological jurisprudence dan sosiologi
hukum) dapat dibedakan cara pendekatannya. Sociological jurisprudence, cara
pendekatannya bertolak dari hukum kepada masyarakat, sedang sosiologi hukum cara
pendekatannya bertolak dari masyarakat kepada hukum.

8. ALIRAN REALIS (REALISME)

Realisme hukum berasal dari pengaruh pemikiran modern yang berkembang di


Amerika dan di Skandinavia.Realisme hukum pada dasarnya merupakan aliran yang
meninggalkan pembicaraan mengenai hukum yang abstrak.Realisme hukum lebih
menitikberatkan pada kajian terhadap pekerjaan-pekerjaan hukum yang praktis dalam
menyelesaikan problem-problem dalam masyarakat.

Pokok-pokok pendekatan kaum realis menurut Liewelyn adalah sebagai berikut:


Hendaknya konsepsi hukum itu menyinggung hukum yang berubah-ubah dan hukum yang
diciptakan pengadilan.Hukum adalah alat untuk mencapai tujuan sosial tertentu.Masyarakat
berubah lebih cepat daripada hukum, dan oleh karena itu selalu ada kebutuhan untuk
menyelidiki bagaimana hukum itu menghadapi problem-problem sosial yang ada.Untuk studi
dipisahkan antara yang ada dan yang seharusnya.

Tidak mempercayai bahwa peraturan-peraturan dan konsep-konsep hukum itu sudah


mencukupi untuk menunjukkan apa yang harus dilakukan pengadilan.Menolak peraturan
11

hukum sebagai faktor utama dalam pengambilan keputusan.Mempelajari hukum hendaknya


dalam lingkup yang lebih sempit sehingga lebih nyata. Hendaknya hukum itu dinilai dari
efektifitasnya dan kemanfaatannya.

Realisme yang berkembang di Amerika Serikat menjelaskan bagaimana pengadilan


membuat putusan. Penemuan mereka mengembangkan formula dalam memprediksi tingkah
laku hakim (peradilan) sebagai suatu fakta (kenyataan). Jadi, hal yang pokok dalam ilmu
hukum realis adalah “gerakan dalam pemikiran dan kerja tentang hukum”. Ciri-ciri dari
gerakan ini, Llewellyn menyebut beberapa hal, yang terpenting diantaranya :

1) Tidak ada mazhab realis, realisme adalah gerakan dalam pemikiran dan kerja tentang
hukum.

2) Realisme adalah konsepsi hukum yang terus berubah dan alat untuk tujuan-tujuan sosial,
sehingga tiap bagian harus diuji tujuan dan akibatnya. Realisme mengandung konsepsi
tentang masyarakat yang berubah lebih cepat daripada hukum.

3) Realisme menganggap adanya pemisahan sementara antara hukum yang ada dan yang
seharusnya ada untuk tujuan-tujuan studi. Pendapat-pendapat tentang nilai harus selalu
diminta agar tiap penyelidikan ada sasarannya, tetapi selama penyelidikan, gambaran
harus tetap sebersih mungkin, karena keinginan-keinginan pengamatan atau tujuan-
tujuan etis.

4) Realisme tidak percaya pada ketentuan-ketentuan dan konsepsi-konsepsi hukum,


sepanjang ketentuan dan konsepsi itu menggambarkan apa yang sebenarnya dilakukan
oleh pengadilan-pengadilan dan orang-orang. Realisme menerima peraturan-peraturan
sebagai “ramalan-ramalan umum tentang apa yang akan dilakukan oleh pengadilan-
pengadilan.

5) Realisme menekankan pada evolusi tiap bagian dari hukum dengan mengingat akibatnya.
Llewellyn sebagai salah satu tokoh pragmatic legal realism, mengalisa perkembangan
hukum di dalam kerangka hubungan antara pengetahuan-pengetahuan hukum dengan
perubahan-perubahan keadaan masyarakat.
12

9. ALIRAN REALISME AMERIKA SERIKAT

John Chipman Gray adalah salah seorang penganut Realisme hukum di


Amerika.Semboyannya terkenal: All the law is judge-made law.Ia menyatakan di samping
logika sebagai unsur undang-undang, maka unsur kepribadian, prasangka dan faktor-faktor
lain yang tidak logis memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan hukum.

Realisme Amerika Serikat adalah merupakan pendekatan seara pragmatis dan


behaviouristis terhadap lembaga-lembaga sosial. Para ahli hukum Amerika mengembangkan
cara pendekatan tersebut dengan meletakkan tekanan pada putusan-putusan pengadilan dan
tindakan-tindakan hukum. Sumber hukum utama aliran ini adalah putusan hakim, hakim
lebih sebagai penemu hukum daripada pembuat hukum yang mengandalkan peraturan
perundang-undangan, apabila dibandingkan dengan cara berpikir aliran positivisme sangat
bertentangan karena memang aliran relisme ini merupakan reaksi dari aliran positivisme yang
lebih menekan hukum hanya sebagai segala sesuatu yang tertuang dalam undang-undang dan
aliran realisme ini berusaha untuk merubah cara pandang para ahli hukum di Amerika. Kaum
realisme Amerika menganggap bahwa hukum itu sebagai praktek (law in action) hukum itu
adalah suatu pengalaman dan menganggap hukum itu harus bebas dari nilai-nilai.

10. ALIRAN SKANDINAVIA

Oliver Wendell Holmes Jr. (1841-1935) Holmes memandang apa yang dilakukan oleh
pengadilan (hakim) itulah yang disebut dengan hukum.Holmes juga menyatakan: Di samping
norma-norma hukum bersama tafsirannya, moralitas hidup dan kepentingan-kepentingan
sosial ikut menentukan keputusan para hakim.

Axel Hagerstorm Axel adalah tokoh realisme hukum Skandinavia.Pemikirannya


tentang (realisme) hukum dapat dilihat dari pendapatnya tentang bagaimana rakyat Romawi
mentaati hukum.Menurutnya, rakyat Romawi mentaati hukum secara Irrasional, yaitu hukum
yang bersumber dari Tuhan. Scandinavian Legal Realism Aliran Scandinavia condong pada
ideologi social welfare, dimana hal ini terlihat jelas dalam tulisan-tulisan Lundstedt,
meskipun dia tidak pernah mengakui bahwa pemikirannya dipengaruhi oleh ideologi.
Hagerstorm dipandang sebagai bapak dari aliran ini, meskipun masih terdapat beberapa tokoh
lain yang sangat berpengaruh dan terkenal yakni Olivecrona, Lundstet dan Ross.
13

Menurut Lloyd D. dan Freeman, terdapat beberapa pokok-pokok pikiran penting yang
menjadi mainstream dari aliran ini, antara lain:

1) Law as Fact. Aliran ini berkeyakinan bahwa hukum hanya bisa dijelaskan melalui fakta-
fakta yang bisa diobservasi, dan studi tentang fakta ini yang disebut dengan ilmu pengetahuan
hukum karenanya merupakan sebuah ilmu pengetahuan sebagaimana ilmu pengetahuan lain
yang peduli dan memfokuskan diri pada fakta dan kejadian dalam hubungan sebab-akibat.
Oleh karena itu, keyakinan tentang kekuatan mengikat, kebenaran hukum, eksistensi hak dan
kewajiban, keyakinan tentang hak properti dipisahkan dari khayalan dan dunia metafisika.
Bagi Olivecrona, aturan hukum merupakan “perintah yang independen” yang
termanifestasikan dalam bentuk perintah, namun tidak seperti perintah yang berasal dari
seseorang. Hukum termanifestasikan dalam “rasa” dari rangkaian kalimat dalam undang-
undang, dan ditangkap oleh alam pikiran manusia dan selanjutnya mempengaruhi tingkah
laku manusia. Lundstedt menambahkan bahwa aturan hukum hanyalah sebuah prosedur
untuk mencapai tujuan tertentu (dalam hal ini adalah kesejahteraan sosial). Lundstedt
memandang bahwa hak dan kewajiban hanyalah merupakan konklusi hukum. Dia
mencontohkan bahwa hak atas properti sebenarnya hanyalah tiadanya resiko hukum bagi
pemilik properti untuk melakukan tindakan-tindakan atas properti tersebut. Dengan demikian,
property right tidak muncul dari das sollen, melainkan dari das Sein.

2) Theory of Law Ross membedakan 2 jenis ilmu hukum, pertama hukum dalam arti yang
dimuat dalam undang-undang, dan kedua kalimat-kalimat dalam buku dimana hukum
dinyatakan. Kategori pertama bersifat menentukan, sedangkan yang kedua lebih mengarah
kepada pengetahuan tentang apa hukum yang sebenarnya yang berisi pernyataan dan
penjelasan. Bagi Ross, validitas hukum adalah serangkaian abstrak dari ide-ide normatif yang
disajikan dalam sebuah skema intepretasi atas fenomena hukum dalam kenyataan, yang
dimaksdukan untuk memprediksikan aktifitas para hakim. Dia menyatakan bahwa norma
hukum utamanya ditujukan bukan kepada seluruh masyarakat, namun merupakan petunjuk
kepada hakim. Aturan hukum adalah aturan tentang penggunaan kekuatan dan ditujukan
kepada para pejabat terkait. Contoh, larangan membunuh, merupakan petunjuk bagi hakim
dan beberapa instansi pemerintah dalam berurusan dengan kasus-kasus pembunuhan yang
diajukan kepada mereka. Dalam pandangan Ross, semakin efektif pemenuhan aturan oleh
masyarakat, maka semakin sulit untuk mengukur validitas hukumnya, karena pengadilan
tidak memiliki kesempatan untuk menunjukkan reaksinya. Oleh karena itu, dia mengatakan
14

bahwa hukum adalah valid jika hakim menganggapnya mengikat. Namun, pemikiran Ross ini
dianggap banyak menimbulkan persoalan karena dianggap sulit untuk menyelidiki pemikiran
hakim.

3)Prinsip prinsip verifiabilitas Bagi aliran realisme merupakan hal yang tidak bisa ditawar,
dan menolak metafisika. Dalam hal ini, terdapat kemiripan antara aliran ini dengan legal
positivism.

4) Asal mula hukum. Dalam pandangan Olivecrona, asal mula hukum sejatinya adalah
pertanyaan tentang asal mula histori dan faktual tentang perkembangan “aturan yang luar
biasa, bersifat magis religius yang ditemukan dalam masyarakat kuno”.

5) Reductionism dan legal concept Menurut Ross, konsep dapat selalu direduksi dengan
analisa atas serangkaian dalil yang setara, atau dapat disubstitusikan.

6) Feature of law Menurut Olivecrona, kinerja sistem hukum tidaklah mistis, atau didasarkan
pada enititas yang fiktif, misalnya negara atau sifat mengikat dari hukum.

7) Hukum dan moralitas Dalam pemikiran aliran Skandinavia, gagasan-gagasan moral


sebenarnya dibentuk oleh hukum. Hukum menjadi faktor utama yang mempangaruhi
standard moral, terutama karena kemampuannya untuk menggunakan kekuatan untuk
menegakkanya. Teori ini memang sangat rentan untuk diperdebatkan, terutama jika
dipertanyakan tentang mana yang lebih dulu hadir, apakah moral ataukah hukum.

8) Ideologi hukum (method of Justice dan Social Welfare) Kebanyakan kelompok realis
mendukung konsep legal ideology atau method of justice dengan menyandarkan diri pada
tujuan material hukum, mengutamakan sistem hukum yang aktual, sehingga menolak aspek
metafisika, atau penggunaan hukum alam atau nilai keadilan sebagai parameter penilaian
objektif, karena menurut aliran realis, sebuah penilaian pastilah subjektif. Bagi Lundstedt,
jurisprudence haruslah berdasarkan observasi atas fakta, bukannya berdasarkan atas penilaian
individual atau metafisika. 7. Sosilogy of Law Pemikiran Sosiologi ditandai oleh karakter
seperti, pertama bahwa pandangan hukum sebagai suatu metode kontrol sosial. Kedua, di
samping itu para ahli hukum sosiologis sangat skeptis dengan aturan-aturan yang ada dalam
buku teks hukum yang terkodifikasi, karena yang utama adalah hukum dalam kenyataan
15

aktualnya. Ketiga adalah para ahli hukum sosiologis pada umumya sepakat bahwa pentingnya
memanfaatkan ilmu sosial, termasuk sosiologi.
16

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Mengingat pendapat-pendapat para ahli Hukum dalam aliran-aliran ilmu


Hukum ini Saya Dapat menarik Kesimpulan Bahwa tujuan hukum adalah
menciptakan ketertiban masyarakat, di samping untuk memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya kepada jumlah orang yang terbanyak. Ini berarti hukum
merupakan pencerminan perintah penguasa juga, bukan pencerminan dari rasio
semata.

Bahwa di dalam tiap-tipa aliran itu terdapat sesuatu yang dapat dibenarkan
serta dapat diambil manfaatnya karena semua pendapat dalam aliran-aliran
hukum yang dikemukakan oleh para Ahli Hukum tentunya memiliki dasar atas
pemikiran yang telah dikemukakannya.

Bahwa pada dasarnya semua pendapat Para Ahli Hukum yang menemukan
Aliran-aliran ilmu Hukum meletakkan Persolan Undang-Undang, Hakim Dan
Hukum ini secara Lebih Tepat.

Dalam menjalankan aktivitas kehidupan kita sehari-hari, sebagai seorang


warganegara yang baik hendaklah kita mematuhi dan mentaati hukum yang
berlaku baik itu hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis di dalam
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Sarmadi,M.H.; http://kuliahfilsafathukum12.blogspot.com/2012/03/legal-realism.html

https://mujahidinimeis.wordpress.com/2010/05/05/aliran-aliran-hukum/

https://mattakula.wordpress.com/2010/06/04/aliran-aliran-hukum-dan-aliran
hukum-yang-berlaku-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai