Anda di halaman 1dari 12

KRITIK IDEOLOGI DEMOKRASI PANCASILA

YANG BERSIFAT ANARKIS

TUGAS JURNAL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Hukum

Oleh :
Tia Tasia Zein
NPM 2203202010037

Dosen Pengajar :
Prof. Dr. Eddy Purnama, S.H., M.Hum.

MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH 2022
ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu Negara hukum yang menganut prinsip demokrasi dan
merupakan sistem pemerintahan yang mengizinkan serta memberi hak kebebasan kepada
warga negaranya untuk berpendapat dan turut serta dalam pengambilan keputusan di
pemerintahan. Salah satu sarana untuk menyampaikan pendapat dalam demokrasi adalah
menyampaikan pendapat dimuka umum, biasanya disebut dengan unjuk rasa atau
demonstrasi. Jika unjuk rasa atau demonstrasi dilakukan sesuai dengan aturan dan perundang-
undangan yang berlaku, tidak akan menimbulkan permasalahan apapun. Kegiatan demokrasi
dalam penyampaian pendapat di muka umum dinyatakan sebagai bentuk pelanggaran apabila
berlangsung anarkis, yang disertai dengan tindak pidana atau kejahatan terhadap ketertiban
umum, kejahatan yang membahayakan keamanan umum bagi orang atau barang, dan
kejahatan terhadap penguasa umum. Tindakan anarkis tersebut telah melanggar Pancasila sila
keempat yang mengamanatkan untuk melakukan demokrasi dengan rasa kekeluargaan,
menjaga ketertiban umum dan menghargai hak dan kewajiban masing-masing serta menerima
hasil musyawarah.
Kata Kunci ; Demokrasi, Unjuk Rasa/Demonstrasi, Anarkis

ABSTRACT

Indonesia is a constitutional state that adheres to democratic principles and is a government


system that allows and gives its citizens the right to freedom of opinion and participation in
government decision-making. One of the means to express opinions in a democracy is to
express opinions in public, usually called demonstrations or demonstrations. If the
demonstration or demonstration is carried out in accordance with the applicable rules and
regulations, it will not cause any problems. Democratic activities in the expression of
opinions in public are declared as a form of violation if there is anarchy, which is
accompanied by a crime or crime against public order, a crime that endangers public security
for people or goods, and a crime against the general authorities. This anarchic act has violated
the fourth principle of Pancasila which mandates to carry out democracy with a sense of
kinship, maintain public order and respect each other's rights and obligations and accept the
results of deliberation.
Keywords ; Democracy, Protests/Demonstrations, Anarchy

1. PENDAHULUAN
Negara Indonesia adalah Negara yang didasarkan atas hukum (Rechtsstaat), bukan
didasarkan atas kekuasaan (Machtstaat).1 Dalam konsep Negara hukum, yang harus menjadi
panglima dalam kenegaraan adalah hukum bukan politik maupun ekonomi. Awalnya konsep
negara hukum hanya terdapat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945). Setelah UUD 1945 diamandemen
hal ini diatur secara tegas di dalam batang tubuh Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Indonesia
adalah salah satu Negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi yang
mengembangkan transparansi, toleransi, damai dan teratur.
Demokrasi menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan, persamaan dan partisipasi dalam
menentukan kebijakan negara dalam kerangka nilai-nilai Pancasila. Demokrasi Pancasila
adalah demokrasi yang merujuk kepada kesadaran identitas bangsa Indonesia, yang tidak
semata-mata rasional tetapi juga religius, tidak hanya mementingkan kepentingan individu
melainkan juga sosial atau kepentingan umum. Tujuannya untuk memberikan pemahaman
kepada sosial masyarakat tentang konsep demokrasi harus sesuai dengan sifat kehidupan
masyarakat asli Indonesia, bukan sesuatu yang asing dan dipaksakan pada kehidupan bangsa
Indonesia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), demokrasi adalah sistem
pemerintahan yang seluruh rakyatnya berkontribusi melalui wakilnya yang terpilih di
lembaga pemerintahan yaitu Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam bahasa Yunani, demokrasi
terdiri dari kata “demos” yang berarti rakyat atau khalayak dan “kratos” yang berarti
pemerintahan. Jika keduanya digabungkan dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat
yang mana demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang mengizinkan dan memberi hak
kebebasan kepada warga negaranya untuk berpendapat dan turut serta dalam pengambilan
keputusan di pemerintahan.
Kekuasaan pemerintahan dalam demokrasi di negara Indonesia berada ditangan
rakyat. Rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi atau kedaulatan berada ditangan rakyat
yang dijamin dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 menyebutkan bahwa “Kedaulatan berada
ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Prinsip masyarakat
demokratis hanya dapat berjalan jika masyarakat dalam sebuah negara diperbolehkan turut
serta dalam pembentukan tatanan hukum, yang kemudian melahirkan istilah kompromi.2

1 Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, (Jakarta; PT. Bhuana Ilmu
Populer, 2007), hlm. 297.
2 Hamid Basyaib, Membela Kebebasan Percakapan tentang Demokrasi Liberal, Cetakan pertama, (Jakarta:
Pustaka Alvabet dan Freedom Institute, 2006), hlm. 267
Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara hukum berwenang untuk mengatur dan
melindungi pelaksanaan demokrasi, kemerdekaan berpikir dan mengeluarkan pendapat agar
demokrasi di Indonesia tetap berjalan semestinya. Demokrasi dalam kebebasan berpendapat
diatur dalam perubahan keempat UUD 1945 Pasal 28E ayat (3) yang berbunyi; “Setiap orang
berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. Amien Rais
menyatakan bahwa demokrasi memiliki kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah Negara
yaitu salah satunya pemenuhan terhadap empat macam kebebasan yakni kebebasan
mengeluarkan pendapat, kebebasan berkumpul, kebebasan pers/penyampaian berita dan
kebebasan beragama. Bila rakyat tidak diperbolehkan berbicara atau mengeluarkan pendapat,
maka itu pertanda akan tidak adanya demokrasi.3
Salah satu sarana untuk menyampaikan pendapat dalam demokrasi adalah
menyampaikan pendapat dimuka umum, biasanya disebut dengan unjuk rasa atau
demonstrasi yang mana hak-haknya telah dijamin dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, Pasal 1 ayat (1)
bahwa; “Hak setiap warga Negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan
sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.” Hak tersebut juga diatur dalam Pasal 25 Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang berbunyi; ”Setiap orang
berhak untuk menyampaikan pendapat di muka umum, termasuk hak untuk mogok sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.”
Menurut John Locke, kehadiran hak asasi manusia sebenarnya tidak diberikan oleh
negara, melainkan asasi manusia merupakan hak-hak individu yang sifatnya kodrati, dimiliki
oleh setiap manusia sejak ia dilahirkan. 4 Unjuk rasa atau demonstrasi adalah hak dan sarana
untuk memberikan dukungan, pendapat, maupun kritik untuk menyampaikan penolakan,
ketidaksetujuan dan ketidakberpihakan terhadap peraturan ataupun kebijakan yang akan
berlaku, baik secara tertulis maupun tidak tertulis tanpa dipengaruhi kepentingan pribadi
maupun golongan serta mewujudkan demokrasi yang sebesar-besarnya berdaulat pada rakyat.
Kebebasan setiap warga negara untuk menyampaikan pendapat di muka umum merupakan
hak setiap individu yang telah dijamin oleh konstitusi dan hal yang paling mendasar untuk
perwujudan demokrasi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.

3 Mohammad Hatta, ”Indonesia Merdeka” dalam karya lengkap Bung Hatta. Buku I: Kebangsaan dan
Kerakyatan, (Jakarta; Penerbit LP3ES, 1998), hlm. 87.
4 Ermaya Suradinata, Pemimpin dan Kepemimpinan Pemerintah, (Jakarta; Gramedia Pustaka Utama, 2002),
hlm. 82
Unjuk rasa atau demonstrasi memiliki tata tertib tersendiri yang diatur dalam Pasal 9
dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat di Muka Umum. Jika unjuk rasa atau demonstrasi dilakukan sesuai dengan aturan
dan perundang-undangan yang berlaku, tidak akan menimbulkan permasalahan apapun.
Pengerahan massa untuk demonstrasi yang biasanya menimbulkan masalah baru ialah
demonstrasi yang bersifat anarkis sampai merusak ketertiban umum dan merusak fasilitas-
fasilitas umum lainnya.
Merusak ketertiban umum dapat dikenakan sanksi yang tegas sesuai dengan peraturan
yang berlaku, apalagi jika tindakan tersebut menimbulkan korban jiwa dapat dimasukan
dalam pelaku tindak pidana. Diatur dalam Pasal 16 dan 17 Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1998 yang intinya; “pelaku atau peserta pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum
yang melakukan perbuatan melanggar hukum atau melakukan tindak pidana, akan dipidana
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ditambah lagi hukuman dengan
1/3 (satu per tiga) dari pidana pokok”.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
mengenai kritik ideologi yang bertentang dengan Pancasila adalah ; Bagaimana demonstrasi
yang bersifat anarkis dapat bertentangan dengan Pancasila ?

2. PEMBAHASAN

Dasar demokrasi Pancasila yang dianut oleh negara Indonesia adalah prinsip
demokrasi yang berkedaulatan rakyat yaitu kepentingan rakyat harus diutamakan oleh wakil-
wakil rakyat, rakyat juga dilatih untuk ikut bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Konsep demokrasi pancasila dibentuk dari nilai masyarakat asli Indonesia
dengan nilai-nilai yang melekat kepadanya berlaku umum dan universal sebagai sistem
pemerintahan seperti mufakat, tolong menolong, musyawarah dan istilah-istilah lain yang
berkaitan dengan demokrasi, maupun sebagai pengamalan di kehidupan sehari-hari harus
merujuk pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Demokrasi Pancasila menurut Mohammad Hatta yaitu demokrasi yang berdasarkan
gotong-royong dan bersifat kekeluargaan ditujukan kepada kesejahteraan rakyat. 5 Demokrasi
dipahami sebagai sebuah ruang lingkup yang sangat luas dan menjadi fenomena yang sangat
menarik untuk dibicarakan. Apalagi kenyataannya Indonesia sebagai negara hukum masih

5 Indra Yoga, Demo Tolak Kenaikan Harga BBM Berakhir Ricuh, 14 September 2022, Diakses melalui situs :
https://www.voaindonesia.com/a/demo-tolak-kenaikan-harga-bbm-berakhir-ricuh/6746289.html pada tanggal 10
Oktober 2022
menggunakan proses demokratisasi sebagai sebuah dasar pelaksanaan pemerintahan. Bentuk
kemerdekaan penyampaian pendapat di muka umum dalam demokrasi dapat dilaksanakan
dengan unjuk rasa atau demonstrasi, mimbar bebas, pawai dan rapat umum.
Pengertian demonstrasi atau unjuk rasa menurut UU Nomor 9 Tahun 1998, adalah
kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan,
tulisan, dan sebagainya secara demonstratif dimuka umum. Selama perkembangannya
sekarang, demonstrasi diartikan secara sempit yaitu sebagai kegiatan yang berteriak-teriak,
membakar ban, dan aksi teatrikal yang meresahkan. Persepsi masyarakat pun menjadi
semakin buruk terhadap demonstrasi karena tindakan-tindakan pelakunya yang mengabaikan
makna sebenarnya dari demonstrasi menjadi hilang.6 Tindakan-tindakan tersebut biasanya
dilakukan dengan tindakan anarkisme oleh demonstrasi yang memiliki arti negatif dalam
kehidupan bermasyarakat.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), anarkis adalah orang yang melakukan
tindakan anarki dan penganut paham anarkisme yaitu ajaran atau paham yang menentang
setiap kekuatan negara. Tindakan anarkis terjadi disebabkan ketiadaannya pemerintah dan
aparat penegak hukum selama berlangsungnya pelaksanaan demonstrasi, sehingga individu
atau kelompok menjadi hukum itu sendiri. Dapat kita simpulkan bahwa anarkis adalah
kebebasan berpendapat dengan mengganggu dan merusak ruang publik tanpa adanya
lembaga pemerintahan pada saat demonstrasi dilakukan.
Berdasarkan Pasal 1 angka 8 Perkap 7 tahun 2012 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Pelayanan, Pengamanan, dan Penanganan Perkara Penyampaian Pendapat Di Muka Umum,
pengertian anarkis adalah “tindakan yang dilakukan dengan sengaja atau terang-terangan oleh
seseorang atau sekelompok orang yang bertentangan dengan norma hukum yang
mengakibatkan kekacauan, membahayakan keamanan umum, mengancam keselamatan
barang dan/atau jiwa, kerusakan fasilitas umum atau hak milik orang lain”. Penting untuk
diketahui bahwa kegiatan demonstrasi yang bersifat anarkis dilarang pelaksanaan dan
keberlangsungannya.
Pasal 23 huruf e Perkap 7 tahun 2012 menyatakan bahwa kegiatan penyampaian
pendapat di muka umum dinyatakan sebagai bentuk pelanggaran apabila berlangsung anarkis,
yang disertai pelanggaran hukum dengan tindak pidana atau kejahatan yang membahayakan
keamanan umum bagi orang atau barang kejahatan terhadap ketertiban umum dan kejahatan
terhadap penguasa umum. Jika kita kembali mengingat aksi demonstrasi pada tahun 2022 ini,
6 Devira Prastiwi, 4 Tanggapan Berbagai Pihak Soal Aksi Demo Mahasiswa 14 April 2022 Yang Berakhir
Ricuh, 12 April 2022, Diakses melalui situs : https://www.liputan6.com/news/read/4936680/4 -tanggapan-
berbagai-pihak-soal-aksi-demo-mahasiswa-11-april-2022-yang-berakhir-ricuh pada tanggal 10 Oktober 2022
telah banyak terjadi unjuk rasa atau demonstrasi dalam menyampaikan pendapat di muka
umum yang dilakukan dengan kericuhan, kekerasan dan berakhir dengan tidak seharusnya
sesuai dengan aturan pelaksanaan unjuk rasa atau demonstrasi. Ada beberapa kejadian unjuk
rasa atau demonstrasi yang berakhir dengan kerusuhan, kerusakan fasilitas-fasilitas umum
dan mengganggu ketertiban, akan dijelaskan secara singkat sebagai berikut ;
1. Unjuk rasa atau demonstrasi menolak kenaikan BBM pada 13 September 2022 di
Jakarta, yang awalnya berlangsung dengan tertib mulai rusuh sekitar pukul 6 sore
ketika massa membakar pagar pembatas jalan dan berupaya merusak kawat berduri
yang dipasang oleh polisi. Bentrokan semakin ricuh terjadi sekitar pukul 7.30 malam
saat massa yang marah mulai melempari polisi dengan botol dan barang-barang
lainnya.7
2. Aksi demonstrasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) pada
Selasa 11 April 2022 di Gedung DPR RI Senayan, Jakarta terkait penolakan
penundaan Pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden, berakhir dengan
kericuhan yang terjadi saat Listyo dan Dasco turun dari mobil komando. Massa
dengan pakaian bebas yang ada di sebelah timur tiba-tiba melemparkan botol berisi
batu ke arah gerbang utama Gedung DPR RI. Pemukulan juga terjadi terhadap Ade
Armando sebagai seorang pegiat media sosial dan seorang dosen akademik di
Universitas Indonesia.8
3. Terjadi demonstrasi atau unjuk rasa kepada manajemen Persib terkait sistem tiketing.
Pelaksanaan demonstrasi yang tidak kondusif mulai terlihat pada siang hari.
Penggemar Persib Bandung saat itu terlibat aksi saling lempar botol air kemasan
mineral dan mengakibatkan lemparan itu mengenai polisi yang berjaga membentuk
barikade di depan Graha Persib.9

Unjuk rasa atau demonstrasi yang disebutkan di atas merupakan contoh dari
banyaknya kejadian unjuk rasa atau demonstrasi yang bersifat anarkis karena keadaan yang
tidak kondusif dan berakhir dengan kerusuhan, perusakan fasilitas umum sampai ada
beberapa korban yang berjatuhan akibat dari bentrokan yang terjadi. Setiap warga Negara
yang menyampaikan pendapat di muka umum berhak untuk mengeluarkan pikiran secara
7 Arif Budianto, Demo Ricuh, Bobotoh Lempari Graha Persib Pakai Botol Air Mineral, 28 September 2022,
Diakses melalui situs : https://daerah.sindonews.com/read/897967/701/demo-ricuh-bobotoh-lempari-graha-
persib-pakai-botol-air-mineral-1664363348 pada tanggal 10 Oktober 2022
8 Tenang Haryanto, Johannes Suhardjana, dkk, “Pengaturan Tentang Hak Asasi Manusia Berdasarkan UUD
1945 Sebelum dan setelah amandemen”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 8, No. 2, Mei 2008. Dipublikasi.
9 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara; Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, Edisi Kelima, (Jakarta; UI Press,
1993), hlm. 51.
bebas dan memperoleh perlindungan hukum (Pasal 5 UU No. 9 Tahun 1998). Namun, warga
negara juga bertanggung jawab dan wajib untuk menghormati hak-hak dan kebebasan orang
lain, menaati hukum dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan menghormati
aturan-aturan moral yang diakui umum. Tindakan tersebut sesuai dengan asas keseimbangan
dan antara hak dan kewajiban yang berlaku untuk penyampaian pendapat di muka umum.
Berdasarkan teori yang dikatakan oleh John Stuart Mill seorang filsuf terkemuka
Inggris terkait dengan kebebasan berpendapat menyatakan bahwa “Pentingnya kebebasan
dalam berekspresi. Peradaban yang ada pada suatu negara akan terus berkembang jika
diberikan kesempatan berekspresi yang lebih luas.”10 Pendapat tersebut memperlihatkan
bahwa freedom of expression tidak dapat dikurangi dalam bentuk apapun, termasuk
pemberian atas kebebasan berpendapat itu sendiri tidak dapat dikurangi. Sedangkan menurut
Yudi Latif, “Demokrasi Pancasila adalah kebebasan individu yang tidak bersifat mutlak tetapi
harus disesuaikan dengan tanggung jawab sosial.”11
Kedua teori tersebut tersirat makna untuk menyampaikan kepada negara agar
memberikan kebebasan dalam berekspresi yang seluas-luasnya kepada masyarakat namun
tidak sampai melanggar hak-hak orang lain, merusak fasilitas dan mengganggu ketertiban
umum. Kita sebagai masyarakat yang berdasarkan Pancasila harus mengamalkan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dalam demokrasi Pancasila,
kebebasan individu dalam berserikat, berpendapat dan menyampaikan kritik serta saran yang
dilakukan di muka umum harus dibatasi oleh sejumlah hal diantaranya kepentingan publik
luas, ideologi bangsa dan etika, stabilitas dan keamanan nasional serta aturan moral yang
bersifat kemasyarakatan maupun keagamaan atau ketuhanan.
Demokrasi Pancasila yang dimaksud oleh Yudi Latif diatur dalam Pasal 28J UUD
1945 menyatakan bahwa: Ayat (1) “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang
lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.” Ayat (2) “Dalam
menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis”. Kesempatan berekspresi merupakan hak individu setiap orang dan

10 Yudi Latif, Negara Paripurna, Historisitas, Rasionalitas dan aktualitas Pancasila, (Jakarta; Gramedia,
2011), hlm. 383.
11 Andi Suhardiyanto, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Paket A Setara SD/MI Kelas V Modul
Tema 5 : Pancasila Rumah Kita, (Jakarta; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018), hlm. 16
telah dijamin oleh negara namun hak tersebut memiliki batasan yang tidak menutup untuk
menghormati hak orang lain karena hak dan kewajiban harus seimbang.
Berkaitan dengan ketertiban umum menurut Ermaya Suradinata, mengatakan bahwa
ketertiban sebagai suatu keadaan agar pemerintah dan rakyat dapat melakukan kegiatan
secara tertib, aman dan teratur. Ketertiban dan ketentraman dapat terganggu oleh berbagai
sebab dan keadaan diantaranya ialah pelanggaran hukum yang berlaku, bencana alam
maupun bencana yang ditimbulkan oleh manusia atau organisasi lainnya, dan faktor dari
bidang ekonomi dan keuangan.12 Diterangkan oleh Setiawan Suparjan Rahmat dalam Aksi
Anarkis Mahasiswa, faktor utama penyebab mahasiswa terlibat anarkisme ada dua yakni ;
a. Faktor sistemik meliputi keadaan yang membuat seseorang tidak bisa menolak untuk
terlibat dalam aksi-aksi anarkis.
b. Faktor kondisi situasional adalah hal-hal yang menyebabkan seseorang merasa tidak
nyaman sehingga menjadikan aksi-aksi anarkis sebagai pelarian.

Perbuatan anarkis selama unjuk rasa atau demonstrasi berlangsung tentu perbuatan
yang melanggar ketertiban umum dan melanggar perbuatan hukum serta tidak taat terhadap
ideologi Demokrasi Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang terdiri dari seperangkat
nilai dan norma yang terkandung dalam Sila keempat. Pancasila merupakan dasar negara
Indonesia, maka setiap bangsa Indonesia yang melakukan aktivitas keseharian untuk bangsa
dan negara perlu mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari menjadi
penting.13 Adapun beberapa tujuan dari pengamalan nilai-nilai Pancasila yaitu untuk
mempertahankan persatuan dan kesatuan Republik Indonesia, untuk menjaga kedaulatan
negara Republik Indonesia, dan untuk menghubungkan rasa tanggung jawab antara
masyarakat dengan pemerintah. Pengamalan nilai-nilai pancasila dijelaskan dalam TAP MPR
Nomor I/MPR/2003, penjelasan butir-butir sila keempat dalam pengamalannya di kehidupan
sehari-hari disebutkan sebagai berikut:
1. Sebagai warga negara dan masyarakat Indonesia memiliki kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak sendiri kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan umum.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati serta menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
12 Lorenz Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta; Gramedia, 2002), hlm. 411.
13 El Muhtaj Majda, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, (Jakarta; Kencana, 2007), hlm. 29.
6. Dengan itikad baik serta rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah bersama.
7. Mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi serta golongan di
dalam musyawarah.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, nilai kebenaran dan keadilan, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia, serta mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bangsa.
10. Memberi kepercayaan kepada wakil-wakil rakyat yang dipercaya untuk melaksanakan
pemusyawaratan.14

Nilai sila keempat bermakna dalam pengambilan keputusan dari pendapat-pendapat


yang berbeda diutamakan melalui mekanisme musyawarah. Jika unjuk rasa atau demonstrasi
dilakukan secara kerusuhan dan perusakan fasilitas umum maka akan membuat tujuan
pengamalan nilai-nilai Pancasila keempat tidak akan tercapai. Agar kehidupan sehari sesuai
dengan sila “Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan di Indonesia” dapat berjalan dengan baik maka harus
dikembangkan nilai-nilai sebagai berikut:
a. Setiap warga negara Indonesia memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama
dihadapan hukum dan tidak memaksakan kehendaknya kepada orang lain.
b. Menjunjung tinggi dan menghormati seluruh hasil keputusan musyawarah dengan
cara melaksanakan kesepakatan yang telah diputuskan bersama
c. Mengutamakan musyawarah dalam pengambilan segala keputusan demi kepentingan
bersama bukan kepentingan pribadi atau individu.

3. KESIMPULAN

Demokrasi adalah ciri Negara Indonesia sebagai Negara hukum yang bersifat
presidensial, namun tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya kerusuhan maupun
kericuhan saat menyampaikan aspirasi-aspirasi masyarakat dengan cara demonstrasi yang
berakhir dengan anarkis. Penyampaian tersebut bisa disampaikan dengan diskusi atau
musyawarah tanpa menimbulkan masalah-masalah lainnya. Jika kita mengamalkan Pancasila

14 Muhammad Ridha Iswardhana, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan: Merajut Kebhinekaan dalam
Menghadapi Tantangan Revolusi Industri, (Yogyakarta: Kanisius, 2020)
dari Sila ke 4 yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan keadilan” maka kita tidak akan bersifat anarkis dan merusak fasilitas umum
karena dengan itikad baik serta rasa tanggung jawab, kita dapat menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah yang telah didiskusikan bersama.
Masyarakat mempunyai harapan, pendapat, kehendak, pilihan, pemikiran, dan cita-
cita yang ingin disampaikan dan tersalurkan karena ketidakpuasan terhadap kinerja
pemerintahan. Jika demikian masyarakat bebas menyuarakan gagasan, harapan, maupun ide-
idenya tanpa adanya batasan-batasan tertentu selama apa yang mereka sampaikan bukan
suatu kebohongan dan bisa dipertanggung jawabkan dalam penyampaian informasi. Tidak
jarang komunikasi yang terjalin antar masyarakat sering terjadi perselisihan pendapat, apabila
tidak disikapi dengan bijaksana akan menimbulkan perpecahan antar golongan masyarakat,
bahkan bisa sampai pada tindakan kekerasan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat untuk
bisa mencapai tujuannya. Tindakan kekerasan yang dilakukan atas dasar kepentingan pribadi
maupun untuk kepentingan bersama sangat tidak dibenarkan.
Seharusnya masyarakat menjunjung tinggi nilai demokrasi dengan menggunakan
musyawarah mufakat untuk mencapai kesepakatan dan dapat mengatasi perbedaan yang
terjadi di dalam kehidupan sosial masyarakat karena perbedaan pendapat dapat diselesaikan
dengan cara perundingan yang damai. Saling menghormati dan mengikutsertakan seluruh
masyarakat untuk berperan serta dalam berbagai keputusan penting, akan membuat
masyarakat merasa memiliki rasa tanggung jawab atas segala hasil yang telah mereka pilih
maupun yang telah mereka rundingkan bersama-sama.
Dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam sila keempat dalam mengambil
keputusan dapat menghindari dari perpecahan diantara sesama kelompok lainnya dan
menghindari kerusuhan dan kericuhan yang terjadi nantinya, agar tidak ada bentrok yang
terjadi antar masyarakat, aparat penegak hukum maupun pihak lain yang tidak seharusnya
ikut terlibat.
4. DAFTAR PUSTAKA

Andi Suhardiyanto. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Paket A Setara


SD/MI Kelas V Modul Tema 5 : Pancasila Rumah Kita. Jakarta; Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2018.

Arif Budianto, Demo Ricuh, Bobotoh Lempari Graha Persib Pakai Botol Air Mineral,
28 September 2022, Diakses melalui situs : https://daerah.sindonews.com/read/897967/
701/demo-ricuh-bobotoh-lempari-graha-persib-pakai-botol-air-mineral-1664363348
pada tanggal 10 Oktober 2022.
Devira Prastiwi, 4 Tanggapan Berbagai Pihak Soal Aksi Demo Mahasiswa 14 April
2022 Yang Berakhir Ricuh, 12 April 2022, Diakses melalui situs :
https://www.liputan6.com/news/read/4936680/4-tanggapan-berbagai-pihak-soal-aksi-
demo-mahasiswa-11-april-2022-yang-berakhir-ricuh pada tanggal 10 Oktober 2022.

El Muhtaj Majda. Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, Jakarta : Kencana,
2007.

Ermaya Suradinata, Pemimpin dan Kepemimpinan Pemerintah. Jakarta : Gramedia


Pustaka Utama, 2002.

Hamid Basyaib. Membela Kebebasan Percakapan tentang Demokrasi Liberal. Cetakan


Pertama. Jakarta: Pustaka Alvabet dan Freedom Institute, 2006

Indra Yoga, Demo Tolak Kenaikan Harga BBM Berakhir Ricuh, 14 September 2022,
Diakses melalui situs : https://www.voaindonesia.com/a/demo-tolak-kenaikan-harga-
bbm- berakhir-ricuh/6746289.html pada tanggal 10 Oktober 2022.

Jimly Asshiddiqie. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi.


Jakarta : Bhuana Ilmu Populer, 2007.

Mohammad Hatta. ”Indonesia Merdeka” dalam karya lengkap Bung Hatta. Buku I:
Kebangsaan dan Kerakyatan. Jakarta : Penerbit LP3ES, 1998.

Muhammad Ridha Iswardhana. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan: Merajut


Kebhinekaan dalam Menghadapi Tantangan Revolusi Industri. Yogyakarta: Kanisius,
2020.

Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara; Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, Edisi
Kelima, (Jakarta; UI Press, 1993), hlm. 51.

Tenang Haryanto, Johannes Suhardjana, dkk. 2008. “Pengaturan Tentang Hak Asasi
Manusia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum dan setelah amandemen”, Jurnal Dinamika
Hukum, Vol. 8, Nomor 2, Mei . Dipublikasikan.

Yudi Latif. Negara Paripurna, Historisitas, Rasionalitas dan aktualitas Pancasila.


Jakarta : Gramedia, 2011.

Anda mungkin juga menyukai