Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH ILMU NEGARA

“HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH SERTA TATA HUKUM DAN


SUATU NEGARA”

Dosen Pengampu:
Dr. Rakhmat Bowo Suharto, S.H., M.H

Disusun oleh:
Ika Seftiana Farikatunnisa
NIM 30302200001

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2023

HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH SERTA TATA HUKUM DAN


SUATU NEGARA
1. Tata Hukum dan Suatu Negara
Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 amandemen ke-4 secara tegas menyatakan bahwa,

“Negara Indonesia adalah negara hukum”. Ketetapan pasal tersebut merupakan landasan

konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdiri di atas landasan hukum, di mana

hukum diposisikan sebagai aturan main tunggal dalam menjalani kehidupan dan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam konsep negara hukum, kekuasaan negara

berdasar pada hukum. Supremasi hukum (supremacy of law) dalam hal ini harus mencakup

tiga formulasi besar yakni, keadilan, kemanfaatan dan kepastian.

Sehingga adanya supremasi hukum itu semakin mempertegas bahwa standing

position dari hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ialah menjadi

pengontrol, pengendali dan pemandu kehidupan masyarakat, dengan tujuan agar terwujud

tatanan kehidupan berbangsa, bernegara yang terselimuti dengan rasa aman, tertib,

berkeadilan, dan ditambah dengan adanya jaminan kepastian hukum serta perlindungan

terhadap hak mendasar dari segenap warga negara.

Sejarah Indonesia menjadi suatu pencatatan dari kejadian-kejadian penting masa lalu

yang perlu diketahui, diingat, dan dipahami oleh setiap orang atau suatu bangsa masa kini.

Jadi, sejarah tata hukum Indonesia adalah suatu pencatatan dari kejadian-kejadian penting

mengenai tata hukum Indonesia pada masa lalu yang perlu diketahui, diingat, dan dipahami

oleh bangsa Indonesia.1 Adanya proklamasi kemerdekaan menjadi sumber hukum bagi

lahirnya Negara Republik Indonesia, adanya Dekrit Presiden menjadi sumber hukum

berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945 dan menjadi sumber hukum bagi

penyelenggaraan kehidupan konstitusional bangsa dan negara Republik Indonesia, begitu

juga surat perintah sebelas Maret 1966 yang sumber hukum bagi pelaksanaan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.

Setelah perubahan UUD 1945 selesai maka UUD NRI Tahun 1945 harus

dilaksanakan secara sungguh-sungguh, konsisten, dan konsekuen oleh semua penyelenggara


1 Yapiter Marpi. Op., Cit., hlm. 105.

1
negara dan seluruh warga negara agar kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

yang demokratis sebagaimana diharapkan dapat benar-benar terwujud. Menurut Jimly

Asshiddiqie, pelaksanaan UUD NRI Tahun 1945 hasil perubahan tersebut meliputi:

Sosialisasi UUD NRI Tahun 1945; Konsolidasi atau penataan Sistem Hukum Nasional; dan

Konsolidasi atau penataan kelembagaan negara.2

Objeknya adalah hukum sebagai suatu fenomena dalam kehidupan manusia di

manapun di dunia ini dan dari masa kapan pun. Singkatnya, hukum di sini dilihat sebagai

fenomena universal, bukan lokal maupun regional. Hal-hal semacam ini sebenarnya

merupakan akibat dari tingkah laku manusia yang ingin bebas. Suatu kebebasan dalam

bertingkah laku tidak selamanya akan menghasilkan sesuatu yang baik. Apalagi kalau

kebebasan tingkah laku seseorang tidak dapat diterima oleh kelompok sosialnya.

Hukum itu sendiri bukanlah sekadar kumpulan atau penjumlahan peraturan-peraturan

yang masing-masing berdiri sendiri. Arti pentingnya suatu peraturan hukum ialah karena

hubungannya yang sistematis dengan peraturan-peraturan hukum lain. Hukum merupakan

sistem berarti hukum itu merupakan tatanan, merupakan suatu kesatuan yang utuh yang

terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain. Dengan

kata lain, sistem hukum adalah suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur yang mempunyai

interaksi satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan kesatuan tersebut. Kesatuan

tersebut diterapkan terhadap kompleks unsur-unsur yuridis seperti peraturan hukum, asas

hukum, dan pengertian hukum.3

Didalam kehidupan sosial masyarakat, terdapat berbagai petunjuk hidup dalam

berperilaku dan berhubungan antar individu masyarakat yang disebut dengan norma (kaidah),

tanpa itu niscaya masyarakat akan mengalami kondisi yang antabranta. Dari bentuk

penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai
2 Yapiter Marpi, Ilmu Hukum Suatu Pengantar, (Tasikmalaya: Zona Media Mandiri, 2020), hlm. 8.
3 Rahman Mulyawan, Sistem Pemerintahan Indonesia, Cetakan Pertama, (Bandung: Unpad Press, 2015),
hlm. 59.

2
cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat

terhadap kriminalisasi adalah hukum pidana. Hukum pidana yang diupayakan cara negara

dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi penciptaan

hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara

perwakilan di mana mereka yang akan dipilih.4

2. Hubungan Pusat dan Daerah

Negara republik adalah negara yang dikepalai oleh presiden yang kedudukannya

dilakukan melalui pemilihan atau cara lain yang tidak berdasarkan keturunan. Di negara

demokratis, pergantian kepala negara dilakukan secara demokratis yaitu melalui pemilihan

umum secara langsung oleh rakyat maupun melalui pemilihan tidak langsung oleh wakil-

wakil rakyat, yang dilaksanakan secara berkala. Sementara itu, di negara-negara yang tidak

demokratis, pengangkatan kepala negara dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti

kudeta, penunjukan langsung oleh kepala negara terdahulu dan sebagainya.5

Negara kesatuan adalah negara yang bersusunan tunggal karena hanya terdiri dari satu

negara, dan hanya ada satu pemerintah yaitu pemerintah pusat yang mempunyai kekuasaan

dan wewenang tertinggi dalam bidang pemerintahan negara, menetapkan kebijakan

pemerintahan, dan melaksanakan pemerintahan negara baik di pusat maupun di daerah-

daerah.6 Konstitusi negara kesatuan menentukan batas-batas wewenang dan kekuasaan

daerah, sedangkan kekuasaan yang tidak diatur dianggap sebagai kekuatan milik pusat (residu

power). Negara kesatuan juga didefinisikan sebagai suatu negara yang diatur dibawah suatu

pemerintahan pusat. Kekuasaan asli terdapat di tingkat pusat sedangkan daerah mendapatkan

kekuasaan dari pusat melalui penyerahan sebagian kekuasaan yang ditentukan secara tegas.

4 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2005), hlm. 122.
5 Jimly Asshiddiqie, Menuju Negara Hukum yang Demokratis, (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2008), hlm. 74-81.
6 Bintan R. Saragih, Sistem Pemerintahan Dan Lembaga Perwakilan Di Indonesia, (Jakarta: Perintis Press,
1985), hlm. 74.

3
Di negara kesatuan hanya ada satu kekuasaan yang berwenang membuat undang-undang

yang berlaku untuk seluruh wilayah negara.7

Negara kesatuan dengan asas sentralisasi artinya kekuasaan pemerintahan dipusatkan,

yaitu pada pemerintah pusat. Pemerintah pusat lah yang mengatur dan mengurus segala

urusan pemerintahan di seluruh wilayah negara. Negara kesatuan dengan asas desentralisasi

menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada daerah-daerah yang ada di wilayah negara

tersebut. Daerah tersebut menjadi otonom, dalam arti memiliki kekuasaan dan wewenang

sendiri untuk mengelola penyelenggaraan pemerintahan di daerah sesuai dengan konstitusi

yang mengaturnya. Negara Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi

dalam penyelenggaraan kekuasaannya. Hal ini didasarkan pada Pasal 18 UUD 1945.8

Menurut Pasal 1 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945, “Negara Indonesia adalah Negara

Kesatuan yang berbentuk Republik”. Dalam Pasal 25A UUD NRI Tahun 1945 dinyatakan,

“Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan berciri nusantara

dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.”

Sebagai sebuah negara kepulauan, NKRI memiliki kurang lebih 17.508 buah pulau yang

membentang dari Sabang sampai ke Merauke, terletak diantara dua benua yaitu Benua Asia

dan Benua Australia, dan di antara dua samudra yaitu Samudra Pasifik dan Samudra

Indonesia.

Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah sistem dan pemerintahan.

Sistem adalah suatu keseluruhan, terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai hubungan

fungsionil, baik antara bagian-bagian maupun hubungan fungsionil terhadap keseluruhannya,

sehingga hubungan itu menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-bagian, akibatnya

jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi keseluruhan organ. 9

7 Soehino, Ilmu Negara, Cetakan kedelapan Belas, (Yogyakarta: Liberty, 2008), hlm. 224.
8 Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, (Jakarta: PT Bhuana
Ilmu Populer, 2007), hlm. 282.
9 Jimly Asshiddiqie, Menuju Negara……Op., Cit., hlm. 253-274.

4
Sistem terdapat dalam berbagai tingkat. Dengan demikian, terdapat berbagai sistem.

Keseluruhan tata hukum nasional dapat disebut dengan sistem hukum nasional.

Dalam konstitusi diatur hubungan antarlembaga negara yang ada, dan hubungan

antara negara dengan warga negara. Sebagai hukum dasar (the fundamental law) dan hukum

tertinggi (the higher law) konstitusi harus dipatuhi oleh semua penyelenggara negara dan

semua warga negara agar kekuasaan negara tidak disalahgunakan dan hak-hak warga negara

tidak dilanggar.10 Menurut Soehino, Konstitusi adalah dokumen yang memuat aturan-aturan

hukum dan ketentuan-ketentuan hukum yang pokok-pokok atau dasar-dasar yang sifatnya,

baik tulisan maupun tidak tertulis yang menggambarkan tentang sistem ketatanegaraan suatu

negara. Lebih lanjut undang-undang dasar adalah suatu kitab atau dokumen yang memuat

aturan-aturan hukum dan ketentuan-ketentuan hukum yang pokok-pokok atau dasar-dasar

sifatnya tertulis, yang menggambarkan sistem ketatanegaraan suatu negara.11

DAFTAR PUSTAKA

Bintan R. Saragih. Sistem Pemerintahan Dan Lembaga Perwakilan Di Indonesia.


Jakarta: Perintis Press, 1985.
Jimly Asshiddiqie. Menuju Negara Hukum yang Demokratis. Jakarta: Sekretariat
Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2008.
Jimly Asshiddiqie. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi.
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2007.
Yapiter Marpi. Ilmu Hukum Suatu Pengantar. Tasikmalaya: Zona Media Mandiri,
2020.
Soehino. Ilmu Negara. Cetakan kedelapan Belas. Yogyakarta: Liberty, 2008.

10 Dian Aries Mujiburohman, Pengantar Hukum Tata Negara, Cetakan Pertama, (Yogyakarta: STPN Press,
2017), hlm. 60.
11 Soehino, Op., Cit., hlm. 182

5
Rahman Mulyawan. Sistem Pemerintahan Indonesia. Cetakan Pertama. Bandung:
Unpad Press, 2015.
Sudikno Mertokusumo. Mengenal Hukum: Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty,
2005.

Anda mungkin juga menyukai