Anda di halaman 1dari 16

JURNAL PENELITIAN:

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP POLISI YANG


BERTINDAK REPRESIF DALAM PENGAMANAN
DEMONSTRASI

Oleh
Faizal Amir

Abstact:
In this study, the focus or main problem is first, what are the procedures, duties and
authorities of the police in Indonesia in handling demonstrations where the Unitary State of the
Republic of Indonesia as a legal and democratic state has the authority to regulate and protect the
exercise of freedom of expression, Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, in a special sense, a state based on law means that all state or government actions
must be based on legal provisions or can be legally justified. Second, in situations of security for
demonstrations carried out by the police, repressive actions are often found outside of orders or it
is not within the authority of the police to take repressive actions which result in victims
suffering serious injuries and even death, in that case how is law enforcement against the police
who carry out repressive measures.
Abstrak:
Di dalam penelitian ini yang menjadi focus atau pokok permasalahan adalah pertama,
bagaimana prosedur, tugas dan wewenang kepolisian di Indonesia dalam penanganan aksi
demonstrasi yang sebagai mana Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara hukum dan
demokratis berwenang untuk mengatur dan melindungi pelaksanaan kebebasan berpendapat,
Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam arti khusus,
negara berdasarkan hukum diartikan bahwa semua tindakan negara atau pemerintah harus
didasarkan pada ketentuan hukum atau dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Kedua,
dalam situasi pengamanan demonstrasi yang dilakukan Polisi, sering kali ditemukan tindakan
represif di luar dari perintah ataupun bukan merupakan wewenang Polisi melakukan tindakan
represif yang mengakibatkan berjatuhan korban menderita luka-luka serius bahkan sampai
kematian, dalam hal itu bagaimana penegakan hukum terhadap Polisi yang melakukan tindakan
represif.

PENDAHULUAN
Negara Kesatuan Republik Indonesia ayat (3) Undang-undang Negara Republik
sebagai negara hukum dan demokratis Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disebut
berwenang untuk mengatur dan melindungi UUD NRI Tahun 1945. Dalam arti khusus,
pelaksanaan kebebasan berpendapat, Pasal 1 negara berdasarkan hukum diartikan bahwa
semua tindakan negara atau pemerintah Dalam masyarakat demokratis
harus didasarkan pada ketentuan hukum atau sekalipun, sistem sosialnya memang
dapat dipertanggung jawabkan secara dirancang dan ditumbuhkan untuk memiliki
hukum. hak-hak dasar ini. Demokrasi dan HAM
Di samping negara hukum maka merupakan persyaratan mutlak bagi
negara Indonesia juga negara demokrasi, penyelenggara negara hukum, demokrasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat adalah persoalan cara penyelenggaraan suatu
(2) UUD NRI 1945 yang mengatakan bahwa negara oleh penguasa, oleh sebab itu untuk
“Kedaulatan berada ditangan rakyat dan mencegah pemeirntah yang otoriter
dilaksanakan menurut Undang-Undang diperlukan pembagian kekuasaan yang
Dasar”. Dari rumusan konstitusi tersebut memungkinkan adanya check and balance
maka pada intinya rakyat atau masyarakat dalam pemerintahan.
mempunyai peran serta yang besar dalam Hal ini menjadi sebab undang-
pengambilan suatu keputusan dalam negara. undang dibentuk untuk membatasi
Konstitusi berbicara aka pada intinya rakyat kekuasaan pemerintah agar dalam
atau masyarakat mempunyai peran besar penyelenggaraannya juga menghormati hak-
dalam pengambilan suatu keputusan dalam hak warga negara dan hak-hak dasar yang
negara. dimiliki norma kodrati oleh setiap manusia.
Demokrasi adalah suatu mekanisme Dalam usaha mengadakan pembatasan atas
atau sistem yang menghendaki adanya hak-hak dasar di aminkan juga dengan
kebebasan dalam bernegara, dengan dibatasi menggunakan berbagai instrumen pelaksaan
hukum yang berlaku, Kebebasan yang dari undang-undang, dengan demikian
dimaksud berbeda dengan kebebasan yang undang-undang menjadi sangat strategis
sebebas-bebasnya tanpa batas dan tanpa dalam pengimplementasian wujud negara
memperhatikan norma-norma yang ada, hukum dan jika terjadi kesalahan dalam
akan tetapi kebebasan itu juga pasti implementasinya dapat menjadikan negara
berkaitan dengan Hak Asasi Manusia hukum hanya sebagai negara undang-
lainnya, dua prinsip utama yang erat dengan undang saja. Misalnya, ketentuan Pasal 28
prinsip kebebasan. Setiap orang pada UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan
dasarnya memiliki hak yang sama sebagai bahwa kemerdekaan berserikat dan
sebuah dasar kebebasan dan berlaku pula berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan
pada orang lain. Dalam hal ini, kebebasan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dasar para warga adalah kebebasan politik, dengan undang-undang.
yaitu hak untuk memberikan suara dan hak Konsekuensi ketentuan konstitusi tersebut
atas kedudukan public, kemerdekaan kemudian dijabarkan oleh pemerintah
berbicara dan berkumpul, kebebasan nurani melalui berbagai peraturan perundang-
dan kemerdekaan berpikir, kemerdekaan undangan agar dapat mengatur,
memiliki property, serta kemerdekaan dari mengarahkan kehidupan masyarakatnya
penahanan dan pengambilalihan semena- agar tercipta tatanan kehidupan yang teratur,
mena. tertib, adil, damai dan sejahtera. Salah satu
upaya vital yang dilakukan pemerintah bahan hukum yang bersifat sekunder dengan
dalam mewujudkan kehidupan bernegara seluruh data primer yang Penulis dapatkan
serta bermasyarakat yang teratur, tertib, adil, dan penulsi peroleh di lapangan atau di
damai dan sejahtera adalah dengan cara masyarakat (implementasi atau kejadian
menegakkan berlakunya aturan hukum yang sebenarnya terjadi).
materiil dalam masyarakat negara dengan
menggunakan aparat hukum. Dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
demikian aparat penegak hukum memiliki A. Hak Berpendepat Bagi Warga Negara
peran yang penting sebagai jembatan Kebebasan berpendapat adalah
pelaksanaan suatu aturan agar dapat di prinsip yang mendukung kebebasan individu
implementasikan dalam kehidupan atau komunitas untuk menyampaikan
bermasyarakat. pendapat dan gagasannya tanpa takut akan
persekusi, sensor, atau sanksi hukum. Hak
METODE atas kebebasan berekspresi telah diakui
Metode penelitian yang di gunakan sebagai hak asasi manusia dalam Deklarasi
penulis dalam penelitian ini di lakukan Universal Hak Asasi Manusia dan hukum
dengan cara Yuridis-Empiris, penelitian hak asasi manusia internasional oleh
hukum yang dilakukan dengan meneliti, Perserikatan Bangsa-Bangsa. Banyak negara
mengkaji, dan menguraikan terhadap bahan memiliki hukum konstitusional yang
hukum sekunder yang berupa peraturan melindungi kebebasan berbicara. Istilah-
perundang-undangan ataupun kebijakan istilah seperti kebebasan berbicara,
yang dibentuk oleh Pemerintah. Penelitian kebebasan berbicara, dan kebebasan
ini juga turut di dasarkan pada kajian berekspresi digunakan secara bergantian
keilmuan terhadap kaidah dan norma hukum dalam wacana politik. Namun, dalam
yang berlaku di masyarakat yang mana pengertian hukum, kebebasan berekspresi
dalam penelitian ini Penulis juga mencakup segala aktivitas mencari,
menambahkan ketentuan empiris yang menerima, dan menyampaikan informasi
berkaitan dengan permasalahan yang penulis atau gagasan, apa pun media yang
teliti. Diharapkan mampu memberi digunakan.
gambaran secara sistematis dan menyeluruh, Pasal 19 UDHR menyatakan bahwa
mengenai segala hal yang berhubungan "setiap orang berhak untuk memiliki
dengan tata cara pengamanan pendapat tanpa gangguan" dan "setiap orang
demonstran/aksi massa oleh Kepolisian berhak atas kebebasan berekspresi; hak ini
Negara Republik Indonesia. mencakup kebebasan untuk mencari,
Pendekatan yuridis empiris dapat menerima, dan memberikan informasi dan
diartikan sebagai suatu metode penelitian gagasan dalam segala jenis, tanpa
yang mana dilakukan dengan cara memandang batas-batas, baik secara lisan,
melakukan suatu analisis terhadap suatu tertulis atau tercetak, dalam bentuk seni,
permaslaahan yang kemudian dilakukan atau melalui media lain pilihannya".
dengan cara-cara menggabungkan ketentuan
Kebebasan berbicara dan yang bebas, sukarela, dan tidak menipu.
berekspresi, oleh karena itu, mungkin tidak Maka, inilah wilayah kebebasan
diakui sebagai sesuatu yang mutlak, dan manusia yang sesuai. Kebebasan
batasan umum atau batasan kebebasan mengungkapkan dan mempublikasikan
berbicara terkait dengan pencemaran nama pendapat berada di bawah prinsip yang
baik, fitnah, hasutan, dan keamanan publik. berbeda, karena itu termasuk bagian dari
Pembenaran untuk hal tersebut termasuk perilaku individu yang menyangkut orang
prinsip kerugian, yang diusulkan oleh John lain.
Stuart Mill dalam On Liberty, yang Argumen pertama ini memiliki
menyatakan bahwa satu-satunya tujuan di semua tampilan dan struktur pembenaran
mana kekuasaan dapat dilaksanakan secara standar hak-hak individu sebagai
sah atas setiap anggota komunitas beradab, persyaratan keadilan abstrak. Tampaknya
bertentangan dengan keinginannya, adalah berpendapat untuk kebebasan berekspresi
untuk mencegah bahaya bagi orang lain. sebagai implikasi logis dari kebebasan hati
Dalam On Liberty, Mill berpendapat nurani, itu sendiri digambarkan sebagai
untuk kebebasan berekspresi semacam hak alami yang memberikan
mengembangkan beberapa argumen individu dengan "lingkup" kekebalan dari
menentang penyensoran pendapat dan intervensi yang tidak diinginkan, baik dari
pidato, terlepas dari apakah otoritas yang badan publik atau dari negara lain. Kesan
bertujuan untuk menyensor adalah seperti itu juga disampaikan dan diperkuat
pemerintah atau sebagian besar masyarakat. kemudian.
Dia berargumen dengan tegas dan fasih, Mill berhenti membela kebebasan
tetapi tidak selalu konsisten. Dia berekspresi sebagai hak yang
menawarkan argumen umum awal untuk “mengalahkan” sejumlah preferensi atau
kebebasan berekspresi yang mencoba kepentingan yang berlawanan. Mills
menyatukan pembelaan hak dan keadilan berpendapat jika semua umat manusia minus
dengan prinsip utilitas. satu, memiliki satu pendapat, dan hanya satu
Argumen pertama dan umum Mill orang yang berpendapat sebaliknya, umat
untuk kebebasan berekspresi berasal dari manusia tidak akan dibenarkan lagi
pembelaan luas terhadap individualitas dan membungkam satu orang, bahwa dia, jika
otonomi pribadi, sangat sejalan dengan dia memiliki kekuatan, akan dibenarkan
tradisi pemikiran liberal. Ada lingkup dalam membungkam umat manusia.
tindakan di mana masyarakat, yang Lonjakan Indonesia menuju demokratisasi.
dibedakan dari individu, memiliki, jika ada, Perubahan dan transisi meresahkan diri
hanya kepentingan tidak langsung; mereka sendiri. Tidak diragukan lagi ada
memahami semua bagian dari kehidupan banyak rasa sakit yang terkait dengan
dan perilaku seseorang yang hanya kelahiran demokrasi. Namun demikian,
mempengaruhi dirinya sendiri, atau jika itu terbukanya ruang politik yang luar biasa,
juga mempengaruhi orang lain, hanya regenerasi masyarakat sipil, kebebasan
dengan persetujuan dan partisipasi mereka media dan semangat positif yang menuntut
akuntabilitas yang lebih besar dari menangani isu-isu gender untuk
pemerintah, semuanya telah muncul. Saat ini menghidupkan demokrasi partisipatif.
masyarakat yang lebih luas merasa bahwa Agenda reformasi juga menyerukan
mereka adalah mitra dan pemangku pembangunan sosial ekonomi yang
kepentingan aktif dalam pemerintahan humanistik, berkelanjutan dan berkeadilan.
Indonesia. Bagi masyarakat Indonesia, Mengatasi hubungan antara pemerintahan
periode transisi demokrasi ini merupakan sipil yang dipilih secara demokratis dan
tahapan penting, meskipun ada militer juga diidentifikasi sebagai prioritas,
ketidakpastian. Semangat yang dibangkitkan bersama dengan tantangan untuk
masyarakat Indonesia untuk menjawab menjadikan pluralisme agama sebagai
berbagai tantangan yang dihadapi. bagian integral dari fondasi demokrasi
Menciptakan institusi dan budaya politik Indonesia.
yang mendukung praktik demokrasi adalah B. Kewenangan Kepolisian Dalam
upaya jangka panjang. Praktik demokrasi Pengamanan Demonstrasi
harus meresapi interaksi negara dan Hukum adalah perangkat kaidah-kaidah
masyarakat di segala bidang. Praktik dan asas-asas yang mengatur kehidupan
demokrasi juga harus melingkupi hubungan manusia dalam masyarakat, salah satu fungsi
antar komunitas, agama, etnis, regional, yang terpenting dari hukum adalah
gender, dan hubungan komunitarian lainnya. tercapainya keteraturan dalam kehidupan
Proses demokrasi bergantung baik pada manusia di dalam masyarakat. Keteraturan
dialog antar pemangku kepentingan maupun ini yang menyebabkan orang dapat hidup
konsensus tentang agenda demokrasi. dengan berkepastian, artinya orang dapat
Orang Indonesia yang mendukung mengadakan kegiatan-kegiatan yang di
demokrasi telah menyadari bahwa perlukan dalam kehidupan bermasyarakat
diperlukan upaya bersama di banyak bidang karena ia dapat mengadakan perhitungan
untuk mengatasi tantangan yang mereka tentang apa yang akan terjadi atau apa yang
hadapi. Demokrasi bagaimanapun juga bisa di harapkan.
merupakan sarana untuk menemukan jalan Salah satu kegiatan yang di lindungi
keluar dari masalah. hukum adalah kegiatan unjuk rasa di depan
Isu-isu paling kritis yang diidentifikasi umum, unjuk rasa atau demonstrasi adalah
dalam proses dialog ini sensitif secara sebuah gerakan protes yang dilakukan oleh
politik. Namun, mereka diidentifikasi oleh sekumpulan orang didepan umum, unjuk
masyarakat Indonesia sebagai masalah yang rasa biasa dilakukan untuk menyatakan
harus ditangani, yang tanpanya fondasi kelompok tersebut atau penentang kebijakan
transisi menuju demokrasi akan menjadi yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat
lemah. Isu-isu tersebut antara lain reformasi pula dilakukan sebagai upaya penekanan
konstitusi, mengefektifkan otonomi daerah secara politik oleh kepentingan kelompok.
untuk menjawab beragam kebutuhan politik Unjuk rasa telah di atur dalam Pasal 28
dan ekonomi masyarakat Indonesia, Undang-undang Dasar 1945 amandemen
memperkuat masyarakat sipil dan keempat, Bab X tentang warga negara dan
Penduduk yang menyatakan bahwa: kemananan dan ketertiban masyarakat, tertib
“kemerdekaan berserikat dan berkumpul, dan tegaknya hukum, terselenggaranya
mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
dan sebagainya di tetapkan dengan undang- kepada masyarakat, serta terbinanya
undang”. ketentraman masyarakat dengan menjunjung
Dalam aksi unjuk rasa atau tinggi hak asasi manusia”.
menyampaikan pendapat di muka umum Pasal 13 UU No. 2 Tahun 2002 tentang
yang dilakukan warga negara (demonstran) Kepolisian Negara RI dengan tugas pokok
memang diperbolehkan dengan landasan dan wewenang Kepolisian Negara adalah:
Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang 1) Memelihara keamanan dan
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di ketertiban masyarakat;
Muka Umum. 2) Menegakan hukum;
Dalam pelaksanaan penyampaian 3) Memberikan perlindungan,
pendapat di muka umum (demonstran) pengayoman, dan pelayanan kepada
memang dapat menimbulkan kericuhan dan masyarakat.
di perlukannya pengamanan. Maka dari itu, Pada Pasal 14 ayat (1) huruf a. UU No.
pemerintah memberikan amanat kepada 2 tahun 2002, menyebutkan bahwa
Polri dalam Pasal 13 ayat (3) Undang- “kepolisian melaksanakan pengaturan,
Undang No. 9 Tahun 1998 tentang penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai
Muka Umum, yakni “Dalam pelaksanaan kebutuhan”.
penyampaian pendapat di muka umum, polri Pada Pasal 15 ayat (1) huruf a. UU No.
bertanggung jawab menyelenggarakan 2 tahun 2002, menyebutkan bahwa
pengamanan untuk menjamin keamanan dan “kepolisian mempunyai wewenang
ketertiban umum sesuai dengan prosedur memberikan izin dan mengawasi kegiatan
yang berlaku”. keramaian umum dan kegiatan masyarakat
Di dalam Pasal 2 Undang-Undang lainnya”. Kepolisian yang memiliki fungsi
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 sebagai penyelenggara keamanan dan
tentang Kepolisian Negara Republik ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
Indonesia, disebutkan bahwa “Fungsi perlindungan, pengayoman dan pelayanan
Kepolisian adalah salah satu fungsi kepada masyarakat, tertuju pada
pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan dan menjaga tetap berlakunya
pemeliharaan keamanan dan ketertiban dan di taatinya norma-norma yang ada di
masyarakat, penegakan hukum, masyarakat tersebut, sehingga kehidupan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan dalam masyarakat menjadi aman, tentram,
kepada masyarakat”. tertib, damai dan sejahtera.
Pada Pasal 4 disebutkan bahwa Terkait pelaksanaan demonstrasi sebagai
“Kepolisian Negara Republik Indonesia perwujudan penyampaian pendapat di muka
bertujuan untuk mewujudkan keamanan umum, yang kemudian ditetapkannya
dalam negeri yang meliputi terpeliharanya Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia No. 9 Tahun 2008 membeda-bedakan dan tidak
tentang Tata Cara Penyelenggaraan, memihak kepentingan salah satu
Pelayanan, Pengamanan dan Penanganan pihak;
Perkara Penyampaian Pendapat di Muka f) Kepentingan umum:
Umum, yang tujuannya telah di sebutkan kegiatan/penindakan wajib
dalam Pasal 2 sebagai: mendahulukan kepentingan umum;
a) Pedoman dalam rangka pelaksanaan g) Efisiensi dan efektivitas:
penyampaian pendapat di muka kegiatan/penindakan memperhatikan
umum; penggunaan biaya yang minimal,
b) Pedoman dalam rangka pemberian namun tepat guna dan tepat sasaran;
standar pelayanan, pengamanan h) Keterpaduan: kegiatan/penindakan
kegiatan dan penanganan perkara dilakukan mefalui kerja sama,
dalam penyampaian pendapat di koordinasi dan sinergi antara unsur-
muka umum, agar proses unsur yang dilibatkan dalam setiap
kemerdekaan penyampaian pendapat kegiatan;
dapat berjalan dengan baik dan i) Akuntabilitas: kegiatan/penindakan
tertib. dapat dipertanggung jawabkan
Dan di dalam Pasal 3 di jelaskan asas- secara rasional dan terukur dengan
asas pelaksanaan Peraturan Kapolri yang jelas;
meliputi asas: j) Jtransparansi: kegiatan/penindakan
a) Legalitas: kegiatan/penindakan dilakukan dengan memperhatikan
senantiasa mendasari peraturan asas keterbukaan dan bersifat
perundang-undangan; informatif bagi pihak yang
b) Perlindungan HAM: berkepentingan;
kegiatan/penindakan memperhatikan k) Kroporsionalitas:
dan menghargai hak-hak dasar kegiatan/penindakan sesuai dengan
manusia (tidak sewenang-wenang); porsinya (tidak terlalu lemah tetapi
c) Kemanfaatan: kegiatan/penindakan tidak berlebihan) dengan
yang dilakukan memang benar-benar memperhatikan keseimbangan antara
bermanfaat untuk menghindari bobot ancaman dengan cara
timbulnya kerugian atau bahaya yang penindakan;
lebih besar yang mungkin dapat l) Keseimbangan: kegiatan/penindakan
terjadi, apabila tidak dilakukan diterapkan dengan memperhatikan
tindakan; keseimbangan antara penerapan
d) Kepastian hukum: perlindungan terhadap hak dan
kegiatan/penindakan dilakukan untuk pelaksanaan kewajiban warga negara
menjamin tegaknya hukum dan maupun petugas;
keadilan; m) Asas musyawarah dan mufakat:
e) Keadilan: kegiatan/penindakan kegiatan/penindakan dilaksanakan
dilakukan secara objektif, tidak
dengan memperhatikan kesepakatan menyatu di mana hukum dibuat dan
antara pihak-pihak yang terkait. disahkan oleh kesadaran kekuasaan sebagai
Kemudian di sebutkan pula ruang anak sulung yang senantiasa berusaha
lingkup Peraturan Kapolri ini dalam Pasal 4, menerobos ke celah-celah yang mudah
yaitu: direkayasa sehingga hukum lebih dirasakan
a) Bentuk dan ketentuan kegiatan sebagai alat penguasa, ketimbang sebagai
penyampaian pendapat di muka kontrol kekuasaan. Berdasarkan Laporan
umum; dari Komisi Untuk Orang Hilang dan
b) Hak, kewajiban dan larangan; Korban Tindak Kekerasan (KontraS) dalam
c) Prosedur pemberitahuan dan rangka memberikan catatan mengenai
pelayanan pelaksanaan penyampaian akuntabilitas Kepolisian Republik Indonesia
pendapat di muka umum; (POLRI) untuk periode Juni 2018 - Mei
d) Pengamanan pelaksanaan 2019, terdapat beberapa catatan yakni;
penyampaian pendapat di muka pertama, sedikitnya telah terjadi 643
umum; dan peristiwa kekerasan oleh pihak kepolisian
e) Penanganan perkara penyampaian mulai dari tingkat Polsek hingga Polda
pendapat di muka umum. dengan beragam tindakan, seperti
C. Penegakan Hukum Atas Perilaku penembakan, penyiksaan, penganiayaan,
Represif Polisi Dalam Mengamankan penangkapan sewenang-wenang yang
Demonstrasi mengakibatkan korban luka dan tewas.
Tindakan Represif adalah suatu tindakan Kedua, penggunaan kewenangan dan
aktif yang di lakukan pihak berwajib pada diskresi oleh anggota POLRI dengan
saat penyimpangan sosial terjadi agar menggunakan kekerasan dalam penanganan
penyimpangan yang datang terjadi dapat di kasus atau proses penegakan hukum, serta
hentikan. Tindakan represif dianut sebagai ketiga pengawasan yang lemah oleh pihak
bagian dari sistem kekuasaan absolut yang internal maupun eksternal kepolisian.
bertujuan untuk mempertahankan kekuasaan Situasi tersebut memperlihatkan bahwa saat
status quo. Umumnya, cara kerja represif ini POLRI dihadapkan pada situasi yang
sebagai hukum adalah keras dan terperinci disebut sebagai the paradox of institutional
terhadap rakyat, dan sebaliknya lunak position. Aparat polisi bisa memiliki ruang
terhadap pembuat peraturan dan penguasa yang besar untuk menjaga keamanan
negara karena hukum tunduk pada politik (human rights protector), namun sifat dari
kekuasaan. Tujuan hukum represif dalam keistimewaan ini kerap membuat unsur
memaksakan kepatuhan dan ketundukan kewenangan dan kekuasaan diterjemahkan
penuh rakyat terhadap penguasa. sepihak dan disalahgunakan, sehingga
Sebaliknya, kritik rakyat terhadap penguasa menghasilkan pelanggaran HAM. Yang
dianggap sebagai wujud ketidakpatuhan atau mana aparat kepolisian dalam skenario
pelanggaran hukum. kedua, dapat menjadi human rights violator.
Kekuasaan dan hukum, praktis menjadi Paradoks semacam ini pada umumnya
dua entitas yang menjalin diri dengan sangat dijawab dengan diskresi, sebagai
kewenangan untuk menafsirkan situasi, penggunaan kekuatan yang berlebihan, dan
kebijakan dan tindakan apa yang tepat dan sewenang-wenang yang akan berakibat pada
harus untuk diambil, yang diikuti dengan pengekangan.
prasyarat normatif: mulai dari ukuran Oleh karena itu, dalam menjalankan
proporsionalitas, mengukur tindakan tugas dan wewenangnya atas penanganan
berdasarkan kebutuhan mendesak, legalitas dan pengamanan aksi massa demonstrasi,
hukum, beralasan, dan akuntabilitas. aparat kepolisian berkewajiban untuk
Terlebih lagi, penggunaan diskresi oleh menaati prosedur serta memegang teguh
anggota polisi di lapangan kerap kali tidak Kode Etik Profesi, petunjuk pelaksanaan
terukur yang mengakibatkan timbulnya yang jelas dan ketentuan-ketentuan yang
korban jiwa ditambah pelaku tidak berlaku. Sehingga, dengan adanya tertib
mendapatkan hukuman yang adil. Padahal, prosedur akan menghindari pelanggaran
dalam menjalankan kegiatannya polisi dalam penggunaan kekuatan yang
diawasi oleh lembaga-lembaga pengawas, berlebihan, dan sewenang-wenang yang
baik dari internal kepolisian maupun akan berakibat pada pengekangan
eksternal kepolisian. Jika pengawasan tidak Dalam menangani perkara
berjalan dengan baik dapat berimplikasi penyampaian pendapat di muka umum Polri
pada terjadinya tindakan-tindakan harus memperhatikan tindakannya untuk
indisipliner yang repetitif dilakukan oleh membedakan antara pelaku yang anarkis dan
anggota kepolisian. Oleh karena itu, dalam peserta penyampaian pendapat di muka
menjalankan tugas dan wewenangnya atas umum lainnya yang tidak terlibat
penanganan dan pengamanan aksi massa pelanggaran hukum Pasal 23 ayat (1)
demonstrasi, aparat kepolisian berkewajiban Peraturan Kepala Kepolisian Negara
untuk menaati prosedur serta memegang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2008.
teguh Kode Etik Profesi, petunjuk a. Terhadap peserta yang taat hukum
pelaksanaan yang jelas dan ketentuan- harus tetap di berikan perlindungan
ketentuan yang berlaku. Sehingga, dengan hukum
adanya tertib prosedur akan menghindari b. Terhadap pelaku pelanggar hukum
pelanggaran dalam penggunaan kekuatan harus dilakukan tindakan tegas dan
yang berlebihan, dan sewenang-wenang proporsional
yang akan berakibat pada pengekangan Oleh c. Terhadap pelaku yang anarkis
karena itu, dalam menjalankan tugas dan dilakukan tindakan tegas dan
wewenangnya atas penanganan dan diupayakan menangkap pelaku dan
pengamanan aksi massa demonstrasi, aparat berupaya menghentikan tindakan
kepolisian berkewajiban untuk menaati anarkis dimaksud
prosedur serta memegang teguh Kode Etik Pelaku pelanggaran yang telah
Profesi, petunjuk pelaksanaan yang jelas dan ditangkap harus diperlakukan secara
ketentuan-ketentuan yang berlaku. manusiawi (tidak boleh dianiaya, diseret,
Sehingga, dengan adanya tertib prosedur dilecehkan, dan serta sebagainya). Namun
akan menghindari pelanggaran dalam dalam keadaan darurat, dalam arti perlunya
tindakan adanya upaya paksa dari Polri. prosedur. Bahkan hal ini seperti
Namun, ditentukan dalam Pasal 24 mengucapkan kata-kata kotor, pelecehan
Peraturan Kepala Kepolisian Negara seksual, atau memaki-maki pengunjuk rasa
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun bahwa pun dilarang. Pasal 7 ayat (1) Protap
dalam menerapkan upaya paksa harus Dalmas, Hal-hal yang dilarang dilakukan
dihindari terjadinya hal-hal yang kontra satuan dalmas
produktif, misalnya. Larangan sebagaimana dimaksud dalam
1) Tindakan aparat yang spontanitas dan pasal 6 huruf d adalah:
emosional, misalnya mengejar pelaku, 1) Bersikap arogan dan terpancing oleh
membalas melempar pelaku, perilaku massa
menangkap dengan kasar dengan 2) Melakukan tindakan kekerasan yang
menganiaya atau memukul tidak sesuai dengan prosedur
2) Keluar dari ikatan satuan/formasi dan 3) Membawa peralatan di luar peralatan
melakukan pengejaran massa secara dalmas
perorangan 4) Membawa senjata tajam dan peluru
3) Tidak patuh dan taat kepada perintah tajam
kepala satuan lapangan yang 5) Keluar dari ikatan satuan/formasi dan
bertanggung jawab sesuai tingkatannya melakukan pengejaran massa secara
4) Tindakan aparat yang melampaui perseorangan
kewenangannya 6) Mundur membelakangi massa
5) Tindakan aparat yang melakukan pengunjuk rasa
kekerasan, penganiayaan, pelecehan, 7) Mengucapkan kata-kata kotor,
melanggar HAM pelecehan seksual/perbuatan asusila,
6) Melakukan perbuatan lainnya yang memaki-maki pengunjuk rasa 8.
melanggar peraturan perundang- Melakukan perbuatan lainnya yang
undangan; melanggar peraturan perundang-
Peraturan lain yang terkait dengan undangan
pengamanan demonstrasi ini yaitu Peraturan Sementara, di dalam protap tersebut
Kepala Kepolisian Negara Republik juga memuat kewajiban menghormati HAM
Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang setiap pengunjuk rasa. Tidak hanya itu,
Pedoman Pengendalian Massa (“Protap satuan dalmas juga diwajibkan untuk
Dalmas”). Protap itu tidak mengenal ada melayani dan mengamankan pengunjuk rasa
kondisi khusus yang bisa dijadikan dasar sesuai ketentuan, melindungi jiwa dan harta,
aparat polisi melakukan tindakan represif. tetap menjaga dan mempertahankan situasi
Dalam kondisi apapun, Protap justru hingga unjuk rasa selesai, dan patuh pada
menegaskan bahwa anggota satuan dalmas atasan. Dengan alasan apapun, aparat yang
dilarang bersikap arogan dan terpancing bertugas mengamankan jalannya
perilaku massa. Protap juga jelas-jelas demonstrasi tidak memiliki kewenangan
melarang anggota satuan dalmas melakukan untuk memukul demonstran.
tindakan kekerasan yang tidak sesuai dengan
Prosedur Tetap Nomor 1 tahun 2010 a. Pimpinan satuan melakukan
Tentang Penanggulangan Anarki dijelaskan pembagian tugas, antara lain: tugas
dalam ayat 14 yang kesatu yakni bagaimana pemantauan, pemotretan, identifikasi;
cara bertindak Perorangan Anggota Polri. b. Pimpinan satuan melakukan himbauan
Apabila melihat, mendengar dan mengetahui kepada pelaku untuk menaati hukum
AG (Ancaman Gangguan), setiap anggota yang berlaku dan menjaga tata tertib,
Polri wajib melakukan tindakan agar AG c. Menghimbau agar segera menyerahkan
tidak berkembang menjadi GN (Gangguan peralatan dan/atau barang-barang
Nyata) dengan upaya antara lain: berbahaya lainnya kepada petugas;
a. Melakukan pemantauan dan d. Apabila pelaku melakukan perlawanan
himbauan kepada pelaku agar kepada petugas, maka segera
menaati hukum yang berlaku dan dilakukan himbauan berupa: “Saya
menjaga tata tertib; selaku petugas kepolisian negara
b. Menyampaikan kepada pelaku republik indonesia atas nama undang-
bahwa perbuatannya dapat undang saya perintahkan:
membahayakan ketenteraman dan 1) agar tidak melakukan tindakan
keselamatan umum, serta jangan melanggar hukum;
menggunakan kekerasan dalam 2) agar segera menyerahkan
penyelesa1an masalah; peralatan dan/atau barangbarang
c. Mencatat identitas pelaku beserta berbahaya lainnya kepada
peralatan yang dibawanya; petugas
d. Apabila pelaku melakukan 3) apabila tidak mengindahkan
perlawanan kepada petugas, maka kami akan melakukan tindakan
segera dilakukan himbauan berupa: tegas.”
“saya selaku anggota kepolisian e. Apabila pelaku tidak mengindahkan
negara republik indonesia atas nama perintah petugas, maka dilakukan
undang-undang saya perintahkan tindakan:
agar saudara tidak melakukan 1) memerintahkan menghentikan
tindakan yang melanggar hukum” pergerakan pelaku dan/atau
e. Melaporkan kepada pimpinan kendaraanyangdigunakannya;
dan/atau satuan kepolisian terdekat 2) memerintahkan semua orang
dengan menggunakan alat untuk berhimpun atau turun dari
komunikasi yang ada; kendaraan
Dalam angka 14 yang kedua 3) melakukan penggeledahan
menjelaskan cara bertindak Personel Ikatan dan/atau penyitaan atas barang-
Satuan dimana apabila personel dalam barang yang menyertainya.
ikatan satuan melihat, mendengar, f. Apabila pelaku melakukan perlawanan
mengetahui adanya AG, cara bertindak yang fisik terhadap petugas, maka dilakukan
dilakukan adalah: tindakan melumpuhkan dengan
menggunakan:
1) kendali tangan kosong lunak; 2) Berdasarkan penilaian sendiri bahwa
2) kendali tangan kosong keras; pelaku anarki dapat ditangani, maka
3) kendali senjata tumpul, senjata diupayakan dilakukan tindakan
kimia antara lain gas air mata, melumpuhkan dengan:
atau alat lain sesuai standar Polri; a) kendali senjata tumpul dan/atau
dan senjata kimia antara latn gas
4) kendali dengan rnenggunakan airmata, atau alat lain sesuai standar
senjata api atau alat lain untuk Polri; dan
menghentikan tindakan atau b) kendali dengan menggunakan
perilaku pelaku yang darat senjata api atau alat lain untuk
menyebabkan luka parah atau menghentikan tindakan atau
kematian anggota Polisi atau perilaku pelaku yang dapat
anggota masyarakat; menyebabkan luka parah atau
g. Apabila personel dalam ikatan satuan kematian dirinya sendiri atau
tidak mampu menangani AG anarki, anggota masyarakat.
maka segera meminta bantuan 3) Apabila pelaku anarki dalam bentuk
kekuatan dan perkuatan secara kelompok, maka dilakukan tindakan:
berjenjang; a) segera melaporkan kepada
h. Apabila pelaku secara sukarela segera pimpinan dan/atau satuan kepolisian
menyerahkan diri, maka dilakukan terdekat untuk meminta bantuan
tindakan membawa pelaku ke kantor kekuatan dan perkuatan dengan
Polisi terdekat untuk dilakukan proses menggunakan sarana komunikasi
lebih lanjut; dan yang ada;
i. Terhadap para pelaku yang secara b) melakukan pengawasan atas gerak
sukarela menyerahkan diri harus gerik pelaku dengan menggunakan
diperlakukan secara manusiawi dan peralatan dan/atau tanpa peralatan;
diberikan perlindungan terhadap hak- Cara bertindak terhadap sasaran GN
haknya. (Gangguan Nyata) yang dilakukan oleh
Dalam angka 15 dijelaskan mengenai Personel Ikatan Satuan, yaitu: Apabila
cara bertindak terhadap sasaran GN personel dalam ikatan satuan menghadapi
(Gangguan Nyata) GN, cara bertindak yang dilakukan adalah:
a. Perorangan anggota polri yaitu: 1) Pimpinan satuan memerintahkan
1) Apabila pelaku melakukan anarki, kepada para pelaku untuk
maka segera dilakukan tindakan: menghentikan semua anarki dengan
a) peringatan secara lisan agar bunyi perintah: “saya selaku petugas
menghentikan tindakannya, kepolisian negara republik indonesia
b) segera melaporkan kepada atas nama undang-undang saya
pimpinan dan/atau satuan Polri perintahkan agar menghentikan
terdekat untuk meminta bantuan anarki”
kekuatan dan perkuatan;
2) Apabila pelaku tidak mengindahkan penganiayaan, sebagaimana diatur dalam
perintah petugas, maka segera Pasal 351 KUHP, yang menyebutkan:
dilakukan tindakan melumpuhkan 1) Penganiayaan diancam dengan pidana
dengan cara. penjara paling lama dua tahun delapan
a) kendali tangan kosong keras; bulan atau pidana denda paling banyak
b) kendali senjata tumpul, senjata kimia empat ribu lima ratus rupiah.
antara lain gas air mata, atau alat lain 2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-
sesuai standar Polri; luka berat, yang bersalah diancam
c) kendali dengan menggunakan senjata dengan pidana penjara paling lama
api atau ala t lain untuk lima tahun.
menghentikan tindakan atau perilaku 3) Jika mengakibatkan mati, diancam
anarki yang dapat menyebabkan luka dengan pidana penjara paling lama
parah atau kematian anggota Polri tujuh tahun.
atau anggota masyarakat atau 4) Dengan penganiayaan disamakan
kerusakan dan/atau kerugian harta sengaja merusak kesehatan.
benda didahului dengan tembakan 5) Percobaan untuk melakukan kejahatan
peringatan kearah yang tidak ini tidak dipidana.
membahayakan; Massa unjuk rasa yang menjadi korban
d) apabila pelaku tidak mengindahkan tidak pidana dapat melaporkan dan meminta
tembakan peringatan maka dilakukan pertanggungjawaban sesuai dengan
tembakan terarah kepada sasaran pelanggaran yang dilakukan oleh oknum
yang tidak mematikan. anggota Polri. Proses hukum kepada seorang
3) Apabila personel dalam ikatan satuan anggota Polri yang diduga melakukan tindak
tidak rnampu menangani pelaku anarki pidana akan diproses sesuai dengan
segera meminta bantuan kekuatan dan ketentuan KUHAP dimana dimulai dari
perkuatan secara berjenjang proses pelaporan dugaan tindak pidana
4) Apabila dalam tindakan melumpuhkan penganiayaan yang dilakukan oleh pelaku
yang dilakukan oleh petugas terjadi yang adalah anggota Polri, hingga sampai
korban luka petugas, pelaku dan/atau pada tahap pelimpahan berkas Jaksa
masyarakat, segera dilakukan penuntut umum guna disidangkan di
pertolongan sesuai prosedur pengadilan. Namun adanya beberapa
pertolongan dengan menggunakan implementasi hukum dalam tubuh Polri
sarana yang tersedia. seringkali menjadikan penegakan hukum di
Jika seorang anggota Polri yang tubuh Polri menjadi tidak jelas. Beberapa
dianggap melakukan kekerasan berupa jenis proses peradilan dan hukuman seperti
pemukulan ataupun Tendangan kepada hukuman tindakan disiplin, kode etik dan
massa pengunjuk rasa yang tidak sesuai peradilan umum dapat menjadi celah dalam
prosedur sangat tidak dibenarkan. Hal memberikan sanksi bagi anggota kepolisian
tersebut dapat dikualifikasikan tindakan yang diduga melakukan tindak pidana.
Terdapat tiga elemen penting yang
memengaruhi pendekatan hukum antara mahasiswa dalam melakukan kritik terhdapa
lain: pemerintah. Berbagai penyimpangan di level
1) Institusi penegak hukum beserta elite menimbulkan kekhawatiran di kalangan
berbagai perangkat sarana dan mahasiswa. Demonstrasi merupakan satu-
prasarana pendukung dan mekanisme satunya jalan yang harus ditempuh oleh
kerja kelembagaannya; mereka untuk menyampaikan aspirasi yang
2) Budaya kerja yang terkait dengan diklaim sebagai aspirasi rakyat.
aparatnya, termasuk mengenai Pembelaan mahasiswa terhadap
kesejahteraan aparatnya; dan kepentingan rakyat tidak hanya dilakukan
3) Perangkat peraturan yang mendukung dengan bentuk demonstrasi. Langkah ini
baik kinerja kelembagaannya, maupun merupakan langkah terakhir setelah mereka
yang mengatur materi hukum yang berdialog dengan pemerintah. Setuju tidak
dijadikan standar kerja, baik hukum setuju, bahwa pemerintah selama ini tidak
materiilnya maupun hukum acaranya peduli dengan kritik yang disampaikan
Bagi anggota Polri yang melakukan dengan dialog. Cara berdialog dengan
tindak pidana penganiayaan dapat pemerintah dan stake-holder yang lain tidak
dilaporkan ke Sentra Pelayanan Kepolisian dapat memecahkan masalah, justru
(SPK) pada kantor polisi terdekat sehingga memancing ketidaksabaran mahasiswa
dapat diproses menurut hukum acara yang terhadap langkah-langkah penyelesaian
berlaku di lingkungan peradilan umum. pemerintah. Pemerintah lamban merespons
Mengacu pada Pasal 1 angka 24 Undang- tuntutan publik. Realitas ini menyebabkan
Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang mahasiswa mengambil langkah lain dalam
Hukum Acara Pidana menyebutkan laporan penyampaian aspirasinya, demonstrasi.
adalah pemberitahuan yang disampaikan Singkatnya, segala bentuk kritik terhadap
oleh seorang karena hak atau kewajiban pemerintah dilakukan dengan melakukan
berdasarkan undang-undang kepada pejabat demonstrasi yang melibatkan bukan hanya
yang berwenang tentang telah atau sedang kalangan mahasiswa tetapi juga masyarakat
atau diduga akan terjadinya peristiwa umum.
pidana. Kehadiran mahasiswa sebagai bagian
KESIMPULAN DAN SARAN dari civil society dalam melakukan
Kesimpulan pembelaan terhadap nasib rakyat mendapat
Demonstrasi yang selama ini dilakukan respons positif dari berbagai kalangan.
oleh mahasiswa merupakan bentuk Mahasiswa dianggap sebagai pejuang
kepedulian yang tinggi terhadap nasib aspirasi yang dilakukan dengan sigap.
bangsa yang serba tidak menentu. Respons Demonstrasi memang dianggap efektif
mahasiswa terhadap barbagai kebijakan untuk melakukan kritik sekaligus kontrol
pemerintah yang dianggap tidak sesuai terhadap pemerintah. Pemerintah tidak lagi
dengan konstitusi ditanggapi dan diprotes dengan seenaknya membuat kebijakan yang
melalui media demonstrasi. Demonstrasi tidak pro-rakyat. Kepekaan mahasiswa
merupakan media yang paling efektif bagi menanggapi kebijakan-kebijakan pemerintah
mencerminkan tingginya idealisme mereka berakibat pada pengekangan kebebasan
untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. berpendapat oleh aparat kepolisian.
Mahasiswa dan rakyat dalam perjalanan Saran
sejarahnya demikian, tidak pernah terpisah Mengingat kegiatan penyampaian
dalam melakukan perjuangan. pendapat dimuka umum merupakan hak
Ketentuan-ketentuan mengenai prosedur semua warga negara yang telah disebutkan
penangkapan massa aksi yang diduga dalam undang-undang secara tertulis, maka
melanggar aturan telah ada secara tertulis pihak kepolisian sudah seharusnya
maupun pertanggungjawaban oleh pelaku. menghentikan cara-cara lama yang arogan
Mulai dari Undang-undang Dasar Republik dan kekerasan terhadap para demonstran.
Indonesia Tahun 1945, KUHP, Undang- Penanganan aksi diatur dalam Peraturan
Undang Nomor 2 Tahun 2002, Peraturan Kepala Kepolisian Negara RI No. 7 Tahun
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003, Peraturan 2012 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Kapolri Nomor 8 Tahun 2009 serta Pelayanan, Pengamanan, dan Penanganan
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Perkara Penyampaian Pendapat di Muka
Republik Indonesia nomor 14 tahun 2011. Umum.
Perlindungan yang diberikan oleh Sebagai warga negara Indonesia aksi
pemerintah baik perlindungan secara unjuk rasa untuk mengeluarkan pendapat
preventif maupun represif serta dengan seharusnya aparat polri tidak melakukan
adanya PROPAM dinilai membantu dalam tindakan represif. Dalam melakukan aksi
melindungi hak-hak masyarakat. unjuk rasa seharusnya menaaati prosedur
Hal ini terbukti di tahun 2019, yang sudah di tentukan dan tidak melakukan
penanganan unjuk rasa dalam kebebasan hal hal yang dapat merugikan orang lain
berkumpul ini menunjukkan bahwa aparat atau dapat melukai orang lain.
kepolisian bertindak sewenang-wenang. Perlu diberikan penindakan terhadap
Apabila mengacu pada Peraturan Kapolri aparat kepolisian yang melakukan tindakan
No 16 Tahun 2006, maka aparat kepolisian represif terhadap demonstran yang tidak
dilarang melakukan kekerasan secara diluar sesuai dengan Perkap atau SOP yang
prosedur terhadap massa aksi. Untuk dikeluarkan terkait penanganan para
menghindari adanya penyalahgunaan pengunjuk rasa.
kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki DAFTAR PUSTAKA
oleh aparat kepolisian, dalam penanganan Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara,
aksi unjuk rasa aparat diwajibkan untuk Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2008
menaati prosedur serta memegang teguh Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang
Kode Etik Profesi, mengikuti petunjuk Mempengaruhi Penegakan Hukum, UI
pelaksanaan, dan ketentuan-ketentuan yang Pres, Jakarta, 1983
berlaku untuk menghindari pelanggaran Edward Aspinall dan Greg Fealy(ed).
dalam penggunaan kekuatan yang Soeharto’s New Order and its Legacy:
berlebihan dan sewenang-wenang yang akan Essays in Honour of Harold Crouch.
Canberra: ANU E Press, 2010.
Adam Schwarz. A Nation In Waiting; Sadjijono, “Memahami Hukum Kepolisian”,
Indonesia In The 1990s. Australia: (Yogyakarta: Laks Bang Pressindo,
Allen & Unwin Pty Ltd, 1994. 2010).
Mahrus Ali dan Syarif Nurhidayat, Philippe Nonet &Philip Selznick, Law and
“Penyelesaian Pelanggaran HAM Society in Transition: Toward
Berat In Court System & Out Court Responsive Law. (London: Harperan
System”, Jakarta: Gramata Publishing, Row Publisher, 1978).
2011 Setiono, Rule of law (Supremasi Hukum),
Chryshnanda DL, “Polisine Rakyat Iku Jujur (Surakarta: Magister Ilmu Hukum
Ora Ngapusi”, (Jakarta: PT. Program Pasca Sarjana Universitas
RajaGrafindo Persada, 2016) Sebelas Maret, 2004).
A. Masyhur Effendi, “Perkembangan Muchsin, Perlindungan dan Kepastian
Dimensi Hak asasi Manusia (HAM) & Hukum Bagi Investor di Indonesia,
proses dinamika penyusunan hukum Rajawali Press, Jakarta, 2003.
hak asasi manusia (HAKHAM)”,
(Bogor: Ghalia utama, 2005)
Rhona K.M.S, dkk. Hukum Hak Asasi
Manusia. Bantul: PUSHAM UII,2015
John Stuart Mill. On Liberty. Kitchener:
Batoche Books, 2001.
Joseph Raz, Rights and Individual Well-
Being, Ratio Juris 5:2,1992.
Satjipto Rahardjo, “Ilmu Hukum”,
(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2002)
Soetjipto Raharjo, “Permasalahan Hukum
Di Indonesia”, Bandung: Alumni,
1983.
Dellyana Shant, “Konsep Penegakan
Hukum”, (Yogyakarta: Liberty, 1988).
Bernard L Tanya, “Penegakan Hukum
Dalam Terang Etika”, (Yogyakarta:
Genta Publishing, 2011).
Sadjijono, “Polri Dalam Perkembangan
Hukum Di Indonesia”, (Yogyakarta:
LaksBang Pressindo, 2008).
Moechtar Kusumaatmadja & Arief Sidharta,
“PENGANTAR ILMU HUKUM”,
(Bandung: PT. ALUMNI, 2009).

Anda mungkin juga menyukai