PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
wewenang yang ada dalam suatu negara.1 Di dalam pengertian kedaulatan rakyat,
negara itu sendiri. Dengan kata lain, kekuasaan yang berasal dari rakyat, dikelola
oleh rakyat, dan untuk kepentingan seluruh rakyat itu sendiri. Istilah yang
kemudian berkembang dengan ini adalah bahwa “kekuasaan itu dari rakyat, oleh
pemerintahan itu berasal dari rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat, dan bersama
kesatuan dalam artian bahwa semangat rakyat dan kemauan rakyat adalah
merupakan suatu kesatuan dimana rakyat yang sebagai kesatuan tersebut berhak
XVI. Konsep ini dihidupkan oleh Kaum Monarchomacha, yang menolak dan
melawan kebijakan-kebijakan raja yang mutlak harus diikuti, dengan kata lain
1
Ismail Sunny, Mekanisme Demokrasi Pancasila, Aksara Baru, Jakarta, 1978, hal. 3.
2
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,
2010, hal. 117.
1
kaum ini menolak absolutisme dan hubungan antara negara dengan agama. 3 Kaum
Konsep kedaulatan rakyat juga merupakan cikal bakal awal terjadinya revolusi di
Perancis.
berbagai filsuf yang salah satunya lahir dari hasil pemikiran J.J Rousseau sebagai
kedaulatan rakyat berpangkal kepada bahwa tanpa tata tertib dan kekuasaan,
manusia akan hidup tidak aman dan tidak tentram. Tanpa tata tertib, manusia
merupakan binatang buas “homo homini lupus”, dan akan mengakibatkan perang
antar sesama manusia “bellum omnium contra omnes”.4 Oleh karena itu, manusia-
manusia di dunia sepakat untuk mendirikan suatu negara untuk menjamin hak-hak
mandat dari rakyat dan atas dasar itu pula rakyat juga mempunyai wewenang
sewaktu-waktu dapat merubah atau menarik kembali mandat yang telah diberikan
yaitu kehendak rakyat seluruhnya (volonte de tous) dan kehendak sebagian besar
3
J. J. Von Schmid, Grote Denkers Over Staat En Rect, Van Plato Tot Kant, Terjemahan R.
Wiratno, Djamaluddin Dt.Singomangkuto, dan Djamadi, Ahli-Ahli Pikir tentang Negara dan
Hukum, Dari Plato sampai Kant, PT. Pembangunan, Jakarta, 1980, hal. 112.
4
Moh. Kusnardi dan Hermaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi
Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, Cetakan ke 7, 1988, hal.
124.
2
dari rakyat (volonte generale). Rousseau juga menjelaskan bahwa kedaulatan
negara haruslah menjadi suatu kemauan umum yang memberikan keadilan bagi
seluruh rakyat, dengan kata lain kepentingan umum menjadi hal yang utama
rakyat.
rakyat dalam bernegara. Jika tak ada lembaga legislatif, maka pemerintah
dari hal tersebut adalah agar rakyat dapat ambil bagian dalam mekanisme
dibuat baik oleh lembaga eksekutif maupun lembaga legislatif karena rakyat
merupakan kekuatan yang dimiliki oleh suatu negara, tanpa rakyat, negara dan
3
serta golongan yang dimiliki Indonesia menyebabkan kedaulatan rakyat yang
berdasarkan Pancasila tersebut hidup dan bertahan hingga saat ini. Dalam sila
Pancasila jelas tersurat, bahwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan
melaksanakan amanat UUD 1945. Tidak kalah pentingnya juga dalam pelaksanan
kedaulatan rakyat tersebut adalah konsep kedaulatan hukum. Tertib hukum akan
serta bahagia.5 Selain Kedaulatan rakyat dan kedaulatan hukum, Indonesia juga
menganut paham kedaulatan Tuhan. Dari kesemua itu, Indonesia memiliki dan
mengakui semua kedaulatan tersebut, karena telah tercantum dalam dasar negara.
UUD 1945 yang telah dilakukan MPR mulai tahun 1999-2002, terdapat
5
Sutoyo, Konsep Kedaulatan Rakyat Indonesia dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Makalah, disampaikan dalam Focus Group Discussion (FGD) yang
diadakan oleh Lembaga Pengkajian MPR RI bekerjasama dengan Pusat Pengkajian Pancasila
Universitas Negeri Malang, di Hotel Atria Malang, tanggal 3 Mei
2016.http://lab.pancasila.um.ac.id/wpcontent/uploads/2016/06 (diakses tanggal 9 Desember
2018) hal. 5.
4
dipegang oleh MPR, melainkan dikembalikan kepada rakyat berdasarkan UUD,
dengan kata lain MPR bukan lagi pemegang dan pelaksana kedaulatan rakyat.
Undang Dasar”
Hal ini merupakan sebuah aturan yang bersifat fundamental untuk melaksanakan
prinsip bernegara. Dari pasal tersebut tercermin bahwa kekuasaan tertinggi adalah
negara yang tercantum dalam UUD 1945, yang kinerjanya haruslah memiliki
Suatu negara yang menganut azas kedaulatan rakyat disebut juga sebagai
secara melalui sistem perwakilan atau disebut juga sebagai demokrasi perwakilan
berjalannya pemerintahan tetapi melalui wakil yang mereka pilih dalam badan
perwakilan rakyat (DPR dan DPD). Kelebihan dari adanya sistem perwakilan
5
adalah dengan demikian rakyat bisa mendiskusikan berbagai urusan dengan wakil
yang dipilih tanpa perlu harus melakukannya sendiri ataupun secara bersama-
sama dengan rakyat lainnya karena hal tersebut merupakan salah satu hambatan
terbesar dalam demokrasi.6 Para Wakil yang telah menerima instruksi secara
umum dari para rakyat yang memilihnya tidak perlu lagi menunggu untuk
menerima instruksi khusus dalam setiap urusan7 karena badan perwakilan rakyat
kehendak rakyat.
menjadi pemisahan kekuasaan yang dianut dalam UUD 1945 jelas telah
MPR diubah menjadi dilaksanakan menurut UUD. Dari perubahan tersebut jelas
kepada lembaga lembaga dengan pemisahan kekuasaan yang jelas dan tegas
sederajat dan saling mengendalikan satu sama lain berdasarkan prinsip check and
6
Montesquieu, The Spirit of Laws: Dasar – Dasar Ilmu Hukum dan Ilmu Politik, Penerbit
Nusamedia, Bandung, Cetakan ke I, 2007, hal. 194.
7
Ibid.
6
balances.8 Di bidang legislatif terdapat DPR dan DPD, di bidang eksekutif
hubungan tata kerja antar lembaga negara dalam mencerminkan adanya kesamaan
di samping fungsinya yang sebagai penjelmaan dari seluruh rakyat yang terdiri
presiden yang dilakukan langsung oleh rakyat dan tidaklah lagi dilakukan oleh
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat menjadikan
presiden dan wakil presiden yang terpilih mempunyai legitimasi yang lebih kuat
adalah adanya periode masa jabatan yang pasti (fixed term) yaitu selama lima
8
Jimly Asshiddiqie, Op.Cit., hal. 60.
9
A.M Fatwa, Potret Konstitusi Pasca Amandemen UUD 1945, Penerbit Buku Kompas, Jakarta,
2009, hal. 11.
10
Ibid., hal. 12.
7
tahun. Presiden dan wakil presiden merupakan satu institusi penyelenggara
Presiden dan wakil presiden yang terpilih secara langsung juga secara politik tidak
jawab langsung kepada rakyat sebagai pemilihnya. Apabila presiden dan wakil
presiden dan/atau wakil presiden agar turun dari jabatannya terbilang cukup rumit,
kuat dari partai pendukung sangat mempengaruhi suara saat sidang di parlemen.
sistem pemerintahan parlementer. Hal itu wajar, karena dalam sistem presidensial
stabil dalam jangka waktu tertentu (fix term period). presiden dan/atau wakil
8
presiden hanya dapat dimakzulkan11 (diberhentikan) dalam masa jabatannya
kabinet setiap saat dapat dijatuhkan oleh parlemen dengan mosi tidak percaya.12
dilakukan oleh pemerintah Inggris pada akhir abad ke 1414 yang kemudian
impeachment masih hanya diketahui oleh segelintir orang. Dari segelintir orang
tersebut, masih ada yang salah mengerti mengenai istilah impeachment yang
presiden, padahal dari segi arti berbeda. Namun dari segi pemaknaannya,
11
Makzul menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti berhenti memegang jabatan; turun takhta.
Maksud dari jabatan dalam hal ini adalah jabatan sebagai kepala negara atau presiden.
12
Hamdan Zoelva, Impeachment Presiden, Alasan Tindak Pidana Pemberhentian Presiden
Menurut UUD 1945, Konstitusi Press, Jakarta, 2014, hal. 1.
13
Ibid., hal. 9.
14
Hamdan Zoelva, Pemakzulan Presiden di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hal. 29.
15
Denny Indrayana, Bahan Ajar Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada,
Teori Lembaga Kepresidenan, www.docdroid.net/BrpVnJ7/3-lembaga-kepresidenan-bahan-
ajar.pdf.html (diakses tanggal 12 Desember 2018), hal. 98.
16
Hamdan Zoelva, Impeachment Presiden..., Op.Cit, hal. 12.
9
Kamus Black’s Law Dictionary mendefinisikan impeachment sebagai “A
pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden haruslah disetujui oleh 2/3 dari
anggota badan legislatif. Dari sisi hukumnya, perdebatan terhadap tafsir konstitusi
dan hukum menjadi hal yang menarik untuk menentukan sejauh mana kesalahan
presiden dan/atau wakil presiden. Selain itu lembaga legislatif juga bertanggung
dan/atau wakil presiden. Kemudian dari sisi politiknya, lembaga legislatif harus
17
Lihat Henry Campbell Black dalam, Laporan Penelitian Mekanisme Impeachment dan Hukum
Acara Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dan Konred Adenauer
Stiftung, Jakarta, 2005, hal. 9.
10
diambil merupakan keputusan yang benar-benar matang, dan memperhatikan efek
tidak dapat diberikan sanksi pidana dan kurungan, seperti halnya sidang peradilan
umum. Sidang tersebut hanya merupakan implementasi dari check and balances
system yang dimiliki lembaga legislatif untuk mengontrol presiden dan/atau wakil
tidak dan juga suara dari anggota parlemen menjadi sebuah penentuan apakah
bahwa presiden dan/atau wakil presiden melanggar ketentuan yang terdapat dalam
anggota DPR yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurang-
secara tidak normal. Terdapat dua presiden Republik Indonesia (Soekarno dan
18
Hamdan Zoelva, Pemakzulan Presiden… Op.Cit., hal. 32.
19
Saldi Isra, “Mekanisme Konstitusional Pemakzulan Presiden”, Makalah, disampaikan dalam
seminar nasional teknik konstitusional impeachment presiden, Jakarta, 28 Februari 2007.
11
jabatannya. Di era orde lama, Presiden Soekarno diberhentikan oleh Majelis
Perwakilan Rakyat Gotong Royong pada tahun 1967 dengan dikeluarkannya TAP
oleh MPR-RI karena beliau dianggap telah melanggar garis-garis besar haluan
negara.20
karena UUD 1945 sebelum amandemen tidak memuat secara eksplisit tentang
adalah Pasal 8 UUD 1945 yang menyatakan: “Jika Presiden mangkat, berhenti
atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya ia diganti oleh
Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya.” Kemudian penjelasan UUD 1945
haluan negara yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar atau Majelis
lagi mengenai ketentuan pelaksanaan sidang istimewa ini diatur dalam TAP MPR
nomor III tahun 1978 Jo. TAP MPR nomor VII tahun 1973. Alasan tentang
20
Hamdan Zoelva, Impeachment Presiden..., Op.Cit., hal. 2.
12
pemakzulan presiden tercantum dalam kententuan tersebut, yang berbunyi:
“Presiden sungguh melanggar haluan negara yang telah ditetapkan UUD atau
oleh MPR.”
tindakan presiden dan/atau wakil presiden belum melanggar aturan hukum yang
dapat diancam dengan hukuman tertentu, tetapi ia telah melanggar asas atau
Dapat juga tindakan atau tingkah laku presiden dipandang irrationality yaitu suatu
tundakan yang menurut nalar atau logika umum atau menurut standar etik yang
presiden.21
harus diambil dalam sidang istimewa MPR yang dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3
dari jumlah anggota yang hadir, setelah presiden dan/atau wakil presiden diberi
21
John Pieris, Pembatasan Konstitusional Kekuasaan Presiden RI, Pelangi Cendekia, Jakarta,
2007, hal. 242.
13
kesempatan menyampaikan penjelasan dan pembelaan dalam rapat paripurna
MPR. Jadi, putusan mayoritas anggota MPR yang hadir tersebut bersifat absolut.
Oleh karena itu, pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden tergantung pada
dua hal pokok, yaitu: "Pintu masuk" atau alasan-alasan yang dapat memenuhi
pasal pemakzulan; dan, dukungan atau konstelasi politik di DPR dan DPD yang
satu isi dari pasal pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden di dalam UUD
1945.
lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Ada atau tidaknya implikasi
22
Winarno Adi Gunawan, Pemakzulan (Impeachment) Presiden dalam Perspektif Hukum Tata
Negara, Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No. 3, Juli-September 2008, hal. 419.
14
rakyat di Indonesia dalam hal pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden
dan/atau wakil presiden. Hal tersebut juga tidak diatur secara jelas
2. Sampai saat ini belum ada satupun pendapat hukum yang secara
Indonesia.
3. DPR dan presiden yang dipilih langsung oleh rakyat merupakan bukti
15
serahkan oleh rakyat melalui pemilihan umum secara langsung maka
16
Konstitusi menerima dan membenarkan pendapat atau usul DPR
Konflik konstitusional yang serius akan baru muncul bila yang terjadi
dijadikan dasar pemidanaan terhadap presiden dan/atau wakil presiden yang ltidak
atau/wakil presiden harus berstatus non aktif dari jabatannya. Kemudian yang
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari uraian pada latar belakang penelitian di atas, adapun
17
1) Bagaimana konsep pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden
1945?
harus diketahui pula tujuan dari pemilihan judul oleh penulis. Adapun
2. Kegunaan Penulisan:
a. Teoritis
b. Praktis
18
Penulisan ini diharapkan dapat memberi masukan dan sumbangsih
D. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian hukum ini berisi tentang teori yang
sistematis dan relevan dengan penelitian yang dijabarkan dan disusun dari
tinjauan pustaka yang kemudian menjadi batu uji dalam pemecahan permasalahan
suatu penelitian hukum, khususnya penelitian hukum yang bersifat normatif untuk
1. Teori Konstitusi
19
berupa kebijakan yang tidak berdasarkan atau menyimpang dari konstitusi
23
Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, dan Ni’matul Huda, Teori dan Hukum Konstitusi, Rajawali Pers,
Jakarta, 2015, hal. 17.
24
Mahfud MD, Perdebatan Hukum Tata Negara, Rajawali Pers, 2010, hal. 20.
20
Konstitusionalisme yaitu suatu paham mengenai pembatasan kekuasaan dan
Attamimi mengatakan bahwa dalam abad ke 20 ini hampir tidak suatu negara
minimal, negara hukum identik dengan negara yang berkonstitusi atau negara
21
ketentuan perundang-undangan yang dibentuk oleh pemerintah cenderung
sosial. Penguasa negara dipilih dan ditentukan atas kehendak rakyat melalui
negara tidak dapat menjamin hak-hak rakyat dan tidak bisa memenuhi
penguasa yang baru. Penganut teori ini adalah antara lain John
22
keputusan politik diselenggarakan oleh warga negara melalui wakil-wakil
yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggungjawab kepada mereka melalui
citizens exercise the same right (the right to make political decisions), but
dan demokrasi adalah tumpuannya negara hukum dimana tiap negara hukum
3. Teori Kewenangan
hukum tata negara dan juga hukum administrasi negara seperti pendapat yang
dikemukan oleh Stroink dan J.G. Steenbeek menyatakan bahwa “het begrip
bertindak, hak atau kekuasaan pejabat publik untuk mematuhi aturan hukum
28
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hal. 177
29
Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di
Indonesia, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1994, hal. 11.
30
Nur Basuki Winanmo, Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana Korupsi, Laksbang
Mediatama, Yogyakarta, 2008, hal. 65.
23
Sejalan dengan pilar utama Indonesia sebagai negara hukum yaitu
dari sumber darimana kewenangan itu berasal maka terdapat tiga sumber
demikian, dalam penulisan ini agar tidak terlalu meluas dan melebar atau bahkan
tidak sesuai dengan pokok permasalahan tulisan ini, maka penulis memberi ruang
F. Metode Penelitian
menyelesaikan tulisan ini, penulis tidak begitu saja memberi uraian dan
pembahasan dari apa yang tercantum dalam pokok permasalahan. Akan tetapi,
24
bahasan dengan menggunakan suatu metode penelitian sehingga diharapkan
dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin mengenai apa yang
Data yang digunakan adalah data sekunder, sedangkan data sekunder baik itu
rakyat dan pemakzulan masih lebih banyak ditemukan dibanding dengan data
primer. Sehingga data-data yang digunakan dapat membantu memberi uraian dan
mendukung apa yang diuraikan dan dijelaskan dengan metode deskriptif melalui
31
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta 2008, hal. 10.
25
Analisa yang digunakan adalah analisa kualitatif, yaitu suatu prinsip-
prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam
32
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, PT. Rinek Cipta, Jakarta, 1996, hal. 20.
26