Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Kedaulatan Rakyat

Secara umum, kedaulatan rakyat adalah kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan
kekuasaannya diberikan kepada penguasa untuk menjalankan pemerintahan yang dituangkan
ke dalam konstitusi.
Teori kedaulatan rakyat menyatakan bahwa kekuasaan tertinggi dalam suatu negara berada di
tangan rakyat. Teori ini berusaha mengimbangi kekuasaan tunggal raja atau pemimpin
agama. Dengan demikian, teori kedaulatan rakyat menyatakan bahwa Teori ini menjadi dasar
dari negara-negara demokrasi. Penganut teori ini adalah John Locke, Montesquieu dan J.J
Rousseau.

Pengertian Kedaulatan Rakyat menurut beberapa ahli:


1. Setyo Nugroho
Menurut Setyo Nugroho, dalam jurnalnya berjudul ‘Demokrasi dan Tata Pemerintahan
Dalam Konsep Desa dan Kelurahan’ mengatakan,”Kedaulatan rakyat merupakan
kedaulatan yang menggambarkan suatu sistem kekuasaan dalam sebuah negara yang
menghendaki kekuasaan tertinggi dipegang oleh rakyat.”
2. Harold J. Laski
Harold J. Laski mengungkapkan makna kedaulatan (sovereignity) adalah kekuasaan yang
sah dan tertinggi menurut hukum. Kekuasaan tersebut meliputi golongan yang ada di
dalam masyarakat yang dikuasainya.
3. J.J Rousseau
J.J Rousseau merespons kedaulatan raja yang dikemukakan oleh Jean Bodin dengan
melahirkan kedaulatan rakyat dan menjadi penggerak Revolusi Prancis yang kemudian
masuk ke UUD Amerika Serikat. Menurut J.J Rousseau kedaulatan rakyat terjadi ketika
rakyat menyerahkan semua kekuasaan pada eksekutif untuk memimpin sebuah negara,
namun hal ini tidak lantas membuat rakyat menjadi lepas tangan atas hak kekuasannya.
Rakyat tetap berkuasa dan mengontrol eksekutif atau legislatif apabila berbuat salah.

Ada dua macam pengertian kedaulatan rakyat :


1. Kedaulatan ke dalam, artinya kekuasaan tertinggi suatu negara untuk mengatur
fungsinya.
2. Kedaulatan ke luar, artinya kekuasaan tertinggi suatu negara untuk mengadakan
hubungan dengan negara lain serta mempertahankan wilayah dari berbagai ancaman dari
luar.
Daftar Pustaka
https://www.suara.com/news/2020/12/13/155806/pengertian-kedaulatan-rakyat-dari-
beberapa-tokoh
https://www.dosenpendidikan.co.id/kedaulatan-rakyat/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Teori_kedaulatan_rakyat
https://www.tribunnews.com/pendidikan/2021/09/16/apa-arti-kedaulatan-ini-pengertian-dan-
prinsip-kedaulatan-republik-indonesia

Kedaulatan rakyat merupakan sebuah sistem pemerintahan di mana kekuasaan


tertinggi berada di tangan rakyat. Teori ini muncul untuk mengimbangi kekuasaan tunggal
raja atau pemimpin agama yang sewenang-wenang. Jean Bodin, seorang ahli berkebangsaan
Prancis pertama kali memperkenalkan paham ini. Bodin mengartikan kedaulatan sebagai
“wewenang tertinggi yang tidak dapat dibatasi oleh hukum” yang tidak lain wewenang
tertinggi ada pada penguasa (pemerintahan negara) mengatasi seluruh warganegara dan
orang-orang dalam ruang lingkup wilayahnya. Seiring perkembangan sejarah politik,
kekuasaan monarki (kedaulatan raja) bergeser menuju paham demokrasi (kedaulatan rakyat).
Penganut teori ini adalah John Locke, Montesquieu dan J.J Rousseau. Ajaran kedaulatan
rakyat meyakini bahwa sesungguhnya yang berdaulat dalam sebuah negara adalah rakyat
bukan penguasa. Oleh karena itu, dalam paham kedaulatan rakyat muncul suatu slogan yang
sangat terkenal yaitu “vox populi suprema lex” yang berarti bahwa suara rakyat adalah
hukum tertinggi. Rakyatlah yang berdaulat dan mewakilkan atau menyerahkan
kekuasaannya kepada negara. Sehingga kehendak rakyat merupakan satu-satunya sumber
kekuasaan bagi setiap pemerintah.
Di Indonesia sendiri, konsep kedaulatan rakyat secara formal diperkenalkan pada
tanggal 18 Agustus 1945 bertepatan dengan penetapan UUD 1945. Hampir seluruh founding
fathers yang terlibat dalam penyusunan UUD 1945 ini menyetujui kedaulatan rakyat
ditetapkan sebagai fundamental dalam ketatanegaraan Indonesia merdeka. Hal ini diperkuat
dengan dianutnya ajaran kedaulatan rakyat di keempat UUD yang pernah berlaku. Dari
gagasan kedaulatan rakyat ini kemudian dibuatlah suatu lembaga yaitu Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR). MPR ini merupakan lembaga perwakilan pertama di
Indonesia dalam sejarah ketatanegaraan di negara kita. Dalam pasal 1 ayat (2) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum amandemen, dijelaskan
bahwa kedaulatan rakyat sepenuhnya dilakukan oleh MPR sebagai jelamaan dari perwakilan
rakyat Indonseia. Tetapi dalam perjalanan praktiknya, MPR sebagai lembaga yang mewakili
kedaulatan rakyat ini justru sering kali melalukan penyelewengan. Kekuasaan besar yang
diembannya sering kali disalahgunakan seperti memberi kekuasaan dan kewenangan
berlebihan pada presiden. Sehingga, pada amandemen ke-3 tahun 2001 mengubah pasal 1
ayat (2) menjadi “Kedaulatan berada di tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut UUD”.
Konsep kedaulatan rakyat di Indonesia pada dasarnya selalu mengalami perkembangan sesuai
dengan kondisi ketatanegaraan Indonesia.
Pembagian kekuasaan di Indonesia (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) tidak
mengurangi makna bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat. Dibidang legislatif, rakyat
mempunyai otoritas tertinggi untuk menetapkan berlaku tidaknya suatu produk legislatif,
dibidang eksekutif rakyat mempunyai kekuasaan untuk melaksanakan atau setidak-tidaknya
mengawasi jalannya roda pemerintahan dan menjalankan peraturan hukum yang ditetapkanya
sendiri, begitu pula dibidang yudikatif, rakyatlah yang mutlak berkuasa untuk mengambil
keputusan akhir dan tertinggi dalam fungsi-fungsi yudisial. Pada dasarnya rakyatlah yang
berdaulat dalam negara demokrasi, dan rakyat pulalah yang menentukan kebijakan-kebijakan
kenegaraan yang akan mengikat bagi seluruh rakyat. Pemerintah sebagai pihak yang
diberikan mandat kepercayaan melalui pemilihan langsung tidak boleh menetapkan sendiri
segala sesuatu yang menyangkut kebjakan bernegara yang akan mengikat warga negara
dengan beban-beban kewajiban yang tidak disepakati oleh mereka sendiri baik yang
menyangkut kebebasan (liberty), prinsip persamaan (equality), ataupun pemilikan (property)
yang menyangkut kepentingan rakyat. Jika sekiranya kebijakan-kebijakan kenegaraan
tersebut akan membebani rakyat, maka rakyat harus menyatakan persetujuannya melalui
perantaraan wakil-wakil mereka dilembaga legislatif. Karena itu, kebijakan-kebijakan
kenegaraan tersebut harus dituangkan dalam bentuk undang-undang sebagi produk legislatif
(legislative act).

Anda mungkin juga menyukai