Anda di halaman 1dari 15

Pancasila dan Demokrasi

Dosen Pengampu: Drs. Sutarjo Adisusilo, J. R., S.Th. M.Pd.

Disusun oleh:

(1) Agatha Erma Yulita (171224001)


(2) Jasmine Belinda Budijanto (171224005)
(3) Arlina Sakasmara (171224025)
(4) Hendrikus Handoko (171224028)
(5) Paskalia Wulandari (171224030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demokrasi saat ini sudah disalahartikan oleh sebagian masyarakat.


Mereka menganggap bahwa demokrasi adalah kebebasan masyarakat untuk
mengemukakan pendapat. Padahal, demokrasi sebenarnya kebebasan namun
dibatasi oleh hukum. Demokrasi yang baik adalah demokrasi yang tidak
melanggar hak dan kewajiban orang lain. Oleh sebab itu, Pancasila pun
mengatur mengenai demokrasi.

Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Pancasila juga memuat


demokrasi. Hal ini tercermin pada sila keempat yaitu kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Demokrasi adalah prinsip dasar negara yang berlandaskan pada suara rakyat.
Rakyat adalah pemegang suara tertinggi di negara.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana pendapat John Locke. Rousseau, dan Montesquieu mengenai
prinsip dasar negara demokratis?
b. Bagaimana perbandingan sistem pemerintahan Republik Indonesia
sebelum dan sesudah diamandemen?
c. Bagaimana praktek hidup berdemokrasi dalam era reformasi?
d. Apa syarat-syarat sebuah masyarakat demokratis dapat diwujudkan?
1.3 Tujuan
a. Memahami prinsip dasar negara demokratis menurut John Locke.
Rousseau, dan Montesquieu.
b. Memahami perbandingan sistem pemerintahan Republik Indonesia
sebelum dan sesudah diamandemen.
c. Mengetahui praktek hidup berdemokrasi dalam era reformasi.
d. Mengetahui syarat-syarat sebuah masyarakat demokratis yang dapat
diwujudkan.

Pendidikan Pancasila Page 2


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Dasar Negara Demokratis

a. John Locke

Menurut John Locke, manusia memiliki kebebasan. Akan tetapi,


kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang dibatasi oleh hukum
alam. John Locke mengatakan beberapa hal mengenai dasar demokrasi
yaitu kekuasaan negara berasal dari rakyat yang sepakat mengadakan
perjanjian bersama membentuk negara dan negara yang berasal rakyat
diperuntukkan untuk rakyat guna melindungi hak serta kepentingannya.
Guna mencegah negara demokratis menjadi negara totaliter, John Locke
mengajukan dua sarana pencegahan yaitu jalur hukum dan pembagian
kekuasaan.

Pembagian kekuasaan menurut John Locke yaitu badan legislatif,


badan eksekutif, dan kekuasaan federatif. Badan legislatif bertugas untuk
mewujudkan kesejahteraan umum lewat penetapan perundang-undangan.
Lembaga ini dipilih oleh rakyat dan terpenting menurut John Locke.
Lembaga legislatif menentukan batas-batas kekuasaan negara,
penggunaan, dan batas hak warga negara. Badan eksekutif memiliki
kewenangan untuk melaksanakan undang-undang yang dibuat oleh badan
legislatif. Kekuasaan federatif meliputi pengaturan keamanan negara dan
hubungan dengan bangsa lain.

b. Rousseau

Rousseau mengatakan bahwa kehendak rakyat adalah kehendak


negara. Maka muncullah rumusan “negara dari, untuk, dan oleh rakyat”.
Rosseau juga mengatakan bahwa manusia memiliki kebebasan (liberté)
dan kesamaan kedudukan (egalité). Karena pandangannya ini, Rosseau
mengangkat derajat rakyat jelata untuk setara. Rosseau juga memberikan

Pendidikan Pancasila Page 3


ide revolusi untuk melepaskan diri dari rezim totaliter. Akan tetapi, teori
Rousseau memiliki kelemahan. Kelemahannya yaitu teorinya
menyudutkan minoritas dan minoritas dijadikan pihak disalahkan serta
disingkirkan. Rosseau terlalu idealistis dan tidak melihat realita yang
konkret.

c. Montesquieu

Montesquieu menyempurnakan teori dari John Locke.


Montesquieu mengatakan pemisahan kekuasaan (Trias Politica) juga
termasuk dalam pembatasan kekuasaan. Montesquieu membedakan secara
tegas antara kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, dan yudikatif. Dia
mengatakan pemisahaan yang ketat di antara ketiga kekuasaan tersebut
sebagai prasyarat kebebasan. Dengan pemisahan kekuasaan, Montesquieu
ingin mencegah munculnya pemerintahan yang absolut dan tetap
menjamin hak perseorangan. Eliau juga memaparkan peran hulum untuk
melindungi kepentingan perorangan dan kelompok. Kekuasaan harus
diatur agar hak dan kepentingan rakyat tidak dilanggar penguasa. Hukum
yang baik adalah hukum yang menjamin rasa keadilan rakyat. Hukum
harus menjamin persamaan, mengatur partisipasi rakyat terhadap negara
dan sarana mengontrol penguasa.

2.2 Perbandingan Sistem Pemerintahan Republik Indonesia Sebelum dan Sesudah


Diamandemen

a. Sistem Pemerintahan Republik Indonesia Sebelum Diamandemen

Sistem Pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945 menganut


Sistem Pemerintahan Presidensial. Sistem Pemerintahan ini dijalankan
semasa Pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden
Suharto.Ciri dari Sistem Pemerintahan masa itu adalah adanya kekuasaan
yang amat besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenangan
Presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa
melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat.

Pendidikan Pancasila Page 4


Karena itu tidak adanya pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka
kekuasaan Presiden sangat besar dan cenderung dapat disalahgunakan.
Dalam Sistem Pemerintahan Presidensial, badan eksekutif dan legislatif
memiliki kedudukan yang independen. Kedua badan tersebut tidak
berhubungan secara langsung seperti dalam Sistem Pemerintahan
Parlementer.

Mereka dipilih oleh rakyat secara terpisah. Para Sistem ini pula
kepala Pemerintahan dipegang oleh Presiden dan pemerintah tidak
bertanggung jawab kepada parlemen (legislatif). Menteri bertanggung
jawab kepada Presiden karena Presiden berkedudukan sebagai kepala
Negara dan kepala Pemerintahan. Sedangkan dalam pemerintahan
parlementer hubungan antara eksekutif dan legislative sangat erat.
Pemerintah (eksekutif) bertanggung jawab kepada parlemen, parlemen
mempunyai kekuasaan yang besar dan mempunyai kewenangan untuk
melakukan pengawasan terhadap eksekutif. Menteri dan Perdana Menteri
bertanggung jawab kepada parlemen.

Ciri-ciri Sistem Pemerintahan Presidensial adalah :

a. Penyelenggara Negara berada di tangan Presiden. Presiden adalah kepala


Negara sekaligus kepala Pemerintahan. Presiden dipilih langsung oleh
rakyat atau suatu dewan majelis.
b. Kepala negara tidak bertanggung jawab kepada parlemen, pemerintah dan
parlemen sejajar (eksekutif tidak mempunyai kekuasaan untuk menyatu
dengan legislatif). Hal itu dikarenakan
c. Presiden tidak dipilih oleh parlemen atau legislatif, oleh karena itu
Presiden langsung bertanggung jawab kepada rakyat yang memilihnya.
d. Kedudukan kepala Negara tidak terpisah dari kedudukan kepala
pemerintah
e. Presiden mengangkat Menteri dan bertanggung jawab kepadanya. Kabinet
bertanggungjawab kepada Presiden dan tidak bertanggungjawab kepada

Pendidikan Pancasila Page 5


parlemen atau legislatif (Menteri yang diangkat hanyalah pembantu
Presiden)
f. Presiden merupakan eksekutif tunggal
g. Masa jabatan Presiden ditentukan dengan tegas
h. parlemen tidak boleh menduduki jabatan eksekutif
i. Presiden tidak dapat (berwenang) membubarkan ataupun memaksa
parlemen
j. Supremasi konstitusi
k. Eksekutif bertanggung jawab pada rakyat yang berdaulat
l. Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga perwakilan
anggota parlemennya dipilih oleh rakyat. Demikian pula Eksekutif dipilih
melalui pemilihan umum
m. Kekuasaan tersebar ataupun tidak terpusat.Memasuki masa Reformasi ini,
bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan Sistem Pemerintahan yang
demokratis. Untuk itu, perlu disusun Pemerintahan yang konstitusional
atau Pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah
konstitusional bercirikanbahwa konstitusi negara itu berisi:
a. Adanya pembatasan kekuasaan Pemerintahan atau eksekutif
b. Jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.

Berdasarkan hal itu, reformasi yang harus dilakukan adalah


melakukan perubahan atau amandemen atas UUD 1945. Dengan
mengamandemen UUD 1945 menjadi konstitusi yang bersifat
konstitusional, diharapkan dapat terbentuk Sistem Pemerintahan yang
lebih baik dari yang sebelumnya. Amandemen atas UUD 1945 telah
dilakukan oleh MPR sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1999, 2000,
2001, dan 2002. Berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen itulah
menjadi pedoman bagi Sistem Pemerintahan Indonesia sekarang ini.

Selama rezim Orde Baru tidak terjadi perubahan Sistem


Pemerintahan. Akan tetapi, pelaksanaan lembaga kePresidenan sangat
dominan. Hal ini dapat dilihat di dalam UUD 1945 yang menyatakan tugas

Pendidikan Pancasila Page 6


dan kewenangan Presiden mencakup tidak hanya bidang eksekutif, tetapi
juga dalam bidang legislatif dan yudikatif. Selain itu, kelembagaan negara
dan organisasi sosial politik cenderung berjalan kurang seimbang dan
proposional.30 Pelaksanaan UUD 195 sebagai referensi Sistem
ketatanegaraan baru dipraktikkan secara nyata pada masa orde baru.
Jargon yang sering dipakai pada Pemerintahan ini adalah pelaksanaan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Orde Baru telah berhasil
menyelenggarakan Pemerintahan melalui mekanisme kenegaraan yang
dikenal dengan Mekanisme Kepemimpianan Nasional 5 tahun. Mekanisme
Kepemimpinan Nasional 5 tahun tersebut adalah :

a. Diadakannya pemilu untuk mengisi keanggotaan MPR, DPR, DPRD I,


DPRD II.
b. MPR bersidang untuk memilih Presiden dan wakil Presiden serba
menetapkan GBHN untuk 5 tahun.
c. Presiden membentuk kabinet yang bertanggungjawab terhadap
Presiden. Kabinet melaksanakan tugas dibawah petunjuk Presiden
dengan berlandaskan UUD dan GBHN.
d. Presiden bertanggung jawab kepada MPR. Presiden menyampaikan
laporan pertanggungjawaban setiap akhir kepemimpinan kepada MPR.
e. DPR mengawasi jalannya Pemerintahan. DPR bersama Presiden
membentuk UU.

Pada masa orde baru, tanggung jawab kekuasaan Negara terpusat


di tangan Presiden (menganut Sistem Presidensial). Kedudukan Presiden
sangat kuat sehingga meskipun MPR sebagai lembaga tertinggi Negara
(tempat Presiden diharuskan tunduk dan bertanggung jawab) tetapi dalam
kenyataannya kedudukan MPR tergantung pada Presiden. Adanya unsur
pertanggungjawaban presdien kepada MPR justru memperlihatkan ciri
Parlementer. Oleh karena itulah, secara normatif Sistem yang dianut oleh
UUD 1945 bukanlah murni Sistem Presidensial akan tetapi hanya quasi
Presidensial. Sifat quasi atau Sistem Presidensial tidak murni itulah yang

Pendidikan Pancasila Page 7


diubah ketika UUD 1945 diubah pada tahun1999 sampai tahun 2002, yaitu
dengan mengubah kedudukan MPR tidak lagi sebagai lembaga tertinggi
Negara, melainkan lembaga Negara yang sederajat dengan Presiden.
Disamping itu, perubahan UUD 1945 itu juga mengatur tentang pemilihan
Presiden dan wakil Presiden oleh rakyat melalui pemilihan umum setiap
lima tahun sekali.

b. Sistem Pemerintahan Republik Indonesia Sesudah Diamandemen

UUD 1945 Sekarang ini Sistem Pemerintahan di Indonesia masih


dalam masa transisi. Sebelum diberlakukannya Sistem Pemerintahan baru
berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen keempat tahun 2002, Sistem
Pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada UUD 1945 dengan
beberapa perubahan seiring dengan adanya transisi menuju Sistem
Pemerintahan yang baru. Sistem Pemerintahan baru diharapkan berjalan
mulai tahun 2004 setelah dilakukannya Pemilu 2004. Undang-Undang
Dasar merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut UUD. UUD memberikan
pembagian kekuasaan (separation of power) kepada enam lembaga Negara
dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Presiden, Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan PemeriksaKeuangan (BPK),
Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK).

Perubahan amandemen UUD 1945 yaitu:

a. Mempertegas prinsip Negara berdasarkan atas hukum (Pasal 1 ayat (3)


dengan menempatkan kekuasaan kehakiman sebgai kekuasaan yang
merdeka, penghormatan kepada hak asasi manusia serta kekuasaan yang
dijalankan atas prinsip due process of law
b. Mengatur mekanisme pengangkatan dan pemberhentian para pejabat
Negara, seperti hakim

Pendidikan Pancasila Page 8


c. Sistem konstitusional berdasarkan perimbangan kekuasaan (check and
balances) yaitu setiap kekuasaan dibatasi oleh UndangUndangberdasarkan
fungsi masing-masing
d. Setiap lembaga Negara sejajar kedudukannya di bawah UUD 1945
e. Menata kembali lembaga-lembaga Negara yang ada serta membentuk
beberapa lembaga Negara baru agar sesuai dengan sistem konstitusional
dan prinsip Negara berdasarkan hukum
f. Penyempurnaan pada sisi kedudukan dan kewenangan masingmasing
lembaga Negara disesuaikan dengan perkembangan Negara demokrasi
modern.

Pokok-pokok Sistem Pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Bentuk negara Kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas.


Wilayah negara terbagi dalam beberapa propinsi.
b. Bentuk Pemerintahan adalah Republik, sedangkan Sistem Pemerintahan
Presidensial.
c. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala Pemerintahan.
Presiden dan wakil Presiden dipilih dan diangkat oleh MPR untuk masa
jabatan lima tahun. Untuk masa jabatan 2004-2009, Presiden dan wakil
Presiden akan dipilih secara langsung oleh rakyat dalamsatu paket.
d. Kabinet atau Menteri diangkat oleh Presiden dan bertanggung jawab
kepada Presiden.
e. DPR memiliki kekuasaan mengawasi jalannya Pemerintahan. Presiden
dapat diberhentikan oleh MPR atas usul DPR
f. DPR memiliki fungsi pengawasan, legislasi dan anggaran.
g. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan
merupakan anggota MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan
kekuasaan mengawasi jalannya Pemerintahan.
h. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan
peradilan dibawahnya.

Pendidikan Pancasila Page 9


Sistem Pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari Sistem
Pemerintahan Parlementer dan melakukan pembaharuan untuk
menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam Sistem
Presidensial. Beberapa variasi dari Sistem Pemerintahan Presidensial di
Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari


DPR. Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan megawasi Presiden meskipun
secara tidak langsung.
b. Presiden dalam mengangkat pejabat negara perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR. Contohnya dalam pengangkatan duta negara asing,
Gubernur Bank Indonesia, Panglima TNI, dan Kepala Kepolisian.
c. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR. Contohnya, pembuatan perjanjian Internasional,
pemberian gelar, tanda jasa, tanda kehormatan, pembrian amnesti, dan
abolisi.
d. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk
undang-undang dan hak budget (anggaran).

Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam Sistem


Pemerintahan Indonesia. Hal itu diperuntukan dalam memperbaiki Sistem
Presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut, antara lain adanya
pemilihan secara langsung, Sistem bikameral, mekanisme cheks and
balance, dan pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen
untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran.

Berdasarkan UUD 1945, Sistem Pemerintahan yang dipakai tetap


Sistem Pemerintahan Presidensial. Namun, untuk mengembangkan Sistem
Pemerintahan yang bersih adalah Sistem Pemerintahan yang demokratis
maka UUD 1945 perlu diamandemen. UUD 1945 telah mengalami empat
kali perubahan dan diharapkan dapat menciptakan Sistem Pemerintahan
Presidensial yang bersih dan demokratis. Selain Sistem ini tetap
dipertahankan, diperkuat juga melalui mekanisme pemilihan Presiden dan

Pendidikan Pancasila Page 10


wakil Presiden secara langsung. Dalam Pasal 6A ayat (2) UUD 1945 telah
dinyatakan bahwa pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan
oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum
sebelum pelaksanaan pemilihan umum.

Partai koalisi memiliki peran yang sangat strategis dalam


menjalankan pemerintahan SBY-Boediono. Partai-partai koalisi memiliki
kader yang duduk sebagai wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR). Relevansinya dengan Menteri-Menteri yang diangkat sebagai
pembantu presiden adalah memiliki ikatan yang sangat kuat dan erat yaitu
ikatan kepartaian dan juga ikatan emosional (karena mereka yang duduk di
DPR dan mereka yang menjabat sebagai Menteri masingmasing dari partai
yang sama). Oleh karena itu, sangat tidak mungkin saling menjatuhkan.

Hal yang perlu menjadi pertimbangan presiden dalam mengangkat


ataupun melakukan resufle kabinet (sebagai yang telah dilakukan barubaru
ini) adalah meminimalisir pengangkatan Menteri dari kalangan partai
koalisi. Kalangan professional, akademisi, praktisi perlu menjadi
pertimbangan khusus SBY terhadap pengangkatan Menteri-menterinya.

2.3 Praktik Hidup Demokrasi dalam Era Reformasi

a. Kebijakan pemerintah sesuai pasal 28 UUD 1945 memberi kebebasan


dalam mengeluarkan pendapat dan pikiran baik lisan maupun tulisan yang
terwujud dengan dikeluarkannya UU No 2 / 1999 tentang partai politik
yang memungkinkan adanya multi partai.
b. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta
bertanggungjawab dengan dikeluarkannya ketetapan MPR No IX/MPR
/1998 yang ditindaklanjuti dengan UU No 30/2002

Di sisi lain demokrasi yang dimaknai sebagai kebebasan juga


memberikan dampak perubahan yang cukup berarti. Saat ini penyerobotan
terhadap hak public, pengabaian keberadaan negara, intoleransi terhadap

Pendidikan Pancasila Page 11


perbedaan dan hak orang lain kerap terjadi. Masyarakat bebas melakukan
apapun yang diinginkan dengan dalih kebebasan di era demokrasi. Kondisi
ini berlangsung di berbagai tempat sehingga menghasilkan perubahan
tatanan yang tidak lagi terarah. Penjelasan di atas membawa pada suatu
pemahaman bahwa karakteristik demokrasi masyarakat sedang dalam
tahap mencari bentuk, ada sisi konstruktif dan ada sisi destruktif.
Demokrasi dalam masyarakat dipahami dalam berbagai pengertian.
Pertama ialah pemahaman demokrasi sebagai konsep kekuasaan
atau tata pemerintahan. Bentuk kekuasaan yang terpisah dengan
kelembagaan yang tertata sedemikan rupa menjamin hak-hak warga
negara.
Kedua, demokrasi sebagai nilai-nilai, berorientasi pada kebebasan,
kebersamaan dan kesetaraan. Nilai-nilai tersebut diyakini oleh sebagian
besar masyarakat sebagai substansi demokrasi. Demokrasi ialah ketika
semua orang bebas memiliki pandangan atau aspirasi, diperhatikan haknya
sama dengan lainnya dan tidak ada perbedaan satu dengan yang lainnya.
Ketiga, demokrasi secara praktik dipahami dalam 2 kategori utama
berdasarkan tujuan, yaitu suara terbanyak dan musyawarah mufakat.
Dalam berhubungan dengan memilih pemimpin, suara terbanyak (pemilu)
merupakan nilai demokrasi yang utama. Sedangkan dalam persoalan
sehari-hari, cara demokrasi dilakukan dengan musyawarah. Keduanya
memberikan kemungkinan semua orang untuk berpartisipasi.

2.4 Syarat-Syarat Sebuah Masyarakat Demokratis yang dapat Diwujudkan

a. menyelesaikan permaslahan dengan damai dan secara melembaga. Dalam


alam Demokrasi, perbedaan pendapat dan kepentingan dianggap sebagai
hal yang wajar. Perselisihan harus diselesaikan dengan perundingan dan
dialog, untuk mencapai kompromi, konsesus dan mufakat.
b. Menjamin selenggaranya perubahan dalam masyarakat damai atau tanpa
gejolak. Pemerintah harus dapat menyesuaikan kebijaksanaan terhadap
perubahan-perubahan tersebut dan mampu mengendalikanya.

Pendidikan Pancasila Page 12


c. Menyelenggarakan pergantian kepeminpinan secara teratur. Dalam
masyarakat demokratis. Pergantian kepemimpinana atas dasar keturunan,
pengangkatan diri sendiri, dan coup d’etat (perebutan kekuasaan) dianggap
sebagai cara-cara yang tidak wajar.
d. Menekan penggunaan kekerasan seminimal mungkin. Golongan minorits
yang biasanya akan terkena paksaan biasanya akan lebih menerimanya
apabila diberi kesempatan untuk merumuskan kebijakan.
e. Mengakui dan mengaggpa wajar adanya keberagaman. Untuk itu perlu
terciptanya masyarakat yang terbuka dan kebebasan politik dan
tersedianya berbagai alternatife dalam tindak politik. Namun demikian,
keanekaragaman itu tetap berada dalam kerangka persatuan bangsa dan
negara.
f. Menjamin tegaknya keadilan. Dalam masyarakat demokrasi, keadilan
merupakan cita-cita bersama, yang menjangkau seluruh anggota
masyarakat.

Pendidikan Pancasila Page 13


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembagian kekuasaan menurut John Locke yaitu badan legislatif,


badan eksekutif, dan kekuasaan federatif. Rousseau mengatakan bahwa
“negara dari, untuk, dan oleh rakyat”. Sedangkan Montesquieu
menyempurnakan teori dari John Locke. Montesquieu membedakan secara
tegas antara kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, dan yudikatif.

Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Pancasila juga memuat


demokrasi. Generasi muda perlu mengetahui makna sebenarnya dari
demokrasi. Apabila demokrasi ditanamkan mulai dari sekarang, generasi
muda akan semakin menyadari demokrasi. Hal ini akan meminimalisir krisis
demokrasi yang sedang muncul di Indonesia.

3.2 Saran

Akan lebih baik apabila demokrasi yang dijunjung tinggi bangsa


Indonesia semakin digencarkan publikasinya. Karena di tengah situasi krisis
pemahaman demokrasi, generasi muda semakin menyalahartikan demokrasi
itu sendiri.

Pendidikan Pancasila Page 14


DAFTAR RUJUKAN

Demokrasi di Era Reformasi yang diunggah pada


https://guruppkn.com/demokrasi-era-reformasi dan diakses pada 12 November
2018.

Rosdalina. 2012. Kajian Terhadap Sistem Pemerintahan dan Prakteknya Menurut


Undang-Undang Dasar Tahun 1945., yang diunggah pada http://journal.iain-
manado.ac.id/index.php/JIS/article/viewFile/157/132 dan diakses pada 12
November 2018.

Sofyan, Arif. 2014. Pemaknaan Demokrasi di Era Reformasi., yang diunggah


pada https://ejournal.undip.ac.id/index.php/politika/article/viewFile/7745/6367
dan diakses pada 12 November 2018.

Pancasila Dalam Pusaran Globalisasi: Tinjauan Singkat Secara Filosofis dan


Ideologis yang ditulis oleh Drs. Sutarjo Adisusilo, J. R., S.Th.,M.Pd. di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pendidikan Pancasila Page 15

Anda mungkin juga menyukai