Anda di halaman 1dari 2

1.

Kebebasan rakyat dimulai ketika sistem komunikasi libertarian memungkinkan mereka


untuk menetapkan bentuk dan cara berkomunikasi, menjalankan rencana aktivitas
komunikasi mereka sesuai yang mereka inginkan, dan pengendalian secara berimbang
antara rakyat dan pemerintah dalam komunikasi atau sedapat mungkin dalam bentuk
peniadaan pengendalian komunikasi oleh pemerintah. Berkenaan dengan hal itu, apakah
Indonesia telah menerapkan sistem kebebasan berpendapat dengan baik? Paparkan
pendapat anda berikut studi kasusnya dalam masyarakat!

Indonesia memiliki kewajiban untuk melindungi, memajukan, menegakkan, dan


memenuhi hak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi tersebut, sebagai salah satu
bagian dari hak asasi manusia, sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 28I ayat (4)
UUD 1945. Namun demikian, meskipun bersifat fundamental, hak atas kebebasan
berpendapat dan berekspresi tersebut bukanlah hak yang bersifat mutlak.Bahkan di
Amerika Serikat, sebagai salah satu negara yang memiliki perlindungan konstitusional
terkuat untuk kebebasan berpendapat atau berbicara di negara manapun di dunia, tetap
terdapat batasan-batasan yang berlaku.

Indonesia merupakan negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah India dan Amerika
Serikat. Berbagai macam sistem demokrasi pernah diterapkan di Indonesia, di antaranya
demokrasi liberal, demokrasi parlementer dan demokrasi Pancasila. Namun, semua sistem
tersebut belum bisa menjadikan Indonesia menjadi negara yang merepresentasikan nilai
nilai demokrasi dengan sebenar-benarnya.

Salah satu cara melihat bagaimana demokrasinya sebuah negara adalah dari bagaimana
hak hak yang didapatkan warganya. Robert Dahl menyebutkan bahwa yang terpenting
dalam sebuah sistem demokrasi adalah bagaimana masyarakat dapat
mengimplementasikan hak hak fundamentalnya seperti kebebasan bersuara, berkumpul,
menyampaikan pendapat dan mengkritik pemerintah. Hal ini akan dapat dilihat dengan
bagaimana sikap pemerintah saat tindakannya ditolak oleh sebagian masyarakat

Dapat kita kaitkan dengan fenomena terdekat yaitu pengesahan UU Cipta Kerja,
pemerintah menerbitkan produk hukum yang sah namun tidak mendapatkan legitimasi
dari masyarakat. Konsekuensinya, timbul berbagai penolakan di banyak daerah. Bahkan di
antaranya berakhir dengan kericuhan, tindakan kekerasan dan perusakan.

Bentuk lain pemerintah atau aparat negara dalam membatasi hak untuk menyuarakan
pendapat adalah dengan adanya ancaman sulitnya mendapatkan SKCK bagi pelajar yang
mengikuti demonstrasi. Padahal PBB mengakui bahwa remaja berhak untuk berserikat,
berkumpul, berekspresi dan menyuarakan pendapat. Di negara lain seperti Thailand dan
Hong Kong tampak aksi protes terhadap pemerintah juga diikuti oleh para pelajar.

Kebebasan pendapat yang semakin diberangus tampak juga pada kasus kasus lain, yang
juga turut mendorong merosotnya nilai-nilai HAM dalam sebuah negara demokratis.
Beberapa waktu lalu, Ismail Ahmad warga Maluku Utara diamankan polisi untuk dimintai
keterangan atas unggahan goyonan Gus Dur tentang “3 polisi jujur” di media sosialnya.
Ahmad pun sempat diminta untuk wajib lapor selama beberapa hari, dan akhirnya
meminta maaf karena merasa telah merendahkan institusi Polri.

Tampaknya ke-demokratisan Indonesia hanya pada sistem pemilunya saja, sedangkan


pemenuhan hak-hak warga negara rupanya mengalami kemunduran. Kebebasan
menyampaikan pendapat juga dapat menjadi bentuk kontrol  rakyat terhadap negara yang
bekerja atas nama rakyat, yang tentunya juga perlu dibatasi dengan adanya undang-undang
yang mengatur guna mencegah kebebasan yang kebablasan.

Dalam sebuah negara hukum, sesungguhnya yang memerintah adalah hukum, bukan
manusia. Sebagai negara hukum demokratis, negara berkewajiban untuk mengeluarkan
segala peraturan perundangan dan instrumen hukum lainnya agar HAM dapat ditegakkan
secara demokratis sesuai dengan aturan yang berlaku.

Pemerintah semestinya dapat dengan sungguh menerapkan nilai-nilai dalam Pasal 28 E


UUD NRI 1945, Undang-Undang No 9 Tahun 1998, ICCPR yang telah diratifikasi serta
Amanat dalam Universal Declaration of Human Rights, “Everyone has the right to
freedom of opinion and expression; this right includes freedom to hold opinion without
interference and to seek, receive, and impart information and ideas through any media
and regardless of frontiers.”

Sebuah kebebasan berpendapat tentunya juga perlu dibatasi agar tidak timbul sebuah
kebebasan yang kebablasan. Namun,  pemerintah harus lebih jernih dalam menjalankan
aturan aturan pembatasan kebebasan ini, sehingga tidak semua pendapat terkesan dapat
dipidana. Dengan demikian, tidak ada lagi muncul pandangan over protective dan
otoritarian terhadap pemerintah. Dengan harapan nilai nilai demokrasi di Indonesia dapat
terus membaik dan dengan sungguh-sungguh pemerintah dapat memenuhi hak hak asasi
manusia kepada seluruh warga negaranya.

2. Sistem komunikasi komunis cenderung melakukan penguasaan terhadap kehidupan media


massanya, baik dalam hal kepemilikan, penentuan isi media, persebaran isi informasi,
pendidikan media massa dan bahkan dalam bentuk aksi-aski teror yang bertujuan
membatasi aktivitas media sehingga terbungkamlah media massa. Masyarakat menjadi
tidak kreatif dan dinamis. Berikan pendapat anda mengenai kasus ini, apakah sistem ini
cocok digunakan di Negara Indonesia atau bahkan sebenarnya Indonesia sudah
menjalankan sistem ini?

Pendapat saya, saat ini indonesia seperti serigala berbulu domba, yang katanya negara
demokrasi dengan sistem komunikasi libertarian namun nyatanya komunis garis keras.
Media massa di exploitasi besar besaran, kebebasan berpendapat dihadapkan dengan
kurungan penjara. Pemerintahan sekarang merupakan salah satu rezim terburuk dalam
membatasi kebebasan berpendapat setelah rezim orde baru.

Anda mungkin juga menyukai