Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

KOMUNIKASI INTERNASIONAL (SKOM 4435)

Nama : Joko Prasetyo


NIM : 041220503
UPBJJ : UT Yogyakarta

Soal:
1. Bagaimana praktik the communications is in tune konsep homofili dan heterofili dalam
komunikasi internasional perspektif propaganda? Sertakan contoh kasusnya!
2. Bagaimana keterkaitan agenda setting media yang diperkuat framing dalam perspektif
jurnalistik dengan konsep pesan dan tujuan pesan dalam komunikasi internasional?
Sertakan contoh kasusnya!
3. Bagaimana efektivitas komunikasi homofili dan heterofili dalam komunikasi internasional?
Sertakan contoh kasusnya!

Jawaban:
1. Istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan keadaan yang sama antara pihak-pihak
pelaku komunikasi ini adalah homofili. Jelasnya homofili adalah derajat persamaan dalam
beberapa hal tertentu seperti keyakinan, nilai, pendidikan, status sosial dan lain-lain, antara
pasangan-pasangan individu yang berinteraksi (Rogers dan Kincaid, 1981:127). Perasaan-
perasaan ini memungkinkan untuk tercapainya persepsi dan makna yang sama pula
terhadap sesuatu objek atau peristiwa. Tetapi bagaimana halnya dengan komunikasi antar
budaya yang justru bertolak dengan asumsi akan adanya perbedaan-perbedaan
kebudayaan? Dilihat dari segi prinsip dasar komunikasi tadi, maka perbedaan-perbedaan
ini tentu cenderung untuk mengurangi atau menghambat terjadinya komunikasi yang
efektif. Karena jika pesan-pesan yang disampaikan melampaui batas-batas kebudayaan,
yang dapat terjadi adalah apa yang dimaksud oleh pengirim dalam suatu konteks tertentu
akan diartikan dalam konteks yang lain lagi oleh penerima. Dalam situasi antar budaya
demikian, dapat dikatakan hanya sedikit saja atau tidak sama sekali orientasi yang
merupakan persyaratan bagi komunikasi umumnya. Dengan co-orientasi yang dimaksud
ialah bahwa antara dua pihak yang berkomunikasi seharusnya terdapat persamaan dalam
orientasi terhadap topik dari komunikasi mereka (Sarel, 1979:395). Atau dapat juga
dikatakan bahwa berdasarkan prinsip homofili, orang cenderung untuk berinteraksi dengan
individu-individu lain yang serupa dalam hal karakteristik-karakteristik sosial dengannya.
Dodd (1982:168-170) membuat klarifikasi tentang dimensi-dimensi homofili ke dalam:
- Homofili dalam penampilan
- Homofili dalam latar belakang
- Homofili dalam sikap
- Homofili dalam nilai
- Homofili dalam kepribadian
Heterofili adalah cara dua individu berkomunikasi dan berbagi pengetahuan dalam
beberapa perbedaan sehingga komunikasi menjadi tidak efektif bahkan keduanya merasa
kurang nyaman. Namun, komunikasi ini memiliki potensi untuk mendapatkan informasi
khusus dan juga menjadi jalan masuknya ide-ide baru dari individu yang lebih kompeten.
Pandangan lain mengenai heterofili adalah proses komunikasi yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih, di mana pengirim pesan dan penerima pesan, memiliki latar belakang
yang berbeda, baik sosial budaya, pendidikan, agama dan karakteristik sosial lainnya.
Difusi rnelalui komunikasi berlangsung lama, prosesnya ditandai dengan banyak gangguan
atau distorsi. Sementara mengutip Shoelhi (2009: 18) heterofili didefinisikan sebagai
derajat dari pasangan orang orang yang berinteraksi yang memiliki sifat-sifat tertentu yang
berbeda. Dalam situasi yang bebas memilih, komunikator dapat berinteraksi dengan salah
seorang dari sejumlah komunikan yang satu sama lain berbeda. Orang-orang yang
rnengingkari homofili dan berupaya berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
dengannya, bisa menemukan kekecewaan dalam berkomunikasi.

2. Kemampuan media menginformasikan "isu-isu apa saja yang dianggap penting" inilah
bagian dari 'agenda setting' media. Media mampu menciptakan pencitraan-pencitraan ke
hadapan khalayak sehingga media mempengaruhi khalayak untuk membicarakan isu-isu
penting yang sudah dipilih media. Agenda setting merupakan penciptaan kesadaran publik
dan pemilihan isu-isu mana yang dianggap penting melalui sebuah tayangan berita. Asumsi
dasar dari teori ini adalah, 1) pers dan media tidak mencerminkan realitas yang sebenamya,
melainkan mereka mernbentuk dan mengkonstruksi realitas tersebut; 2) media
menyediakan beberapa isu dan memberikan penekanan lebih kepada isu tertentu yang
selanjutnya me:mberikan kesempatan kepada publik untuk menentukan isu mana yang
lebih penting dibandingkan dengan isu lainnya.
Kekuatan media dari sisi agenda setting diperkuat lagi oleh framing, yakni pembingkain
informasi tentang peristiwa atau fenomena-fenomena agar menjadi jauh lebih menarik.
Pembingkaian sendiri terkait dengan kemasan berita yang akan disajikan kepada khalayak
dan kemudian diterima oleh khalayak.
Teknologi komunikasi informasi cukup menentukan kualitas komunikasi internasional
dalam perspektif jurnalistik. Negara-negara maju dan kaya misalnya, mampu menyiarkan
berita ke berbagai negara secara langsung. Sebaliknya, negara berkembang kesulitan
melakukan hal yang sama karena tersangkut masalah biaya dan teknologi. Dengan
dernikian, arus informasi yang berlangsung rnenjadi satu arah dan timpang karena tidak
ada umpan balik (feedback) yang memadai. Hal itu tentu saja merugikan negara-negara
berkembang, sementara negara maj u semakin mendominasi. Pada gilirannya, oleh negara-
negara maju, komunikasi semacam ini dijadikan alat kontrol kekuatan sosial untuk
mengendalikan negara-negara lain. Hal itu ditandai dengan munculnya pemikiran yang
menganggap bahwa kebebasan informasi merupakan salah satu jalan untuk rneningkatkan
kesejahteraan internasional. Padahal kenyataannya, kebebasan informasi lebih
menguntungkan negara-negara yang memiliki teknologi komunikasi canggih. Mereka
dapat mendominasi arus informasi, kemudian menjadi jalan untuk mempengaruhi proses
penerapan kebijakan intranegara. Bahkan lebih ekstrem lagi, menjadi celah untuk
melanggar kedaulatan suatu negara.
Sebagai contoh, tatkala dua gedung World Trade Center (WTC) di New York, Amerika
Serikat hancur lebur pada tahun 2001 lalu. Media-media Amerika Serikat, seperti CNN,
begitu dominan memberitakan kebiadaban teroris yang melenyapkan lebih dari 3000
nyawa. Lain halnya ketika Amerika Serikat menginvasi Afghanistan dan lrak. Meskipun
banyak korban sipil berjatuhan, porsi berita lebih menonjolkan pemberantasan sarang
teroris. Namun, sejak berdirinya stasiun televisi Al Jazeera dan Al Arabiya, ketimpangan
dan dominasi informasi, khususnya di negara-negara Arab dan Persia, dapat sedikit
terpatahkan. Kedua stasiun itu kerap menyajikan pemberitaan yang berbeda dengan media
Barat, dalam hal ini Amerika Serikat dan sekutunya. Kbalayak internasional pun dapat
memilih sumber informasi mana yang lebih dipercaya atau disukainya. Meskipun
demikian, fungsi dan tujuan jurnalistik yang berbasiskan fakta dapat dikatakan telab
berbelok menjadi berpihak kepada kepentingan tertentu. Maksudnya, fakta dijadikan alat
untuk menyampaikan tujuan-tujuan propaganda. Sementara itu, apa yang disajikan oleh
media Barat dan Arab tersebut merupakan bentuk diplomasi dalam perspektif jurnalistik.
3. Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan manusia dalam melakukan kontak
dengan manusia lainnya. Jenis komunikasi yang dilakukan memiliki banyak cara, bisa
dilakukan dengan cara lisan, tulisan, perilaku maupun dalam bentuk gambar. Komunikasi
yang memiliki persamaan dalam pengertian, sikap dan bahasa disebut dengan homofili.
Komunikasi dalam kondisi homofili sering terbuktu lebih efektif dibanding dengan
komunikasi antar individu yang berada dalam kondisi heterofili, karena manusia selalu
mempunyai kecenderungan menyukai interaksi dengan seseorang yang memiliki kesamaan
dalam status sosial, pendidikan, kepercayaan, dan sebagainya.
Contohnya, India memiliki homofilia dengan level yang sangat tinggi pada penduduk desa
yang memiliki sistem sosial di masyarakat yang berdasarkan pada kasta, pendidikan dan
ukuran kebun yang dimiliki. Namun di daerah Calculta yang tidak mementingkan kasta dan
lebih mementingkan upah atau gaji. Dari sini disimpulkan homofilia memiliki variasi baik
dalam ciri maupun dalam sistem yang berlaku di masyarakat.

Sumber:
Surachman, Akhmad Yani. (2022). Komunikasi Internasional. Tangerang Selatan.
Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai