Anda di halaman 1dari 9

KISI KISI PKN

UNDANG UNDANG TENTANG HAM


Definisi HAM menurut UU Nomor 39 Tahun 1999 adalah hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan dan merupakan anugerah yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang

PASAL 1 AYAT 1
“Negara Indonesia ialah negara kesatuan, yang berbentuk republik”

PASAL 1 AYAT 2
"Negara Indonesia adalah negara hukum".
Hukum adalah peraturan atau norma hukum yang mengatur tentang hubungan antara manusia
dalam kehidupan bermasyarakat. Barangsiapa melanggar norma hukum, maka dapat dijatuhi
sanksi atau dituntut oleh pihak yang berwenang.
Pernyataan negara hukum ditandai dengan adanya lembaga yudikatif yang bertugas untuk
menegakkan aturan hukum. Sebagaimana diatur dalam pasal 24 ayat 1 bahwa kekuasaan
Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan.
dalam pasal 24 ayat 2, yaitu kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung
dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

Hak adalah segala sesuatu yang seharusnya didapatkan


Kewajiban adalah segala sesuatu yang harus dilakukan

SUBSTANSI HAK DAN KEWAJIBAN YANG ADA DI PANCASILA


1. hak dan kewajiban asasi dalam nilai dasar Pancasila
Nilai dasar berkaitan dengan hakikat kelima sila Pancasila. Hubungan antara hak dan
kewajiban asasi manusia dengan Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama,
melaksanakan ibadah dan kewajiban untuk menghormati perbedaan agama.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara pada
kedudukan yang sama dalam hukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang
sama untuk mendapat jaminan dan perlindungan hukum.
3. Persatuan Indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu di antara warga negara
dengan semangat gotong royong, saling membantu, saling menghormati, rela
berkorban, dan menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau golongan. Hal ini sesuai dengan prinsip hak asasi manusia bahwa
hendaknya sesama manusia bergaul satu sama lainnya dalam semangat persaudaraan.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan
bermasyarakat yang demokratis. Menghargai hak setiap warga negara untuk
bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya tekanan, paksaan, atau pun
intervensi yang membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat

Hak dan kewajiban asasi dalam nilai instrumental


Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai-nilai dasar Pancasila. Nilai instrumental
sifatnya lebih khusus dibandingkan dengan nilai dasar. Dengan kata lain, nilai instrumental
merupakan pedoman pelaksanaan kelima sila Pancasila. Perwujudan nilai instrumental pada
umumnya berbentuk ketentuan-ketentuan konstitusional mulai dari Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sampai dengan peraturan daerah.
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terutama Pasal 28 A-
28 J.
2. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Di dalam Tap
MPR tersebut terdapat Piagam HAM Indonesia.
3. Ketentuan dalam undang-undang organik, yaitu:
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1998 tentang Konvensi Menentang
Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan
Martabat Manusia.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 tentang Kovenan Internasional
tentang hak-hak Sipil dan Politik.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2005 tentang Kovenan Internasional Hak-
hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

4. Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 1


Tahun 1999 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
5. Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah.
6. Kententuan dan keputusan presiden( kepres)
 Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia.
 Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Nomor 87
tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan untuk Berorganisasi.
 Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan HAM
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Negeri Surabaya, Pengadilan Negeri
Medan, dan Pengadilan Negeri Makassar.
 Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2001 tentang Perubahan Keppres Nomor 53
Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
 Keputusan Presiden Nomor Nomor 40 Tahun 2004 tentang Rencana Aksi Nasional Hak
Asasi Manusia Indonesia Tahun 2004-2009

Hak dan kewajiban dalam nilai nilai praksis Pancasila

Nilai praksis merupakan realisasi nilai-nilai instrumental suatu pengalaman dalam kehidupan
sehari-hari. Nilai praksis Pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan
dan perbaikan sesuai perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat. Hal tersebut dikarenakan
Pancasila merupakan ideologi yang terbuka.

Prinsip demokrasi

Henry b mayo sebagaimana dikutip oleh Miriam budiarjo dalam bukunya yang berjudul dasar
dasar ilmu politik

. menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga

. menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang
berubah

Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur membatasi pemakaian kekerasan sampai


minimum

Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaam

Menjamin tegaknya keadilan

Menurut alamudi sebagaimana dikutip oleh sri wuryan dan syaifullah dalam bukunya yang
berjudul ilmu kewarganegaraan,suatu negara dapat disebut berbudaya demokrasi apabila
memiliki soko guru demokrasi sebagai berikut

Kedaulatan rakyat

Pemerintahan berdasarkan pesetujuan dari yang diperintah

Kekuasaan mayoritas

Hak hak minioritas

Jaminan ham

Pemilihan yang bebas dan jujur

Persamaan didepan hukum

Proses hukum yang wajar

Pembatasan pemerintahan secara konstitusional


Pluralisme sosial,ekonomi,dan politik

Nilai nilai toleransi,pragamatisme,kerja sama,dan mufakat.

PELAKSANAAN DEMOKRASI YANG TERPIMPIN

Masa demokrasi terpimpin di Indonesia dimulai sejak diumumkannya dekrit presiden 5 Juli 1959.

Perubahan sistem politik Indonesia pada masa ini didorong oleh situasi negara yang makin tak
pasti karena kegagalan Dewan Konstituante dalam menyelesaikan permasalahan politik yang tak
berkesudahan.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 menyatakan pembubaran Dewan Konstituante dan mengembalikan
UUD 1945 sebagai dasar negara.

Pengumuman dekrit Presiden 5 Juli 1959 sekaligus juga mengakhiri sistem demokrasi parlementer
atau liberal yang dianut selama 9 tahun sejak 1950-1959

Demokrasi terpimpin 1959-1965 merupakan konsep demokrasi yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.

Demokrasi terpimpin juga sebagai salah satu bentuk demokrasi yang menempatkan presiden
sebagai satu-satunya institusi dengan kekuasaan tertinggi di Indonesia.

Berikutnya akan dijelaskan tentang penerapan demokrasi pada era demokrasi terpimpin, yaitu

Penerapan Sistem Demokrasi Terpimpin di Indonesia (1959-1965)

1. Mengaburnya Sistem Kepartaian

Pada masa demokrasi terpimpin, keberadaan partai-partai politik kala itu bertujuan untuk
mempersiapkan diri dalam rangka mengisi jabatan politik.

Tapi, menjadi kekuatan penopang dari tiga kekuatan yang mendominasi kala itu yaitu lembaga
kepresidenan, Angkatan Darat, dan Partai Komunis Indonesia (PKI).

2. Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Gotong Royong

Pembentukan lembaga legislatif dalam sistem politik nasional berubah menjadi lemah.

DPR Gotong Royong jadi instrumen politik lembaga kepresidenan, namun proses rekruitmennya
ditentukan sendiri oleh Presiden Soekarno.

3. Sangat Lemahnya Penegakkan Hak Dasar Manusia

Presiden kala itu punya kekuasaan yang sangat besar untuk bisa menyingkirkan lawan-lawan
politik yang berbeda pandangan dengan Presiden.

Beberapa lawan politik presiden Soekarno ditahan atau dipenjara karena menunjukkan
pertentangan dengan beliau.
Lawan politik presiden Soekarno kebanyakan berasal dari kalangan sosialis dan kalangan tokoh
Islam di Indonesia.

Misalnya: Buya Hamka, Tan Malaka, dan Sutan Syahrir.

4. Dikekangnya Kebebasan Pers

Pada masa demokrasi terpimpin, pers mengalami banyak pengekangan dan enggak memeroleh
kebebasan.

Beberapa surat kabar dan majalah diberangus pemerintah, contohnya Harian Abadi milik
Masyumi dan Harian Pedoman dari PSI (Partai Sosialis Indonesia).

5. Pembatasan Otonomi Daerah

Sentralisasi kekuasaan pada pemerintah pusat menyebabkan adanya dominasi yang makin
kentara dalam hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Pada masa demokrasi terpimpin otonomasi daerah-daerah menjadi lebih terbatas dan dikontrol
ketat oleh pusat.

DEMOKRASI LIBERAL

Sistem demokrasi liberal diterapkan di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1950 sampai 1959.
Sistem ini didasarkan pada hak individu.

Jadi, setiap warga mempunyai hak untuk berkuasa dalam demokrasi jenis ini tanpa memandang
latar belakang, baik itu asal suku maupun agama.

Ciri ciri demokrasi liberal

1. adanya kekuasaan individu

2. kekuasaan pemerintah terbatas

3. seluruh masyarakat boleh berpatisipasi dalam politik

4. dilaksanakan pemilu periode tertentu

5.pemerintahan bisa membentuk hukum sesuai suara mayoritas parlemen

Kelebihan : Kelebihannya yaitu kekuasaan pemerintah lebih mudah diawasi karena terbatas,
perbedaan pandangan bisa terkelola karena seluruh pihak boleh membuat sendiri partainya.
Sedangkan

Kekurangannya: bagi kawasan politik, terlalu banyak partai tidak selalu berdampak baik.
Kekurangan lainnya dari sistem demokrasi liberal di Indonesia yaitu pembuatan partai lebih fokus
terhadap cara mempertahankan kekuasaan. Jadi, tidak fokus dalam pembuatan kebijakan,
padahal stabilitas itu penting.
LEMBAGA KEKUASAAN KEHAKIMAN YANG MELAKUKAN UJI MATERIL TERHADAP PERATURAN
PERUNDANG UNDANGAN

Hak Uji Materiil (HUM) adalah hak yang dimiliki oleh Mahkamah Agung untuk menilai materi
muatan di suatu peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang terhadap peraturan
perundangan yang lebih tinggi.

Berdasarkan pembahasan tersebut, maka lembaga kekuasaan kehakiman yang berwenang


melakukan uji materiil terhadap peraturan perundang-undangan di bawah Undang-Undang adalah
MA (Mahkamah Agung).

UPAYA PENEGAKKAN HAM MELALUI REFRESIF DAN PREFERTIF

emerdekaan bangsa Indonesia seperti yang disebutkan dalam Pembukaan UUD NRI merupakan
hak segala bangsa karena merupakan Hak Asasi Manusia yang harus dihormati dan diperjuangkan.
Sehingga sejak bangsa Indonesia meraih kemerdekaannya, bangsa Indonesia menjalankan
amanah untuk memajukan dan menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) dengan melakukan upaya:

1. Upaya Preventif, yaitu merupakan upaya pencegahan pelanggaran HAM terjadi di Indonesia
dengan cara:

- membentuk undang-undang tentang HAM.

- membentuk lembaga HAM.

- memberikan edukasi tentang HAM kepada masyarakat.

- mensosialisasikan tentang pentingnya kontrol masyarakat terhadap penegakkan HAM.

- mengubah paradigma aparat pemerintah dari penguasa menjadi pelayan masyarakat.

- meningkatkan kualitas pelayanan publik.

2. Upaya Represif, yaitu merupakan upaya yang dilakukan setelah terjadinya pelanggaran HAM di
Indonesia dengan cara:

- memberikan pelayanan dan konsultasi serta mendampingi dan memberikan pembelaan kepada
masyarakat yang menghadapi perkara HAM.

- menerima pengaduan dari korban pelanggaran HAM.

- proses penanganan HAM melalui Komnas HAM, Pengadilan HAM, dan Pengadilan HAM ad hoc.

- melakukan investigasi dengan pencarian data, informasi dan fakta terkait peristiwa pelanggaran
HAM dalam masyarakat.

- penyelesaian perkara melalui perdamaian, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan penilaian ahli.

ISI PASAL 1 AYAT 3


UUD 1945 pasal 1 ayat 3 berisikan soal negara Indonesia sebagai negara hukum yang mengandung
pengertian bahwa segala tatanan dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara
didasarkan atas hukum yang berlaku

LEMBAGA PERADILAN

Adapun dasar hukum lembaga peradilan di Indonesia meliputi UUD 1945, UU Kekuasaan
Kehakiman, UU Mahkamah Agung, UU Peradilan Umum, UU Peradilan Agama, UU peradilan
Militer, UU Peradilan Tata Usaha Negara, UU Mahkamah Konstitusi.

Kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan umum terbagi atas pengadilan negeri, pengadilan
tinggi, dan Mahkamah Agung. Mahkamah Agung menjadi kekuasaan kehakiman di Indonesia.

Mahkamah Agung memiliki beberapa fungsi dalam menjalankan tugas sebagai lembaga peradilan.
Fungsi tersebut yaitu fungsi peradilan, pengawasan, mengatur, nasihat, administratif, dan fungsi
lainnya.

Lalu, lingkungan pengadilan agama yang bertugas dan berwenang dalam memeriksa, memutus,
dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama. Hal tersebut meliputi, wakaf, perkawinan, zakat,
infaq, dan ekonomi syariah.

Selanjutnya, peradilan tata usaha negara yang berfungsi dalm proses penyelesaians engekta yang
berkaitan dengan tata usaha negara. Sengketa usaha negara sering terjadi akibat bidang tata
usaha negara di pusat maupun di daerah.

Kemudian kalsifikasi di lingkungan peradilan militer memiliki peran dalam menyelenggarakan


proses peradilan dalam lapangan hukum pidana, khususnya bagi bagi anggota TNI.

Lembaga peradilan selanjutnya yaitu Mahkamah Konstitusi yang merupakan lembaga yang
berperan untuk melakukan kekuasaan kehakiman untuk menegakkan hukum dan keadilan.
Mahkamah Konstitusi juga berperan memutus pembubaran partai politik dan perselisihan
mengenai hasil pemilihan umum.

Adapun susunan Mahkamah Konstitusi yaitu:

1. Mahkamah Konstitusi mempunyai Sembilan anggota hakim konsttusi yang ditetapkan dengan
Keputusan Presiden.

2. Susunan Mahkamah Konstitusi terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota, seorang Wakil
Ketua merangkap anggota, serta tujuh orang anggota hakim konstitusi.

3. Ketua dan Wakil Ketua dipilih dari dan oleh hakim konstitusi untuk masa jabatan selama tiga
tahun.

4. Sebelum Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi terpilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) rapat pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipimpin oleh hakim
konstitusi yang tertua usianya.

5. Ketentuan mengenai tata cara pemilihan Ketua dan Wakil Ketua sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) diatur lebih lanjut oleh Mahkamah Konstitusi. Lembaga peradilan tertuang dalam
berbagai peraturan perundang-undangan guna menjadi pedoman bagi lembaga-lembaga
peradilan dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya sebagai lembaga yang melaksanakan
kekuasaan kehakiman secara bebas tanpa ada intervensi dari pihak lain.

Pengadilan Agama

Pengadilan Agama ini dikhususkan bagi yang beragama Islam yang ingin mengajukan perkara
mengenai perceraian, warisan, perkawinan, dll. yang diatur dalam agama Islam. Bagi yang non-
muslim, perkara seperti perceraian akan ditangani di Pengadilan Negeri.

Pengadilan Militer

Peradilan Militer berwenang mengadili perkara pidana yang dilakukan oleh Militer (prajurit TNI)
berpangkat Kapten ke bawah yang melakukan tindak pidana (kejahatan) maupun pelanggaran
masih berdinas aktif dan atau orang-orang yang tunduk pada kekuasaan Peradilan Militer
berdasarkan Undang-Undang Peradilan Militer.

Pengadilan Negri dan Pengadilan Tinggi

Pengadilan Negeri berwewenang untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana
dan perdata bagi pencari keadilan pada umumnya. Peradilan ini juga ditujukan kepada
masyarakat umum dan menerima perkara pidana maupun perdata.

Pengadilan Pajak

Jika kamu merasa sudah membayar pajak tetapi tetap ditagih, kamu bisa melaporkannya kesini.
Sebaliknya, pengemplang pajak juga bisa diadili di sini.

Pengadilan Tata Usaha Negara

Jika kamu memiliki masalah dengan negara, maka pengadilan ini adalah tempat yang tepat untuk
mencari keadilan. Misalnya jika bermasalah dengan institusi negara seperti sekolah/perguruan
tinggi , kamu juga bisa menuntutnya di pengadilan yang terletak di tingkat kota atau kabupaten
kamu

Mahkama Agung

Mahkama Agung Berfungsi untuk mengadili suatu perkara banding tingkat akhir dan
keputusannya bersifat final. inilah pengadilan tertinggi setelah Pengadilan Negeri dan Pengadilan
Tinggi. Pihak yang berperkara dan tak puas di tingkat Pengadilan tinggi bisa mengajukan kasasi di
sini.

Mahkama Konstitusi

Mahkamah Konstitusi ini berkewajiban memberikan keputusan atas pendapat DPR bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum, atau perbuatan tercela,
atau tidak memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud
dalam UUD 1945.

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

Pengadilan ini dibentuk di setiap pengadilan negeri yang berkedudukan di ibukota provinsi,
pengadilan ini dikhusukan untuk para koruptor.
PERBEDAAN IUS KONSTITUTUM

Yaitu : hukum positif,hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu
daerah tertentu

IUS CONSTUTIDUENTUM

Yaitu: hukum negative ,hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang akan datang misalnya
rancangan undang undang

SISTEM PEMERINTAHAN MENURUT AFAN DAFFAN

Menurut Affan, demokrasi bisa dilihat secara normatif dan empiris. Secara normatif, demokrasi
secara ideal ingin diwujudkan oleh negara. Sedangkan secara empiris, demokrasi diwujudkan
dalam dunia politik

LEMBAGA YANG MENJAGA KODE ETIK PERADILAN

Sesuai Pasal 13 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, Komisi Yudisial mempunyai wewenang:

1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung kepada
DPR untuk mendapatkan persetujuan;
2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim;
3. Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) bersama-sama dengan
Mahkamah Agung;
4. Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH).

Anda mungkin juga menyukai