Anda di halaman 1dari 2

Tidak peduli dimana mereka tinggal, di sekolah mana mereka bersekolah atau di kelas berapa.

Setiap
siswa melakukan rutinitas sekolah seperti biasa mereka lakukan. Seorang siswa yang mendapat
ranking pertama, mereka membanggakan orang tuanya, mereka hebat, dan mereka senang. Bisa juga
kesenangannya menimbulkan kecemburuan sosial yang terjadi diantara temannya. Ada 2 siklus yang
akan terjadi, yang pertama anak yang mendapat angka 90 adalah awal dari segalanya dan anak yang
telah mencapai angka 90 keatas mencoba untuk bertahan dan berusaha mendapat nilai yang
sempurna. Inilah siklus yang mematikan, yang membuat siswa terjaga sampai larut malam,
membahayakan kesehatannya sendiri, selalu bekerja keras untuk mendapat nilai yang lebih tinggi. Ini
adalah siklus yang menghalangi anak-anak melakukan sesuatu yang mereka suka. Bahkan rela
mengambil kelas tambahan . Ketika nilai yang diharapkan tidak terjadi dan ranking mereka turun
mereka merasa tidak akan bisa masuk ke perguruan tinggi yang cukup baik dan kemudian seluruh
masa depan mereka akan berantakan dan semuanya akan menjadi tidak terkendali.

Nilai ujian 90 tidak merusak seluruh masa depan anak, bukan tetapi sistem sekolah yang kita
terapkan saat ini mengharuskan kita untuk percaya bahwa semua yang mereka lakukan adalah demi
kehidupan sempurna yang diinginkan orang tua mereka.sistem ini menyebabkan semuanya
berantakan. Masalah dengan sekolah saat inii bukanlah pengajaran atau kurangnya dana. Semuanya
berpusat pada konsep peringkat kelas. Sebuah sistem beracun yang mengadu domba anak anak satu
sama lain dan mengubah akademisi menjadi persaingan kompetitif yang berbahaya yang mengubah
cara anak anak memandang konsep integrasi akademik. Karena peringkat kelas siswa cukup peduli
untuk membiarkan diri mereka jatuh ke dalam siklus beracun dan akan melakukan apapun untuk
menjadi juara yang tidak terkalahkan demi mencapai nilai yang sempurna. Hampir seluruh siswa di
zaman sekarang menormalkan perilaku mencontek, alasan utama tidak lain karena tekanan dari
orang tua dan bisa juga dari ambisi untuk mendapat nilai yang sempurna. Menyontek bahkan bisa
dimulai sejak usia dini, ketika anak anak melanggar peraturan sekolah untuk memenangkan
persaingan. Kecurangan akademik biasanya terjadi disetiap jenjang pendidikan mulai dari sd smp
sma bahkan kuliah.

Menempatkan sistem peringkat yang tidak sehat ini dikelas menghancurkan moral dan integrasi anak
anak di sekolah di seluruh negeri. Selain itu, masalah jauh lebih besar dengan praktik memberi
peringkat anak anak terhadap satu sama lai. Setiap guru, kepala sekolah, atau siapappun yang
berkaitan dengan pendidikan. Coba bertanya pada siswa mengenai sebuah pertanyaan sederhana :
tujuan kesekolah untuk mengembangkan atau menyeleksi bakat masing masing siswa. Peringkat
kelas adalah sistem yang termasuk dalam memilih siswa yang terbaik dari yang terbaik.

Sekarang cara terbaik untuk memaksimalkan perbedaan antara siswa adalah dengan pengajaran
yang buruk, tampak tidak masuk akal. Untuk menentukan peringkat berdasarkan sistem nilai,
seharusnya dapat menemukan perbedaan nilai yang cukup untuk menyatakan a pemenang dan cara
terbaik untuk memaksimalkan perbedaan adalah dengan mengajar anak anak seburuk mungkin,
karena jika anak anak tidak diajari banyak dan apa yang diajarkan tidak jelas dan tidak lengkap serta
tidak berarti. Kebanyakan anak tidak akan belajar, kebanyakan anak membutuhkan bimbingan
seorang guru untuk mewujudkan potensi mereka, beberapa anak cukup cerdas atau cukup bekerja
keras sehingga tidak membutuhkan seorang guru. Bagi anak anak tersebut seorang guru bagaikan
lampu hias yang ada kegunaanya, namun sering kali guru hanya ada untuk menerangi. Bagi anak
anak mereka tidak membutuhkan seorang guru untuk di pertahankan karena bakat alami mereka
sendiri jadi ketrampilan jika guru tidak penting. Tetapi anak anak itu adalah sebagian kecil dari
seluruh populasi siswa yang sebenarnya berubah menjadi lima atau enam anak yang bersiap untuk
masuk ke perguruan tinggi terbaik. Dan memberikan pendidikan buruk kepada anak anak lain dan
bahkan lima atau enam anak itu akan mendapat manfaat dari pengajaran yang lebih baik . jadi jika
tujuan sekolah adalah untuk memiloh bakat maka tentu saja pertahankan sistem peringkat dan
mengadu sekelompok kecil anak anak yang sama cerdasnya satu sama lain dan memberikan
pendidikan buruk kepada anak anak lain tetapi jika tujuannya diubah untuk mengembangkan bakat,
maka luangkanlah waktu untuk mengajari setiap anak cara yang mereka butuhkan. Berikan
pemahaman kepada setip anak bahwa mereka pantas dapatkan. Tujuan pendidikan adalah untuk
mengajarkan bukan mengubah akademisi perang merebut nilai. Mari tinggalkan sistem sewenang
wenang dalam memilih bakat dan sebagai gantinya gunakana ketrampilan untuk mengembangkan
bakat karena menjadi manusia berarti layak mendapatkan pendidikan penuh.

Anda mungkin juga menyukai