Anda di halaman 1dari 3

MOSI : dewan ini mengklaim bahwa adanya kelas unggulan di setiap sekolah merupakan

cara yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

POSISI : kontra
( dengan posisi saya pada mosi kali ini berada di tim kontra selaku pembicara 1)

Latar belakang:
Permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya kualitas
pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Dan tentunya pemerintah sudah
melakukan berbagai macam cara untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, salah
satunya yaitu peningkatan program sekolah dengan mengadakan kelas unggulan. Maksud
Kelas unggulan dalam konteks ini adalah kelas khusus yang diselenggarakan untuk
melayani kebutuhan siswa – siswa yang berbakat atau unggul dalam memenuhi
kebutuhan akademiknya. tentunya Perbedaan antara peserta didik ini mengharuskan
layanan pendidikan yang berbeda terhadap mereka. Oleh karena layanan yang berbeda secara
individual inilah maka dianggap kurang efisien, memang pasti ada dambak yang sangat
menguntungkan untuk kualitas pendidikan dari adanya kelas unggulan ini, seperti anak-anak
yang berbakat perlu mendapatkan perhatian khusus agar mereka dapat menumbuhkan talenta
dan kecerdasannya, jika anak-anak berbakat dijadikan satu dengan anak-anak yang lamban,
mereka akan kehilangan semangat belajar karena jenuh dengan proses pembelajaran yang
lamban dan anak-anak cemerlang akan mengalami stagnasi, sehingga anak-anak yang lamban
akan termotivasi untuk lebih giat belajar agar dapat bersaing dengan teman-temannya.
Namun dalam pelaksanaannya hal ini malah akan merusak kondisi mental siswa yang dimana
bukannya menambah motivasi belajar namun malah menurunkun bahkan menghilangkan
motivasi belajar siswa. Karena pengelompokan yang terjadi antara siswa kelas unggulan dan
kelas non unggulan dalam lingkungan sekolah akan membuat sebagian siswa di kelas non
unggulan sangat dirugikan. dari sisi psikologis mental mereka menjadi turun karena
Terbentuk pemikiran dalam diri mereka bahwa mereka adalah golongan anak-anak kelas
bawah membuatnya untuk sungkan berkomunikasi dengan siswa yang ada di kelas unggulan,
karena secara tidak langsung juga siswa di kelas unggulan juga terbentuk pemikiran dalam
diri mereka bahwa mereka mempunya kemampuan dan keterampilan yang lebih dari siswa
kelas non unggulan. Dan dari sini mengapa saya tidak setuju dengan mosi pada kali ini.

Status Quo :
(masuk dalam status quo saat ini)
Status quo saat ini, diaman sekarang penerapan kelas unggulan terlihat di sekolah
menengah pertama. Sebagai contoh beberapa smp di kota pangkalan bun, yang seangkatan
terdiri dari bebrapa kelaas, yang dimulai dari kelas pertama (KELAS A) hingga kelas yang
terakhir. Dan secara tidak langsung pemilihan kelas tersebut dapat di rolling kembali pada
saaat naik ke tingkat selanjutnya/pada saat kelas 9. Nah pemilihan rolling siswa ini lah yang
ditentukan berdasarkan nilai akhir kelas 8 yang dimana siswa yang memiliki nilai tertinggi
akan masuk ke kelas unggulan/kelas pertama contohnya penerapan ini pernah dilakukan oleh
SMPN 1 PANGKALAN BUN.
Batasan masalah:
Selanjutnya saya akan merangkum dimana saja batasan masalah yang akan
disampaikan yang pertama yaitu dari segi sosial adanya kelas unggulan tentu nantinya akan
menyebar ke kehidupan masyarakat yang di mana dalam bersosialisasi di lingkup sekolah
merupakan awal dari kehidupan bermasyarakat karena dari sekolah lah terbentuknya
karakteristik siswa dalam bersosialisasi. Dari segi kesehatan mental siswa dengan adanya
kelas unggulan ini pasti akan menjadi beban pikiran bagi siswa,bukan? apakah siswa ini
dapat termotivasi dengan adanya kelas unggulan atau sebaliknya dan disinilah pembahasan
yang perlu dikaji lagi dalam segi psikologi anak di tingkat sekolah. Terakhir pada segi
pendidikan kualitas guru tentu sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran terutama
dengan adanya kelas unggulan dan non unggulan.

ARGUMENTASI :
(masuk dalam argumentasi,saya akan menjabarkan lebih lanjut dengan akan saya
sampaikannya beberapa point)

Sebelum itu Perlu saya tegaskan sekali lagi bahwasanya Saya setuju dengan konteks
mosi pada kali ini karena pada point pertama:
Point pertama: sekolah itu bukan hanya sekedar menjadi tempat belajar mata
pelajarn yang telah ditentukan. Tetapi, menjadi tempat pembentukan karakter anak bangsa
dan sebagai tempat untuk mempersiapkan generasi bangsa sebelum terjun ke masyarakat.
kelas yang heterogen bisa meningkatkan rasa saling memahami, menghormati dan toleransi.
Selain itu, pergaulan atau kemampuan sosial juga akan berkembang dengan baik, karena
teman sepergaulan berasal dari latar belakang dan berada dalam kondisi yang berbeda-beda
atau beragam. Sedangkan program kelas unggulan kurang memberi gerak bagi siswa untuk
dapat mengembangkan kemampuan interaksi sosial dan afektif mereka. Pengelompokkan
siswa atas dasar kemampuan akademik secar homogen dan sistematik kurang memberikan
kondisi belajar yang menguntungkan bagi siswa, sebab dalam kelas homogen siswa tidak
memiliki kesempatan luas untuk belajar mengembangkan aspek sosialnya alhasil pada saat
terjundalam dunia kemasyarakatan siswa akan mengalami kesulitan. Kesulitan dalam konteks
ini yaitu susahnya membaur dengan berbagai macam opini kalangan biasa, serta
kesenjangan sosial yang akan terjadi apabila terus berlanjut.
Dari sisi psikologis hasil temuan Prof.Dr.Fawzia Aswin Hadis selaku spesialis
psikologi di bidang perkembangan anak mengatakan bahwa anak yang berbakat akademik
dalam suatu kelas homogen, sekitar 20-30% siswanya mengalami masalah-masalah emosi
dan sosial. Dalam konteks masalah yang dimaksud yaitu kurangnya pengetahuan tentang
interaksi teman sebaya yang secara tidak langsung berhubungan dengan point
pertama,percaya diri,penurunan prestasi belajar, dan kebosanan yang dialami oleh siswa
berbakat dalam kelas homogen. Contohnya dalam setiap semester selalu ada siswa unggulan
yang mengundurkan diri dan memilih untuk pindah ke kelas non unggulan. Alasannya karena
mereka merasa tidak mampu untuk berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya, diamana
kebanyakan siswa unggulan adalah siswa aktif dalam berpendapat,menyampaikan ide, dan
mempertahankan kehendak sendiri. Hal ini pun menyebabkan kangguan psikologis pada anak
unggulan untuk selalu dapat bersaing dengan teman sekelas yang kemudian akan berlanjut
pada tingkat stress bagi siswa. Dari sisi non unggulan juga dapat menurunkan motivasi
belajar bagi kebanyakan siswa karena pola pemikiran yang sudah tertanam sejak adanya kelas
unggulan adalah mereka tidak akan pernah sama dengan kelas unggulan karena kelas
unggulan selalu diberika pendampingan secara penuh oleh sekolah, sedangkan siswa non
unggulan diperlakukan seperti umumnya, yang “hanya” mengacu pada kurikulum yang
digunakan.

Point kedua: dari sisi pendidikan adanya kelas unggulan menyebabkan guru lebih rajin dan
nyaman masuk untuk mengajar di kelas unggulan dari pada mengajar siswa di luar kelas
unggulan karena kelas unggulan sangat aktif,semangat dan ceppat memahami pelajaran
dibandingkan kelas non unggulan. Juga karena adanya tuntutan sekolah yang mengutamakan
kelas unggulan dan adanya pemberian intensif kepada guru- guru yang mengajar di kelas
unggulan, membuat secara tidak langsung memunculkan diskriminasi yang dialami siswa non
unggulan hal ini menyebabkan siswa di kelas non unggulan merasa dibedakan dari segi
pemanfaatan fasilitas sekolah, seperti: Lab.bahasa, Lab.Komputer. Siswa kelas non unggulan
sangat jarang diberikan pelajaran di Lab.Komputer dan Lab.Bahasa tersebut karena siswa
kelas non unggulan cenderung hanya diberikan pelajaran berupa teori saja dengan sekali kali
peraktek, beda yang dialami kelas unggulan yang sering melakukan praktek di Lab.Bahasa
dan Lab.Komputer sehingga dengan cepat siswa kelas unggulan baik dalam mencerna
pelajaran. Dari dsikriminasi ini lah yangmenyebabkan turunnya motivasi belajar siswa.

KESIMPULAN:

Dari argumen yang telah saya jabarkan secara menyeluruh Maka dapat saya katakan
sekali lagi bahwa saya sangat tidak setuju dengan mosi “dewan ini mengklaim bahwa adanya
kelas unggulan di setiap sekolah merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa” karena dengan adanya hal ini dapat menimbulkan sekat antara sesama siswa
sekolah dan hanya sebagian yang dapat termotivasi dengan adanya kelas unggulan
dibandingkan dengan banyaknya dampak negatif dalam konteks ini terutama dari segi
psikologis anak. Dalam hal ini diharapkan adanya pengulasan kembali dalam kegiatan
program kelas unggulan yang dimana kepintaran siswa dinilai dari proses belajar bukan dari
pemisahan kelas dalam pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai