Anda di halaman 1dari 108

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Profesional guru sangat berpengaruh terhadap minat belajar siswa maka dari

itu guru seharusnya mampu meningkatkan minat belajar siswa dengan bersifat

adil terhadap siswa. salah satu sekolah Menegah pertama (SMP) tepatnya di

Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang dan saya mengemukakan pendapat

bahwa peran guru dalam mengembangkan minat belajar peserta didik di sekolah

tersebut di sekolah SMP Negeri 3 Baraka Kabupaten Enrekang.

Berdasarkan defenisi profesional guru di atas kita bisa menerawang bahwa apa

yang kemudian terjadi di SMP Negeri 3 Baraka Kabupaten Enrekang itu harus

diusut lebih dalam lagi apakah system kekerabatan itu benar-benar

diimplementasikan. Karena sistem Kekerabatan Secara tidak langsung di

implementasikan di sekolah tersebut entah apakah mereka paham atau tidak efek

yang di timbulkan system kekerabatan di lingkungan sekolah maupun sosial,

tetapi sesuatu yang ditakutkan oleh para orang tua dan para aparat desa. Malas

Belajar dengan beranggapan bahwa walaupun saya tidak belajar saya tetap akan

mendapatkan Nilai standar meski tidak harus belajar karena saya selalu

mengandalkan mereka yang selalu memberikan nilai yang tidak semestinya saya

dapatkan, maka dari itu timbul penyakit yang Membuat saya Malas belajar dan

mementingkan untuk hanya nonton tv, bermain dan keluyuran tampa ada batas

waktu akhirnya penyakit itu terus saya adopsi dan hal itu membuat saya bangga

akan kebodohan.

2
111
2

Waktu belajar terus berlanjut di sekolah sampai di penghujung ulangan

penentu naik kelas, di situ diuji siapa yang benar-benar mengerti dan paham mata

pelajaran selama proses belajar mengajar berlangsung di kls. Beberapa minggu

sesudah ulangan kertas jawaban tersebut dibagikan kesetiap-tiap siswa dan betul

hasil yang saya peroleh itu di bawa keriteria ketuntasan minimal (KKM).

Pergaulan Bebas Sesuatu yang di cemaskan dari aparat desa yang notabenenya

sebagai Pembina masyarakat akhirnya timbul di tengah-tegah masyarakat

sehingga harapan terbesar dari aparat desa terhadap bibit-bibit muda itu mulai

tidak ada harapan lagi.

Melihat penomena yang terjadi di masyarakat di Desa Kendenan. kenakalan

remaja meraja lela di akibatkan oleh pergaulan bebas dan yang lebih

memperihatikanya lagi, siswa yang berada pada tinggat SMP itu pun terpengaruh

terkhususnya saya secara pribadi karena saya tidak dapat mengimbangi dengan

ilmu pengetahuan yang saya miliki oleh. Sedangkan kalau kita tlaah lebih dalam

kesempatan saya belajar hanya di ada disekolah akan tetapi sekolah hanya

menjadi pormalitas buat saya karena saya sealau berikir bahwa ada yang selalu

membantu saya dalam pemberian nilai dan sebagainya. Tidak Mampu

Berkompetisi dengan anak-anak yang lain untuk melanjutkan ke sekolah paforit

atau yang berkualitas baik di tingkat (SMA/SMK). Dan pada akhirnya ke inginan

saya sebagai siswa ngotot untuk tetap masuk ke sekolah tersebut dan akhirnya

efek yang ditimbulkan adalah sebuah kecurangan, dengan cara memasukkan

atau meluluskan siswa tersebut memalui cara lain atau yang biasa kami sebut

Lulus lewat Jendela. Tidak sampai di situ masalah tetap berlanjut waktu
3

menggulung sebuah harapan berharap bahwa saya mampu menggulingkan

kebodohan tetapi takdir berkata lain, kebodohanlah yang menggulingkan saya.

Pengalaman yang buram dengan minimnya pengetahuan mengajarkan saya bahwa

seorang siswa seharusnya mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup agar dapat

mengimbangi diri dalam berpikir sebelum bertindak dan seorang siswa harus

berperilaku layaknya orang yang berpendidiakan karena salah satu yang

membedakan kita dengan binatang ialah tingkat pendidikan.

Kepedulian terhapan diri sendiri itu sangat penting karena dengan menyadari

setiap kekuragan dan kesalahan yang pernah saya lakukan itu membuat saya sadar

dan saya harus berikir untuk merubah sesuatu yang pernah terjadi kepada diri

saya, degan memulai perubahan yang besar harus dimulai dari diri saya secara

peribadi karena saya sudah merasakan dan hal yang seperti itu tidak baik untuk

generasi dan harus di putuskan mata rantainya dimulai dari SMP supaya tidak

merambat ke pendididkan selanjutnya.

Ditinjau dari pengalaman saya sewaktu masih duduk di bangku sekolah

menengah pertama (SMP) dari kls VII – IX banyak pengalama yang saya dapati

khususnya pemberian Nilai yang bagus terhadap setiap siswa walaupun tidak

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa terutama saya secara

pribadi mendapatkan perlakuan hal yang serupa dari setiap guru yang dekat

dengan saya atau yang masih ada hubungan keluarga. Saya baru merasakan

bahwa hal yang seperti itu adalah salah satu hal yang dapat merusak sistem

pendidikan, bagaimana tidak saya mengatakan hal yang demikian.


4

Semenjak lulus dari sekolah menegah pertama (SMP) dan melanjutkan

tingkat pendidikan yang lebih tinggi Sekolah Menegah Kejuruan (SMK).

Berdasarkan hasil obserpasi lanjutan di SMPN 3 Baraka Kabupaten Enrekang

tepatnya di Desa Kendenan. saya menarik sebuah kesimpulan bahwa system

kekerabatan masih berlaku di Sekolah tersebut, ketika kami melakukan

kunjungan kerja selama 1 Minggu lamanya. tepatnya pada tanggal 26, pebruari

2018 yang lalu yang di selanggarakan salah satu Lembanga desa Kendenan yaitu

Himpunan Pelajar Mahasiswa Kendenan (HPMK) yang bergerak di bidang Ilmu

Pendidikan. yang sejatinya ilmu pendidikan itu adalah pembelajaran sistem

pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang di turunkan

dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau

penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga

memungkinkan secara otodidak.

Dunia pendidikan kita, masih mendapat sorotan tajam mengingat banyaknya

permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi. Salah satunya adalah

rendahnya mutu atau kualitas pendidikan. Beberapa indikator untuk mengukur

kualitas pendidikan kita adalah: 1) mutu guru yang masih rendah pada semua

jenjang pendidikan, 2) alat bantu proses belajar mengajar seperti buku teks,

peralatan laboratorium dan bengkel kerja yang belum memadai, dan 3) tidak

meratanya kualitas lulusan yang dihasilkan untuk semua jenjang pendidikan

(Munib dkk 2004:125).

Berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan sudah sering

diadakan, baik dalam bentuk perbaikan kurikulum, pelatihan dan penataran guru,
5

maupun usaha-usaha lainnya terhadap siswa itu sendiri seperti pemantapan proses

belajar mengajar, pemberian jam tambahan atau les, namun hasil yang diperoleh

belum sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal

banyak faktor yang terlibat di dalamnya, antara lain: faktor kurikulum, guru,

orang tua, dan siswa itu sendiri. Disiplin belajar merupakan salah satu sikap atau

perilaku yang harus dimiliki oleh siswa. Tu’u (2004 : 93) menyatakan pencapaian

hasil belajar yang baik selain karena adanya tingkat kecerdasan yang cukup, baik,

dan sangat baik, juga didukung oleh adanya disiplin sekolah yang ketat dan

konsisten, disiplin individu dalam belajar, dan juga karena perilaku yang baik.

(Suraso : 2007 : 86)

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi

perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang di perkuat. Belajar

merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang

dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan peruahan perilakunya.

pengertian belajar menurut beberapa ahli adalah (a) Whittaker, belajar adalah

proses tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman, (b) Kimble, belajar adalah perubahan relatif permanen dalam potensi

bertindak, yang berlangsung sebagai akibat adanya latihan yang diperkuat, (c)

Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap, (d) Sdaffer, belajar

merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap, sebagai hasil

pengalaman-pengalaman atau praktik. (Aritonang : 2008 : 43).


6

Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini di hadapkan pada tuntutan yang

semakin berat, terutama untuk mempersiapkan siswa agar mampu menghadapi

berbagai dinamika perubahan yang berkembang pesat. Perubahan yang terjadi

bukan saja berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saja,

tetapi juga menyentuh perubahan dan pergeseran aspek nilai moral yang terjadi

dalam kehidupan bermasyarakat. Beberapa contoh penyimpangan-penyimpangan

perilaku amoral saat ini diantaranya maraknya tawuran antar pelajar, perampokan,

pembunuhan diserta mutilasi, korupsi, dan isu-isu moralitas yang terjadi di

kalangan remaja, seperti penggunaan narkotika, perkosaan, pornografi sudah

sangat merugikan dan akan berujung pada keterpurukan suatu bangsa. Disinilah

kunci dari urgensi dilaksanakannya pendidikan karakter untuk membentengi dari

krisis multidimensi pada era globalisasi ini. (Wardani : 2010 : 92).

Peningkatan kualitas lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah

harus bertumpu pada peningkatan kualitas proses belajar mengajar. Soedijarto

(1991: 160-161) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan proses-belajar adalah

segala pengalaman belajar yang dihayati oleh peserta didik. Makin intensif

pengalaman yang dihayati oleh peserta didik makin tinggilah kualitas proses

belajar yang dimaksud. Dalam proses belajar-mengajar ini perlu di perhatikan

dua teori psikologi, yaitu teori tingkah laku dan teori kognitif. Kedua teori itu

mempunyai perbedaan dalam hal anak-anak belajar. Teori tingkah laku lebih

menekankan atau lebih memperhatikan pada apa yang dipelajari anak

sedangkan teori kognitif lebih menekankan kepada bagaimana anak belajar.

(Saragih : 2008 : 65).


7

Pendidikan secara Etimologi berasal dari bahasa Latin yaitu ducare, berarti “

menuntun, mengarahkan, atau memimpin” dan awalan yang berarti keluar. Jadi

pendidikan berarti kegiatan “menuntun ke luar. Setiap pengalaman yang memiliki

efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap

pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah,

sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau

magang.

Belajar merupakan proses perkembangan manusia. Dengan belajar, manusia

dapat melakukan perubahan sehingga bisa berkembang menjadi lebih baik lagi.

Agar peserta didik memperoleh hasil belajar yang optimal perlu tenaga pendidik

yang berkompeten pada bidangnya agar dapat memicu minat belajar siswa

terhadap mata pelajaran tersebut. Prestasi belajar tidak akan tercapai tanpa

adanya faktor-faktor yang mendukung baik dari faktor eksternal maupun internal.

Guru sebagai tenaga pendidik merupakan salah satu faktor eksternal (dari luar diri

siswa) yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Guru harus bisa

menggerakkan dan mendorong peserta didik agar memiliki semangat belajar.

Sehingga para peserta didik dapat menguasai ilmu yang dipelajarinya. Sedangkan

Minat adalah sumber motif yang mendorong seseorang untuk melakukan apa

yang ingin dilakukan ketika bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa

sesuatu itu akan bermanfaat, maka akan menjadi sebuah dorongan dalam diri

seseorang untuk berminat melakukan hal yang demikian, kemudian hal tersebut

akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga


8

akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat

sementara atau dapat berubah-ubah.

Dalam membahas mengenai minat belajar siswa ada banyak faktor

penghambat minat belajar siswa namun yang paling berperan adalah guru. guru

adalah seseorang yang mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah. Namun jika terjadi kejanggalan terhadap guru

maka itu akan berpengaruh terhadap minat belajar siswa.

Dapat kita simpulakan bahwa kompetensi guru amatlah sangat penting dan

mempunyai peranan dalam mengembangkan minat belajar. Dari beberapa peneliti

sebelumnya dapat disimpulkan bahwa guru sangat berperan penting dalam

meningkatkan maupun mengurangi minat belajar siswa. Sudah jelas bahwa guru

adalah remot seorang siswa, jika terdapat keganjalan dari pendidik maka minat

belajar siswa akan terganggu. Sama halnya disekolah SMP Negeri 3 Baraka

Kabupaten Enrekang, siswanya memiliki kedekatan yang baik dengan guru, staf,

kepala sekolah dan orang-orang yang memiliki wewenang. Yang bisa di sebut

dengan sekolah kekeluargaan. Mengapa saya katakan demikian karena sekolah ini

siswa yang memiliki keluarga baik itu dengan guru, atau kepala sekolah tidak

bertingkah seperti siswa sama dengan siswa lain melainkan bertingkah bahwa

sekolah itu adalah milik keluarganya, sama halnya dengan siswa yang memiliki

kedekatan yang baik dengan guru maka dianggap ia mampu dalam segala hal,

baik itu dalam pelajaran maupun non pelajaran. siswa yang memiliki kedekatan

maupun keluarga di sekolah tersebut semakin merasa nyaman dan tidak ingin
9

meningkatkan minat belajar, tidak ingin mengasa kemampuannya dengan baik

dan tidak ingin berusaha seperti siswa yang memiliki kemampuan yang lebih,

karena siswa itu mengandalkan keluarga atau guru yang mereka anggap dekat.

Siswa yang memiliki kemampuan lebih, tidak lagi memiliki semangat untuk

belajar dan tidak termotivasi untuk meningkatkan minat belajarnya. Seharusnya

siswa memiliki perilaku yang adil dan guru mampu memberikan motivasi bagi

siswa akan tetapi hal yang terjadi di SMP Negeri 3 Baraka Kabupaten Enrekang

berbeda, kenyatannya siswa tidak di perlakukan dengan adil. Perilaku yang tidak

adil yang di daptkan oleh siswa sangat merugikan bagi sekolah dan bagi mental

siswa itu sendiri. Jika seorang guru mampu bersikap profesional maka siswa yang

akan menganggap bahwa kemampuan yang mereka miliki bermanfaat yang

mampu memberi inspirasi kepada siswa-siswa lainnya dan di apresiasi oleh guru

dan orang-orang yang bersangkutan dengan sekolah itu sendiri.

Dari peneliti sebelumnya membahas salah satu faktor yang terkait dengan

minat belajar siswa namun untuk lebih memuaskan diri dari kejanggalan dari apa

yang telah di lihat dari kenyataan di zaman ini maka peneliti selanjutnya akan

meneliti mengenai “ Implikasi system kekerabatan dalam proses pembelajaran di

SMP Negeri 3 Baraka Kabupaten Enrekang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah bentuk system kekerabatan dalam proses pembelajaran di

SMP Negeri 3 Baraka Kabupaten Enrekang?

2. Apakah dampak yang ditimbulkan system kekerabatan dalam proses

pembelajaran di SMP Negeri 3 Baraka Kabupaten Enrekang?


10

C. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bentuk system kekerabatan dalam proses pembelajaran

di SMP Negeri 3 Baraka Kabupaten Enrekang

b. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan system kekerabatan dalam

proses pembelajaran di SMP Negeri 3 Baraka Kabupaten Enrekang

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat secara

teoritis maupun secara praktis antara lain:

a. Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsi teoritis

terkait system kekerabatan dalam proses pembelajaran di SMP Negeri

3 Baraka Kabupaten Enrekang.

2. Sebagai salah satu sumber referensi bagi mahasiswa Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Sosiologi Universitas

Muhammadiyah Makassar

b. Manfaat Praktis

1. Bagi Siswa hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para siswa

dalam meningkatkan kesadaran belajar siswa untuk mencapai cita-

citanya.

2. Bagi Sekolah dapat menjadi bahan masukan kepada pihak Sekolah

dalam memantu maningkatkan minat belajar siswa di Sekolah.

3. Bagi Masyarakat, Orang Tua Siswa dapat memberikan dukungan

terhadap anak-anaknya untuk leih giat dalam belajar.


11

4. Bagi Penulis memberikan pengalaman dan pengetahuan terkait system

kekerabatan guru terhadap siswa.

E. Definisi Operasional

Implikasi adalah suatu konsekuensi atau akibat langsung dari hasil

penemuan suatu penelitian ilmiah, suatu kesimpulan atau hasil akhir temuan atas

suatu penelitian.

System adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk

mencapai suatu tujuan tertentu.

Kekerabatan merupakan hubungan antara tiap entitas yang memiliki asal

usul sislsilah yang sama, baik melalui keturunan biologis, sosial maupun

budaya.

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidikan dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar, proses untuk membantu siswa agar dapat

belajar dengan baik.


12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep

Sebagai dasar pemikiran penelitian ini lebih dahulu akan dikemukakan

karangka teoritis dengan masalah yang akan dibatasi. Karangka teoritis

merupakan dasar berpikir untuk mengkaji suatu masalah guna memperoleh

kebenaran dalam suatu penelitian.

1. Sistem kekerabatan

Menurut Prof. Dr. Kamaruddin Hidayat (2013: 97), kekerabatan adalah

manajemen kepagawaian yang menggambarkan sistem pengangkatan,

penempatan, penunjukkan dan kenaikan pangkat atas dasar pertalian dara,

keluarga atau kawan. Begitupun yang disampaikan oleh Cambride bahwa

nepotisme adalah tindakan menggunakan kekuatan atau pengaruh untuk

mendapatkan pekerjaan atau ketidak adilan menguntungkan kelompok atau

keluarga anda.

Dari kedua tokoh diatas maka dapat disimpulkan bahwa memilih seseorang

dengan adanya hubungan kekeluargaan dan kedekatan bukan dengan kemampuan

seseorang. Dengan berlakunya sistem nepotisme dapat merugikan banyak orang

baik dalam pendidikan maupun dalam hal kewirausahaan. Sistem nepotisme ini

dapat dianggap bahwa tingginya tingkat ketidak adilan bagi masyarakat.

1112
13

a. Tenaga Pendidik (Guru)

Menurut Dri Atmaka (2004:17) pendidik adalah orang dewasa yang

betanggung jawab memberikan pertolongan kepada anak didik dalam

perkembangan baik jasmani maupun rohani. Agar tercapai tingkat

kedewasaan mampu berdiri sendiri memenuhui tugasnya sebagai makhluk

Tuhan, makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri. Hal yang sama di

sampaikan oleh Noor Jamaluddin (1978:1) yang mengatakan bahwa pendidik

adalah orang dewasa yang bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan

atau bantuan kepada siswa dalam pengembangan tubuh dan jiwa untuk

mencapai kematangan, mampu berdiri sendiri, dapat melaksanakan tugasnya

sebagai khalifah Allah di muka bumi.

Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidik adalah

orang yang memegang tanggug jawab yang besar untuk meningkatkan cara

berpikir bagi siswa dan mampu memberi motivasi tentang kehidupan serta

tujuan hidup yang baik. pendidik adalah seseorang yang telah mengabdikan

dirinya untuk mengajarkan suatu ilmu, mendidik, mengarahkan dan melati

siswanya agar memahami ilmu pengetahuan yang telah diajarkan.

Dalam hal ini pendidik tidak hanya mengajarkan pendidikan formal, tetapi

juga pendidikan lainnya dan juga bisa menjadi sosok yang diteladan oleh para

siswa. Dari penjelasan sebelumnya maka dapat dikatan bahwa peran sorang

pendidik sangat penting dalam proses menciptakan generasi penerus yang

berkualitas, baik secara intelektual maupun akhlaknya.


14

b. Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Guru

Seorang guru bertanggung jawab untuk mengajarkan suatu ilmu

pengetahuan kepada para siswa. Dalam hal ini, fokus utama kegiatan

mengajar adalah dalam hal intelektual sehingga para siswa mengetahui

tentang materi dari suatu disiplin ilmu.

2. Mendidik Peserta Didik

Mendidik siswa merupakan hal yang berbeda dengan mengajarkan suatu ilmu

pengetahuan Dalam hal ini kegiatan mendidik adalah bertujuan untuk mengubah

tingkah laku siswa menjadi lebih baik. Proses mendidik siswa merupakan hal

yang lebih sulit untuk dilakukan ketimbang mengajarkan suatu ilmu pengetahuan.

Selain itu seorang guru harus dapat menjadi teladan yang baik bagi siswanya.

Seghingga para siswa dapat memiliki karakter yang baik sesuai nilai dan norma

yang berlaku di masyarakat.

3. Melatih Peserta Didik

Seorang guru juga memiliki tugas untuk melatih para siswanya agar memiliki

keterampilan dan kecakapan dasar. Bila disekolah umum guru melatih siswa

tentang keterampilan dan kecakapan dasar, maka di sekolah kejuaraan para guru

memberikan keterampilan dan kecakapan lanjutan.

4. Membimbing dan Mengarahkan

Para peserta didik mungkin saja mengalami kebingungan atau keragu-raguaan

dalam proses belajar-mengajar. Seorang guru bertanggung jawab untuk


15

membimbing dan mengarahkan siswanya agar tetap berada dalam jalur yang

tepat, dalam hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan.

5. Memberi Dorongan pada Peserta Didik

Seorang guru harus mampu memberikan dorongan kepada siswanya agar

berusaha keras untuk lebih maju. Bentuk dorongan yang diberikan seorang guru

kepada siswanya bisa dengan berbagai cara, misalnya memberikan hadiah atau

memuji. Wardani (2010: 34)

1. Peran Guru dalam Pendidikan

a) Sebagai pengajar, yaitu orang yang mengajarka suatu ilmu pengetahuan

kepada siswanya.

b) Sebagai pendidik, yaitu orang yang mendidik siswanya agar memiliki

tingkah laku yang sesuai norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

c) Sebagai pembimbing, yaitu orang yang mngarahkan siswanya agar tetap

berada dalam jalur yang tepat sesuai dengan tujuan pendidikan.

d) Sebagai motivator, yaitu orang yang memberikan motivasi dan semangat

kepada siswa dalam belajar.

e) Sebagai teladan, yaitu orang yang memberikan contoh dan teladan yang

baik kepada siswanya.

f) Sebagai administrator, yaitu orang yang mencatat perkembangan para

siswa.

g) Sebagai evaluator, orang yang melakukan evaluasi terhadap proses belajar

siswanya.
16

h) Sebagai inspirator Orang yang menginspirasi para siswa sehingga memiliki

suatu tujuan dimasa depan.

2. Minat Belajar Siswa

a) Minat

Sebelum kita mengetahui minat belajar maka kita harus mengetahui

pengertian minat dan belajar Kata minat secara etimologi berasal dari

bahasa inggris “ interest” yang berarti kesukaan, perhatian (kecenderungan

hati pada sesuatu), keinginan. Jadi dalam proses belajar siswa harus

mempunyai minat atau kesukaan untuk mengikuti kegiatan belajar yang

berlangsung, karena dengan adanya minat akan mendorong siswa untuk

menunjukan perhatian, aktivitasnya dan partisipasinya dalam mengikuti

belajar yang berlangsung.

Menurut Ahmadi (2009: 148) Minat adalah sikap jiwa seseorang

termasuk ketiga fungsi jiwanya (kognisi, konasi, dan emosi), yang

tertujuan pada sesuatu dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang kuat.

Menurut Slameto (2003:180), minat adalah kecenderungan yang tetap

untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Sedangkan

menurut Djaali (2008: 121) minat adalah rasa lebih suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Sedangkan menurut Crow&crow (dalam Djaali, 2008: 121) mengatakan

bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang

untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan,

pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.


17

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

pengertian minat adalah rasa ketertarikan, perhatian, keinginan lebih yang

dimiliki seseorang terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan apapun.

b) Belajar

Skinner (dalam Walgito, 2010: 184) memberikan definisi belajar

Learning is a process of progressive behavior adaptation. Sedangkan

menurut walgito (2010: 185) belajar merupakan perubahan perilaku yang

mengakibatkan adanya perubahan perilaku ( change in behavior or

performance). Menurut Whittaker (dalam Djamarah, 2011: 12)

merumuskan bahwa belajar sebagai proses dimana tingkah laku

ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Demikian pula

menurut Djamarah (2011: 13).

belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu

dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif

dan psikomotorik. Demikian pula menurut Khodijah (2014: 50) belajar

adalah sebuah proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan

membentuk kompetensi, ketrampilan, dan sikap yang baru melibatkan

proses-proses mental internal yang mengakibatkan perubahan perilaku

dan sifatnya relative permanen.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah

perubahan dalam diri pelajarnya yang berupa, pengetahuan, ketrampilan

dan tingkah laku akibat dari interaksi dengan lingkungannya.


18

c) Minat Belajar

Minat merupakan rasa ketertarikan, perhatian, keinginan lebih yang

dimiliki seseorang terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan. Minat tersebut

akan menetap dan berkembang pada dirinya untuk memperoleh dukungan

dari lingkungannya yang berupa pengalaman. Pengalaman akan diperoleh

dengan mengadakan interaksi dengan dunia luar, baik melalui latihan

maupun belajar. Dan faktor yang menimbulkan minat belajar dalam hal ini

adalah dorongan dari dalam individu. Dorongan motif sosial dan dorongan

emosional.

Dengan demikian disimpulkan bahwa pengertian minat belajar adalah

kecenderungan individu untuk memiliki rasa senang tanpa ada paksaan

sehingga dapat menyebabkan perubahan pengetahuan, keterampilan dan

tingkah laku .

Dalam minat belajar memiliki beberapa ciri-ciri. Menurut Elizabeth

Hurlock (dalam Susanto, 2013: 62) menyebutkan ada tujuh ciri minat

belajar sebagai berikut:

1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.


2) Minat tergantung pada kegiatan belajar

3) Perkembangan minat mungkin terbatas

4) Minat tergantung pada kesempatan belajar

5) Minat dipengaruhi oleh budaya

6) Minat berbobot emosional

7) Minat berbobot egoisentris, artinya jika seseorang senang terhadap

sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.


19

d) Siswa

Siswa merupakan pelajar yang duduk dimeja belajar setrata sekolah

dasar maupun menengah pertama (SMP), sekolah menengah keatas

(SMA). Siswa-siswa tersebut belajar untuk mendapatkan ilmu

pengetahuan dan untuk mencapai pemahaman ilmu yang telah di dapat di

dunia pendidikan. Siswa atau pesetra didik adalah mereka yang secara

khusus di serahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti

pembelajaran yang di selengarakan di sekolah, dengan tujuan untuk

menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, berketrampilan,

berpengalaman, berkepribadian, berakhlak mulia, dan mandiri

(Kompas,1985). 

Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan

tahap perkembanganya. Perkembangan anak adalah perkembangan

seluruh aspek kepribadianya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan

masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. hal yang sama

siswa juga dapat dikatakan sebagai sekelompok orang dengan usia tertentu

yang belajar baik secara kelompok atau perorangan. Siswa juga dapat

dikatan sebagai murid atau pelajar, ketika berbicara siswa maka fikiran

kita akan tertuju kepada lingkungan sekolah, baik sekolah dasar maupun

menengah (Jawa pos, 1949). Pengertian yang sama diambil dari (Kompas

Gramedia, 2005) Siswa adalah komponen masukan dalam system

pendidikan yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga


20

menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional.

menurut Wikipedia, siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha

meningkatkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur

pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal, pada jenjang

pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Menurut Nata (dalam Aly, 2008)

kata murid diartikan sebagai orang yang menghendaki untuk mendapatkan

ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik

sebagai bekal hidupnya agar bahagia dunia dan akhirat dengan jalan

belajar sungguh-sungguh. Disamping kata murid dijumpai istilah lain yang

sering digunakan dalam bahasa arab, yaitu tilmidz yang berarti murid atau

belajar, jamaknya tilmidz. Kata ini merujuk pada murid yang belajar di

madrasah. Kata lain yang berkenaan dengan murid adalah thalib, yang

artinya pencari ilmu, pelajar dan mahasiswa.

Menurut Slameto (2003: 57) siswa yang berminat dalam belajar adalah

sebagai berikut:

1) Memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus.

2) Ada rasa suka dan senang terhadap sesuatu yang diminatinya.

3) Memperoleh sesuatu kebanggaan dan kepuasan pada suatu yang

diminati.

4) Lebih menyukai hal yang lebih menjadi minatnya daripada hal yang

lainnya
21

5) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat belajar

adalah memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang sesuatu secara terus menerus, memperoleh kebanggaan dan

kepuasan terhadap hal yang diminati, berpartisipasi pada pembelajaran,

dan minat belajar dipengaruhi oleh budaya. Ketika siswa ada minat dalam

belajar maka siswa akan senantiasa aktif berpartisipasi dalam

pembelajaran dan akan memberikan prestasi yang baik dalam pencapaian

prestasi belajar.

e) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa

Dalam pengertian sederhana, minat adalah keinginan terhadap sesuatu

tanpa ada paksaan. Dalam minat belajar seorang siswa memiliki faktor-

faktor yang mempengaruhi minat belajar yang berbeda-beda, menurut

syah (2003: 132) membedakannya menjadi tiga macam, yaitu:

1. Faktor Internal

faktor dari dalam diri siswa yang meliputi dua aspek, yakni:

a. Aspek Fisiologis

Kondisi jasmani dan tegangan otot (tonus) yang menandai

tingkat kebugaran tubuh siswa, hal ini dapat mempengaruhi

semangat dan intensitas siswa dalam pembelajaran.


22

b. Aspek Psikologis

Aspek psikologis merupakan aspek dari dalam diri siswa yang

terdiri dari, intelegensi, bakat siswa, sikap siswa, minat siswa,

motivasi siswa.

2. Faktor Eksternal Siswa

Faktor eksternal terdiri dari dua macam yaitu faktor lingkungan

social dan faktor lingkungan nonsosial

a. Lingkungan Sosial : Lingkungan social terdiri dari sekolah,

keluarga, masyarakat dan teman sekelas

b. Lingkungan Nonsosial : Lingkungan social terdiri dari gedung

sekolah dan letaknya, faktor materi pelajaran, waktu belajar,

keadaan rumah tempat tinggal, alat-alat belajar.

3. Faktor Pendekatan Belajar

Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang

digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses

mempelajari materi tertentu.

B. Landasan Teori

1. Teori pertukaran sosial (George Casper Homans)”

Teori pertukaran Homans bertumpu pada asumsi orang terlibat dalam

perilaku untuk memperoleh hadiah/ ganjaran atau menghindari hukuman,

sehingga setiap individu atau kelompok yang sudah mendapatkan ganjaran

atau menghindari hukuman maka kecendrungan individu untuk mengulang

kembali perilaku tersebut. Seperti halnya mahasiswa yang rajin pergi kuliah
23

karena ingin mendapatkan ganjaran nilai yang maksimal seperti nilai “A”

dengan menghindari hukuman mendapatkan nilai yang rendah seperti nilai

“E”.

Unsur utama dari pertukaran sosial adalah cost (biaya), reward (imbalan),

profit (keuntungan). Hubungan timbal balik diatas akan merujuk pada

kuantitas dan nilai. Kualitas adalah intensitas atau frekuensi yang dimana

suatu perilaku dinyatakan dalam suatu jangka waktu tertentu atau sejumlah

perilaku yang terjadi. Teori pertukaran sosial memandang hubungan

interperson sebagai suatu transaksi dangang.

Teori pertukaran sosial Homan (1974 : 110) memiliki beberapa proposisi,

yaitu :

a) Proposisi sukses (the success proposition) untuk semua tindakan yang

dilakukan oleh individu yang mendapatkan hadiah, maka semakin besar

kemungkinan individu tersebut mengulang tindakanya.

b) Proposisi pendodorong (the stimulus proposition) untuk semua tindakan

yang dilakukan individu berdasarkan dorongan atau sekumpulan dorongan

yang menyebabkan individu mendapatkan hadiah.

c) Proposisi nilai (the value proposition) untuk semua tindakan yang

dilakukan individu atas dasar makin tinggi nilai hasil tindakan seseorang

bagi dirinya, maka kemungkinan besar ia melakukan tindakan tersebut.

d) Proposisi deprivasi kejenuan (the deprivation station proposition) untuk

tindakan individu yang didasarkan makin dekat waktu mendapatkan

hadiah pada masa lalu, maka akan kurang bernilai hadiah berikutnya jika
24

didapatkan dalam waktu yang lama. Contohnya hasil berdagang selama

satu minggu, kemudian selanjutnya mendapatkan lima ratus ribu hasil

berdangan dalam waktu satu bulan, maka kemungkinan besar tindakan

tersebut tidak akan dilakukan lagi.

e) Proposisi persetujuan agresi (the aggresstion approval proposition) untuk

tindakan individu jika tidak menerima ganjaran sesuai yang diharapkan

atau mendapatkan hukuman yang tidak diigingkan, maka besar

kemungkinan untuk melakukan tindakan agresif, tindakan tersebut akan

bernilai baginya.

f) Proposisi rasionalitas menerangkan bahwa seseorang melakukan atau tidak

melakukan tergantung pada presepsi mengenai peluang sukses. Persepsi

tentang tinggi rendahnya kesuksesan tergantung kesuksesan yang

didapatkan pada masa lalu.

2. William Goode, J (Sosiologi Keluarga)

Keluarga merupakan system norma dan tata cara yang diterima untuk

menyesuaikan tugas penting, keluarga berperan membina angota-anggotanya

untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik maupun lingkungan budaya di

mana ia berada. Bila semua anggota sudah mampu untuk beradaptasi dengan

lingkungan dimana ia tinggal.

a) Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas

ayah, ibu dan anak.

b) Hubungan sosial di antara anggota keluarga relatif tetap dan didasarkan

atas ikatan darah, perkawinan dan adopsi.


25

c) Hubungan antara anggota keluarga dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa

tanggung jawab.

d) Memelihara, merawat dan melindungi anak dalam rangka sosialisanya

agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.

C. Karangka Konsep

SMP Negeri 3
Baraka

System kekerabatan
guru dan siswa

Bentuk system Dampak system


kekerabatan dalam kekerabatan dalam
proses pembelajaran proses pembelajaran

Temuan
Lapangan

Didalam kerangka pikir ini menjelaskan tentang miniatur dalam melakukan

penelitian. Seperti yang terlihat pada gambar bagan diatas bahwa penelitian ini

dilakukan di SMP Negeri 3 Baraka dengan objek system kekerabatan dalam

proses pembelajaran. Kemudian dari objek kajian yang ingin diteliti terdapat
26

beberapa sub fokus yakni bentuk system kekerabartan dampak dari system

kekerabatan di SMP Negeri 3 Baraka. Selain dari pada itu setelah dilakukannya

penelitian peneliti akan menemukan hasil lapangan yang akan di paparkan pada

hasil penelitian.

D. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengenai system kekerabatan guru terhadap siswa dan

terdapat beberapa penelitian terdahulu yang ditemukan terkait dari system

kekerabatan diatas antara lain:

1. Lazuardi, 2014. Untuk mengetahui pandangan dan penilaian terhadap

Nepotisme Guru terhadap siswa dalam Prekrutan dan seleksi siswa baru,

apakah nepotisme selalu merugikan atau dapat menguntungkan, untuk

mengetahui batasan-batasan dalam nepotisme apabila nepotisme dianggap

merugikan, untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung apabila

nepotisme dianggap menguntungkan, untuk mengetahui solusi-solusi dalam

menghadapi kasus nepotisme dalam proses prekrutmen dan seleksi.

Informan dalam penelitian ini adalah Masyarakat dan orang tua siswa

yang memiliki hubungan keluarga dengan salah satu tenaga pendidik dan

masyarakat yang ada disekitar sekolah. Teknik pengambilan data yang

digunakan adalah wawancara langsung dan observasi.

Penelitian ini diteliti secara kuantitatif dengan menggunakan alat analisis

data membercheck. Dalam pengumpulan datanya, penelitian ini

menganalisis data primer yang dihasilkan dari wawancara langsung kepada

tujuh orang informan.


27

Hasil analisis menunjukkan bahwa beberapa informan ada juga yang

berpendapat bahwa nepotisme tidak selalu buruk. dapat juga berdampak

positif apabila subjek yang terpilih benar-benar memiliki kemampuan dan

kapasitas yang baik. dapat juga menguntungkan jika memberikan atau

membuat kinerja organisasi maupun perusahaan menjadi lebih baik.

Nepotisme dikatakan menguntungkan karena dapat meningkatkan efisiensi

dan efektivitas dalam proses rekrutmen dan seleksi.

2. Aritonang, 2008. Hasil Penelitian beranggapan bahwa minat dan motivasi

belajar penting dalam menentukan hasil belajar, penelitian ini meneliti tentang

mata pelajaran yang diminati dan motivasi belajar siswa di SMP Kristen 1

BPK PENABUR Jakarta. Disamping itu penelitian, yang dilakukan tahun

2007 juga mengidentfikasi faktor-faktor yang mempengaruhi minat dan

motivasi belajar siswa. Data diperoleh dengan melakukan survey

menggunakan kuesioner dan setelah diolah menunjukkan bahwa mata

pelajaran yang diminati oleh siswa adalah keterampilan, olahraga, dan

kesenian. Faktor utama yang mempengaruhi minat dan motivasi belajar

adalah cara mengajar guru, karakter guru, suasana kelas tenang dan nyaman,

dan fasilitas belajar yang digunakan. Selaras dengan temuan yang diperoleh,

penelitian ini memberikan saran operasional bagaimana meningkatkan minat

dan motivasi belajar siswa.

3. Sobandi, 2016. Hasil Penelitian permasalahan dalam penelitian ini adalah

belum optimalnya hasil belajar siswa. Hal ini ditandai dengan perolehan hasil

belajar siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) di


28

sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh minat belajar

terhadap hasil belajar siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode survey dengan teknik pengumpulan data menggunakan angket

model rating scale. Sampel penelitian adalah 58 siswa Kelas X Administrasi

Perkantoran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Bandung. Pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik analisis data

menggunakan analisis regresi. Indikator yang digunakan untuk mengukur

minat belajar adalah ketertarikan untuk belajar, perhatian dalam belajar,

motivasi belajar dan pengetahuan. Berdasarkan analisis regresi, diperoleh

hasil bahwa minat belajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil

belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat

ditingkatkan melalui peningkatan minat belajar siswa. Artinya semakin baik

minat belajar siswa akan berdampak pada hasil belajar siswa yang semakin

baik.

4. Suprihatin 2015, hasil penelitian : Guru bagi masyarakat awan selama ini

dipahami sebagai orang yang pekerjaannya mengajar. Pergeseran pengertian

guru dari orang yang pekerjaannya mengajar menjadi pendidik profesional,

tetapi bagi sebagian orang mungkin tidak begitu dipermasalahkan. Guru

memiliki pengaruh yang luar biasa bagi arah pengembangan pendidikan di

Indonesia pergeseran pemahaman terhadap guru dari mengajar menjadi

pendidik sudah menjadi keputusan hukum di Indonesia yang telah disahkan

baik aturan tentang Guru dan Dosen. Hukum memberikan penjelasan guru

sebagai pendidik profesional ketimbang sebagai orang yang pekerjaannya


29

mengajar dengan kemampuan tenaga professional. Siswa akan terdorong

untuk belajar manakala mereka memiliki motivasi untuk belajar. 1) Kuatnya

kemauan untuk berbuat, 2) Jumlah waktu yang di sediakan untuk belajar, 3)

Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain, 4) Ketekunan dalam

mengerjakan tugas.

Menumbuhkan motivasi belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam

mengembangkan kemampuan dan kemauan belajar. Salah satu cara yang logis

untuk momotivasi siswa dalam pembelajaran adalah mengaitkan pengalaman

belajar dengan motivasi siswa. Guru sebagai orang yang membelajarkan siswa

sangat berkepentingan dengan masalah ini. Sehingga sebagai guru atau calon

guru sebisa mungkin kita harus selalu berupaya untuk dapat meningkatkan

motivasi belajar terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar

dengan menggunakan berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh guru yaitu 1)

Memperjelas tujuan yang ingin dicapai. 2) Membangkitkan motivasi siswa. 3)

Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar. 4) Mengguanakan

variasi metode penyajian yang menarik. 5) Berilah pujian yang wajar setiap

keberhasilan siswa. 6) Berikan penilaian. 7) Berilah komentar terhadap hasil

pekerjaan siswa. 8) Ciptakan persaingan dan kerjasama.

5. Rahman 2014, hasil penelitian : Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat

bagaimana dan sejauh mana refleksi diri guru memiliki kontribusi terhadap

upaya pengembangan profesionalismenya. Penelitian ini melibatkan sebanyak

120 guru SD di Provinsi Lampung. Pengambilan sampel dilakukan secara .

Instrumen penelitian berupa angket persepsi guru. Analisis data dilakukan


30

dengan menggunakan metode analisis regresi linier. Hasil penelitian dapat

dikemukakan bahwa refleksi diri guru secara signifikan memberikan

kontribusi positif terhadap perilaku profesional maupun upaya pengembangan

profesionalisme. Dengan kata lain, jika refleksi diri guru dilakukan dengan

baik, maka upaya yang dilakukannya untuk mengembangkan profesionalisme

juga baik.

BAB III

METODE PENELITIAN
31

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif

mengenai “Implikasi System Kekerabatan Dalam Proses Pembelajaran di SMP

Negeri 3 Baraka Kabuparen Enrekang”. Peneliti menggunakan jenis penelitian

kualitatif karena kualitatif ini bersifat alami dan mendalam serta menghargai

objek. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif mengenai beberapa

asumsi dalam beberapa pendekatan kualitatif yaitu yang pertama, peneliti

kualitatif lebih memerhatikan proses dari pada hasil. Kedua, peneliti kualitatif

lebih menekankan pada interpretasi. Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat

utama dalam mengumpulkan data serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke

lapangan, untuk melakukan observasi partisipasi. Keempat, penelitian

menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses penelitian, interpretasi data,

dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar. Terakhir, proses penelitian

kualitatif besifat induktif dimana peneliti membuat konsep, hipotesa atau dugaan

sementara, dan teori berdasarkan data lapangan dalam proses penelitian. Fraenke

dan Walen dalam Creswell (2016: 276) Penelitian kualitatif berfokus pada proses-

proses yang terjadi atau hasil dan outcame.

Creswell (2016: 245) Metode kualitatif memiiki pendekatan yang lebih

beragam dalam penelitian akademis ketimbang penelitian kuantitatif. Sementara

pendekatan penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah jenis

pendekatan studi kasus (case study). Peneliti menggunakan pendekatan studi

kasus ini dengan melihat masalah atau peristiwa yang ingin diteliti ini sudah lama

terjadi dan masih dirasakan hingga sekarang


31 dan masih ada yang ingin di
32

ungkapkan. Studi kasus adalah bagian dari metode kualitatif yang hendak

mendalami suatu kasus tertentu secara lebih mendalam dengan melibatkan

pengumpulan beraneka sumber informasi. Creswell (2016) mendefinisikan studi

kasus sebagai suatu eksplorasi dari system-sistem yang terkait atau kasus.

Stake dalam Creswell (2016) mengemukakan bahwa studi kasus merupakan

salah satu strategi penelitian yang didalamnya peneliti yang memiliki peranan

aktif karena dalam strategi ini peneliti menyelidiki berbagai macam gejala atau

permasalahan yang terjadi dalam suatu gejala atau masalah yang akan diteliti oleh

peneliti tersebut. Peneliti juga harus mampu menyelidiki secara cermat suatu

program, kejadian, dan segala aktivitas yang dilakukan dan proses yang dilakukan

dalam sekelompok individu. Kasus-kasus dan masalah yang akan diteliti dibatasi

oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap

dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu

yang telah ditentukan.

Patton dalam Conny R. Semiawan (2010: 49) mengemukakan bahwa studi

kasus merupakan studi tentang suatu kejadian atau permasalahan yang memiliki

kekhususan dan keunikan sehingga peneliti tertarik untuk mengungkap terkait

dengan masalah yang akan diteliti karena keunikannya dan dalam permasalahan

tersebut peneliti harus melihat masalah yang akan diteliti.

Berdasarkan ketiga pendapat diatas terkait dengan pengertian studi kasus dapat

dilihat persamannya bahwa studi kasus merupakan suatu jenis penelitian

Menfokuskan pada suatu permasalahan yang akan dijadikan sebagai bahan

penelitian sesuai dengan tujuan yang ingin peneliti capai. Pada jenis penelitian ini
33

peneliti harus benar-benar mampu menempatkan diri dan mampu menemukan

suatu cara yang tepat yang dapat memecahkan masalah yang akan diteliti karena

pada penelitian ini penelitilah yang berperan aktif.

Studi kasus ini dapat membantu peneliti untuk mengadakan studi mendalam

tentang perorangan, kelompok, program, organisasi, budaya, agama, daerah atau

bahkan Negara. Dengan metode ini peneliti bertujuan melihat suatu kasus secara

keseluruhan serta peristiwa-peristiwa atau kejadian yang nyata untuk mencari

kekhususan atau ciri khasnya.

Untuk memahami dan mendeskripsikan jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian deskriptif kualitatif mengenai “Implikasi System Kekerabatan

Dalam Proses Pembelajaran di SMP Negeri 3 Baraka Kabuparen Enrekang”.

peneliti menggunakan studi lapangan (field research) dengan observasi penelitian

langsung ke lapangan untuk melakukan pengamatan pada subjek dan objek

penelitian.

B. Lokus Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini secara geografis terletak di SMP Negeri 3 Baraka

Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan. Pada

penelitian ini berkaitan dengan “Implikasi System Kekerabatan Dalam

Proses Pembelajaran di SMP Negeri 3 Baraka Kabuparen Enrekang”.

Peneliti melakukan penelitian di Sekolah ini karena sebelumnya peneliti

sudah melihat bagaimana pengaruh di sekolah ini mempengaruhi karakter

siswa mulai dari malas belajar serta mendapatkan hasil yang tidak baik
34

ketika ulangan penentu kenaikan kelas dan yang lebih prihatinya sekolah

ini terletak di daerah pedesaan dan prestasi yang diraih itu malah menurun.

Sangat disayangkan hal itu terjadi karena salah satu cita-cita bapak

Presiden Ir.H. Joko Widodo “yang ingin membangun Indonesia dimulai

dari Desa” itu malah menuai banyak keganjalan dengan terjaringnya

system tersebut.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang di butuhkan peneliti untuk melakukan penelitian ini

dilaksanakan sejak tanggal dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurung

waktu kurang lebih 2 (dua) bulan.

Waktu penelitian tersebut dapat kita lihat dalam matriks sebagai

berikut:

Juli Juli
No
Kegiatan S S R K J S S S R K J S

Pengajuan
1
Judul

Pengurusan

2 Surat Izin

Penelitian

3 Penulisan

Skripsi
35

Penyusunan

4 Instrument

Observasi

Uji Coba

5 Angket

Wawancara

Penyusunan

6 Instrument

Dokumentasi

Pengumpulan
7
Data

8 Analisis Data

Penyusunan

9 Hasil

Penelitian

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian menyatakan pokok persoalan apa yang menjadi pusat

perhatian dalam penelitian. Adapun fokus penelitian ini adalah system

kekerabatan guru dan siswa. Melalui pembelajaran siswa guru dapat melihat

bagaimana kondisi siswa di kelas.


36

1. Yang menjadi Fokus Penelitian adalah:

Sub penelitian :

a. Bentuk system kekerabatan

b. Implikasi system kekerabatan

D. Informan Penelitian

Informasi penelitian merupakan sebagai sumber informasi yang dapat

memberikan data yang diperlukan oleh peneliti dengan cara melakukan

wawancara dengan beberapa orang yang dianggap dapat memberikan data atau

informasi yang benar dan akurat terhadap yang diteliti. Peneliti dapat memperoleh

informasi dari 7 informan terkait dengan “system kekerabatan guru dan Siswa”.

Dalam hal ini 4 orang dari informan kunci, 2 orang dari informan ahi dan 1 orang

dari informan tambahan. Hendarso dalam Suyanto (2009: 172) informan yang

sudah memberikan berbagai informasi selama peneliti melakukan penelitian.

Informan penelitian ini meliputi tiga macam yaitu:

1. Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki

informasi pokok. Hal ini Siswa di SMP Negeri 3 Baraka

2. Informan ahli yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi

sosial yang diteliti. Hal ini para Guru yang mengikuti pembelajaran di kelas.

3. Informan tambahan yaitu mereka yang dapat memberikan infomasi walaupun

tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti. Hal ini

adalah kepala sekolah, dan orang tua siswa serta warga masyarakat yang ada

disekolah.
37

E. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Sugiyono ( 2010: 15 ) data yang diperlukan dalam penelitian bersumber dari

data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung pada obyek. Untuk

melengkapi data, maka melakukan wawancara secara langsung dan mendalam

dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebagai alat

pengumpulan data. Dalam hal ini sumber data utama (data primer) diperoleh

langsung dari setiap informan yang diwawancara secara langsung dalam

penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui bacaan dan berbagai

macam sumber lainnya terdirir dari surat-surat pribadi, buku harian, sampai

dokumentasi-dokumentasi resmi dari berbagai instansi pemerintah.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti sendiri,

namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan

akan di kembangkan instrument penelitian sederhana, yang diharapkan dapat

melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui

observasi dan wawancara. Sugiyono (2016: 307).

Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

mengumpulkan data atau informasi untuk keperluan penelitian ( Ahmadin 2013:


38

102 ). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan key instrument atau peneliti

sendiri dan dibantu dengan alat sebagai berikut :

1. Instrumen yang digunakan dalam proses observasi kualitatif adalah antara

lain, book note, pulpen. Book note ini merupakan catatan yang berisi tentang

system kekerabatan guru terhadap siswa.

Contoh instrumen observasi

No.
Hari/tangga/jam Catatan yang di teliti Paraf

1. Rabu 14 Agustus, 2019 bentuk system

kekerabatan

2. Selasa 20 Agustus 2019 Implikasi System

kekerabatan guru terhadap

siswa

2. Instrumen yang digunakan dalam proses wawancara adalah kamera, suatu alat

yang digunakan untuk mengabadikan atau merekam sebuah kejadian atau

gambar. Perekam suara, alat yang digunakan untuk merekam suara secara

analog dari informasi penelitian pada saat pengambilan informasi.

3. Instrumen dokumen merupakan instrument yang digunakan untuk menemukan

referensi terkait apa yang di teliti oleh peneliti diantaranya, buku dan jurnal.
39

Contoh instrument dokumen

No. Hari/tanggal Jenis data dokumen Data/pernyataan Paraf

1. Senin, 5 Juli Buku Teori pertukaran sosial

2019 (George Caspar Homans)

Sosiologi Keluarga
2. Senin, 5 Juli Buku (Wiliam J. Good)
2019

3. Kamis, 8 Juli Jurnal System,kekerabatan

2019 dalam proses rekrutmen

dan seleksi potensi dan

kelemahan

G. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono, (2015: 15) teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sebab bagi peneiti kualitatif dapat

dimengerti makanya secara baik apabila dilakukan interaksi dengan subjek

melalui penelitian wawancara mendalam observasi, dan dokumentasi dimana

fenomena tersebut berlangsung dan disamping itu untuk melengkapi data

diperlukan dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan data yang dimaksud

adalah:
40

1. Observasi

Observasi kualitatif adalah ketika peneliti langsung turun kelapangan

untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi peneitian.

Dalam pengamatan ini, peneliti merekam atau mencatat baik dengan cara

terstruktur maupun semistruktur (misalnya dengan mengajukan sejumlah

pertanyaan yang memang ingin diketahui oleh peneliti) aktivitas-aktivitas di

lokasi penelitian. Para peneliti kualitatif juga dapat terlibat dalam peran-peran

yang beragam, mulai dari non-partisipan hingga patisipan utuh. Creswell

(2016: 254). Nasution dalam Sugiyono (2016: 309) menyatakan bahwa,

observasi adalah dasar semua imu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat

bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai kenyataan yang diperoleh

melalui observasi.

Menurut Sanafiah Faisal dalam Sugiyono, (2016: 310) Mengkalirfikasikan

observasi menjadi observasi berpartisipasi, observasi yang secara terang-

terangan atau tersamar dan observasi yang tak berstruktur. Sugiyono (2016:

310).

a. Obseravasi Partisipatif dalam observasi ini peneliti terlibat dalam kegiatan

sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data penelitian.

b. Observasi terang-terangan atau tersamar, dalam hal ini peneliti dalam

melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber

data, bahwa ia sedang melakukan penelitian.


41

c. Observasi tak berstruktur, observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan

dengan tidak berstruktur, karena focus penelitian belum jelas.

2. Wawancara

Dalam wawancara kualitatif peneliti dapat meakuka face to face interview

(wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka

dengan telepon, atau terlibat dalam focus group interview (wawancara dalam

kelompok tertentu) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan per

kelompok. Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan

pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur dan bersifat

terbuka yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari para

partisipan. Creswell (2016: 254).

Menurut Esterberg dalam Sugiyono, (2016: 317) mengemukakan beberapa

macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidsak

terstruktur. Wawancara ini dapat dilakukan dari beberapa narasumber

sebanyak 7 orang, 2 orang dari Guru, 1 kepala sekolah dan 4 orang dari siswa.

a. Wawancara Terstruktur (Structured Interview) digunakan sebagai teknik

pengumpuan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui

dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.

b. Wawancara Semiterstruktur (Semistructure Interview), jenis wawancara

ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, di mana dalam

pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara

terstruktur.
42

c. Wawancara tak Berstruktur (Unstructured Interview) adalah wawancara

yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara

yang telah tersususun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan

datanya.

3. Dokumentasi

Selama proses penelititan, peneliti juga bisa mengumpulkan dokumen-

dokumen kualitatif. Dokumen ini bisa berupa dokumen publik (misalnya,

Koran, makalah, dan laporan kantor) ataupun dokumen privat (misalnya, buku

harian, diari, surat, e-mail). Creswell (2016: 255).

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya, catatan harian, sejarah kehidupan,

ceritera, biografi, peraturan kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar

misalnya, foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk

karya misalnya, karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-

lain. Sugiyono (2016: 326).

4. Partisipatif

Metode ini dilakukan dengan cara mengamati langsung tentang kondisi

dilapangan, baik yang berupa kegiatan fisik maupun perilaku yang terjadi

selama berlangsungnya penelitian. Dalam pengertian sempit observasi

merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena

yang diselidiki. Dan yang menjadi partisipatif secara langsung adalah peneliti

itu sendiri.
43

H. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif di SMP Negeri 3 baraka Kabupaten

Enrekang dilakukan sejak sebelum terjun ke lapangan, observasi, selama

pelaksanaan penelitian di lapangan dan setelah selesai penelitian di lapangan.

Data penelitian ini diperoleh dari hasil, observasi, wawancara dan dokumentasi.

Analisis data dilakukan dengan cara mengorganisasi data yang diperoleh kedalam

sebuah kategori, menjabarkan data kedalam unit-unit, menganalisis data yang

penting, menyusun atau menyajikan data yang sesuai dengan masalah penelitian

dalam bentuk laporan dan membuat kesimpulan agar mudah untuk dipahami.

Sesuai dengan jenis penelitian di atas, maka peneliti menggunakan model

interaktif untuk menganalisis data hasil penelitian. Aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Data interaktif yaitu mengubungkan

data yang satu dengan data yang lain. Adapun gambar dibawah ini:

Pengumpulan Transkripsi Membaca


Data Data
Berulang-Uang

Tema-tema
Kategori Data Organisasi Data
Data

Tahap Kejenuhan Demonstrasi Tingkat Kepercayaan


Data dan

Laporan Hasil Reduksi Data


44

I. Teknik Keabsahan Data

Merupakan teknik yang digunakan untuk meyakinkan publik/masyarakat/

audiens mengenai daya yang didapatkan dapat dipercaya atau dipertanggung-

jawabkan kebenarannya. Sehingga peneliti dapat berhati-hati dalam memasukkan

data hasil penelitian, data yang dimasukkan adalah data yang sudah melalui

berbagai tahapan keabsahan data.

Pemeriksaan keabsahan data sangat penting dalam penelitian kualitatif karena

sangat menentukan tingkat kepercayaan terhadap hasil penelitian yang telah

dilakukan yakni:

1. Triangulasi

Yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

berbagai waktu. Dengan demikian terdapat tiga jenis triangulasi yaitu:

a. Triangulasi Sumber

yaitu untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang

telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini untuk menguji

kredibilitas data tentang persepsi orang tua siswa terhadap system

kekerabatan maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh

dilakukan keinstansi yang bersangkutan dan masyarakat yang menjadi

objek.

b. Triangulasi Waktu,

Yaitu waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber

masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih
45

valid sehingga lebih kredibel. Dalam hal ini untuk menguji kredibilitas

data tentang persepsi orang tua siswa terhadap system kekerabatan maka

perlu dilakukan wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar.

c. Triangulasi Teori,

dilakukan dengan mengurai pola, hubungan, dan menyertakan

penjelasan yang muncul dari analis untuk mencari penjelasan

perbandingan. Adapun teori yang digunakan peneliti adalah teori pilihan

rasional dimana sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Coleman,

bahwa manusia dalam kehidupan sosial merupakan aktor yang dimana

setiap individu memiliki suatu tujuan tertentu yang ingin dicapainya dalam

setiap masalah yang ada. Begitupun yang dilakukan oleh Orang Tua siswa

untuk menghadapi setiap sistem yang berlaku dalam dunia pendidikan,

Orang Tua harus siap menentukan pilihan terbaik bagi pendidikan anak.

2. Member Check

Sugiyono (2016) “ Member Check adalah proses pengecekan data yang

diperoleh peneliti kepada pemberi data. Pengabsahan data atau validitasi data

ini di terapkan dalam rangka membuktikan kebenaran temuan hasil penelitian

dengan kenyataan di lapangan. Teknik pengabsahan data yang digunakan

untuk menguji kribeditasi data dalam penelitian adalah member check.

Member check di lakukan untuk mengambil temuan kembali pada partisipan

dan menanyakan pada mereka baik lisan maupun tertulis tentang keakuratan

hasil penelitian.
46

Penulis melakukan Member Check dengan cara melakukan wawancara

kembali kepada informan, karena tidak bisa dipungkiri hasil wawancara

informan yang pertama kali dilakukan berbeda dengan hasil wawancara

informan apabila diwawancarai kembali, atau peneliti melakukan member

check setelah data dari semua informan telah terkumpul atau tahap

pengumpulan data selesai

J. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Oleh

karena itu maka segi etika harus diperhatikan. Masalah etika yang harus

diperhatikan antara lain:

1. Informed Consent ( Surat Persetujuan)

Informed Consent diberikan sebelum melakukan penelitian informed

consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian

informed consent ini bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian serta mengerti dampaknya. Jika subjek tidak bersedia maka

peneliti harus menghormati hak responden atau subjek. Jika subjek bersedia

maka harus mendatangani lembar persetujuan.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Masalah etika pendidikan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.
47

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan maupun masalah-masalah

lainnya dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil penelitian.

4. Jujur

Jujur yaitu dalam pengumpulan bahan pustaka, pengumpulan data,

pelaksanaan metode, dan prosedur penelitian, publikasi hasil. Jujur pada

kekurangan atau kegagalan metode yang dilakukan. Hargai rekan peneliti,

jangan mengklaim pekerjaan yang bukan pekerjaan anda sebagai pekerjaan

anda.

5. Obyektivitas

Upayakan minimalisasi kesalahan dalam rancangan percobaan, analisis dan

interpretasi data, penilaian, ahli/rekan peneliti, keputusan pribadi, pengaruh

pemberi dana/sponsor peneliti.

6. Integritas

Tepati selalu janji dan perjanjian, lakukan penelitian dengan tulus,

Upayakan selalu menjaga konsistensi pikiran dan perbuatan.

7. Keterbukaan

Secara terbuka saling berbagi data, hasil, ide, alat, dan sumber daya

penelitian terbuka terhadap kritik dan ide-ide baru


48

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Lokasi Penelitian

1. Sejarah Enrekang

Kabupaten Enrekang  Adalah Salah Satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi

Selatan Indonesia. Ibu Kota Kabupaten Ini Terletak di Kota Enrekang. Kabupaten

Ini Memiliki Luas Wilayah 1.786,01 Km² dan Berpenduduk Sebanyak ± 190.579

Jiwa.

Sejak Abad XIV, daerah Ini Di sebut Massenrempulu Yang Artinya

Meminggir Gunung Atau Menyusur Gunung, Sedangkan Sebutan Enrekang

Dari Endeg Yang Artinya Naik Dari Atau Panjat Dan Dari Sinilah Asal Mulanya

Sebutan Endekan. Masih Ada Arti Versi Lain Yang Dalam Pengertian Umum

Sampai Saat Ini Bahkan Dalam Adminsitrasi Pemerintahan Telah Dikenal Dengan

Nama “Enrekang” Versi Bugis Sehingga Jika Dikatakan Bahwa Daerah

Kabupaten Enrekang Adalah Daerah Pegunungan Sudah Mendekati Kepastian,

Sebab Jelas Bahwa Kabupaten Enrekang Terdiri Dari Gunung-Gunung Dan

Bukit-Bukit Sambung-Menyambung Mengambil ± 85% Dari Seluruh Luas

Wilayah Sekitar 1.786.01 Km².

Pada Mulanya Kabupaten Enrekang Merupakan Suatu Kerajaan Besar

Bernama Malepong Bulan. Kerajaan Ini Kemudian Bersifat Manurung (Terdiri

Dari Kerajaan-Kerajaan Yang Lebih Kecil) Dengan Sebuah Federasi Yang

4448
49

Menggabungkan dari 7 (tuju) Kawasan/Kerajaan Yang Lebih Dikenal Dengan

Federasi "Pitue Massenrempulu" Yaitu:

a. Kerajaan Endekan Yang Dipimpin Oleh Arung/Puang Endekan

b. Kerajaan Kassa Yang Dipimpin Oleh Arung Kassa'

c. Kerajaan Batulappa' Yang Dipimpin Oleh Arung Batulappa'

d. Kerajaan Tallu Batu Papan (Duri) Yang Merupakan Gabungan Dari Buntu

Batu, Malua, Alla'. Buntu Batu Dipimpin Oleh Arung/Puang Buntu Batu,

Malua Oleh Arung/Puang Malua, Alla' Oleh Arung Alla'

e. Kerajaan Maiwa Yang Dipimpin Oleh Arung Maiwa

f. Kerajaan Letta' Yang Dipimpin Oleh Arung Letta'

g. Kerajaan Baringin (Baringeng) Yang Dipimpin Oleh Arung Baringin

Pitu (7) Massenrempulu' Ini Terjadi Kira-Kira Dalam Abad Ke XIV M. Tetapi

Sekitar Pada Abad Ke XVII M, Pitu (7) Massenrempulu' Berubah Nama Menjadi

Lima Massenrempulu' Karena Kerajaan Baringin Dan Kerajaan Letta' Tidak

Bergabung Lagi Ke Dalam Federasi Massenrempulu'. Akibat Dari Politik Devide

Et Impera, Pemerintah Belanda Lalu Memecah Daerah Ini Dengan Adanya Surat

Keputusan Dari Pemerintah Kerajaan Belanda (Korte Verklaring), Dimana

Kerajaan Kassa Dan Kerajaan Batu Lappa Dimasukkan Ke Sawitto. Ini Terjadi

Sekitar 1905 Sehingga Untuk Tetap Pada Keadaan Lima Massenrempulu

Tersebut, Maka Kerajaan-Kerajaan Yang Ada Didalamnya Yang Dipecah.

Beberapa Bentuk Pemerintahan Di Wilayah Massenrempulu' Pada Masa Itu,

Yakni: 1 Kerajaan-Kerajaan Di Massenrempulu' Pada Zaman Penjajahan Belanda


50

Secara Administrasi dari Belanda dan Berubah Menjadi nama Landshcap.

Tiap Landschap Dipimpin Oleh Seorang Arung (Zelftbesteur) Dan Dibantu Oleh

Sulewatang Dan Pabbicara Arung Lili, Tetapi Kebijaksanaan Tetap Ditangan

Belanda Sebagai Kontroleur. Federasi Lima Massenrempulu' Kemudian Menjadi

Buntu Batu, Malua, Alla' (Tallu Batu Papan/Duri) Enrekang (Endekan) Dan

Maiwa.

Pada Tahun 1912 Sampai Dengan 1941 Berubah Lagi Menjadi Onder

Afdeling Enrekang Yang Dikepalai Oleh Seorang Kontroleur (Tuan Petoro) 2.

Pada Zaman Pendudukan Jepang (1941–1945), Onder Afdeling Enrekang Berubah

Nama Menjadi Kanrikan. Pemerintahan Dikepalai Oleh Seorang Bunkem

Kanrikan 3. Dalam Zaman Nica (Nit, 1946–27 Desember 1949), Kawasan

Massenrempulu' Kembali Menjadi Onder Afdeling Enrekang 4. Kemudian Sejak

Tanggal 27 Desember 1949 Sampai 1960, Kawasan Massenrempulu' Berubah

Menjadi Kewedanaan Enrekang Dengan Pucuk Pimpinan Pemerintahan Disebut

Kepala Pemerintahan Negeri Enrekang (Kpn Enrekang) Yang Meliputi 5 (Lima)

Swapraja, Yakni:

1. Swapraja Enrekang

2. Swapraja Alla

3. Swapraja Buntu Batu

4. Swapraja Malua

5. Swapraja Maiwa
51

Yang Menjadi Catatan Atau Lembaran Sejarah Yang Tak Dapat Dilupakan

Bahwa Dalam Perjuangan Atau Pembentukan Kewadanaan Enrekang (5

Swapraja) Menjadi Daswati Ii / Daerah Swantara Tingkat Ii Enrekang Atau

Kabupaten Massenrempulu'. (Perlu Ingat Bahwa Yang Disetujui Kelak Dengan

Nama Kabupaten Dati Ii Enrekang Mungkin Karena Latar Belakang Historisnya).

Adapun Pernyataan Resolusi Tesebut Antara Lain:

1. Pernyataan Partai/Ormas Massenrempulu' Di Enrekang Pada Tanggal 27

Agustus 1956.

2. Resolusi Panitia Penuntut Kabupaten Massenrempulu Di Makassar Pada

Tanggal 18 Nopember 1956 Yang Diketuai Oleh Almarhum Drs. H.M. Risa

3. Resolusi Hikma Di Parepare Pada Tanggal 29 Nopember 1956

4. Resolusi Raja-Raja (Arum Parpol/Ormas Massenrempulu') Di Kalosi Pada


Tanggal 14 Desember 1956.

2. Sejarah Kecamatan Baraka

Baraka adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.

Kecamatan ini dikenal seagai pelopor kecamatan bebas asap rokok yang

diawalioleh desa bone-bone yang telah lebih dahulu menerapkan kawasan bebas

asap rokok dan diikuti oleh kecamatanya. Gunung latimojong yang merupakan

gunung tertinggi di Sulawesi Selatan masuk kedalam wilayah administrative

kecamatan ini.

3. Sejarah Desa Salukanan

Pada jaman dulu, yaitu pada tahun 1940 desa salukanan kecamatan Baraka

kabupaten Enrekang resmi terbentuk. Pada saat itu desa Salukanan memiliki
52

wilayah yang sangat luas dan yang menjabat sebagai kepala Desa adalah Dawa,

hingga akhir tahun 1970.

Pada awal tahun 2000 desa salukanan di mekarkan menjadi 3 (tiga) desa yaitu

Desa Kendenan, Desa Pepandungan dan Desa Salukanan yang memiliki wilayah

paling luas diantara tiga Desa terseut.

Pada umumnya masyarakat yang ada di Desa Salukanan adalah petani, yakni

95%, dan sisanya adalah pegawai dan pedangang. Wilayah Desa Salukanan terdiri

dari 4 dusun dan 8 RK dan sebagian besar dijadikan lahan kebun dan persawahan.

4. Sejarah SMP Negeri 3 Baraka

pada tahun 1989 tokoh masyarakat desa salukanan mengadakan pertemuan

rangka merumuskan tentang pendidikan generasi khusunya anak desa

salukanan pada saat itu pertemuan disponsi oleh

a. H. Guling S

b. Siateng

c. Tokoh Masyarakat

Serta tokoh masyarakat desa salukanan khusu tokoh masyarakat dusun

awo, hasil pertemuan pertama ditentukan akan mendirikan SMP. Berselang

bebrapa hari di adakan pertemuan ke-dua yang dihadiri oleh:

3. Pemerintah desa

4. Kepala dusun dan pemerintah desa salukanan

5. Kepala SDN 7 Gandeng

6. Kepala SDN 22 Salongge


53

7. Kepala SDN 82 Dante koa

8. Kepala SDN 122 Pangbuluran

9. Tokoh Pendidik

10. dan Tokoh Masyarakat

Pada tahun 1991/1992 masyarakat berkordinasi dengan kepala SMP

Negeri 3 Baraka untuk meminta bimbingan dan tenaga pendidik, maka

disepakati kerja sama dalam proses belajar mengajar dengan menjadi beberapa

guru.

d. Buhari BA (Bahasa Indonesia)

e. Tani. K (Biologi)

f. Drs. Massuki (Matematika)

g. Nambusk (Ips)

setelah mengulang ujian siswa pada tahun 1992 siswa dibawa ke Baraka

belajar bersama dengan siswa SMP negeri 3 Baraka sampai ujian, siswa yang

mengikuti ujian.
54

5. Keadaan SMP Negeri 3 Baraka

A. Profil SMP Negeri 3 Baraka

Kec. Baraka, Kab. Enrekang, Prop. Sulawesi Selatan

Tanggal unduh: 08-07-2019 10:47:24

Tanggal sinkronisasi: 2019-03-26 11:10:29.640

1. Identitas Sekolah

1 Nama Sekolah : SMP NEGERI 3 BARAKA

2 NPSN : 40313176

3 Jenjang Pendidikan : SMP

4 Status Sekolah : Negeri

5 Alamat Sekolah : Awo

RT / RW : 0 / 0

Kode Pos : 91753

Kelurahan : KENDENAN

Kecamatan : Kec. Baraka

Kabupaten/Kota : Kab. Enrekang

Provinsi : Prop. Sulawesi Selatan

Negara :

6 Posisi Geografis : -3.387 Lintang


55

119.909

6 Bujur

2. Data Pelengkap

7 SK Pendirian Sekolah :

8 Tanggal SK Pendirian : 1994-10-05

9 Status Kepemilikan : Pemerintah Pusat

10 SK Izin Operasional :

11 Tgl SK Izin Operasional : 1910-01-01

12 Kebutuhan Khusus Dilayani : Tidak ada

13 Nomor Rekening : 4907-01-017815-53-9

14 Nama Bank : BRI

15 Cabang KCP/Unit :

16 Rekening Atas Nama : SMP NEGERI 3 BARAKA

17 MBS : Ya

18 Luas Tanah Milik (m2) : 30000

19 Luas Tanah Bukan Milik (m2) : 0

20 Nama Wajib Pajak :

21 NPWP :

3. Kontak Sekolah

20 Nomor Telepon : -

21 Nomor Fax : -

22 Email :
56

23 Website :

4. Data Periodik

24 Waktu Penyelenggaraan : Pagi

25 Bersedia Menerima Bos? : Bersedia Menerima

26 Sertifikasi ISO : Belum Bersertifikat

27 Sumber Listrik : PLN

28 Daya Listrik (watt) : 1300

29 Akses Internet : Telkom Speedy

30 Akses Internet Alternatif :

5. Data Lainnya

31 Kepala Sekolah : Rusman

32 Operator Pendataan : rusman

33 Akreditasi : B

34 Kurikulum : KTSP

Rekapitulasi Data SMP NEGERI 3 BARAKA

Tanggal rekap: 08-07-2019 10:47:24

1. Data PTK dan PD

No Uraian Guru Tendik PTK PD

A. Nama-nama Guru 13 0 9 42

1. Rusman S.Pd. M.Pd 0 4 39

2. Iskandar C, S.Pd

3. Akbar Se
57

4. Drs Syahidin

5. Jupri S.Pd

6. Muhammad Naim

S.Pd

7. Musliadi S.Pd

8. Muh Resa Shyalevi

S.Pd

9. Nuriyanti,G. S.Pd

10. Nurlaela S.Pd

11. Rahmania S.Pd

12. Irpan S.Pd

13. Hasim S.Pd

TOTAL 13 13 81

Keterangan:

Penghitungan jumlah PTK adalah yang sudah mendapat penugasan, berstatus aktif

dan terdaftar di sekolah induk.

Singkatan :

1. PTK = Guru ditambah Tendik

2. PD = Peserta Didik

2. Data Sarpras

No Uraian Jumlah

1 Ruang Kelas 7

2 Ruang Lab 2
58

3 Ruang Perpus 1

TOTAL 10

3. Data Rombongan Belajar

No Uraian Detail Jumlah Total

L 12
1 Kelas 7 28
P 16

L 18
2 Kelas 8 31
P 13

L 12
3 Kelas 9 22
P 10

VISI

Terwujudnya peserta didik yang beriman, cerdas, terampil dan berwaasan

global

MISI

1. Menanamkan keImanan dan ketaqwaan melalui pengalaman ajaran Agama

2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan

3. mengembangkan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan

minat, Bakat potensi peserta didik

4. Membina kemandirian peserta didik, melalui pembiasaan kewirausahaan

dan pengembangan diri yang terencana dan berkesinambungan.


59

5. Menjalin kerjasama yang harmonis antar warga sekolah dan lembaga lain

yang terkait.

B. Letak Geografi

1. Letak Geografis

Desa Salukanan adalah salah satu Desa yang ada di Kabupaten Enrekang,

wilayah desa salukanan merupakan wilayah yang cukup strategis untuk jalur

transportasi karena daerah ini tidak terlalu jauh dari poros makassar toraja.

Sementara daerah Desa Salukanan berada di sebelah timur kota Enrekang.

Dengan batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Curio.

b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kendenan dan Desa Bone-Bone.

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Buntu Batu.

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Malua.


60

Gambar Peta Kecamatan Baraka IV. I

2. Letak dan Luas Wilayah

Desa Salukanan merupakan salah satu dari 15 Desa di wilayah Kecamatan

Baraka yang terletak 7 KM kearah utara dari ibukota Kecamatan Baraka. Desa

Salukanan mempunyai luas wilayah kurang lebih 20.154 M2.


61

3. Iklim

Iklim Desa Salukanan, sebagaimana Desa-Desa lain di wilayah Indonesia

mempunyai musim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh

langsung terhadap pola tanaman yang ada di Desa Salukanan Kecamatan Baraka.

4. Keadaan Demografi

Penduduk yang mendiami Desa Salukanan sebagian besar adalah masyarakat

yang mengidentifikasikan diri mereka kedalam masyarakat To Duri (diyakini

merupakan masyarakat hasil percampuran budaya antara suku Toraja dengan suku

Bugis) dan sebagian lagi berasal dari luar wilayah Desa Salukana, dimana mereka

masuk kedalam wilayah Desa Salukanan karena tugas, seperti Petugas Kesehatan,

serta tenaga Pendidik ataupun untuk usaha wiraswasta.

Jumlah penduduk yang mendiami wilayah Desa Salukanan berdasarkan data

kependudukan tahun 2010 adalah sebanyak 1.367 jiwa, yang terdiri atas 660 jiwa

laki-laki, dan 707 jiwa perempuan, jumlah tersebut tersebar pada empat dusun,

yakni Dusun Matarin, Dusun Gandeng, Dusun Peawan, Dusun Tantido.

1. Jumlah penduduk

Desa Salukanan mempunyai jumlah penduduk 1.367 jiwa, yang tersebar

dalam 4 (empat) dusun.

2. Mata pencaharian

Mata pencaharian adalah salah satu faktor penunjang dalam melaksanakan

tugas-tugas individu, baik tugas kepada Sesama manusia, maupun tugas

kepada Allah SWT. Manusia sebagai mahluk hidup yang mempunyai


62

kebutuhan yang kompleks pasti membutuhkan sesuatu untuk memenuhi

kebutuhan tersebut, maka syarat untuk memenuhinya adalah dengan memiliki

mata pencaharian. Pada umumnya penduduk di Desa Salukanan bermata

pencaharian di bidang pertanian, yaitu bersawah, dan berkebun yang tersebar

di setiap Dusun dengan luas lahan yang berbeda-beda.

Berkat hadirnya tenaga penyuluh dari dinas pertanian, dan ditambah

kemajuan teknologi perlahan-lahan sistem pertanian tradisional mulai

ditinggalkan diganti dengan sistem pertanian yang lebih maju, seperti

penentuan bibit unggul, penggunaan pupuk dan vestisida, serta teknologi

pertanian penunjang lainnya seperti mesin pemotong rumput dan mesin

traktor tangan sehingga menghasilkan panen yang jauh lebih banyak. Kondisi

wilayah Desa Salukanan yang merupakan wilayah yang produktif merupakan

penunjang untuk pertanian.

Di samping mata pencaharian di bidang Pertanian, sebagian penduduk di

Desa Salukanan masih memiliki mata pencarian lainnya seperti tukang kayu,

tukang batu, usaha makanan kecil, pedagang, dan sebagian lainnya sebagai

Pegawai Negeri Sipil.

3. Keadaan pendidikan

Dalam kehidupan ini untuk menunjang agar hidup bisa lebih baik atau

mapan maka salah satu yang dibutuhkan adalah Pendidikan disebabkan karena

pendidikan merupakan suatu hal yang penting, karena sesungguhnya Allah

SWT telah memperingatkan ummat manusia bahwa Allah tidak akan merubah

nasib kaum apabila mereka tidak mau merubah nasib mereka sendiri. Dimana
63

untuk mengetahui hal-hal di muka bumi ini maka dibutuhkan suatu hal yang

mampu membedakan manusia dengan mahluk hidup lainnya, maka tentu hal

ini adalah melalui pendidikan.

Di era yang modern ini untuk menguasai suatu teknologi, sebagai

penunjang dalam mengembangkan diri, seluruh lapisan Masyarakat di Desa

Salukanan percaya bahwa hanya dengan memiliki ilmu pengetahuan maka

mereka dapat meraih itu semua, sehingga para orang tua yang ada di daerah

ini berupaya untuk menyekolahkan anak-anak mereka setinggi-tingginya,

dengan harapan lewat pendidikan mereka dapat merubah keadaan keluarga.

Untuk partisipasi warga terhadap pendidikan dapat dikatakan cukup

menggembirakan, dengan melihat jenis dan berbagai jenis sekolah yang ada di

wilayah ini, mulai dari play group sampai dengan Sekolah Menengah Atas

atau sederajat. Sehingga dengan melihat keberadaan sarana pendidikan ini,

cukup memberikan gambaran bahwa partisipasi masyarakat yang cukup tinggi

terhadap pendidikan.

Berdasarkan tabel di atas cukup membuktikan bagaimana besarnya minat

masyarakat akan pendidikan. Dimana semua dusun memiliki sekolah dasar,

namun tidak sama halnya dengan Taman Kanak-Kanak yang hanya ada di

Dusun Gandeng dan Dusun Matarin, untuk Sekolah Menengah Pertama rata-

rata ada di wilayah ibukota Kecamatan, atau minimal ada di sekitar ibukota

kecamatan, sehingga banyak diantara mereka yg lebih memilih untuk mencari

sekolah yg ada di ibukota kecamatan, akan teatapi Desa Salukanan juga

mempunyai satu unit.


64

Beberapa kampung di Desa Salukanan bahkan mempunyai kebanggaan

bahwa di setiap rumah mereka pasti memiliki anak yang berhasil

menyelesaikan studi sampai meraih gelar sarjana, dan lebih membanggakan

lagi ada sebagian rumah tangga yang berhasil menyekolahkan semua anaknya

sampai meraih gelar sarjana.

4. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan desa salukanan adalah sebagai berikut:

Tingkat pendidikan

Pra sekolah SD SMP SMA Sarjana

72 Orang 113 orang 61 Orang 75 Orang 68 Orang

sember : Balai desa salukanan

5. Agama

Wilayah kabupaten Enrekang merupakan wilayah yang dari dulu terkenal

sebagai daerah yang cukup religius, demikian halnya dengan penduduk di

Desa Salukanan yang merupakan wilayah yang cukup strategis sebagai jalur

transportasi untuk wilayah duri, maka wajar apabila ketika para penyebar

agama islam mulai menyebarkan agama islam, mereka terlebih dahulu

singgah di Desa Salukanan sebagai basis penyebaran agama islam.

Wilayah Desa Salukanan sebagai wilayah penyebaran Agama islam

memberikan dampak secara kuantitatif, dari 1.367 jiwa penduduk berdasarkan

pemeluk agama yang dikeluarkan dinas kependudukan, semua penduduk Desa

Salukanan memeluk agama islam. Dari penjelasan dapat membuktikan bahwa


65

masyarakat di Desa Salukanan merupakan Desa yang 100% penduduknya

adalah beragama Islam.

6. Sarana dan Prasarana Desa

Kondisi sarana dan prasarana umum Desa Salukanan secara garis besar

adalah sebagai berikut:

Sarana dan prasarana merupakan penunjang proses kegiatan sosial

ekonomi maupun kegiatan kebudayaan dalam masyarakat, maka

keberadaannya sangat penting untuk aktifitas masyarakat di Desa Salukanan,

ada beberapa sarana penting yang menjadi penunjang proses sosial budaya

dan ekonomi.

7. Sarana pendidikan

Dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), sarana

pendidikan mempunyai peran yang sangat penting, baik yang bersifat formal,

maupun yang bersifat non formal. Untuk sarana pendidikan di Desa

Salukanan bisa dikatakan cukup lumayan, Dari data cukup membuktikan

bahwa wilayah Desa Salukanan merupakan Desa yang memiliki tingkat

kesadaran yang cukup tinggi akan pentingnya pendidikan.

8. Sarana peribadatan

Untuk menciptakan manusia yang bertakwa, yang tidak hanya

mengembangkan kemampuan intelektualnya namun juga mengembangkan

spiritualnya, maka langka yang pasti adalah dengan penyediaan sarana


66

peribadatan. Untuk mengetahui secara pasti kondisi sarana peribadatan di

Desa Salukanan.

9. Sarana Kesehatan

Demi terwujudnya masyarakat yang sehat, di dalam suatu masyarakat

harus ada sarana dan prasarana kesehatan, hal ini pun sejalan dengan program

pemerintah dalam mencetak generasi yang unggul, untuk sarana kesehatan di

Desa Salukanan bisa dikatakan tidaklah terlalu maksimal kareana hanya ada

dua dusun yg mempunyai PUSTU, hal ini dikarenakan jarak tiap wilayah

cukup jauh.
67

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Proses pengaturan dan pengelompokan secara baik tentang informasi suatu

kegiatan berdasarkan Fakta melalui usaha pikiran peneliti dalam mengolah

dan menganalisa Objek atau topik penelitian secara sistematis dan objektif

untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis.

1. Bentuk sistem kekerabatan dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 3

Baraka

Pada rumusan masalah pertama menjelaskan tentang bagaimanakah bentuk

system kekerabatan dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 3 Baraka. Dalam

hal ini menjelaskan bahwa bentuk system kekerabatan merupakan serangkaiyan

utaran yang mengatur penggolongan orang-orang sekerabat. Sehubungan dengan

pengolongan kedudukan meraka dalam hubungan kekerabatan masing-masing

dengan ego.

Sistem kekerabatan sangat berhubungan erat dengan garis keturunan. macam

garis keturunan terbagi atas dua bagian, lineage yakni kelompok keturunan yang

merupakan badan resmi dari anggotanya mengaku sebagai keturunan seseorang

leluhur bersama dan dapat menelusuri hubungan geneologis dengan leluhur

tersebut. Kedua, klan yaknikelompok keturunan bukan badan resmi yang tiap-tiap

anggotanya mengaku keturunan dari seseorang leluhur tersebut. Dengan

penjelasan diatas kita lihat bagaimana dampak system kekerabatan diterapkan

didalam sekolah. Dengan adanya hubungan kekeluarga didalam sekolah tersebut

e667
68

dapat memudahkan siswa tersebut untuk mendapatkan kenyamanan dalam prose

pembelajar. Adapaun bentuk system kekerabatan dalam proses pembelajaran

disekolah tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Memberikan perhatian yang lebih

Perhatian merupakan pemusatan fsikis, salah satu aspek psikologis yang

tertuju pada suatu objek yang datang dari dalam dan luar diri individu. Dengan

perhatian dapat digunakan untuk meramalkan tingkah laku atau perbuatan

manusia dalam kehidupan sehari-hari. Perhatian akan memberikan warna dan

corak bahkan arah tingkah laku seseorang. Dengan perhatian, seseorang akan

mendapatkan gambaran kemungkinan ragsangan yang akan timbul sebagai respon

terhadap masalah atau keadaan.

Tidak mudah bagi kita untuk merumuskan perhatian itu disebabkan antara lain

oleh beberapa hal yaitu penggunaan perhatian yang kurang tepat oleh masyarakat

seringkali orang menyamakan perhatian dengan motif, motivasi maupun empati.

Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan

pemilihan rangsangan yang datang dari lingkunganya.

Memberikan perhatian yang lebih kepada seorang siswa adalah salah satu

bentuk system kekerabatan yang diterapkan dalam peroses belajar mengajar di

dalam kls.
69

Sebagaimana informasi yang didapatkan melalui hasil wawancara Pak


Musliadi S. Pd (36 Tahun) Selaku guru Matimatika mengatakan bahwa:

“disetiap sekolah yang memiliki guru yang mempunyai hubungan


keluarga dengan murid pasti akan memberikan perhatian yang lebih
kepada siswa yang memiliki hubungan keluarga, akan tetapi hal-hal yang
seperti itu tidak bisa kita pungkiri, dan didalam sekolah ini juga ada guru
yang menerapkan system kekerabatan itu tapi “Yaa Namanya keluarnga
pasti mempunyai rasa yang leih terhadap siswa yang memiliki hubungan
kekerabatan. Tetapi perlu juga kita ingat bahwa hal yang seperti itu adalah
hal yang tidak boleh kita terapkan dalam proses belajar mengajar karena
setiap siswa berhak mendapatkan perhatian yang lebih tanpa ada yang
dibeda-bedakan.
(setiap guru yang ada di sekolah tentunya akan memberikan perhatian
yang lebih kepada siswa yang memiliki hubungan keluarga, wawancara 14
Agustus, 2019).

Selain itu informasi juga didapatkan melalui wawancara dengan Pak. Rusman
S.Pd., M.Pd Kepala Sekolah (KEPSEK) (52 Tahun) mengatakan bahwa:

“Terimakasih, saya akan menjelaskan sedikit bagaimana system


kekerabatan dalam proses belejar mengajar disekolah. Saya kira diawali
dengan asal usul keturunan bahwa peserta didik SMP Negeri 3 Baraka
berasal dari satu nenek sehingga tidak ada alasan untuk saling membenci
satu sama lain. Kalau peserta didik sudah mengetahui hal tersebut maka
jelas akan memper erat kekerabatan dalam pergaulan, kalau kekerabatan
sudah kuat Implikasi terhadap proses pembelajaran akan semakin lancar
sehingga saling memberikan dalam hal-hal yang positif. Tapi mengenai
tentang guru memberikan perhatian khusus terhadap siswa yang dianggap
keluarga saya kurang tau tapi yang jelasnya disetiap sekolah yang masih
memiliki hubungan keluarga antara siswa dan guru jelas pastinya pasti
akan memberikan perhatian yang lebih. Lebih jelasnya adek cari inormasi
yang lain dari guru lain yang ada disini karena saya juga baru-baru
menjabat sebagai kepala sekolah yang baru disini dek, mungkin itu saja
dek dari saya selaku kepala sekolah.
(diawali dengan asal usul keturunan bahwa peserta didik SMPN 3 Baraka
berasal dari satu Nenek sehingga tidak ada alasan untuk saling membenci
satu sama lain sehingga akan memper erat kekerabatan dalam pergaulan,
sehingga proses pembelajaran semakain lancar, wawancara 14 agustus,
2019).
70

Selain itu informasi juga didapatkan melalui wawancara dengan Ibu


Nuriyanti, G. S. Pd selaku guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) (39 Tahun)
mengatakan bahwa:

“Yaa didalam sekolah ini benar-benar ada dek guru yang masih
menerapkan system kekerabatan itu dan kami tahu itu, akan tetapi hal-hal
yang seperti itu menurut saya tidak pantas untuk diterapkan didalam
lingkungan sekolah karena bisa menimbulkan kecemburuan pada siswa
yang lain. Memberikan perhatian yang lebih boleh-oleh aja hanya saja kita
harus berlaku adil kepada semua siswa yang ada didalam kls terutama
dalam proses belajar mengajar, sangat disayangkan sekali apabila hal ini
tetap terjadi.
(sistem kekerabatan tidak pantas diterapkan di lingkungan sekolah karena
bisa menimbulkan kecemburuan pada siswa yang lain, wawancara 14
agustus, 2019).

Hal yang sama di ungkapkan oleh siswa Rahmat ramadan (16 tahun) selaku
Ketua kelas IX mengatakan bahwa:

“iya kak, ada memang siswa yang namanya Arifin.s dikasi perhatian dari
sepupunya yang guru disini dan itu yang membuat kami merasa tidak
enak, dan membuat kami jadi malas belajar karena percuma kami belajar
kak kalau nantinya nilai kami tetap sama dengan dia, dan saya tau
bagaimana sipatnya anak itu dia itu malas, nakal dan suka mengganggu
kak biar di kelas dan diluar kelas tapi mau bagaimana lagi kak.
(dengan adanya hal seperti itu siswa yang tadinya rajin belajar akan
menjadi malas untuk belajar, wawancara 15 agustus, 2019).

Hal yang sama di ungkapkan oleh siswa Arifin (17 tahun) selaku siswa kelas
IX mengatakan bahwa:

“ada memang kak, siswa yang dikasi perhatian lebih oleh guru tapi mereka
memang sepupu kak, pendapat saya kak sama dengan yang dikatakan
rahmat Ramadan hhhh, itu yang membuat kami merasa tidak enak, dan
membuat kami jadi malas belajar karena percuma kami belajar kak kalau
nantinya nilai kami tetap sama dengan dia, dan saya tau bagaimana
sipatnya dia itu malas, nakal dan suka mengganggu kak biar di kelas dan
diluar kelas tapi mau bagaimana lagi kak.
(adanya perbedaan perhatian yang di lakukan oleh guru kepada siswa yang
memiliki hubungan keluarga antara siswa yang lain, wawancara 15
agustus, 2019).
71

Hal yang sama di ungkapkan oleh siswa(i) Sahida (16 tahun) selaku siswa
kelas IX mengatakan bahwa:

“iye kak, kalau itu memang ada kak tapi kakak jangan kasi tau kalau saya
yang kasi tau hhhh, di kelas kami kak ada siswa yang namanya Arifin.s
yang diperhatikan terus sama seorang guru tapi dia memang sepupunya
kak, kalau saya tidak punya sepupu guru disekolah ini kak jadi itu yang
membuat saya merasa tidak diperhatikan hhh.
(adanya perhatian khusus di dalam kelas dari guru kepada siswa yang
memiliki ikatan keluarga terhadap guru tersebut, wawancara 16 agustus,
2019).

Hal yang sama di ungkapkan oleh siswa(i) Nurfitriyana (16 tahun) selaku
siswa kelas IX mengatakan bahwa:

“hhh iye kak, apa yang dikatakan Sahida itu memang benar kak, bahwa
ada memang siswa yang dikasi perhatian lebih oleh guru tapi memang dia
masih sepupu kak, jadi itu yang membuat kami iri kak hhh, tapi kami bisa
apa kak kami hanya bisa diam, saya juga kak merasa malas belajar biar
disekolah maupun dirumah karena kenapa kak biar saya capek-capek
belajar kalau ujung-ujungnya nanti nilai saya bisa dikalahkan sama si
Arifin.s itu, karena anu kak Ari juga bisa dapatkan nilai yang bagus tapi
dia orangya malas dan nakal.
(adanya perhatian khusus dari guru kepada siswa yg memang memiliki
ikatan keluarga membuat sejumlah siswa merasa iri dan mulai malas
belajar di sekolah maupun di rumahnya, wawancara 16 agustus, 2019).

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan

bahwa apa yang dilakukan oleh seorang guru yang memberikan perhatian yang

lebih. benar-benar dapat menimbulkan kecemburuan sosial didalam kelas jadi

banyak siswa yang menyaksikan bagaimana seorang guru memberikan perhatian

khusus kepada siswa yang masih memiliki hubungan keluarga.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti melakukan observasi dengan turun

langsung untuk mencari informasi mengenai tentang system kekerabatan dalam

proses belajar mengajar didalam kelas.


72

”Peneliti melihat bahwa apa yang terjadi di sekolah SMP Negeri 3 Baraka
itu benar-benar terjadi dan system kekerabatan masih di Implementasikan
di sekolah tersebut dan benar para siswa kelas IX yang lain merasa
cemburu dengan adanya hal yang seperti itu didalam proses belajar
mengajar dan itu sangat merugikan siswa, disisi lain siswa yang merasa
dirugkan akhirnya tidak bersemangat lagi belajar didalam kelas maupun
dirumah dan bahkan mereka mengatakan untuk apa saya capek-capek
belajar kalau ujung-ujungnya nilai yang kami proleh dari siswa yang nakal
,malas ujungnya sama atau bahkan lebih tinggi.
Oleh sebab itu kita selaku generasi yang akan tumbuh menjadi tenaga
pendidikan harus memberikan rasa adil terhadap siswa dalam prose belajar
mengajar dalam bentuk apapun. (kesimpulan 14-16 Agustus 2019).

Dari hasil Wawancara dapat dilihat bahwa system kekerabatan dalam proses

belajar menjagar itu tidak baik di terapkan dalm sekolah karena akan berdampak

negative bagi siswa yang lain.

b. Memberikan Nilai tidak sesuai kualitas siswa

Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa, cara pelaksanaanatau

keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan

atau keaadaan akhir yang berlawanan.

Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu

mengenai hal-hal yang benar, baik atau yang diigingkanya.

Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf derajat sesuatu,

istilah ini banyak digunakan dalam bisnis, rekayasa dan manufaktur dalam

kaitanya dengan teknik dan konsep untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa

yang dihasilkan.
73

Sebagaimana informasi yang didapatkan melalui hasil wawancara Pak


Musliadi S. Pd (36 Tahun) Selaku guru Matimatika mengatakan bahwa:

“yaa terimakasih, dalam proses belajar mengajar tentunya yang menjadi


bahan evaluasi ialah hasil/Nilai, melalui evaluasi kita bisa melihat siswa
mana yang paham dan yang belum paham. Maka dari itu sangat penting
kiranya kita memberikan pemahaman yang baik terhadap siswa. Namun
dalam sekolah ini masih ada guru yang memberikan siswa Nilai secara
Cuma-Cuma tampa melihat kualitas dari siswa tersebut, hal yang seperti
itu sangat disayangkan sekali karena kenapa saya katakana seperti itu,
karena sama halnya kita membodohi diri kita dan siswa tersebut, contoh
semisal ketika dalam proses belajar mengajar terus berlangsung dan akann
datang waktu apakah itu ulangan atau ujian, bagaimana kalau siswa tidak
bisa menjawabnya itukan repot jadinya.
(perbedaan untuk memberikan nilai kepada siswa dari guru, Wawancara
16 Agustus 2019).

Selain itu informasi juga didapatkan melalui wawancara dengan Ibu


Nuriyanti, G. S. Pd selaku guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) (39 Tahun)
mengatakan bahwa:

“Yaa tentunya siswa yang memiliki hubungan keluarga dengan guru


disekolah pasti akan mendapatkan hasil yang bagus walaupun siswa
tersebut Nakal dan tidak pintar, yaa disekolah ini ada memang guru yang
begitu memberikan nilai yang bagus karena memiliki hubungan keluarga,
tapi anda tidak perlu tau siapa namanya cukup anda tau bahwa ada yang
seperti itu di sekolah ini. Memberikan sesuatu kepada seseorang yang
bukan haknya yaa itu adalah suatu ketidak adilan apa lagi dalam prose
belajar mengajar kalau pendapat saya mengenai hal yang seperti itu yaa
kita harus merubahnya demi menyelamatkan generasi kita yang akan
datang apalagi kita lihat di dunia pendidikan semakin mendepankan etika,
moral dan Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Apa lagi siswa yang
ingin melanjutkan sekolah ditingkat SMA (paforit) kalau sudah lulus
disini, harus bersaing dengan siswa-siswa yang luar biasa dsn salah satu
syarat untuk masuk disekolah paforit yaa harus cerdas, saya kira begitu
Nak.
(Memberikan sesuatu kepada seseorang yang bukan haknya yaa itu adalah
suatu ketidak adilan apa lagi dalam prose belajar mengajar kalau pendapat
saya mengenai hal yang seperti itu yaa kita harus merubahnya demi
menyelamatkan generasi kita, Wawancara 16 Agustus 2019).
74

Hal yang sama di ungkapkan oleh siswa Rahmat ramadan (16 tahun) selaku
Ketua kelas IX mengatakan bahwa:

“kalau pemberian Nilai kak saya juga kurang tau, tapi biasanya yang saya
liat biasanya itu Arifin.s pas kami kelas XIII itu ketika kami ulangan
harian biasa mendapatkan Nilai jelek biasanya juga kak kalau ulangan
harian tidak masuk kak, tapi Nilai di rapor dia tidak bedah jauh dengan
Nilai yang saya dapatkan dan tidak ada nilai yang merah di lapornya kak.
(pemberian nilai kepada siswa yang tidak sesuai dengan kemampuannya,
Wawancara 19 Agustus 2019).

Hal yang sama di ungkapkan oleh siswa Arifin (17 tahun) selaku siswa kelas
IX mengatakan bahwa:

“iya kak saya juga sependapat dengan Rahmat kalau si Arifin itu sering
dapat nilai jelek pas kami ulangan dan bisa juga dia tidak datang ulangan
kak, tapi Nilai di rapor dia tidak bedah jauh dengan Nilai yang saya
dapatkan dan tidak ada nilai yang merah di lapornya kak. Saya juga ingin
seperti itu kak hhh bisa mendapatkan nilai yang bagus dan tidak ada nilai
merah di rapor saya kak hhh Cuma bercanda kak.
(pemberian nilai yang sama didapat antara siswa yang malas dengan siswa
yang rajin, Wawancara 19 Agustus 2019).

Hal yang sama di ungkapkan oleh siswa(i) Sahida (16 tahun) selaku siswa
kelas IX mengatakan bahwa:

“aaiya kak, memang yang diceritakan teman-teman saya itu benar saya
juga melihat ketika kami belajar, ulagan harian si Arifin. S itu sering dapat
Nilai jelek kadang 30 dan 50 hhh tapi saya tidak dapat nilai begitu kak hhh
tapi di rapornya kak itu tidak ada Nilai merah kak. Mungkin itulah
takdirnya kak hhh dapat nilai baik, aku juga ingin kak dapat dilai yang
bagus hhh tapi harus belajar yang giat dik kak biar pintar supaya tidak
merepotkan orang lain.
(perasaan yang iri dari siswa yang lain melihat nilai yang didapat dari
salah satu siswa, Wawancara 19 Agustus 2019).

Hal yang sama di ungkapkan oleh siswa(i) Nurfitriyana (16 tahun) selaku
siswa kelas IX mengatakan bahwa:

“sebenarnya kak saya tidak tau kalau itu karena saya tidak
memperhatikanya, tapi yang saya cuma tau kak kalau ulangan harian dan
belajar si Arifin. S sering tidak masuk kak tidak ada juga kabanrnya kak
tapi memang dia sering tidak hadir kak tapi kan dia enak kak karena ada
75

guru yang yang mempertahankanya kak nanti kalau penaikan kelas tidak
kayak saya kak kalau tidak rajin masuk yaa pasti nilai saya rusak itu saja
yang saya tahu kak hehehe.
(ada perhatian lebih dari guru kepada siswa yang memiliki sikap malas
membuat siswa lain merasa iri hati, Wawancara 19 Agustus 2019).

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa sumber informan di atas peneliti


dapat menyimpulkan bahwa.

“hal yang seperti itu sangat tidak mendidik siswa untuk tidak mandiri dan
menentukan arah tujuan pendidikan karena seolah-olah mereka diajarkan
menjadi seseorang siswa yang pemalas dan tidak berkemanusiaan dalam
bidang pendidikan dan kesehatan serta peduli lingkungan, dengan adanya
system kekerabatan di dalam lingkungan sekolah. Itu sangat merugikan
pihak yang lain karena disisi lain ada pihak yang dirugikan dan dampak
yang ditimbulkan itu mungkin saja merugikan banyak pihak. Maka dari itu
perlu menjaga sikap yang baik, adil dan bertanggung jawab atas apa yang
menjadi tugas kita sebagai tenaga pendidik. (kesimpulan 16-19 Agustus
2019).

Dalam hal ini siswa juga tidak ada niat untuk belajar lebih giat dalam proses

belajar mengajar didalam kelas dan tidak ada rasa bertanggung jawab atas

kehidupan mereka. Dalam hal seperti ini siswa dapat mengambil pelajaran bahwa

system kekerabatan itu tidak baik di terapkan didalam sekolah, karena dapat

membuat kita selalu berharap kepada orang untuk membantu kita.

2. Dampak yang ditimbulkan sistem kekerabatan dalam proses

pembelajaran di SMP Negeri 3 Baraka.

Defenisi dari dampak adalah akibat, imbas atau pengaruh yang terjadi baik

secara positif ataupun secara negative dari sebuah tindakan yang dilakukan oleh

satu/sekelompok orang yang melakukan kegiatan tertentu. Dalam kehidupan kita

sehari-hari, kata dampak merupakan kata yang telah lazim digunakan dalam

masyarakat luas dan hampir familiar disemua tataran usia. Penggunaan kata
76

dampak biasanya dibarengi dngan imbas akhir yang disampaikannya didalam

kalimat dan masyarakat secara luas pada umumnya menggunakannya dengan

pengelompokkan dampak positif dan negatif.

Sistem kekerabatan sangat berhubungan erat dengan garis keturunan. macam

garis keturunan terbagi atas dua bagian, lineage yakni kelompok keturunan yang

merupakan badan resmi dari anggotanya mengaku sebagai keturunan seseorang

leluhur bersama dan dapat menelusuri hubungan geneologis dengan leluhur

tersebut. Kedua, klan yaknikelompok keturunan bukan badan resmi yang tiap-tiap

anggotanya mengaku keturunan dari seseorang leluhur tersebut.

Dengan penjelasan diatas kita lihat bagaimana dampak system kekerabatan

diterapkan didalam sekolah. Dengan adanya hubungan kekeluarga didalam

sekolah tersebut dapat memudahkan siswa tersebut untuk mendapatkan

kenyamanan dalam prose pembelajar. Adapun dampak positif dan negative yang

ditimbulkan system kekerabatan dalam proses pembelajaran disekolah sebagai

berikut:

a. Dampak posistif

Dampak positif adalah akibat baik/pengaruh menguntungkan yang didapatkan

dari berbagi hal atau peristiwa yang terjadi. Pada setiap pelaksanaan kegiatan

akan memberikan dampak pada diri seseorang. Khususnya system kekerabatan

dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Adapaun dampak positif yang di

timbulkan dalam proses belajar mengajar antara lain:


77

1) Takut- takut bertingkah seenaknya di dalam kelas

Takut adalah suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi

sebagai respons terhadap suatu stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau

ancaman bahaya. Dalam psikologi juga menyebutkan bahwa takut adalah

salah satu dari emosi dasar, selain kebahagiaan, kesedihan dan kemarahan.

Tindakan adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaa dan

pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Tindakan memiliki arti dalam

kelas nomina atau kata benda sehingga tindakan dapat menyatakan nama dari

seseorang, tempat atau semua benda dan segala yang dibendakan.

Seperti dampak positif yang ditimbulkan dalam system kekerabatan dalam

proses belajar mengajar didalam kelas. Sama halnya yang terjadi dengan salah

satu siswa Arifin. S kelas IX yang memiliki hubungan keluarga dengan guru

di sekolah tersebut. Walaupun pembawaanya memang nakal dan keras kepala,

siswa tersebut ketika dalam kelas masih saja teriak-teriak dan mengganggu

teman-temanya yang lain, tapi dia juga masih takut-takut untuk bertingkah

seenaknya didalam kelas karena dia merasa was-was dan takut kepada guru

yang masih memiliki hubungan keluarga denganya yang ada disekolah

tersebut.

Sebagaimana informasi yang didapatkan melalui hasil wawancara Pak


Musliadi S. Pd (36 Tahun) Selaku guru Matimatika mengatakan bahwa:

“Iya dek, memang salah satu nilai positifnya ketika didalam kelas pasti
siswa tersebut memiliki tingkat was-was yang tinggi karena siswa
tersebut berpikir bahwa ada keluarga saya disini sebagai guru,
walaupun terkadang siswa tersebut masih agakagak nakal tapi itu
sesuatu yang dapat dimaklumi menggigat siswa tersebut mulai dari
78

kelas VII memang mulai agak nakal sampai kelas IX jadi pasti siswa
tersebut masih terbawa suasana yang lama. Siswa tersebut akan
melakukan hal-hal yang tidak diigingkan karena memang dari dulu dia
agak nakal jadi untuk mengontrol dirinya itu pasti sulit sekali, tapi
pasti dia berusaha untuk mengotrolnya karena itu dia agak-agak takut
kepada guru yang masih memiliki hubungan keluarga denganya.
(siswa yang memiliki hubungan keluarga masih memiliki tingkat was-
was karena siswa tersebut berpikir dia memiliki keluarga di sini
sebagai guru,tapi terkadang siswa tersebut masih agak nakal,
Wawancara 20 Agustus 2019).

Selain itu informasi juga didapatkan melalui hasil wawancara dengan Ibu
Nuriyanti, G. S. Pd selaku guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) (39 Tahun)
mengatakan bahwa:

“terimakasih kalau dari segi dampak positifnya sepertinya anak-anak


itu terjadi perubahan contoh pasti dia akan melatih dirinya untuk
meniru teman-temanya untuk rajin belajar ketika didalam kelas ada
usaha dalam dirinya untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang
tidak baik contoh, kesana kemari ketika belajar mengajar berlangsung.
Ada dorongan dalam dirinya dek untuk berusaha menghindari
kenakalan intinya ada jedah untuk dia tidak berusaha menjadi nakal
hhh karena mungkin dia berpikir aduh nanti kalau saya buat masalah
lagi nanti saya diporin.
(terjadi perubah dari siswa yaitu melatih dirinya sendiri agar rajin
belajar, ada dorongan dalam dirinya untuk berusaha menghindari
kenakalan, intinya ada jedah untuk dia tidak berusaha menjadi nakal
lagi, Wawancara 20 Agustus 2019).

Selain itu informasih juga didapatkan dari siswa Rahmat ramadan (16
tahun) selaku Ketua kelas IX mengatakan bahwa:

“hhh, anu kak kalau saya liat di Arifin. S orangnya memang nakal
bikin jengkel ketika didalam kelas karena sering teriak-teriak mondar
mandir kesana kemari kak, sering juga tidak masuk kak saya juga
sering liat kalau malam kak, kan saya mengajie dirumahmya pak.
Imam kalau saya pulang mengaji saya liat di landa sama orang besar
mai hp bisa juga merokok kak.
(tidak hanya nakal di lingkungan sekolah tetapi kenakalannya sampai
di bawa ke lingkung masyarakat, Wawancara 20 Agustus 2019).
79

Hal yang sama di ungkapkan oleh siswa Arifin (17 tahun) selaku siswa
kelas IX mengatakan bahwa:

“samajie yang rahmat bilang kak hhh, kalau ari memang biasa nakal
teriak-teriak, mondar mandir kalau belajar, tapi dia kayak takut-takut
kak kalau dibilang yang ribut saya lapor ke kantor jadi dia langsung
diam, mungkin dia takut kak sama yang sepupunya disini, ka ada
memang guru sepupunya disini kak Iye kak.
(ternyata masih ada perasaan takut dari siswa ,mungkin dia takut
karena dia sadar dia memiliki keluarga yang jadi guru di sekolah.
(Wawancara 20 Agustus 2019).

Hal yang sama di ungkapkan oleh siswa(i) Sahida (16 tahun) selaku siswa
kelas IX mengatakan bahwa:

“kalau sia Arifin.s memang nakal kak, sering ditegur sama ketua kelas
dan guru ketika didalam kelas apalagi kita dalam belajar kak, dia
kayak takut-takut sama sepupunya kak, mungkin dia takut di lapor
sama orang tuanya, iye kak itu saja kak hhh.
(meskipun siswa itu nakal tetapi kalo di tegur sama guru dia masih
merasa takut, Wawancara 20 Agustus 2019).

Hal yang sama di ungkapkan oleh siswa(i) Nurfitriyana (16 tahun) selaku
siswa kelas IX mengatakan bahwa:

“jadi begini kak, kan arifin.s ini kan orang memang nakal, keras, susah
dikasi tau bilang jangan begitu karena nanti kamu dihukum, tapi tetap
saja begitu kak, biasa juga kak kalau dikasi tau sama ketua kelas atau
guru nanti saya lapor kamu kekantor biar kamu dihukum, lalu dia diam
tapi sebentar diamnya kak setelah itu begitu lagi kak hhh Saya juga
tidak tau kak bagaimana.
(mereka mengatakan bahwa arifin.s memang sangat nakal ,keras,
susah di kasih tau , sering ditegur sama guru ,Wawancara 20 Agustus
2019).

Berdasarkankan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis

kepada beberapa informan dan telah mendapatkan hasil yang sesuai dengan

apa yang terjadi di sekolah tersebut. Disisi lain ada dampak positif yang

ditimulkan dari system kekerabatan tersebut.


80

Setelah melakukan wawancara kepada setiap informan yang ada penulis


menyimpulkan dampak dari system kekerabatan dalam proses belajar
mengajar di dalam kelas:

“menurut peneliti berdasarkan hasil dari wawancara langsung dari


setiap informan yang ada, menemukan pakta yang unik tentang system
kekerabatan yang ada di sekolah SMP Negeri 3 Baraka, yang diamana
siswa yang memiliki hubungan keluarga dengan guru disekolah akan
merasa takut-takut untuk melakukan hal-hal yang tidak baik, seperti
gambaran yang diberikan oleh salah satu guru/informan yang saya
wawancarai. memang salah satu nilai positifnya ketika didalam kelas
pasti siswa tersebut memiliki tingkat was-was yang tinggi karena
siswa tersebut berpikir bahwa ada keluarga saya disini sebagai guru,
walaupun terkadang siswa tersebut masih agakagak nakal tapi itu
sesuatu yang dapat dimaklumi menggigat siswa tersebut mulai dari
kelas VII memang mulai agak nakal sampai kelas IX jadi pasti siswa
tersebut masih terbawa suasana yang yang lama. (kesimpulan 20
Agustus 2019).

Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa ketika kita punya saudara/hubungan

keluarga antara siswa dan guru haruslah saling mendukung dan mendorong

satu dengan yang lain dalam kebaikan sehingga dapat menciptakan dan

mewujudkan cita-cita kita sebagai anak bangsa yang berintelektual tinggi dan

mempunyai wawasan yang luas untuk menatap dan menata dunia pendidikan

yang akan datang.

b. Dampak Negatif

Negative adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan

pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda, kelas abjektif atau kata sifat

sehingga negative dapat mengubah kata benda atau kata ganti, biasanya

dengan menjelaskan atau membuatnya menjadi lebih spesifik.

Dalam hal ini pengaruh atau akibat yang dihasilkan dari kata dampak

adalah merugikan dan cenderung memperburuk keadaan. Dalam system


81

kekerabatan dalam proses belajar mengajar di sekolah SMP Negeri 3 Baraka

tidak hanya berdampak positif tetapi di sisi lain berdampak negatif seperti

halnya yang di sampaikan para Informan yang ada disekolah tersebut.

a. Malas Belajar

Malas adalah suatu perasaan dimana seseorang akan enggan

melakukan sesuatu karena dalam pikiranya sudah memiliki penilayyan

negative atau tidak adanya keiginan untuk melakukan hal tersebut Tidak

mau bekerja atau mengerjakan sesuatu.

Belajar adalah perubahan yang relative permanen dalam prilaku atau

potensi prilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.

Seseorang telah dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan

perubahan prilakunya. Dalam belajar yang penting adalah input yang

berupa stimulus dan output yang berupa respons.

Sebagaimana informasi yang didapatkan melalui hasil wawancara Pak


Musliadi S. Pd (36 Tahun) Selaku guru Matimatika mengatakan bahwa:

“Malas adalah salah satu sifat yang dimili oleh setiap manusia
dimuka bumi ini jadi setiap manusia pasti memiliki sifat itu
siapapun itu dan secerdas apapun orang itu, akan tetapi sifat malas
itu bisa diatasi apabila ada dorongan dalam diri kita untuk tidak
jadi orang malas apalagi kita tahu bahwa sifat malas itu tidak baik,
tidak disukai orang dan sebagainya apalagi malas dalam nenuntut
ilmu. Tapi kalau kita lihat siswa hari ini kebanyakan malas belajar
kenapa saya mengatakan begitu yaaa karena saya liat setiap hari
ketika disekolah disekolah saya malas belajar yang memang
tempatnya untuk belajar apalagi kalau dirumahnya. Tentu memang
siswa harus diberikan motivasi agar minat belajar itu tumuh
didalam dirinya, kalau kita melihat siswa yang mempunyai
keluarga dengan salah satu guru yang ada disekolah yang siap
82

membantunya kalau bermasalah apakah itu masalah Nilai apa dan


sebagainya pasti dia akan membantunya. Kalau seperti itu siswa
tersebut pasti akan berfikir untuk apa saya capek-capek belajar
kalau ada nantinya sepupu saya yang akan membantu saya, itukan
salah satu pembodohan nak atau bagaimanakha hhh iyaa.
(Siswa sekarang sudah tidak ada lagi gairah dalam dirinya untuk
semangat belajar disekolah wawancara 21 Agustus 2019).

Selain itu informasi juga didapatkan melalui hasil wawancara dengan


Ibu Nuriyanti, G. S. Pd selaku guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) (39
Tahun) mengatakan bahwa:

“yaa tentunya sifat malas itu dimiliki setiap orang apalagi siswa
yang belajar disekolah pada jam 07.30-14.30 pasti siswa tersebut
merasa malas apalagi yang siswa yang sering bolos, nakal, tidak
mau mendegar yaa pasti akan gelisah terus ketika belajar disekolah
atau bahkan ketika dia belajar di rumahnya. Apalagi siswa itu
dimanjakan terus sedikit-sedikit merasa kasihan sedikit-sedikit ini
sepupu saya, ini keluarga saya aaaah bikin pusing saja. Apalagi
siswa yang sudah nakal, sering bolos kalau di kasi begitu terus
akan tamba menjadi-jadi karena seakan-akan kita menjadikan dia
menjadi seorang pemalas dan tidak ada dorongan dalam dirinya
menjadi yang lebih baik. Saya juga kadang-kadang kasihan dek
tapi kalau hal yang seperti itu terus dibiarkan akan berdampak
buruk bagi siswa tersebut. Itu makanya saya sering jengkel ketika
ada keluarga siswa yang datang sama saya, bilang bantu anuu ibu
karena dia keluarga saya, dia sepupu saya tapi terkadang saya juga
kasihan tapi hal yang seperti itu tidak baik dek.
(Rasa malas pasti dimiliki siswa yang sering tidak mengikuti
proses belajar mengajar/Bolos, wawancara 21 Agustus 2019).

Selain itu informasih juga didapatkan dari siswa Rahmat ramadan (16
tahun) selaku Ketua kelas IX mengatakan bahwa:

“kalau malas belajar saya juga malas belajar kak hhh bercanda kak,
tapi tho kak orang yang nakal pasti malas belajar namanya juga
nakal pasti tidak mau belajar hhh. Kalau teman-teman saya yang
saya liat ada yang rajin belajar dan ada juga yang malas apa lagi si
Arifin.S.
(Bahwa Arifin.S memang malas belajar, wawancara 21 Agustus
2019).
83

Hal yang sama di ungkapkan oleh siswa Arifin (17 tahun) selaku siswa
kelas IX mengatakan bahwa:

“sebenarnya kalau dikelas ini kak ada sebagian siswa yang malas
apalagi kita disuruh sama guru kerja tugas atau membaca hanya
beberapa orang yang mengerjakanya kak, kalau si Arifin. S
kadang-kadang malas kadang-kadang juga rajin kak dia kan enak
kak kalau ada apa-apa ada juga sepupunya kak yang bantu hehe iya
kak.
(Arifin. s terkadang malas dan rajin untuk belajar, wawancara 21
Agustus 2019).

Hal yang sama di ungkapkan oleh siswa(i) Sahida (16 tahun) selaku
siswa kelas IX mengatakan bahwa:

“siswa itu kadang malas belajar kalau terlalu banyak tugas, saya
juga terkadang minta izin keluar ruangan kalau saya merasa bosan
belajar, apa lagi teman-teman saya sudah ribut bikin jengkel apa
lagi kalau panas aduh tambah pusing.
(Salah satu pemicu malas belajar adalah ketika tidak disiplinya
waktu belajar, awawancara 21 Agustus 2019).

Hal yang sama di ungkapkan oleh siswa(i) Nurfitriyana (16 tahun)


selaku siswa kelas IX mengatakan bahwa:

“iye kak kalau malas belajar ada sebagian siswa yang malas belajar
ada juga yang rajin apa lagi sudah lewat jam 12:00 apa lagi sudah
gantuk banyak tugas.
(dalam proses belajar mengajar pasti ada siswa yang malas,
wawancara 21 Agustus 2019).

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dapat

disimpulkan bahwa siswa yang memiliki hubungan keluarga dengan guru

akan berdampak negative salah satu contohnya ialah siswa dapat malas

belajar seperti informasi yang didapatkan dari setiap informan yang

menyatakan bahwa:
84

“Dari hasil informasi yang saya dapatkan dari informan saya


selaku peneliti mengemukakan bahwa salah satu dampak yang
ditimbulkan dari system kekerabatan disekolah tersebut ialah siswa
yang bersangkutan akan merasa malas karena kenapa, karena siswa
tersebut selalu berpikir bahwa ada sepupu saya yang akan
membantu saya nantinya apabila ada nilai saya yang rusak. Jadi
kita bisa mengambil pelajaran dari kasus ini apalagi kita sebagai
generasi yang akan tumbuh menjadi generasi yang berintelektual,
sama halnya yang diungkapkan oleh salah satu informan yang
mengatakan bahwa; Apalagi siswa yang sudah nakal, sering bolos
kalau di kasi begitu terus akan tamba menjadi-jadi karena seakan-
akan kita menjadikan dia menjadi seorang pemalas dan tidak ada
dorongan dalam dirinya menjadi yang lebih baik. Saya juga
kadang-kadang kasihan dek tapi kalau hal yang seperti itu terus
dibiarkan akan berdampak buruk bagi siswa tersebut. Itu makanya
saya sering jengkel ketika ada keluarga siswa yang datang sama
saya, bilang bantu anuu ibu karena dia keluarga saya, dia sepupu
saya tapi terkadang saya juga kasihan tapi hal yang seperti itu tidak
baik dek. (kesimpulan 21 Agustus 2019).

Dari kesimpulan diatas penulis mengajak kita untuk menjadi manusia

yang profesional dengan apa yang kita kerjakan serta menjadikan salah satu

contoh untuk bahan evaluasi.

2) Tidak mampu bersaing dengan siswa(i) yang lain (tertinggal)

Keunggulan kompetitif atau bersaing (competitive advantage) adalah

kemampuan yang diperoleh melalui karakteristik dan sumber daya suatu

untuk memiliki kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan dengan

orang lain.

Tidak mampu bersaing untuk menentukan arah dan tujuan dalam suatu

bingkai yang sama, dan tidak dapat memenuhi kebutuhanya sesuai dengan

tuntutan apa yang dibutuhkanya dalam pendidikan, adapun dampak negati

yang ditimbulkan system kekerabatan dalam proses belajar mengajar


85

disekolah SMP Negeri 3 Baraka. Seperti yang dikemukakan dari berbagai

Informan yang ada disekolah tersebut.

Selain itu informasi juga didapatkan melalui hasil wawancara dengan


Ibu Nuriyanti, G. S. Pd selaku guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) (39
Tahun) mengatakan bahwa:

“jelas orang yang malas belajar dan suka bolos akan tertinggal
dengan siswa yang rajin belajar, rajin belajar dan tidak pernah
bolos itu belum tentu bisa apalagi yang sudah malas belajar, suka
bolos dan sebagainya. Itu makanya apa yang saya katakana tadi
bahwa kalau kita memanjakan siswa yang malas belajar malas
masuk imbasnya pasti yaa tidak mendapatkan apa-apa hanya capek
yang dia dapat kalau begitu siapa yang rugi kan siswa itu yang
rugi. Apa lagi siswa kalau sudah kelas IX mau ujian Nasional,
ujian Sekolah kalau sudah seperti itu siapa yang akan bertanggung
jawab itu makanya dimulainya siswa masuk sekolah harus
memang dibiasakan mandiri apa lagi dalam proses belajar
mengajar agar ada rasa tanggung jawab dalam dirinya untuk
membuat dirinya jauh lebih baik dari sebelumnya.
(Malas belajar dan tidak mengikuti tata tertip sekolah adalah salah
satu penghambat untuk tidak mendapatkan Nilai dan tidak mampu
bersaing dengan siswa-siswa yang lain,wawancara 22 Agustus
2019).

Sebagaimana informasi yang didapatkan melalui hasil wawancara Pak


Musliadi S. Pd (36 Tahun) Selaku guru Matimatika mengatakan bahwa:

“terimakasih, jadi salah satu dampak negative yang ditimbulkan


oleh system kekerabatan dalam proses belajar mengajar yaa tentu
berkaitan dengan yang itu tadi kalau sudah malas belajar jelas pasti
susah bersaing didalam kelas bersama dengan teman-temanya, jadi
apapun yang kita igingkan tarolah contoh semisal kita ingin dapat
nilai yang bagus tapi kendalanya kita tidak mampu mencapai itu.
Lantas kita harus bagaimana sehingga kita mendapatkan nilai yang
bagus kita harus rajin masuk belajar sopan dan tentunya jangan
lupa berdoa, maka dari itu kamu sebagai mahasiswa harus giat
belajar agar jadi contoh untuk calon murid-muridnya nanti. Jadi
kalau malas belajar yaa pasti kita tidak dapat apa-apa mau bersaing
mendapatkan nilai yang bagus tapi tidak bisa mencpainya itu
semua karena malas belajar.
86

(Untuk bisa mendapatkan Nilai yang bagus harus dimulai dari rajin
belajar, Sopan dan Berdoa, wawancara 22 Agustus 2019).

Hal yang sama di ungkapkan oleh siswa(i) Sahida (16 tahun) selaku
siswa kelas IX mengatakan bahwa:

“kak kemarin saya bilang saya melihat ketika kami belajar, ulagan
harian si Arifin. S itu sering dapat Nilai jelek kadang 30 dan 50
hhh begitu kak.
(Mendapatkan hasil yang tidak sesuai dengan yang kita kebutuhan,
wawancara 22 Agustus 2019).

Hal yang sama di ungkapkan oleh siswa(i) Nurfitriyana (16 tahun)


selaku siswa kelas IX mengatakan bahwa:

“biasa juga kita mau nilai yang bagus tapi kalau dalam belajar
sering ribut bagaimana kita dapat nilai yang bagus kalau begitu
kak, biar si Arifin. S kalau ada buku cetak yang dibagikanki
disuruh kerja piihan ganda tetap saja kesana kemari lihat tugas kak,
padahal jawabanya sudah ada di buku kak.
(Etika belajar harus di pupuk agar dapat memetik buah yang bagus
dari sang guru wawancara 22 Agustus 2019)

Selain itu informasih juga didapatkan dari siswa Rahmat ramadan (16
tahun) selaku Ketua kelas IX mengatakan bahwa:

“aku juga sependapat dengan fitriyana kak, kalau mau nilai yang
bagus baru ribut terus kalau didalam kelas pasti guru tidak mau
kasi.
(Etika belajar harus di pupuk agar dapat memetik buah yang bagus
dari sang guru, wawancara 22 Agustus 2019).

Dari hasil wawancara dari setiap informan dapat disimpulkan bahwa


dampak negative yang ditimbulkan system kekerabatan dalam proses belajar
mengajar disekolah sangatlah tidak baik seperti yang dikatakan para informan.
Berdasarkan hasil diatas penulis menyimpulkan bahwa:

“hasil dari wawancara dari berbagai informan menunjukkan bahwa


apa yang menjadi salah satu problem di dunia pendidikan ialah
siswa tidak mampu bersaing dengan siswa(i) yang lain. Oleh sebab
itu perlu kiranya kita memperhatikan setiap siswa dan pastikan
87

bahwa siswa tersebut tidak mengalami kebigugang selama prose


belajar mengajar berlangsung didalam kelas.
(kesimpulan 22 Agustus 2019).

Pada kesimpulan diatas menggambarkan bahwa mendidik sangatlah

penting untuk masa depan kita semua karena pendidikan sipat-nya

memanusiakan manusia.

3) Pergaulan Bebas

Pergaulan merupakan proses interaksi sosial yang terjalin antara

individu dalam lingkungan sosialnya, jalinan hubungan sosial antara

seseorang dengan orang lain yang berlangsung dalam jangka relatif lama

sehingga terjadi saling mempegaruhi satu dengang yang lain.

Bebas adalah kemampuan untuk memilih di antara berbagai rencana

tindakan berbeda yang memungkinkan terjadi, sehingga konsisten dengan

keberadaan kehendak tersebut. adapun beberapa informan yang peneliti

wawancara diantaranya:

Sebagaimana informasi yang didapatkan melalui hasil wawancara


siswa Rahmat ramadan (16 tahun) selaku Ketua kelas IX mengatakan
bahwa:

“kemarin saya bilang kak kalau saya sering liat si Arifin. S kalau
pulangkah mengajie kalau malam gabung sama anak besar
dilandak main hp dan merokok.
(Sering melihat Arifin. S bergaul degan bukan kawan sebayanya di
waktu malam di tempat Nongkrongan, wawancara 23 Agustus
2019).
88

Sebagaimana informasi yang didapatkan melalui hasil wawancara Pak


Musliadi S. Pd (36 Tahun) Selaku guru Matimatika mengatakan bahwa:

“tidak heran ketika siswa jaman sekarang itu bergaulnya dengan


siapa saja jadi informasi yang adek dapatkan dari rahmat itu bisa
saja benar bisa saja tidak benar jadi yang tau hanya rahmat yang
tau kan, tapi masuk akal juga kalau kita lihat dari perilaku siswa
yang nakal disekolah ini, pasti siswa yang sembarangan bergaul itu
sifatnya akan terbawa ke sekolah akhirnya sering bolos, malas
belajar dan lain sebagainya karena itu sangat berpengaruh terhadap
perilaku dan perstasi siswa disekolah, itu saya pendapat saya dek.
(Pergaulan bebas diluar sekolah akan berdampak terhadap perstasi
siswa disekolah juga, wawancara 23 Agustus 2019).

Dari hasil wawancara dari setiap informan dapat disimpulkan bahwa


dampak negative yang ditimbulkan system kekerabatan dalam proses
belajar mengajar disekolah sangatlah tidak baik seperti yang di katakan
para informan. Berdasarkan hasil diatas penulis menyimpulkan bahwa:

“Dari hasil wawancara dari berbagai informan penulis


menyimpulkan bahwa dampa negative yang ditimbulkan dari
system kekerabatan di sekolah itu sangat merugikan disisi lain
siswa sudah malas belajar ketika proses belajar mengajar
berlangsung. Pergaulan bebas tampa batas usia itu adalah salah
satu contoh yang tidak baik untuk generasi kita yang akan datang.
Jadi mari kita menentukan tujuan yang baik dan menabur bibit-
bibit muda untuk anak cucu kita nanti, sehigga mereka hidup rukun
dan damai dalam Indonesia damai tampa ada yang dibeda-
bedakan.

Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa apa yang dikemukakan

peneliti benar-benar terjadi di sekolah tersebut.


89

B. Pembahasan

Dalam pembahasan menjelaskan terkait dari hasil penelitian menurut

pemahaman oleh peneliti yang dituangkan dalam pembahasan, sehingga dapat

memberikan pemahaman terhadap pembaca terkait apa yang telah diteliti.

1. Bentuk sistem kekerabatan dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 3

Baraka

Pada rumusan masalah pertama menjelaskan tentang bagaimanakah bentuk

system kekerabatan dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 3 Baraka. Dalam

hal ini menjelaskan bahwa bentuk system kekerabatan merupakan serangkaiyan

utaran yang mengatur penggolongan orang-orang sekerabat. Sehubungan dengan

pengolongan kedudukan meraka dalam hubungan kekerabatan masing-masing

dengan ego.

Sistem kekerabatan sangat berhubungan erat dengan garis keturunan. macam

garis keturunan terbagi atas dua bagian, lineage yakni kelompok keturunan yang

merupakan badan resmi dari anggotanya mengaku sebagai keturunan seseorang

leluhur bersama dan dapat menelusuri hubungan geneologis dengan leluhur

tersebut. Kedua, klan yakni kelompok keturunan bukan badan resmi yang tiap-

tiap anggotanya mengaku keturunan dari seseorang leluhur tersebut. Dengan

penjelasan diatas kita lihat bagaimana dampak system kekerabatan diterapkan

didalam sekolah. Dengan adanya hubungan kekeluarga didalam sekolah tersebut

dapat memudahkan siswa tersebut untuk mendapatkan kenyamanan dalam prose

pembelajar. Adapaun bentuk system kekerabatan dalam proses pembelajaran

disekolah tersebut antara lain sebagai berikut:


90

a. Memberikan perhatian yang lebih

Tidak mudah bagi kita untuk merumuskan perhatian itu disebabkan antara

lain oleh beberapa hal yaitu penggunaan perhatian yang kurang tepat oleh

masyarakat seringkali orang menyamakan perhatian dengan motif, motivasi

maupun empati. Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam

hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkunganya.

Memberikan perhatian yang lebih kepada seorang siswa adalah salah satu

bentuk system kekerabatan yang diterapkan dalam peroses belajar mengajar di

dalam kelas yang ada disekolah SMP Negeri 3 Baraka. Dari hasil wawancara

yang telah dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa apa yang

dilakukan oleh seorang guru yang memberikan perhatian yang lebih. benar-

benar dapat menimbulkan kecemburuan sosial didalam kelas jadi banyak

siswa yang menyaksikan bagaimana seorang guru memberikan perhatian

khusus kepada siswa yang masih memiliki hubungan keluarga.

b. Memberikan Nilai tidak sesuai kualitas siswa

Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa, cara

pelaksanaanatau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial

dibandingkan cara pelaksanaan atau keaadaan akhir yang berlawanan.

Berdasarkan kesimpulan dari peneliti mengenai tentang pemberikan

Nilai yang tidak sesuai dengan kualitas siswa mengatakan bahwa dalam hal

ini siswa juga tidak ada niat untuk belajar lebih giat dalam proses belajar

mengajar didalam kelas dan tidak ada rasa bertanggung jawab atas
91

kehidupan mereka. Dalam hal seperti ini siswa dapat mengambil pelajaran

bahwa system kekerabatan itu tidak baik di terapkan didalam sekolah, karena

dapat membuat kita selalu berharap kepada orang untuk membantu kita.

2. Implikasi yang ditimbulkan sistem kekerabatan dalam proses

pembelajaran di SMP Negeri 3 Baraka.

Defenisi dari dampak adalah akibat, imbas atau pengaruh yang terjadi baik

secara positif ataupun secara negative dari sebuah tindakan yang dilakukan oleh

satu/sekelompok orang yang melakukan kegiatan tertentu. Dalam kehidupan kita

sehari-hari, kata dampak merupakan kata yang telah lazim digunakan dalam

masyarakat luas dan hampir familiar disemua tataran usia. Penggunaan kata

dampak biasanya dibarengi dngan imbas akhir yang disampaikannya didalam

kalimat dan masyarakat secara luas pada umumnya menggunakannya dengan

pengelompokkan dampak positif dan negatif.

Sistem kekerabatan sangat berhubungan erat dengan garis keturunan. macam

garis keturunan terbagi atas dua bagian, lineage yakni kelompok keturunan yang

merupakan badan resmi dari anggotanya mengaku sebagai keturunan seseorang

leluhur bersama dan dapat menelusuri hubungan geneologis dengan leluhur

tersebut. Kedua, klan yaknikelompok keturunan bukan badan resmi yang tiap-tiap

anggotanya mengaku keturunan dari seseorang leluhur tersebut.

Dengan penjelasan diatas kita lihat bagaimana dampak system kekerabatan

diterapkan didalam sekolah. Dengan adanya hubungan kekeluarga didalam

sekolah tersebut dapat memudahkan siswa tersebut untuk mendapatkan


92

kenyamanan dalam prose pembelajar. Adapun dampak positif dan negative yang

ditimbulkan system kekerabatan dalam proses pembelajaran disekolah.

a. Dampak posistif

Dampak positif adalah akibat baik/pengaruh menguntungkan yang

didapatkan dari berbagi hal atau peristiwa yang terjadi. Pada setiap

pelaksanaan kegiatan akan memberikan dampak pada diri seseorang.

Khususnya system kekerabatan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.

Adapaun dampak positif yang di timbulkan dalam proses belajar sebagai

berikut:

1. Takut- takut bertingkah seenaknya di dalam kelas

Seperti dampak positif yang ditimbulkan dalam system kekerabatan

dalam proses belajar mengajar didalam kelas. Sama halnya yang terjadi

dengan salah satu siswa Arifin. S kelas IX yang memiliki hubungan

keluarga dengan guru di sekolah tersebut. Walaupun pembawaanya

memang nakal dan keras kepala, siswa tersebut ketika dalam kelas masih

saja teriak-teriak dan mengganggu teman-temanya yang lain, tapi dia juga

masih takut-takut untuk bertingkah seenaknya didalam kelas karena dia

merasa was-was dan takut kepada guru yang masih memiliki hubungan

keluarga denganya yang ada disekolah tersebut.

Berdasarkankan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis

kepada beberapa informan dan telah mendapatkan hasil yang sesuai

dengan apa yang terjadi di sekolah tersebut. Disisi lain ada dampak positif
93

yang ditimulkan dari system kekerabatan tersebut. ketika kita punya

saudara/hubungan keluarga antara siswa dan guru haruslah saling

mendukung dan mendorong satu dengan yang lain dalam kebaikan

sehingga dapat menciptakan dan mewujudkan cita-cita kita sebagai anak

bangsa yang berintelektual tinggi dan mempunyai wawasan yang luas

untuk menatap dan menata dunia pendidikan yang akan datang.

b. Dampak Negatif

Negatif adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan

pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda, kelas abjektif atau kata sifat

sehingga negative dapat mengubah kata benda atau kata ganti, biasanya

dengan menjelaskan atau membuatnya menjadi lebih spesifik.

Dalam hal ini pengaruh atau akibat yang dihasilkan dari kata dampak

adalah merugikan dan cenderung memperburuk keadaan. Dalam system

kekerabatan dalam proses belajar mengajar di sekolah SMP Negeri 3 Baraka

tidak hanya berdampak positif tetapi di sisi lain berdampak negatif seperti

halnya yang di sampaikan para Informan yang ada disekolah tersebut.

1. Malas Belajar

Malas adalah suatu perasaan dimana seseorang akan enggan

melakukan sesuatu karena dalam pikiranya sudah memiliki penilayyan

negative atau tidak adanya keiginan untuk melakukan hal tersebut Tidak

mau bekerja atau mengerjakan sesuatu.

Dari hasil informasi yang saya dapatkan dari informan saya selaku

peneliti mengemukakan bahwa salah satu dampak yang ditimbulkan dari


94

system kekerabatan disekolah tersebut ialah siswa yang bersangkutan akan

merasa malas karena kenapa, karena siswa tersebut selalu berpikir bahwa

ada sepupu saya yang akan membantu saya nantinya apabila ada nilai saya

yang rusak .

2. Tidak mampu bersaing dengan siswa(i) yang lain (tertinggal)

Tidak mampu bersaing untuk menentukan arah dan tujuan dalam suatu

bingkai yang sama, dan tidak dapat memenuhi kebutuhanya sesuai dengan

tuntutan apa yang dibutuhkanya dalam pendidikan, adapun dampak negati

yang ditimbulkan system kekerabatan dalam proses belajar mengajar

disekolah SMP Negeri 3 Baraka. Seperti yang dikemukakan dari berbagai

Informan yang ada disekolah tersebut.

Dari hasil kesimpulan dari wawancara dari berbagai informan

menunjukkan bahwa apa yang menjadi salah satu problem di dunia

pendidikan ialah siswa tidak mampu bersaing dengan siswa(i) yang lain.

Oleh sebab itu perlu kiranya kita memperhatikan setiap siswa dan pastikan

bahwa siswa tersebut tidak mengalami kebigugang selama prose belajar

mengajar berlangsung didalam kelas.

3. Pergaulan Bebas

Pergaulan merupakan proses interaksi sosial yang terjalin antara

individu dalam lingkungan sosialnya, jalinan hubungan sosial antara

seseorang dengan orang lain yang berlangsung dalam jangka relatif lama

sehingga terjadi saling mempegaruhi satu dengang yang lain.


95

Seperti yang dikemukakan oleh salah satu informan tidak heran ketika

siswa jaman sekarang itu bergaulnya dengan siapa saja jadi informasi yang

adek dapatkan dari rahmat itu bisa saja benar bisa saja tidak benar jadi

yang tau hanya rahmat yang tau kan, tapi masuk akal juga kalau kita lihat

dari perilaku siswa yang nakal disekolah ini, pasti siswa yang

sembarangan bergaul itu sifatnya akan terbawa ke sekolah akhirnya sering

bolos, malas belajar dan lain sebagainya karena itu sangat berpengaruh

terhadap perilaku dan perstasi siswa disekolah.

3. Interpretasi Hasil Penelitian

Dalam interpretasi hasil penelitian ini dijelaskan mengenai pendapat atau

tafsiran serta pandangan teori mengenai hasil penelitian yang di dapatkan oleh

peneliti terkait dengan Implikasi sistem kekerabatan dalam proses pembelajaran.

Interpretasi tersebut dijelaskan pada tabel berikut:

N
Informan Hasil Interview Interpretasi Teori
o

1 Musliadi Memanjakan siswa Dengan adanya Teori George

S.Pd dengan sebuah kegiatan Sistem Casper

kesalahan-kesalahan kekerabatan itu Homans

yang mereka akan menghambat Pertukaran

lakukan adalah suatu jalanya proses Sosial

cara untuk membuat Pendidikan

siswa tersebut untuk khususnya didalam

tidak mampu meraih proses belajar


96

apa yang di cita- mengajar

citakanya di dunia berlagsung.

pendidikan

Hal ini diawali Sistem Teori

dengan asal usul kekerabatan Pasti William

keturunan, jelas berlaku di sekolah Goode, J

setiap siswa yang apabila Guru dan Sosiologi


Rusman
2 memiliki hubungan Siswa masih Keluarga
S.Pd.,M.Pd
keluarga dengan Memiliki

guru disekolah pasti hubungan

diberikan perhatian darah/keluarga.

yang lebih.

kekerabatan dalam Sistem Teori

proses belajar kekerabatan tidak William

mengajar sangat baik di terapkan di Goode, J

Nuriyanti G, merugikan banyak sekolah karena Sosiologi


3
S.Pd pihak dimulai dari dapat merugikan Keluarga.

Siswa, Guru dan siapa saja

Sekolah

4 Rahmat Siswa sangat Dengan adanya Teori George

Ramadan terganggu dengan system Casper

adanya system kekerabatan di Homans


97

kekerabatan didalam sekolah siswa Pertukaran

proses belajar terkadang merasa Sosial

mengajar. cemburu.

Siswa tidak mampu Selain itu sistem Teori

konstrasi didalam kekerabatan di William

kelas ketika sekolah akan Goode, J

mengikuti proses berdampak ke Sosiologi

belajar mengajar siswa-siswa yang Keluarga.


5 Arifin
didalam kelas lain terutama

Karena banyak yang dalam proses

menggu, itu semua belajar mengajar

adalah efek dari berlangsung.

sistem kekerabatan.

Siswa akan merasa kecemburuan Teori George

iri terhadap siswa sosial akan Capter

yang memiliki Nampak terhadap Homans

hubungan keluarga siswa yang lain Pertukaran


6 Nurfitriyana
dengan guru dan itu bisa Sosial

disekolah karena memicu siswa

selalu ada yg akan malas untuk

membantu. belajar.

7 Sahida Membuat siswa sistem kekerabatan Teori

merasa tidak bukan hanya William


98

diperhatikan dan berdampak pada Goode, J

akhirnya berdampak satu siswa tetapi Sosiologi

pada perstasi yang akan berdampak Keluarga

buruk terhadap pada siswa yang

siswa. lain, terutama

dalam perstasi

siswa.

Tabel. IV.I Daftar Interpretasi Hasil Penelitian

Dari hasil interpretasi diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem kekerabatan dalam

peroses belajar mengajar sangat tidak baik di implementasikan di Sekolah. Hal

didapatkan melalui hasil wawancara dari beberapa informan yang telah

memberikan informasi.

4. Cara Kerja Teori

Dalam penjelasan cara kerja teori ini menjelaskan bagaimana teori yang

digunakan dalam skripsi ini dapat memperkuat dan mendukung terkait hal telah

diteliti oleh peneliti. Sehingga pembahasannya dapat dipertanggung jawabkan

dengan bantuan penguatan teori yang digunakan.

1) Bentuk sistem kekerabatan dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 3

Baraka

Keterkaitan antara teori dengan masalah yang menjadi fokus penelitian,

dimana pada Sistem kekerabatan di Implementasikan di sekolah. Diantaranya

adalah Memberikan perhatian yang lebih, Memberikan Nilai tidak sesuai dengan

kualitas siswa. Sesuai teori yang digunakan adalah (Willian Goog, J Sosiologi
99

Keluarga) dimana pada teori ini membahas mengenai Keluarga/yang masih

memiliki hubungan darah, merupakan sistem norma dan tata cara yang diterima

untuk menyesuaikan tugas penting, keluarga berperan membina angota-

anggotanya untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik maupun lingkungan

budaya di mana ia berada. Bila semua anggota sudah mampu untuk beradaptasi

dengan lingkungan dimana ia tinggal.

e) Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah,

ibu dan anak.

f) Hubungan sosial di antara anggota keluarga relatif tetap dan didasarkan atas

ikatan darah, perkawinan dan adopsi.

g) Hubungan antara anggota keluarga dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa

tanggung jawab.

h) Memelihara, merawat dan melindungi anak dalam rangka sosialisanya agar

mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.

2) Dampak yang ditimbulkan sistem kekerabatan dalam proses

pembelajaran di SMP Negeri 3 Baraka.

Kata implikasi memiliki sebuah persamaan kata yang memadai beragam,

diantaranya adalah keterkaitan, keterlibatan, efek, sangkutan, asosiasi, akibat,

konotasi, maksud, siratan, dan sugesti. Persamaan kata implikasi lebih umum

digunakan didalam obrolan sehari-hari. Hal ini merupakan  kata implikasi lebih

umum atau cocok digunakan didalam konteks obrolan dalam bahasa ilmiah dan

penelitian. Pengertian implikasi menurut pakar belum ada yang bisa

menjelaskannya secara jelas, perihal ini gara-gara cakupan makna implikasi yang
100

luas. Menurut para ahli, pengertian implikasi adalah suatu konsekuensi atau akibat

langsung berasal dari hasil penemuan suatu penelitian ilmiah. Pengertian impkiasi

lainnya berasal dari implikasi menurut para pakar adalah suatu analisis atau hasil

akhir temuan atas suatu penelitian.

Arti kata implikasi itu sendiri sebetulnya memiliki sebuah cakupan yang

sangat luas dan beragam, supaya bisa digunakan didalam beragam kalimat

didalam cakupan yang memiliki bahasa yang berbeda-beda. Kata implikasi bisa

dipergunakan didalam beragam suasana maupun suasana yang mengharuskan

seseorang untuk berpendapat atau berargumen. Seperti halnya didalam bahasa

penelitian maupun matematika.

Hingga waktu ini, tetap belum terdapat pembahasan secara lengkap dan

menyeluruh berkenaan makna dan definisi kata implikasi. Sehingga setiap kata

imbuhan berasal dari implikasi seperti kata berimplikasi atau mengimplikasikan

yakni berarti membawa jalinan keterlibatkan atau melibatkan dengan suatu hal.

Keterkaitan teori dengan rumusan masalah selanjutnya adalah rumusan


masalah mengenai Dampak yang ditimbulkan sistem kekerabatan dalam proses
pembelajaran di SMP Negeri 3 Baraka.

Adapun Dampak positif yang didapatkan oleh penulis dari beberapa sumber

informan dan dari hasil observasi langsung antara lain Takut-takut bertingkah

seenaknya didalam kelas, hal ini berkaitan dengan teori yang digunakan adalah

(William Goode. J Sosiologi keluarga )yang menjelaskan bahwa Hubungan

keluarga relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan dan adopsi.

Seperti yang terjadi pada salah satu siswa di SMP Negeri 3 Baraka bahwa
101

perilaku siswa ini sangat penyimpang dengan suka bolos dan suka Menggangu

temanya dan malas belajar.

Selain dari Dampak Positif terdapat pula dampak Negatif dari sistem

kekerabatan dalam proses pembelajaran hal ini diperoleh juga melalui wawancara

dan hasil observasi. Keterkaitan dengan teori (Pertukaran Sosial, George Casper

Homans) menjelaskan bahwa pada asumsi orang terlibat dalam perilaku untuk

memperoleh hadiah/ ganjaran atau menghindari hukuman, sehingga setiap

individu atau kelompok yang sudah mendapatkan ganjaran atau menghindari

hukuman maka kecendrungan individu untuk mengulang kembali perilaku

tersebut. Seperti halnya mahasiswa yang rajin pergi kuliah karena ingin

mendapatkan ganjaran nilai yang maksimal seperti nilai “A” dengan menghindari

hukuman mendapatkan nilai yang rendah seperti nilai “E”.

Unsur utama dari pertukaran sosial adalah cost (biaya), reward (imbalan),

profit (keuntungan). Hubungan timbal balik diatas akan merujuk pada kuantitas

dan nilai. Kualitas adalah intensitas atau frekuensi yang dimana suatu perilaku

dinyatakan dalam suatu jangka waktu tertentu atau sejumlah perilaku yang terjadi.

Teori pertukaran sosial memandang hubungan interperson sebagai suatu transaksi

dangang.

3) Nilai Kebaruan Hasil Penelitian (Novelty)


Pada setiap penelitian pasti memiliki beberapa perbedaan atau nilai

kebaharuan dari penelitian sebelumnya. Hal yang menjadi perbedaannya adalah

dari judul penelitian yang sebelumnya meneliti tentang Nepotisme Guru terhadap

siswa dalam prekrutan dan seleksi siswa baru, sedangkan pada penelitian ini
102

mengkaji tentang dampak sistem kekerabatan dalam proses pembelajaran di

sekolah. Selain itu perbedaan juga terdapat pada landasan teori yang digunakan,

peneliti sebelumnya yang menggunakan teori pendidikan kaum tertindas dari

Paulo Piere, sedangkan penelitian yang peneliti teliti menggunakan dua teori.

Teori yang pertama, teori Pertukaran Sosial (George Casper Homans) dan yang

kedua teori Sosiologi keluarga (William Goode, J).

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dibandingkan

dengan beberapa hasil penelitian terdahulu yang menggunakan penelitian

kuantitatif. Sumber informasi yang didapatkan terkait Implikasi sistem

kekerabatan dalam proses pembelajaran ini juga menjadi nilai kebaharuan karena

sumber atau informan yang berbeda. Selain itu sumber informan dari penelitian

terdahulu ialah orang tua siswa dan masyarakat sekitar dengan jumlah informan

tujuh (7) orang, sedangkan sumber informan dari peneliti ialah Guru 2 orang,

Kepala Sekolah 1 dan Siswa 4. Walaupun jumlah informannya sama yaitu (7)

orang, akan tetapi hasil yang ditemukan peneliti berbeda dari hasil penelitian

terdahulu peneliti terdahulu lebih fokus kepada batas-batas dalam Nepotisme

Guru terhadap siswa dalam prekrutan dan seleksi siswa baru. Sedangkan hasil

penelitian dari peneliti ialah lebih fokus pada bentuk dan implikasi sistem

kekerabatan dalam proses pembelajaran di sekolah.

Dari penjelasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa Nilai kebaharuan dari

peneliti terdahulu memang ada hasil kebaharuanya dimana penelitian terdahulu

lebih mengkaji batas dari pada Nepotisme sedangkan dari peneliti sendiri lebih

mengkaji bentuk dan implikasinya.


103

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat


disimpulkan bahwa:
1. Sistem kekerabatan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas itu

sangat tidak mampu membantu siswa untuk meraih perstasi dan tidak

mampu meningkatkan intelektual pada setiap siswa. system kekerabatan

dalam proses belajar mengajar itu nampaknya tidak mampu memberikan

lampu hijau kepada setiap siswa untuk berkembang karena siswa yang lain

merasa malas belajar karena mereka berpikir bahwa dalam tidak ada rasa

keadilan yang ditumbuhkan disekolah tersebut terutama dalam proses


104

belajar mengajar. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti

dapat disimpulkan bahwa apa yang dilakukan oleh seorang guru yang

memberikan perhatian yang lebih. benar-benar dapat menimbulkan

kecemburuan sosial didalam kelas jadi banyak siswa yang menyaksikan

bagaimana seorang guru memberikan perhatian khusus kepada siswa yang

masih memiliki hubungan keluarga.

2. Adapun dampak dari system kekerabatan terbagi atas dua dampak positif

dan dampak negative yang dimana dampak negatif dominan banyak dari

pada dampak positif. adapun dampak negatif yang ditimbulkan dari system

kekerabatan dalam proses belajar mengajar antara lain: siswa akan merasa

malas belajar karena mereka merasa bahwa dalam peroses belajar

mengajar tidak ada keadilan didalamnya, tidak mampu bersaing dengan

siswa-siswa yang lain dan pergaulan bebas yang mempengaruhi sifat dan

karakter siswa tersebut dan besar kemungkinan akan berdampak pada nilai
99103
dan prestasi siswa.

B. Saran Penelitian

Bersumber pada hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka saran yang

dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru yang memiliki hubungan keluarga dengan siswa diharapkan

saling mendorong untuk ke hal-hal yang lebih baik untuk masa depan

siswa seperti , meningkatkan kualitas siswa agar dapat bersaing di kancah

pendidikan yang lebih tinggi.


105

2. Bagi siswa yang memiliki hubungan keluarga dengan guru agar tidak

mengandalkan hal tersebut karena hal yang seperti tidak baik baik dan

tidak mampu meningkatkan kualitas.

3. Bagi pihak sekolah agar memperhatikan betul bagaimana system yang

baik yang harus diterapkan dalam mendidik siswa-nya, sehingga proses

belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar agar siswa dapat

bersemangat mengikuti pembelajaran yang berlangsung disekolah.

4. Bagi peneliti pembaca apabila mambaca hasil penelitian ini untuk dapat

memberikan kritikan dan masukan yang membangun bagi peneliti.

5. Bagi peneliti selanjutnya, agar dalam melakukan penelitian terkait system

kekerabatan dalam peroses belajar mengajar disekolah mampu mencari

informasi yang akurat melalui sumber informan. yang benar-bnar

mengetahui apa ingin kita teiti dan melakukan wawancancara langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Abu. Ahmad. 2009. Psikologi umum. Jakarta : Ricka cipta

Ahmadi, Abu. 2013. Psikologi belajar, Jakarta : Rineka cipta.

Aly, Abdullah dan Eny rahma.2008. ilmu alamiah dasar. Jakarta : Bumi aksara

Aritonang, Keke, T. 2008. Minat dan Motivasi Dalam Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa. Pendidikan Penaur. 10(7):11-21

Atmaka, dri 2004. Tips Menjadi guru Kreatif. Bandung ysoma widya

Bimo walgito. 2010. Pengantar psikologi umum. Yongyakarta: CV. Andi Offset.

Creswell. John. w. 2016, Researc design pendekatan metode kualitatif, kuantitatif

dan campuran. Yongyakarta : pustaka belajar.


106

Crow and crow .2008. psikologi belajar. Surabaya :bina ilmu

Djaali. 2008. Skala likert. Jakarta : pustaka umum.

Djamarah, 2011. Psikologi belajar, Jakarta: PT. Rineka cipta departemen

pendidikan Nasional.

Homans, George C (1974) Sosial Behaviour; Its Elmentary Form. Rev Editions.

Harcourt Brace Jovanovich. New Yoy

IEES, 1985. Indonesia Education and human Resources sector Review. Chapter

VIII- Vocation Education. Jakarta: Depdibud and USAID.

J. Goode, William. 2007. Sosiologi Keluarga. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Khadijah, Nyanyu. 2014. Psikologi pendidikan. Jakarta: Raja Grapindo persaba.

Kamaruddin Hidayat.2013 Sistem Kekerabatan dalam menejemen kepegawayyan.

Indopos.

Lazuardi, Taufan. 2014. Nepotisme Guru terhadap siswa dalam prekrutan siswa

baru. Semarang. Universitas Diponegoro. Tidak diterbitka.

Munib. 2004 Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT UNNES PRESS

Raco, J. R, dan conny R. semiawan. 2010. Metode penelitian kualitatif : jenis,

karakteristik dan keunggulanya. Jakarta : Grasindo.

Rahman, 2014. Refleksi diri dan peningkatan profesionalisme guru. Lampung

Semiawan, Conny. 2010. Belajar dan Pembelajaran Dalam Taraf Usia Dini.
105
Jakarta: Prenhalindo

Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta

Sobandi, A & Nurhasanah, Siti. 2016. Minat Belajar Sebagai Determinan Hasil

Belajar Siswa. Pendidikan Manajemen Perkantoran. 1(1):128-135


107

Susanto, Ahmad. 2013. Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta:

kencana prenada media Group.

Sugiyono, 2016. Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung,

alfabeta.

suyanto. 2009. Gizi untuk kesehatan ibu dan anak. Yogyakarta : Groha ilmu

Syah, muhibin. 2003. Psikologi belajar. Jakarta: PT. Raja gramedia.

Suprihatin, 2015. Upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

Jakarta.

Suroso. 2007. Pengaruh disiplin belajar dari lingkungan keluarga terhadap hasil

belajar. Semarang

Saragih. 2008. Kompetisi minimal seorang guru dalam mengajar. Medan

T. Aritomang. 2007. Minat dan motivasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Penaur. Jakarta

Tim Penyusun. 2018. Buku Panduan Penulis Skripsi (Khusus Bagi Mahasiswa

Bidang Kajian Penelitian Social Budaya). Makassar, Prodi Pendidikan

Sosiologi FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tim Penyusun. 2019. Buku Penduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Makassar,

Prodi Pendidikan Sosiologi FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

Wardani, 2010. Peran guru dalam pedidikan karakter menurut konsep pendidikan

KI Hadjar Dewantara. Bandung. Indonesia.

https://www.academia.edu/25460120/Pertimbangan.
108

http://www.google.com/amp/s/hellosehat.com/malas/amp.

https://kbbi.web.id/malas.html.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/kualitas.

Anda mungkin juga menyukai