Anda di halaman 1dari 57

1

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN IKLIM


SEKOLAH, TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA DI SMK SIRAJUL FALAH PARUNG

Tesis
diajukan untuk melengkapi persyaratan
mencapai gelar megister

Nama : Wulan Ayu Eka Wardani


NPM : 20217379113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023
2

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Keluarga mempunyai peranan penting dan tanggung jawab utama atas


perawatan dan perlindungan anak sejak bayi hingga remaja. Pengenalan anak
kepada kebudayaan, pendidikan, nilai dan norma-norma kehidupan
bermasyarakat dimulai dalam lingkungan keluarga. Agar perkembangan
kepribadian anak-anak yang sempurna dan serasi maka mereka harus tumbuh
dalam lingkungan keluarga dengan iklim bahagia, penuh kasih sayang dan
pengertian. Di mana keluarga adalah sekelompok manusia yang terdiri atas
suami, istri dan anak-anak, yang terikat atau didahului dengan perkawinan.
Lingkungan keluarga (orang tua) merupakan jantung (hal utama) dan
pertama dalam pendidikan bagi seorang anak dan merupakan proses penentu
keberhasilan belajar anak. Gilbhert Highest menyatakan bahwa kebiasaan yang
dimiliki anak-anak sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga. Sejak
dari bangun tidur hingga saat akan tidur kembali, anak-anak menerima
pengaruh dan pendidikan dari lingkungan keluarga. Orang tua dikatakan
pendidik pertama karena orang tua yang lebih mengerti kemampuan dan minat
belajar anak saat diberi pelajaran. Jadi orang tua yang akan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Allah SWT sudah memerintahkan kepada
seluruh orang tua untuk mendidik anak mereka dan bertanggung jawab dalam
mendidiknya sesuai dengan firman-nya dalam quran surah At_Tahrim (66): 6.
Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, pelihara lah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan. Orang tua merupakan pembimbing utama yang selalu
memotivasi dan membantu anaknya belajar. Karena dengan membantu anak
dalam belajar membuka kesempatan bagi orang tua untuk lebih dekat dengan
3

anak-anaknya, terutama bagi seorang ibu yang harus memberikan motivasi


belajar kepada anak-anaknya. Orang tua mempunyai dua kekuasaan atau tugas
penting dan merupakan amanah Tuhan. Pertama, melindungi keluarga yakni
orang tua harus memelihara keselamatan kehidupan keluarganya baik moral
maupun material. Kedua, orang tua juga memiliki kekuasaan dan tugas dalam
pendidikan anak-anaknya.
Pada dasarnya, proses pendidikan dapat terjadi dalam tiga lingkungan
pendidikan yang terkenal dengan sebutan ‘trilogi pendidikan’ yaitu: pendidikan
di dalam keluarga (pendidikan informal), pendidikan di dalam sekolah
(pendidikan formal) dan pendidikan di dalam masyarakat (pendidikan non
formal). Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan kodrati, apalagi
setelah anak lahir pengenalan di antara orang tua dan anak-anaknya harus
diliputi rasa cinta kasih, ketentraman dan kedamaian. Anak-anak berkembang
ke arah kedewasaan yang wajar dalam lingkungan keluarga, segala sikap dan
tingkah laku kedua orang tuanya sangat berpengaruh terhadap perkembangan
anak, karena ayah dan ibu merupakan pendidik dalam kehidupan yang nyata
dan pertama sehingga sikap dan tingkah laku orang tua akan diamati oleh anak
baik disengaja maupun tidak disengaja sebagai pengalaman bagi anak yang
akan mempengaruhi pendidikan selanjutnya. Sehingga, di dalam keluarga yang
baik akan terjadi interaksi antar anggotanya.
Pendidikan di sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh warga Negara
Indonesia, untuk itu pemerintah telah mencanangkan Wajib Belajar 9 Tahun.
Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 3 yang mnyatakan bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter (cerdas,
inovatif, mandiri, berakhlak mulia, kreatif, bertanggungjawab) serta peradaban
bangsa dan bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi individu
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
4

Upaya mendukung pelaksanaan pendidikan karakter dapat dilakukan


dengan cara kegiatan belajar baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
Sekolah adalah tempat terjadinya proses belajar mengajar yang tentunya terjadi
dilingkungan sekolah itu sendiri. Kegiatan dan kebiasaan yang baik sangat
berpengaruh pada karakter siswa, apalagi kebiasaan itu dilakukan secara rutin.
Dalam pendidikan formal dilingkungan sekolah kebiasaan– kebiasaan tersebut
akan membentuk karakter, watak, serta potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Didalam lingkungan sekolah, yang termasuk lingkungan sosial adalah
seluruh warga sekolah, baik itu guru, karyawan maupun teman-teman sekelas,
semuanya berkaitan dengan semangat belajar siswa. Para guru yang dapat
menunjukan sikap dan perilaku yang baik dan juga dapat memperlihatkan
teladan yang baik khususnya dalam hal belajar seperti misalnya rajin membaca.
Hal tersebut dapat memberikan motivasi yang positif bagi belajar
siswa.demikian halnya apabila teman-teman disekolah mempunyai sikap dan
perilaku yang baik serta memiliki semacam etos belajar yang baik seperti
misalnya belajar akan berpengaruh positif terhadap belajar siswa.
Menurut Sutratinah Tirtonegoro, bahwa yang dimaksud prestasi belajar
adalah peningkatan hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang
sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Menurut batasan
tersebut, dapat penulis uraikan bahwa setelah siswa melakukan usaha belajar di
sekolah dengan waktu tertentu selanjutnya siswa dihadapkan pada suatu tes.
Tes tersebut disebut tes hasil belajar. Hasil tes tersebut dapat digunakan untuk
mengukur prestasi belajar siswa dengan standar tertentu. Biasanya ukuran
prestasi belajar siswa dilambangkan dalam bentuk angka, huruf atau kata.
Semakin jelas tujuan yang akan dicapai dalam belajar, maka semakin jelas dan
positif kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan siswa. Hal ini dapat merangsang
individu untuk lebih giat melakukan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada
pencapaian tujuan yang diinginkan. Guru sebagai perantara dalam usaha
5

memperoleh perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, faktor guru
merupakan faktor penting dalam proses belajar mengajar dan akan
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Fasilitas fisik tempat belajar
berlangsung, akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai siswa. Keadaan
fisik sekolah yang baik akan lebih memungkinkan siswa belajar dengan tenang,
teratur dan lancar, begitu pula sebaliknya.
Upaya peningkatan hasil belajar siswa haruslah mempertimbangkan faktor
yang berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar terutama masalah
persepsi siswa. Persepsi siswa yang dimaksud adalah persepsi siswa tentang
cara mengajar guru yang perlu diperhatikan dengan baik karena adanya
keterbatasan kemampuan siswa harus dirangsang untuk berkembang dari
kemampuan yang sederhana sampai lengkap, dalam hal ini sejauh mana unit
pengajaran akan mencapai keberhasilan siswa. Cara mengajar yang baik akan
membuat proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan efektif,
menyenangkan sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan. Menurut Young
(Sujita, 2013:7), persepsi merupakan aktivitas pengindraan, mengintegrasikan
dan member penilaain pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial dan
pengindraan tersebut tergantung pada stimulis fisik maupun stimulus sosial
yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan diolah
bersama- sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu
berupa harapan-harapan, nilai-nilai, sikap, ingatan, dan lain-lain.
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam
pendidikan formal pada umumnya. Karena bagi siswa, guru sering dijadikan
sebagai tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identitas diri. Oleh sebab itu, guru
seharusnya memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai untuk
mengembangkan siswanya secara utuh.
Dalam kehidupan sosial di kelas kita tidak pernah terlepas dengan adanya
interaksi antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa. Adanya interaksi
antara komponen yang ada di kelas menjadikan masing-masing komponen
(siswa dan guru) akan saling memberi tanggapan, penilaian, dan persepsinya.
Dengan adanya persepsi ini, diharapakan dapat menumbuhkan komunikasi
6

aktif, sehingga nantinya dapat meningkatkan kapasitas belajar di dalam kelas.


Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan (Amirullah, 2009)
mengemukakan untuk masukan mentah faktor-faktor yang berpengaruh
langsung adalah sikap belajar, untuk masukan instrumental yang berpengaruh
langsung adalah persepsi siswa terhadap guru, dan tidak ada faktor masukan
lingkungan yang berpengaruh langsung.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang diberi judul " Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Iklim Sekolah Terhadap
Prestasi Belajar Siswa di SMK Sirajul Falah Parung.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kontribusi perhatian orang tua terhadap prestasi belajar siswa
di SMPIT Arofatul Ulum Citayam ?
2. Bagaimana kontribusi iklim sekolah terhadap prestasi belajar siswa di
SMPIT Arofatul Ulum ?
3. Adakah pengaruh kontribusi perhatian orang tua dan iklim sekolah
terhadap prestasi belajar pada siswa kelas VIII di SMPIT Arofatul Ulum
Citayam ?

C. TUJUAN PENELITIAN
Pada dasarnya penelitian ini berupaya untuk menemukan jawaban atas
masalah yang telah dirumuskan diatas. Jawaban yang diperoleh diharapkan
menjadi bahan pertimbangan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
VIII di SMPIT Arofatul Ulum Citayam. Adapun tujuan penelitian ini dapat
diuraikan sebagai berikut:

1) Untuk mengatahui, apakah terdapat pengaruh kontribusi orang tua


terhadap prestasi belajar siswa ?
2) Untuk mengetahui, apakah terdapat pengaruh antara iklim sekolah
terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII di SMPIT Arofatul Ulum
7

Citayam ?
3) Untuk mengetahui, apakah terdapat pengaruh antara kontribusi perhatian
orang tua dan iklim sekolah terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII di
SMPIT Arofatul Ulum Citayam ?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan

sumbangan yang berharga bagi upaya peningkatan prestasi belajar siswa

pada umumnya, khususnya di jenjang Sekolah Menengah Pertama, secara

rinci sumbangan yang diharapkan dapat ditinjau dari dua segi yaitu sebagai

berikut:

1) Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil

penelitian yang telah ada dan dapat memberikan gambaran mengenai

kontribusi perhatian orang tua dan iklim sekolah terhadap prestasi belajar

siswa baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri. Informasi ini

dapat dijadikan dasar dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.

2) Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu

memberikan informasi khususnya kepada peneliti, para orang tua,

sekolah dan guru dalam upaya membimbing dan menumbuhkan prestasi

belajar siswa. Mengingat sampai saat ini, prestasi belajar siswa yang di

setiap jenjang pendidikan belum sesuai dengan apa yang diharapkan.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perhatian Orang Tua

Menurut Dakir (1993: 114), bahwa: “Perhatian adalah keaktifan

peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam

pemusatannya kepada barang sesuatu baik yang ada di dalam maupun

yang ada di luar individu. ” Pendapat senada juga dikemukakan oleh

Slameto (1995: 105), yaitu: “Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan

seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang

dari lingkungannya ".

Perhatian orang tua merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh seorang

anak dalam membantu tumbuh kembangnya. Setiap orang tua pastinya

menginginkan anaknya tumbuh menjadi manusia yang pintar, cerdas,

berguna bagi nusa dan bangsa dan agamanya. Hal tersebut dapat tercapai

apabila anak berhasil dalam proses belajarnya. Salah satu yang

menentukan dan dapat membantu keberhasilan belajar anak adalah

perhatian dari orang tuanya. Oleh karena itu orang tua harus menyadari

pentingnya perhatian terhadap keberhasilan belajar anaknya. Menurut

Jejen (2018:82) menjelaskan “sesibuk apa pun, orangtua harus

meluangkan waktu bersama anak-anak untuk menjalin komunikasi,


9

memberikan perhatian dan kasih sayang, dan mendekatkan hubungan

orangtua-anak”. Perhatian orang tua kepada anak juga akan menjadikan

anak merasa nyaman berada di rumah bersama orang tua akan mudah

menerima nasihat orang tua. Maka,anak akan menjadi anak yang tidak

mudah menerima perilaku menyimpang orang lain terhadapnya. Sebelum

membahas lebih jauh tentang perhatian orang tua, perlu dipahami terlebih

dahulu pengertian dari perhatian itu sendiri.

Perhatian merupakan pemusatan psikis, salah satu aspek psikologis yang

tertuju pada suatu objek yang datang dari dalam dan luar diri individu.

Perhatian menurut Slameto (2015:105) adalah “kegiatan yang dilakukan

seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang

dari lingkungannya”. Pengertian perhatian yang lain juga dikemukakan

oleh Gazali dalam Slameto (2015: 56) “keaktifan jiwa yang dipertinggi,

jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau

sekumpulan objek”.Makmun (2017:154) menyatakan bahwa “perhatian

adalah pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang

ditunjukkan kepada suatu objek atau kepada sekumpulan objek-objek.

Perhatian juga adalah merupakan penyelesaian terhadap stimuli yang

diterima oleh individu yang bersangkutan”. Kamus Bahasa Indonesia 1996

dalam Makmun (2017:153) menjelaskan “perhatian diartikan sebagai hal

memperhatikan; apa yang diperhatikan”. Menurut Aryan Ardhana dalam

Makmun (2017:154) “perhatian adalah suatu kegiatan jiwa”. Sedangkan

menurut Dakir dalamMahmun (2017:154) “perhatian adalah keatifan


10

peningkatan kesadaran dalam pemusatannya kepada barang sesuatu baik di

dalam maupun di luar diri kita”. Sumadi Siryabrata 1989 dalam Mahmun

(2017:154) mengungkapkan, “perhatian adalah perumusan tenaga psikis

yang tertuju pada suatu objek,atau yang dilakukan”. Dari beberapa

pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa perhatian

merupakan pemusatan tenaga fisik maupun psikis yang tertuju pada suatu

objek yang dikehendakinya. Selanjutnya pengertian orang tua adalah ayah

dan/atau ibu seorang anak, baik melalaui hubungan biologis maupun

sosial. Hubungan yang terjadi dalam keluarga didasari atas dasar ikatan

darah, perkawinan atau adopsi. Teguh Triwiyanto (2015:71)

mendefenisikan “keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang

umumnya terdiri dari ayah,ibu dan anak”. Umumnya, orang tua memiliki

perananyang sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan

ibu/ayah dapat diberikan untuk perempuan/pria yang bukan orang tua

kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini. Orang tua

memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing

anak anaknya. Kamus Besar Bahasa Indonesia menerangkan orang tua

adalah “ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua, orang yang

dihormati”. Orang tua dalam penelitian ini adalah ayah dan ibu dari anak

(jika anak itu tinggal bersama ayah dan ibu) atau orang lain yang

bertanggung jawab atas pendidikan anak tersebut, wali siswa atau orang

tua asuh jika anak tersebut tinggal bersama wali. Orang tua memiliki

tanggung jawab yang sama dalam mengasuh anak, namun memiliki peran
11

yang berbeda bagi anak. Peran ibu lebih melibatkan interaksi verbal yang

lembut, sedangkan peran ayah cenderung melibatkan interaksi

fisik.Adapun Peran ibu dan Ayah bagi anak adalah: 1. Peran Ibu adalah: a)

Memenuhi kebutuhan biologis dan fisik b) Merawat dan mengurus

keluarga c) Mendidik, mengatur dan mengendalikan anak d) Menjadi

contoh dan teladan bagi anak 2. Peran Ayah adalah: a) Ayah sebagai

pencari nafkah b) Ayah sebagai suami yang penuh perhatian dan memberi

rasa aman c) Ayah berpartisipasi pelindung atau tokoh yang tegas,

bijaksana, mengasihi keluarga (http:// citrarhmdn. blogspot.com)

Keberhasilan pendidikan karakter yang diterapkan orang tua di dalam

rumah akan melahirkan anak yang tidak hanya mampu berbuat baik pada

dirinya tetapi juga mampu berbuat baik kepada orang lain. Orang tua

adalah yang paling pertama dan utama memberikan dorongan, bimbingan

melatih segala kegiatan anak, karena pendidikan yang paling penting

diperoleh anak adalah dalam keluarga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

perhatian orang tua merupakan pemusatan tenaga fisik maupun psikis dari

orang tua (ayah dan ibu) yang tertuju pada anak nya. Perhatian orang tua

dalam kegiatan belajar anak di rumah dengan memberikan dukungan,

dorongan dan arahan kepada anaknya dalam rangka menunjang

keberhasilan belajar anak akan memberikan motivasi bagi diri anak. Faktor

keterlibatan orang tua dalam mendidik anak sangat penting. Bloom dalam

Teguh(2015:74) menyatakan bahwa “keterlibatan orang tua dalam

mendidik anak menjadi penyebab kesuksesan belajar anak”. Sementara itu,


12

Heynes dalam Teguh(2015:74) berpendapat bahwa “sekolah sebenarnya

suplemen dari rumah, artinya kedudukan sekolah pada dasarnya

merupakan penopang pendidikan di rumah”. Orang tua merupakan

pengembang tanggung jawab pendidikan anak. Secara kodrati orang tua

bertanggung jawab atas pendidikan anak, dan dengan kasih sayangnya

orang tua mendidik anak. Tanggung jawab ini tidak bisa digantikan atau

hanya diembankan pada guru di sekolah. Orang tua merupakan pendidik

yang pertama dan paling utama, sedangkan guru di sekolah hanya

merupakan pendidik setelah orang tua. b. Macam-macam Perhatian

Sumadi Suryabrata (2017:14) membedakan perhatian menjadi beberapa

macam, yaitu : 1) Atas dasar intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya

kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin, maka

dibedakan menjadi:  Perhatian intensif, dan  Perhatian tidak intensif. 2)

Atas dasar cara timbulnya, perhatian dibedakan menjadi:  Perhatian

spontan (perhatian tak-sekehendak, perhatian tak disengaja).  Perhatian

sekehendak (perhatian disengaja, perhatian refleksif). 3) Atas dasar

luasnya objek yang dikenal perhatian, perhatian dibedakan menjadi: 

Perhatian terpencar (distributif), dan  Perhatian terpusat (konsentratif).

Selanjutnya dijelaskan sebagai berikut: (1) Atas dasar

intensitasnya :semakin banyak kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas

atau pengalaman batin berarti makin intensiflah perhatiannya. Dalam hal

ini telah banyak dilakukan penyelidikan-penyelidikan oleh para ahli yang

hasilnya memberi kesimpulan: bahwa tidak mungkin melakukan dua


13

aktivitas yang kedua-duanya disertai oleh perhatian intensif.Selain itu

ternyata makin intensif perhatian yang menyertai sesuatu aktivitas akan

makin sukseslah aktivitas itu.(2) Atas dasar timbulnya, perhatian spontan

timbul begitu saja, “seakan-akan” tanpa usaha, tanpa disengaja, sedangkan

perhatian sekehendak timbul karena usaha, dengan kehendak. Contohnya

ketika orang tua selalu setiap malam melihat tugas-tugas yang dikerjakan

anaknya ketika berada disekolah (perhatian sengaja). Pada saat seorang

anak terjatuh ketika bermain di luar rumah, maka orang tua dengan tidak

sengaja pergi ke luar rumah untuk melihat keadaan anaknya (perhatian

tidak disengaja.(3) Atas dasar luasnya objek yang dikenal perhatian,

perhatian tepencar pada suatu saat dapat tertuju kepada bermacam-macam

objek. Contohnya perhatian orang tua yang harus memperhatikan berbagai

hal dari mulai kebutuhan fisik anaknya, sampai kepada kebutuhan non

fisik anaknya misalnya kebutuhan fisik yaitu pakaian, makanan, alat-alat

sekolah dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan non fisik yaitu cinta dan

kasih orang tua kepada anak serta perhatiannya. Perhatian yang terpusat

pada suatu saat hanya dapat tertuju kepada objek yang sangat terbatas.

Perhatian yang demikian itu misalnya orang tua yang hanya

memperhatikan anaknya pada hal tertentu saja misalnya dari segi

kebutuhan fisiknya saja.

B. Pengertian Iklim Sekolah

Iklim sekolah merupakan salah satu indikator sekolah efektif yang


14

menekankan pada keadaan rasa menyenangkan dari suasana yang terjadi di

dalam sekolah, baik itu menyenangkan secara fisik maupun mencakup

keseluruhan aspek internal sekolah (Mutmainah, 2017). Bloom

mendefinisikan "iklim" dengan kondisi, pengaruh, dan rangsangan dari

luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial, dan intelektual yang

mempengaruhi peserta didik (Hadiyanto, 2004). Tubs, dkk (2008)

menjelaskan dalam pendapatnya bahwa iklim sekolah sebagai sesuatu

yang intangible tetapi penting untuk sebuah organisasi dan dianalogikan

dengan kepribadian seorang individu. Iklim sekolah adalah hati dan jiwa

dari sekolah yang terdiri dari siswa, guru, kepala sekolah dan staf yang

mencintai sekolah dan mereka selalu merindukan waktu-waktu di sekolah.

Iklim sekolah adalah kualitas sekolah yang membantu setiap individu

merasa dirinya dihargai saat berada di sekolah tersebut dan merasa adanya

rasa kebersamaan (Jerome, 2005). Iklim sekolah dapat didefinisikan

sebagai kualitas sekolah dalam menciptakan tempat belajar yang sehat,

tempat aspirasi, dan cita-cita siswa dan wali murid, merangsang antusias

dan kreatifitas guru, mengangkat derajat seluruh anggota sekolah. Iklim

sekolah adalah keadaan kehidupan yang berlangsung di sekolah dengan

unsur-unsur yang berada di dalamnya yaitu interaksi adalah kehidupan

proses belajar mengajar dan lingkungan (Sutisno, 2013). Menurut Hoy dan

Miskell (Hadiyanto, 2004) menyebutkan bahwa iklim sekolah adalah

produk akhir dari interaksi antar kelompok peserta didik di sekolah, guru-

guru dan para pegawai tata usaha (administrators) yang bekerja untuk
15

mencapai keseimbangan antara dimensi organisasi (sekolah) dengan

dimensi individu. Berdasarkan pendapat dari para ahli dapat disimpulkan

bahwa iklim sekolah adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan sekolah

yang dirasakan dan berpengaruh terhadap perilaku individu yang terlibat

di dalam sekolah. 2.1.2 Aspek – aspek iklim sekolah Menurut penelitian

dari Listiani (2005) ciri-ciri sekolah yang memiliki iklim sekolah yang

baik adalah : a. Adanya hubungan yang akrab, penuh pengertian, dan rasa

kekeluargaan antar civitas sekolah b. Semua kegiatan sekolah diatur

dengan tertib, dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan merata c.

Di dalam kelas dapat dilihat adanya aktivitas belajar mengajar yang tinggi

d. Suasana kelas tertib, tenang, jauh dari kegaduhan dan kekacauan e.

Meja kursi serta peralatan lainnya yang terdapat di kelas senantiasa ditata

dengan rapi dan dijaga kebersihannya. Pendapat yang lain dari Utami

(2006) menyatakan bahwa Iklim sekolah yang baik mencakup ciri-ciri

sebagai berikut : a. Lingkungan yang aman, nyaman, dan tertib b.

Ditunjang oleh optimisme dan harapan warga sekolah c. Kesehatan

sekolah d. Kegiatan-kegiatan yang berpusat pada perkembangan peserta

didik. Menurut Sutisno (2013) sekolah bisa berfungsi dengan baik dan

sempurna, diperlukan beberapa aspek iklim sekolah. Aspek iklim sekolah

yang perlu diperhatikan meliputi : a. Interaksi dengan indikator, interaksi

peserta didik dengan guru, interaksi peserta didik dengan peserta didik lain

b. Proses belajar dengan indikator suasana kepedulian, keterbukaan dan

kebersamaan c. Kondisi sekolah, maksudnya kondisi sarana dan prasarana


16

sekolah, meliputi sarana yang menunjang. Aspek kondisi sekolah memiliki

indikator keamanan, ketertiban, kebersihan, dan kelengkapan sumber.

Berdasarkan uraian tentang aspek iklim sekolah di atas, maka indikator

iklim sekolah dalam penelitian ini adalah aspek interaksi, aspek proses

belajar mengajar, dan aspek kondisi sekolah. 2.1.3 Faktor-faktor yang

membentuk iklim sekolah Dimensi iklim sekolah dikembangkan atas dasar

dimensi umum yang dikemukakan oleh Moos dan Arter (dalam Hadiyanto,

2004), yaitu dimensi hubungan (relationship), dimensi pertumbuhan /

perkembangan pribadi (personal growth/development) dan dimensi

perubahan dan perbaikan sistem (system maintenance and change), dan

dimensi lingkungan fisik . Disamping itu, Arter menambahkan satu

dimensi lagi dalam rangka melengkapi dimensidimensi yang telah

dikemukakan oleh Moos, yaitu dimensi lingkungan fisik (physical

environment). Secara berturut-turut keempat dimensi tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut : a. Dimensi Hubungan Dimensi hubungan

mengukur sejauh mana keterlibatan personalia yang ada disekolah seperti

kepala sekolah, guru, dan peserta didik, saling mendukung dan membantu,

dan sejauh mana mereka dapat mengekspresikan kemampuan mereka

secara bebas dan terbuka. b. Dimensi pertumbuhan atau perkembangan

pribadi Dimensi pertumbuhan pribadi yang disebut juga dimensi yang

berorientasi pada tujuan utama sekolah dalam mendukung pertumbuhan

atau perkembangan pribadi dan motivasi diri guru untuk tumbuh dan

berkembang. c. Dimensi perubahan dan perbaikan sistem Dimensi ini


17

membicarakan sejauh mana iklim sekolah mendukung harapan,

memperbaiki kontrol dan merespon perubahan. d. Dimensi lingkungan

fisik Dimensi ini membicarakan sejauh mana lingkungan fisik seperti

fasilitas sekolah dapat mendukung harapan pelaksanaan tugas. Skala yang

termasuk dalam dimensi ini diantaranya adalah kelengkapan sumber dan

kenyamanan lingkungan. Berdasarkan pendapat Moos dan Arter, ada 4

dimensi mengenai iklim sekolah, yaitu dimensi hubungan,

pertumbuhan/perkembangan pribadi, dimensi perubahan dan perbaikan

sistem dan dimensi kondisi sekolah. 2.1.4 Iklim sekolah yang sehat Iklim

sekolah dapat dikategorisasikan sebagai iklim sekolah yang kondusif atau

sehat atau positif untuk proses belajar mengajar. Menurut Jerome (2005)

empat masalah yang selalu dihadapi oleh sekolah, antara lain: a. Masalah

mengenai mengelola lingkungan sekolah b. Masalah mengenai menyusun

tujuan dan mengimplementasikan tujuan c. Masalah mengenai perbaikan

perpaduan yang ada di sekolah d. Masalah menciptakan dan melestarikan

kebudayaan sekolah Menurut Jerome (2005), sekolah yang sehat yaitu

sekolah yang terlindungi dari komunitas yang tidak baik dan terhindar dari

tekanan orangtua. Prinsip dari sekolah yang sehat yaitu adanya pemimpin

yang dinamis, pemimpin berorientasi pada aturan dan hubungan sosial,

guru-guru memiliki kemampuan untuk mengoperasikan sekolah, guru

berkomitmen untuk mengajar dan mendidik, guru menciptakan tujuan

yang bisa dicapai oleh siswa, dapat menciptakan lingkungan belajar yang

kondusif, para siswa mengerjakan tugas dengan baik, memiliki motivasi


18

yang tinggi dan menghargai siswa satu sama lain, perlengkapan belajar

mengajar di sekolah disediakan dengan teknologi baru, guru saling

percaya, antusias dalam bekerja, dan bangga terhadap sekolah. Menurut

Hoy and Miskell iklim sekolah yang sehat digambarkan dengan

terwujudnya keselarasan atau keserasian antara tingkat pelaksanaan,

managerial, dan institusi dari sekolah itu sendiri. Menurut Sutisno (2013)

peserta didik menjadikan iklim yang kondusif sebagai suatu perilaku,

nilai-nilai, sikap dan cara hidup untuk melakukan penyesuaian dengan

lingkungan, dan sekaligus cara untuk memandang persoalan dan struktur

yang melibatkan sejumlah orang dengan tugas melaksanakan suatu fungsi

untuk memenuhi suatu kebutuhan pendidikan. Hyman (dalam Hadiyanto

2004) mengatakan bahwa iklim yang kondusif antara lain dapat

mendukung : a. Interaksi yang bermanfaat diantara peserta didik b.

Memperjelas pengalaman-pengalaman guru dan peserta didik c.

Menumbuhkan semangat yang memungkinkan kegiatan-kegiatan di kelas

maupun di sekolah berlangsung dengan baik d. Mendukung saling

pengertian antara guru dengan peserta didik. Untuk meningkatkan iklim

sekolah perlu diadakan adanya suatu perbaikan, antara lain: a.

Memperbaiki penampilan sekolah, termasuk sarana dan prasarana sekolah

b. Memperbaiki dokumen sekolah dan menciptakan perubahan c.

Perubahan iklim yang dapat membuat perubahan yang besar, dan

perubahan tersebut dilakukan dalam jangka waktu yang singkat d.

Melibatkan individu dan kelompok yang dapat membantu menciptakan


19

lingkungan iklim sekolah yang kondusif. e. Penentuan jangka panjang

untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi seluruh warga sekolah

(Jerome, 2010). Menurut pendapat dari beberapa ahli mengenai iklim

sekolah yang ideal dapat disimpulkan sebagai berikut yaitu adanya

interaksi antar semua anggota sekolah, guru memiliki komitmen yang

tinggi untuk mengajar, adanya keselarasan dan kebersamaan antar anggota

sekolah, terciptanya lingkungan belajar yang kondusif, memiliki tujuan

yang sama, dan peraturan sekolah tidak bersifat kaku.

C. Pengertian Prestasi Belajar Siswa

1. Pengertian Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, seseorang dikatakan belajar apabila

terjadi perubahan tingkah laku si pelajar. Belajar merupakan kegiatan

yang tidak dapat dipisahkan lagi dengan kehidupan manusia, karena

belajar dianggap suatu hal yang sangat penting untuk menjadi mengerti

dan yang tidak bisa menjadi bisa. Jadi belajar itu merupakan

mengembangkan diri seseorang. Dengan belajar maka seseorang akan

mengalami perubahan dari yang semula tidak tahu menjadi tahu, dari

yang tidak mengerti kegiatan yang harus dilakukan manusia baik

secara disengaja maupun tidak disengaja. Suatu hasil atau tujuan

belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni

mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan. Menurut

Tirtarahardja dan sulo (2015:129) mengemukakan “Belajar adalah


20

perubahan prilaku yang relatif tetap karena pengaruh pengalaman

(interaksi individu dengan lingkungannya)”. Selanjutnya sari

(2015:180) mendeskripsikan “Belajar adalah sebuah proses perubahan

perilaku yang didasari oleh pengalaman dan berdampak relatif

permanen”. Selanjutnya Ihsana (2017:1) menyatakan “Belajar adalah

suatu usaha sadar yang dilaukan oleh individu dalam perubahan

tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang

menyangkut aspek kognitif, efektif, dan fisikomotor untuk

memperoleh tujuan tertentu”. Menurut Muhamad Syahrif Sumantri

(2015:2) menyattakan “ Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang

relatif permanen dan dihasilkan dari pengalaman masa lalu atau pyn

pembelajaran yang bertujuan atau direncanakan”. Berdasarkan

pendapat diatas dapat disimpulkan belajar adalah proses memperoleh

pengetahuan dan penglaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan

kemampuan reaksi antara individu dengan lingkungannya.

2. Pengertian pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan guru untuk

membantu peserta didik agar lebih mudah menerima pengetahuan yang

akan diberikan untuk memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran

antara guru dan siswa serta sebaliknya untuk memudahkan pencapaian

tujuan pembelajaran siswa dan guru berkesinambungan. Menurut

Winkel dalam Ihsana El Khluluqo (2017:51) menyatakan


21

“Pembelajaran sebagai seperangkat tindakan yang di rancang untuk

mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan

kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap rangkaian kejadian

internal yang berlangsung dalam peserta didik”. Selanjutnya menurut

Asep Jihad dan Abdul Haris (2013:1) menyatakan “Pembelajaran

merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu

belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, dan

mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai

pemberi pelajaran”. Menurut Gagne dalam Miftahul Huda (2014:3)

menyatakan “Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses modifikasi

dalam kapasitas manusia yang bisa dipertahankan dan ditingkatkan

levelnya”. Dari beberapa pendapat di atas,dapat disimpulkan

pembelajaran ialah proses interaksi yang dilakukan guru denga siswa

untuk membantu agar siswa dapat belajar dengan baik. a.Pengertian

Prestasi belajar Pengertian prestasi belajar adalah setiap kegiatan

nbelajar yang dilakukan siswa akan menhhasikna suatu perubahan

pada dirinya. Hasil belajar yang diperoleh siswa diukur berdasarkan

perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar dilakukan.

Menurut Arif Gunarso dalam Istirani dan Inten pulungan (2017:244)

menyatakan “Prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh

seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar”. Selanjutnya

menurut Winkel dalam Hamdani (2011:138) menyatakan “Prestasi

belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh


22

seseorang. Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil

maksimun yang dicapai oleh guru setelah melaksanakan usaha-usaha

belajar”. Menurut mulyasah dalam Istirani dan Inten pulungan

(2017:36) menyatakan “Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh

seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada

hakikatnya usaha sadar yang dialikukan seseorang untuk memenuhi

kebutuhanya.” Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan

prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah melakuakan proses

belajar. b.Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil prestasi

belajar siswa dipengaruhi oleh faktor dari luar dan dari diiri dalam

siswa yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Menurut

Muliyasa dala Istirani dan Intan pulungan (2017:39) menyatakan

“Bahwa faktor –faktor yang mempengaruhi pretasi belajar dapat di

kelompokkan menjadi emapat, yaitu bahan materi yang dipelajari,

lingkungan faktor instrumental, kondisi peserta didik”. Dengan

demikian secara umum dapat dikatakan bahwa faktor yang

memprengaruhi prestasi belajar tetrdiri dari dua faktor yaitu faktor

internal dan eksternal. Dimana faktor internal adalah faktor yang

datangnya dari dalam diri siswa itu sendiri, sedangkan faktor eksternal

adalah faktor yang datangnya dari luar diri siswa.

1. Faktor Internal Prestasi belajar seseorang akan ditentukan oleh

faktor diri (internal), baik secara fisikologis maupunsecara


23

psikologis, beserta usaha yang dilakukan. Faktor fisiologis

berkaitan dengan kondisi jasmani atau fisik seseorang yang dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu kondisi jasmani pada umunya

dan kondisi yang berkaitan dengan fungsi-fungsi jasmani terutana

pada panca indra, sedangkan faktor fisikologis berasal dari dalam

diri seseorang, seperti intelengensi, minat dan sikap. 1) Intelegensi

merupakan satu faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi tinggi

rendahnya prestasi belajar. 2) Minat yaitu kecendrungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan besar terhadap sesuatu, oleh

karena itu minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar

dalam mata pelajaran tertentu. 3) Sikap adalah adalah gejala

internal yang berdimensi efektif, berupa kecenderungan untuk

mereaksikan atau merespon dengan cara yang relatif tetapi

terhadap objek orang, barang dan sebagianya, baik secara positif

maupun negatif. 4) Waktu dan kesempatan,waktu dan kesempatan

yang dimiliki oleh individu peserta didik adalah berbeda sehingga

akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan peserta didik.

2. Faktor Eksternal Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yaitu

lingkungan sosial dan lingkungan nasional. Faktor sosial yang

menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam berbagai

situasi sosial .faktor ini termasuk lingkungan keluarga, sekolah,

teman dan masyarakat. Sedangakan faktor nonsosial adalah faktor-

faktor lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan alam dan


24

fisik, misalnya :keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar,

buku-buku sumber dan sebagainya. Mengukur Prestasi Belajar

Salah satu tugas pokok guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Taraf keberhasilan

mengajar guru dan belajar peserta didik dapat dilihat dari data yang

objektif dan indikator-indikator perubahan perilaku dan pribadi

siswa. Prestasi belajar dapat diukur dengan melakukan evaluasi

terhadap pekerjaan siswa. Evaluasi menurut Cronbach dan

Stufflebeam seperti yang dikutip Suharsimi Arikonto (2013:3)

“Evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai,

tetapi digunakan membuat keputusan.”sejalan dengan pengertian

tersebut, menurut Muhibibin Syah (2008:141) “Evaluasi artinya

penilian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang

ditetapkan dalam sebuah program”. Evaluasi sendiri bertujuan

untuk mengetahui sampai di mana tingkat kemampuan dan

keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan mata pelajaran.

Suharsimi Arikunto (2013:10) mengemukakan setelah berakhirnya

proses belajar, guru mengadakan evaluasi yang dimaksudkan untuk

mengetahui prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Evaluasi

(pengukuran dan penilian) ini dimaksudkan dalam tes prestasi

belajar yang bertujuan untuk: 1. Meramalkan keberhasilan siswa

dengan sesuatu keberhasilan (berfungsi selektif) 2. Mendiagnosis

kesulitan-kesulitan yang dialami siswa (berfungsi diagonistik) 3.


25

Menentukan secara pasti di kelompok mana seseorang siswa harus

ditempatkan (berfungsi sebagai penempatan) 4. Berfungsi sebagai

pengukuran Prestasi belajar dapat diukur melalui evaluasi yang

dilakukan guru. Hasil Evaluasi tersebut berasal dari nilai rata-rata

ulangan harian, ujian tengah semester. Hasil evaluasi ini meliputi

tiga aspek atau ranah yaitu ranah kognotif, ranah afektif, dan ranah

psikomotor. Ketiga ranah tersebut digunakan untuk mengetahui

tingkat pencapain prestasi belajar. Dalam proses belajar juga

dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat merubah hasil belajar

siswa, namun dalam menyampaikan hasil belajar ada yang bersifat

intagible (tak dapat diraba atau dilihat secara kasat mata). Oleh

karena itu diperlukanya ketelitian guru dalam mmelihat hasil

belajar siswa melalui cuplikan perubahan perilaku yang dianggap

penting dalam menentukan hasil belajar siswa

(Muhibbin,2017 :216). Muhibbin (2017:217) mengemukakan ada

beberapa indikator prestasi belajar untuk melihat hasil belajar

siswa, yaitu diantaranya: 1. Ranah Kongnitif, seorang bisa dilihat

dari pengamatanya, ingatanya, pemahaman, aplikasi, analisis dan

sintesis. 2. Ranah Afektif, seseorang bisa dilihat dari penerimaan,

sambutan, apresepsi (sikap menghargai), internalisasi

(pendalaman), dan karateristik (penghayatan) 3. Ranah psikomotor,

seorang dilihat dari keterampilan bergerak dan bertindak serta

kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal. Berdasarkan pandangan


26

ahli yang telah disampaikan maka dapat disimpulkan beberapa

indikator tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain,

untuk mewujudkan prestasi yang lain,untuk mewujudkan prestasi

yang baik. 3.Lingkungan sekolah Menurut Munib (2011:76)

“Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan dengan

semua benda, daya, keadaan, dan makluk hidup, termasuk manusia

dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan

dan kesejahteraan manusia serta makluk lainya.” Lingkungan

pendidikan pada hakikatnya merupakan sesuatu yang ada diluar

individu maupun didalam individu. (Siswoyo,dkk 2010:139).

Lebih lanjut Siswoyono,dkk (2010:140) menyatakan bahwa

“perguruan atau sekolah atau balai wiyata adalah lingkungan

pendidikan yang mengembangkan dan meneruskan pendidikan

anak menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan tingkah laku

baik.” Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan

pendidikan dapat diartikan sebagai lingkungan tempat

berlangsungnya proses pendidikan. Salah satu lingkungan tempat

berlangsungnya pendidikan. Salah satu tempat berlangsungnya

pendidikan yaitu sekolah. Didalam lingkungan sekolah para siswa

menganyam pendidikan agar agar menjadi warga negara yang

cerdas, terampil dan bertingkah laku baik. Selain itu, sekolah juga

berperan penting dalam meningkatkan pola pikir siswanya karena

di sekolah para siswa diajarkan bermacam-macam ilmu


27

pengetahuan dan keterampilan.

4. Faktor-Faktor Sekolah Yang Mempengaruhi Belajar

Lingkungan sekolah turut mempengaruhi tingkat keberhasilan

belajar siswa. Slameto (2017:64) menerangkan bahwa faktor

sekolah yang mmepengaruhi belajar yaitu : 1.Metode mengajar

Metode mengajar dipakai akan mempengaruhi belajar anak,

metode mengajar adalah suatu cara menyajikan bahan belajar dari

orang yang mengajar kepada orang yang diajarkan. Metode

mengajar yang kurang baik akan membuat guru dalam menyajikan

pembelajaran menjadi tidak jelas, sehingga siswa akan kurang

senang belajar dan mengakibatkan siswa malas dalam belajar.

2.Kurikulum Kurikulum merupakan rangkaian kegiatan belajar

yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu antara lain ialah bahan

pelajaran.Bahan pelajaran yang terlalu berat, pada tidak sesuai

dengan bakat minat dan perhatian siswa bagi siswa maka dapat

merancang kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswa. 3.Relasi

guru dengan siswa Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik,

siswa akan menyukai gurunya, juga menyukai matapelajran yang

diberikan sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.

Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya,

ia malas mempelajari mata pelajaran yang diberikan guru sehingga

pembelajaran tidak maju. 4.Relasi siswa dengan siswa Guru yang

kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat


28

bahwa dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak

sehat. Sehingga menimbulkan persaingan yang tidak sehat antara

siswa, bahkan terjadi tindakan yang sesuka hati yang dilakukan

siswa yang satu dengan yang lain dan akan mengganggu belajar.

Menciptakan relasi yang baik antara siswa adalah perlu, agar

memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.

5.Displin sekolah Kedisiplinan sekolah erat hubunganya dengan

kerajinan siswa dalam sekolah dan juga belajar. Kedisiplinan

sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan

melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai dalam pekerjaan

administrasi dan kedisiplinan kepala sekolah dalam mengolah

seluruh staf beserta siswa-siswanya. Dengan menerapkan disiplin

di sekolah akan membuat siswa belajar lebih maju. 6.Alat peraga

Alat peraga erat kaitanya dengan cara belajar siswa, karena alat

pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar maka akan

dipakai juga oleh siswa untuk menerima bahan ajar tersebut. Alat

pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan

bahan pembelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa

mudah menerima pembelajaran dan menguasainya, maka

belajarnya akan lebih giat dan lebih maju. Mengusahakan alat

peraga yang baik dan lengkap adalah perlu agar guru dapat

mengajar dengan baik sehingga dapat menerima pembelajaran

dengan baik serta belajar dengan baik pula. 7.Waktu sekolah


29

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di

sekolah, waktu itu dapat di pagi hari, siang, sore/malam hari.

Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa.jika terjadi

terpaksa masuk sekolah di sore hari, sebenarnya kurang efektif.

Dimana waktu itu seharusnya siswa beristirahat tetapi terpaksa

masuk sekolah,sehingga mereka mendengarkan pembelajaran

sambil mengantuk. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan

memberi pengaruh yang positif terhadap belajar. 8.Sarana dan

prasarana Sarana dan prasarana meliputi gedung, kelengkapan alat-

alat sekolah dalam menunjang kegiatan belajar. Sarana yang

memadai dan sesuai kebutuhan belajar anak,akan mengakibatkan

hasil belajar anak meningkat. 9.Metode belajar Banyak siswa

melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu

pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat dan efektif

pula hasil belajar siswa semua baik. Juga dalam pembagian waktu

belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, terus-menerus

karena besok akan ada tes. Dengan belajar demikian siswa kurang

beristirahat,bahkan akan jatuh sakit. Maka perlu belajar secara

teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih

cara belajar yang tepat dan istirahat yang cukup akan

meningkatkan hasil belajar. 10.Tugas rumah Waktu belajar

terutama adalah di sekolah, di samping untuk belajar waktu di

ruamh digunakan untuk kegiatan lainya. Maka diharapkan guru


30

jangan terlalu banyak memberi tugas rumah, sehingga anak tidak

memiliki waktu lagi bagi kegiatan yang lain. Lingkungna sekolah

merupakan salah satu tempat wahana yang paling umum digunakan

sebagai mediapembelajaran dalam proses belajar mengajar di

Indonesia.Lingkungan sekolah yang paling dianggap dapat

menumbuhkan minat dan merangsang para pelajar untuk berbuat

dan membuktikan hasil pembelajaran yang diterima,khususnya

pada bidang pengetahuan alam. Menurut Muhibibin Syah

(2010:135) lingkungan sekolah terdiriu dari dua macam yaitu

lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. 1) Lingkungan sosial

sekolah misalnya seperti para guru, para tenaga kependidikan, dan

teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.

Para guru yang selalu menunjukkan sikapdan prilaku yang

simpatik dan memperlihatkan suritauladan yang baik dan rajin

khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan

berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan

belajar siswa. 2) Lingkungan nonsosial, meliputi gedung sekolah

dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa, alat-alat

belajar, keadan cuaca dan waktu belajar yang digunakn siswa.

Faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar

siswa. Dari penjelasan di atas indikator lingkungan sekolah yang

digunakan dalam Penelitian ini meliputi: a) Metode mengajar b)

Kurikulum c) Relasi guru dengan siswa d) Relasi siswa dengan


31

siswa e) Displin sekolah

f) Fasilitas sekolah

D. Pengaruh perhatian orang tua dan iklim sekolah terhadap prestasi

belajar siswa

Dalam tatanan keluarga, orangtua ditempatkan pada kedudukan yang

tinggi dan mulia. Kedudukan itulah yang dijadikan tanggung jawab dan

kewajiban anggota keluarga menjadi tanggungjawabnya. Berhasil atau

tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor

internal (yang berasal dari dalam diri orang yang belajar) antara lain

kesehatan intelegensi, bakat, minat dan motivasi. Faktor eksternal (yang

berasal dari luar diri orang yang belajar), anatara lain adalah keluarga. 44

Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah

orangtua, berdasarkan pendapat tersebut dapat diyakini bahwa orangtua

memiliki andil yang sangat besar dalam mempengaruhi proses dan hasil

belajar anak.45 Jadi, rahasia kesuksesan anak dalam belajarnya tidak

hanya ditentukan faktor pribadinya, sekolah kualitas gurunya, lingkungan

sosialnya, tetapi paling penting adalah lingkungan keluarganya termasuk

di dalamnya adalah partisipasi konkrit orangtua secara terprogram dan

terencana yang diiringi dengan kesabaran dan ketabahan dalam

memberikan keteladanan perilaku sehari-hari. Peranan orangtua mendidik

anak dalam rumah tangga sangatlah penting karena anak adalah amanah

dan tanggungjawab dari Allah SWT yang harus dibimbing dan didik
32

sebaik mungkin agar menjadi generasi sholeh dan memiliki akhlak mulia.

Secara global ada 3 faktor yang mempengaruhi belajar anak yaitu : faktor

internal, eksternal dan pendekatan belajar. Faktor internal adalah faktor

yang berasal dari dalam diri individu sendiri, faktor eksternal adalah faktor

yang berasal dari luar diri individu meliputi lingkungan sosial dan

lingkungan non sosial dan pendekatan belajar adalah strategi yang

digunakan siswa untuk menunjang kefektifan dan efesien dalam proses

pembelajaran materi . Pada faktor eksternal faktor lingkungan sosial yang

lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dari keluarga

siswa itu sendiri. 46 Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang

pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama mendapatkan

pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi

pendidikan anak ialah sebagai peletak pendidikan dasar bagi pendidikan

akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Peralihan pendidikan non formal

ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara

keluarga dan guru sebagai pendidikan dalam usaha meningkatkan hasil

belajar anak. Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya faktor keluarga (orangtua) menjadi salah satu yang terpenting

karena orangtua merupakan pembina pribadi yang pertama, utama dan

yang paling dekat dengan anak. Perhatian orangtua dalam belajar anaknya

merupakan faktor penting dalam membina sukses belajar. Kurangnya

perhatian orangtua dapat menyebabkan anak malas, acuh tak acuh, dan

kurang minat belajar. Dari paparan di atas jelas bahwasannya perhatian


33

orangtua merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap hasil belajar

anak dibandingkan faktor yang lainnya. Orangtua bertugas sebagai

pengasuh dan pembimbing, pemelihara dan sebagai pendidik

anakanaknya. Setiap orangtua pastii menginginkan anak-anaknya menjadi

orang pandai cerdas dan berakhlak, untuk mewujudkan keberhasilan anak

yang diinginkan orangtua faktor orangtua sangat besar pengaruhnya

terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pengetahuan

orangtua, besar kecilnya penghasilan orangtua, cukup atau kurangnya

perhatian dan bimbingan orangtua, rukun atau tidaknya orangtua, akrab

atau tidaknya situasi didalam rumah semua itu turut mempengaruhi

pencapaian hasil belajar anak. 47 Menurut Surya Subrata, bahwa perhatian

orangtua dengan penuh kasih sayang akan menumbuhkan aktifitas anak

sebagai suatu potensi yang sangat berharga untuk mengghadapi masa

depan. Perhatian orangtua dapat dilihat dari bagaimana orangtua mengasuh

anak yaitu kegiatan menjaga, merawat, mendidik, membimbing,

membantu, melatih, memimpin dan menyelenggarakan untuk anak

sejatinya merupakan tanggungjawab orangtua.48 Perhatian orangtua

terhadap pendidikan anaknya sangat diperlukan seperti perhatian terhadap

aktivitas belajar yang dilakukan anak sehari-hari dalam kapasitas sebagai

pelajar dalam menuntut ilmu yang akan diproses kelak sebagai pemimpin

masa depan. Bentuk perhatian orangtua terhadap belajar anak dapat berupa

pemberian nasehat, pengawasan terhadap belajar anak, pemberian motivasi

dan pengahargaan kepada anak. Selain perhatian orangtua terhadap


34

pemberian motivasi kepada anak yang berasal dari dalam diri sendiri untuk

belajar sangat dibutuhkan perhatian dapat diwujudkan dengan cara

memenuhi kebutuhan sekolah dan fasilitas belajar anak. 49 Perhatian

orang tua merupakan faktor terpenting dalam membina sukses belajar,

kurangnya perhatian orangtua dapat menyebabkan anak malas, acuh tak

acuh dan kurangnya minat belajar.50 Dengan adanya perhatian orangtua

terhadap anaknya dalam belajar maka anak secara otomatis anak mampu

meningkatkan hasil belajarnya dan sebaliknya jika orangtua tidak

mempunyai perhatian anaknya dalam belajar maka anak akan

mendapatkan kesulitan untuk meraih keberhasilan dalam belajar.

Sebagaimana yang diungkapkan Slameto, ” Orangtua yang kurang

memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh

terhadap anaknya, tidak memperhatiksn sama sekali akan kepentingan-

kepentingan dan kebutuhan- kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak

melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau

tidak, tidak tau bagaimana kemajuan belajar anaknya, kesulitankesulitan

yang dialami belajar, dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam

belajarnya. 51 Untuk meningkatkan hasil belajar anak perlunya perhatian

orangtua yang menjadi peranan yang sangat penting, tanpa dorongan dan

rangsangan dari orangtua, maka perkembangan hasil belajar anak akan

mengalami hambatan dan menurun sampai rendah. Secara umum perhatian

orangtua adalah kesadaran jiwa orangtua untuk memperdulikan anaknya

baik dalam segi emosi maupun materi. Pada umumnya para orangtua
35

kurang memperhatikan proses belajar anaknya sehingga menurunnya hasil

belajar anak tersebut. Perhatian keluarga atau orangtua sebagai lingkungan

utama, pertama yang paling dekat bagi anak menjadi hal terpenting,

penerimaan, pemahaman serta bantuan orangtua menjadi sangat berarti

bagi anak guna mengarahkan kehidupan dan pencapaian hasil belajar.52

Jadi, perhatian orangtua memiliki pengaruh terhadap hasil belajar anak.

Dengan orangtua terhadap anak-anaknya akan memberikan banyak

motivasi dalam belajarnya sehingga anaknya memperoleh hasil belajar

dengan maksimal dan baik. Sehingga dapat dikatakan secara keseluruhan

ada pengaruh perhatian orangtua terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan penjelasan mengenai lingkungan sekolah di atas,dapat

diketahui bahwa lingkungan sekolah merupakan salah satu tempat atau

wahana yang paling umum di gunakan sebagai media pembelajaran dalam

proses belajar mengajar. di indonesia.lingkungan sekolah yang paling

dianggap dapat menumbuhkan minat dan merangsang para pelajar untuk

berbuat dan membuktikan hasil pembelajaran yang diterima,khususnya

pada bidang ilmu pengetahuan alam. Lingkungan sekolah kurang

mempengaruhi prestasi belajar siswa disebabkan oleh lingkungan sekolah

banyak di kelilingi banyak rumah penduduk sehingga proses belajar

mengajar terganggu.Dan juga di depan jalan raya sehingga banyak

kendaraan berlalu lalang sehingga menyebabkan kebisingan yang dapat

menggangu proses belajar mengajar di dalam kelas.Peranan Sekolah

sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga,maka sekolah


36

bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus

tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya. Prestasi belajar

dibidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang

meliputi faktor kognitif,efektif,dan psikomotorik setelah mengikuti proses

pembelajran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau

instrumen yang relavan.Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari

penilian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,huruf

maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap

anak pada priode tertentu .setelah menelusuri uraian diatas,dapat dipahami

mengenai makna kata prestasi dan belajar. Prestasi pada dasarnya adalah

hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas.

E. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah untuk menjelaskan, mengungkapkan, dan

menunjukkan keterlibatan antara variabel yang akan diteliti berdasarkan

bacaan-bacaan dan rumusan masalah. Untuk mendapatkan gambaran yang

jelas mengenai kerangkan konseptual dapat dilihat pada gambar berikut:


37

Siswa SMPIT Arofatul


Ulum

Variabel X1 (perhatian Variabel X2 (iklim Variabel Y (prestasi


orang tua) sekolah) belajar siswa)

perhatian orang tua


indikator iklim sekolah :
Indikator - indikator perhatian orang tua :
1. sekolah memfasilitasi siswa
1. membimbing anak dalam belajar
untuk mengembangkan diri
dirumah Prestasi belajar siswa
2. sekolah memberi tempat yang
2. mfemberi motivasi anak dalam belajar
aman dan nyaman untuk proses
3. memberi penghargaan untuk belajar
pencapaian anak
3. sekolah memberi pelayanan
4. mengontrol kegiatan anak terbaik
5. mengarahkan anak memilih teman
bergaul

Keterangan :

1. X1 dan X2 : variabel bebas

2. Y : variabel terikat

F. Hipotesis

Menurut Bimo Walgito, hipotesis merupakan prediksi terhadap hasil

penelitian yang diusulkan. Hipotesis peneliti yang penulis ajukan dalam

penelitian ini adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau tekaan

sementrara terkait terdapat pengaruh antara variabel-variabel yang akan

diteliti. Hipotesis juga dikatakan sebagai jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah sebelumnya sudah

dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Singkatan hipotesis adalah jawaban


38

atau kesimpulan sementara dari permasalahan yang akan kira ajukan atau

yang akan kita teliti. Untuk itulah kita adakan penelitian. Hipotesis yang

penulis ajukan adalah untuk benar atau tidaknya dugaan sementara penulis

mengenai pengaruh Perhatian Orangtua dan Iklim Sekolah Terhadap

Prestasi Belajar Siswa kelas VIII SMPIT Arofatul Ulum. Dalam penelitian

ini peneliti berasumsi bahwa antara Perhatian Orangtua, Ikli, Sekolah dan

Prestasi Belajar memiliki pengaruh yang signifikan, dimana ketika

seseorang yang mendapatkan perhatian orangtua yang baik dan juga

didukung dengan iklim sekolah yang positif maka ia memperoleh prestasi

belajar yang baik pula, dalam arti kata memperoleh nilai yang baik di

bidang akademik, juga prestasi non akademik.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini bahan atau data yang diperlukan di kumpulkan

melalui penelitian lapangan (field research), yaitu mengumpulkan data secara

langsung dari lokasi penelitian. Penelitian kuantitatif ini bersifat korelatif yaitu

tipe penelitian yang bertujuan melihat dan mendeskripsikan pengaruh antara

dua variable penelitian. Jadi, dalam penelitian ini penulis mencoba

menggambarkan, memaparkan, dan menafsirkan kejadian-kejadian sesuai

dengan fakta yang di peroleh yang hasilnya berupa angka-angka.

Dalam hal ini melalui penelitian yang dilakukan penulis akan menggambarkan
39

tentang “Kontribusi Perhatian Orangtua dan Iklim Sekolah Terhadap Prestasi

Belajar Siswa kelas VIII di SMPIT Arofatul Ulum, Citayam ”.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini peneliti lakukan di SMPIT Arofatul Ulum Citayam. Adapun

yang menjadi alasan penulis mengambil lokasi penelitian di sekolah ini adalah

karena peneliti juga mengajar di unit SD Yayasan Pendidikan Arofatul Ulum,

dan peneliti sejak 8 tahun terakhir memang mengabdikan diri di Arofatul

Ulum, jadi peneliti mempunyai kedekatan yang baik dengan siswa, orangtua,

juga pemilik Yayasan Pendidikan Arofatul Ulum. Peneliti disaran untuk

meneliti mengenai perhatian orangtua siswadan iklim sekolah tersebut.

Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SMPIT Arofatul

Ulum. Selain itu alasan penulis memilih di SMPIT Arofatul Ulum ini karena

mengetahui bahwa orangtua para siswa ini kurang memperhatikan anaknya

dalam proses belajar baik disekolah maupun di rumah sehingga siswa tersebut

memperoleh prestasi belajar yang kurang optimal atau rendah. Penulis

menemukan terdapat fenomena dimana ada di antara siswa yang masih kurang

mendapatkan perhatian dari orangtuanya yang menyebabkan prestasi

belajarnya rendah. Lingkungan sekolah juga dianggap kurang mempengaruhi

prestasi belajar siswa disebabkan oleh lingkungan sekolah di kelilingi banyak

rumah penduduk sehingga proses belajar mengajar sedikit terganggu. Dari

permasalahan tersebut penulis tertarik untuk meneliti seberapa besar

Kontribusi Perhatian Orangtua dan Iklim Sekolah Terhadap Hasil Belajar


40

Siswa .

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari kemudian di tarik kesimpulan. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPIT Arofatul Ulum,

karena terdapat masih ada siswa kurang adanya perhatian orangtua dan

kurang mendukungnya iklim sekolah menyebabkan prestasi belajarnya

rendah.

KELAS JUMLAH

VIII 1 30

VIII 2 31

VIII 3 31

Jumlah 92

Sumber : Tata Usaha SMPIT Arofatul Ulum

2.Sampel

Dalam penelitian ini peneliti tidak mengambil seluruh anggota populasi

untuk diteliti, namun hanya sebagian dari subjek penelitian yang akan

diteliti. Akan tetapi dalam pengambilan sampel harus bisa mewakili dari

populasi penelitian, sehingga sampel tersebut bisa menggambarkan

keadaan populasi secara keseluruhan dan objektif. Sampel merupakan


41

bagian dari sebuah populasi yang dianggap dapat mewakili populasi yang

memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Dalam

pengambilan sampel ini penulis menggunakan Probalibility Stratifed

random sampling. Peneliti menetapkan sampel sebesar 25% dari jumlah

populasi yang ada. Penetapan ini dilakukan sesuai dengan keterangan

Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa apabila subjek penelitian

kurang dari 100 orang lebih baik diambil seluruhnya, sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah

subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10 s/d 25 %. Berdasarkan

pendapat tersebut,maka peneliti akan mengambil sampel sebesar 25 % dari

jumlah populasi yang ada. Jadi jumlah sampel pada penelitian ini adalah

orang yaitu 25% dari jumlah populasi yang akan digunakan dalam

penelitian.

25
Sampel = x 92 = 23
100

Jadi jumlah sampel pada penelitian ini adalah 23 orang yaitu 25% dari

jumlah populasi yang akan digunakan dalam penelitian.

Tabel 3

Sampel Penelitian

KELAS JUMLAH JUMLAH

SAMPEL

VIII 1 30 7

VIII 2 31 8
42

VIII 3 31 8

Jumlah 92 23

Maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah berjumlah 23 responden. Setelah jumlah sampel

perkelas diketahui maka dilakukan penentuan siswa yang akan

dijadikan sampel penelitian. Pada penelitian ini teknik penentuan

sampel dilakukan dengan teknik sampling undian dengan langkah :

1. Peneliti mengumpulkan absen siswa perkelas

2. Membuat nomor undian sesuai dengan jumlah siswa perkelas

3. Nomor undian ditulis di atas kertas kecil digulung, selanjutnya di

undi dan ditarik sesuai jumlah sampel perkelas yang sudah ditetapkan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini instrumen penelitian yang peneliti gunakan yaitu

angket. Angket merupakan cara pengumpulan data berbentuk

pengajuan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah

dipersiapkan sebelumnya. Angket yang digunakan yaitu dengan skala

Likert, dimana angket ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang terhadap fenomena sosial. Adapun

teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner (angket). Angket merupakan rangkaian pertanyaan yang

diberikan responden secara tertulis mengenai suatu masalah yang

diteliti.60 Adapun alternatif jawaban angket yang penulis gunakan


43

adalah :

Tabel 4

Pedoman Alternatif Jawaban Angket

RESPONDEN SKOR
Perhatian Orangtua Positif Negatif
Sangat Sesuai (SS) 5 1
Sesuai (S) 4 2
Ragu - ragu (R) 3 3
Tidak Sesuai (TS) 2 4
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 5

Dalam hal ini peneliti menyebarkan angket angket kepada siswa kelas VIII

untuk memperoleh data mengenai Kontribusi Perhatian Orangtua dan

Iklim Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Dalam penelitian ini

angket yang digunakan adalah angket tertutup Skor terendah diberi angka

1 dan skor tertinggi diberi angka 5. Dengan pilihan Jawaban pada setiap

butir instrumen yang diberikan pada responden tingkatan positif hingga

tingkatan negatif dengan lima pilihan jawaban. Sangat Sesuai (SS), Sesuai

(S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai

(STS). Penempatan skor terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Item

pernyataan pada instrumen ini mengandung pernyataan positif dan negatif,

dengan skor 5, 4, 3, 2, 1 untuk item pernyataan positif dan 1, 2, 3, 4, 5

untuk item pernyataan negative. Penyusunan angket penelitian ini

disesuaikan dengan indikator masing-masing Dengan memberi skor sesuai

dengan kriteria di atas, maka keseluruhan skor dari item yang dijawab

responden dijumlahkan. Dari skor yang diperoleh maka dapat ditetapkan


44

perhatian orangtua dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Makin tinggi

skor yang diperoleh akan semakin tinggi perhatian orangtua begitu juga

sebaliknya.

E. Metode Analisis Instrumen

1. Analisis Instrumen

a. Validitas Instrumen Angket Sebuah instrumen membutuhkan suatu

pengukur dari sebuah data yaitu validitas.Validitas berasal dari kata

validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu

instrumen pengukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen

dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan

fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan

maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur dari

pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat

fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang diukur. Pada penelitian ini

untuk pengujian validitas instrumen penulis menggunakan jenis validitas

isi dan empiris. Validitas isi merupakan validitas yang menunjukkan

sejauh mana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu instrumen mampu

mewakili secara keseluruhan dan proporsional perilaku sampel yang

dikenai instrumen tersebut. Artinya instrumen itu valid apabila butir-butir

instrumen itu mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang diujikan

atau yang seharusnya dikuasai secara proporsional. Untuk mengetahui

apakah instrumen itu valid atau tidak, harus dilakukan melalui penelaahan
45

kisi-kisi instrumen oleh ahli untuk memastikan bahwa soal-soal instrumen

itu sudah mewakili atau mencerminkan keseluruhan konten atau materi

yang seharusnya dikuasai secara proporsional. Oleh karena itu validitas isi

suatu instrumen tidak mempunyai besaran tertentu yang dihitung secara

statistika tetapi dipahami bahwa instrumen itu sudah valid berdasarkan

telaah kisi-kisi instrumen.62 Oleh karena itu, validitas isi sebenarnya

mendasarkan pada analisis logika, tidak merupakan suatu koefisien

validitas yang dihitung secara statistik.

Penelitian ini menggunakan data variabel yaitu kontribusi perhatian

orangtua, iklim sekolah dan prestasi belajar setelah itu dilakukan uji coba

penulis melakukan validasi menggunakan jasa komputer SSPS versi 22.

Setelah data terkumpul maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan

rumus korelasi product moment yaitu :

Keterangan :

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi antara x dan y

x : Skor mentah variabel x

y : Skor mentar variabel :

Ʃxy : Jumlah hasil penelitian setiap skor asli dari variabel

x& y : Jumlah variabel

x y : Jumlah variabel y

Setelah diperoleh harga rxy selanjutnya dikonsultasikan dengan nilai


46

rtabel. Apabila rxy ≥ rtabel maka angket dikatakan valid. Suatu instrumen

dikatakan valid jika nilainya minimal +0,361. Sedangkan butir yang

memiliki skor validasi dibawah +0,361 maka dinyatakan tidak valid.

Adapun hasil validitas instrumen penelitian yaitu Tabel 5

Hasil Validitas Instrumen


No Variabel Item Valid Item Tidak Valid
1,3,6,10,11,12,14,15,17,18,19,2 2,4,5,7,8,9,13,16,20,21,25,28,29,3
Perhatian Orangtua 2,23,24,26,27,30,32,33,36,39,40 1,34,35,37,38,41,43,46,47,48,51,5
1
,42,44,45,49,50,56,58,60 2,53,54,55,57,59
Jumlah 30 30

Berdasarkan tabel 6 di atas, diketahui pada variabel perhatian orangtua

siswa terdapat item valid dan item tidak valid. Item yang tidak valid tidak

digunakan sebagai instrumen penelitian karena tidak memenuhi syarat.

Untuk lebih jelasnya berkenaan dengan hasil validitas instrumen penelitian

ini, dapat dilihat pada lampiran.

b. Reliabilitas Instrumen Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan

dengan cara ekuivalen yang pertanyaan yang secara bahasa berbeda tetapi

maksudnya sama. Pengujian reliabilitas instrumen dengan cara ini cukup

dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama,

waktu sama, instrumen berbeda. Reliabilitas instrumen dihitung dengan

cara mengkoleransikan antara data instrumen yang satu dengan data

instrumen yang dijadikan equivalen. Bila korelasi positif dan signifikan,

maka instrumen dapat dinyatakan reliable. Uji reliabelitas dilakukan

dengan menggunakan rumus alpha cronbach dengan bantuan SPSS.6


47

Keterangan :
r11 : Reliabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

: Jumlah varians butir

: Varians total

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya

berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi

koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi

reliabilitas. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati

angka 0 berarti semakin rendahnya reliabilitas.12 Pernyataan tersebut

diperkuat bahwa instrumen dikatakan reliabel bila hasil perhitungan

reliabilitas dengan rumus alpha cronbach menunjukkan angka 0,65.34

F. Teknik Pengolahan Data


1. Analisis Data

Setelah semua data yang dibutuhkan berhasil dikumpulkan dari lapangan,

kemudian penulis mengolah data tersebut serta

menganalisisnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing, yaitu penulis memeriksa jawaban yang diberikan

responden sehingga mendapatkan pedoman yang jelas tentang data

tersebut.

1 Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Veliditas.(Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2010), hlm.


2
3 Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan,... hlm.
4
48

b. Coding, yaitu mangklasifikasikan jawaban responden ke dalam

kelas-kelas dengan cara memberi tanda atau kode pada masingmasing

jawaban.5

c. Tabulasi, yaitu memasukkan data ke dalam tabel.6

d. Mean yaitu jumlah seluruh data dibagi dengan jumlah data. Rata-

rata dapat dicari dengan data tunggal maupun data kelompok, dengan

rumus sebagai berikut :

X=
Keterangan :

X = Rata-rata hitung

= jumlah skor

= banyak subjek7

e. Menentukan persentase skor dengan menggunakan rumus:

Persentase, yaitu:

P=F x 100
N

Keterangan:

P : angka persentase F :

frekuensi

N : jumlah frekuensi

f.

g. Standar Deviasi

5 Amir Hadi, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h.144
6 Amir Hadi, Metode Penelitian Pendidikan...h.148
7 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), h. 266
49

SD =

Keterangan : SD : Standar Deviasi

∑x2 : jumlah semua deviasi, setelah mengalami proses

penguadratan terlebih dahulu.

N :Number of cases 8

h. Interprestai data dalam mengambil kesimpulan berdasarkan kriteria.

Tabel 6
Kriteria analisis deskriptif
Kategori Persentase

Perhatian Orangtua

Sangat Tinggi 81 – 100 %

Tinggi 61 – 80 %

Sedang 41 – 60 %

Rendah 21 – 40 %

Sangat rendah 0 – 20 %

Sumber : adaptasi dari skort kategori likert skala 5.9

i. Range (rentangan) dengan rumus

R + nilai tertinggi – nilai terendah

2. Pengujian data

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan maksud memeriksa apakah data

yang berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak sebagai

8 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), h. 97


9 Sambas Ali Muhhiddin dan Abbdurahman, Analisis Korelasi, Regersi dan Jalur dalam
Pendidikan …… hal 46.
50

syarat pengujian hipotesis. Uji Normalitas diujikan pada kedua variable

penelitian yaitu perhatian orangtua dan hasil belajar siswa. Pengujian

normalitas menggunakan teknik analisis Kolmogorov Smirnov dengan

bantuan SPSS 22. Dalam penelitian ini menggunakan uji dengan

ketentuan:

D
Keterangan:
D : Kolmogorov Smirnov

1.36 : Harga D untuk level Sig. 0.05 n1


: Jumlah sampel n2 : Jumlah sampel Y.

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Kriteria pengujiannya adalah jika nilai

signifikan (sig) atau nilai probabilitas (p) > 0,05 maka data tersebut

berdistribusi normal.10

b. Uji Linieritas

Menurut asumsi hubungan antara variabel bebas dan variable

terikat merupakan hubungan linear, maka harus diadakan pengujian

linieritas. Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah variable

bebas dengan variable terikat memiliki pengaruh yang linier atau tidak.

Uji linieritas dilakukan dengan menghitung nilai F.uji linearitas

dilakukan dengan menggunakan aplikasi

SPSS. Rumus F sebagai berikut:

F=

10 Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hlm 420
51

Setelah menghitung F, selanjutnya dibandingkan dengan

. jik lebih besar dari , taraf nyata yang digunkaan (

= 5% atau 0,05 dengan derajat kebebasan dk = k

. Maka dapat disimpulkan bahwa regresi tersebut berarti, begitupun

sebaliknya jik lebih kecil dari dengan

taraf nyata 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa regresi tersebut tidak

berarti.

c. Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan uji statistik untuk mengetahui apakah

satu kelompok data mempunyai kesamaan dengan kelompok lain. Dalam

penelitian ini untuk uji homogenitas penulis menggunakan uji F dengan

rumus.11

d. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis yang peneliti lakukan menggunakan aplikasi SPSS.

Untuk melihat keeratan hubungan antara variabel, maka langkah

selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan analisis Korelasi

Product Moment sebagai berikut:

Keterangan:

N : Jumlah responden

11 Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), hal 211
52

: Koefisien korelasi antara dan


: Skor mentah variabel

: Skor mentah variabel

: Jumlah hasil penelitian tiap skor asli dari variabel dan

: Jumlah variabel

: Jumlah variabel
Setelah dilakukan perhitungan rumus di atas, maka selanjutnya

melakukan interpretasi dengan menggunakan tabel “r” product moment

dengan langkah:

a. Merumuskan hipotesis alternatif yaitu terdapat pengaruh

perhatian orangtua terhadap hasil belajar siswa kelas X dan XI SMAN

Matur

b. Merumuskan hipotesis nihil yaitu tidak terdapat pengaruh

perhatian orangtua terhadap hasil belajar siswa kelas X dan XI SMAN

1 Matur.

c. Menginterpretasikan dengan tabel “r” product moment, sebagai

berikut:77

Tabel 7
Pedoman Interprestasi Product Moment
Besarnya “r” Interprestasi
Product Moment
(rxy)
0 Tidak berkorelasi
0.01 – 0.199 Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi,
akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat
rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap
tida ada korelasi antara variabel X dan variabel Y)
0.20 – 0.399 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang lemah atau rendah
0.40 – 0.599 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
sedang atau cukup
53

0.60 – 0.799 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi


yang kuat atau tinggi
0.80 – 1.00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi
yang sangat kuat atau sangat tinggi78

77
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D..., h. 255
78
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, ..., hal.184

d. Uji Determinasi

Perhitungan uji determinasi peneliti melakukan dengan menggunakan

aplikasi SPSS. Untuk mengetahui seberapa besar variabel X perhatian

orangtua mempengaruhi variabel Y hasil belajar. Untuk menentukan

koefisien determinasi antar variabel dilakukan dengan menggunakan

rumus:

D = (rxy)2 X 100 % atau R = (rxy)2 X 100 %

Keterangan:

D/R = Koefisien determinasi


r2 = Koefisien korelasi product moment kuadrat100 konstanta

e. Uji korelasi

Interprestasi dengan melihat tabel koefisien korelasi (r) Pearson dengan

menggunakan Rumus:12

df = N - nr12 Keterangan:
df= Ketetapan nilai dengan melihat tabel “r” N=
Number of cases nr= Jumlah variabel yang
dikorelasikan

12 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Perss, 1999), hal.
194
54

f. Persamaan Regresi

Uji statistik regresi linear sederhana digunakan untuk menguji

signifikan atau tidaknya hubungan dua variabel melalui koefisien

regresinya. Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional atau

pun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen.

Persamaan umum regresi linear sederhana adalah:

Ῠ = α + bx Keterangan:
Ῠ : variabel dependen
α : Konstanta
b : Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan
independen. Bila (+) arah garis naik dan bila (-) maka arah garis
turun.
x : subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai
tertentu.1314

3. Uji Regresi Sederhana (Uji F

Uji Levene (uji F) dilakukan untuk menguji apakah terdapat pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat. Rumus uji F sebagai berikut:

Kriteria pengujian

Jika Fhitung > Ftabel atau probalititas kesalahan < 0,05, maka H0 ditolak
Jika Fhitung > Ftabel atau probalititas kesalahan < 0,05, maka Ha diterima15

13 Sugiono, Statistika Untuk Pendidikan,..., hal. 261


14 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Penelitian Gabungan,
Padang: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2013, hlm 309
15 I’natut Thohifah, Statistic Pendidikan Dan Metode Penelitian Kuantitatif, Malang:
Madani, 2015, hlm136-137
55

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ahmadi Abu. (2003) Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta.


Arifin Zainal. (1991) Evaluasi Instruksional,Prinsip,Teknik,Prosedur, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Arikunto Suharmi. (1998) Manajemen Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar Saifuddin. (2005) Metode Penelitian, Bandung: Ghalia Indonesia.
Dalyono M. (1997) Psikologi Pendidikan, Semarang: IKIP Semarang Press.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008) Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007) Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka.
Danarjati Prasetia Dwi dkk, (2014) Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Wali
Gravindo Persada.
Djamarah Bahri Syaiful. (2002) Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Dzakir. (1993) Dasar-Dasar Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Faisal Sanafiah. (1999) Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Ghalia
Indonesia.
Hadi Amir. (1998) Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia.
56

Hasan Iqbal M. (2002) Poko-pokok Materi Statistik, Jakarta: Bumi Aksara.


Istadi Irawati . (2008) Mendidik Anak Dengan Cinta, Bekasi: Pustaka Inti.
Kartono Kartini. (1986) Peran Keluarga Dalam Memajukan Anak, Jakarta:
Rajawali.
Lestari Sri. (2002) Psikologi Keluarga, Jakarta: Kencana.
Mudjijo. (1995) Tes Hasil Belajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Munandar Utami, (1998) Pengembangan Kreatif Anak Berbakat, Jakarta: Rineka
Cipta.
Narbuko Khalid dan Ahmadi Abu. (2009) Metodologi Penelitian, Bandung:
Alfabeta.
Nazir Moh. (2003) Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rahman Shaleh Abdul (2008) Psikologi suatu Pengantar dalam Perspektif islam,
Jakarta: Kencana.
Rusyan Tabrani, dkk. (1994) Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,
Jakarta: PT. Rosda Karya.
Shochib Moh. (1998) Pola Asuh Orangtua, Jakarta: Rajawali.
Syah Muhibbin. (2011) Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Syah Muhibbin. (1999) Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Logos Wancana Ilmu.

Slameto. (2010) Belajar dan Faktor-Faktor Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka


Cipta.

Sudjana Nana. (2001) Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Bandung: Remaja


Rosda Karya.

Sudjono Anas. (1996) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Sudjono. (1999) Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Wali Press.

Sumadi. (2004) Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Suryabrata Sumardi. (2005) Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Wali


Grafindo Persada.

Walgito Bimo . (1989) Bimbingan dan Penyuluhan Di sekolah, Yogyakarta: Andi


Offset.

Walgito Bimo. (2010) Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: CV. Andi Offset.
57

Yono Sugi. (2006) Metode Penelitian Administrasi, Bandung: CV. Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai