Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Prestasi Belajar Siswa

1. Pengertian Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, seseorang dikatakan belajar apabila terjadi

perubahan tingkah laku si pelajar. Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat

dipisahkan lagi dengan kehidupan manusia, karena belajar dianggap suatu hal

yang sangat penting untuk menjadi mengerti dan yang tidak bisa menjadi bisa.

Jadi belajar itu merupakan mengembangkan diri seseorang. Dengan belajar maka

seseorang akan mengalami perubahan dari yang semula tidak tahu menjadi tahu,

dari yang tidak mengerti kegiatan yang harus dilakukan manusia baik secara

disengaja maupun tidak disengaja. Suatu hasil atau tujuan belajar bukan hanya

mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan

suatu penguasaan. Menurut Tirtarahardja dan sulo (2015:129) mengemukakan

“Belajar adalah perubahan prilaku yang relatif tetap karena pengaruh pengalaman

(interaksi individu dengan lingkungannya)”. Selanjutnya sari (2015:180)

mendeskripsikan “Belajar adalah sebuah proses perubahan perilaku yang didasari

oleh pengalaman dan berdampak relatif permanen”. Selanjutnya Ihsana (2017:1)

menyatakan “Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilaukan oleh individu dalam

perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang

menyangkut aspek kognitif, efektif, dan fisikomotor untuk memperoleh tujuan

tertentu”. Menurut Muhamad Syahrif Sumantri (2015:2) menyattakan “ Belajar

adalah suatu perubahan perilaku yang relatif permanen dan dihasilkan dari

pengalaman masa lalu atau pyn pembelajaran yang bertujuan atau direncanakan”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan belajar adalah proses memperoleh

pengetahuan dan penglaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan

kemampuan reaksi antara individu dengan lingkungannya.

2. Pengertian pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan guru untuk membantu

peserta didik agar lebih mudah menerima pengetahuan yang akan diberikan untuk

memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran antara guru dan siswa serta

sebaliknya untuk memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran siswa dan guru

berkesinambungan. Menurut Winkel dalam Ihsana El Khluluqo (2017:51)

menyatakan “Pembelajaran sebagai seperangkat tindakan yang di rancang untuk

mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-

kejadian eksternal yang berperan terhadap rangkaian kejadian internal yang

berlangsung dalam peserta didik”. Selanjutnya menurut Asep Jihad dan Abdul

Haris (2013:1) menyatakan “Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri

dari kombinasi dua aspek, yaitu belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan

oleh siswa, dan mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru

sebagai pemberi pelajaran”. Menurut Gagne dalam Miftahul Huda (2014:3)

menyatakan “Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses modifikasi dalam

kapasitas manusia yang bisa dipertahankan dan ditingkatkan levelnya”. Dari

beberapa pendapat di atas,dapat disimpulkan pembelajaran ialah proses interaksi

yang dilakukan guru denga siswa untuk membantu agar siswa dapat belajar

dengan baik. a.Pengertian Prestasi belajar Pengertian prestasi belajar adalah setiap

kegiatan nbelajar yang dilakukan siswa akan menhhasikna suatu perubahan pada

dirinya. Hasil belajar yang diperoleh siswa diukur berdasarkan perbedaan tingkah
laku sebelum dan sesudah belajar dilakukan. Menurut Arif Gunarso dalam Istirani

dan Inten pulungan (2017:244) menyatakan “Prestasi belajar adalah usaha

maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar”.

Selanjutnya menurut Winkel dalam Hamdani (2011:138) menyatakan “Prestasi

belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Dengan

demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimun yang dicapai oleh guru

setelah melaksanakan usaha-usaha belajar”. Menurut mulyasah dalam Istirani dan

Inten pulungan (2017:36) menyatakan “Prestasi belajar adalah hasil yang

diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada

hakikatnya usaha sadar yang dialikukan seseorang untuk memenuhi

kebutuhanya.” Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan prestasi belajar

adalah hasil yang dicapai setelah melakuakan proses belajar. b.Faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan

bahwa hasil prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor dari luar dan dari diiri

dalam siswa yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Menurut Muliyasa

dala Istirani dan Intan pulungan (2017:39) menyatakan “Bahwa faktor –faktor

yang mempengaruhi pretasi belajar dapat di kelompokkan menjadi emapat, yaitu

bahan materi yang dipelajari, lingkungan faktor instrumental, kondisi peserta

didik”. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa faktor yang

memprengaruhi prestasi belajar tetrdiri dari dua faktor yaitu faktor internal dan

eksternal. Dimana faktor internal adalah faktor yang datangnya dari dalam diri

siswa itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datangnya dari

luar diri siswa.

1. Faktor Internal Prestasi belajar seseorang akan ditentukan oleh faktor diri

(internal), baik secara fisikologis maupunsecara psikologis, beserta usaha yang


dilakukan. Faktor fisiologis berkaitan dengan kondisi jasmani atau fisik

seseorang yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kondisi jasmani

pada umunya dan kondisi yang berkaitan dengan fungsi-fungsi jasmani

terutana pada panca indra, sedangkan faktor fisikologis berasal dari dalam diri

seseorang, seperti intelengensi, minat dan sikap. 1) Intelegensi merupakan satu

faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi tinggi rendahnya prestasi belajar.

2) Minat yaitu kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan besar

terhadap sesuatu, oleh karena itu minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil

belajar dalam mata pelajaran tertentu. 3) Sikap adalah adalah gejala internal

yang berdimensi efektif, berupa kecenderungan untuk mereaksikan atau

merespon dengan cara yang relatif tetapi terhadap objek orang, barang dan

sebagianya, baik secara positif maupun negatif. 4) Waktu dan

kesempatan,waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh individu peserta didik

adalah berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan

peserta didik.

2. Faktor Eksternal Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yaitu lingkungan

sosial dan lingkungan nasional. Faktor sosial yang menyangkut hubungan

antar manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial .faktor ini termasuk

lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat. Sedangakan faktor

nonsosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial seperti

lingkungan alam dan fisik, misalnya :keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas

belajar, buku-buku sumber dan sebagainya. Mengukur Prestasi Belajar Salah

satu tugas pokok guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar. Taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar

peserta didik dapat dilihat dari data yang objektif dan indikator-indikator
perubahan perilaku dan pribadi siswa. Prestasi belajar dapat diukur dengan

melakukan evaluasi terhadap pekerjaan siswa. Evaluasi menurut Cronbach dan

Stufflebeam seperti yang dikutip Suharsimi Arikonto (2013:3) “Evaluasi

bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan

membuat keputusan.”sejalan dengan pengertian tersebut, menurut Muhibibin

Syah (2008:141) “Evaluasi artinya penilian terhadap tingkat keberhasilan

siswa mencapai tujuan yang ditetapkan dalam sebuah program”. Evaluasi

sendiri bertujuan untuk mengetahui sampai di mana tingkat kemampuan dan

keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan mata pelajaran. Suharsimi

Arikunto (2013:10) mengemukakan setelah berakhirnya proses belajar, guru

mengadakan evaluasi yang dimaksudkan untuk mengetahui prestasi belajar

yang dicapai oleh siswa. Evaluasi (pengukuran dan penilian) ini dimaksudkan

dalam tes prestasi belajar yang bertujuan untuk: 1. Meramalkan keberhasilan

siswa dengan sesuatu keberhasilan (berfungsi selektif) 2. Mendiagnosis

kesulitan-kesulitan yang dialami siswa (berfungsi diagonistik) 3. Menentukan

secara pasti di kelompok mana seseorang siswa harus ditempatkan (berfungsi

sebagai penempatan) 4. Berfungsi sebagai pengukuran Prestasi belajar dapat

diukur melalui evaluasi yang dilakukan guru. Hasil Evaluasi tersebut berasal

dari nilai rata-rata ulangan harian, ujian tengah semester. Hasil evaluasi ini

meliputi tiga aspek atau ranah yaitu ranah kognotif, ranah afektif, dan ranah

psikomotor. Ketiga ranah tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat

pencapain prestasi belajar. Dalam proses belajar juga dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang dapat merubah hasil belajar siswa, namun dalam

menyampaikan hasil belajar ada yang bersifat intagible (tak dapat diraba atau

dilihat secara kasat mata). Oleh karena itu diperlukanya ketelitian guru dalam
mmelihat hasil belajar siswa melalui cuplikan perubahan perilaku yang

dianggap penting dalam menentukan hasil belajar siswa

(Muhibbin,2017 :216). Muhibbin (2017:217) mengemukakan ada beberapa

indikator prestasi belajar untuk melihat hasil belajar siswa, yaitu diantaranya:

1. Ranah Kongnitif, seorang bisa dilihat dari pengamatanya, ingatanya,

pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis. 2. Ranah Afektif, seseorang bisa

dilihat dari penerimaan, sambutan, apresepsi (sikap menghargai), internalisasi

(pendalaman), dan karateristik (penghayatan) 3. Ranah psikomotor, seorang

dilihat dari keterampilan bergerak dan bertindak serta kecakapan ekspresi

verbal dan nonverbal. Berdasarkan pandangan ahli yang telah disampaikan

maka dapat disimpulkan beberapa indikator tersebut tidak dapat dipisahkan

satu dengan yang lain, untuk mewujudkan prestasi yang lain,untuk

mewujudkan prestasi yang baik. 3.Lingkungan sekolah Menurut Munib

(2011:76) “Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan dengan

semua benda, daya, keadaan, dan makluk hidup, termasuk manusia dan

perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta makluk lainya.” Lingkungan pendidikan pada

hakikatnya merupakan sesuatu yang ada diluar individu maupun didalam

individu. (Siswoyo,dkk 2010:139). Lebih lanjut Siswoyono,dkk (2010:140)

menyatakan bahwa “perguruan atau sekolah atau balai wiyata adalah

lingkungan pendidikan yang mengembangkan dan meneruskan pendidikan

anak menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan tingkah laku baik.” Dari

pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan pendidikan dapat

diartikan sebagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan. Salah

satu lingkungan tempat berlangsungnya pendidikan. Salah satu tempat


berlangsungnya pendidikan yaitu sekolah. Didalam lingkungan sekolah para

siswa menganyam pendidikan agar agar menjadi warga negara yang cerdas,

terampil dan bertingkah laku baik. Selain itu, sekolah juga berperan penting

dalam meningkatkan pola pikir siswanya karena di sekolah para siswa

diajarkan bermacam-macam ilmu pengetahuan dan keterampilan.

4. Faktor-Faktor Sekolah Yang Mempengaruhi Belajar

Lingkungan sekolah turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar siswa.

Slameto (2017:64) menerangkan bahwa faktor sekolah yang mmepengaruhi

belajar yaitu : 1.Metode mengajar Metode mengajar dipakai akan

mempengaruhi belajar anak, metode mengajar adalah suatu cara menyajikan

bahan belajar dari orang yang mengajar kepada orang yang diajarkan. Metode

mengajar yang kurang baik akan membuat guru dalam menyajikan

pembelajaran menjadi tidak jelas, sehingga siswa akan kurang senang belajar

dan mengakibatkan siswa malas dalam belajar. 2.Kurikulum Kurikulum

merupakan rangkaian kegiatan belajar yang diberikan kepada siswa. Kegiatan

itu antara lain ialah bahan pelajaran.Bahan pelajaran yang terlalu berat, pada

tidak sesuai dengan bakat minat dan perhatian siswa bagi siswa maka dapat

merancang kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswa. 3.Relasi guru dengan

siswa Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai

gurunya, juga menyukai matapelajran yang diberikan sehingga siswa berusaha

mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa

membenci gurunya, ia malas mempelajari mata pelajaran yang diberikan guru

sehingga pembelajaran tidak maju. 4.Relasi siswa dengan siswa Guru yang

kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa

dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Sehingga
menimbulkan persaingan yang tidak sehat antara siswa, bahkan terjadi

tindakan yang sesuka hati yang dilakukan siswa yang satu dengan yang lain

dan akan mengganggu belajar. Menciptakan relasi yang baik antara siswa

adalah perlu, agar memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.

5.Displin sekolah Kedisiplinan sekolah erat hubunganya dengan kerajinan

siswa dalam sekolah dan juga belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup

kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib,

kedisiplinan pegawai dalam pekerjaan administrasi dan kedisiplinan kepala

sekolah dalam mengolah seluruh staf beserta siswa-siswanya. Dengan

menerapkan disiplin di sekolah akan membuat siswa belajar lebih maju. 6.Alat

peraga Alat peraga erat kaitanya dengan cara belajar siswa, karena alat

pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar maka akan dipakai

juga oleh siswa untuk menerima bahan ajar tersebut. Alat pelajaran yang

lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pembelajaran yang

diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pembelajaran dan

menguasainya, maka belajarnya akan lebih giat dan lebih maju.

Mengusahakan alat peraga yang baik dan lengkap adalah perlu agar guru dapat

mengajar dengan baik sehingga dapat menerima pembelajaran dengan baik

serta belajar dengan baik pula. 7.Waktu sekolah Waktu sekolah ialah waktu

terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat di pagi hari,

siang, sore/malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa.jika

terjadi terpaksa masuk sekolah di sore hari, sebenarnya kurang efektif. Dimana

waktu itu seharusnya siswa beristirahat tetapi terpaksa masuk

sekolah,sehingga mereka mendengarkan pembelajaran sambil mengantuk. Jadi

memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif
terhadap belajar. 8.Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana meliputi

gedung, kelengkapan alat-alat sekolah dalam menunjang kegiatan belajar.

Sarana yang memadai dan sesuai kebutuhan belajar anak,akan mengakibatkan

hasil belajar anak meningkat. 9.Metode belajar Banyak siswa melaksanakan

cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara

belajar yang tepat dan efektif pula hasil belajar siswa semua baik. Juga dalam

pembagian waktu belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, terus-

menerus karena besok akan ada tes. Dengan belajar demikian siswa kurang

beristirahat,bahkan akan jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap

hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan

istirahat yang cukup akan meningkatkan hasil belajar. 10.Tugas rumah Waktu

belajar terutama adalah di sekolah, di samping untuk belajar waktu di ruamh

digunakan untuk kegiatan lainya. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak

memberi tugas rumah, sehingga anak tidak memiliki waktu lagi bagi kegiatan

yang lain. Lingkungna sekolah merupakan salah satu tempat wahana yang

paling umum digunakan sebagai mediapembelajaran dalam proses belajar

mengajar di Indonesia.Lingkungan sekolah yang paling dianggap dapat

menumbuhkan minat dan merangsang para pelajar untuk berbuat dan

membuktikan hasil pembelajaran yang diterima,khususnya pada bidang

pengetahuan alam. Menurut Muhibibin Syah (2010:135) lingkungan sekolah

terdiriu dari dua macam yaitu lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. 1)

Lingkungan sosial sekolah misalnya seperti para guru, para tenaga

kependidikan, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar

siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikapdan prilaku yang simpatik dan

memperlihatkan suritauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar,
misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang

positif bagi kegiatan belajar siswa. 2) Lingkungan nonsosial, meliputi gedung

sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa, alat-alat belajar,

keadan cuaca dan waktu belajar yang digunakn siswa. Faktor ini dipandang

turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Dari penjelasan di atas

indikator lingkungan sekolah yang digunakan dalam Penelitian ini meliputi: a)

Metode mengajar b) Kurikulum c) Relasi guru dengan siswa d) Relasi siswa

dengan siswa e) Displin sekolah

f) Fasilitas sekolah

B. Perhatian Orang Tua

Menurut Dakir (1993: 114), bahwa: “Perhatian adalah keaktifan peningkatan

kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada barang

sesuatu baik yang ada di dalam maupun yang ada di luar individu. ” Pendapat senada

juga dikemukakan oleh Slameto (1995: 105), yaitu: “Perhatian adalah kegiatan yang

dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang

dari lingkungannya ".

Perhatian orang tua merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh seorang anak dalam

membantu tumbuh kembangnya. Setiap orang tua pastinya menginginkan anaknya

tumbuh menjadi manusia yang pintar, cerdas, berguna bagi nusa dan bangsa dan

agamanya. Hal tersebut dapat tercapai apabila anak berhasil dalam proses belajarnya.

Salah satu yang menentukan dan dapat membantu keberhasilan belajar anak adalah

perhatian dari orang tuanya. Oleh karena itu orang tua harus menyadari pentingnya

perhatian terhadap keberhasilan belajar anaknya. Menurut Jejen (2018:82)

menjelaskan “sesibuk apa pun, orangtua harus meluangkan waktu bersama anak-anak
untuk menjalin komunikasi, memberikan perhatian dan kasih sayang, dan

mendekatkan hubungan orangtua-anak”. Perhatian orang tua kepada anak juga akan

menjadikan anak merasa nyaman berada di rumah bersama orang tua akan mudah

menerima nasihat orang tua. Maka,anak akan menjadi anak yang tidak mudah

menerima perilaku menyimpang orang lain terhadapnya. Sebelum membahas lebih

jauh tentang perhatian orang tua, perlu dipahami terlebih dahulu pengertian dari

perhatian itu sendiri.

Perhatian merupakan pemusatan psikis, salah satu aspek psikologis yang tertuju pada

suatu objek yang datang dari dalam dan luar diri individu. Perhatian menurut Slameto

(2015:105) adalah “kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan

pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya”. Pengertian perhatian yang

lain juga dikemukakan oleh Gazali dalam Slameto (2015: 56) “keaktifan jiwa yang

dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau

sekumpulan objek”.Makmun (2017:154) menyatakan bahwa “perhatian adalah

pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada

suatu objek atau kepada sekumpulan objek-objek. Perhatian juga adalah merupakan

penyelesaian terhadap stimuli yang diterima oleh individu yang bersangkutan”.

Kamus Bahasa Indonesia 1996 dalam Makmun (2017:153) menjelaskan “perhatian

diartikan sebagai hal memperhatikan; apa yang diperhatikan”. Menurut Aryan

Ardhana dalam Makmun (2017:154) “perhatian adalah suatu kegiatan jiwa”.

Sedangkan menurut Dakir dalamMahmun (2017:154) “perhatian adalah keatifan

peningkatan kesadaran dalam pemusatannya kepada barang sesuatu baik di dalam

maupun di luar diri kita”. Sumadi Siryabrata 1989 dalam Mahmun (2017:154)

mengungkapkan, “perhatian adalah perumusan tenaga psikis yang tertuju pada suatu

objek,atau yang dilakukan”. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat ditarik
kesimpulan yaitu bahwa perhatian merupakan pemusatan tenaga fisik maupun psikis

yang tertuju pada suatu objek yang dikehendakinya. Selanjutnya pengertian orang tua

adalah ayah dan/atau ibu seorang anak, baik melalaui hubungan biologis maupun

sosial. Hubungan yang terjadi dalam keluarga didasari atas dasar ikatan darah,

perkawinan atau adopsi. Teguh Triwiyanto (2015:71) mendefenisikan “keluarga

merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri dari ayah,ibu dan anak”.

Umumnya, orang tua memiliki perananyang sangat penting dalam membesarkan anak,

dan panggilan ibu/ayah dapat diberikan untuk perempuan/pria yang bukan orang tua

kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini. Orang tua memiliki

tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak anaknya. Kamus

Besar Bahasa Indonesia menerangkan orang tua adalah “ayah ibu kandung, orang

yang dianggap tua, orang yang dihormati”. Orang tua dalam penelitian ini adalah ayah

dan ibu dari anak (jika anak itu tinggal bersama ayah dan ibu) atau orang lain yang

bertanggung jawab atas pendidikan anak tersebut, wali siswa atau orang tua asuh jika

anak tersebut tinggal bersama wali. Orang tua memiliki tanggung jawab yang sama

dalam mengasuh anak, namun memiliki peran yang berbeda bagi anak. Peran ibu

lebih melibatkan interaksi verbal yang lembut, sedangkan peran ayah cenderung

melibatkan interaksi fisik.Adapun Peran ibu dan Ayah bagi anak adalah: 1. Peran Ibu

adalah: a) Memenuhi kebutuhan biologis dan fisik b) Merawat dan mengurus keluarga

c) Mendidik, mengatur dan mengendalikan anak d) Menjadi contoh dan teladan bagi

anak 2. Peran Ayah adalah: a) Ayah sebagai pencari nafkah b) Ayah sebagai suami

yang penuh perhatian dan memberi rasa aman c) Ayah berpartisipasi pelindung atau

tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihi keluarga (http:// citrarhmdn. blogspot.com)

Keberhasilan pendidikan karakter yang diterapkan orang tua di dalam rumah akan

melahirkan anak yang tidak hanya mampu berbuat baik pada dirinya tetapi juga
mampu berbuat baik kepada orang lain. Orang tua adalah yang paling pertama dan

utama memberikan dorongan, bimbingan melatih segala kegiatan anak, karena

pendidikan yang paling penting diperoleh anak adalah dalam keluarga. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa perhatian orang tua merupakan pemusatan tenaga fisik

maupun psikis dari orang tua (ayah dan ibu) yang tertuju pada anak nya. Perhatian

orang tua dalam kegiatan belajar anak di rumah dengan memberikan dukungan,

dorongan dan arahan kepada anaknya dalam rangka menunjang keberhasilan belajar

anak akan memberikan motivasi bagi diri anak. Faktor keterlibatan orang tua dalam

mendidik anak sangat penting. Bloom dalam Teguh(2015:74) menyatakan bahwa

“keterlibatan orang tua dalam mendidik anak menjadi penyebab kesuksesan belajar

anak”. Sementara itu, Heynes dalam Teguh(2015:74) berpendapat bahwa “sekolah

sebenarnya suplemen dari rumah, artinya kedudukan sekolah pada dasarnya

merupakan penopang pendidikan di rumah”. Orang tua merupakan pengembang

tanggung jawab pendidikan anak. Secara kodrati orang tua bertanggung jawab atas

pendidikan anak, dan dengan kasih sayangnya orang tua mendidik anak. Tanggung

jawab ini tidak bisa digantikan atau hanya diembankan pada guru di sekolah. Orang

tua merupakan pendidik yang pertama dan paling utama, sedangkan guru di sekolah

hanya merupakan pendidik setelah orang tua. b. Macam-macam Perhatian Sumadi

Suryabrata (2017:14) membedakan perhatian menjadi beberapa macam, yaitu : 1)

Atas dasar intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu

aktivitas atau pengalaman batin, maka dibedakan menjadi:  Perhatian intensif, dan 

Perhatian tidak intensif. 2) Atas dasar cara timbulnya, perhatian dibedakan menjadi: 

Perhatian spontan (perhatian tak-sekehendak, perhatian tak disengaja).  Perhatian

sekehendak (perhatian disengaja, perhatian refleksif). 3) Atas dasar luasnya objek

yang dikenal perhatian, perhatian dibedakan menjadi:  Perhatian terpencar


(distributif), dan  Perhatian terpusat (konsentratif). Selanjutnya dijelaskan sebagai

berikut: (1) Atas dasar intensitasnya :semakin banyak kesadaran yang menyertai

sesuatu aktivitas atau pengalaman batin berarti makin intensiflah perhatiannya. Dalam

hal ini telah banyak dilakukan penyelidikan-penyelidikan oleh para ahli yang hasilnya

memberi kesimpulan: bahwa tidak mungkin melakukan dua aktivitas yang kedua-

duanya disertai oleh perhatian intensif.Selain itu ternyata makin intensif perhatian

yang menyertai sesuatu aktivitas akan makin sukseslah aktivitas itu.(2) Atas dasar

timbulnya, perhatian spontan timbul begitu saja, “seakan-akan” tanpa usaha, tanpa

disengaja, sedangkan perhatian sekehendak timbul karena usaha, dengan kehendak.

Contohnya ketika orang tua selalu setiap malam melihat tugas-tugas yang dikerjakan

anaknya ketika berada disekolah (perhatian sengaja). Pada saat seorang anak terjatuh

ketika bermain di luar rumah, maka orang tua dengan tidak sengaja pergi ke luar

rumah untuk melihat keadaan anaknya (perhatian tidak disengaja.(3) Atas dasar

luasnya objek yang dikenal perhatian, perhatian tepencar pada suatu saat dapat tertuju

kepada bermacam-macam objek. Contohnya perhatian orang tua yang harus

memperhatikan berbagai hal dari mulai kebutuhan fisik anaknya, sampai kepada

kebutuhan non fisik anaknya misalnya kebutuhan fisik yaitu pakaian, makanan, alat-

alat sekolah dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan non fisik yaitu cinta dan kasih

orang tua kepada anak serta perhatiannya. Perhatian yang terpusat pada suatu saat

hanya dapat tertuju kepada objek yang sangat terbatas. Perhatian yang demikian itu

misalnya orang tua yang hanya memperhatikan anaknya pada hal tertentu saja

misalnya dari segi kebutuhan fisiknya saja.

C. Pengertian Iklim Sekolah

Iklim sekolah merupakan salah satu indikator sekolah efektif yang menekankan pada
keadaan rasa menyenangkan dari suasana yang terjadi di dalam sekolah, baik itu

menyenangkan secara fisik maupun mencakup keseluruhan aspek internal sekolah

(Mutmainah, 2017). Bloom mendefinisikan "iklim" dengan kondisi, pengaruh, dan

rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial, dan intelektual yang

mempengaruhi peserta didik (Hadiyanto, 2004). Tubs, dkk (2008) menjelaskan dalam

pendapatnya bahwa iklim sekolah sebagai sesuatu yang intangible tetapi penting

untuk sebuah organisasi dan dianalogikan dengan kepribadian seorang individu. Iklim

sekolah adalah hati dan jiwa dari sekolah yang terdiri dari siswa, guru, kepala sekolah

dan staf yang mencintai sekolah dan mereka selalu merindukan waktu-waktu di

sekolah. Iklim sekolah adalah kualitas sekolah yang membantu setiap individu merasa

dirinya dihargai saat berada di sekolah tersebut dan merasa adanya rasa kebersamaan

(Jerome, 2005). Iklim sekolah dapat didefinisikan sebagai kualitas sekolah dalam

menciptakan tempat belajar yang sehat, tempat aspirasi, dan cita-cita siswa dan wali

murid, merangsang antusias dan kreatifitas guru, mengangkat derajat seluruh anggota

sekolah. Iklim sekolah adalah keadaan kehidupan yang berlangsung di sekolah

dengan unsur-unsur yang berada di dalamnya yaitu interaksi adalah kehidupan proses

belajar mengajar dan lingkungan (Sutisno, 2013). Menurut Hoy dan Miskell

(Hadiyanto, 2004) menyebutkan bahwa iklim sekolah adalah produk akhir dari

interaksi antar kelompok peserta didik di sekolah, guru-guru dan para pegawai tata

usaha (administrators) yang bekerja untuk mencapai keseimbangan antara dimensi

organisasi (sekolah) dengan dimensi individu. Berdasarkan pendapat dari para ahli

dapat disimpulkan bahwa iklim sekolah adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan

sekolah yang dirasakan dan berpengaruh terhadap perilaku individu yang terlibat di

dalam sekolah. 2.1.2 Aspek – aspek iklim sekolah Menurut penelitian dari Listiani

(2005) ciri-ciri sekolah yang memiliki iklim sekolah yang baik adalah : a. Adanya
hubungan yang akrab, penuh pengertian, dan rasa kekeluargaan antar civitas sekolah

b. Semua kegiatan sekolah diatur dengan tertib, dilaksanakan dengan penuh tanggung

jawab dan merata c. Di dalam kelas dapat dilihat adanya aktivitas belajar mengajar

yang tinggi d. Suasana kelas tertib, tenang, jauh dari kegaduhan dan kekacauan e.

Meja kursi serta peralatan lainnya yang terdapat di kelas senantiasa ditata dengan rapi

dan dijaga kebersihannya. Pendapat yang lain dari Utami (2006) menyatakan bahwa

Iklim sekolah yang baik mencakup ciri-ciri sebagai berikut : a. Lingkungan yang

aman, nyaman, dan tertib b. Ditunjang oleh optimisme dan harapan warga sekolah c.

Kesehatan sekolah d. Kegiatan-kegiatan yang berpusat pada perkembangan peserta

didik. Menurut Sutisno (2013) sekolah bisa berfungsi dengan baik dan sempurna,

diperlukan beberapa aspek iklim sekolah. Aspek iklim sekolah yang perlu

diperhatikan meliputi : a. Interaksi dengan indikator, interaksi peserta didik dengan

guru, interaksi peserta didik dengan peserta didik lain b. Proses belajar dengan

indikator suasana kepedulian, keterbukaan dan kebersamaan c. Kondisi sekolah,

maksudnya kondisi sarana dan prasarana sekolah, meliputi sarana yang menunjang.

Aspek kondisi sekolah memiliki indikator keamanan, ketertiban, kebersihan, dan

kelengkapan sumber. Berdasarkan uraian tentang aspek iklim sekolah di atas, maka

indikator iklim sekolah dalam penelitian ini adalah aspek interaksi, aspek proses

belajar mengajar, dan aspek kondisi sekolah. 2.1.3 Faktor-faktor yang membentuk

iklim sekolah Dimensi iklim sekolah dikembangkan atas dasar dimensi umum yang

dikemukakan oleh Moos dan Arter (dalam Hadiyanto, 2004), yaitu dimensi hubungan

(relationship), dimensi pertumbuhan / perkembangan pribadi (personal

growth/development) dan dimensi perubahan dan perbaikan sistem (system

maintenance and change), dan dimensi lingkungan fisik . Disamping itu, Arter

menambahkan satu dimensi lagi dalam rangka melengkapi dimensidimensi yang telah
dikemukakan oleh Moos, yaitu dimensi lingkungan fisik (physical environment).

Secara berturut-turut keempat dimensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a.

Dimensi Hubungan Dimensi hubungan mengukur sejauh mana keterlibatan personalia

yang ada disekolah seperti kepala sekolah, guru, dan peserta didik, saling mendukung

dan membantu, dan sejauh mana mereka dapat mengekspresikan kemampuan mereka

secara bebas dan terbuka. b. Dimensi pertumbuhan atau perkembangan pribadi

Dimensi pertumbuhan pribadi yang disebut juga dimensi yang berorientasi pada

tujuan utama sekolah dalam mendukung pertumbuhan atau perkembangan pribadi dan

motivasi diri guru untuk tumbuh dan berkembang. c. Dimensi perubahan dan

perbaikan sistem Dimensi ini membicarakan sejauh mana iklim sekolah mendukung

harapan, memperbaiki kontrol dan merespon perubahan. d. Dimensi lingkungan fisik

Dimensi ini membicarakan sejauh mana lingkungan fisik seperti fasilitas sekolah

dapat mendukung harapan pelaksanaan tugas. Skala yang termasuk dalam dimensi ini

diantaranya adalah kelengkapan sumber dan kenyamanan lingkungan. Berdasarkan

pendapat Moos dan Arter, ada 4 dimensi mengenai iklim sekolah, yaitu dimensi

hubungan, pertumbuhan/perkembangan pribadi, dimensi perubahan dan perbaikan

sistem dan dimensi kondisi sekolah. 2.1.4 Iklim sekolah yang sehat Iklim sekolah

dapat dikategorisasikan sebagai iklim sekolah yang kondusif atau sehat atau positif

untuk proses belajar mengajar. Menurut Jerome (2005) empat masalah yang selalu

dihadapi oleh sekolah, antara lain: a. Masalah mengenai mengelola lingkungan

sekolah b. Masalah mengenai menyusun tujuan dan mengimplementasikan tujuan c.

Masalah mengenai perbaikan perpaduan yang ada di sekolah d. Masalah menciptakan

dan melestarikan kebudayaan sekolah Menurut Jerome (2005), sekolah yang sehat

yaitu sekolah yang terlindungi dari komunitas yang tidak baik dan terhindar dari

tekanan orangtua. Prinsip dari sekolah yang sehat yaitu adanya pemimpin yang
dinamis, pemimpin berorientasi pada aturan dan hubungan sosial, guru-guru memiliki

kemampuan untuk mengoperasikan sekolah, guru berkomitmen untuk mengajar dan

mendidik, guru menciptakan tujuan yang bisa dicapai oleh siswa, dapat menciptakan

lingkungan belajar yang kondusif, para siswa mengerjakan tugas dengan baik,

memiliki motivasi yang tinggi dan menghargai siswa satu sama lain, perlengkapan

belajar mengajar di sekolah disediakan dengan teknologi baru, guru saling percaya,

antusias dalam bekerja, dan bangga terhadap sekolah. Menurut Hoy and Miskell iklim

sekolah yang sehat digambarkan dengan terwujudnya keselarasan atau keserasian

antara tingkat pelaksanaan, managerial, dan institusi dari sekolah itu sendiri. Menurut

Sutisno (2013) peserta didik menjadikan iklim yang kondusif sebagai suatu perilaku,

nilai-nilai, sikap dan cara hidup untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan,

dan sekaligus cara untuk memandang persoalan dan struktur yang melibatkan

sejumlah orang dengan tugas melaksanakan suatu fungsi untuk memenuhi suatu

kebutuhan pendidikan. Hyman (dalam Hadiyanto 2004) mengatakan bahwa iklim

yang kondusif antara lain dapat mendukung : a. Interaksi yang bermanfaat diantara

peserta didik b. Memperjelas pengalaman-pengalaman guru dan peserta didik c.

Menumbuhkan semangat yang memungkinkan kegiatan-kegiatan di kelas maupun di

sekolah berlangsung dengan baik d. Mendukung saling pengertian antara guru dengan

peserta didik. Untuk meningkatkan iklim sekolah perlu diadakan adanya suatu

perbaikan, antara lain: a. Memperbaiki penampilan sekolah, termasuk sarana dan

prasarana sekolah b. Memperbaiki dokumen sekolah dan menciptakan perubahan c.

Perubahan iklim yang dapat membuat perubahan yang besar, dan perubahan tersebut

dilakukan dalam jangka waktu yang singkat d. Melibatkan individu dan kelompok

yang dapat membantu menciptakan lingkungan iklim sekolah yang kondusif. e.

Penentuan jangka panjang untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi seluruh
warga sekolah (Jerome, 2010). Menurut pendapat dari beberapa ahli mengenai iklim

sekolah yang ideal dapat disimpulkan sebagai berikut yaitu adanya interaksi antar

semua anggota sekolah, guru memiliki komitmen yang tinggi untuk mengajar, adanya

keselarasan dan kebersamaan antar anggota sekolah, terciptanya lingkungan belajar

yang kondusif, memiliki tujuan yang sama, dan peraturan sekolah tidak bersifat kaku.

D. PENELITIAN YANG RELEVAN

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dira Nurkartika Sari, yang berjudul, "Pengaruh

Perhatian Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMAN 1 Matur". Hasil

penelitian ini menunjukkan, bahwa dengan perhatian orang tua yang

maksimal, hasil belajar siswa di SMAN 1 Matur meningkat.

Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti saat ini adalah......

2. Penelitian yang dilakukan oleh Hamidah, dengan judul, "Pengaruh Iklim

Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa di SMAN 1 Tirtayasa",

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara iklim sekolah

dengan motivasi belajar siswa. Persamaan penelitian di atas dengan skripsi

penulis yaitu, menerapkan model pembelajaran Think Pair Share dan mengaktifkan

siswa melalui diskusi (bertukar pikiran). Perbedaan penelitian di atas

membandingkan penerapan model pembelajaran Think Pair Share dengan model

pembelajaran STAD. Penelitian Magfiratullah mengukur prestasi siswa sedangkan

peneliti mengukur minat belajar siswa (HANYA CONTOH).


E. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah untuk menjelaskan, mengungkapkan, dan menunjukkan

keterlibatan antara variabel yang akan diteliti berdasarkan bacaan-bacaan dan

rumusan masalah. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kerangkan

konseptual dapat dilihat pada gambar berikut:

Siswa SMK Sirojul Falah


Parung

Variabel X1 (perhatian Variabel X2 (iklim Variabel Y (prestasi


orang tua) sekolah) belajar siswa)

perhatian orang tua


indikator iklim sekolah :
Indikator - indikator perhatian orang tua :
1. sekolah memfasilitasi siswa
1. membimbing anak dalam belajar
untuk mengembangkan diri
dirumah Prestasi belajar siswa
2. sekolah memberi tempat yang
2. mfemberi motivasi anak dalam belajar
aman dan nyaman untuk proses
3. memberi penghargaan untuk belajar
pencapaian anak
3. sekolah memberi pelayanan
4. mengontrol kegiatan anak terbaik
5. mengarahkan anak memilih teman
bergaul

Keterangan :

1. X1 dan X2 : variabel bebas

2. Y : variabel terikat

F. Hipotesis

Menurut Bimo Walgito, hipotesis merupakan prediksi terhadap hasil penelitian yang

diusulkan. Hipotesis peneliti yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah

pernyataan yang merupakan dugaan atau tekaan sementrara terkait terdapat pengaruh
antara variabel-variabel yang akan diteliti. Hipotesis juga dikatakan sebagai jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah

sebelumnya sudah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Singkatan hipotesis adalah

jawaban atau kesimpulan sementara dari permasalahan yang akan kira ajukan atau

yang akan kita teliti. Untuk itulah kita adakan penelitian. Hipotesis yang penulis

ajukan adalah untuk benar atau tidaknya dugaan sementara penulis mengenai

pengaruh Perhatian Orangtua dan Iklim Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa di

SMK Sirojul Falah Parung. Dalam penelitian ini peneliti berasumsi bahwa antara

Perhatian Orangtua, Iklim Sekolah dan Prestasi Belajar memiliki pengaruh yang

signifikan, dimana ketika seseorang yang mendapatkan perhatian orangtua yang baik

dan juga didukung dengan iklim sekolah yang positif maka ia memperoleh prestasi

belajar yang baik pula, dalam arti kata memperoleh nilai yang baik di bidang

akademik, juga prestasi non akademik.

Anda mungkin juga menyukai