LANDASAN TEORITIS
A. Kajian Teoritis
laku sedemikian rupa sehingga menjadi tingkah laku yang diinginkan setiap anak
harus mengalami dan menjalani suatu proses perubahan yang cukup lama,
sikap, tindak dan karya untuk dibentuk, diisi dan diarahkan menuju kebutuhan
jasmani adalah bagian dari pendidikan (secara umum) yang berlangsung melalui
peserta didik dan lingkungan yang dikelola melalui aktifitas secara sistematik
menuju pertumbuhan fisik anak yang baik, perkembangan mental, emosi dan
sebagai suatu proses sudah barang tentu harus mengembangkan dan menjawab
beberapa persoalan yang mendasar sebagai proses interaksi eduktif yang meliputi:
1. Kemana proses tersebut akan diarahkan. 2. Apa yang harus dibahas dalam
interaksi belajar mengajar antara siswa dengan guru. Proses kedua belah pihak
yang pada dasarnya dikatakan pengajaran, yakni suatu proses dimana aksi dan
guru mendapat respon yang tepat dari siswa. Proses pengajaran merupakan guru
dan siswa itu tidak dapat diharapkan terjadi dengan sendirinya, namun
siswa. Suasana yang kondusif itu harus direncanakan terlebih dahulu dengan
diharapkan.
adalah untuk menciptakan iklim atau atmosfir supaya proses belajar terjadi
dikelas, dilapangan ciri utamanya terjadi proses belajar adalah siswa dapat secara
aktif ikut terlibat di dalam proses pembelajaran. Para guru harus selalu berupaya
agar para siswa dimotivasi untuk lebih berperan. Walau demikian guru tetap
menyampaikan tugas ajar, agar tujuan pengajaran dapat tercapai. Hal yang
terpenting dan yang harus di perhatikan dalam mengajar yaitu, guru harus
menerapkan metode mengajar yang tepat dan mampu membelajarkan siswa
menjadi aktif melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Pendidikan jasmani
untuk melakukan perubahan holistic dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik,
luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi
lainnya, hubungan dari perkembangan tubuh fisik dengan fikiran dan jiwa.
ini diartikan bahwa melalui fisik,aspek mental dan emosional pun turut
moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara
tidak langsung
latihan di dalam diri siswa itu sendiri. Winkel (1991 : 36) menyatakan, ”belajar
adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi aktif
berbekas”.
oleh Moh.Surya yang dikutip dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/
suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
Belajar itu adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
kapabilitas yang baru, dan proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil
belajar, dimana hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan
Oleh sebab itu seseorang dikatakan belajar bila diasumsikan didalam diri
orang tersebut telah terjadi suatu proses yang mengakibatkan perubahan tingkah
laku. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku yang terjadi melalui latihan
dengan pengalaman. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku
belajar.
Dalam belajar ini akan terjadi suatu proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang disebut
suatu proses atau tata cara pelaksanaan mengajar yang dilaksanakan dan
dilakukan oleh guru dalam memberikan pelajaran atau ilmu pengetahuan kepada
siswa untuk suatu tujuan yang lebih baik dalam proses pemberian ilmu
disekolah ada dua jenis kegiatan belajar mengajar yang diberikan oleh guru
kepada siswa. Dimana guru pada saat mengajar pertama sekali memberikan teori
baik diantaranya adalah faktor tenaga pengajar, metode pembelajaran, media atau
pendidikan jasmani merupakan bidang studi yang diajarkan disekolah. Salah satu
mata pelajarannya adalah atletik nomor tolak peluru, dimana juga diberikan
bahwa : ”Hasil belajar merupakan penentuan nilai belajar siswa melalui kegiatan
penilaian dan pengukuran dari proses belajar”. Dengan adanya hasil belajar, guru
dapat melihat dan mengetahui tingkat kemajuan yang dicapai siswa setelah
(2006:200): ” Tujuan utama dari hasil belajar adalah untuk mengetahui tingkat
pembelajaran”.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat
Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : (a).
Keterampilan dan kebiasaan (b). Pengetahuan dan pengertian (c). Sikap dan cita-
cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada
faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi
kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian,
belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa.
belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang
diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai
Bagi siswa itu sendiri hasil belajar dapat memotivasi siswa untuk mau
belajar lebih giat lagi, karena fungsi hasil belajar bukan saja untuk mengetahui
sejauh mana kemajuan siswa setelah menyelesaikan suatu aktifitas, tapi yang
penting adalah sebagai alat untuk memotivasi setiap siswa agar lebih giat belajar
rendah akan terdorong untuk belajar lebih giat lagi. Sementara siswa yang
mendapat prestasi belajar yang baik dikemudian hari. Dengan demikian prestasi
3. Hakikat Atletik
Dalam dunia olah raga, dikenal banyak sekali cabang olahraga, antara
lain adalah atletik, permainan, senam, dan beladiri. Dari keempat cabang olahraga
dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat, dan lempar (Eddy
Purnomo dan Dapan 2011: 1). Menurut Adrian R Nugraha (2010: 16), atletik
adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis besar dapat
dikelompokan menjadi lari, lempar, dan lompat. Istilah atletik berasal dari kata
athlon dan athlum, bahasa Yunani. Kedua kata tersebut mengandung makna:
kegiatan atletik dinamakan Athleta, atau dalam bahasa Indonesia tersebut atlit.
ini juga terjadi dalam pembelajaran atletik. Menurut M. Djumidar (2004 : VIII)
atletik di sekolah mempunyai banyak tujuan yaitu untuk membuat siswa aktif,
sebagai berikut ;
1. Nomor lari
a. Lari jarak pendek(sprint) ; 60 meter ,80 meter ,100 meter, 200 meter dan
400 meter.
b. Lari jarak menengah (midle distance ); 800 meter dan 1500 meter.
c. Lari jarak jauh(long distance); 300 meter , 500 meter dan 10.00 meter. D
e. Lari khusus ; lari gawang 100 meter,110 meter,400 meter dan lari halang
2. Nomor lempar, lempar lembing, lempar cakram ,tolak peluru dan lontar
martil.
ttinggi galah.
Tolak Peluru adalah salah satu nomor yang terdapat dalam nomor lempar
pada cabang olahraga atletik. Sesuai dengan namanya, maka peluru tidak dilempar
tetapi ditolak atau didorong dari bahu dengan satu tangan, suatu bentuk gerakan
menolak atau mendorong suatu alat bundar (peluru) dengan berat tertentu yang
terbuat dari logam, yang dilakukan dari bahu dengan satu tangan untuk mencapai
depan atau berat badan berada di kaki belakang atau kaki kanan, untuk itu lurus
dengan bantuan dari kekuatan seluruh tubuh, peluru itu ditolak bukan
dilemparkan”.
dengan diameter 2,135 meter dilengkapi dengan balok penahan tolakan dengan
panjang 1,22 meter dan sektor lemparan membentuk sudut 34,92 0. Peluru yang
digunakan terbuat dari besi, tembaga atau kuningan berbentuk bulat. Berat masing
– masing untuk putra senior 7,25 Kg dan putri 4 Kg. Sedangkan tingkat pelajar
( junior) peluru yang digunakan untuk putra 5 Kg dan putri 3 Kg, Syarifuddin
( 1992 : 145)
lingkaran.
b. Sektor tolakan
c. Balok tolakan
d. Disamping kiri dan kanan lingkaran ada garis sepanjang 0,75 m untuk
Dengan demikian bahwa tolak peluru adalah usaha untuk menolak atau
memperoleh hasil tolakan yang jauh diperlukan komponen fisik yang mendukung
jarak tolakan yang maksimal. Disamping memerlukan komponen fisik yang baik,
unsur teknik juga memegang peranan yang penting. Seperti yang dikemukakan
oleh Syarifuddin (1992 : 148) bahwa : ”Nomor Tolak peluru merupakan nomor
teknik, maka teknik untuk tolak peluru yang benar perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut : Cara memegang peluru, Sikap badan waktu menolak peluru ,
Peluru dipegang dengan jari-jari tangan dan telapak tangan pada telapak
a. Peluru diletakkan pada telapak tangan bagian atas atau pada ujung
b. Jari-jari tangan
c. Direnggangkan atau dibuka ( jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk
letakkan pada bahu dan menempel dileher, dan pada waktu memegang
peluru usahakan agar keadaan tangan dan bahu dalam keadaan rileks.
bahu
kanan. Tangan kanan memegang peluru pada bahu, tangan kiri dengan
Gambar 1.4 Sikap Badan Saat Akan Menolak Peluru Gaya Menyamping
Sikap badan setelah menolakkan peluru, yaitu suatu bentuk gerakan setelah
keseimbangan badan agar badan tidak terjatuh ke depan atau ke luar dari
lapangan tempat untuk menolak. Cara melakukan gerakan dan sikap badan
tempat bekas kaki kiri (kaki depan) dengan lutut agak dibengkokkan
b. Kaki kiri (kaki depan) diangkat ke belakang lurus dan lemas untuk
Tugas guru pada dasarnya adalah mengajar dan mendidik. Guru berusaha
Dalam pencapaian tujuan proses belajar mengajar tidak terlepas dari gaya atau
keputusan atau pilihan. keputusan yag dibuat oleh guru disebut prilaku mengajar,
sedangkan keputusan yang dibuat oleh siswa disebut prilaku belajar. proses
belajar mengajar adalah intraksi antara prilaku guru dan prilaku siswa.
mungkin dengan guru dalam seluruh domain”. Mengajar juga berarti kemampuan
berprilaku, dalam cara yang tepat, menggunakan cara mengajar yang tepat dalam
mengalihkan atau mengganti secara tepat dari suatu gaya mengajar kegaya
dalam menggunakan gaya mengajar yang dilakukan guru akan selalu bergantung
pada gaya siswa belajar”. Gaya belajar mengajar merupakan dua hal yang perlu
interaksi yang dilakukan guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar agar
adalah suatu pedoman khusus untuk struktur episode belajar yang merupakan
rangkaian yang berkesinambungan antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan.
A B C D E F G H I J K
Pra
G G G G G G G G G S S
pertemuan
S G S S S
Pertemuan G S PL S S S
S G G G
Pasca G S S
G G PN S S S S S
pertemuan S G G
Keterangan :
G = Guru
S = siswa
PL = siswa sebagai pelaku
PN = siswa sebagai pengamat A = Gaya Komando
B = Gaya latihan
C = Gaya Resiprokal
D = Gaya Periksa diri
E = Gaya Inklusi
F = Gaya Discaveri Terbimbing
G = Gaya discaveri Konvergen
H = Gaya produksi Divergen
I = Gaya Program Individu Rencana Siswa
J = Gaya Inisiatif Siswa
K = Gaya Mengajar Sendi
Dougherty dan Bonnano ( 1983 : 32-34) mengemukakan pandangannya
terhadap gaya-gaya mengajar yang disusun oleh Muston :
1. Tidak ada gaya mengajar yang paling baik untuk selamanya, setiap gaya
mengajar memiliki kelebihan dan kekuarangan.
2. Ada priode yang menyebabkan berhenti yang harus diamati , jika gaya
mengajar beralih kearah yang lebih menekankan kepada siswa pada akhir
rangkaian kesatuan gaya mengajar.
3. Jika pelajaran ternyata tidak berhasil, maka dengan berhati-hatimenilai semua
variabel atau faktor didalam situasi mengajar sebelum menyalahkan gaya
mengajar itu sendiri.
4. Jangan takut mengkombinasi gaya-gaya mengajar.
5. Jangan terpaku pada satu gaya mengajar.
6. Ingat bahwa gaya mengajar itu hanya baik jika pelakunya baik atau dilakukan
dengan baik.
yang sama dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Gaya mengajar inklusi
merupakan gaya kelima dari spektrum gaya mengajar dari Mosston (2000:1),
dimana gaya mengajar inklusi ini memperkenalkan berbagai tingkat tugas. Siswa
diberi tugas yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki,
dalam gaya ini siswa didorong untuk menentukan tingkat penampilannya dan
yang lebih luas pada siswa. Kebebasan ini berupa penilaian terhadap kemajuan
belajarnya oleh dirinya sendiri. Kemudian atas dasar penilaian itu siswa membuat
keputusan sendiri untuk melanjutkan atau mengulang gerakan atau pokok bahasan
yang lebih lanjut. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa keputusan yang harus
dibuat oleh siswa itu berkenaan dengan pelaksanaan tugas gerak atau pokok
bahasan, penilaian hasil belajar oleh dirinya sendiri, dan laju proses belajar itu
sendiri.
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai. Dalam
yang timbul dalam diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan
suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Dengan demikian proses belajar siswa ini
tidak semata-mata dirangsang dari luar dirinya tetapi ada juga dorongan dari
dalam batin dirinya sendiri. Siswa dapat belajar secara mandiri sesuai dengan
tugas pada tingkat kemampuan sendiri, memberi kesempatan untuk menilai tugas
dengan tugas-tugas yang lebih ringan dan dilanjutkan ke tingkat tugas yang lebih
sulit (berjenjang) sesuai dengan tingkat kemampuan tiap siswa, belajar melihat
hubungan antara kemampuan merasa dan tugas apa yang dapat dilakukan oleh
siswa, individualisasi dimungkinkan karena memilih diantara alternatif tingkat
memungkinkan siswa untuk berpindah dari tugas yang mudah ketugas yang sukar.
mantap/ sesuai dengan kriteria. Kemudian dilanjutkan memilih tugas yang lebih
sulit atau yang lebih mudah berdasarkan berhasil atau tidaknya tugas awal.
berdasarkan tempo dan irama belajar atau ketepatan belajar dirinya sendiri. Dan
semata-mata ditentukan oleh isi atau materi yang akan disampaikan, akan tetapi
juga tergantung pada memilih gaya mengajar sebagai faktor eksternal yang akan
diterapkan. Sehubungan dengan itu maka seorang guru harus siap dengan
beberapa alternatif gaya mengajar apa yang akan diterapkan pada saat tertentu.
Untuk memilih gaya tergantung pada kepekaan guru dalam memberikan bahan
dan tugas pengajaran sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang diajari.
Seperti yang dikemukakan oleh Devies (1991:52) pengajaran yang baik adalah
mengajar inklusi dapat dicontohkan pada posisi menolak peluru, pada saat
menolak sikap badan pada waktu menolak dan sesudah menolak lengan dan kaki
harus sesuai dengan ketentuan yang ada. Setiap siswa melakukan tolakan peluru
kedepan dan bukan dilempar. Jika setiap siswa telah melakukan yang sesuai
dengan gerakan dasar dalam tolak peluru maka siswa dapat dikatakan berhasil
melakukannya. Akan tetapi keberhasilan itu tidak diperoleh semua siswa dengan
tingkat kesulitan yang sama, sebagian siswa dapat melakukannya dengan mudah,
melakukan tolakan tersebut. Jika jauhnya tolakan juga diukur, maka kesulitannya
dalam tugas akan meningkat dan akhirnya akan menyebabkan semakin sedikit
jumlah siswa yang akan berhasil dalam penampilannya. Hal ini berarti kita telah
memberikan suatu standart tunggal bagi semua siswa, dan banyak siswa yang
akan dikeluarkan dengan menaikkan tingkat kesulitan dari tugas tersebut. Jika
dibuat kelompok yang berbeda dalam melakukan tolak peluru, dan siswa memilih
kelompok yang bisa dilakukannya. Hal ini akan memungkinkan seluruh siswa
dimilikinya.
Brotosuroyo (1993 : 278), ada beberapa hal yang diperlukan dalam gaya
dipilih harus dimulai dari yang sederhana menuju tugas-tugas yang lebih
Ini bertujan agar siswa lebih mengetahui sampai manakah tingkat kemampuan
siswa dalam melakukan tolak peluru gaya menyamping dengan tugas yang telah
diberikan guru kepada siswa, yaitu dengan memilih tingkat kesulitan tugas yang
gerakan tolak peluru gaya menyamping yang telah disediakan pada lembar tugas.
pengertian dari pada pendekatan dan pengertian modifikasi itu secara umum.
merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan peserta didik dalam mencapai
satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran dapat
dan dapat membantu mendorong kearah perubahan tersebut. Sejalan dengan itu
Rusli Lutan (Dalam Ramlah Adam 2008: 23) mengartikan bahwa : “Modifikasi
sebagai perubahan dari keadaan lama semula, menjadi keadaan baru, perubahan
tersebut dapat berubah bentuk, fungsi, cara penggunaan, dan manfaat, tanpa
Dari pernyataan tersebut di atas jelas bagi kita bahwa yang dimaksud
dengan pendekatan modifikasi adalah suatu cara yang digunakan oleh guru dalam
melaksanakan pembelajaran dengan merubah sesuatu menjadi hal lain yang mirip
dengan aslinya tanpa menghilangkan sifat dan fungsi serta penggunaannya dengan
Tidak bisa dipungkiri dalam proses pembelajaran metode belajar juga turut
sistematis yang terdiri dari seperangkat tindakan guru, penyediaan kondisi belajar
yang efektif serta bimbingan yang difokuskan pada penguasaan isi dari
merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses
dalam belajarnya.
komponen yang dapat di modifikasi meliputi (1) Ukuran, berat, atau bentuk
peralatan yang digunakan; (2) lapangan permainan; (3) waktu bermain atau
bukan untuk mengubah isi kurikulum yang telah ditetapkan, akan tetapi dengan
peserta didik, yakni materi yang ada di dalam kurikulum dapat disajikan secara
pada nomor tolak peluru, peserta didik akan lebih mudah, rileks dan aman
melakukan gerakan tolak peluru dengan jalan mengganti peluru dengan alat lain
seperti bola, sehingga aktivitas fisik dalam tuntutan rangkaian gerakan tolak
peluru yang sebenarnya dapat dikuasai dengan sepenuhnya. Tugas gerak untuk
tolak peluru di sekolah dasar adalah dengan menggunakan peluru yang ringan
karena dengan itu hasil nyata dapat dicapai. Alat sederhana untuk menggantikan
peluru sangat perlu untuk dilakukan oleh guru pendidikan jasmani agar dapat
menjamin keselamatan mereka serta tuntutan tugas gerak dalam tolak peluru dapat
adalah bola tenis, keuntungannya karena penggunaan bola tersebut ringan tidak
sebagai contoh sebuah bentuk permainan dengan posisi peserta didik saling
Gambar 2.6
Bola plastik
Hal penting yang harus diperhatikan saat menolak bola Plastik, bola voli
atau benda lain yang sejenis sebagai alat pengganti peluru adalah bentuk gerakan
tersebut harus lebih menekankan pada pembentukan sikap menolak dan jangan
dibiasakan peserta didik melakukan sikap melempar. Upaya ini dapat membentuk
pola gerak menolak yang sesuai perkembangan usia mereka dan keinginan mereka
pembelajaran pendidikan jasmani mutlak harus dilakukan, dan guru harus mampu
terhadap motivasi belajar gerak anak, akibatnya proses belajar anak terlaksana
tehnik-tehnik dasar tolak peluru merupakan gejala belajar yang terjadi dalam diri
nomor tolak peluru, sehingga peningkatan hasil belajar yang ingin dicapai dapat
diwujudkan.
mulanya tolakan dapat dilakukan dengan dua tangan kemudian dilakukan dengan
satu tangan yaitu tangan yang terkuat untuk melakukan tolakan sambil menirukan
gerakan yang dibutuhkan dalam tolak peluru. Dengan demikian setelah peserta
didik dapat melakukan dengan benar gerak dasar tolak peluru melalui pendekatan
modifikasi baik alat maupun cara pembelajarannya, maka latihan selanjutnya
dapat dilakukan dengan menggunakan peluru yang sebenarny, akan tetapi guru
perlu memperhatikan dan mengawasi baik itu berkenaan dengan berat peluru,
jarak tolakan maupun tehnik-tehnik dasar tolak peluru dan yang terpenting adalah
guru selalu dapat menjaga keamanan peserta didik dalam proses pembelajaran