Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan
yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai
lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah
pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal,
nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah, yang berlangsung seumur
hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan
individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru
sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya
interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran, dalam konteks pembelajaran
ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis
dan berpedoman pada seperangkat aturan atau rencana tentang pendidikan yang
dikemas dalam bentuk kurikulum. Agar berhasil dalam membawa peserta didik ke
arah kedewasaan, maka setiap sekolah memerlukan beberapa orang guru,
sehingga masing-masing anak didik akan mendapat pendidikan dan pembinaan
dari beberapa orang guru yang mempunyai kepribadian dan mentalnya yang
berbeda-beda.
Setiap guru akan mempunyai pengaruh terhadap anak didiknya. Pengaruh
tersebut ada yang terjadi melalui pendidikan dan pengajaran yang dilakukan
dengan sengaja dan ada pula yang terjadi tidak sengaja, bahkan tidak disadari oleh
guru melalui sikap, gaya, dan macam-macam penampilan kepribadian guru. Hal
ini juga dikemukakan oleh Zakiah Daradjat yang menyatakan bahwa
“Kepribadian guru akan lebih besar pengaruhnya dari pada kepandaian dan
ilmunya, terutama bagi anak didik yang masih dalam usia anak-anak dan masa
meningkat remaja, yaitu Pendidikan Dasar dan Menengah, karena anak didik pada
tingkat tersebut masih dalam masa pertumbuhan.1

1
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta:Bulan Bintang, 2005), cet.4, hal.2
Pemerintah telah menemukan empat jenis kompetensi guru dalam
Undang-Undang No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yaitu:
Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan
Kompetensi Profesional. Guru yang kompeten ditandai dengan terpenuhnya
keempat kompetensi ini.
Dalam konsep pembelajaran tentunya guru yang memiliki kepribadian
yang baik mampu mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan peserta didiknya
secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi
karena adanya kesan yang ditimbulkan dari melihat kepribadian baik yang
dimiliki seorang guru, sehingga peserta didik yang termotivasi akan semakin
sering melibatkan diri dalam berbagai aktivitas belajar. Akan tetapi dalam
pencapaian pembelajaran terkadang peserta didik termotivasi atau tidaknya
melakukan sesuatu, banyak tergantung pada proses kognitif berupa persepsi. 2
Kemampuan mempersepsi antara persepsi peserta didik yang satu dengan yang
lainnya tidak sama meskipun mereka sama-sama dari sekolah yang sama maupun
dari kelas yang sama juga.3
Sedangkan kepribadian itu sendiri, sebagaimana yang dikutip oleh Inge
bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem
psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan”.4 Kepribadian guru dapat tercermin dari sikap dan tingkah lakunya
yang khas dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun
masyarakat. Tingkah laku guru pada umumnya, merupakan penampilan lain dari
kepribadiannya. Bagi peserta didik yang masih kecil, guru adalah orang pertama
sesudah orang tua, yang mempengaruhi pembinaan kepribadian peserta didik.
Sikap guru dalam meghadapi persoalan, baik menghadapi peserta didik, teman-
temannya sesama guru, kepala sekolah dan sekolah itu sendiri akan dilihat,
diamati, dan dinilai pula oleh peserta didik. Oleh karena itu, guru hendaknya
memiliki kepribadian baik yang akan dicontoh dan diteladani oleh peserta didik

2
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), cet.3
hal.311
3
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Suatu Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada,
2012), cet.4, hal. 29
4
Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Yang
Positif, (Jakarta: Indeks, 2007), cet. 1, hal. 1.
baik secara langsung maupun tidak secara langsung terhadap diri sendiri, orang
lain dan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Namun masih banyak lagi faktor yang dapat mempengaruhi sikap peserta
didik terhadap guru dan sekolah pada umumnya, misalnya perubahan status
ekonomi dan sosial orang tuanya, sakit atau meninggalnya salah satu atau kedua
orang tuanya dan sebagainya. Semuanya itu akan terpantul dalam kelakuan
peserta didik dan akan terlihat jelas dihadapan guru. Guru yang tidak mengerti,
akan menghadapi peserta dengan kekerasan atau peraturan yang ketat. Hal itu
akan memperjauh hubungannya dengan peserta didik. Disinilah perlunya
persyaratan kepribadian bagi jabatan guru. Guru yang memiliki kepribadian yang
baik mampu memahami peserta didiknya. Dan guru yang memiliki kepribdian
yang baik akan selalu dihormati dan disayangi oleh peserta didiknya, hal itu pula
akan meningkatkan kecerdasan emosionaknya, semangat terhadap ilmu
pengetahuan dan membentuk sikap tingkah laku mereka yang baik.
Dari penjelasan diatas kita ketahui bahwasanya sekolah, guru yang baik
serta semangat anak-anak dalam belajar sangat mempengaruhi pencapaian tujuan
dari pendidikan tersebut. Akan tetapi pada kenyataan yang ada masih banyak
masalah-masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan. Sebagaimana yang
dikutip oleh Anas, masalah yang paling serius dalam pendidikan di Indonesia
menapaki abad ke-21 dimulai saat pendidikan disamakan dengan persekolahan. 5
Maksudnya adalah banyaknya sekolah yang didirikan tetapi tidak diimbangi
dengan kualitas pendidikannya salah satunya dengan guru yang tentunya
berkompeten dan profesional, sehingga banyak sekolah menerima tenaga pengajar
kurang memperhatikan aspek keprofesionalan guru. Dan ini pun akan berdampak
pada peserta didik.
Masih minim pula guru yang memahami apa yang diinginkan peserta
didik. Selain itu kini ramai ditayangkan di media elektronik maupun media cetak
kasus-kasus korupsi, semakin maraknya tawuran, yang dilakukan antar warga,
kelompok bahkan pelajar. Fenomena ini jelas menunjukan bahwa masyarakat
Indonesia ternyata mampu melakukan tindakan kekerasan.6 Adapun kasus anak
5
Anas Salahudin, Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya
Bangsa), (Bandung: Pustaka Setia, 2013), cet. 1 h. 36
6
Susie Evidia, “Pentingnya Pendidikan Karakter”, Harian Umum Republika, Jakarta, 7
agustus 2011 hal.24
yang fobia sekolah, takut guru galak, dan masih banyak lagi. Hal ini membuktikan
masih ada guru yang kurang memperhatikan dan tidak peduli terhadap peserta
didiknya.
Menurut Dewey, bahwa hubungan timbal balik antara guru dan murid
ketika menjelaskan, sering kali guru tidak memikirkan keterlibatan murid dalam
proses pembelajaran atau memikirkan pembelajaran guru sendiri yang dihasilkan
dari interaksi mereka dengan murid.7 Selain itu masalah persiapan pelajaran
termasuk faktor yang mempengaruhi sikap guru didepan kelas. Guru yang tanpa
persiapan , akan merasa ragu tentang apa yang diajarkannya, pertanyaan peserta
didik, mungkin akan ditanggapinya dengan marah atau meremehkannya atau
kebingungan. Guru yang demikian itu akan kehilangan kepercayaan dari peserta
didik, bahkan mungkin akan kehilangan simpati dan penghargaan mereka. Dan
fenomena terjadi kasus pensiun dini yang dilakukan oleh guru pns untuk memilih
berdagang setelah mendapatkan tunjangan. Hal ini tentunya sangat akan
mengganggu proses belajar dan mengajar. Oleh karena itu kepribadian guru
terhadap kecerdasan emosional siswa sangat berperan penting, dimana kondisi ini
harus dipupuk lebih dahulu dalam proses belajar mengajar.
Bisa diduga jika para guru tidak menyadari maka anak itu akan tidak
percaya diri dan prestasi belajar pun akan semakin menurun. Jika ini terjadi pada
sekolah-sekolah lain, maka hal ini dapat menghancurkan pendidikan itu sendiri,
dan tidak dipungkiri akan memburuknya pendidikan bangsa ini apabila
pendidikan bangsa memburuk maka bangsa akan hancur. Oleh karena itu
pendidikan harus benar-benar memberikan pelayanan terbaik bagi semua aspek
pendidikan. Dan pelayanan itu tidak akan berjalan dengan baik apabila pendidikan
tidak mencetak tenaga pendidik yang punya kepribadian baik dan profesional.
Kualitas pendidikan yang baik terletak pada sumber daya manusia yang
baik pula, dimana semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan harus
berusaha mengembangkan potensi yang dimiliki, ini sesuai dengan dasar, fungsi
dan tujuan pendidikan nasional di dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 3 yang berbunyi:

7
Kay A. Norlander, dkk., Guru Profesional dalam Penyiapan dan Pembimbingan Praktisi
Pemikir, (Jakarta: PT Indeks, 2009), cet.1, hal. 60
“Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

Dengan adanya undang-undang tersebut, maka dari waktu ke waktu


bidang pendidikan haruslah tetap menjadi prioritas dan menjadi orientasi untuk
diusahakan perwujudan sarana dan prasarananya terutama untuk sekolah. Salah
satu tugas pokok sekolah adalah menyiapkan siswa agar dapat mencapai
perkembangannya secara optimal. Seorang siswa dikatakan telah mencapai
perkembangannya secara optimal apabila siswa dapat memperoleh pendidikan dan
hasil belajar, kemampuan dan minat yang dimilikinya.
Sumber daya yang berkualitas adalah mereka yang memiliki kecerdasan –
kecerdasan yang tinggi. Pada awalnya masyarakat menyakini bahwa, bagi mereka
yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi maka mereka miliki prestasi
belajar yang tinggi pula dan kecerdasan intelektual menjadi peran penting dalam
kehidupan seseorang. Menjadi jaminan akan lebih mudah untuk mendapatkan
sebuah pekerjaan, dan menjamin bahwa masa depan akan lebih cerah, sehingga
mereka lupa bahwa dalam diri manusia memiliki potensi yang lain yang juga tidak
kalah pentingnya disamping kecerdasan intelektual (Natsir, Primarni, 2020:109).8
Menurut Goleman (2004:17) kecerdasan emosional adalah kemampuan
seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi serta menjaga
kelarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri,
pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa. Karena anak yang memiliki kecerdasan emosional yang baik ia
akan menggunakan dan mengarahkan kecerdasan emosionalnya untuk hal-hal
yang positif.
Menurut Saphiro (Dalam Hamzah B. Uno, 2015:98) istilah kecerdasan
emosional merupakan kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri,
8
Nanat Fatah Natsir, Amie Primarni, Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kompetensi
Kepribadian Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Madrasah Aliyah Di Pondok Pesantren Qotrun
Nada Depok, Program Pascasarajana Institut Agama Islam Nasional (IAI-N) Bogor, urnal Dirosah
Islamiyah
bertahan dalam menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak
berlebih-lebihan dalam kesenangan, mengatur suasana hati agar beban stress tidak
melumpuhkan kemampuan berfikir dan berempati.9
Setiap anak yang dilahirkan, telah membawa karakter dan sifatnya sendiri.
Termasuk didalamnya juga telah membawa kecerdasan Intelektual (IQ) dan
kecerdasan Emosional (EQ) dalam dirinya. Namun, bukan berarti proses
semuanya telah selesai, tidak dapat diubah, dan tidak dapat dipengaruhi, tetapi
yang berperan penting adalah orang tua, lingkungan dan pendidik memiliki peran
penting dalam mengarahkan dan meningkatkan potensi yang telah Allah
karuniakan pada diri anak tersebut. Seorang anak tidak boleh dibebaskan
mengikuti kemauannya tanpa ada bimbingan dan arahan dari orang tua atau
pendidik yang dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi dasar yang
dimilikinya.
Menurut Goleman (2016:67), khusus pada orang-orang yang murni
hannya memiliki kecerdasan akademis tinggi atau ber-IQ tinggi, mereka
cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel,
cenderung menarik diri, terkesan dingin, dan cenderung sulit mengekspresikan
keksalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf
keceerdasan emosionalnya, maka orang- orang seperti ini sering menjadi masalah.
Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf
kecerdasan emosionalnya rendah, maka akan terlihat sebagai orang keras kepala,
sulit bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka
dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengatasi setres.10
Merupakan suatu kenyataan bahwa kecerdasan yang digambarkan melalui
Intelegense quetion (IQ), dari prestassi belajarnya. Prestasi belajar merupakan
faktor yang sangat penting bagi siswa didik maupun bagi pendidik. Prestasi
belajar yang baik merupakan cita-cita setiap siswa maupun pendidik. Karena
prestasi belajar siswa merupakan sebuah tolak ukur keberhasilan proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh siswa dan pendidik. Apabila prestasi yang
didapatkan siswa baik, maka dapat dikatakan proses belajar mengajar berhasil
9
Agus Nggermanto, Melejitkan IQ, EQ, dan SQ Kecerdasan Quantum (Bandung: Nuansa
Cendekia, 2015) h. 98.
10
Daniel Goleman, Emotional Intelgence (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2016). cet. 22.
h. 67
baik, akan tetapi jika prestasi belajar yang dicapai siswa rendah, maka dapat
dikatakan behwa proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru belum
berhasil dengan baik
Guru merupakan salah satu faktor penentu berhasil atau tidaknya suatu
pembelajaran. Keberhasilan penyelenggaraan pembelajaran sangat ditentukan oleh
sejauh mana kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui
kegiatan pembelajaran. Apabila guru memiliki kesiapan yang kurang, guru
tersebut tidak dapat performance yang optimal dan cenderung kurang bagus
sehingga persepsi siswa terhadap guru tersebut biasanya menjadi kurang baik dan
memandang rendah. Oleh karena itu kompetensi guru dinilai sangat berpengaruh
terhadap prestasi belajar
Terkait dengan dunia pendidikan untuk menciptakan individu yang
berkualitas dan berprestasi yang tinggi maka siswa harus memiliki prestasi yang
baik, prestasi belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui
keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan
bahwa ia telah berhasil dalam belajar. Peningkatan prestasi belajar siswa akan
dipengaruhi oleh kualitas proses belajar mengajar di kelas. Hal ini berarti tercapai
tidaknya tujuan pendidikan salah satunya akan tergantung pada proses belajar
mengajar yang berlangsung dengan baik dimana guru mampu menguasai dan
mengimplementasikan keterampilan mengajar dalam proses belajar mengajar.
Menurut Slameto (2013: 54) Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor internal faktor yang ada di dalam diri
individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal faktor yang ada diluar
individu. Prestasi belajar siswa ini dapat diukur dari Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah. Bagi siswa yang memiliki nilai diatas
Kriteria Kentutasan Minimal, maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut
memiliki prestasi belajar yang tinggi, namun bagi siswa yang memiliki nilai
dibawah Kriteria Kentutasan Minimal, maka siswa tersebut memiliki prestasi
yang rendah.
Diduga faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa pada Mata
Pelajaran pendidikan Agama Islam adalah kecerdasan emosional, dimana
kecerdasan emosional dan kepribadian guru yang kurang memahami karakter
peserta didiknya berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Semakin
berkembang kecerdasan emosional siswa maka akan membantu mengatasi
kesulitan atau hambatan dalam belajar sehingga dapat mengatur waktu dan cara
belajar sesuai kondisinya. Begitu juga dengan kepribadian guru dapat
meningkatkan keccerdasan emosional dan akn berpengaruh pada prestasi belajar
siswa
Adapun peserta didik MAS Al Imron Kec. Ujng Batu Kabupaten Padang
Lawas Utara, dalam hal mempersepsi kepribadian guru. Guru yang kurang
perhatian, kurang peduli dan tidak bertanggung jawab atas peserta didiknya
menjadi salah satu faktor penyebab munculnya sifat-sifat negatif yang bisa timbul
pada diri siswa seperti menurunya kecerdasan emosional peserta didik dan hal
tersebut akan berdampk pada prestasi peserta didik. Akan tetapi seperti yang
sudah penulis paparkan di atas, dalam pencapaian pembelajaran terkadang peserta
didik termotivasi atau tidaknya melakukan sesuatu, banyak tergantung pada
proses kognitif berupa persepsi. Kemampuan mempersepsi antara persepsi peserta
didik yang satu dengan yang lainnya tidak sama meskipun mereka sama-sama dari
sekolah yang sama maupun dari kelas yang sama. Dari itulah menurut
pengamatan penulis masalah ini perlu diangkat sebagai sebuah penelitian, apakah
ada hubungan persepsi siswa tentang kepribadian guru dan motivasi belajar siswa
yang berdampak pada prestasi belajar siswa itu sendri?.
Selama penulis mengobservasi sekolah tersebut, penulis menemukan
beberapa guru yang kurang perhatian dan tidak peduli terhadap peserta didiknya
dalam proses belajar mengajar seperti cara guru yang masih mengajar dengan
metode ceramah sehingga membuat suasana kegiatan belajar mengajar menjadi
membosankan, kemudian memberikan tugas di kelas lalu meninggalkannya.
Selain itu dalam pengamatan penulis untuk peserta didiknya masih ada beberapa
peserta didik yang kurang memperhatikan guru saat menerangkan. Saat belajar
mengajar berlangsung ada beberapa siswa sibuk dengan bermain sesama teman
sebangkunya dan ada yang diam saja ketika guru mengajukan beberapa
pertanyaan di dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan latar belakang permasalah di atas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai. “Hubungan Persepsi Siswa Tentang
Kepribadian Guru Dan Kecerdasan Emosional Dengan Siswa Prestasi
Belajar Pendidikan Agama Islam Kelas 11 Pada Siswa MAS AL IMRON
Kec. Ujung Batu Kabupaten Padang Lawas Utara”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Guru kurang memperhatikan keadaan peserta didiknya.
2. Kurangnya kepedulian guru terhadap partisipasi peserta didik dalam
belajar.
3. Masih ada guru yang belum ada rasa tanggung jawab yang besar terhadap
peserta didik.
4. Masih adanya guru yang kurang menjaga sikap yang baik.
5. Kurangnya perhatian peserta didik saat proses belajar
6. Siswa sibuk dengan bermain sesama teman sebangkunya
7. Siswa yang hanya diam saja ketika guru mengajukan

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan
masalahnya yaitu:
1. Apakah ada hubungan antara persepsi siswa tentang kepribadian guru
dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Kelas 11 Pada Siswa
MAS AL IMRON Kec. Ujung Batu Kabupaten Padang Lawas Utara?
2. Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional siswa dengan
prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Kelas 11 Pada Siswa MAS AL
IMRON Kec. Ujung Batu Kabupaten Padang Lawas Utara?
3. Apakah ada hubungan secara bersama-sama antara persepsi siswa
tentang tentang kepribadian guru dan kecerdasan emosional siswa
dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Kelas 11 Pada Siswa
MAS AL IMRON Kec. Ujung Batu Kabupaten Padang Lawas Utara?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa tentang kepribadian
guru dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Kelas 11 Pada
Siswa MAS AL IMRON Kec. Ujung Batu Kabupaten Padang Lawas
Utara?
2. Untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional siswa dengan
prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Kelas 11 Pada Siswa MAS AL
IMRON Kec. Ujung Batu Kabupaten Padang Lawas Utara?
3. Untuk mengetahui hubungan secara bersama-sama antara persepsi siswa
tentang tentang kepribadian guru dan kecerdasan emosional siswa dengan
prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Kelas 11 Pada Siswa MAS AL
IMRON Kec. Ujung Batu Kabupaten Padang Lawas Utara?

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan


pengembangan keilmuan di bidang pendidikan. Berdasarkan hasil yang
diperoleh, diharapkan penelitian ini mampu memberikan manfaat kepada peneliti,
sekolah, dan guru.

1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan akan kepribadian guru dan kecerdasan emosional siswa dengan
prestasi belajar. Sebagai calon pendidik, guru harus siap untuk
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik maka dari itu guru harus
memperluas ilmunya dengan belajar agar dapat menguasai kompetensi
kepribadian
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru Pendidikan Agama Islam
di MAS AL IMRON Kec. Ujung Batu Kabupaten Padang Lawas Utara,
sebagai bahan pertimbangan untuk mengkoreksi kinerjanya guru selama
ini sudah sesuai atau belum sesuai yang diharapkan. Membantu guru
dalam mengembangkan dan pemanfaatan kompetensi kepribadian dalam
rangka meningkatkan kualitas guru.
3. Bagi Sekolah
Hasil dari penelitian ini dapat dipergunakan oleh sekolah sebagai bahan
acuan atau pertimbangan untuk memaksimalkan kemampuan dan
meningkatkan bobot kecakapan kepribadian guru dalam proses belajar
mengajar di MAS AL IMRON Kec. Ujung Batu Kabupaten Padang
Lawas Utara
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, cet.3, 2014)


Anas Salahudin, Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya
Bangsa), (Bandung: Pustaka Setia, cet. 1, 2013)
Agus Nggermanto, Melejitkan IQ, EQ, dan SQ Kecerdasan Quantum (Bandung:
Nuansa Cendekia, 2015)
Daniel Goleman, Emotional Intelgence (Jakarta: PT Gramedia Pustaka, cet. 22,
2016).
Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian Tinjauan Praktis Menuju Pribadi
Yang Positif, (Jakarta: Indeks, cet. 1, 2007)
Kay A. Norlander, dkk., Guru Profesional dalam Penyiapan dan Pembimbingan
Praktisi Pemikir, (Jakarta: PT Indeks, cet.1,2009)
Nanat Fatah Natsir, Amie Primarni, Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan
Kompetensi Kepribadian Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Madrasah
Aliyah Di Pondok Pesantren Qotrun Nada Depok, Program Pascasarajana
Institut Agama Islam Nasional (IAI-N) Bogor, urnal Dirosah Islamiyah
Susie Evidia, Pentingnya Pendidikan Karakter”, (Jakarta: Harian Umum
Republika, 7 agustus 2011)
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Suatu Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung
Persada, cet.4, 2012)
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta:Bulan Bintang, cet.4, 2005)

Anda mungkin juga menyukai