PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan
yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai
lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah
pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal,
nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah, yang berlangsung seumur
hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbangan kemampuan-kemampuan
individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru
sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya
interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran, dalam konteks pembelajaran
ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis
dan berpedoman pada seperangkat aturan atau rencana tentang pendidikan yang
dikemas dalam bentuk kurikulum. Agar berhasil dalam membawa peserta didik ke
arah kedewasaan, maka setiap sekolah memerlukan beberapa orang guru,
sehingga masing-masing anak didik akan mendapat pendidikan dan pembinaan
dari beberapa orang guru yang mempunyai kepribadian dan mentalnya yang
berbeda-beda.
Setiap guru akan mempunyai pengaruh terhadap anak didiknya. Pengaruh
tersebut ada yang terjadi melalui pendidikan dan pengajaran yang dilakukan
dengan sengaja dan ada pula yang terjadi tidak sengaja, bahkan tidak disadari oleh
guru melalui sikap, gaya, dan macam-macam penampilan kepribadian guru. Hal
ini juga dikemukakan oleh Zakiah Daradjat yang menyatakan bahwa
“Kepribadian guru akan lebih besar pengaruhnya dari pada kepandaian dan
ilmunya, terutama bagi anak didik yang masih dalam usia anak-anak dan masa
meningkat remaja, yaitu Pendidikan Dasar dan Menengah, karena anak didik pada
tingkat tersebut masih dalam masa pertumbuhan.1
1
Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Jakarta:Bulan Bintang, 2005), cet.4, hal.2
Pemerintah telah menemukan empat jenis kompetensi guru dalam
Undang-Undang No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yaitu:
Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial, dan
Kompetensi Profesional. Guru yang kompeten ditandai dengan terpenuhnya
keempat kompetensi ini.
Dalam konsep pembelajaran tentunya guru yang memiliki kepribadian
yang baik mampu mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan peserta didiknya
secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi
karena adanya kesan yang ditimbulkan dari melihat kepribadian baik yang
dimiliki seorang guru, sehingga peserta didik yang termotivasi akan semakin
sering melibatkan diri dalam berbagai aktivitas belajar. Akan tetapi dalam
pencapaian pembelajaran terkadang peserta didik termotivasi atau tidaknya
melakukan sesuatu, banyak tergantung pada proses kognitif berupa persepsi. 2
Kemampuan mempersepsi antara persepsi peserta didik yang satu dengan yang
lainnya tidak sama meskipun mereka sama-sama dari sekolah yang sama maupun
dari kelas yang sama juga.3
Sedangkan kepribadian itu sendiri, sebagaimana yang dikutip oleh Inge
bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem
psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan”.4 Kepribadian guru dapat tercermin dari sikap dan tingkah lakunya
yang khas dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun
masyarakat. Tingkah laku guru pada umumnya, merupakan penampilan lain dari
kepribadiannya. Bagi peserta didik yang masih kecil, guru adalah orang pertama
sesudah orang tua, yang mempengaruhi pembinaan kepribadian peserta didik.
Sikap guru dalam meghadapi persoalan, baik menghadapi peserta didik, teman-
temannya sesama guru, kepala sekolah dan sekolah itu sendiri akan dilihat,
diamati, dan dinilai pula oleh peserta didik. Oleh karena itu, guru hendaknya
memiliki kepribadian baik yang akan dicontoh dan diteladani oleh peserta didik
2
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), cet.3
hal.311
3
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Suatu Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada,
2012), cet.4, hal. 29
4
Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Yang
Positif, (Jakarta: Indeks, 2007), cet. 1, hal. 1.
baik secara langsung maupun tidak secara langsung terhadap diri sendiri, orang
lain dan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Namun masih banyak lagi faktor yang dapat mempengaruhi sikap peserta
didik terhadap guru dan sekolah pada umumnya, misalnya perubahan status
ekonomi dan sosial orang tuanya, sakit atau meninggalnya salah satu atau kedua
orang tuanya dan sebagainya. Semuanya itu akan terpantul dalam kelakuan
peserta didik dan akan terlihat jelas dihadapan guru. Guru yang tidak mengerti,
akan menghadapi peserta dengan kekerasan atau peraturan yang ketat. Hal itu
akan memperjauh hubungannya dengan peserta didik. Disinilah perlunya
persyaratan kepribadian bagi jabatan guru. Guru yang memiliki kepribadian yang
baik mampu memahami peserta didiknya. Dan guru yang memiliki kepribdian
yang baik akan selalu dihormati dan disayangi oleh peserta didiknya, hal itu pula
akan meningkatkan kecerdasan emosionaknya, semangat terhadap ilmu
pengetahuan dan membentuk sikap tingkah laku mereka yang baik.
Dari penjelasan diatas kita ketahui bahwasanya sekolah, guru yang baik
serta semangat anak-anak dalam belajar sangat mempengaruhi pencapaian tujuan
dari pendidikan tersebut. Akan tetapi pada kenyataan yang ada masih banyak
masalah-masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan. Sebagaimana yang
dikutip oleh Anas, masalah yang paling serius dalam pendidikan di Indonesia
menapaki abad ke-21 dimulai saat pendidikan disamakan dengan persekolahan. 5
Maksudnya adalah banyaknya sekolah yang didirikan tetapi tidak diimbangi
dengan kualitas pendidikannya salah satunya dengan guru yang tentunya
berkompeten dan profesional, sehingga banyak sekolah menerima tenaga pengajar
kurang memperhatikan aspek keprofesionalan guru. Dan ini pun akan berdampak
pada peserta didik.
Masih minim pula guru yang memahami apa yang diinginkan peserta
didik. Selain itu kini ramai ditayangkan di media elektronik maupun media cetak
kasus-kasus korupsi, semakin maraknya tawuran, yang dilakukan antar warga,
kelompok bahkan pelajar. Fenomena ini jelas menunjukan bahwa masyarakat
Indonesia ternyata mampu melakukan tindakan kekerasan.6 Adapun kasus anak
5
Anas Salahudin, Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya
Bangsa), (Bandung: Pustaka Setia, 2013), cet. 1 h. 36
6
Susie Evidia, “Pentingnya Pendidikan Karakter”, Harian Umum Republika, Jakarta, 7
agustus 2011 hal.24
yang fobia sekolah, takut guru galak, dan masih banyak lagi. Hal ini membuktikan
masih ada guru yang kurang memperhatikan dan tidak peduli terhadap peserta
didiknya.
Menurut Dewey, bahwa hubungan timbal balik antara guru dan murid
ketika menjelaskan, sering kali guru tidak memikirkan keterlibatan murid dalam
proses pembelajaran atau memikirkan pembelajaran guru sendiri yang dihasilkan
dari interaksi mereka dengan murid.7 Selain itu masalah persiapan pelajaran
termasuk faktor yang mempengaruhi sikap guru didepan kelas. Guru yang tanpa
persiapan , akan merasa ragu tentang apa yang diajarkannya, pertanyaan peserta
didik, mungkin akan ditanggapinya dengan marah atau meremehkannya atau
kebingungan. Guru yang demikian itu akan kehilangan kepercayaan dari peserta
didik, bahkan mungkin akan kehilangan simpati dan penghargaan mereka. Dan
fenomena terjadi kasus pensiun dini yang dilakukan oleh guru pns untuk memilih
berdagang setelah mendapatkan tunjangan. Hal ini tentunya sangat akan
mengganggu proses belajar dan mengajar. Oleh karena itu kepribadian guru
terhadap kecerdasan emosional siswa sangat berperan penting, dimana kondisi ini
harus dipupuk lebih dahulu dalam proses belajar mengajar.
Bisa diduga jika para guru tidak menyadari maka anak itu akan tidak
percaya diri dan prestasi belajar pun akan semakin menurun. Jika ini terjadi pada
sekolah-sekolah lain, maka hal ini dapat menghancurkan pendidikan itu sendiri,
dan tidak dipungkiri akan memburuknya pendidikan bangsa ini apabila
pendidikan bangsa memburuk maka bangsa akan hancur. Oleh karena itu
pendidikan harus benar-benar memberikan pelayanan terbaik bagi semua aspek
pendidikan. Dan pelayanan itu tidak akan berjalan dengan baik apabila pendidikan
tidak mencetak tenaga pendidik yang punya kepribadian baik dan profesional.
Kualitas pendidikan yang baik terletak pada sumber daya manusia yang
baik pula, dimana semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan harus
berusaha mengembangkan potensi yang dimiliki, ini sesuai dengan dasar, fungsi
dan tujuan pendidikan nasional di dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 3 yang berbunyi:
7
Kay A. Norlander, dkk., Guru Profesional dalam Penyiapan dan Pembimbingan Praktisi
Pemikir, (Jakarta: PT Indeks, 2009), cet.1, hal. 60
“Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Guru kurang memperhatikan keadaan peserta didiknya.
2. Kurangnya kepedulian guru terhadap partisipasi peserta didik dalam
belajar.
3. Masih ada guru yang belum ada rasa tanggung jawab yang besar terhadap
peserta didik.
4. Masih adanya guru yang kurang menjaga sikap yang baik.
5. Kurangnya perhatian peserta didik saat proses belajar
6. Siswa sibuk dengan bermain sesama teman sebangkunya
7. Siswa yang hanya diam saja ketika guru mengajukan
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan
masalahnya yaitu:
1. Apakah ada hubungan antara persepsi siswa tentang kepribadian guru
dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Kelas 11 Pada Siswa
MAS AL IMRON Kec. Ujung Batu Kabupaten Padang Lawas Utara?
2. Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional siswa dengan
prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Kelas 11 Pada Siswa MAS AL
IMRON Kec. Ujung Batu Kabupaten Padang Lawas Utara?
3. Apakah ada hubungan secara bersama-sama antara persepsi siswa
tentang tentang kepribadian guru dan kecerdasan emosional siswa
dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Kelas 11 Pada Siswa
MAS AL IMRON Kec. Ujung Batu Kabupaten Padang Lawas Utara?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa tentang kepribadian
guru dengan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Kelas 11 Pada
Siswa MAS AL IMRON Kec. Ujung Batu Kabupaten Padang Lawas
Utara?
2. Untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional siswa dengan
prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Kelas 11 Pada Siswa MAS AL
IMRON Kec. Ujung Batu Kabupaten Padang Lawas Utara?
3. Untuk mengetahui hubungan secara bersama-sama antara persepsi siswa
tentang tentang kepribadian guru dan kecerdasan emosional siswa dengan
prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Kelas 11 Pada Siswa MAS AL
IMRON Kec. Ujung Batu Kabupaten Padang Lawas Utara?
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan akan kepribadian guru dan kecerdasan emosional siswa dengan
prestasi belajar. Sebagai calon pendidik, guru harus siap untuk
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik maka dari itu guru harus
memperluas ilmunya dengan belajar agar dapat menguasai kompetensi
kepribadian
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru Pendidikan Agama Islam
di MAS AL IMRON Kec. Ujung Batu Kabupaten Padang Lawas Utara,
sebagai bahan pertimbangan untuk mengkoreksi kinerjanya guru selama
ini sudah sesuai atau belum sesuai yang diharapkan. Membantu guru
dalam mengembangkan dan pemanfaatan kompetensi kepribadian dalam
rangka meningkatkan kualitas guru.
3. Bagi Sekolah
Hasil dari penelitian ini dapat dipergunakan oleh sekolah sebagai bahan
acuan atau pertimbangan untuk memaksimalkan kemampuan dan
meningkatkan bobot kecakapan kepribadian guru dalam proses belajar
mengajar di MAS AL IMRON Kec. Ujung Batu Kabupaten Padang
Lawas Utara
DAFTAR PUSTAKA