Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan

merupakan

wahana

pengubahan

kepribadian

dan

pengembangan diri. Oleh karena itu tentu pendidikan juga akan membawa
dampak yang besar terhadap peningkatan kualitas dan perilaku hidup masyarakat.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan
nasional

yang

diatur

secara

sistematis.

Pendidikan

nasional

berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang


bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (UU No. 20 Tahun 2003).
Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya
manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor
penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis maka
setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar
kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya, sehingga apa
yang diharapkan dalam peningkatan kualitas belajar siswa agar dapat tercapai
dengan baik, semua ini dapat berjalan apabila ada kolaborasi yang baik antara
guru dengan guru, guru dengan siswa serta siswa dengan siswa.

Guru adalah figur manusia sebagai sumber yang menempati posisi dan
memegang peran penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan
masalah dunia pendidikan figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan
terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Guru
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi guru atau dosen pada perguruan tinggi. Hal tersebut tidak dapat
disangkal kerena lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru
sebagian besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di
masyarakat (Djamarah, 2007:46).
Peran guru sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal
pada umumnya karena bagi siswa, guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan
menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan unsur yang sangat
mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur siswa dan fasilitas
lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan kesiapan
guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar.
Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan
sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu kinerjanya.
Guru merupakan ujung tombak pendidikan sebab secara langsung
berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan siswa, sebagai ujung
tombak, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai
seorang guru, pembimbing dan pengajar dan kemampuan tersebut tercermin pada

kompetensi guru. Berkualitas tidaknya proses pendidikan sangat tergantung pada


kreativitas dan inovasi yang dimiliki guru. Gunawan (2006:29) mengemukakan
bahwa guru merupakan perencana, pelaksana sekaligus sebagai evaluator
pembelajaran di kelas, maka siswa merupakan subjek yang terlibat langsung
dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan.
Degradasi moral ini seakan luput dari pengamatan dan dibiarkan terus
berkembang. Siswa diamana merupakan calon penerus bangsa yang diharapkan
dapat membangun dan memajukan bangsa dengan menerapkan nilai-nilai yang
ada dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Namun, pada kenyataanya arus
globalisasi yang masuk ke Indonesia berdampak pada pola pikir dan gaya hidup
siswa, yang mengakibatkan terjadinya degradasi moral siswa di Indonesia saat ini.
Faktor utama yang mengakibatkan degradasi moral siswa ialah perkembangan
globalisasi yang tidak seimbang. Virus globalisasi terus menggerogoti bangsa ini
terutama di kalangan para penerus bangsa yaitu para siswa. Sayangnya kita seakan
tidak sadar, namun malah mengikutinya pengaruh bersangkutan. Kita terus
menuntut kemajuan di era global ini tanpa memandang aspek kesantunan budaya
negeri ini. Ketidak seimbangan itulah yang pada akhirnya membuat moral
semakin jatuh dan rusak. Hasan dkk (dalam Zainul Fitri, 2012: 39-40).
Di sekolah atau lembaga pendidikan, upaya ini dilakukan melalui
pemberian mata pelajaran pendidikan akhlak, pendidikan moral, pendidikan etika,
atau pendidikan moral. Akhir-akhir ini di Indonesia misi ini diemban oleh mata
pelajaran pokok, yakni Pendidikan Kewarganegaraan. Mata pelajaran ini
nampaknya belum dianggap mampu mengantarkan peserta didik memiliki akhlak

mulia seperti yang diharapkan, sehingga sejak 2010 melalui Pendidikan karakter
dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi
pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata
pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai moral tidak
hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan
nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. Erwin (2011:3-4).
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Sementara itu, menurut Uno (2007: 15) guru adalah orang
dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan
membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki
kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan
mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai
tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.
Peranan guru sebagai pendidik profesional akhir-akhir ini mulai
dipertanyakan eksistensinya secara fungsional. Hal ini antara lain disebabkan oleh
munculnya serangkaian fenomena para lulusan pendidikan yang secara moral
cenderung merosot dan secara intelektual akademik juga kurang siap untuk
memasuki lapangan kerja. Jika fenomena tersebut benar adanya, maka baik
langsung maupun tidak langsung akan terkait dengan peranan guru sebagai
pendidik profesional. Sukadi, (2006. 69). Menurut Enung Asmaya, (2009:64)

berpendapat pendidikan moral seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan


nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke
pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan moral yang selama ini ada di SMP
Negeri 1 Paguyaman perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya,
serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah
diimplementasikan di sekolah. Salah satu upaya untuk mewujudkan pendidikan
yang seperti di atas, para siswa harus dibekali dengan pendidikan khusus yang
membawa misi pokok dalam pembinaan moral/akhlak mulia.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan observasi awal dan
data lapangan di SMP Negeri 1 Paguyaman membuktikan bahwa Peran guru PKn
dalam menurunkan angka degradasi moral siswa belum maksimal dengan baik di
mana masih banyak tindakan siswa yang tidak mencerminkan moral yang baik,
hal ini bisa dilihat misalnya pada saat ada pertandingan antar sekolah selalu
terjadi pertengkaran, siswa yang merokok di mana setiap razia dilakukan selalu
ditemukan peserta didik membawa rokok dan beberapa peserta didik kedapatan
merokok pada jam pelajaran, penggunaan bahasa yang tidak sopan (makian) hal
ini dilihat dalam interaksi antar sesama peserta didik mereka menggunakan bahasa
yang kasar dan tidak sopan, berbohong kepada guru contohnya mereka meminta
izin ke kamar mandi ternyata mereka hanya merokok di kantin, mencontek
jawaban teman setiap kali ada ujian banyak jawaban peserta didik yang sama,
banyak peserta didik yang membolos pada jam pelajaran, datang terlambat,
perkelahian antar siswa yang dilaporkan dan diketahui oleh pihak sekolah, banyak

siswa-siswi yang yang berbohong kepada orang tuannya, dan acuh tak acuh ketika
menerima pelajaran.
Oleh karena itu, guna mengantisipasi hal tersebut di atas, maka perlu
dilakukan upaya-upaya konkrit untuk mengoptimalkan peran guru sehingga akan
mampu meningkatkan rangsangan terhadap moral siswa yang baik di SMP Negeri
1 Paguyaman tersebut. Untuk meningkatkan moral siswa yang baik diperlukan
peningkatan dan penyempurnaan pendidikan, yang berkaitan erat dengan
peningkatan mutu Pembelajaran secara operasional yang berlangsung di dalam
kelas. Oleh karena itu, diperlukan peranan guru yang baik sehingga tujuan dapat
tercapai dengan baik, dari jumlah siswa 23 orang hanya 9 orang atau 39%, yang
memilki moral yang baik sedangkan 61% belum memiliki moral yang baik.
Karenanya, peran guru dan kerja sama yang dilakukan baik antar siswa dengan
siswa, guru dengan guru maupun antara guru dan siswa memegang peranan yang
sangat menentukan dalam menurunkan angka degradasi moral siswa.
Upaya yang bisa dilakukan untuk pembinaan moral, moral dan budi
pekerti peserta didik di sekolah diantaranya adalah dengan memaksimalkan fungsi
guru pendidikan kewarganegaraan di sekolah. Pendidikan kewarganegaraan dapat
dijadikan basis untuk pembinaan moral siswa tersebut. Guru pendidikan
kewarganegaraan bersama-sama para guru yang lain dapat merancang berbagai
aktivitas sehari-hari bagi siswa di sekolah yang diwarnai nilai-nilai ajaran yang
baik. Kita ketahui bahwa Pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan untuk
membentuk siswa sebagai warga negara yang memiliki moral dan memiliki misi
karena memang misinya adalah mengembangkan nilai dan sikap, dan pendidikan

dan Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk peningkatan potensi


spiritual dan membetuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Untuk itu guru harus benar-benar kreatif dan inovatif dalam rangka
meningkatkan kualitas belajar siswa yaitu menciptakan konsistensi tujuan untuk
disiplin, pendidikan dan Pelatihan dalam pekerjaan, Kepemimpinan kelembagaan,
Semangat kerja/motivasi kerja dan Pencegahan terhadap mutu rendah dengan
pengawasan. Seorang guru dituntut mempunyai kemampuan/ keahlian tertentu
untuk dapat menciptakan suasana kelas yang mendukung efektivitas
pembelajaran, agar tercipta suasana/iklim belajar yang nyaman, kondusif,
komunikatif, serta dinamis yang diharapkan akan menghasilkan hasil belajar yang
optimal dan semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan dari pada pendidikan itu
sendiri. Guru PKn sangat menentukan suasana belajar-mengajar di dalam kelas.
Guru yang kompeten akan lebih mampu dalam menciptakan lingkungan belajar
yang efektif dan efisien di dalam kelas, sehingga hasil belajar siswa berada pada
tingkat yang optimal. Keberhasilan tersebut, dipengaruhi banyak faktor terutama
terletak pada pengajar (guru) dan yang diajar (siswa), yang berkedudukan sebagai
pelaku dan subyek dalam proses tersebut
Berdasarkan uraian di atas, nampak bahwa pembinaan moral belum
terlaksanakan secara efektif, maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat
permasalahan ini melalui suatu penelitian ilmiah dengan judul sebagai berikut
Peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam Menurunkan Angka
Degradasi Moral Siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
adalah :
1. Bagaimana peran guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam menurunkan
angka degradasi moral siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman?
2. Faktor-faktor apakah yang menghambat peran guru Pendidikan
Kewarganegaraan dalam menurunkan angka degradasi moral siswa di
SMP Negeri 1 Paguyaman?
1.3.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Peran guru pendidikan kewarganegaraan dalam
menurunkan angka degradasi moral siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat peran guru Pendidikan
Kewarganegaraan dalam menurunkan angka degradasi moral siswa di
SMP Negeri 1 Paguyaman.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Bagi siswa
Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman, pengertian dan kepedulian
dalam meningkatkan moral yang baik dalam diri siswa.

2. Bagi guru

Memberikan informasi serta gambaran dalam menurunkan angka


degrasi moral sehingga guru PKn mempunyai peran untuk menerapakn
moral siswa yang baik.
3. Bagi peneliti
Menjadikan pengalaman bagi peneliti ketika melaksanakan
penelitian dalam mengembangkan wawasan dan pemahaman mengenai
moral siswa melalui Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri I
Paguyaman.
4. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas moral siswa
melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan kebutuhan
dan moralistik peningkatan moral siswa.

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Penelitian yang relevan
Penelitian yang terdahulu bertujuan sebagai bahan pertimbangan bagi
penelitian ini, penulis mencari referensi hasil penelitian terdahulu yang memiliki
kesamaan pada penelitian yang ingin diteliti. Adapun beberapa penelitian yang
diambil, yaitu:

Uyun Rika Uyuni. 2011. Degradasi Moral Siswa Kelas X-B SMA
Qothrotul Falah Citeras Lebak Banten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
angka penurunan moral Moral Siswa Kelas X-B SMA Qothrotul Falah Citeras
Lebak Banten. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif kualitatif. Informasi dipilih dengan teknik purposive
sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Analisis data dalam penelitian menggunakan reduksi data, display
data, dan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa moral yang ditanamkan pada siswa
SMK Negeri 1 Pungging meliputi hal-hal yang terpuji seperti ketaqwaan,
tanggung jawab, patuh, disiplin, kejujuran, dan lain-lain. Akan tetapi harapan
tersebut masih jauh seperti yang diharapkan baik siswa, orang tua, guru maupun
pada lembaga sekolah. Ada beberapa faktor utama penyebab menurunnya akhlak
atau moral siswa di pesantren ini, yaitu: 1). Budaya baca sangat rendah. Remaja
Indonesia lebih senang dan terlihat bergengsi ketika menggenggam HP/Tablet Pc
dan sejenisnya dari pada memegang buku tebal dan usang. 2). Forum diskusi yang
kian dihindari. Remaja Indonesia lebih senang bergosip mengenai selebritis
kegemarannya, dibanding berdiskusi tentang perjuangan para pahlawan, sirah
nabawiyah, ilmuwan dan sebagainya.3). Peran keluarga yang kurang dominan.
Keluarga tidak bisa lepas dari tanggung jawab terhadap degrdasi akhlak yang
terjadi pada remaja. Sehebat apapun remaja, pastilah ia berasal dari keluarga. Pola
didik dan pola asuh dari orang tua pastilah sangat berefek pada mereka. 4).
Jauhnya remaja dari agama. Agama bukan lagi jadi pegangan, tapi hanya mata
pelajaran satu minggu sekali saja. Tidak akan merugi sama sekali jika
meninggalkan shalat. Namun akan rugi jika satu hari tidak memegang HP. 5).
Mengidolakan orang yang salah dan bermasalah. Sebut saja selebritis, yang jelasjelas punya kepribadian buruk, tetap saja disanjung dan dipuja tiada henti.
Rasulullah Saw seakan tergeser ribuan kilometer. Teladan yang harusnya dicontoh
oleh remaja muslim, seakan tergeletak pada kisah-kisah nabi dalam buku-buku
Islam semata.

10

Heni Rifai, 200831078. Upaya Guru PKn dalam Pembentukkan Moral


Siswa Kelas VII SMP 2 Mejobo Kudus.
Dalam penelitian ini, rumusan masalah adalah: Upaya apakah yang
dilakukan guru PKn dalam pembentukkan moral siswa Kelas VII SMP 2 Mejobo
Kudus? Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Mendiskripsikan dan mengetahui
upaya guru PKn dalam pembentukkan moral siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yaitu wawancara,
observasi, dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik simpulan bahwa faktor
penyebab terkikisnya moral siswa yaitu : 1. Faktor internal : perasaan siswa yang
ingin lepas dari aturan yang ada di sekolah. Faktor eksternal : lingkungan dimana
siswa bermain sekolah dan lingkungan tempat siswa bermain di rumah. Dan
tingkat perkembangan jaman yang semakin canggih dan mengglobal. Perilaku
yang akan diubah adalah kurang memahami dan mengerti akan arti pentingnya
nilai moral didalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Setelah dilaksanakan empat kali pembinaan kelompok siswa, terjadi perubahan
tingkah laku yang awalnya ketiganya siswa mengalami penurunan moral
sekarang menjadi mampu mengembangkan sikap yang bernilai moral yang baik
dan lebih mengutamakan sikap sopan dan tatakrama yang baik dalam
berhubungan sosial.
Perbedaan dengan penelitian saya ini lebih mendalam dan difokuskan pada
degradasi moral siswa yang didasarkan pada aturan atau akhlak yang baik.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu di mana dalam penelitian ini
lebih luas penjelasannya. Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian
adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian yaitu fenomologis yaitu suatu
metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Analisa data
yang digunakan menggunakan teknik analisa data triangulasi.
11

2.2. Tinjauan Tentang Guru


2.1.1. Pengertian Guru
Guru adalah pendidik yang berada di lingkungan sekolah. Guru dalam
pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat
tertentu, tidak mesti lembaga pendidikan formal, tetapi juga bisa di mesjid,
surau/mushola, di rumah, dan sebagainya (Djamarah, 2007:31). UU No 14 tahun
2005 tentang guru dan dosen menyebut guru adalah: pendidik professional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Jadi tugas guru
selain dari memberikan ilmu pengetahuan juga memberikan pendidikan dalam
bidang moral pada anak didik sebagaimana yang disebutkan dalam UU.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 377), yang dimaksud
dengan guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar. Menurut Suparlan (2008: 12), guru dapat diartikan sebagai orang yang
tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua
aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya.
Namun, Suparlan (2008: 13) juga menambahkan bahwa secara legal formal, guru
adalah seseorang yang memperoleh surat keputusan (SK), baik dari pemerintah
maupun pihak swasta untuk mengajar.
Guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam
tugas utamanya seperti mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

12

menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan menengah.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah
seseorang yang telah memperoleh surat keputusan (SK) baik dari pihak swasta
atau pemerintah untuk menggeluti profesi yang memerlukan keahlian khusus
dalam tugas utamanya untuk mengajar dan mendidik siswa pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah, yang tujuan
utamanya untuk mencerdaskan bangsa dalam semua aspek.
2.1.2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Tugas mendidik guru berkaitan dengan transformasi nilai dan
pembentukan pribadi, sedangkan tugas mengajar berkaitan dengan transformasi
pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik. Di dalam undang-undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 20, maka tugas guru adalah:
1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
2) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni.
3) Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi, peserta didik dalam pembelajaran.
4) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik
guru, serta nilai nilai agama dan etika.
5) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

13

Guru mempunyai tanggung jawab, yang dimana tanggung jawabnya tidak


hanya menyampaikan ide-ide, akan tetapi guru juga menjadi suatu wakil dari
suatu cara hidup yang kreatif, suatu simbol kedamaian dan ketenangan dalam
suatu dunia yang dicemaskan dan aniaya. Dalam tanggung jawab moral, guru
dapat memberikan nilai yang dijunjung tinggi masyarakat, bangsa dan Negara
dalam diri pribadi.
2.1.4 Peran Guru
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Siswa
memerlukan peran seorang guru untuk membantunya dalam proses perkembangan
diri dan pengoptimalan bakat dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Tanpa
adanya seorang guru, mustahil seorang peserta didik dapat mewujudkan tujuan
hidupnya secara optimal. Menurut Ahmad (2008:47) mengemukakan Peran guru
adalah membimbing dan mengarahkan siswa binaannya menjadi pribadi-pribadi
yang berakhlak baik dan berprestasi pada bidang yang ditekuninya nanti
(massofa.peran. wordpress.com).
Menurut Shoimin (2013: 34-51) berpendapat bahwa Peran guru dalam
kegiatan belajar-mengajar berperan sebagai fasilitator, organisator, mediator,
motivator, inisiator, dan evaluator, dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Fasilitator
Menurut Sanjaya (dalam Shoimin, 2013: 34) menyebutkan bahwa sebagai
fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam
kegiatan proses pembelajaran.
2. Organisator.

14

Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Shoimin (2013:39) peran guru
sebagai organisator ialah melakukan kegiatan yang memungkinkan seluruh unsur
pembelajaran tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
3. Mediator.
Seperti yang dikemukakan oleh Jean Piaget (dalam Shoimin, 2013:48)
menyatakan bahwa seorang guru berperan untuk membantu proses belajar siswa
berjalan dengan baik.
4. Motivator.
Sebagaimana yang tercantum dalam jiwa kerja atau motivasi seperti
menurut Rusyam (2008:100) pada hakekatnya motivasi adalah perbuatan energi
dalam diri seseorang ditandai dengan timbulnya perasaan dari reaksi untuk
mencapai tujuan. Dalam pengertian tersebut menggambarkan bahwa motivasi
mengandung suatu kekuatan yang timbul dalam diri seseorang sebagai dukungan
untuk memenuhi keinginannya.

5. Inisiator
Sebagaimana menurut Shoimin (2013: 48) menyatakan bahwa seorang
guru yang berperan sebagai inisiator seorang guru lebih berfungsi sebagai media
inisiatif yang dapat mengaktifkan terjadinya kegiatan pembelajaran yag efektif
dan efisien.
6. Evaluator
Menurut Shoimin (2013:51) menyatakan bahwa guru dituntut untuk
menjadi evaluator yanga baik dan jujur dengan memberikan penialaian yang

15

menyentuh aspek instrinsik dan ekstrinsik yang bertujuan untuk mengetahui


kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya.
Syamsuddin 2007 (dalam akhmadsudrajat.wordpress.com) berpendapat
bahwa, peran guru dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan
administrasi pendidikan, sebagai berikut :
a) Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan;
b) Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa
suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan;
c) Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus
diajarkannya;
d) Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peserta didik
melaksanakan disiplin;
e) Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar
pendidikan dapat berlangsung dengan baik;
f) Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk
mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang
akan menjadi pewaris masa depan; dan
g) Penterjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk
menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
kepada masyarakat.
2.1 Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan
2.1.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran
yang terdapat dalam kurikulum pembelajaran yang mengembangkan misi nasional
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor-koridor Value
based seducation (pendidikan berbasis nilai).

16

Menurut Erwin,et all (2011:79) mengemukakan kerangka dasar pemikiran


dalam mempelajari pendidikan kewarganegaraan (PKn) yang berdasarkan pada
paradigma saat ini adalah:
1. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) secara kurikuler dirancang sebagai
mata pelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu
agar menjadi warga Negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas,
partisipatif dan bertanggung jawab.
2. PKn secara teoritik dirancang sebagai mata pelajaran yang memuat
dimensi-dimensi kongnitif, efektif, dan psikomotorik yang bersifat
konfulaen (saling terkait) atau saling terpadu terintegrasi dalam bentuk
substansi ide, nilai, konsep dan moral pancasila Kewarganegaraan yang
demokratis dan bela Negara.
3. PKn secara pramatik dirancang sebagai mata pelajaran yang
menurunkankan pada isi yang mengusung nilai-nilai dan merupakan
tuntutan hidup bagi warga Negara, berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Kewarganegaan seperti yang di paparkan oleh Soemantri
(2010:299) bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang
berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan
lainnya, pengaruh positif dari dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua,
yang semuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis
bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Kita ketahui bahwa tema besar Pendidikan Kewarganegaraan, adalah
menciptakan warga negara yang baik. Pendidikan Kewarganegaraan diidentikan

17

dengan pendidikan demokrasi, hal ini tercermin dalam rumusan Civitas


Internasional dalam Kaelan (2007:34), bahwa Pendidikan Kewarganegaraan
mencangkup empat hal. Pertama, pemahaman dasar tentang cara kerja demokrasi
dan lembaga-lembaganya. Kedua, pemahaman tentang hukum dan peraturan
perundang-undangan dan hak asasi manusia. Ketiga, penguatan keterampilan
partisipasi untuk memberdayakan peserta didik dalam merespon dan memecahkan
masalah-masalah masyarakat secara demokratis. Keempat, pengembangan budaya
demokrasi dan perdamaian pada lembagalembaga pendidikan dan seluruh asfek
kehidupan masyarakat.
Berdasarkan pada penjelasan diatas maka PKn harus dinamis dan mampu
menarik perhatian siswa yaitu dengan cara sekolah membantu siswa
mengembangkan pemahaman baik materi maupun intelektual dan partisipasi
dalam kegiatan sekolah berupa intra dan ekstrakuler.
2.1.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Erwin (2011:7), mengatakan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan menurunkankan pada empat hal Pertama, Pendidikan
Kewarganegaraan bukan lagi sebagai indoktrinasi politik. Pendidikan
Kewarganegaraan sebaiknya tidak menjadi alat indoktrinasi politik dari
pemerintahan yang berkuasa. Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya dapat
mengembangkan warga negara yang demokratis sebagai pelaku-pelaku
pembangunan bangsa yang bertanggung jawab. Kedua, Pendidikan
Kewarganegaraan mengembangkan state of mind, pembangunan moral bangsa
merupakan proses pembentukan warga negara yang cerdas serta berdaya nalar

18

tinggi. Pendidikan kewarganegaraan memusatkan perhatian pada pembentukan


kecerdasan civic intelligence, tanggung jawab civic responsibility, dan partisipasi
civic participation warga negara sebagai landasan untuk mengembangkan nilai
dan perilaku demokrasi. Ketiga, Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu proses
pencerdasan, pendekatan mengajar yang selama ini seperti menuangkan air
kedalam gelas watering down seharusnya diubah menjadi pendekatan yang lebih
partisipatif dengan menurunkankan pada latihan penggunaan nalar dan logika.
Keempat, Pendidikan Kewarganegaraan sebagai laboratorium demokrasi, sikap
dan perilaku demokratis perlu berkembang.
Seperti yang telah diutarakan sebelumnya bahwa pembinaan moral siswa
yang baik, hendaknya tidak saja melalui institusi pendidikan formal saja, tetapi
juga mulai mengoptimalkan peran jalur luar sekolah, baik itu melalui jalur
nonformal maupun informal (keluarga dan lingkungan). Sebagaimana yang
terkandung dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang
dikutip oleh Adam, (2009:35), tentang urgensi peran pendidikan nonformal,
bahwa pendidikan nonformal berfungsi mengambangkan kompetensi peserta
didik dengan menurunkankan pada pengusaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional serta mengembangkan sikap dan kepribadian profesional.
2.2 Pengertian Degradasi Moral
Menurut Asmaya, (2009:40) mengemukakan pengertian akhlak, sebagai
padanan kata moral, sebagai perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam
jiwa manusia dan merupakan sumber timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya
secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya.

19

Asmaya, (2009::42) merumuskan pengertian moral secara lebih komprehensip


rumusan formalnya sebagai berikut :
a. Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna
dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam
lingkungan tertentu.
b. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan
hidup atau agama tertentu.
c. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada
kesadaran, bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik ,
sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya.
Orang bermoral berarti orang yang memiliki watak, kepribadian, budi
pekerti, atau akhlak. Dengan makna seperti ini berarti karakter identik dengan
kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri atau karakteristik atau sifat
khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima
dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan sejak lahir
(Koesoema, 2010: 80).
Moral sejalan dengan arti dalam kamus tersebut. Pertama, moral
diartikan sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau sekelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Michele Borba juga
menawarkan pola atau model untuk pembudayaan akhlak mulia. Michele Borba
menggunakan istilah membangun kecerdasan moral. Dia menulis sebuah buku
dengan judul Building Moral Intelligence: The Seven Essential Vitues That Kids
to Do The Right Thing, 2001 (Membangun Kecerdasan Moral: Tujuh Kebajikan
Utama Agar Anak Bermoral Tinggi, 2008). Kecerdasan moral, menurut Michele

20

Borba (2008: 4), adalah kemampuan seseorang untuk memahami hal yang benar
dan yang salah, yakni memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak
berdasarkan keyakinan tersebut, sehingga ia bersikap benar dan terhormat. adalah
sifat-sifat utama yang dapat mengantarkan seseorang menjadi baik hati, bermoral
kuat, dan menjadi warga negara yang baik.
Berdasarkan pendapat para ahli dia atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa moral sebagai sistem nilai yang dianut oleh sekelompok masyarakat
tentang baik buruk perbuatan manusia dan sangat mempengaruhi tingkah lakunya.
Degradasi sering diartikan sebagai penurun suatu kualitas. Moral siswa dari
tahun ketahun terus mengalami penurunan kualitas atau degradasi (Koesoema A,
2010 : 103). Dalam segala aspek moral, mulai dari tutur kata, cara berpakaian dan
lain-lain. Degradasi moral ini seakan luput dari pengamatan dan dibiarkan terus
berkembang. Degradasi moral siswa merupakan salah satu masalah sosial yang
perlu mendapat perhatian baik dari orang tua secara khusus serta masyarakat atau
pemerintah pada umumnya. Rasta Cecilia, 2012. Selanjutnya Fitri, (2012:55)
menyatakan bahwa Degradasi moral merupakan penurunan akhlak yang mewabah
di kalangan intelektual, elit politik, para pemegang kekuasaan dan anak siswa.
Saat ini bangsa sedang mengalami degradasi moral dan akhlak.
Degradasi moral siswa adalah penurunan kepekaan budi pekerti atau
kelakuan yang memiliki norma-norma luhur pada diri siswa. Akhlak, etika, moral
dan susila merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat
dan harkat kemanusiaannya. Semakin tinggi moral dan akhlak yang dimiliki oleh
seseorang, semakin tinggi pula harkat dan martabatnya. Sebaliknya, semakin

21

rendah kualitas moral seseorang, maka semakin rendah pula


kualitas kemanusiaannya. Muslich, (2011:68).
Menurut MarthaYunanda, (2012:50) menyatakan degradasi moral adalah
sikap penurunan moral seseorang dari yang baik menjadi tidak baik yang hanya
mementingkan diri sendiri dan mengikuti hawa nafsu dalam mengikuti
kesenangan tanpa batas yang tidak sesuai dengan ahlak, etika dan adat sopan
santun yang tumbuh dalam diri seseorang.
Para orang tua sering sibuk dengan profesi mereka masing-masing.
Sementara anak dipercayakan pada orang yang kurang berwenang terhadap diriya.
Itulah yang menyebabkan anak hidup dengan jalan mereka sendiri, tanpa arah dari
orang tua. Mereka tidak menyadari yang mereka lakukan adalah awal dari
hancurnya moral mereka. Sedangkan orang tua mereka tidak mengetahui sama
sekali. Jika kebanyakan orang tua seperti ini, maka nasib bangsa ini menjadi
taruhanya. Dengan demikian peran serta orang tua dan lingkungan sangat penting
dalam pengawasan pertumbuhan moral anak sebagai generasi penerus.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan degradasi moral yaitu penurunan karakter atau kualitas moral seseorang
dalam bertindak dan berperilaku yang tidak sesuai dengan ahlakn dan budi pekerti
sehingga menjadi ciri khas individu dan dapat membedakan dirinya dengan
individu-individu lainnya.
2.3 Faktor yang Menghambat Peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan
dalam Menurunkan Angka Degradasi Moral Siswa

22

Faktor utama yang mengakibatkan degradasi moral siswa ialah


perkembangan globalisasi yang tidak seimbang. Ketidakseimbangan itulah yang
pada akhirnya membuat moral semakin jatuh dan rusak.
Menurut Martha Yunanda, (2012:76) menyetakan ada beberapa faktor
penghambat peran guru PKn dalam menurunkan degradasi moral siswa
diantaranya sebagai berikut:
a.

Faktor orang tua


Kita dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua.orang yang paling dekat

dengan kita saat kita balita adalah orangtua, jadi kasih sayang, cinta dan emosi
yang diberikan oleh orang tua benar-benar.
b.

Faktor kebiasaan keluarga


Faktor ini ada hubungannya dengan faktor orang tua dan anak yang terjadi

dalam keseharian di keluarga. Setidaknya keluarga adalah faktor utama dalam


mengembangkan potensi dan moral anak, mengawasi dan mendidiknya ke arah
yang benar.
c.

Faktor lingkungan
Lingkungan dimana seseorang anak tumbuh, akan menjadi tempat baru

untuk ia belajar sesuatu yang baru. Disini orangtua mungkin tidak bisa secara
langsung mengawasi, tetapi dengan bekal-bekal yang diberikan kepada sang anak
semenjak ia kecil akan mencegahnya dari perbuatan yang tidak diinginkan.
lingkungan yang baik, akan mengajarkan kepada anak hal yang baik. Virus
globalisasi terus menggerogoti bangsa ini
d. Faktor kemauan dalam diri

23

Sekuat apapun faktor di atas sanggup mempengaruhi, yang paling besar


adalah kemauan dari dalam diri untuk mencegah ataupun mengikuti. Karena pola
berpikir datangnya tidak tiba-tiba, tetapi harus selalu diasah oleh orang-orang
terdekat. Jarang sekali orang yang memiliki tekad benar tanpa didasari oleh
doktrin yang benar pula. Artinya, dia harus melawan arus, ketika orangtua,
keluarga dan lingkungannya sama sekali tidak mendukungnya.
2.4 Kerangka Penelitian
Untuk memudahkan peneliti dalam menyusun suatu pemikiran yang dapat
dijadikan fundamen dalam meneliti hal tersebut di atas, maka disusunlah beberapa
kerangka pemikiran sebagai berikut :
Peran guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam menurunkan
angka degradasi moral siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman, yaitu
sebagai fasilitator, organisator, mediator, motivator, inisiator, dan
evaluator. Shoimin (2013: 34-51).

Faktor-faktor apakah yang menghambat peran guru


Pendidikan Kewarganegaraan dalam menurunkan angka
degradasi moral siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman, yaitu
a. Faktor dari orang tua
b. Faktor kebiasaan keluarga
c. Faktor lingkungan
d. Faktor kemauan dalam diri. Martha
Yunanda, (2012:76)

24

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini difokuskan mengenai Peran pendidikan
kewarganegaraan dalam menurunkan angka degradasi moral siswa di SMP Negeri
1 Paguyaman yang dilakukan dengan penelitian ini menggunakan pendekatan
fenomenologis, yaitu pendekatan yang mengarah pada fenomena yang ada.
Adapun jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
dimana mencoba menggambarkan tentang sifat-sifat individu, keadaan, gejalagejala dalam kelompok tertentu, menentukan adanya hubungan tertentu antara
satu gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat. Menurut Sukmadinata
(2008 :18) penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang
ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang
berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi
fokus pengamatan peneliti adalah keseluruhan hal yang ada hubungannya dengan

25

Peran guru pendidikan kewarganegaraan dalam menurunkan angka degradasi


moral siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman.
3.2 Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan penjabaran atau turunan dari rumusan
masalah. Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Peran guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam menurunkan angka
degradasi moral siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman, yaitu sebagai
fasilitator, organisator, dan mediator.
2. Faktor-faktor apakah yang menghambat peran guru Pendidikan
Kewarganegaraan dalam menurunkan angka degradasi moral siswa di
SMP Negeri 1 Paguyaman, yaitu: Faktor dari orang tua, Faktor kebiasaan
keluarga, dan Faktor lingkungan.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Untuk melakukan sebuah penelitian maka, lokasi atau tempat penelitian
harus diutarakan demi menjaga keabsahan data. Yang menjadi lokasi dalam
penelitian ini adalah di SMP Negeri 1 Paguyaman selama 2 bulan 2014.
3.4 Kehadiran Peneliti
Peneliti berfungsi sebagai instrumen utama dalam penelitian ini, tentu
sebagai manusia biasa dengan kemampuan ingatan yang terbatas dalam
pengumpulan data, peneliti menggunakan catatan lapangan, alasan lainnya karena
penelitian kualitatif tidak bisa dipisahkan dari pengumpulan data yang sangat
besar pengaruhnya terhadap analisis data, penafsiran dan penarikan kesimpulan.
3.5 Sumber Data

26

Data yang diperoleh untuk mendukung keilmiahan penelitian ini adalah


data yang benar-benar diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya keabsahannya.
Yang dimaksud dengan sumber data dalam hal ini adalah subjek dari mana
data dapat diperoleh, sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber data primer yakni sumber data yang diperoleh di lapangan yang
diberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara. Adapun yang
menjadi data primer dalam penelitian ini adalah responden yang meliputi
kepala sekolah, guru BK, guru mata pelajaran PKn, siswa, dan semua
responden yang mampu memberikan informasi yang akurat dan dapat
dipercaya.
b. Sumber data sekunder yakni sumber data yang diperoleh dari bahan yang
terkait dengan penelitian. Dengan demikian yang menjadi data sekunder
dalam penelitian ini adalah sumber tertulis yang berupa buku, sumber
arsip,dan dokumen resmi lainnya serta data perilaku berupah aktivitas,
perasan, dan perilaku siswa yang terkait dalam penelitian ini.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono 2010:224, mengemukakan bahwa teknik pengumpulan
data merupakan data yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama
dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan
data maka peneliti tidak akan mendapatkan data melalui standar data yang
ditetapkan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara.
Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini, maka peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi

27

Pada dasarnya tekhnik observasi ini digunakan untuk melihat atau


mengamati prilaku atau moral siswa secara langsung pada kegiatan-kegiatan yang
sedang dilaksanakan sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya
yang kemudian dilakukan penelitian atas fenomena tersebut. Observasi atau
pengamatan merupakan suatu tekhnik atau cara pengumpulan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan. Dalam penelitian ini
wawancara ditujukan kepada kepala sekolah, guru bimbingan konseling, guru
mata pelajaran PKn, dan siswa.
3.8 Teknik Analisa Data
Analisa data merupakan metode penting dalam penelitian, karena dengan
analisa data maka data yang diperoleh dapat diberi arti dan dideskripsikan.
Menurut Miles Huberman (dalam Sugiyono, 2010: 246) analisa data adalah proses
pengaturan urutan data untuk kemudian diorganisasikan dalam suatu pola,
kategori dan satuan uraian dasar yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas.
Ada tiga unsur utama dalam proses analisis data pada penelitian
kualitatif yaitu :
1. Reduksi Data

28

Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yaitu suatu bentuk analisis
untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang
tidak penting, dan mengatur data sehingga data tersebut dapat dibuat
kesimpulan.
2. Sajian Data
Sajian data adalah susunan informasi yang memungkinkan dapat
ditariknya suatu kesimpulan.
3. Kesimpulan akhir pada penelitian kualitatif tidak akan ditarik kecuali
setelah proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan yang dibuat perlu
divertifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakannya kembali,
dengan meninjau secara sepintas pada catatan lapangan untuk memperoleh
pemahaman yang lebih tepat.

29

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1

Gambaran Umum Lokasi Penelitian


SMP Negeri 1 Paguyaman merupakan salah satu sekolah dari 22 buah

sekolah menengah pertama di Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo.


Sekoah ini didirikan oleh pemerintah sejak tahun 1979. dan mulai dioperasikan
pada tahun 1979. Pendirian sekolah berdasarkan aspirasi masyarakat setempat
dan pemenuhan kebutuhan pendidikan sekolah menengah pertama atas bagi
masyarakat yang ada di Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo.
SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo, terletak tepat ditengahtengah pemukiman masyarakat Desa Sosial Kecamatan Paguyaman, dengan
alamat di Jalan Trans Sulawesi Desa Sosial Kecamatan Paguyaman Kabupaten
Boalemo. Sejak pendiriannya SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo
telah beberapa kali mengalami pergantian. Pada Tahun ......sampai..... sekolah ini
dikepalai oleh ..........................., pada Tahun ......... sampaI dengan ....... dikepala
oleh ................... dan ............ sampai dengan ............. di kepalai oleh ......... dan
selanjutnya dari tahun .......... sampai saat ini dipimpin oleh ...................
Pada saat ini SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo ini telah
memiliki Akreditas A dan terpilih sebagai satu-satunya sekolah cluster atau model

30

kurikulum pada tingkat sekolah menengah pertaa , untuk percobaan Kurikulum


2013 di wilayah Kabupaten Boalemo sebagaimana penunjukan dari Direktur
Jenderal Pendidikan Menengah Atas.

SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo, saat ini telah memiliki


sarana dan prasarana yang cukup yang memenuhi pelayanan pendidikan di
sekolah tersebut. Secara rinci sarana dan prasarana di SMP Negeri 1 Paguyaman
Kabupaten Boalemo disajikan pada tabel berikut.

No
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14

Tabel 1
Keadaan Sarana dan Prasarana
Jenis Sarana dan Prasarana
Jumlah
Ruang Kelas
15 unit
Gedung Laboratorium IPA
1 unit
Gedung Kesenian
1 unit
Gedung Perpustakaan
1 unit
Gedung Bahasa
1 unit
Gedung Pimpinan
1 unit
Ruang Guru
1 unit
Ruang Tata Usaha
1 unit
Aula
1 unit
MCK
5 unit
Ruang OSIS
1 unit
Lapangan Voly
1 unit
Lapangan Bulu Tangkis
1 unit
Bak Lompat Jauh
1 unit

Keadaan
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

Sumber Data; Profil SMP Negeri 1 Paguyaman Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas tampak keadaan sarana dan prasarana pendidikan


yang ada di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo. Sarana dan prasarana
pendidikan tersebut dalam keadaan baik dan sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo
baik kegiatan akademik maupun kegiatan non akademik bagi siswa.

31

Penyelenggaraan pendidikan di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten


Boalemo ditunjang pula oleh tenaga pendidik dan kependidikan yang
melaksanakan tugas rutin setiap hari. Pada Tahun Pelajaran 2015-2018 Tenaga
Pendidik di SMP Negeri 1 Paguyaman berjumlah ..... orang. Keadaan tenaga
pendidikan berdasarkan mata pelajaran dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 2
Keadaan Tenaga Pendidik SMA Negeri 1 Paguyaman
No
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Agama Islam
Bahasa Indonesia
Sastra Indonesia
Bahasa Inggris
Matematika
Fisika
Kimia
Biologi
Ekonomi
Geografi
Sejarah
Antropologi
Sosiologi
Seni Budaya
Pendidikan Jasmani
Teknologi Informasi
Sastra Arab
Jumlah

Jumlah
2 Orang
3 Orang
3 Orang
2 Orang
3 Orang
3 Orang
2 Orang
2 Orang
2 Orang
2 Orang
1 Orang
2 Orang
2 Orang
2 Orang
1 Orang
2 Orang
1 Orang
2 Orang
37 Orang

Kebutuhan
3 orang
3 orang
3 orang
2 orang
3 orang
3 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
3 orang
3 orang
2 orang
2 orang
43 orang

Kekurangan
1 orang

1 orang

2 orang
1 orang
1 orang
6

Orang

Sumber Data; Profil SMP Negeri 1 Paguyaman Tahun 2015

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan tenaga pendidik di SMP
Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo sebanyak ..... orang, sedangkan jumlah
tenaga pendidikan yang ada sebanyak ..... orang, dengan demikian di sekolah
tersebut masih kekurangan guru sebanyak ..... orang.

32

Untuk kelancaran tugas-tugas administrasi di SMP Negeri 1 Paguyaman


Kabupaten Boalemo dibantu pula oleh Tenaga Kependidikan. Adapun tenaga
kependidikan di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo disajikan pada
tabel berikut.
Tabel 3
Keadaan Tenaga Kependidikan SMP Negeri 1 Paguyaman
No
01
02
03
04
05

Mata Pelajaran
Kepala Tata Usaha
Tenaga Administrasi
Pengawas Sekolah
Sekuriti
Petugas Kebersihan
Jumlah

Jumlah
1 Orang
6 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
10 orang

Kebutuhan
1 orang
6 orang
1 orang
2 orang
2 orang
12 rang

Kekurangan

1 orang
1 orang

Sumber Data; Profil SMP Negeri 1 Paguyaman Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan tenaga


Kependidikan di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo sebanyak 12
orang, sedangkan jumlah tenaga kependidikan yang ada sebanyak 10 orang,
dengan demikian di sekolah tersebut masih kekurangan tenaga kependidikan
sebanyak 2 orang. Adapun tenaga kependidikan yang dibutuhkan adalah security
sebanyak 1 orang dan petugas kebersihan sebanyak 1 orang.
Keadaan siswa sebagai peserta didik di SMP Negeri 1 Paguyaman
Kabupaten Boalemo, setiap tahun pelajaran terjadi perkembangan yang cukup
signifikan. Di bawah ini disajikan keadaan siswa 3 tahun terakhir di SMP Negeri 1
Paguyaman Kabupaten Boalemo.
Tabel 4
Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Paguyaman
No
01

Tahun Pelajaran
2011-2012

Laki-Laki
205 Orang
33

Perempuan
275 orang

Jumlah
480 orang

02
03
04
05

2012-2013
2013-2014
2014-2015
2016-2017

254 Orang
282 Orang
290 Orang
290 Orang

266 orang
318 orang
330 orang
330 orang

520 orang
600 orang
620 orang
620 orang

Sumber Data; Profil SMP Negeri 1 Paguyaman Tahun 2015

Pada tabel di atas dapat dilihat keadaan siswa SMP Negeri 1 Paguyama
Kabupaten Boalemo dalam 4 Tahun Tetakhir yaitu pada Tahun Pelajaran 20112012 sebanyak ..... orang dan meningkat pada Tahun Pelajaran 2012-2013 menjadi
..... orang dan pada Tahun pelajaran 2013-2014 meningkat menjadi ..... orang pada
Tahun Pelajaran 2014-2015 meningkat menjadi 620 orang. Kurikulum yang
digunakan di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo menyesuikan
dengan Kurikulum yang ada di Indonesia seperti Kurikulum Berbasis Komptensi
(KBK 2004), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006). Pada tahun
Pelajaran 2013-2014 SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo, dijadikan
sebagai satu-satunya sekolah Model Kurikulum 2013 di Kabupaten Boalemo.

4.2 Hasil Penelitian


Hasil penelitian akuntabilitas kepala sekolah pada pengembangan
kompetensi guru di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo difokuskan
pada akuntabilitas dalam peembinaan, supervisi dan evaluasi kompetensi guru
dibidang perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran. Di samping itu dikaji pula faktor-faktor yang yang mempengaruhi

34

akuntabilitas kepala sekolah pada pengembangan kompetensi guru di SMP Negeri


1 Paguyaman Kabupaten Boalemo.
4.1.2 Peran guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam menurunkan
angka degradasi moral siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman
Hasil observasi menunjukan bahwa peran guru Pendidikan
Kewarganegaraan dalam menurunkan angka degradasi moral siswa di SMP
Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo dilaksanakan dalam bentuk peran
sebagai fasilitator, peran sebagai organisator, peran sebagai mediator, peran
sebagau motivator, peran sebagai Inisiator dan peran sebagai evaluator. Guna
kejelasan peran guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Paguyaman
Kabupaten Boalemo, dideskripsikan sebagai berikut.
a. Peran guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai fasilitator
Peran guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai fasilitator dilaksanakan
dengan memfasilitasi siswa dengan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan. Hal ini
sesuai hasil wawancara dengan guru Pendidikan Kewarganegaraan kelas VII
SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo (Ana, 26 Tahun) menjelaskan
bahwa:
Peran guru sebagai fasilitator berkenaan dengan peran dalam memfasilitasi
siswa mengembangan moral sesuai dengan norma agama. Di sekolah ini kami
telah memfasilitasi siswa dengan kegiatan ekstrakurikuler yang berhubungan
dengan kegiatan keagamaan seperti pengajian Alquran dan pesanteren kilat.
Semua itu kami lakukan dalam upaya menurunkan angka degradasi moral siswa
di sekolah ini. Kegiatan ekstrakurikuler pegajian Alquran biasanya dilaksanakan

35

setiap Jumat sore sedangkan pesantren kilat dilaksanakan menjelang bulan


Ramdhan (Hasil Wawancara, 01 Mei 2016)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa peran guru
sebagai fasilitator meliputi tugas memberikan fasilitas bagi siswa dalam
mengembangkan moral sesuai dengan norma agama. Di SMP Negeri 1
Paguyaman Kabupaten Boalemo dilakukan dengan cara kegiatan ekstrakurikuler
yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan seperti pengajian Alquran dan
pesanteren kilat yang dimaksudkan untuk menurunkan angka degradasi moral
siswa.
Peran guru sebagai fasilitator dilaksanakan pula dengan cara memberikan
fasilitas bagi siswa dalam bentuk kegiatan bimbingan cara berinteraksi sosial
dengan baik sesama warga sekolah. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan guru
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII SMP Negeri 1
Paguyaman Kabupaten Boalemo (Bima, 29 Tahun) menjelaskan bahwa:
Sebagai fasilitator siswa kami berusaha memberikan bimbingan bagi siswa
dalam hal menurunkan degradasi moral siswa. Salah satu kegiatan antara lain
memberikan bimbingan tentang cara berinteraksi dengan baik terutama pada
kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan kesenian. Dalam kegiatan tersebut siswa
bukan sekedar latihan tetapi dibimbing pula untuk bersikap sportif, tanggung
jawab, jujur dan berkomunikasi dengan baik sesama rekannya maupun sesama
warga sekolah (Hasil Wawancara, 01 Mei 2016)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa peran guru
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai fasilitator dilakukan pula dengan

36

memberikan bimbingan bagi siswa tentang cara berinteraksi dengan baik terutama
pada kegiatan ekstrakurikuler olah raga dan kesenian. Dalam kegiatan tersebut
siswa bukan sekedar latihan tetapi dibimbing pula untuk bersikap sportif,
tanggung jawab, jujur dan berkomunikasi dengan baik.
b. Peran guru Pendidikan Kewarganegaraan Organisator
Peran guru Pendidikan Kewarganegaraan Organisator dalam menurunkan
angka degradasi moral siswa dilakukan dengan melatih siswa dalam kegiatan
organisasi Pramuka. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan guru mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VII SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten
Boalemo (Ana, 28 Tahun) menjelaskan bahwa:
Peran sebagai organisator sangat penting dilakukan oleh guru dalam
melatuh siswa memhamai cara berorganisasi. Di sekolah ini kami seluruh guru
diwajibkan memberikan latihan organisasi dakam bidang Pramuka. Kegiatan
Pramuka banyak hal yang dilakukan siswa seperti belajar berdisiflin, jujur dan
bertanggung jawab serta belajar berkomunikasi dengan baik. Hal ini setidaknya
akan menurunkan degradasi moral siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten
Baolemo. (Hasil Wawancara, 01 Mei 2016)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa peran sebagai
organisator dilakukan oleh guru dengan cara memhamai cara berorganisasi. Di
SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Baalemo dilakukan oleh guru dalam
organisasi Pramuka seperti belajar berdisiplin, jujur dan bertanggung jawab serta
belajar berkomunikasi dengan baik.

37

Peran guru Pendidikan Kewarganegaraan Organisator dalam menurunkan


angka degradasi moral siswa dilakukan pula dengan melatih siswa pada
Organisasi Siswa Inra Sekolah (OSIS) Hal ini sesuai hasil wawancara dengan
guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII SMP Negeri 1
Paguyaman Kabupaten Boalemo (Bima, 29 Tahun) menjelaskan bahwa:
Peran sebagai organisator sangat penting dilakukan oleh guru dalam
melatih siswa memhami cara berorganisasi. Di sekolah ini kami seluruh guru
diwajibkan memberikan latihan organisasi dakam bidang Pramuka. Kegiatan
Pramuka banyak hal yang dilakukan siswa seperti belajar berdisiplin, jujur dan
bertanggung jawab serta belajar berkomunikasi dengan baik. Hal ini setidaknya
akan menurunkan degradasi moral siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten
Baolemo. (Hasil Wawancara, 01 Mei 2016)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa peran sebagai
organisator dilakukan oleh guru dengan cara memhamai cara berorganisasi. Di
SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Baalemo dilakukan oleh guru dalam
organisasi Pramuka seperti belajar berdisiplin, jujur dan bertanggung jawab serta
belajar berkomunikasi dengan baik.
c. Peran guru Pendidikan Kewarganegaraan mediator
Sebagai mediator peran guru dalam menurunkan angka degradasi moral
siswa dilakukan dengan cara sebagai memediasi perselisihan antara siswa yang
satu dengan yang lainnya. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan guru

38

Pendidikan Kewarganegaraan Kelas IX SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten


Boalemo menjelaskan bahwa:
Sebagai mediator kami berusaha menjadi penengah antara siswa yang
mengalam masalah. Kamu berusaha agar antara siswa tidak terjadi perselisihan
yang berakibat pada perkelahian baik perkelahian verbal maupun dengan fisik. Di
sekolah ini sering terjadi perkelahian verbal antara siswa berupa saling
menghardik bahkan saling memaki. Jika ada permasalahan tersebut kami akan
memanggila siswa dan bersma guru BK akan memediasi permasalahan yang
terjadi antara siswa (Hasil Wawancara, 05 Mei 2016)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai
mediator guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Paguyaman
Kabupaten Boalemo berusaha menjadi penengah antara siswa yang mengalami
masalah.dengan cara memanggil siswa dan bersama guru BK akan memediasi
permasalahan yang terjadi.
Kegiatan lain yang dilakukan adalah memediasi permasalahan yang terjadi
antara siswa dan orang tuanya. Hal ini sesauak hasil wawancara dengan guru
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten
Boalemo (Bima, 29 Tahun) sebagai berikut:
Sebagai seorang guru kami berusaha mengetahui permasalahan yan terjadi
pada siswa. Permalsahan bukan saja terjada antara siswa tetapi juga antara siswa
dengan orang tuanya. Terkadang kami melihat terjadi perubahan sikap siswa
sehingga kami berusahan mengorek informasi tentang permasalahan itu dan
tenyata permasalahan terjadi antara siswa dan orang tuanya. Dalam hal ini setelah

39

mendapat informasi dari siswa kami melakukan homevisit ke rumah siswa dalam
melakukan mediasi dalam upaya pemecahan masalah (Hasil wawancara, 05 Mei
2016)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat ditelaah bahwa guru
Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo
telah bertindak sebagai mediator dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi
antara siswa dengan orangtuanya. Kegiatan ini dilakukan dengan cara melakukan
kunjungan ke rumah siswa (home visit).
d. Peran guru Pendidikan Kewarganegaraan Motivator
Sebagai motivator guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 1
Paguyaman Kabupaten Boalemo telah melakukan kegiatan dalam menurunkan
angka degradasi moral siswa dengan cara melakukan dorongan dan penguatan
bagi siswa. Hal ini sesauai dengan hasil wawancara dengan guru Pendidikan
Kewarga negaraan Kelas VII IX (Cici, 42 Tahun) sebagai berikut:
Di sekolah ini peran guru sebagai motivator terutama dalam menurunkan
degradasi moral siswa telah kami lakukan di setiap waktu baik dalam kegiatan
pembelajaran maupun di luar jam pembelajaran. Kegiatan yang kami lakukan di
antaranya dengan memberikan dorongan dan penguatan - bagi siswa agar belajar
dengan serius serta memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatankegiatan yang positif. Dorongan dan pegutaman dilakukan pula pada saat
pembinaan dalam upacara benderan maupun pada pel pagi sebelum belajar
(Hasil wawancaram 05 Mei 2016)

40

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa guru


Pendidikan Kewarganegraan tela melakukan peran guru sebagai motivator dalam
menurunkan degradasi moral siswa dengan memberikan dorongan dan penguatan.
Dorngan dan penguatan itu misalnya mendorog siswa agar belajar dengan serius
serta memanfaatkan waktu-waktu luang dengan melakukan kegiatan-kegiatan
yang positif dan bermanfaat bagi dirinya sendiri.
Kegiatan lain yang dilakukan guru sebagai motivator dalam menurunkan
angka degradasi moral siswa dengan cara memberikan hadiah bagi siswa yang
memiliki prestasi dan yang berakhlak mulia. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan Kepala SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo
(Amina, 50 Tahun) sebagai berikut:
Di sekolah ini motivasi dalam menurunkan degradasi moral siswa telah
kami lakukan dengan berbagai macam cara misalnya dengan memberikan hadiah
bagi siswa yang berprestasi maupun siswa yang beraklah mulia. Hadiah ini
diberikan bagi siswa pada saat akhir semester yaitu pada kegiatan penyerahan
laporan hasil nilai. Hadiah ini diberikan untuk setiap kelas mulai dari peringkat I
sampai Peringkat V sehingga siswa akan terdorang untuk belajar lebih giat dan
memgembarkan sikap dan karakter terpuji sebagai teladan bagi rekan-rekannya
((Hasil wawancaram 05 Mei 2016)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa di SMP
Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo guru Pendiidkan Kewarganegaraan
besrana Kepala Sekolah telah memberikan motivasi dalam menurunkan degradasi
moral siswa dengan cara memberikan hadiah. Hadiah diberikan bukan saja bagi

41

siswa yang berprestasi tetapi diberikan pula siswa yang beraklah mulia agar siswa
akan mendapat motivasi dengan optimal.
e. Peran guru Pendidikan Kewarganegaraan Inisiator
Peran sebagai inisiator dalam menurunkan angka degradasi moral siswa
telah dilaksanakan dengan cara memberikan ide dan gagasan dalam bentuk
kegiatan-kegiatan positif seperti bakti masal dan jumat bersih. Hal ini sesuai
hasil wawancara dengan Kepala SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo
(Amina, 50 Tahun) sebagai berikut:
Di sekolah ini peran guru sebagai inisiator terutama dalam menurunkan
degradasi moral siswa telah dilakukan dengan dengan berbagai cara. Antara lain
menginisiasi adanya kerja bakti sosial setiap Jumat (Jumat Bersih) dan
menginisiasi sholat Jumat bersama. Hal ini dimaksudakn agar dengan kegiatankegoatan tersebut siswa akan dapat mengembangkan sikap dan karakter serta
nilai-nilai agama dan moral dengan baik (Hasil wawancara, 10 Mei 2016)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa di SMP
Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo, guru tela berperan sebagai inisiator
terutama dalam menurunkan degradasi moral siswa. Inisiasi yang dlakukan berupa
melakukan kegiatan kerja bakti sosial setiap Jumat (Jumat Bersih) dan
menginisiasi sholat Jumat bersama.
Kegiatan lain yang dilakukan sesuai hasil observasi adalah melakukan
lomba-lomba pada kegiatan Meeting Class. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan Kepala SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo
(Amina, 50 Tahun) sebagai berikut:

42

Kegiatan lain yan dilakukan guru sebagai inisiator dalam menurunkan


degradasi moral siswa adalah melakukan kegiatan lomba bagi siswa siswa.
Kegiatan lomba tersebut berupa olah raga, seni dan religi yang diikuti oleh siswa
perwakilan dari kelasnya. Upaya ini dimaksudkan untuk menimgkatkan
pemahaman siswa tentang pentinya mengembangkasn sikap dan kerja sama yang
baik serta mengebangkan nilai-nilai keagamaan sesuai yang diharapkan (Hasil
wawancara , 10 Mei 2016).
Berdasarkan hasil wawancar di atas dapat disimpulkan bahwa di SMP
Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo, guru sebagai inisiator telah melakukan
bebagai kegiatan yang dapat menurunkan degradasi moral siswa misalnya dengan
kegiatan lomba bagi siswa siswa. Kegiatan lomba tersebut berupa olah raga, seni
dan religi yang diikuti oleh siswa perwakilan dari kelasnya.
f. Peran guru Pendidikan Kewarganegaraan Evaluator
Secara khusus peran guru sebagai evaluator dalam menurunkna degradasi
moral siswa dilaksanakan dengan cara menilai Kompetensi Religi (K1) dan
Kompetensi Sosial pada proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan hasil
wawacara dengan guru Kelas VII SMP Negei 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo
(Ana, 28 Tahun) sebagai berikut:
Sebagai evaluator, kami telah melakukan penilaian sikap siswa yaitu sikap
religi dan sikap sosial. Kegiatan ini telah diintegrasikan dalam penilaian sejak
berlakunya Kurikulum 2013. Penilaian dilakukan dalam bentuk kompetensi Religi
(K1) dan Kompetensi Sosial (K2) dalam bentuk deskriptif maupun jurnal. Waktu
pelaksanaan penilaian dilakukan pada proses pembelajaran atau setiap akhir

43

pembelajaran kompetensi dasar. Indikator yang dinilai pad K1 antara lain siswa
menjalankan ibadah, member salam maupun berdoa, Sedangkan untuk K2 antara
lain kejujuran, sportivitas, tanggung jawab, kerja sama dan , kemandirian (Hasil
wawancara, 15 Mei 2016)
Berdasarkan hasil wawancara dapat dipahami bahwa guru Pendidikan
Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo melakukan
penilaian sikap siswa yaitu sikap religi dan sikap sosial. Penilaian dilakukan
dalam bentuk kompetensi Religi (K1) dan Kompetensi Sosial (K2) dalam bentuk
deskriptif maupun jurnal.
Evaluasi dilakukan pula dalam bentuk laporan pelanggaran siswa secara
periodic, seperti pelanggaran ringan, sedang dan berat setiap bulan. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara dengan guru Bimbingan Konseling SMP Negeri 1
Paguyaman Kabupaten Boalemo (Cinta, 60 Tahun) sebagai berikut:
Sebagai evaluator kami bersama Guru PKn melaksanakan evaluasi
terhadap pelanggaran disiplin yang dilakukan siswa setiap bulan. Pelanggaran
disiplin tersebut dibagi atas pelanggaran ringan, sedang dan berat. Pelanggaran
ringan seperti terlambat masuk, pulan cepat dan bolos masuk kelas, Sedangkan
pelanggaran sedanga seperti menghasut teman, membuang sampah sebarang,
merusak dan mecoret fasilitas sekolah, Pelanggaran berat misalnya merokok,
minum minman keras dan asusila. Penialaian dilakukan secara obyektif tanpa
memihak siapaun (Hasil wawancara, 15 Mei 2016)
Berdasarkan hasil wawancara dapat dilihat bahwa di SMP Negeri 1
Paguyaman Kabupaten Boalemo guru BK bersama bersama Guru PKn

44

melaksanakan evaluasi terhadap pelanggaran disiplin yang dilakukan siswa.


Laporan tersebut dibuat setiap akhir buln secara obyektif sebagai pedoman dalam
melakukan pembinaan moral siswa siswa.
4.1.3 Faktor-faktor Penghambat peran guru Pendidikan Kewarganegaraan
dalam

menurunkan angka degradasi moral siswa di SMP Negeri 1

Paguyaman Kabupaten Boalemo


Hasil observasi menunjukan bahwa faktor penghambat peram guru
Pendidikan Kewarganegraan dalam menunrunkan angka degradasi moral siswa di
SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Bolameo terdiri dari faktor orang tua siswa,
Pada dasarnya sikap dan pembawaan anak dipengaruhi oleh faktor cara
bimbingan orang tua. Di sekolah ini sangat tampak pengaruh orang tua terhadap
sikap moral anak. Kalau orang tua anak tersebut memperhatikan kebutuhan
pendidikan anaknya maka anak tersebut akan memiliki sikap moral yang baik
pula, namun sebaliknya jika anak tersebut tidak diperhatikan orang tau amak akan
berpengaruh pada kenakalan anak yang sulit dikendalikan (Hasil Wawancara 15
Mei 2016.
faktor kebiasaan keluarga, faktor lingkungan dan faktor kemauan dalam diri.
Guna kejelasan faktor-faktor tersebut akan didkripsikan sebagai berikut.
a. Faktor orang tua
Salah satu faktor yang menghambat penurunan angka degradasi moral
siswa adalah faktor keluarga. Hal ini terungkap sesuai hasil wawancara dengan
guru Pendidikan Kearganegaraan Kelas VII SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten
Boalemo (Ana, 28 tahun) sebagai berikut:

45

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa sikap moral


anak dipengaruhi oleh faktor perhatian orang tua. Orang tua yang member
perhatikan penuh terhadap anaknya maka akan lebih memperlihatkan sikap yang
moral yang baik dari pada anak yang tidak diperhatikan orag tuanya dari segi
kebutuhan hidup maupun kebutuhan pendidikan.
Faktor pengambat lain yang disebabkan orlah orang tua siswa adalah
keadaan orang tuas siswa seperti broken home. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan Guru Pendidikan Kewarganegraaan Kelas VIII SMP negeri 1
Paguyaman Kabupaten Gorontalo (Bima, 29 Tahun) sebagai berikut:
Di sekolah ini kami sangat kesulitan menghadapi sikap moral anak yang
berasal dari orang tua yang broken home. Pengaruh sikap moral anak dari orang
tua tersebut sangat jelas, biasanya anak tersebut menjadi agak nakal dan
memerlukan bimbingan khusus. Kamu berusaha melakukan berbagai pendekatan
dalam mengatasi hal ini agar sikap moral anak tersebut tidak akan terjangkit pasa
siswa lainnya (Hasil Wawancraa 15 Mei 2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa keadaan orang
tua yang broken home menghambat peran guru dalam menurunkan
dergadasimoral siswa karena keadaan orang tua tersebut akan mempengaruhi
sikap dan karakter siswa di sekolah.
b. Faktor kebiasaan keluarga
Setiap keluarga memiliki sikap dan kebiasaan yang berbeda. Hal ini
sangat menghambat peran guru dalam menurunknn degradasi anak. Sikap orang
tua tesebut antara lain kebiasaan keluarga yang tidak menjalankan ibahda

46

keagamaan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Guru Pendidikan
Kewarganegaraan Kelas IX ( Cici, 42 tahun) menjelaskan bahwa:
Kebiasaan keluarga siswa yang sangat meghambat peran guru dalam
menurunkan degradasi moral bagi siswa dalah kebiasaan keluarga yang tidak
menjalankan ibadah keagamaan. Siswa dari keluarga yang taat agama, maka siswa
tersebut akan menjalankan ibadah dengan baik pula dan hal ini berpengaruh pada
sikap moral agama maupun intekasi sosialnya namun sebaliknya jika keluarga
siswa tersebut tidak tetbiasa menjalankan agama dengan baik maka akan
berpengaruh pda anaknya tidak memperhatikan norma-norma agama (Hasil
wawancara 15 Mei 2016)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa kebiasaan
keluarga sangat meghambat peran guru dalam menurunkan degradasi moral bagi
siswa. Antara lain kebiasaan keluarga yang tidak menjalankan ibadah keagamaan.
Siswa dari keluarga yang taat agama, maka siswa tersebut akan menjalankan
ibadah dengan baik pula dan hal ini berpengaruh pada sikap moral agama maupun
intekasi sosialnya.
Faktor kebisaaan keluarga yang sangat menonjol dalam hal ini adalah
kebiasaan interakasi dalam keluarga yang tidak sesuai dengan norma sosial. Hal
ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Guru Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas VIII SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo, menjelaskan bahwa:
Kebiasaan keluarga dalam berinteraksi sosial sangat mempengarugi peran
guru dalam menurunkan degradasi moral siswal. Kebiasaan tersebut antara lain
kebiasaan mencaci maki, kebiasaan berbicara kasar, kebiasaan memukul,

47

kebiasaan menghasut. Semua kebiasaan itu tertular pada siswa sehingga akan
terbawa ke lingkungan sekolah. Hal ini akan menghambat peran guru dalam
menurunkan degradasi moral siswa (Hasil wawancara 15 Mei 2016)
Berdasarkan hasil wawncara di atas dapat dpahami bahwa kebiasaan
keluarga dalam berinteraksi sosial sangat menghambat peran guru dalam
menurunkan degradasi moral siswal. Kebiasaan yang menghambat antaral ian
mencaci maki, kebiasaan berbicara kasar, kebiasaan memukul, kebiasaan
menghasut.
c. Faktor lingkungan Masyarakat
Faktor lingkungan masyarakat metrupakan salaha satu penghambat peran
guru dalam menurunkan degradasi moral siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman
Kabupaten Boalemo. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan Guru Pendidikan
Kewarganegraan Kelas XII SMA Negeri 1Paguyaman Kabupaten Boalemo (Cici
42 Tahun) menjelaskan bahwa :
Lingkungan pergaulan anak itu sangat luas, di samping lingkungan
keluarga terdapat pula lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat
merupakan lingkungan dimana anak beraul dan melakukan interaksi dengan
sekitarnya. Jika siswa bergaul dengan lingkungan masyarakat yang memiliki sikap
yang tidak baik akan tertular pada anak. Di sekolah ini faktor lingkungan yang
sangat Nampak adalah perguaulan anak dengan teman-teman di lingkungannya
yang merokok, sehingga anak tersebut akan terular dan menjadi perokok (Hasil
wawancara, 15 Mei 2016)

48

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa lingkungan


masyarakat sangat mempegaruhi degradasi moral siswa. Lingkungan masyarakat
yang memiliki kebiasaan merokok akan tertululat pada pergaulan anak sehingga
memmeogaruhi peran guru dalam menurunkan degradasi moral bagi siswa.
Faktor lingkungan masyarakat yang menghambat peran guru adalah
kebiasaaan yang ada pada lingkungan masyarakat yang banyaj meminum
minuman keras. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Giri PKn Kelas
VIII SMP Negeri 1 Paguyaman Kabuoaten Boalemo (Bima, 29 tahu) menjelaskan
bahwa:
Kami telah melakukn pendekatan bagi siswa yang suka minum-minuman
keras dan mereka menjawab bahwa kebiasaan itu karena tertular dari pergaulan
teman sebaya yang ada di lingkungannya. Hal ini sangat menghambat kami dalam
melakukan pembinaan bagi siswa tersebut, karena walaupun siswa tersebut
berisaha untuk metubah sikapnya tetapi lingkungannya tetap mempengaruhi
kebiasaan buruik tersebu (Hasil Wawancara, 15 Mei 2016)
Berdasarkan hasil wawancara dapat ditelaah bahwa kebiasaan yang ada di
lingkungan maysrarakat berupa minum minuman keras akan menghambta peran
guru dalam menurunkan degradasi moral siswa. Walaupun siswa tersebut berisaha
untuk metubah sikapnya tetapi lingkungannya tetap mempengaruhi kebiasaan
buruik tersebut.
d. Faktor kemauan dalam diri
Faktor kemamuan dalam diri berkenaan dengan dorongan dari dalam diri
siswa untuk mau berubah atau tidak. Jika siswa tidak memiliki kemauan dalam

49

diri untuk merubah sikapnya maka hal ini akan mempengaruhi peran guru dalam
menurunkan defradasi moral siswa. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan
Guru Pendidikn Kewarganegaraan Kelas VII SMP Negeri 1 Paguyaman
Kabupaten Boalemo, menjelaskan bahwa:
Setiap siswa memiliki kemauan dalam diri yang berbeda-beda.Jika
kemampuan dalam diri siswa tidak mau berubah maka akan menghambat peran
guru dalam menurnkna degradasi moral siswa. Kemauan dalam diri siswa
merupakan sifat yang statis, artinya tetap dapat dirumah melalui bimbingan rutin.
Bimbingan rutin dilakukan guru agar siswa akan merubah sikap melalui kemauan
diri sendiri (Hasil Wawancara 15 mei 2016)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa setiap
siswa memiliki kemauan dalam diri yang berbeda-beda. Kemauan dalam diri
siswa tidak mau berubah maka akan menghambat peran guru dalam menurnkna
degradasi moral siswa. Kemauan dalam diri siswa merupakan sifat yang statis,
artinya tetap dapat dirubah antara lain dengan melalui bimbingan secara rutin dan
terus menerus.
Kemamuan dalama diri siswa dapat ditubah pula dengan memberikan
motovasi bag siswa secara optimal. Hal ini sesuai dengan hasil wawancra dengan
Gur kelas IX SMP negeri 1 Paguyaman, menjelaskan bahwa:
Salah satu cara dalam merubah kemauan dalam diri anak agra menjadi
positif dapat dilakukan dengan memberikan motivasi dan penguatan bagi anak
secara rutin. Motivasi dilakukan agar faktor kemamuan dalam diri siswa yang

50

negatif dapat menghambat peran guru dalam menurnkan degradasi moral siswa
(Hasil Wawancara 15 Mei 2016)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa salah satu cara
dalam merubah kemauan dalam diri anak agra menjadi positif dapat dilakukan
dengan memberikan motivasi dan penguatan bagi anak secara rutin. Motivasi
dilakukan agar faktor kemamuan dalam diri siswa yang negatif dapat menghambat
peran guru dalam menurnkan degradasi moral.
4.3 Pembahasan
Seorang guru memiliki peran yang sangat penting dan mengembangkan
moral siswa. Seorang guru bukan hanya menyajikan materi pembelajaran bagi
siswa tetapi lebih dari pada itu guru dituntun dan bertanggunag jawab dalam
pengemvbangan moral siswa dengan optimal. Peran guru adalah membimbing dan
mengarahkan siswa binaannya menjadi pribadi-pribadi yang berakhlak baik dan
berprestasi pada bidang yang ditekuninya nanti (Ahmad 2008:47).
Peran guru dalam kegiatan belajar-mengajar berperan sebagai fasilitator,
organisator, mediator, motivator, inisiator, dan evaluator (Shoimin 2013: 34-51)
Sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan
siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Sebagai organisator ialah melakukan
kegiatan yang memungkinkan seluruh unsur pembelajaran tersebut dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Seorang guru berperan untuk membantu proses
belajar siswa berjalan dengan baik. Motivasi mengandung suatu kekuatan yang
timbul dalam diri seseorang sebagai dukungan untuk memenuhi keinginannya.
Sorang guru yang berperan sebagai inisiator seorang guru lebih berfungsi sebagai

51

media inisiatif yang dapat mengaktifkan terjadinya kegiatan pembelajaran yag


efektif dan efisien.
4.2.1

Peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam Menuru Degradasi


Moral Siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo.
Peran guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam menurunkan degradasi

moral siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo sebagai berikut:


a. Peran sebagai Fasilitator
Peran sebagai Fasilitator ini dilakukan dengan cara memfsilitasi siswa dalam
melakukan kegiatan ekstrakurikuler dengan kegiatan keagamaan dan kegiatan
sosial. Kegiatan keagamaan berupa pengajian sedangkan kegiatan sosial
berupa kerja bakti sosial.
b. Peran sebagai Organisator
Peran guru sebagai organisator dilakukan dengan cara membimbing dan
nelatih siswa dalam organisasu OSIS dan organisasi Pramuka.
c. Peran sebagai Mediator
Peran guru sebagai mediator dilakukan guru dengan menengahi
permalsakaan yang dialami siswa dan melakukan home visit ke rumah orang
tua siswa yang memilik masalah.
d. Peran sebagai Motivator
Peran sebagai motivator dilakukan dengan cara memberikan dorongan
dan penguatan serta memberikan hadiah bagi siswa yang berpertasi dan siswa
yang berakhlak mulia.
e. Peran sebagai Inisiator

52

Peran sebagai Inisiator dilakukan guru dengan menginisiasi kegiatan


Jumat bersih dan kegiatan lomba yang berhubungan dengan norma agama dan
norma sosial.
4.2.2

Faktor Penghambat Peran Guru Pendidikan Kewarganegaran dalam


Menurunkan Degradasi Moral Siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman
Kabupaten Boalemo.
Faktor penghambat peran guru dalam menurunnkan degradasi moral siswa

di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo sebagai berikut:


a. Faktor Orang Tua
Orang tua sebagai penghambat peran guru dalam menurunkan degradasi
moral siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo yaitu orang tua
yang kurang perhatian terhadap anaknya yang sedang mengikuti pendidikan.
Kebutuhan-kebutuhan anak disepelekan dan tidak dipenuhi sehingga anak
menjadi nakal dan pembangkang. Di samping itu terdapat orang tua yang
selalu cekcok rumah tangganya (broken home) sehingga berpengaruh pada
sikap dan karakter anak.
b. Faktor Kebiasaan Keluarga
Faktor kebiasaan keluarga sebagai penghambat peran guru dalam
menurunkan degradasi moral siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten
Boalemo yaitu kebiasaan buruk keluarga. Antara lain keluarga yang tidak
menjalankan ibadah keagamaan dan keluarga yang memiliki kebiasaaan
berkomunikasi dengan kasar seperti mencaci, memaki dan sebagainya.
c. Fakto Lingkungan Msyarakat

53

Faktor lingkungan masyarakat sebagai penghambat peran guru dalam


menurunkan degradasi moral siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten
Boalemo yaitu lingkungan masyarakat yang memiliki perangai buruk seperti
merokok dan minum minuman keras. Di SMP Negeri 1 Paguyaman
Kabupaten Boalemo terdapat siswa berasal dari keluarga yang demikian
tersebut.
d. Faktor Kemauan dalam Diri
Faktor kemamuan dalam diri sebagai penghambat peran guru dalam
menurunkan degradasi moral siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten
Boalemo yaitu siswa yang tidak mampu mematuhi aturan dan disiplin sekolah
dan siswa yang selalu membantah perintah dan nasehat guru. Hal ini
dilakukan dengan bimbingan rutin dan motivasi serta penguatan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa faktor-faktor
penghambat peran guru dalam menurunnkan degradasi moral siswa di SMP
Negeri 1 Paguyaman Kabuoaten Boalemo yaitu orang tua sebagai penghambat
peran guru dalam menurunkan degradasi moral siswa di SMP Negeri 1
Paguyaman Kabupaten Boalemo yaitu orang tua yang kurang perhatian terhadap
anaknya yang sedang mengikuti pendidikan.
Faktor kebiasaan keluarga sebagai penghambat peran guru dalam
menurunkan degradasi moral siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten
Boalemo yaitu kebiasaan buruk keluarga. Antara lain keluarga yang tidak
menjalankan ibadah keagamaan dan keluarga yang memiliki kebiasaaan
berkomunikasi dengan kasar seperti mencaci, memaki dan sebagainya.

54

Faktor lingkungan masyarakat sebagai penghambat peran guru dalam


menurunkan degradasi moral siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten
Boalemo yaitu lingkungan masyarakat yang memiliki perangai buruk seperti
merokok dan minum minuman keras. Di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten
Boalemo terdapat siswa berasal dari keluarga yang demikian tersebut. Faktor
kemampuan dalam diri merupakan keadaan seseorang sehingga menjadi
penghambat peran guru dalam menurunkan degradasi moral siswa di SMP Negeri
1 Paguyaman Kabupaten Boalemo yaitu siswa yang tidak mamu mematuhi aturan
dan disiplin sekolah dan siswa yang selalu membantah perintah dan nasehat guru.

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
Guru Pendidikan Kewarganegaraan di di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten
Boalemo telah berperan dalam menurunkan angka degradasi moral Siswa di
SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo. Adapun peran yang telah
dilakukan sebagai berikut:

55

a. Peran sebagai Fasilitator yang dilakukan dengan cara memfsilitasi siswa


dalam melakukan kegiatan ekstrakurikuler dengan kegiatan keagamaan dan
kegiatan sosial.
b. Peran sebagai organisator dilakukan dengan cara membimbing dan nelatih
siswa dalam organisasu OSIS dan organisasi Pramuka.
c. Peran sebagai mediator dilakukan guru dengan menengahi permalsakaan yang
dialami siswa dan melakukan home visit ke rumah orang tua siswa yang
memilik masalah.
d. Peran sebagai nnotivator dilakukan dengan cara memberikan dorongan dan
penguatan serta memberikan hadiah bagi siswa yang berpertasi dan siswa
yang berakhlak mulia.
e. Peran sebagai Inisiator dilakukan guru dengan menginisiasi kegiatan Jumat
bersih dan kegiatan lomba yang berhubungan dengan norma agama dan norma
sosial
Terdapat faktor penghambat peran guru Pendidikan Kewarganegaran
dalam menurunkan angka degradasi Moral Siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman
Kabupaten Boalemo sebagai berikut:
a. faktor orang tua yang kurang perhatian terhadap anaknya yang sedang
mengikuti pendidikan dan orang tua yang broken home.
b. Faktor kebiasaan keluarga yaitu kebiasaan buruk keluarga. Antara lain
keluarga yang tidak menjalankan ibadah keagamaan dan keluarga yang
memiliki kebiasaaan berkomunikasi dengan kasar seperti mencaci, memaki
dan sebagainya.

56

c. Faktor lingkungan yaitu lingkungan masyarakat yang memiliki perangai buruk


seperti merokok dan minum minuman keras.
d. Faktor kemauan dalam diri yaitu siswa yang tidak mamu mematuhi aturan dan
disiplin sekolah dan siswa yang selalu membantah perintah dan nasehat guru.

5.2 Saran
Berdasarkan simpulan maka peneliti memberikan saran bagi beberapa
pihak yaitu:
a. Bagi Siswa
Disarankan bagi siswa dapat meningkatkan pemahaman, pengertian dan
kepedulian dalam meningkatkan moral yang baik dalam diri siswa.

b. Bagi guru
Bagi siswa disarankan dapat melakukan peran dengan optimal sehingga dapat
memberikan kontribusi dalam menurunkan angka degradasi moral sisswa
sesuai harapan.
4. Bagi Sekolah
Bagi sekolah disarabkab dapat merekomendasikan hasil penelitian ini sebagai
bahan pembinaan bagi guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam upaya
meningkatkan moralitas siswa.

57

DAFTAR PUSTAKA
Adam, Pramudya. 2009. Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membentuk
Moral Bangsa Indonesia . Yogyakarta : Yrama Widya
Asmaya, Enung. 2009. Wajah Baru dalam pembinaan moral, Etika dan Agama.
Yogyakarta: Kanisius.
Borba, Michele. 2008. Membangun Kecerdasan Moral: Tujuh Kebajikan Utama
Agar Anak Bermoral Tinggi. Terj. oleh Lina Jusuf. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Cecilia,Rasta.2012. Degradasi Moral Siswa. togarlearn. blogspot. com/ 2012/ 03/
degradasi-moral-siswa.html. Akses September 2014
Djamarah, S.B. 2007. Prestasi belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya. Usaha
Nasional.
Erwin, Muhamad dkk. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia
(Edisi Revisi). Bandung : Refika Aditama
Fitri, Agus Zainul. 2012. Pendidikan Moral Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Gunawan, 2006. Administrasi Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamzah, B. Uno 2007. Profesi Keguruan. PT Bumi Aksara: Jakarta
Koesoema, A. Doni, 2010. Pendidikan Moral (strategi mendiidk anaka di zaman
global) Jakarta : Grasindo.
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Moral Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I.
Pidarta, 2009. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia. Jakarta: PT. Bina Rineka Cipta.

58

Saiful, Hadi .2007. Kompetensi yang harus Dimiliki Seorang Guru., www. Saiful
Hadi. Wordpress.com.
Syamsuddin. 2007.akhmadsudrajat.wordpress.com.
Shoimin, Aris. 2013. Excelent Teacher Meningkatkan Profesionalisme Guru
Pasca Sertifikasi. Semarang: Dahara Prize
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sukadi, 2006. Guru Powerful Guru Masa Depan. Bandung: Kolbu,
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Rosda Karya.
Suparlan. 2008. Menjadi Guru Efektif. Jakarta: Grasindo
UUD No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005. Jakarta: Sinar Grafika
Yunanda, Martha. 2012. Degradasi Moral Bangsa Indonesia. Malang : CV Toha
Putra

Lampiran

DAFTAR NARA SUMBER


No
01
02
03
04
05
06
07
08
09

Nama

Jabatan
Guru PKn Kelas VII
Guru PKn Kelas VIII
Guru PKn Kelas IX
Siswa Kelas VII
Siswa Kelas VII
Siswa Kelas VIII
Siswa Kelas VIII
Siswa Kelas IX
Siswa Kelas IX

59

Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA

60

Lampiran 3
PROFIL SMP NEGERI 1 PAGUYAMAN

61

62

Lampiran 4
STRUKTUR ORGANISASI

63

64

65

66

67

Anda mungkin juga menyukai