PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan
merupakan
wahana
pengubahan
kepribadian
dan
pengembangan diri. Oleh karena itu tentu pendidikan juga akan membawa
dampak yang besar terhadap peningkatan kualitas dan perilaku hidup masyarakat.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan
nasional
yang
diatur
secara
sistematis.
Pendidikan
nasional
berfungsi
Guru adalah figur manusia sebagai sumber yang menempati posisi dan
memegang peran penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan
masalah dunia pendidikan figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan
terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Guru
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi guru atau dosen pada perguruan tinggi. Hal tersebut tidak dapat
disangkal kerena lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru
sebagian besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di
masyarakat (Djamarah, 2007:46).
Peran guru sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal
pada umumnya karena bagi siswa, guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan
menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan unsur yang sangat
mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur siswa dan fasilitas
lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan kesiapan
guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar.
Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan
sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu kinerjanya.
Guru merupakan ujung tombak pendidikan sebab secara langsung
berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan siswa, sebagai ujung
tombak, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai
seorang guru, pembimbing dan pengajar dan kemampuan tersebut tercermin pada
mulia seperti yang diharapkan, sehingga sejak 2010 melalui Pendidikan karakter
dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi
pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata
pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai moral tidak
hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan
nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. Erwin (2011:3-4).
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Sementara itu, menurut Uno (2007: 15) guru adalah orang
dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan
membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki
kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan
mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai
tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.
Peranan guru sebagai pendidik profesional akhir-akhir ini mulai
dipertanyakan eksistensinya secara fungsional. Hal ini antara lain disebabkan oleh
munculnya serangkaian fenomena para lulusan pendidikan yang secara moral
cenderung merosot dan secara intelektual akademik juga kurang siap untuk
memasuki lapangan kerja. Jika fenomena tersebut benar adanya, maka baik
langsung maupun tidak langsung akan terkait dengan peranan guru sebagai
pendidik profesional. Sukadi, (2006. 69). Menurut Enung Asmaya, (2009:64)
siswa-siswi yang yang berbohong kepada orang tuannya, dan acuh tak acuh ketika
menerima pelajaran.
Oleh karena itu, guna mengantisipasi hal tersebut di atas, maka perlu
dilakukan upaya-upaya konkrit untuk mengoptimalkan peran guru sehingga akan
mampu meningkatkan rangsangan terhadap moral siswa yang baik di SMP Negeri
1 Paguyaman tersebut. Untuk meningkatkan moral siswa yang baik diperlukan
peningkatan dan penyempurnaan pendidikan, yang berkaitan erat dengan
peningkatan mutu Pembelajaran secara operasional yang berlangsung di dalam
kelas. Oleh karena itu, diperlukan peranan guru yang baik sehingga tujuan dapat
tercapai dengan baik, dari jumlah siswa 23 orang hanya 9 orang atau 39%, yang
memilki moral yang baik sedangkan 61% belum memiliki moral yang baik.
Karenanya, peran guru dan kerja sama yang dilakukan baik antar siswa dengan
siswa, guru dengan guru maupun antara guru dan siswa memegang peranan yang
sangat menentukan dalam menurunkan angka degradasi moral siswa.
Upaya yang bisa dilakukan untuk pembinaan moral, moral dan budi
pekerti peserta didik di sekolah diantaranya adalah dengan memaksimalkan fungsi
guru pendidikan kewarganegaraan di sekolah. Pendidikan kewarganegaraan dapat
dijadikan basis untuk pembinaan moral siswa tersebut. Guru pendidikan
kewarganegaraan bersama-sama para guru yang lain dapat merancang berbagai
aktivitas sehari-hari bagi siswa di sekolah yang diwarnai nilai-nilai ajaran yang
baik. Kita ketahui bahwa Pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan untuk
membentuk siswa sebagai warga negara yang memiliki moral dan memiliki misi
karena memang misinya adalah mengembangkan nilai dan sikap, dan pendidikan
2. Bagi guru
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Penelitian yang relevan
Penelitian yang terdahulu bertujuan sebagai bahan pertimbangan bagi
penelitian ini, penulis mencari referensi hasil penelitian terdahulu yang memiliki
kesamaan pada penelitian yang ingin diteliti. Adapun beberapa penelitian yang
diambil, yaitu:
Uyun Rika Uyuni. 2011. Degradasi Moral Siswa Kelas X-B SMA
Qothrotul Falah Citeras Lebak Banten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
angka penurunan moral Moral Siswa Kelas X-B SMA Qothrotul Falah Citeras
Lebak Banten. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif kualitatif. Informasi dipilih dengan teknik purposive
sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Analisis data dalam penelitian menggunakan reduksi data, display
data, dan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa moral yang ditanamkan pada siswa
SMK Negeri 1 Pungging meliputi hal-hal yang terpuji seperti ketaqwaan,
tanggung jawab, patuh, disiplin, kejujuran, dan lain-lain. Akan tetapi harapan
tersebut masih jauh seperti yang diharapkan baik siswa, orang tua, guru maupun
pada lembaga sekolah. Ada beberapa faktor utama penyebab menurunnya akhlak
atau moral siswa di pesantren ini, yaitu: 1). Budaya baca sangat rendah. Remaja
Indonesia lebih senang dan terlihat bergengsi ketika menggenggam HP/Tablet Pc
dan sejenisnya dari pada memegang buku tebal dan usang. 2). Forum diskusi yang
kian dihindari. Remaja Indonesia lebih senang bergosip mengenai selebritis
kegemarannya, dibanding berdiskusi tentang perjuangan para pahlawan, sirah
nabawiyah, ilmuwan dan sebagainya.3). Peran keluarga yang kurang dominan.
Keluarga tidak bisa lepas dari tanggung jawab terhadap degrdasi akhlak yang
terjadi pada remaja. Sehebat apapun remaja, pastilah ia berasal dari keluarga. Pola
didik dan pola asuh dari orang tua pastilah sangat berefek pada mereka. 4).
Jauhnya remaja dari agama. Agama bukan lagi jadi pegangan, tapi hanya mata
pelajaran satu minggu sekali saja. Tidak akan merugi sama sekali jika
meninggalkan shalat. Namun akan rugi jika satu hari tidak memegang HP. 5).
Mengidolakan orang yang salah dan bermasalah. Sebut saja selebritis, yang jelasjelas punya kepribadian buruk, tetap saja disanjung dan dipuja tiada henti.
Rasulullah Saw seakan tergeser ribuan kilometer. Teladan yang harusnya dicontoh
oleh remaja muslim, seakan tergeletak pada kisah-kisah nabi dalam buku-buku
Islam semata.
10
12
menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan menengah.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah
seseorang yang telah memperoleh surat keputusan (SK) baik dari pihak swasta
atau pemerintah untuk menggeluti profesi yang memerlukan keahlian khusus
dalam tugas utamanya untuk mengajar dan mendidik siswa pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah, yang tujuan
utamanya untuk mencerdaskan bangsa dalam semua aspek.
2.1.2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Tugas mendidik guru berkaitan dengan transformasi nilai dan
pembentukan pribadi, sedangkan tugas mengajar berkaitan dengan transformasi
pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik. Di dalam undang-undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 20, maka tugas guru adalah:
1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
2) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni.
3) Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi, peserta didik dalam pembelajaran.
4) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik
guru, serta nilai nilai agama dan etika.
5) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
13
14
Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Shoimin (2013:39) peran guru
sebagai organisator ialah melakukan kegiatan yang memungkinkan seluruh unsur
pembelajaran tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
3. Mediator.
Seperti yang dikemukakan oleh Jean Piaget (dalam Shoimin, 2013:48)
menyatakan bahwa seorang guru berperan untuk membantu proses belajar siswa
berjalan dengan baik.
4. Motivator.
Sebagaimana yang tercantum dalam jiwa kerja atau motivasi seperti
menurut Rusyam (2008:100) pada hakekatnya motivasi adalah perbuatan energi
dalam diri seseorang ditandai dengan timbulnya perasaan dari reaksi untuk
mencapai tujuan. Dalam pengertian tersebut menggambarkan bahwa motivasi
mengandung suatu kekuatan yang timbul dalam diri seseorang sebagai dukungan
untuk memenuhi keinginannya.
5. Inisiator
Sebagaimana menurut Shoimin (2013: 48) menyatakan bahwa seorang
guru yang berperan sebagai inisiator seorang guru lebih berfungsi sebagai media
inisiatif yang dapat mengaktifkan terjadinya kegiatan pembelajaran yag efektif
dan efisien.
6. Evaluator
Menurut Shoimin (2013:51) menyatakan bahwa guru dituntut untuk
menjadi evaluator yanga baik dan jujur dengan memberikan penialaian yang
15
16
17
18
19
20
Borba (2008: 4), adalah kemampuan seseorang untuk memahami hal yang benar
dan yang salah, yakni memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak
berdasarkan keyakinan tersebut, sehingga ia bersikap benar dan terhormat. adalah
sifat-sifat utama yang dapat mengantarkan seseorang menjadi baik hati, bermoral
kuat, dan menjadi warga negara yang baik.
Berdasarkan pendapat para ahli dia atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa moral sebagai sistem nilai yang dianut oleh sekelompok masyarakat
tentang baik buruk perbuatan manusia dan sangat mempengaruhi tingkah lakunya.
Degradasi sering diartikan sebagai penurun suatu kualitas. Moral siswa dari
tahun ketahun terus mengalami penurunan kualitas atau degradasi (Koesoema A,
2010 : 103). Dalam segala aspek moral, mulai dari tutur kata, cara berpakaian dan
lain-lain. Degradasi moral ini seakan luput dari pengamatan dan dibiarkan terus
berkembang. Degradasi moral siswa merupakan salah satu masalah sosial yang
perlu mendapat perhatian baik dari orang tua secara khusus serta masyarakat atau
pemerintah pada umumnya. Rasta Cecilia, 2012. Selanjutnya Fitri, (2012:55)
menyatakan bahwa Degradasi moral merupakan penurunan akhlak yang mewabah
di kalangan intelektual, elit politik, para pemegang kekuasaan dan anak siswa.
Saat ini bangsa sedang mengalami degradasi moral dan akhlak.
Degradasi moral siswa adalah penurunan kepekaan budi pekerti atau
kelakuan yang memiliki norma-norma luhur pada diri siswa. Akhlak, etika, moral
dan susila merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat
dan harkat kemanusiaannya. Semakin tinggi moral dan akhlak yang dimiliki oleh
seseorang, semakin tinggi pula harkat dan martabatnya. Sebaliknya, semakin
21
22
dengan kita saat kita balita adalah orangtua, jadi kasih sayang, cinta dan emosi
yang diberikan oleh orang tua benar-benar.
b.
Faktor lingkungan
Lingkungan dimana seseorang anak tumbuh, akan menjadi tempat baru
untuk ia belajar sesuatu yang baru. Disini orangtua mungkin tidak bisa secara
langsung mengawasi, tetapi dengan bekal-bekal yang diberikan kepada sang anak
semenjak ia kecil akan mencegahnya dari perbuatan yang tidak diinginkan.
lingkungan yang baik, akan mengajarkan kepada anak hal yang baik. Virus
globalisasi terus menggerogoti bangsa ini
d. Faktor kemauan dalam diri
23
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini difokuskan mengenai Peran pendidikan
kewarganegaraan dalam menurunkan angka degradasi moral siswa di SMP Negeri
1 Paguyaman yang dilakukan dengan penelitian ini menggunakan pendekatan
fenomenologis, yaitu pendekatan yang mengarah pada fenomena yang ada.
Adapun jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
dimana mencoba menggambarkan tentang sifat-sifat individu, keadaan, gejalagejala dalam kelompok tertentu, menentukan adanya hubungan tertentu antara
satu gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat. Menurut Sukmadinata
(2008 :18) penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang
ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang
berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi
fokus pengamatan peneliti adalah keseluruhan hal yang ada hubungannya dengan
25
26
27
28
Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yaitu suatu bentuk analisis
untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang
tidak penting, dan mengatur data sehingga data tersebut dapat dibuat
kesimpulan.
2. Sajian Data
Sajian data adalah susunan informasi yang memungkinkan dapat
ditariknya suatu kesimpulan.
3. Kesimpulan akhir pada penelitian kualitatif tidak akan ditarik kecuali
setelah proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan yang dibuat perlu
divertifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakannya kembali,
dengan meninjau secara sepintas pada catatan lapangan untuk memperoleh
pemahaman yang lebih tepat.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1
30
No
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
Tabel 1
Keadaan Sarana dan Prasarana
Jenis Sarana dan Prasarana
Jumlah
Ruang Kelas
15 unit
Gedung Laboratorium IPA
1 unit
Gedung Kesenian
1 unit
Gedung Perpustakaan
1 unit
Gedung Bahasa
1 unit
Gedung Pimpinan
1 unit
Ruang Guru
1 unit
Ruang Tata Usaha
1 unit
Aula
1 unit
MCK
5 unit
Ruang OSIS
1 unit
Lapangan Voly
1 unit
Lapangan Bulu Tangkis
1 unit
Bak Lompat Jauh
1 unit
Keadaan
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
31
Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Agama Islam
Bahasa Indonesia
Sastra Indonesia
Bahasa Inggris
Matematika
Fisika
Kimia
Biologi
Ekonomi
Geografi
Sejarah
Antropologi
Sosiologi
Seni Budaya
Pendidikan Jasmani
Teknologi Informasi
Sastra Arab
Jumlah
Jumlah
2 Orang
3 Orang
3 Orang
2 Orang
3 Orang
3 Orang
2 Orang
2 Orang
2 Orang
2 Orang
1 Orang
2 Orang
2 Orang
2 Orang
1 Orang
2 Orang
1 Orang
2 Orang
37 Orang
Kebutuhan
3 orang
3 orang
3 orang
2 orang
3 orang
3 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
2 orang
3 orang
3 orang
2 orang
2 orang
43 orang
Kekurangan
1 orang
1 orang
2 orang
1 orang
1 orang
6
Orang
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan tenaga pendidik di SMP
Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo sebanyak ..... orang, sedangkan jumlah
tenaga pendidikan yang ada sebanyak ..... orang, dengan demikian di sekolah
tersebut masih kekurangan guru sebanyak ..... orang.
32
Mata Pelajaran
Kepala Tata Usaha
Tenaga Administrasi
Pengawas Sekolah
Sekuriti
Petugas Kebersihan
Jumlah
Jumlah
1 Orang
6 Orang
1 Orang
1 Orang
1 Orang
10 orang
Kebutuhan
1 orang
6 orang
1 orang
2 orang
2 orang
12 rang
Kekurangan
1 orang
1 orang
Tahun Pelajaran
2011-2012
Laki-Laki
205 Orang
33
Perempuan
275 orang
Jumlah
480 orang
02
03
04
05
2012-2013
2013-2014
2014-2015
2016-2017
254 Orang
282 Orang
290 Orang
290 Orang
266 orang
318 orang
330 orang
330 orang
520 orang
600 orang
620 orang
620 orang
Pada tabel di atas dapat dilihat keadaan siswa SMP Negeri 1 Paguyama
Kabupaten Boalemo dalam 4 Tahun Tetakhir yaitu pada Tahun Pelajaran 20112012 sebanyak ..... orang dan meningkat pada Tahun Pelajaran 2012-2013 menjadi
..... orang dan pada Tahun pelajaran 2013-2014 meningkat menjadi ..... orang pada
Tahun Pelajaran 2014-2015 meningkat menjadi 620 orang. Kurikulum yang
digunakan di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo menyesuikan
dengan Kurikulum yang ada di Indonesia seperti Kurikulum Berbasis Komptensi
(KBK 2004), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006). Pada tahun
Pelajaran 2013-2014 SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo, dijadikan
sebagai satu-satunya sekolah Model Kurikulum 2013 di Kabupaten Boalemo.
34
35
36
memberikan bimbingan bagi siswa tentang cara berinteraksi dengan baik terutama
pada kegiatan ekstrakurikuler olah raga dan kesenian. Dalam kegiatan tersebut
siswa bukan sekedar latihan tetapi dibimbing pula untuk bersikap sportif,
tanggung jawab, jujur dan berkomunikasi dengan baik.
b. Peran guru Pendidikan Kewarganegaraan Organisator
Peran guru Pendidikan Kewarganegaraan Organisator dalam menurunkan
angka degradasi moral siswa dilakukan dengan melatih siswa dalam kegiatan
organisasi Pramuka. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan guru mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VII SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten
Boalemo (Ana, 28 Tahun) menjelaskan bahwa:
Peran sebagai organisator sangat penting dilakukan oleh guru dalam
melatuh siswa memhamai cara berorganisasi. Di sekolah ini kami seluruh guru
diwajibkan memberikan latihan organisasi dakam bidang Pramuka. Kegiatan
Pramuka banyak hal yang dilakukan siswa seperti belajar berdisiflin, jujur dan
bertanggung jawab serta belajar berkomunikasi dengan baik. Hal ini setidaknya
akan menurunkan degradasi moral siswa di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten
Baolemo. (Hasil Wawancara, 01 Mei 2016)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa peran sebagai
organisator dilakukan oleh guru dengan cara memhamai cara berorganisasi. Di
SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Baalemo dilakukan oleh guru dalam
organisasi Pramuka seperti belajar berdisiplin, jujur dan bertanggung jawab serta
belajar berkomunikasi dengan baik.
37
38
39
mendapat informasi dari siswa kami melakukan homevisit ke rumah siswa dalam
melakukan mediasi dalam upaya pemecahan masalah (Hasil wawancara, 05 Mei
2016)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat ditelaah bahwa guru
Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo
telah bertindak sebagai mediator dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi
antara siswa dengan orangtuanya. Kegiatan ini dilakukan dengan cara melakukan
kunjungan ke rumah siswa (home visit).
d. Peran guru Pendidikan Kewarganegaraan Motivator
Sebagai motivator guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 1
Paguyaman Kabupaten Boalemo telah melakukan kegiatan dalam menurunkan
angka degradasi moral siswa dengan cara melakukan dorongan dan penguatan
bagi siswa. Hal ini sesauai dengan hasil wawancara dengan guru Pendidikan
Kewarga negaraan Kelas VII IX (Cici, 42 Tahun) sebagai berikut:
Di sekolah ini peran guru sebagai motivator terutama dalam menurunkan
degradasi moral siswa telah kami lakukan di setiap waktu baik dalam kegiatan
pembelajaran maupun di luar jam pembelajaran. Kegiatan yang kami lakukan di
antaranya dengan memberikan dorongan dan penguatan - bagi siswa agar belajar
dengan serius serta memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatankegiatan yang positif. Dorongan dan pegutaman dilakukan pula pada saat
pembinaan dalam upacara benderan maupun pada pel pagi sebelum belajar
(Hasil wawancaram 05 Mei 2016)
40
41
siswa yang berprestasi tetapi diberikan pula siswa yang beraklah mulia agar siswa
akan mendapat motivasi dengan optimal.
e. Peran guru Pendidikan Kewarganegaraan Inisiator
Peran sebagai inisiator dalam menurunkan angka degradasi moral siswa
telah dilaksanakan dengan cara memberikan ide dan gagasan dalam bentuk
kegiatan-kegiatan positif seperti bakti masal dan jumat bersih. Hal ini sesuai
hasil wawancara dengan Kepala SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo
(Amina, 50 Tahun) sebagai berikut:
Di sekolah ini peran guru sebagai inisiator terutama dalam menurunkan
degradasi moral siswa telah dilakukan dengan dengan berbagai cara. Antara lain
menginisiasi adanya kerja bakti sosial setiap Jumat (Jumat Bersih) dan
menginisiasi sholat Jumat bersama. Hal ini dimaksudakn agar dengan kegiatankegoatan tersebut siswa akan dapat mengembangkan sikap dan karakter serta
nilai-nilai agama dan moral dengan baik (Hasil wawancara, 10 Mei 2016)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa di SMP
Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo, guru tela berperan sebagai inisiator
terutama dalam menurunkan degradasi moral siswa. Inisiasi yang dlakukan berupa
melakukan kegiatan kerja bakti sosial setiap Jumat (Jumat Bersih) dan
menginisiasi sholat Jumat bersama.
Kegiatan lain yang dilakukan sesuai hasil observasi adalah melakukan
lomba-lomba pada kegiatan Meeting Class. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan Kepala SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo
(Amina, 50 Tahun) sebagai berikut:
42
43
pembelajaran kompetensi dasar. Indikator yang dinilai pad K1 antara lain siswa
menjalankan ibadah, member salam maupun berdoa, Sedangkan untuk K2 antara
lain kejujuran, sportivitas, tanggung jawab, kerja sama dan , kemandirian (Hasil
wawancara, 15 Mei 2016)
Berdasarkan hasil wawancara dapat dipahami bahwa guru Pendidikan
Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo melakukan
penilaian sikap siswa yaitu sikap religi dan sikap sosial. Penilaian dilakukan
dalam bentuk kompetensi Religi (K1) dan Kompetensi Sosial (K2) dalam bentuk
deskriptif maupun jurnal.
Evaluasi dilakukan pula dalam bentuk laporan pelanggaran siswa secara
periodic, seperti pelanggaran ringan, sedang dan berat setiap bulan. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara dengan guru Bimbingan Konseling SMP Negeri 1
Paguyaman Kabupaten Boalemo (Cinta, 60 Tahun) sebagai berikut:
Sebagai evaluator kami bersama Guru PKn melaksanakan evaluasi
terhadap pelanggaran disiplin yang dilakukan siswa setiap bulan. Pelanggaran
disiplin tersebut dibagi atas pelanggaran ringan, sedang dan berat. Pelanggaran
ringan seperti terlambat masuk, pulan cepat dan bolos masuk kelas, Sedangkan
pelanggaran sedanga seperti menghasut teman, membuang sampah sebarang,
merusak dan mecoret fasilitas sekolah, Pelanggaran berat misalnya merokok,
minum minman keras dan asusila. Penialaian dilakukan secara obyektif tanpa
memihak siapaun (Hasil wawancara, 15 Mei 2016)
Berdasarkan hasil wawancara dapat dilihat bahwa di SMP Negeri 1
Paguyaman Kabupaten Boalemo guru BK bersama bersama Guru PKn
44
45
46
keagamaan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Guru Pendidikan
Kewarganegaraan Kelas IX ( Cici, 42 tahun) menjelaskan bahwa:
Kebiasaan keluarga siswa yang sangat meghambat peran guru dalam
menurunkan degradasi moral bagi siswa dalah kebiasaan keluarga yang tidak
menjalankan ibadah keagamaan. Siswa dari keluarga yang taat agama, maka siswa
tersebut akan menjalankan ibadah dengan baik pula dan hal ini berpengaruh pada
sikap moral agama maupun intekasi sosialnya namun sebaliknya jika keluarga
siswa tersebut tidak tetbiasa menjalankan agama dengan baik maka akan
berpengaruh pda anaknya tidak memperhatikan norma-norma agama (Hasil
wawancara 15 Mei 2016)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa kebiasaan
keluarga sangat meghambat peran guru dalam menurunkan degradasi moral bagi
siswa. Antara lain kebiasaan keluarga yang tidak menjalankan ibadah keagamaan.
Siswa dari keluarga yang taat agama, maka siswa tersebut akan menjalankan
ibadah dengan baik pula dan hal ini berpengaruh pada sikap moral agama maupun
intekasi sosialnya.
Faktor kebisaaan keluarga yang sangat menonjol dalam hal ini adalah
kebiasaan interakasi dalam keluarga yang tidak sesuai dengan norma sosial. Hal
ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Guru Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas VIII SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo, menjelaskan bahwa:
Kebiasaan keluarga dalam berinteraksi sosial sangat mempengarugi peran
guru dalam menurunkan degradasi moral siswal. Kebiasaan tersebut antara lain
kebiasaan mencaci maki, kebiasaan berbicara kasar, kebiasaan memukul,
47
kebiasaan menghasut. Semua kebiasaan itu tertular pada siswa sehingga akan
terbawa ke lingkungan sekolah. Hal ini akan menghambat peran guru dalam
menurunkan degradasi moral siswa (Hasil wawancara 15 Mei 2016)
Berdasarkan hasil wawncara di atas dapat dpahami bahwa kebiasaan
keluarga dalam berinteraksi sosial sangat menghambat peran guru dalam
menurunkan degradasi moral siswal. Kebiasaan yang menghambat antaral ian
mencaci maki, kebiasaan berbicara kasar, kebiasaan memukul, kebiasaan
menghasut.
c. Faktor lingkungan Masyarakat
Faktor lingkungan masyarakat metrupakan salaha satu penghambat peran
guru dalam menurunkan degradasi moral siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman
Kabupaten Boalemo. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan Guru Pendidikan
Kewarganegraan Kelas XII SMA Negeri 1Paguyaman Kabupaten Boalemo (Cici
42 Tahun) menjelaskan bahwa :
Lingkungan pergaulan anak itu sangat luas, di samping lingkungan
keluarga terdapat pula lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat
merupakan lingkungan dimana anak beraul dan melakukan interaksi dengan
sekitarnya. Jika siswa bergaul dengan lingkungan masyarakat yang memiliki sikap
yang tidak baik akan tertular pada anak. Di sekolah ini faktor lingkungan yang
sangat Nampak adalah perguaulan anak dengan teman-teman di lingkungannya
yang merokok, sehingga anak tersebut akan terular dan menjadi perokok (Hasil
wawancara, 15 Mei 2016)
48
49
diri untuk merubah sikapnya maka hal ini akan mempengaruhi peran guru dalam
menurunkan defradasi moral siswa. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan
Guru Pendidikn Kewarganegaraan Kelas VII SMP Negeri 1 Paguyaman
Kabupaten Boalemo, menjelaskan bahwa:
Setiap siswa memiliki kemauan dalam diri yang berbeda-beda.Jika
kemampuan dalam diri siswa tidak mau berubah maka akan menghambat peran
guru dalam menurnkna degradasi moral siswa. Kemauan dalam diri siswa
merupakan sifat yang statis, artinya tetap dapat dirumah melalui bimbingan rutin.
Bimbingan rutin dilakukan guru agar siswa akan merubah sikap melalui kemauan
diri sendiri (Hasil Wawancara 15 mei 2016)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa setiap
siswa memiliki kemauan dalam diri yang berbeda-beda. Kemauan dalam diri
siswa tidak mau berubah maka akan menghambat peran guru dalam menurnkna
degradasi moral siswa. Kemauan dalam diri siswa merupakan sifat yang statis,
artinya tetap dapat dirubah antara lain dengan melalui bimbingan secara rutin dan
terus menerus.
Kemamuan dalama diri siswa dapat ditubah pula dengan memberikan
motovasi bag siswa secara optimal. Hal ini sesuai dengan hasil wawancra dengan
Gur kelas IX SMP negeri 1 Paguyaman, menjelaskan bahwa:
Salah satu cara dalam merubah kemauan dalam diri anak agra menjadi
positif dapat dilakukan dengan memberikan motivasi dan penguatan bagi anak
secara rutin. Motivasi dilakukan agar faktor kemamuan dalam diri siswa yang
50
negatif dapat menghambat peran guru dalam menurnkan degradasi moral siswa
(Hasil Wawancara 15 Mei 2016)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa salah satu cara
dalam merubah kemauan dalam diri anak agra menjadi positif dapat dilakukan
dengan memberikan motivasi dan penguatan bagi anak secara rutin. Motivasi
dilakukan agar faktor kemamuan dalam diri siswa yang negatif dapat menghambat
peran guru dalam menurnkan degradasi moral.
4.3 Pembahasan
Seorang guru memiliki peran yang sangat penting dan mengembangkan
moral siswa. Seorang guru bukan hanya menyajikan materi pembelajaran bagi
siswa tetapi lebih dari pada itu guru dituntun dan bertanggunag jawab dalam
pengemvbangan moral siswa dengan optimal. Peran guru adalah membimbing dan
mengarahkan siswa binaannya menjadi pribadi-pribadi yang berakhlak baik dan
berprestasi pada bidang yang ditekuninya nanti (Ahmad 2008:47).
Peran guru dalam kegiatan belajar-mengajar berperan sebagai fasilitator,
organisator, mediator, motivator, inisiator, dan evaluator (Shoimin 2013: 34-51)
Sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan
siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Sebagai organisator ialah melakukan
kegiatan yang memungkinkan seluruh unsur pembelajaran tersebut dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Seorang guru berperan untuk membantu proses
belajar siswa berjalan dengan baik. Motivasi mengandung suatu kekuatan yang
timbul dalam diri seseorang sebagai dukungan untuk memenuhi keinginannya.
Sorang guru yang berperan sebagai inisiator seorang guru lebih berfungsi sebagai
51
52
53
54
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
Guru Pendidikan Kewarganegaraan di di SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten
Boalemo telah berperan dalam menurunkan angka degradasi moral Siswa di
SMP Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo. Adapun peran yang telah
dilakukan sebagai berikut:
55
56
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan maka peneliti memberikan saran bagi beberapa
pihak yaitu:
a. Bagi Siswa
Disarankan bagi siswa dapat meningkatkan pemahaman, pengertian dan
kepedulian dalam meningkatkan moral yang baik dalam diri siswa.
b. Bagi guru
Bagi siswa disarankan dapat melakukan peran dengan optimal sehingga dapat
memberikan kontribusi dalam menurunkan angka degradasi moral sisswa
sesuai harapan.
4. Bagi Sekolah
Bagi sekolah disarabkab dapat merekomendasikan hasil penelitian ini sebagai
bahan pembinaan bagi guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam upaya
meningkatkan moralitas siswa.
57
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Pramudya. 2009. Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membentuk
Moral Bangsa Indonesia . Yogyakarta : Yrama Widya
Asmaya, Enung. 2009. Wajah Baru dalam pembinaan moral, Etika dan Agama.
Yogyakarta: Kanisius.
Borba, Michele. 2008. Membangun Kecerdasan Moral: Tujuh Kebajikan Utama
Agar Anak Bermoral Tinggi. Terj. oleh Lina Jusuf. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Cecilia,Rasta.2012. Degradasi Moral Siswa. togarlearn. blogspot. com/ 2012/ 03/
degradasi-moral-siswa.html. Akses September 2014
Djamarah, S.B. 2007. Prestasi belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya. Usaha
Nasional.
Erwin, Muhamad dkk. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia
(Edisi Revisi). Bandung : Refika Aditama
Fitri, Agus Zainul. 2012. Pendidikan Moral Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Gunawan, 2006. Administrasi Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamzah, B. Uno 2007. Profesi Keguruan. PT Bumi Aksara: Jakarta
Koesoema, A. Doni, 2010. Pendidikan Moral (strategi mendiidk anaka di zaman
global) Jakarta : Grasindo.
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Moral Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I.
Pidarta, 2009. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia. Jakarta: PT. Bina Rineka Cipta.
58
Saiful, Hadi .2007. Kompetensi yang harus Dimiliki Seorang Guru., www. Saiful
Hadi. Wordpress.com.
Syamsuddin. 2007.akhmadsudrajat.wordpress.com.
Shoimin, Aris. 2013. Excelent Teacher Meningkatkan Profesionalisme Guru
Pasca Sertifikasi. Semarang: Dahara Prize
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sukadi, 2006. Guru Powerful Guru Masa Depan. Bandung: Kolbu,
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Rosda Karya.
Suparlan. 2008. Menjadi Guru Efektif. Jakarta: Grasindo
UUD No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005. Jakarta: Sinar Grafika
Yunanda, Martha. 2012. Degradasi Moral Bangsa Indonesia. Malang : CV Toha
Putra
Lampiran
Nama
Jabatan
Guru PKn Kelas VII
Guru PKn Kelas VIII
Guru PKn Kelas IX
Siswa Kelas VII
Siswa Kelas VII
Siswa Kelas VIII
Siswa Kelas VIII
Siswa Kelas IX
Siswa Kelas IX
59
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA
60
Lampiran 3
PROFIL SMP NEGERI 1 PAGUYAMAN
61
62
Lampiran 4
STRUKTUR ORGANISASI
63
64
65
66
67