Anda di halaman 1dari 18

PERAN GURU ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DALAM UPAYA

MEWUJUDKAN PERILAKU SOSIAL SISWA

Nindia Nuraeni1, Ratna Puspitasari2, Aris Suherman3


IAIN SyekhNurjati Cirebon1,2,3
nindyanuraeni6@gmail.com; puspitasariratna72@yahoo.com; Arissuherman60@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan pada perilaku sosial


siswa, seperti kurangnya menumbuhkan perilaku disiplin, kurangnya rasa peduli
terhadap sesama temannya, kurangnya rasa tanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan, kurangnya rasa menghargai dan menghormati orang lain dan kurangnya
rasa peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Permasalahan ini menjadi tugas dari
guru, orang tua, dan pemerintah. Lembaga sekolah, dalam hal ini guru
mempunyai tugas dalam upaya mewujudkan perilaku sosial siswa. salah satunya
adalah melalui peranan guru IPS dalam proses pembelajaran dan keteladanan di
kelas atau di luar kelas agar siswa dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran guru IPS dalam upaya
mewujudakan perilaku sosial siswa, implikasi peran guru IPS dalam upaya
mewujudkan perilaku sosial siswa serta faktor pendorong dan penghambat dalam
upaya mewujudkan perilaku sosial siswa.Upaya guru yang dapat dilakukan untuk
mewujudkan perilaku sosial siswa adalah dengan menjadikan guru sebagai sauri
teladan, fasilitator, motivator, dan transmitter dari ide tetapi juga berperan sebagai
transformer dan katalisator dari nilai, sikap, dan perilaku.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan
menggunakan studi kasus. Menggambarkan secara mendalam mengenai peran
guru IPS dalam upaya mewujudkan perilaku sosial siswa di kota Cirebon. Yang
menjadi subjek penelitian ini adalah guru IPS, kepala sekolah, wakil bidang
kurikulum, wakil bidang kesiswaan, Guru BK, dan perwakilan siswa.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, wawancara,
dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan pengumpulan data, reduksi data,
display data, penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Peran guru IPS dalam
upaya mewujudkan perilaku sosial siswa di SMP Negeri 12 Kota Cirebon sudah
dilakukan secara maksimal sebagaimana kedudukan seorang guru yang
melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa. peranan tersebut
berdampak positif ke dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) dan
aktivitas program harian di sekolah seperti budaya 5S (senyum, salam, sapa,
sopan-santun, sabar), mengikuti kegiatan literasi pagi, gerakan membersihkan
sekolah, membiasakan sijan (sisihkan uang jajan) dan penerapan sekolah ramah
anak.

Kata kunci : Perilaku Sosial, Peran Guru, IPS.


ABSTRACT

This research is based on problems in students' social behavior, such as lack


of discipline behavior, lack of care for their peers, lack of responsibility for the
task given, lack of respect and respect for others and lack of care for the
surrounding environment. This issue is the duty of teachers, parents, and the
government. School institutions, in this case teachers have a duty in order to
realize the social behavior of students. one of them is through the role of IPS
teachers in the learning process and exemplary in the classroom or outside the
classroom so that students can apply in daily life. This research aims to describe
the role of IPS teachers in efforts to realize student social behavior, the
implications of the role of IPS teachers in efforts to realize students' social
behavior as well as the driving factors and inhibition in efforts to realize students'
social behavior. The teacher's efforts to realize students' social behavior are to
make teachers exemplary sauri, facilitators, motivators, and transmitters of ideas
but also act as transformers and catalysts of values, attitudes, and behaviors.

This study uses descriptive qualitative research methods using case studies.
Describing in depth the role of IPS teachers in efforts to realize the social
behavior of students in Cirebon. The subjects of this study are IPS teachers,
principals, curriculum representatives, student representatives, BK Teachers, and
student representatives. Data collection is done using observations, interviews,
documentation. Data analysis techniques using data collection, data reduction,
data display, conclusion drawing.

The results of this study can be concluded that: The role of IPS teachers in
trying to realize the social behavior of students in SMP Negeri 12 Cirebon city has
been done to the maximum as well as the position of a teacher who exercises his
rights and obligations as educating, teaching, guiding, directing, training,
assessing, and evaluating students. the role has a positive impact into the learning
process of teaching (KBM) and daily program activities in schools such as 5S
culture (smile, greeting, greeting, manners, patience), following morning literacy
activities, school cleaning movements, getting used to sijan (set aside money) and
the application of child-friendly schools.

Keywords : Social Behavior, Teacher Role, IPS.


A. PENDAHULUAN
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 (Rini, 2013:1)
mendefinisikan “Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga siswa
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa, dan
negara”.
Menurut Surahman, Mukminin (2017:2) Pendidikan tidak hanya
mencetak dan melahirkan seseorang yang ahli dalam bidang tertentu,
melainkan seseorang harus mampu membawa diri dalam lingkungan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sesuai dengan norma dan aturan
yang berlaku. Pendidikan merupakan salah satu yang bertanggung jawab
besar dalam melahirkan warga negara Indonesia yang memiliki karakter
kuat sebagai modal dalam membangun peradaban tinggi dan unggul.
Karakter bangsa yang kuat merupakan produk dari pendidikan. Ketika
mayoritas karakter masyarakat kuat, positif, tangguh peradaban yang
tinggi maka dapat dibangun dengan baik dan sukses. Sebaliknya, jika
mayoritas karakter masyarakat negatif, karakter negatif dan lemah
mengakibatkan peradaban yang dibangun menjadi lemah. masih banyak
guru yang lebih berorientasi pada penguasaan dan pemahaman anak
terhadap materi pelajaran tanpa mewujudkan sikap dan perilaku sosial
anak sebagai efek hasil belajar, sehingga materi pelajaran kurang bahkan
tidak mewarnai terhadap sikap dan kepribadian anak. Banyak guru yang
menjadikan evaluasi sebagai tujuan, tetapi tidak menjadikan evaluasi
sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga terjadi
beberapa fenomena yang mengkhawatirkan saat ini bermunculan di media
masa baik televisi, koran, internet, dan lain-lain.
Menurut Rusman (2016:58) guru memiliki peran sebagai mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menegah. senada
dalam peran guru dalam membentuk karakter maka Ilmu Pengetahuan
Sosial merupakan mata pelajaran di sekolah yang didesain atas dasar
fenomena, masalah dan realitas sosial dengan pendekatan interdisipliner
yang melibatkan berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora seperti
kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi
pendidikan. Karena itu, IPS dapat dikatakan sebagai studi mengenai
perpaduan antara ilmu-ilmu dalam rumpun ilmu-ilmu sosial dan juga
humaniora untuk melahirkan pelaku-pelaku sosial yang dapat
berpartisipasi dalam memecahkan masalah-masalah sosio kebangsaan.
Bahan kajiannya menyangkut peristiwa, seperangkat fakta, konsep dan
generalisasi yang terkait dengan isu-isu aktual, gejala dan masalah-
masalah dalam realitas sosial (Supardi, 2011: 182).
Menurut Kirom (2017:69) Peran guru dan peserta didik yang
dimaksud di sini adalah berkaitan dengan peran dalam proses
pembelajaran. Guru dan peserta didik merupakan faktor penentu yang
sangat dominan dalam pendidikan umumnya, karena guru dan peserta
didik memegang peranan dalam proses pembelajaran, di mana proses
pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
yang bertujuan terjadinya perubahan tingkah laku anak.
Menurut Maryani,Samsudin (2009:1) IPS dalam pendidikan
merupakan suatu konsep yang mengembangkan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan sosial dalam rangka membentuk dan mengembangkan
pribadi warga negara yang baik, juga telah menjadi bagian dari wacana
kurikulum dan sistem pendidikan di Indonesia. Sebagaimana yang
diungkapkan Lestari (2015:4) berpendapat bahwa rasional mempelajari
IPS adalah: Agar siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan
kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya
menjadi lebih bermakna.Agar siswa lebih peka dan tanggap terhadap
berbagai masalah social secara rasional dan tanggung jawab.Siswa dapat
mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan dilingkungan sendiri dan
antar umat manusiaSiswa dapat mengembangkan kebiasaan dalam
mengikuti peristiwa-peristiwa,isu-isu, dan permasalahan global yang
sedang terjadi sekitar kehidupannya secara arif dan bijaksana.
Mencermati uraian tentang peran guru, pengertian dan tujuan IPS,
maka pendidikan IPS sangat erat kaitannya dengan berbagai fenomena
sosial yang terjadi di masyarakat. hal ini berarti pentingnya peran guru IPS
dalam mewujudkan perilaku sosial siswa dalam proses pembelajaran.
Mewujudkan perilaku sosial adalah suatu strategi dalam mengembangkan
potensi siswa untuk lebih peka terhadap permasalahan sosial yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun
masyarakat.
Menurut Weber dalam Rita dan Atkinson (2005: 251) perilaku
mempengaruhi aksi sosial dalam masyarakat yang kemudian menimbulkan
masalah-masalah. Permasalahan –permasalahan dalam masyarakat sebagai
sebuah penafsiran. Akan halnya tingkatan bahwa suatu perilaku adalah
rasional (menurut ukuran logika atau sains atau menurut standar logika
ilmiah), maka hal ini dapat dipahami secara langsung. Sedangkan menurut
skinner dalam Mustaqim (2018:5) menyebutkan bahwa paradigma
perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara
individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam-macam obyek
sosial dan non sosial yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan
dalam faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah
laku. Penyataan tersebut sesuai dengan Abu Ahmadi (2009: 158) yang
mengemukakan bahwa pembentukan dan perubahan perilaku tidak terjadi
dengan sendirinya. Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari-
hari banyak memiliki peranan. Ada tiga hal yang paling penting dalam
pembentukan sikap dan perilaku yang perlu di perhatikan, yaitu: 1) Media,
2) kelompok sebaya, 3) kelompok yang meliputi lembaga sekolah,
lembaga keagamaan, organisasi kerja, dan sebagainya.
Hurlock (2000: 76) mengemukakan bahwa orang tua, guru, dan
orang lain yang bertanggung jawab membimbing anak harus membantu
anak belajar menyesuaikan diri dengan pola yang disetujui sesuai dengan
norma di masyarakat. Hal tersebut dilakukan dengan membuat peraturan
yang ditentukan untuk tingkah laku sebagai pedoman. Dengan demikian,
peraturan berfungsi sebagai pedoman perilaku anak dan sebagai sumber
motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan sosial. Sementara menurut
George Ritzer (1992: 84) perilaku sosial adalah tingkah laku individu yang
berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang
menimbulkan perubahan tingkah laku. Oleh karena itu, Perilaku sosial
merupakan perbuatan yang menunjukan oleh setiap invidu dalam
masyarakat yang pada hakikatnya sebagai respon dari hubungan timbal
balik (interaksi) antar pribadi dan lingkungan. Sebagaimana karakteristik
tersebut menurut Fuad Nashori (2008: 38) mengemukakan bahwa, ciri-ciri
perilaku sosial yang dilakukan anak remaja adalah menolong, berbagi rasa,
kerja sama, menyumbang dan memperhatikan kesejahteraan orang lain.
Berdasarkan fakta yang ditemukan dalam observasi di SMP Negeri
12 Kota Cirebon. Penulis mengamati bahwasannya, SMP Negeri 12 Kota
Cirebon mempunyai program sekolah menciptakan sekolah yang
berkarakter sosial, religius dan toleran, adapun visinya yaitu terwujudnya
sekolah yang berkarakter sosial, religius, aman, dan toleran. Dan misinya
yaitu mengembangkan potensi peserta didik melalui program penguatan
pendidikan karakter sosial dalam berbagai kegiatan sekolah, menanamkan
keimanan dan ketakwaan melalui pengamalan ajaran agama, membina
kedisiplinan peserta didik melalui aturan sekolah dan di luar sekolah,
membina tanggung jawab dan keamanan sekolah melalui kegiatan
pengembangan diri dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan menjaga
hubungan baik, toleransi, dan kerja sama yang harmonis antarwarga
sekolah maupun masyarakat di luar sekolah.
Maka dari itu penulis memandang penting untuk melakukan pengkajian
lebih dalam. Berdasarkan latar belakang, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “PERAN GURU ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DALAM UPAYA MEWUJUDKAN
PERILAKU SOSIAL SISWA DI SMP NEGERI 12 KOTA CIREBON”
Rumusan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan bagaimana peran
guru IPS dalam upaya mewujudkan perilaku sosial siswa, implikasi dari
peran guru dalam upaya mewujudkan perilaku sosial siswa pada
pembelajaran IPS serta faktor pendorong dan penghambat yang
mempengaruhi dalam upaya mewujudkan perilaku sosial siswa pada
pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Kota Cirebon.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui peran guru IPS
dalam upaya mewujudkan perilaku sosial siswa, implikasi dari peran guru
dalam upaya mewujudkan perilaku sosial siswa serta faktor pendorong dan
penghambat yang mempengaruhi dalam upaya mewujudkan perilaku
sosial siswa pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Kota Cirebon.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan
menggunakan metode studi kasus. Menurut Yin (2018: 17), Studi Kasus
digunakan sebagai suatu penjelasan komprehenshif yang berkaitan dengan
berbagai aspek seseorang, suatu kelompok, organisasi, suatu program, atau
suatu situasi kemasyarakatan yang diteliti, diupayakan dan ditelaah
sedalam mungkin. Studi kasus juga memiliki pengertian dengan penelitian
yang terperinci tentang seseorang atau suatu unit sosial dalam kurun waktu
tertentu. Studi kasus adalah suatu inquiri empiris yang menyelidiki
fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana: batas-batas antar
fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan di mana: multi
sumber bukti dimanfaatkan. Sebagai suatu inquiry studi kasus tidak harus
dilakukan dalam waktu yang lama dan tidak pula harus tergantung bpada
data etnografi atau observasi partisipan. Bahkan peneliti bisa saja
melakukan studi kasus yang valid dan berkualitas tinggi tanpa
meninggalkan kepustakaan, tergantung pada topik yang akan diselidiki
(Yin, 2018: 18).
Menurut Bachtiar (2010:50) menyatakan bahwa suatu penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan dan mengabalisis fenomena peristiwa,
aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
imdividual maupun kelompok. beberapa deskripsi digunakan untuk
menemukan prinsip-prinsipdan penjelasan yang mengarah pada penarikan
kesimpulan. Sedangkan menurut Mulyadi (2011:131) Penelitian kualitatif
lebih menekankan pada penggunaan diri si peneliti sebagai instrumen.
Lincoln dan Guba mengemukakan bahwa dalam pendekatan kualitatif
peneliti seyogianya memanfaatkan diri sebagai instrumen, karena
instrumen nonmanusia sulit digunakan secara luwes untuk menangkap
berbagai realitas dan interaksi yang terjadi.
Tempat yang dijadikan obyek penelitian dalam penyusunan skripsi
ini. Penulis melakukan penelitian yang bertempat di SMP Negeri 12 Kota
Cirebon. Tepatnya di Jalan Jendral Sudirman No.07, Gg. Pendidikan
Harjamukti, Kec. Harjamukti Kota Cirebon. Waktu penelitian
dilaksanakan kurang lebih 3 bulan dimana waktu pelaksanaan penelitian
yaitu pada bulan Desember 2019, Januari, dan Februari 2020 tepatnya
pada semester 2 tahun ajaran 2019/2020.
Subjek dalam penelitian ini yaitu Kepala Sekolah, Wakasek, Guru
IPS, Guru BK, serta Siswa di SMP Negeri 12 Kota Cirebon. Hal ini
dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum
mampu memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lain lagi
yang dapat digunakan sebagai sumber data, (Sugiono, 2016: 300).
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan
sekunder, yang dimaksud dengan data primer dan sekunder menurut
Menurut Sugiono (2015: 29) adalah Data Primer, yaitu data yang
dikumpulkan, diolah dan disajikan peneliti. Data ini diperoleh dari hasil
wawancara dengan responden dalam penelitian, observasi, dan
dokumentasi. Sedangkan data sekunder yaitu data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Jenis sumber data misalnya dari
buku, sumber data dan arsip, dokumentasi organisasi, internet, jurnal, yang
digunakan peneliti pada saat penelitian.
Berikut ini teknik analisis data yang digunakan:
1. Observasi
Nasution (2003: 47) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar
semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan
data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan, yang diperoleh dari hasil
observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai
alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil
maupun sangat jauh bisa diobservasi dengan jelas. Menurut Sutrisno,
(1991: 136) Observasi adalah metode ilmiah yang diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena
yang diselidiki.
Dalam penggunaan metode observasi, peneliti datang ke lokasi
penelitian yaitu SMP Negeri 12 Kota Cirebon untuk mengamati segala
hal yang berkaitan dengan fokus penelitian tentang nilai-nilai spiritual
siswa.
2. Wawancara
Esterberg dalam Sugiyono, (2017: 317) mendefinisikan
“wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu.”
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu ditunjukkan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban
atas pertanyaan itu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode wawancara dalam bentuk wawancara bebas terpimpin yaitu
dalam melaksanakan wawancara peneliti membawa pedoman yang
hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan
yang selanjutnya pertanyaan tersebut diperdalam. Metode ini
merupakan metode untuk menggali data yang dilakukan dengan cara
mendatangi langsung atau bertemu dengan responden atau sumber data
dengan cara memberikan pertanyaan secara logis.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Sugiyono,
(2015: 231).
3. Dokumentasi
Teknik ini adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
pendapat, teori, dalil, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah
penyelidikan. Dalam penelitian kualitatif teknik ini berfungsi sebagai
alat pengumpul data utama, karena pembuktian hipotesisnya dilakukan
secara logis dan rasional melalui pendapat, teori atau hokum-hukum
yang diterima kebenarannya, baik yang menolak maupun yang
mendukung hipotesa tersebut. Sugiyono, (2015: 232)
Dokumentasi merupakan suatu cara atau teknik memperoleh data
mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, jurnal, notulen, agenda dan sebagainya. Adapun
dokumen-dokumen yang dimaksud adalah berupa data-data yang
diperlukan antara lain tentang latar belakang SMP Negeri 12 Kota
Cirebon yang meliputi sejarah, visi dan misi, tujuan, struktur
organisasi dan lain-lain.
4. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpulan data
dan sumber data yang telah ada. Triangulasi berfungsi untuk mengecek
data dalam suatu penelitian, dimana peneliti tidak hanya menggunakan
satu sumber data, satu metode pengumpulan data atau hanya
menggunakan pemahaman pribadi peneliti saja tanpa melakukan
pengecekan kembali agar dapat diterima kebenarannya. Sugiyono,
(2017: 330).
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam pengumpulan data mengenai peran guru IPS dalam upaya
mewujudkan perilaku sosial siswa di SMP Negeri 12 Kota Cirebon, pada
penelitian ini menggunakan observasi, wawancara secara langsung yang
ditujukan kepada guru IPS, kepala sekolah, wakil kepala bidang
kurikulum, wakil kepala bidang kesiswaan, guru bimbingan dan konseling,
Berdasarkan hasil analisis observasi dan wawancara dengan informan
kunci (key informan) yaitu: (1) Ibu Iis Nur’aeni sebagai kepala sekolah, (2)
Ibu Rany sebagai guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), (3) Ibu Sutarsih
sebagai guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), (4) Ibu Nurmawati sebagai
wakil kepala bidang kurikulum, (5) Ibu Nina Rahmaningsih sebagai wakil
kepala bidang kesiswaan sekaligus guru bimbingan dan konseling (BK).
Di samping itu juga berdasarkan hasil wawancara dengan 3 siswa sebagai
informan kunci yaitu: (1) Cindy Claudia Putri siswi kelas VII B, (2)
Ferdiansyah siswa kelas IX A, (3) Alyafie Sudais siswa kelas VIII C
sekaligus ketua osis di SMP Negeri 12 Kota Cirebon.
1. Peran Guru IPS dalam Mewujudkan Perilaku Sosial Siswa di
SMP Negeri 12 Kota Cirebon
Berdasarkan hasil wawancara bahwa peran guru IPS di SMP
Negeri 12 Kota Cirebon dalam upaya mewujudkan perilaku sosial
siswa sudah dilakukan secara maksimal. Peran tersebut dilakukan
sebagaimana kedudukan seorang guru yang melaksanakan hak dan
kewajibannya sebagai mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa-siswi di SMP
Negeri 12 Kota Cirebon. Terlihat dari peran guru IPS dalam proses
pembelajaran yaitu mengoptimalkan fasilitas yang tersedia di sekolah
dan mengembangkan kreativitas guru dalam menggunakan model dan
metode pembelajaran IPS yang disesuaikan dengan materi pelajaran
agar terlihat menarik. Pengembangan dari model dan metode
pembelajaran tersebut dikemas oleh guru untuk mewujudkan perilaku
sosial siswa dengan menciptakan, membiasakan, dan menerapkan
keterampilan-keterampilan sosial seperti kerjasama, gotong royong,
tolong-menolong, disiplin, dan kepedulian sosial pada siswa. Selain itu
upaya yang dilakukan guru ips dalam proses pembelajaran mempunyai
peran merancang kegiatan pembelajaran yang mampu
mengembangkan kompetensi dalam ranah kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan) siswa.
masyarakat. Ketika semua program sekolah dapat berjalan lebih
maksimal maka akan mendapatkan siswa-siswi yang memiliki
kecerdasan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap atau attitude), dan
psikomotorik (keterampila atau skill). Pendapat tersebut sejalan dengan
ungkapan Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia dalam
Sardiman (2014: 143), yang mengungkapkan bahwa peranan guru di
sekolah tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan
sebagai transformer dan katalisator dari nilai, sikap, dan perilaku.
2. Implikasi Peran Guru IPS dalam Upaya Mewujudkan Perilaku
Sosial Siswa di SMP Negeri 12 Kota Cirebon
Berdasarkan hasil wawancara bahwa implikasi peran guru IPS
dalam upaya mewujudkan perilaku sosial siswa di SMP Negeri 12
Kota Cirebon membuahkan hasil yang baik dan positif. Terlihat dari
penggunaan kurikulum 2013 yang dalam hal ini sekolah mengikuti
perkembangan kurikulum dan melakukan pembaharuan. untuk
kurikulum pendidikan IPS yang dikembangkan sebagai mata pelajaran
integrative social studies di mana sebagai berorientasi aplikatif,
pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin
tahu, dan pembangunan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan sosial. melihat kurikulum 2013 untuk mata pelajaran IPS
secara tidak langsung akan meningkatkan dan adanya keseimbangan
antara soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan. sementara itu, terbukti kepala sekolah
telah memberikan binaan kepada guru untuk senantiasa berusaha
membimbing dan mendidik anak. Salah satunya dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa. Kedisiplinan siswa disini meliputi tepat waktu
dalam masuk sekolah, sopan santun baik terhadap guru maupun siswa,
memiliki kejujuran, berkepribadian yang baik, rasa tanggung jawab
ketika gotong royong, serta memiliki kepedulian yang tinggi terhadap
lingkungan sekolah maupun atas peristiwa-peristiwa yang terjadi di
lingkungan sekitar. dalam proses pembelajaran IPS guru berusaha
tidak hanya sebagai transfer ilmu pengetahuan melainkan mendidik
secara sikap, perilaku dan memberikan keterampilan-keterampilan
sosial seperti berpikir kreatif dalam mengambangkan materi
pembelajaran, bekerjasama dalam memecahkan persoalan, tolong
menolong dengan teman, membudayakan membaca bahkan melatih
siswa-siswi untuk memiliki jiwa enterpreuneurship di laboratorium
IPS yang tersedia di sekolah. Dengan demikian hasil yang diperoleh
dari proses pembelajaran IPS dapat mewujudkan perilaku sosial siswa
di SMP Negeri 12 Kota Cirebon melalui implikasi peran guru IPS.
Perilaku sosial siswa-siswi tersebut dapat mengimplementasikan dalam
program-program sekolah, sehingga menjadi proses pembiasaan anak
yang dapat memberikan efek positif terhadap kehidupan sosial di
keluarga dan lingkungan masyarakat.
Berdasarkan hasil temuan peneliti mengenai implikasi peran guru IPS
dalam upaya mewujudkan perilaku sosial siswa di SMP Negeri 12
Kota Cirebon sepadan dengan hasil dari tujuan pendidikan IPS
menurut Trianto (2010: 176), yang mengungkapkan bahwa fungsi atau
tujuan guru IPS yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar peka terhadap permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat,
memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan
yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang tejadi sehari-
hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun masyarakat.
3. Faktor Pendorong dan Penghambat dalam Upaya Mewujudkan
Perilaku Sosial Siswa di SMP Negeri 12 Kota Cirebon
Berdasarkan hasil wawancara mengenai faktor-faktor dalam
mempengaruhi perilaku sosial siswa di SMP Negeri 12 Kota Cirebon
bahwa terdapat berbagai aspek perkembangan pada peserta didik
dipengaruhi oleh interaksi atau gabungan dari faktor pendorong
maupun faktor penghambat yang di dalamnya terdapat faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor Internal dalam perkembangan perilaku
sosial siswa dipengaruhi oleh faktor internal yaitu faktor dari guru, di
mana guru sebagai role model pendidikan bagi siswa untuk
mendukung dan memperkuat efektivitas pembacaan dan pemahaman
terhadap posisi guru sebagai teladan sebagaimana akronim tradisi Jawa
“digugu lan ditiru”. Guru merupakan perpanjangan tangan dari orang
tua dalam mendidik peserta didik, bahkan guru juga bisa disebutkan
sebagai orang tua bagi peserta didiknya. faktor internal lainnya dalam
mewujudkan perilaku sosial siswa adalah faktor keturunan yaitu faktor
bawaan/karakteristik dari orang itu sendiri yang melihat dan
mendengarkan pendidikan keluarganya. Adapun faktor eksternal yang
mendorong dalam upaya mewujudkan perilaku sosial siswa adalah
bentuk dorongan dari pemerintahan kota cirebon, lingkungan
masyarakat, dan komite sokolah dalam upaya mewujudkan perilaku
sosial siswa dengan dibuktikan memberikan supported terhadap
program-program di sekolah dalam menjadikan sekolah yang
berkarakter sosial sesuai dengan visi dan misi dari SMP Negeri 12
Kota Cirebon.
Sementara faktor penghabat secara internal yang menghambat dalam
mewujudkan perilaku sosial siswa yakni kurang sempurna nya
kerjasama antara kepala sekolah dengan wakil bidang humas dalam
menyampaikan informasi terkait pemberitahuan undangan-undangan
kepada orang tua siswa dalam meminta kerjasama dalam mewujudkan
perilaku sosial sosial siswa. sedangkan faktor eksternal teman sebaya
atau pergaulan dalam menjalani kehidupan sosial dapat menghambat
dalam proses upaya mewujudkan perilaku sosial siswa. lingkungan
teman sebaya adalah kondisi di mana terjadi suatu bentuk hubungan
antara dua atau lebih anak di mana kelakuan anak yang mempengaruhi
dapat mengubah perilaku sosial anak dengan anak yang lainnya. Selain
itu, faktor dari keluarga yang menghabat dalam upaya mewujudkan
perilaku sosial siswa. melihat berbagai persoalan keluarga siswa-siswi
dimulai dari kasus perceraian orang tua siswa, status sosial
perekonomian dari menengah ke bawah, minimnya pendidikan orang
tua siswa, kurangnya perhatian dan dukungan dari orang tua, serta
tidak ada rasa peduli orang tua terhadap perkembangan perilaku sosial
siswa. Berdasarkan hasil temuan peneliti mengenai faktor pendorong
dan penghambat dalam upaya mewujudkan perilaku sosial siswa
sependapat dengan Robert (2007: 2), mengenai teori faktor pendorong
dan penghambat dalam mewujudkan perilaku sosial yang dapat
dikategorikan menjadi 4 faktor yakni: 1) perilaku dan karakteristik
orang lain, 2) proses kognitif, 3) faktor lingkungan dan 4) faktor Tatar
Budaya sebagai Tempat Perilaku dan Pemikiran Sosial.
Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan di atas, maka jelas
bahwa persoalan dalam upaya mewujudkan perilaku sosial sampai saat
ini sangat penting dibicarakan, semenjak terus meningkatnya kasus
kesusilaan, kasus tindakan kriminal yang dilakukan siswa kepada
gurunya maupun sebaliknya semakin gencar dilakukan di berbagai
lembaga, termasuk lembaga pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu
baik dari sekolah, orang tua, dan lingkungan sekitar mendidik anak
harus selaras guna anak dapat mewujudkan perilaku sosial dalam
kehidupan sehari-hari, sebagaimana teori perilaku yang dijelaskan oleh
Skinner dalam Notoatmodjo (2003 : 15), merumuskan bahwa “perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-
Organisme-Respon”. Dengan demikian, adanya stimulus yang baik
dari komponen orang tua, sekolah, dan lingkungan sosial maka peserta
didik akan menerima rangsangan respon yang diberikan oleh
komponen tersebut.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Peran guru IPS dalam mewujudkan perilaku sosial siswa di SMP
Negeri 12 Kota Cirebon adalah guru sebagai public figure atau teladan,
guru sebagai pendidik dan pembimbing, guru sebagai katalisator, guru
sebagai motivator, guru sebagai inspirator, guru sebagai fasilitator, dan
guru sebagai evaluator.
2. Implikasi peran guru IPS dalam upaya mewujudkan perilaku sosial di
SMP Negeri 12 Kota Cirebon sudah positif/baik meskipun belum
semua sadar akan dampak positif tersebut. Oleh karena itu, guru IPS
dan semua elemen sekolah terus membimbing peserta didik untuk
menanamkan nilai dan sikap sosial sehingga dapat mewujudkan
perilaku sosial pada siswa. Terlihat dari tingkat kedisiplinan siswa
yang tinggi, saling menghargai sesama teman sebaya, menghormati
guru, memiliki moralitas yang baik serta bekal agama/religi yang
mumpuni dalam menanamkan perilaku sosial dan kepedulian sosial
dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan tuntunan agama dan
masyarakat. Implikasi tersebut mendapatkan perhatian dari
pemerintahan kota Cirebon sehingga memberikan apresiasi terhadap
sekolah SMP Negeri 12 Kota Cirebon sebagai sekolah adiwiyata,
sekolah ramah anak, dan sekolah binaan lingkungan hidup dari Dinas
Lingkungan Kota Cirebon.
3. Faktor pendorong dalam mewujudkan perilaku sosial siswa yaitu
faktor bawaan karakter (innate) yang positif, adanya motivasi dan
kesadaran dalam diri, adanya motif untuk menjadi siswa disiplin,
teladan dan berprestasi, peran guru sebagai role model, kultur sekolah,
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan teman sebaya
(pergaulan) yang positif. Sedangkan faktor penghambat guru IPS
dalam mewujudkan perilaku sosial siswa yaitu faktor biologis
(bawaan), tidak adanya motivasi dan kesadaran dalam diri siswa, tidak
adanya pembiasaan dalam berperilaku sosial di lingkungan keluarga,
pergaulan atau teman sebaya yang kurang baik, budaya (culture) dan
faktor geografis.

DAFTAR PUSTAKA

Bachri, B. S. (2010). Meyakinkan validitas data melalui triangulasi pada


penelitian kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan, 10(1), 46-62.
Kirom, A. (2017). Peran guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran
berbasis multikultural. Al Murabbi, 3(1), 69-80.
Lestari, W. D. (2015). Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model
Pembelajaran Problem Based Lerning Pada Siswa Kelas V SD Negeri
Pojokrejo I Jombang. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, 2(3), 1-13.
Maryani, E., & Syamsudin, H. (2009). Pengembangan Program Pembelajaran IPS
untuk meningkatkan kompetensi Keterampilan sosial. Jurnal
Penelitian, 9(1).
Mustaqim, M. (2016). PARADIGMA PERILAKU SOSIAL DENGAN
PENDEKATAN BEHAVIORISTIK (Telaah Atas Teori Burrhusm Frederic
Skinner). Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial, 10(2), 503-513.
Mulyadi, M. (2011). Penelitian kuantitatif dan kualitatif serta pemikiran dasar
menggabungkannya. Jurnal studi komunikasi dan media, 15(1), 128-137.
Mustafa, Hasan. "Perilaku manusia dalam perspektif psikologi sosial." Jurnal
Administrasi Bisnis 7, no. 2 (2011).
Nurfirdaus, N., & Hodijah, N. (2018). Studi Tentang Peran Lingkungan Sekolah
dan Pembentukan Perilaku Sosial Siswa SDN 3
Cisantana. EDUCATOR, 4(2), 113-129.
Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Oktaviyanti, Itsna, Joko Sutarto, and Hamdan Tri Atmaja. "Implementasi nilai-
nilai sosial dalam membentuk perilaku sosial siswa sd." Journal of Primary
Education 5, no. 2 (2016): 113-119.
Rini, Y. S., & Tari, J. P. S. (2013). Pendidikan: Hakekat, Tujuan, dan
Proses. Jogyakarta: Pendidikan Dan Seni Universitas Negeri Jogyakarta.
Rita L Atkinson. 2005. Pengantar Psikologi Edisi 8. Jakarta: Erlangga

Ritzer George. (1992). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.


Terjemahan Ali Marda. Jakarta: Rajawali Press. Indri Wardiani: Jurnal
Edueksos: Pendidikan Sosial dan Ekonomi, no. 2 (2018). 138.
Robert K.Yin. 2018. Studi Kasus (Desain dan Metode). Diterjemahkan oleh
Djauzi Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Robert A Baron, Bryne.2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga

Robert K.Yin. 2018. Studi Kasus (Desain dan Metode). Diterjemahkan oleh
Djauzi Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Rusman. 2016. Model-Model Pembelajaran mengembangkan profesionalisme
guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. . Al Murabbi, 3(1), 69-80.
Sugiono (2016). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
Cet.21. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
Cet. 26. 2017. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
Supardi. 2011. Sekolah Efektif ; Konsep Dasar dan Praktiknya. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Surahman, E., & Mukminan, M. (2017). Peran guru IPS sebagai pendidik dan
pengajar dalam meningkatkan sikap sosial dan tanggung jawab sosial siswa
SMP. Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS, 4(1), 1-13.
Suteja, J. (2014). Bentuk dan metode terapi terhadap anak autisme akibat
bentukan perilaku sosial. Edueksos: Jurnal Pendidikan Sosial &
Ekonomi, 3(1).

Wardiani Indri (2018). Peran Lingkungan Keluarga Dan Masyarakat dalam


Membentuk Kepribadian dan Perilaku Sosial Anak Usia SMP di Wilayah
Pesisir Mundu Kabupaten Cirebon. Jurnal Edueksos: Pendidikan Sosial dan
Ekonomi, no. 2 (2018). 139

Anda mungkin juga menyukai