Anda di halaman 1dari 20

Sinergitas Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan Guru Bimbingan

Penyuluhan dalam Mengatasi Kenakalan Siswa SMU Negeri 1 Rantau Selatan

Meyniar Albina
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Abstract
Keywords:
Sinergitas, Kenakalan Schools as educational institutions seek to shape the
Remaja character or morals of students in a better direction in
various ways such as giving lectures, uswah and also

Correspondence Address: continuous assistance. Many students were found to


have committed acts that violated school rules,
meyniaralbina@uinsu.ac.id
including being late for school, untidy appearance, not
carrying textbooks, being impolite to teachers, playing
cellphones during lessons, skipping school, smoking
and brawls. To discuss it, researchers used qualitative
research using interviews and documentation. The data
analysis technique used is data reduction, data
presentation and drawing conclusions.

Abstrak

Sekolah sebagai lembaga pendidikan berupaya untuk


membentuk karakter atau akhlak siswa ke arah yang
lebih baik lagi dengan berbagai cara seperti,
memberikan ceramah, uswah dan juga pendampingan
secara kontinue. Banyak sekali ditemukan siswa yanag
melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar tata
tertib sekolah diantaranya, terlambat masuk sekolah,
penampilan yang tidak rapi, tidak membawa buku
pelajaran, tidak sopan kepada guru, bermain HP saat
berlangsung pembelajaran, bolos sekolah, merokok
dan tawuran. Untuk membahasnya peneliti
menggunakan penelitian kualitatif dengan
menggunakan metode wawancara dan dokumentasi.
Teknik analisa data yang digunakan yaitu reduksi data,
penyajian data dan menarik kesimpulan.

Pendahuluan

Zaman yang serba modern sangat mudah sekali mendapatkan informasi dari internet yang
bisa saja berdampak positif atau sebaliknya. Hal ini bisa terjadi di kalangan masyarakat, dan
untuk para remaja hal ini menempati posisi yang kurang aman. (Heru dkk, Jurnal Pendidikan
Islam, 2018) Untuk menyahuti hal tersebut maka sekolah harus bisa menyahuti untuk
mempersiapkan anak-anak menjadi warga negara yang siap pakai untuk masa yang akan datang.
Kita mempunyai Pancasila sebagai pandangan hidup dalam bernegara dalam menata sikap
mental anak. Karena dengan sikap mental yang baik akan membentuk pribadi-pribadi yang
mandiri dan makhluk sosial yang nantinya membentuk masyarakat madani yang bertanggung
jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tentunya akan mencapai kebahagiaan lahir dan batin
dalam diri, keluarga maupun masyarakat pada umumnya.

Islam menegaskan bahwa perbedaan dalam kehidupan ini adalah hal yang lumrah karena
ketentuan Ilahi bukan kemauan ataupun buatan manusia. Manusia tetap berkewajiban
menyampaikan dan menebar kebaikan di manapun berada. Tugas kita untuk mengajak ummat
melaksanakan kebaikan dan menjauhi kemungkaran. (Anwar, 2019: 166) Maka di sekolah guru
agama mempunyai kewajiban dalam membimbing siswanya sebagai wujud tanggung jawabnya
dalam mengampu mata pelajaran yaitu Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, di dalam
materi yang disampaikan oleh guru agama tentunya mengandung materi bimbingan agama yang
baik untuk siswanya dalam berperilaku. Tentunya berkaitan dengan proses pembimbingan yang
dilakukan Guru BP dalam kesehariannya. Salah satu program pendidikan sebagai usaha
pembaruan pendidikan nasional adalah melaksanakan Bimbingan dan Penyuluhan (BP) atau
Bimbingan dan Konseling (BK). Maka tujuan pelaksanaan bimbingan dan konseling merupakan
bagian tak terpisahkan dari tujuan pendidikan. Tujuan Pendidikan Nasional adalah menghasilkan
manusia yang berkualitas yang dideskripsikan dengan jelas dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal
3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu


peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta
perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi
pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok dan/atau klasikal sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki.
Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi
peserta didik.

Lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti maraknya tayangan pornografi di


telivisi dan VCD, penyalahgunaan alat kontrasepsi, minuman keras dan obat-obat
terlarang/narkoba yang tak terkontrol, serta dekadensi moral orang dewasa sangat memengaruhi
pola perilaku atau gaya hidup para remaja yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah
moral, seperti pelanggaran tata tertib sekolah, tawuran, meminum-minuman keras, menjadi
pecandu narkoba atau NAPZA, kriminalitas, dan pergaulan bebas (free sex). Penampilan perilaku
remaja seperti hal tersebut sangat tidak diharapkan, karena sangat tidak sesuai dengan sosok
pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan, seperti tercantum dalam tujuan pendidikan
nasional yaitu UU No. 20 Tahun 2003 (Hikmawati, 2012: 24)
Latar belakang tersebut di atas yang menarik perhatian peneliti untuk mengkaji lebih
dalam dengan melakukan research dan membahasnya dalam kajian artikel sederhana ini.

Landasan Teoritis

- Sinergitas Guru PAI dan BK

Menurut Covey yang dikutip melalui jurnal pembangunan pada student jurnal
mengartikan sinergitas sebagai: “Kombinasi atau paduan unsur atau bagian yang dapat
menghasilkan keluaran lebih baik dan lebih besar dari pada dikerjakan sendiri-sendiri, selain itu
gabungan beberapa unsur akan menghasilkan suatu produk yang lebih unggul. Oleh sebab itu,
sinergitas dalam pembangunan yang dapat menghasilkan keluaran lebih baik dan lebjh besar.
Covey menambahkan sinergtas akan mudah terjadi bila komponen-komponen yang ada mampu
berfikir sinergi, terjadi kesamaan pandang dan saling menghargai (Lodia, dkk, 2018: 55)

Jadi sinergitas merupakan proses memadukan beberapa aktivitas dalam rangka mencapai
satu hasil yang berlipat. Dan bisa juga saling mengisi dan melengkapi perbedaan untuk mencapai
hasil lebih besar daripada jumlah bagian per bagian. Sinergitas dalam capaian hasil berarti
kerjasama berbagai unsur atau bagian, kelompok, fungsi atau lembaga untuk mendapat capaian
hasil yang lebih baik dan lebih besar. Bersinergitas juga berarti saling menghargai perbedaan ide,
pendapat, dan bersedia berbagi. Sinergitas guru hampir sama dengan jaringan kerja guru yaitu
sama-sama melakukan kerjasama dalam membentuk kepribadian siswa. Adapun jaringan kerja
guru adalah sekelompok guru , baik yang satu sekolah , satu bidang studi dengan semua
golongan. dimana persepsi, sikap dan opininya penting terhadap suatu kesuksesan siswa.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam firman Allah swt dalam surah Al-Maidah/ 5: 2 yang

berbunyi:

Artinya: Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik, maka kinerja guru
adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah dan
bertanggung jawab atas peserta didik dibawah bimbingannya dengan meningkatkan prestasi
belajar peserta didiknya. (Supardi, 2013: 47a) Dari penjelasan tersebut jelaslah kinerja guru
Pendidikan Agama Islam dan guru Bimbingan dan Konseling merupakan kegiatan untuk
mencapai hasil terbaik dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab dan standar
kompetensi sebagai guru mata pelajaran dan guru BK yang telah diamanahkan oleh atasannya
yaitu kepala sekolah dalam mengajar dan mendidik siswa dalam mencapai visi dan misi sekolah.
Dari hubungan kinerja yang baik itu, diharapkan dapat memberikan pengaruh yang besar dan
hasil yang baik terhadap sekolah dalam mewujudkan visi dan misi sekolah.

Kinerja yang dilakukan guru dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal merupakan faktor yang datang dari dalam diri individu, diantaranya yaitu: motivasi,
loyalitas, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan, sedangkan faktor eksternal merupakan
faktor yang dari luar diri individu, diantaranya yaitu: kepemimpinan, sarana dan prasana,
lingkungan sekolah, dan gaji. ((Supardi, 2013: 47b) Dalam mewujudkan kinerja yang baik
diperlukan proses penilaian kinerja. Penilaian kinerja guru dapat diartikan sebagai suatu upaya
untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap guru dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya, yang ditunjukkan dalam penampilan, perbuatan, dan prestasi
kerjanya. Penilaian kinerja guru dilakukan secara rutin setiap tahun yang menyertakan 14 (empat
belas) kompetensi bagi guru pembelajaran, dan 17 (tujuh belas) kompetensi bagi guru BK/
Konselor, serta penambahan tugas lainnya yang relevan dengan fungsi sekolah. Khusus untuk
kegiatan pembelajaran atau pembimbingan, kompetensi yang dijadikan dasar penilaian kinerja
guru adalah kompetensi pedagogik propesional, sosial dan kepribadian, sebagaimana ditetapkan
dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007. (Mulyasa, 2013: 88)
Rendahnya kinerja guru dapat menurunkan mutu pendidikan dan menghambat tercapainya visi
sekolah. Oleh karena itu, kinerja guru harus dikelola dengan baik dan dijaga agar tidak
mengalami penurunan, bahkan selalu diperhatikan agar mengalami peningkatan secara terus
menerus.

Ada dua strategi penting yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru, yaitu
pelatihan dan motivasi kinerja. Pelatihan digunakan untuk menangani rendahnya semangat dan
gairah kerja. Intensitas penggunaan kedua strategi tersebut tergantung dari kondisi guru itu
sendiri, bahkan, jika memang diperlukan, keduanya dapat digunakan secara simultan (Arifin &
Barnawi, 2014: 80) Strategi ini merupakan keharusan walaupun tidak sama cara yang dilakukan
namun tetap menjadi perhatian bagi atasan (Kepala Sekolah dan seterusnya ke atas) yang
dilakukan secara berkala agar kinerja guru terus meningkat kedepannya.

- Kenakalan Siswa

Ada beberap faktor penyebab kenakalan siswa di sekolah yaitu:

a. Faktor lingkungan keluarga, akhlak anak berawal di rumah sejak kecil dan sebagian
besar waktunya berada dalam lingkungan keluarga.
b. Hal di atas menunjukkan perkembangan mental, fisik dan sosial adalah dibawah
kawasan pengawasan orang tua atau tunduk dan patuh terhadap aturan yang berlaku di
rumah tanggga. Dengan demikian jika anak remaja menjadi nakal atau liar maka
kemungkinan besar berasal dari keluarga itu sendiri. Aspek yang menjadikan keluarga
sebagai penyebabnya diantaranya adalah:
1) Status ekonomi orang tua yang rendah, sehingga anak tidak mendapatkan Status
pendidikan yang layak.
2) Orangtua yang mementingkan pekerjaan sehingga mengeyampingkan perhatian
terhadap anaknya.
3) Orang tua yang bercerai dan Ajaran agama yang tidak mendalam dan Faktor
lingkungan sekitar rumah.
c. Faktor lingkungan sekolah, merupakan tempat pengajaran pendidikan kedua kepada
anak setelah orang tua, dan juga sekolah sebagai lingkungam kedua sebagai tempat
pembentukan anak didik yang memegang peranan penting dalam membina mental,
agama, pengetahuan, dan keterampilan anak- anak didik. Kesalahan dan kekurangan-
kekurangan dalam lingkungan sekolah sebagai tempat mendidik, bisa menyebabkan
adanya peluang untuk timbulnya kenakalan siswa. Selama proses pembinaan,
penggemblengan dan pendidikan di sekolah biasanya terjadi interaksi antara sesama
siswa dan antara anak-anak di sekolah dengan guru dan lingkungan sekolah lainnya.
(Asiyah, 2010: 32-33)

Paparan di atas menggambarkan beberapa hal yang mempengaruhi dan mempola


kehidupan anak remaja usia sekolah khususnya Sekolah Menengah Umum yang dapat
berdampak pada pencapaian cita-cita mereka serta harapan dari orangtua nya.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis diskriptif. Penelitian


kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument
kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive. Tehnik wawancara penulis
gunakan untuk memperoleh data tentang Sinergitas Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti dengan Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Di SMU
Negeri 1 Rantau Selatan. Adapun pedoman wawancara merupakan instrument (alat)
pengumpulan data yang gunakan.

Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal
dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu lebih kurang 2 (dua) bulan, 1 bulan
pengumpulan data dan 1 bulan pengolahan data (Desember 2022-Januari 2023)

Adapun yang terkait secara langsung sebagai sumber data primer di dalam penelitian ini
ialah sebanyak 2 orang informan yaitu 1 guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan 1
guru Bimbingan Konseling. Adapun sumber data sekunder disini adalah arsip-arsip, dokumen,
catatan dan laporan tentang deskripsi keadaan SMU Negeri 1 Rantau Selatan.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data model Miles dan
Huberman, Ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif menurutnya, yaitu:

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari teman dan polanya.
b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka selanjutnya adalah mendisplay data. Untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

c. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan data kemudian direduksi dan diverifikasi, pegertian diverifikasi adalah
yaitu proses mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola dan penjelasan, kemudian
data disajikan dan disimpulkan. Kesimpulan yang diverfikasi selama penelitian berlangsung
untuk mencari kesimpulan akhir. (Arikunto, 2010: 172)

Tehnik pengujian validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan triangulasi, Menurut Emir, triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan
dengan memanfaatkan sesuatu yang lain dari data tersebut sebagai bahan pembanding atau
pengecekan dari data itu sendiri. (Emjir, 2012: 210) Terdapat 3 (tiga) triangulasi yaitu
triangulasi, sumber, metode dan triangulasi teknik. Maka dalam penelitian ini penulis
menggunakan triangulasi sumber, yaitu peneliti meneliti dengan cara menguji kredibilitas data
dengan cara mengecek dan membandingkan data yang diperoleh melalui beberapa sumber.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

- Kondisi SMU Negeri 1 Rantau Selatan

Sekolah Menengah Umum Negeri (SMU) 1 Rantau Selatan adalah sekolah menengah atas

yang berlokasi di Propinsi Sumatera Utara Kabupaten Labuhanbatu dengan alamat JL. K.H.

Dewantara Rantauprapat. Lembaga ini berdiri pada tahun 1959 sampai tahun 2023 ini kurang

lebih sudah berumur 64 tahun. Lembaga ini merupakan swadana masyarakat Labuhanbatu yang

sumbernya dari pedagang-pedagang karet Labuhanbatu yang berdomisili di Rantauprapat.

Adapun Nama-nama pendiri sekolah SMU Negeri 1 Rantau Selatan antara lain:

1. Majoor Zeid Ali Dan John

2. Idris Hasibuan
3. Kapten Djajalaras

4. P.M Marpaung

5. Hajat Said (Data SMU Negeri 1 Rantau Selatan)

Sekolah ini menyediakan berbagai fasilitas penunjang pendidikan bagi anak didiknya.

Terdapat guru-guru dengan kualitas terbaik yang kompeten dibidangnya, seperti melakukan

ekstrakurikuler (ekskul), organisasi siswa, komunitas belajar tim olahraga, dan perpustakaan

sehingga siswa dapat belajar secara maksimal. Proses belajar dibuat senyaman mungkin bagi

siswa.

Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di sekolah tersebut mengaktifkan

kegiatan keagamaan dan terbentuknya organisasi kecil yang disebut dengan Rohis (Rohaniawan

Siswa) dengan berbagai kegiatan pengajian bulanan, dan memperingati Hari-Hari Besar Islam

yang dipaket kegiatannya dengan berbagai perlombaan islami seperti MTQ, Lomba membaca

puisi islami, kaligrafi dan lain-lain. Untuk kegiatan lomba di bidang keagamaan baik itu tingkat

kabupaten maupun propinsi senantiasa diikuti.

Hasil penelitian yang menunjukkan tugas guru bimbingan konseling di SMU Negeri1
Rantau Selatan sudah melakukan peranannya yaitu:

a. Membantu siswa dalam menyelesaikan masalah


b. Melaksanakan program pengajaran sekolah
c. Melaksanakan bimbingan kelompok maupun konseling individual.
d. Melayani wali siswa yang mengadakan konsultasi tentang anaknya
e. Menjalankankan fungsi sebagai guru BK yang bersifat preservative. (Papan Data BK SMU
Negeri 1 Rantau Selatan)

Semua kegiatan yang diprogramkan tersebut dilaksanakan sesuai dengan waktu yang
direncanakan dengan melibatkan beberapa orang guru yang dianggap mampu melaksanakannya.
Berikut ini adalah profil dari sumber penelitian:
a. Dra. Siti Aisah Herihom

Ibu Dra. Siti Aisah Herihom salah satu dari tiga orang guru PAI dan Budi Pekerti di SMU

Negeri 1 Rantau Selatan, beliau lahir di Langga Payung tanggal 20 Maret 1967. dan sekarang

menetap di Jln Sigambal Rantauprapat, beliau pernah kuliah di IAIN Medan, pada tahun 1980

dan mengambil jurusan Tarbiyah dan mulai mengajar di SMU Negeri 1 Rantau Selatan sejak

tahun 1993 sampai sekarang ini.

b. Dra. Irtawati

Ibu Dra. Irtawati merupakan satu dari 4 (empat) guru BK di SMU Negeri 1 Rantu Selatan,

beliau lahir di Tanjung Medan tanggal 15 Mei 1970. dan sekarang menetap di Negeri lama

Labuhanbatu, beliau kuliah di IAIN Medan pada tahun 1995 dan mengambil jurusan bimbingan

konseling dan mulai mengajar di SMU Negeri 1 Rantau Selatan pada tahun 2010. Beliau adalah

salah satu guru yang sangat disegani dan tegas dalam bertindak supaya terarahnya kepribadian

yang lebih baik.

Berikut akan dipaparkan hasil temuan dan sekaligus pembahasan penelitian yaitu:

Perlunya sinergitas Guru Pendidikan Agama Islam Dan Guru Bimbingan Konseling

Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa yang Melanggar Tata Tertib Sekolah.

Ibu Siti Aisah Herihom selaku guru Pendidikan Agama Islam mengatakan :

“Harus ada, Karena setiap guru harus berkerjama dalam mengatasi kenakalan pada
perilaku anak siswa terkhusus dengan guru BK dalam membina dan menasehati anak
supaya adanya perubahan yang terjadi” (Wawancara Tanggal 10 Maret 2021)
Ibu Irtawati selaku guru bimbingan konseling beliau mengatakan:
“Ya tentu ada kerjasama antara guru pendidikan agama islam dengan guru bimbingan
konseling, karena guru pendidikan agama islam dapat melaporkan kejadian atau perilaku
siswa yang melanggar tata tertib sekolah, Karena kerjasama merupakan salah satu
kegiatan yang harus kami lakukan untuk mengatasi kenakalan siswa. Program
bimbingan dan
konseling disekolah ini dapat berjalan dengan cukup baik bukan semata-mata kerja guru
bimbingan dan konseling saja, namun ada suatu hubungan kerjasama yang baik antara
personil sekolah dan instansi sekolah.” (Wawancara Tanggal 10 Maret 2021)

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa kerjasama antar

guru pendidikan agama islam dan bimbingan konseling sudah ada. Karena semua guru

bertanggung jawab dalam mengatasi kenakalan siswa, terutama guru pendidikan agama islam

dan guru bimbingan konseling. Dan harus saling berkerjasama untuk menciptakan suasana lebih

afektif di SMU Negeri 1 Rantau selatan ini sinergi atau kerjasama antara guru pendidikan agama

islam dengan guru bimbingan konseling itu sudah terjalin sejak lama.

Sebagaimana firman Allah yang tertuang dalam Alquran sebagai landasan tentang
bekerjasama dakam hal kebaikan, yaitu:

Firman Allah swt dalam surah Al-Asr / 1: 3

‫ص ْب ر‬
‫ ا ت وت ْ ْ ح وتَ ص ْوا‬W‫ ِإ َّل ا َّل ِذي وع ِملُوا ص‬. ‫خس ٍر‬ ‫ِ َّن ا سا َن ل‬ ‫و َا ْل َع‬
‫ِبال‬ ‫َوا وا ل ِق َوا‬ ‫ال ِلحا‬ ‫َن آ َمُنوا‬ ‫ِفي‬ ‫ْ ِْلن‬ ‫ر‬
‫ص‬ .
‫ا‬ ‫ص‬

Artinya:“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”

Pada surah Al-Asr 103 ini, Allah menjelaskan bahwa seluruh umat manusia dalam

keadaan rugi kecuali beberapa golongan, dan serta mengerjakan amal shaleh setiap saat serta

golongan orang yang saling menasihati satu sama lain dan peduli terhadap orang lain yang harus

kita tolong

dan bekerjasama itu lebih baik daripada dikerjakan sendiri.

- Menurut Rochman Natawidjaja, Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada

individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individi tersebut dapat

memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar,
sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga seta masyarakat. (Winkel, Hastuti, 2007:

29)
- Menurut Bimo Walgito, Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan

kepada individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kenakalan siswa di dalam

kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai

kesejahteraan hidupnya. (Walgito, 2008: 6)

Maka dari pendapat kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam bekerjasama

diperlukan adanya suatu bimbingan atau arahan yang harus dilaksanakan oleh para siswa supaya

mentaati peraturan yang telah ditentukan di SMU Negeri 1 Rantau Selatan agar terjalin dengan

baik. Dan setiap indivu atau sekumpulan siswa yang melanggar tata tertib sekolah dapat

mengubah tingkah laku menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Bentuk sinergitas yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dan guru Bimbingan

Konseling dalam mengatasi kenakalan siswa

Ibu Siti Aisah selaku guru Pendidikan Agama Islam mengatakan:

“Bentuk kerjasama yang kami lakukan yaitu saya sebagai guru pendidikan agama islam
banyak sekali melakukan kerjasama misalnya saja bentuk kerjasama dalam mengatasi
kenakalan siswa kami bersama guru BK mengarahkan, membina dan menasehati siswa
tersebut agar tidak mengulangi kesalahannya lagi.” (Wawancara Tanggal 10 Maret 2021)
Selanjutnya ibu Aisah selaku guru Pendidikan Agama Islam mengatakan:

“Ada beberapa upaya yang telah kita lakukan untuk mengatasi kenakalan yang sering
dilakukan oleh siswa diantaranya:
Pertama kita menanamkan kedisiplinan pada siswa, hal ini merupakan langkah pertama
kita mengatasi kenkalan yang dilakukan oleh siswa, hal ini dilakukan dengan maksud dan
tujuan agar siswa terbiasa hidup disiplin, baik itu disiplin waktu, pakaian , maupun tingkah
laku.
Kedua memberikan nasehat dan menanamkan nilai-nilai keagamaan pada siswa, dengan
memberikan nasehat dan menanamkan nilai- nilai keagamaan seperti mengajarkan siswa
tentang perbuatan tercelah (mazmumah) dan perbuatan terpuji (mahmudah).
Dan ketiga kita menjalin hubungan kerjasama kepada orang tua siswa,yang mana kita
selalu mengkonfirmasi orang tua siswa jika siswa tersebut terus-terusan melakukan
kenakalan.”
Menurut ibu Irtawati selaku guru Bimbingan Konseling mengatakan:
“Bentuk kerjasama kami dalam mengatasi kenakalan siswa di SMA Negeri 1 Rantau
Selatan adalah: bentuk kerja sama yang pertama kami lakukan. yaitu guru Pendidikan
Agama Islam menemukan masalah pada siswa tersebut dan melaporkannya kepada kami
guru BK setelah itu kami menasehati siswa tersebut. Kedua, masalah siswa ataupan kasus
yang dihadapi nya. Bentuk kerjasama seperti ini saya dengan Pendidikan Agama Islam
sangat penting karena dalam melimpahkan penanganan suatu kasus. Misalnya, siswa yang
kurang mendapatkan pembelajaran agama islam dan sering melanggar tata tertib sekolah
seperti, merokok, membolos, dan dikarenakan orang tuanya sibuk bekerja, selanjutnya
konferensi kasus adalah suatu pertemuan yang dilakukan uutuk membahas pemasalahan
yang dialami peserta didik dalam suatu forum yang dihadiri oleh pihak-pihak terkait
seperti:guru pembimbing, wali kelas, guru mata pelajaran, kepala sekolah. yang diharapkan
masing-masing dapat memberikan masukan data atau keterangan dem kejelasan serta
kemudahan bagi terselesaikannya masalah yang dihadapi siswa.”

Selanjutnya ibu Irtawati selaku guru bimbingan konseling beliau mengatakan;

“Upaya yang saya lakukan seperti melakuka pendekatan terhadap siswa yang melakukan
kenakalan agar saya bisa menasehati, untuk mengatasi kenkalan-kenakalan siswa, terutama
bagi siswa yang merokok dan bolos. Maka hal yang kita lakukan adalah memangggil siswa
tersebut untuk diberi nasehati siswa yang merokok dan bolos, dan kalau iya masih juga
merokok dan membolos maka kita berikan hukuman kepada siswa tersebut, misalnya siswa
yang merokok dan bolos tadi kita hukum seperti dipanggil orang tuanya dengan adanya
hukuman seperti ini diharapkan akan menimbulkan efek jerah keapda siswa yang seing
melakukan tindakan-tindakan yang kurang baik tersebut.”

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa bentuk kerjasama

antara guru pendidikan agama islam dengan guru bimbingan konseling disini yaitu guru

pendidikan agama islam itu memberikan pengetahuan kepada siswa tentang kenakalan siswa

agar dapat di bimbing, diarahkan dan di bina agar tidak mengulangi kesalahannya lagi. Jadi

bentuk kerjasama antara guru pendidikan agama islam dengan guru bimbingan konseling di

SMU Negeri 1 Rantau Selatan ada tiga yaitu :

1. Bentuk kerjasama dalam menasehati dan membmbimbing siswa

2. Bentuk kerjasama dalam alih tangan kasus

3. Bentuk kerjasama dalam penyuluhan


Adapun menurut firman Allah swt dalam surah Al- maidah yaitu:

Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
Pada ayat tersebut menjelaskan bahwa kita sesama manusia harus saling tolong menolong

dan saling bekerjasama dalam melakukan kebaikan jadi kaitannya disini bahwa kalau kita saling

bekerjasama dalam kebaikan maka kita tidak akan mudah terpengaruh oleh orang yang

melakukan kesalahan ataupun berbuat dosa.

Adanya kerjasama guru-guru lainnya untuk mengatasi kenakalan siswa selain guru

pendidikan agama islam dan guru bimbingan

Ibu Siti Aisah selaku guru Pendidikan Agama Islam mengatakan:

“Semua guru bertanggung jawab dalam hal membimbing, membina, mendidik anak-anak
di SMU Negeri 1 Rantau Selatan ini. Kami semua dewan guru saling memberikan
informasi tentang perkembangan siswa-siswi kami. misalnya saja guru Biologi
memberikan informasi tentang anak-anak yang membolos, terlambat, dan tidak memakai
seragam sekolah. Setelah itu kami berkordinasi kepada guru BK bagaimana cara
mengatasi permasalahan tersebut.”
Menurut ibu Irtawati selaku guru bimbingan konseling mengatakan :

“Kerjasama merupakan salah satu jalan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi
siswa. Kami guru-guru bersama-sama dalam membina siswa-siswi kami. agar mereka
menjadi anak-anak yang berkpribadian baik.”
Bentuk Kenakalan Siswa Di SMU Negeri 1 Rantau Selatan Dalam Melanggar Tata Tertib
Sekolah

Menurut ibu Aisah selaku guru Pendidikan Agama Islam mengatakan:


“Bentuk kenakalan yag masih sering dilakukan siswa disini masih dikategorikan ringan,
contohnya datang terlambat ketika proses pembelajaran berlangsung, baju dikeluarkan,
merokok saat istirahat dan tidak memakai pakaian seragam sekolah.”

Menurut ibu Irtawati selaku guru bimbingan konseling mengatakan:

“Bentuk kenakalan yang sering kami tangani disini seperti, ada siswa yang merokok,
bolos saat pergantian jam pelajaran, tidak memakai pakaian seragam sekolah ada yang
membawa hp di sekolah dan terlambat datang kesekolah.”

Peneliti menyimpulkan bahwa untuk mengatasi kenakalan-kenakalan siswa di SMU


Negeri 1 Rantau Selatan dengan beberapa hal yaitu: menanamkan kedisiplinan, memberikan
nasehat, menanamkan nilai-nilai keagamaan dengan cara member sangsi dan teguran kepada
atau memaggil orang tua siswa tersebut.

Dari pendapat ahli sebelumnya dapat dapat kita pahami bahwa siswa yang melanggar tata
tertib sekolah kita harus mengetahui bentuk kenakalan yang sering dilakukan oleh siswa seperti
datang terlambat kesekolah. Karena yang mereka lakukan itu sudah melanggar hukum atau
peraturan yang ada disekolah. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dapat disimpulkan
bahwa bentuk kenkalan yang masih sering terjadi di SMU Negeri 1 Rantau Selatan ini masih
tergolong kenakalan yang ringan dalam melanggar tata tertib sekolah seperti, membolos saat
pergantian jam pelajaran, merokok saat jam istirahat, terlambat sekolah, tidak memakai pakaian
seragam sekolah dan membawa hp ke sekolah.

Rasulullah saw bersabada:

Dari Abu Sa'id Al Khudri radhiyallahu anhu, ia berkata : Aku


mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda : “Barang siapa di antaramu
melihat kemungkaran, hendaklah ia merubahnya (mencegahnya) dengan tangannya
(kekuasaannya) ; jika ia tak sanggup, maka dengan lidahnya (menasihatinya) ; dan jika tak
sanggup juga, maka dengan hatinya (merasa tidak senang dan tidak setuju) , dan demikian
itu adalah selemah-lemah iman”. (HR. Muslim No 34)
Yang dimaksud dengan kenakalan siswa adalah suatu perbuatan yang melanggar norma,
aturan hokum dalam suatu masyarakat yang dilakukan siswa atau transisi masa anak-anak dan
dewasa. (Sarwono, 2007: 205).

Berdasarkan hasil dari penelitian kepada guru Pendidikan Agama Islam dan guru

Bimbingan Konseling di SMU Negeri 1 Rantau Selatan bahwa sinergitas atau kerjasama yang

mereka lakukan yaitu guru pendidikan agama islam memberikan wawasan islami dan

pengetahuan-pengetahuan tentang kedisiplinan dan akhlak dalam agama islam atau disebut

konseling islami yang dilakukan secara kelompok oleh guru pendidikan agama islam. Anak-anak

yang membuat masalah disekolah tidak langsung dihadapkan dengan guru bimbingan konseling,

akan tetapi diberi pengetahuan atau wawasan islami dulu dengan guru pendidikan agama islam.

Jika anak sudah membuat masalah berulang kali baru dipanggil atau di serahkan dengan guru

bimbingan konseling untuk mendapatkan layanan bimbingan dan konseling secara tatap muka

langsung atau bimbingan pribadi.

Adapun upaya-upaya yang dilakukan guru pendidikan agama islam dan guru bimbingan

konseling untuk mengatasi kenakalan siswa tersebut: pertama guru pendidikan agama islam

memberi nasehat dengan tutur kata dan suri teladan (uswah) yang baik, saling bermaaf-maafan

dan menghilangkan rasa dendam diantara mereka, hal ini akan membuat mereka jera atau kapok

terhadap kenakalan mereka lakukan. Kedua menanamkan nilai-nilai keagamaan pada siswa,

memberikan sangsi dan teguran atau peringatan.

Dalam sejumlah keadaan seorang pendidik harus memberi peringatan kepada anak

didiknya dengan cara yang mudah dilakukan siswa tersebut. Sedangkan upaya-upaya yang

dilakukan guru bimbingan konseling yaitu: pertama melakukan pendekatan terhadap siswa yang
melakukan kenakalan. Kedua memberikan reword pada momen-momen tertentu, misalnya

kepada siswa yang tidak membolos lagi.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai Sinergitas Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam Dan Guru

Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Di Sekolah Menengah Umum Negeri

1 Rantau Selatan.dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sinergitas guru pendidikan agama Islam dan guru bimbingan konseling dalam mengatasi

kenakalan siswa dalam melanggar tata tertib sekolah dilaksanakan baik oleh guru

pendidikan agama Islam memberikan pengetahuan kepada siswa tentang kenakalan siswa

dalam Islam dibimbing, dibina secara kelompok dengan cara konseling Islami dan guru

bimbingan konseling itu secara individu, dimana guru bimbingan konseling ini secara

langsung berhadapan secara pribadi dengan anak agar permasalahannya dapat diatasi dan di

bantu untuk menyelesaikannya, dan juga bentuk sinergitas atau kerjasama oleh guru

pendidikan agama islam dan guru BK sebagai berikut: a) bentuk kerjasama dalam kegiatan

konseling sudah berjalan dengan baik: b) bentuk kerjasama dalam ahli tangan kasus sudah

dilaksanakan: c) bentuk kerjasama dalam kegiatan penyuluhan yang telah dilaksanakan

sekolah.

2. Bentuk-bentuk kenakalan siswa yang dilakukan di SMU Negeri 1 Rantau Selatan dalam

melanggar tata tertib sekolah. Kenakalan yang dilakukan siswa, masih tergolong ke dalam

kenakalan ringan yaitumasih dalam batasan masalah melanggar tata tertib sekolah,

diantaranya: membolos, merokok, dan terlambat datang kesekolah, tidak pakai baju seragam
sekolah dan membawa hp kesekolah Faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan siswa

tersebut disebabkan kurangnya perhatian orang tua siswa dan pengaruh dari teman-temannya.

Dan untuk mengatasi kenakalan siswa tersebut guru pendidikan agama islam dan guru

bimbingan konseling bersinergi atau kerjasma secara efektif. Agar lebih mudah mengatasi

kenakalan siswa tersebut.

Daftar Pustaka

Ajjet, Akhmad Muhaimin. Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, (Yokyakarta: Ar- Rujj Media:
2011)
Akmal, Hawi. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. (Jakarta, Rajawali Pers: 2014)

Arifin Mohammad Barnawi Instrumen pembinaan, Peningkatan dan Penilaian Kinerja Guru,
(Yokyakarta, Ar-Rujj Media: 2014)

Asiyah Telaah, Teoritis Kenakalan Upaya Penanganan Dan Penanggulangannya, (Yogyakarta,


Teras: 2010)

Bimo Walgito, persefsi Tentang Bimbingan Konseling, ( Jakarta, CV. Rajawali: 2008)
Chairul Anwar, Hakikat Manusia dalam Pendidikan sebuah Tinjauan Filosofis (Yogyakarta,
Suka Press: 2014)
Chairul Anwar, Multikulturalisme, Globalisasi, dan tantangan Pendidikan abad ke 21,
(Yogyakarta, DIVA Press: 2019)
Derpatemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, ( Jakarta: Amzah, 2012)
Emjir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kualitatif dan Kuantitatif, (Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada: 2012)
Heru Juabdin Sada, Rijal Firdaus, Yunita Sari, Jurnal Al Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam,
(Vol.9, No.2: 2018)
Hikmawati, Bimbingan Dan Konseling, ( Jakarta, Raja Wali Pers: 2012)
Sarwito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada: 2007)
Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta, Rajawali Pers: 2013)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta, PT Rineka Cipta:
2010)
Wihelmina Lodia, Dkk, Manajemen Aset Daerah Provinsi Nusa tengah timur, (Jurnal
Flobamora, 2018)
Winkel, Sri Hastuti, Tuntunan Bimbingan Konseling, (Bandung, PT. Rineka Cipta: 2007)

Anda mungkin juga menyukai