Anda di halaman 1dari 19

Silabus Sejarah Pendidikan Islam

1.       Pola pendidikan Islam pada periode Rasulullah (Mekkah dan Madinah)

2.       Pola pendidikan Islam pada periode Khulaf al-Rasyidin

3.       Pola pendidikan Islam pada periode Dinasti Umayyah

4.       Pola pendidikan Islam pada periode Dinasti Abasiyah

5.       Pola pendidikan Islam di Andalusia dan Sisilia

6.       Transformasi intelektual dari Yunani, Persia, dan Romawi ke dunia Islam

7.       Madrasah Nizhamiyah ; pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan Islam dan aktivitas
ortodoksi Sunni

8.       Sejarah dan perkembangan arsitektur Islam pada masa dinasti Usmaniah

9.       Muhammad Abduh dan usaha pembaharuan Pendidikan Islam di Mesir

10.    Upaya islamisasi ilmu pengetahuan dan implikasinya dalam pendidikan

11.    Lembaga-lembaga pendidikan Islam di Nusantara (Surau, Meunasah, Pesantren, dan Madrasah)

12.    Pola dan kebijakan pendidikan Islam di nusantara pada masa awal sampai sebelum
kemerdekaan

13.    Pola dan kebijakan pendidikan Islam pada masa awal kemerdekaan dan orde lama

14.    Pola dan kebijakan pendidikan Islam di Indonesia pada masa orde baru

15.    Perbandingan pola dan pemikiran pendidikan, kasus Muhammadiyah dan NU

ESENSI

Judul Buku

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM


(Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era rasulullah Sampai Indonesia)

Penulis
Prof. Dr. Samsul Nizar, M.Ag

Penerbit
Jakarta: Kencana 2007

DAFTAR ISI

BAB I
Profil Rasulullah Sebagai Pendidik Ideal: Telaah Pola Pendidikan Islam Era Rasulullah Fase Mekkah
dan Madinah
Oleh: Zainal Efendi Hasibuan
A. Kondisi Politik, Sosiokultural Pra-Islam Sampai Fase Awal Islam
B. Tahapan Pendidikan Islam Pada Fase Mekkah
C. Lembaga Pendidikan dan Sistem Pembelajaran
D. Materi dan Kurikulum Pendidikan Islam
E. Metode Pengajaran Rasulullah
F. Evaluasi Pendidikan
G. Peran Wanita Dalam Pendidikan Islam Era Rasulullah

BAB II
Pola Pendidikan Islam Pada Periode Rasulullah Mekkah dan Madinah
Oleh: Kamaruzzaman
A. Sosiologi Masyarakat Makkah dan Madinah

BAB III
Pola Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Oleh: Moh Dalpen
A. Masa Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
B. Pusat-Pusat Pendidikan Pada Masa Khulafaur Rasyidin

BAB IV
Pola Pendidikan Islam Pada Periode Dinasti Umayyah
Oleh: Silviati Candra
A. Pengambil Alih Kekuasaan
B. Pembentukan Dinasti Bani Umayyah
C. Kemajuan Yang dicapai
D. Pola pendidikan dan Pusat Pendidikan

BAB V
Pola Dan Perkembangan Pendidikan Islam Pada Periode Abbasiyah
Oleh: Ali Nupiah
A. Sejarah Berdirinya daulah abbasiyah
B. Kedudukan khalifah
C. System politik pemerintah dan bentuk Negara
D. System social
BAB VI
Pola pendidikan islam di spanyol era awal tinjauan historis filosofis
Oleh: Samsul Nizar
A. Sekilas Sejarah Awal Spanyol Islam
B. Perkembangan Pendidikan dan Kebudayaan Spanyol Islam
C. Faktor Penunjang Pengembangan Pendidikan Spanyol Islam
D. Bias Pendidikan Spanyol Islam bagi perkembangan Dunia Modern

BAB VII
Perkembangan Pendidikan Islam di Andalusia dan Sisilia
Oleh: Yusmanto

BAB VIII
Lembaga-lembaga Pendidikan Islam Era Awal; Rumah, Kuttab, Mesjid, Saloon, dan Madrasah
Oleh: Mira Astuti
A. Instutusi Pendidikan Era Awal

BAB IX
Kurikulum dan Pola Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada masa klasik zaman keemasan
Oleh: Sondal Pramujaya
A. Pengertian Kurikulum Pendidikan islam
B. Kurikulum pendidikan islam sebelum berdirinya madrasah
C. Madrasah pada masa klasik

BAB X
Transpormasi dan Kontribusi Intelektual Islam atas dunia barat
Oleh: Farida Syam
A. Masa Kegelapan Dunia Barat dan kemajuan Peradaban Islam
B. Transformasi Intelektual Islam ke Dunia Barat
C. Kontribusi Intelektual Islam Terhadap dunia Barat

BAB XI
Madrasah Hizhamiyah; Pengaruhnya terhadap Perkembangan Pendidikan Islam dan Aktivitas
Ortodoksi Sunni
Oleh: Ediwarman
A. Lembaga Pendidikan Nihamiyah
B. Kurikulum dan materi yang diberikan Madrasah Nizhamiyah
C. Tokoh-tokoh dan ide-ide madrasah nizhamiyah
BAB XII
Pendidikan Islam pada era kemunduran pasca kejatuhan bagdat dan cordova
Oleh: Mulyadi Hermanto Nasution

A. Kejatuhan Bagdat dan Cordova


B. Kemunduran Pendidikan Islam Pasca Kejatuhan Bagdad dan Cordova

BAB XIII
Kehancuran Dinasti Abbasiyah dan Pengaruhnya Terhadap Pelaksanaan Pendidikan di Dunia Islam
Oleh: Roli Yandri
A. Kehancuran Dinasti Abbasiyah
B. Kehancuran Dinasti Abbasiyah dan Pengaruhnya terhadap Pendidikan Dunia Islam

BAB XIV
Sejarah dan perkembangan Arsitektur Islam Pada Masa Dinasti Usmaniyah
Oleh: Samsul Nizar
A. Sejarah Awal berdirinya Dinasti Usmaniyah
B. Perkembangan Arsitektur Dinasti Usmaniyah
C. Corak Seni Arsitektur Dinasti Usmaniyah

BAB XV
Dinamika sejarah pendidikan perempuan potret timur tengah dan indonesi di era awal
Oleh: Wahyu Hikmah
A. Dinamika Sejarah Pendidikan Perempuan Timur Tengah Era Awal
B. Dinamika Sejarah Pendidikan Perempuan Islam di Indonesia era Awal

BAB XIV
Dikotomi Ilmu Pengetahuan; Akar Tunbuhnya dikatomi ilmu dalam peradaban islam
Oleh: Yuldelasharmi
A. Konsep Islam tentang ilmu Pengetahuan
B. Sejarah Timbulnya Dikotomi Ilmu Pengetahuan
C. Integritas Ilmu Umum dan Ilmu-ilmu Keislaman

BAB XVII
Muhammad abduh dan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam di Mesir
Oleh: Yasmansyah
A. Biografi Muhammad abduh
B. Pemikir dan Pembaharuan Muhammad Abduh dalam Pendidikan Islam di Mesir
BAB XVIII
Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Implikasi dalam Pendidikan
Oleh: Ahmad Syarifin
A. Pembahasan
B. Implikasi Ilmu Pengetahuan dalam Pendidikan

BAB IXX
Sejarah dan dinamika lembaga-lembaga Pendidikan islam di nusantara, surau, meunasah, pesantren,
dan madrasah
Oleh: Abasri

BAB XX
Pola Kebijakan Pendidikan Islam di Nusantara pada masa awal sampai sebelum kemerdekaan; kasus
kebijakan politik colonial belanda terhadap gerakan pembaharu pendidikan islam di Indonesia
Oleh: Maswardi
A. Pola dan kebijakan pendidikan islam di nusantara pada masa awal sampai sebelum kemerdekaan
B. Pola dan kebijakan pemerintah belanda sejak awal sampai sebelum kemerdekaan

BAB XXI
Organisasi social keagamaan dan pendidikan islam; kasus al-jam’iyatul wasliyah
Oleh: Muhammad Syaifuddin
A. Konfigurasi social politik dan Demografis Sumatera Timur
B. Sekilas Sejarah Tentang Berdirinya Al-Washliyah
C. Peran dan Kiprah Al-washliyah dalam bidang social keagamaan
D. Peranan dan Kiprah Al-Washliyah dalam Bidang Pendidikan Islam

BAB XXII
Pola Kebijakan Pendidikan Islam Pada Masa Awal Kemerdekaan sampai pada Orde Lama (Orla)
Oleh: Zulhandra
A. Teori-Teori Tentang Kedatangan Islam
B. Periodesasi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia
C. Pendidikan Islam Zaman Kemerdekaan
D. Berbagai Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia dalam bidang Pendidikan Islam
E. Organisasi, Lembaga dan Tokoh Pendidikan Islam

BAB XXIII
Pola dan Kebijakan Pendidikan Islam di Indonesia pada masa orde baru
Oleh: Nurasa
A. Menjembatani dualism pendidikan
B. Restrukturisasi kurikulum madrasah dan mengatasi kelangkaan ulama
C. Unifikasi sistem pendidikan


BAB I

Profil Rasulullah Sebagai Pendidik Ideal: Telaah Pola Pendidikan Islam Era Rasulullah Fase Mekkah
dan Madinah

Muhammad Saw sebagai Rasul tauladan bagi ummat islam diseluruh penjuru dinia. Tentunya beliau
memiliki beragam keistimewaan yang dapat mengantarkan pengikutnya untuk mencontohkan
menelusuri jejak kehidupannya sampai di abad modern ini. Muhammad adalah pendidik pertama
dan terutama dalam dunia pendidikan islam, proses transpormasi ilmu pengetahuan, internalisasi
nilai-nilai spiritualme dan bimbingan emosional berakar dan melekat pada pengikut-pegikut setia
dalam ajaran islam sebagai bentuk mukjizat yang luar biasa.
Transprormasi keilmuan dalam berbagai aspek perkembangan pada periode beliau, mengantarkan
murid-muridnya kepada kemampuan yang luar biasa dalam menguasai berbagai cabang keilmuan
agama dan umum, sehingga mengantarkan kepada gerbang zaman keemasan islam sebagaimana
pola-pola pendidikan yang tergambar pada pase mekkah dan madinah.
Pola pendidikan yang dilakukan rasulullah pada periode makkah melalui jalan dakwah yang
disampaikan kepada kaum quraisy makkah. Tahapan-tahapan tersebut melalui pola pendidikan
secara sembunyi-sembunyi dimulai dari darinya sendiri, istrinya khadijah, kemudian diikuti oleh ali
bin abithalib dan zaid bin harisah, sahabat karibnya abu bakar siddiq, secara berangsur-angsur terus
meluas namun terbatas hanya di kalangan keluarga dekat dari suku quraisy saja. Dimana lembaga
pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah
arqam ibn arqam, (selanjutnya berkembang menjadi Kuttab sebagai lembaga dalam pengajaran baca-
tulis dengan teks dasar yang pengajarnya monyoritas nonmuslim)
Setelah melewati tiga tahun kurun waktu pendidikan melalui jalan dakwah sembunyi-sembunyi, pada
tahapan berikutnya dilakukan secara terang-terangan seiring dengan bertambahnya sahabat dan
pengikut. Seruan dakwah mulai berkumandang secara umum sebagai tindak lanjut dari perintah
wahyu, dimana masyarakat yatsrib yang telah mengetahui akan kabar kedatangan rasul mereka
berjanji dalam sebuah bai’at yang disebut sebagai “bai’at ‘aqabah” yakni tidak menyembah selain
Allah, tidak akan mencuri dan berzina, tidak akan membunuh anak-anak, menjauhkan perbuatan-
perbuatan keji dan fitnah, selalu ta’at kepada rasulullah dalam yang benar, dan tidak
mendurhakainya terhadap sesuatu yang tidak mereka inginkan.

BAB II
Pola Pendidikan Islam Pada Periode Rasulullah Mekkah dan Madinah

Ketika Menghadapi berbagai tantangan dan ancaman yang datang dari kafir quraish, rasulullah dan
para sahabat memutuskan berhijrah ke madinah. Sebagai langkah pertama yang dilakukan adalah
dengan membangun masjid quba, ditempat tersebut dilakukan berbagai bentuk kegiatan ritual,
sosio-politik dan sebagai pusat pendidika dengan memakai system halaqah (lingkaran) dalam
menyampaikan berbagai pengajaran.
Proses interaksi mulai terjalin dengan baik antara murid dan guru dengan terciptanya interaksi
edukatif, dimana guru berperan sebagai penggerak dan pembimbing sehingga menimbulkan kondisi
pembelajaran yang menyenangkan para penimba ilmu. Kondisi tersebut dikolaborasi dengan metode
ceramah, dialog, diskusi dan Tanya jawab, demonstasi, eksperimen, sosio drama, dan bermain peran.

Kondisi pengajaran sangat disesuaikan dengan materi yang diberikan. Manakala pada periode
makkah belum terjadi proses pendidikan yang begitu komplek, namun pada periode madinah dinilai
semakin komplek, materi pendidikan meliputi pendidikan ukhuwah, kesejahteraan social,
kesejahteraan keluarga dan kerabat, dan pertahanan dan keamanan (pemerintahan)
Selanjutnya pendekatan pendidikan dilakukan melalui penampakan figure identifikasi rasulullah
sebagai tauladan bagi pengikutnya, disamping membawa murinya pada pengajaran yang berisikan
teguran langsung, bahasa sindiran, pemutusan dari jamaah, penegasan, perbandingan kisah-kisah,
menggunakan bahasa isyarah, dan keteladanan sehingga sangat membekas dalam pola tingkah laku
para sahabat.
Melewati fase-fase pendidikan yang telah berlangsung sejak lama maka rasulullah juga melakukan
tindakan evaluasi dengan jalan menyuruh para sahabat untuk membaca ayat-ayat al-qur’an dan
membetulkan hafalan yang keliru. Kegiatan evaluasi juga dilakukan dengan mengevaluasi
kemampuan para sahabat yang diutus ke yaman dalam suatu urusan penyebaran agama, sehingga
terjadilah dialog antara rasulullah dengan Mu’adz ibn Jabal.
Melalui pola-pola pendidikan dasar yang dijalankan oleh rasulullah, sehingga telah terlatih
kemampuan para sahabat dalam membidangi berbagai bidang ilmu pengetahuan, sains dan
teknologi, astronomi, filsafat sehingga mengantarkan kepada masa keemasan. Disamping Pola-pola
pendidikan telah dijalankan sebelumnya, secara terus menerus dikembangkan dan
diimplementasikan oleh para sahabat dalam kegiatan praktik seiring kembangannya kebutuhan
masyarakat, perbedaan suasan, kondisi masyarakat dan munculnya hal-hal yang berdampak pada
pola perubahan dalam kegiatan pendidikan dan menyampaikan dakwah.
Berdasarkan tinjauan historis mengenai pola pendidikan yang diterapkan rasul, dinilai telah berhasil
mencapai tujuan utama pendidikan, dengan munculnya para sahabat yang ahli dalam bidang
keilmuan. System dan pendekatan yang diterapkan juga dinilai masih sangat tepat diterapkan sampai
di era modern ini.


BAB III
Pola Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin

Sebagai karakteristik pelaksanaan pendidikan pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Siddiq adalah
pendidikan bermodalkan agama yang merupakan motor penggerak yang mengisi aspirasi bangsa.
Pendidikan tersebut berasaskan pengamalan al-qur’an dan hadist dalam membentuk manusia
seutuhnya, yakni yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa (Allah Swt), dan
memelihara nilai-nilai kehidupan sesama manusia demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Berdasarkan karakteristik pelaksanaan pendidikan yang telah digasriskan dalam pengembangan
moral bangsa, maka materi pendidikan menitik beratkan pada pendidikan tauhid, akhlak, ibadah,
kesehatan, dan lainnya. Pada masa tersebut sudah mulai dilakukan spesifikasi tentang perihal adab
dan kesopanan, santun dalam bergaul dalam pergaulan masyarakat, pendidikan, ibadah, dan
kesehatan meperkuat jasmani dan rohani.
Pada masa Khalifah Umar Bin Khattab, kondisi politik dalam keadaan stabil, sehingga perluasan
wilayah islam pada masa umar bin khattab meliputi semenanjung Arabia, Palestina, Syiria, Irak,
Persia, dan Mesir. Dengan meluasnya kekuasaan islam sehingga mendorong kegiatan pendidikan
islam bertambah besar, Karena juga ditambah oleh keinginan mereka yang baru menganut agama
islam untuk menimba ilmu dari para sahabat. Sehingga kegairahan ini mendorong lahirnya sejumlah
pembidangan disiplin keagamaan.
Pada masa Khalifah Usman Bin Affan, pengembangan pendidikan tidak banyak terjadi perubahan,
beliau hanya melanjutkan apa yang telah ada dan terindikasi merasa cukup dengan proses
pendidikan yang sudah berjalan, namun terdapat suatu kecemerlangan dalam proses kodifikasi yaitu
dengan mengumpulkan tulisan-tulisan al-qur’an dan melakukan penyalinan disebabkan atas
perselisihan bacaan untuk diseragamkan bacaan.
Pada masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib, pengembangan pendidikan berada pada kondisi yang
terhambat dan terganggu oleh kondisi politik yang memanas, pemberontakan dan kekacauan yang
terjadi sehingga seluruh perhatian ditumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian masyarakat
islam, sehingga dengan sendirinya pelaksanaan pendidikan berjalan ditempat, kondisi ini dinilai tidak
terjadi perkembangan bidang pendidikan.

BAB IV
Pola Pendidikan Islam Pada Periode Dinasti Umayyah

Setelah berakhirnya kekuasaan khalifah Ali Bin Abi Thalib, dilanjutkan dengan berdirinya dinasti bani
umayyah, melanjutkan misi kekuasaan ini kondisi pemerintahan dikukuhkan dengan sikap otoriter
dengan unsur kekerasan, dan diplomasi yang diiringi sikap tipu daya serta hilanya sifat musyawarah
dalam pemilihan khalifah.
Namun demikian reformasi cukup banyak terjadi dalam berbagai bidang pengembangan keilmuan
agama dan umum sampai kepada aspek pertahanan dan teknologi.
Kemajuan-kemajuan yang dicapai termasuk diantaranya dalam bidang administrasi pemerintahan,
seperti pemisahan kekuasaan, pembagian wilayah kekuasaan, pemungutan pajak dan organisasi
keuangan, organisasi ketentaraan, organisasi kehakiman, social dan budaya, seni dan sastra, seni
rupa, dan arsitektur.
Disamping melakukan ekspansi territorial, pemerintahan dinasti umayyah juga memberi perhatian
dalam bidang pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana, untuk mendorong para
agamawan, seniman, dan lainnya agar mau melakukan pengembagan ilmu yang dikuasainya,
sehingga pada masa itu terjadi perkembangan dalam bidang agama, al-qur’an, fiqh dan hadist yang
dikodifikasikan. Disamping itu berkembang juga ilmu sejarah dan geografi, bidang kebahasaan dan
bidang filsafat.
Pada masa ini terjadi perkembangan pusat pengajaran pendidikan, yakni bertempatkan di rumah
guru, di istana dan mesjid. Para pendidik yang tidak meminta pamrih dari pemerintah dan
pemerintah tidak menyediakan tempat mukim bagi guru di istana, melainkan penghargaan dari
masyarakatnya.
Bentuk-bentuk pendidikan yang dilaksanakan adalah pendidikan istana yang menitik beratkan pada
pengembangan kecerdasan, jasamani dan rohani, nasihat dan wasiat, badiah, pendirian
perpustakaan, bamaristan (rumah sakit), dan kegiatan penerjemahan buku-buku kedalam bahasa
arab.

BAB V
Pola Dan Perkembangan Pendidikan Islam Pada Periode
Daulah Abbasiyah

Berdirinya daulah abbasyiah dengan dua strategi jitu, yakni dengan penyebaran ide rahasia dan
mencari pendukung. Pada periode ini tampanya pembesar-pembesar di kalangan masyarakat sudah
lebih menguasai system politik kekuasaan disinyalir oleh kemampuan dalam perebutan tahtah dari
kekuasaan dinasti Umayyah ke Daulah Abbasiyah. Proses peralihan kekuasaan ini membutuhkan
pengaruh dan pendukung yang sangat besar sehingga dapat mengubah tatanan dan system
pemerintahan secara drastic. Terjadinya pertukaran pendapat cerita dan pikiran, sehingga muncul
kebudayaan baru.
Perkembangan pada masa ini berkutik pada system politik, Tata pemerintahan dan pembentukan
Negara. Melalui system politik yang dijalankan bahwa: 1) Para khalifah berasal dari keturunan arab
murni, sedang yang lainnya diangkat dari keturunan Persia, 2) Kota bagdat sebagai Ibukota Negara
yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, social, kebudayaan, dijadikan kota pintu terbuka bagi
berbagai keyakinan agama, 3) Ilmu pengetahuan dipandang sesuatu yang sangat penting dan
membuka seluas-luasnya bagi kemajuan dan perkembangan ilmu, 4) Kebebasan berpikir sebagai hak
asasi manusia sepenuhnya, 5) para menteri turunan Persia diberi hak yang penuh dalam
menjalankan pemerintahan, sehingga mereka memegang peranan penting dalam tamadun Islam.

BAB VI
Pola pendidikan islam di spanyol era awal tinjauan historis filosofis

Ekspansi Islam ke spanyol merupakan ekspansi wilayah yang paling gemilang dalam catatan sejarah
kemiliteran dan peradaban. Di bidang kemiliteran terbukti dengan kemampuan militer dinasti
umayyah menguasai spanyol dengan kekuatan Visigotic yang terkenal cukup kuat. Sedang di bidang
peradaban spanyol telah memperlihatkan peranan peradaban dan kebudayaan islam. Pesatnya
perkembangan peradaban dan kebudayaan, membawa spanyol menjadi pusat peradaban islam di
barat, sebagaimana halnya baghdat yang menjadi pusat peradaban timur tengah. Kehadirannya telah
mewarnai peradaban islam membidani kebangkitan eropa.
Perkembangan pendidikan dan kebudayaan di spanyol adalah sebagai bentuk imperium yang harus
kuat karena daerah yang luas. Upaya-upaya tersebut dilakukan melalui mendirikan lembaga
pendidikan dengan pengelolaan administrasi yang rapi dan penyempurnaan fasilitas-fasilitas
berbagai level pendidikan, dan mengembangkan ilmu-ilmu logika dengan menerjemahkan karya-
karya yunani kuno dan Persia kedalam bahasa arab seperti karya aristoteles dan plato, karya-karya
tersebut dianalisis dan di framework kedalam ajaran islam.
Kondisi masyarakat sangat kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan di spanyol, mereka
sangat malu menggantungkan nasip pada orang lain, untuk itu mereka tidak segan segan
mengeluarkan biaya yang sangat mahal sekalipun untuk menuntut ilmu, dalam menunjang kegiatan
pembelajaran spanyol memberlakukan kuruikulum universal dan konfrehensif, dengan nuansa
integral yang ditawarkan sehingga membuka peluang bagi nonmuslim menimba ilmu di situ. Semagat
tinggi yang ditunjukkan masyarakat sehingga mampu memperkuat eksistensi lembaga pendidikan
dan lembaga pemerintahan.
Selanjutnya memiliki ambisi untuk pengembagan perpustakaan dengan mengoleksi berbagai buku
langka, mulai dari dan untuk kepentingan pribadi sampai kepada pewakafan untuk dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Besarnya perhatian ummat islam spanyol dalam penyediaan
sarana perpustakaan perlu rasanya diacungkan jempol dan ditiru oleh umat islam lainnya. Dengan
fenomena ini tidaklah heran jika dalam waktu singkat pertumbuhan perpustakaan spanyol laksana
jamur.
BAB VII
Perkembangan Pendidikan Islam di Andalusia dan Sisilia

Andalusia dahulu sekarang masyhur dengan nama spanyol, sebuah wilayah yang sangat popular saat
ini. Sisilia adalah suatu wilayah yang amat licin dan ditakuti oleh negeri paman sam.
Berkaitan dengan pola pendidikan yang diterapkan di spanyol melalui lembaga pendidikan kuttab
dan mesjid yang tersebar di Andalusia. Lembaga pendidikan tersebut memfokuskan pada
pendalaman ilmu fiqh, bahasa dan sastra, music dan seni. Berikutnya berdiri universitas cardova di
spanyol yang menjadi icon termegah. Universitas ini berdiri bersandingan dengan universitas Al-
Azhar cairo dan universitas Nizamiyah di Baghdad.
Selain itu terdapat juga universitas Sevilla, Malaga, dan Granada, yang mengajarkan bidang
kedolteran, astronomi, teologi, hokum islam dan kimia. Namun secara garis besar perguruan tinggi
spanyol terdapat dua konsentrasi ilmu pengetahuan yaitu filsafat dan sains.
Adapun yang mendukung kemajuan pendidikan di spanyol adalah secara garis besar karena adanya
dukungan dari penguasa, sehingga memebuat pendidikan mengalami perkembangan yang begitu
cepat. Disamping itu adanya beberapa sekolah dan universitas yang terdapat di kota spanyol,
banyaknya para sanjana islam yang datang dari timur dan barat dengan membawa buku dan gagasan
baru, dan adanya persaingan politik antara abbasiyah di baghdat dan umayyah di spanyol.

BAB VIII
Lembaga-lembaga Pendidikan Islam Era Awal; Rumah, Kuttab, Mesjid, Saloon, dan Madrasah

Institusi pendidikan islam pada era awal adalah berpusat pada diantaranya adalah: rumah-rumah
guru, kuttab, mesjid-mesjid, saloon (sanggar seni) dan madrasah. Dengan memiliki karakteristik dan
pola tertentu dalam proses pendidikan di antar tempat atau lembaga pendidikan yang masyhur pada
saat itu.

BAB IX
Kurikulum dan Pola Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada masa klasik zaman keemasan

Kurikulum pendidikan islam sebelum bedirinya madrasah masih berada pada tahap pengkajian dan
pengamalan al-qur’an, agama, membaca, dan syair. Yang terkadang juga mempelajari nahwu, cerita-
cerita dan berenang dan memanah. Setelah melewati fase perkembangan kurikulum pendidikan
masa klasik maka beralih ke pada kurikulum pendidikan era modern, yang di identikkan kepada
bentuk pendidikan yang universal yang mencakup dua kurikulum pokok ilmu yakni ilmu agama (ilmu
sejarah, tafsir, hadist, fiqh dan ushul fiqh) dan ilmu-ilmu pengetahuan (metafisika, kemasyarakatan).
Pada fase ini dunia islam mempersiapkan diri mendalami agama untuk penyiaran dan pertahanan.
Perkembangan kurikulum madrasah pada masa klasik bercorak system pendidikan mu’tazilah (peran
akal), pendidikan ikhwan al safa, bercorak filsafat, tasawuf, teologi, syiah dan fiqh.

BAB X
Transpormasi dan Kontribusi Intelektual Islam atas dunia barat

Kemajuan yang dicapai oleh umat islam pada masa itu juga ikut dirasakan oleh masyarakat
nonmuslim termasuk dunia barat seiring terjadinya persentuhan budaya dan ilmu pengetahuan
sehingga terjadinya transpormasi intelektual dari dunia islam ke dunia barat. Seiring dengan
berjalannya fase tersebut melahirkan gerakan-gerakan seperti renaissance, reformasi, rasionalime di
dunia barat dengan kemajuan sains dan teknologi sehingga peradaban barat berkembang pesat.
Bersamaan dengan perlkembanga itu, dunia barat masih dikawal oleh doktrin gereja dengan
menolak kajian budaya dan filsafat. Masa kegelapan dunia barat masih berlangsung, perkembangan
berpikir dibatasi oleh gereja yang cenderung menolak ilmu pengetahuan dan budaya berpikir filsafat
yang pernah berkembang di yunani. Bapak-bapak gereja kristen berkompanye membasmi ilmu dan
filsafat, karena menganggapnya ilmu itu adalah sihir..., kebencian mereka pada pengetahuan
manusia dinyatakan dalam peribahasa "Ketidaktahuan adalah sumber kesalehan" di ikuti dengan
gerakan pembakaran pustaka dan sekolah-sekolah filsafat ditutup karena larangan mempelajari
karya-karya romawi kuno.
Transpormasi ilmu islam ke dunia barat terjadi secara berlahan dan memakan waktu yang sangat
panjang, disisi lain banyak factor yang mendukung terjadinya proses transpormasi tersebut yang
berasal dari internal atau eksternal. Seiring dengan prospek tersebut, maka terjadilah perpecahan
beberapa institusi Kristen ortodok dengan gereja induk, perkembangan kurikulum yang mampu
mengakomodasi seluruh ilmu pengetahuan, dan adanya peranan penerjemah karya-karya terdahulu.
Transpormasi ilmu islam juga terjadi melalui jalan adalusia, pulai sisila, perang salib, jalur pendidikan,
dan penerjemahan karya-karya islam ke dalam bahasa latin dan jalur perdagangan.

BAB XI
Madrasah Hizhamiyah; Pengaruhnya terhadap Perkembangan Pendidikan Islam dan Aktivitas
Ortodoksi Sunni

Madrasah Hizhamiyah adalah madrasah pertama yang muncul di dunia islam, sebagai bentuk
pendidikan yang dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi, lembaga pendidikan ini dibentuk
dan dikelola oleh pemerintah. Dengan memberi pelayanan fasilitas pendidikan kepada seluruh
elemen masyarakat, tersusunya kurikulum pendidikan, guru-guru yang diberikan tempat tinggal,
strukrutal organisasi yang lengkap dalam mencapai keunggulan madrasah. Pormulasi pengajaran
dalam pendidikan tersebut dimonopoli oleh ideology sunni, dan melalui kegiatan penyebaran guru-
guru ke daerah yang seide dengan misi pemerintah pada saat itu.
Ide-ide pemikiran al-ghazali sangat tampak dengan memperhatikan tingkat daya berpikir anak,
melaui penerangan pembelajaran yang sempurna, pengajaran ilmu secara konkrit dari sesuatu yang
abstrak, dan pengajaran yang dilakukan secara bertahap dan berangsur angsung.
Selanjutnya pendidik dituntut memberi segala nasihat, pemeperingatkan secara berangsur-angsur
perilaku buruk anak didik, memberi reword bagi anak yang baik dan cerdas, dilarang bertemankan
anak jahat, dibiasakan untuk tidak berlebihan makan, berkesempatan yang cukup untuk berlatih,
pelayanan pendidikan berdasarkan level kemampuan berpikir anak.
Peserta didik harus memuliakan pendidik, dan bersikap rendah hati, pendidik harus memjadi bagian
dari anak didiknya, menghalangi untuk mempelajari berbagai mazhab yang dapat mengacaukan
pikiran, peserta didik dapat memilih mempelajari berbagai macam ilmu yang namun tujuan
pendidikan keagamaan tidak terabaikan.

BAB XII
Pendidikan Islam pada era kemunduran pasca kejatuhan baghdad dan Cordova

Era kemunduran pendidikan islam berlangsung pasca ditakluknya bagdat dan cordova. Kemunduran
ini tidak terlepas dari kemunduran kaum intelektual. Factor-faktor yang membuat Baghdat menjadi
melemah disinyalir oleh factor internal dan eksternal; dimana terjadinya persaingan tidak sehat
antara beberapa bangsa yang terhimpun dalam daulah Abbasiyah, terutama arab Persia dan turki.
Adapun yang berasal dari kondisi internal adalah, adanya aliran pemikiran dalam islam yang sering
menyebabkan timbulnya konflik daerah, munculnya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dari
kekuasaan pusat di Baghdad, kemerosotan ekonomi akibat kemunduran politik. Sedangkan yang
berasal dari segi eksternal adalah perang salib yang terjadi dalam beberapa gelombang, hadirnya
tentara mongol dibawah pimpinan hulagu khan dengan membakar semua isi perpustakaan tanpa
berbekas, kebebasan dakwah satu persatu surut dan sirna.
Disamping itu kemunduran juga terjadi akibat dari keruntuhan spanyol yang disebabkan oleh
beberapa hal antara lain:
1. Tidak jelasnya system peralihan kekuasaan yang menyebabkan munculnya perebutan kekuasaan di
antara ahli waris, konflik dalam keluarga
2. Lembaga figure dan karismatik yang dimiliki khalifah hanya sebagai symbol saja, sedangkan yang
menjalankan pemerintahan berada di tangan nazir
3. Perselisihan dikalangan ummat islam sendiri yang disebabkan perbedaan kepentingan, perbedaan
suku dan kelompok yang kemudian dimanfaatkan oleh pihak Kristen
4. Konflik islam dengan Kristen atas kebijakan penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara
sempurna, hanya melalui pembayaran upeti
5. Munculya muluk al-thawaif yang masing masing saling merebut kekuasaan bergandengan dengan
kekuasaan kerajaan Kristen
Suasana gelap yang menyelimuti dunia islam akibat berbagai krisis sehingga keadaan benar-benar
mencekam dan prihatin terlebih lagi kemunduran yang dirasakan dalam bidang pendidikan, dengan
terjadinya pertentangan jalan pikir filsafat yang beraurakan sufistik dan jalan pikir filsafat yang
rasionalistik.

BAB XIII
Kehancuran Dinasti Abbasiyah dan Pengaruhnya Terhadap Pelaksanaan Pendidikan di Dunia Islam

Factor internal kemunduran dinasti abbasiyah berasal Dari dalam pemerintah islam itu sendiri,
ditandai dengan adanya pergeseran orientasi watak peradaban yang berkembang di dunia islam pada
masa itu, kecenderungan militerisme dan ekspansi wilayah kekuasaan muncul sebagai cirri utama
peradaban islam seiring munculnya supremasi politik bangsa mongol. Factor internal tersebut antara
lain adalah terjadinya konflik internal keluarga istana, tampilnya dominasi militer, permasalahan
keuangan, berdirinya dinasti-dinasti kecil, luasnya wilayah, fanatisme keagamaan.
Disamping itu telah berlebihannya filsafat islam yang bersifat sufistik yang mengarah kepada
penyatuan dengan tuhan di bawah bimbingan otoritas dari guru-guru sufi melalui jalan tariqat.
Sedikitnya kurikulum pendidikan islam dalam tatanan kurikulum pendidikan madrasah, dan
tertutupnya pintu ijtihad.

BAB XIV
Sejarah dan perkembangan Arsitektur Islam Pada Masa Dinasti Usmaniyah

Ketika kekuasaan islam mengalami kemunduran, muncullah kekuatan baru dari teluk Persia mughal
dan turki, kemunculan tiga dinasti ini ikut menyelamatkan eksistensi wilayah kekuasaan islam dan
mengembangkan peradaban, Perkembangan arsitektur pada masa dinasti usmaniyah telah
mengantarkan pada kejayaan peradaban islam dengan nilai seni yang tinggi. Corak seni arsitektur
tersebut meliputi bentuk arsitektur mesjid, istana, kuburan, rumah sakit, sekolah, tata kota dan
bentuk tempat pemandian.

BAB XV
Dinamika sejarah pendidikan perempuan potret timur tengah dan indonesia di era awal

Pada masa sebelum islam, kaum wanita berada pada tingkat kedua setelah lelaki, sehingga kaum
wanita diperlakukan semena-menanya kaum lelaki. Namun setelah kedatangan islam dimulai tradisi
baru bagi kaum perempuan dengan diberikan kemerdekaan dan hak-hak mereka yang selama kurun
waktu sebelumnya tidak pernah mereka dapatkan sebagai manusia yang memiliki derajat yang sama.

BAB XIV
Dikotomi Ilmu Pengetahuan; Akar Tunbuhnya dikatomi ilmu dalam peradaban islam

Islam menganggap ilmu pengetahuan sebagai konsep yang holistis, dalam konsep ini terdapat
pemisahan antara pengetahuan dengan nilai-nilai. Secara historis bahwa islam pernah Berjaya dan
kemegahan yang ditandai dengan maraknya ilmu pengetahuan yang menjadi mercusuar baik di barat
maupun ditimur.
Dalam perkembangannya para filsuf dan saintis muslim tidak pernah memisahkan ilmu pengetahuan
dengan agama, maka mereka meyakini ilmu pengetahuan dan agama sebagai suatu totalitas, namun
kenyataan yang terlihat sekarang bahwa banyak muslim yang cenderung memisahkan dan
membedakan antara kedua istilah tersebut dalam berbagai literature.
BAB XVII
Muhammad abduh dan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam di Mesir

Muhammad abduh dikenal sebagai tokoh pembaharu dalam pendidikan islam. Terdapat beberapa
temuannya yang menyimpang yang menutnya menjadi penyebab kemunduran umat islam.
Diantaranya adalah kurikulum yang merupakan masalah yang sangat perlu diperhatikan, tanpa
kurikulum yang sesuai dengan apa yang diharapkan maka semua itu tidak akan terwujud dengan
baik, demikian pula yang dialaminya dalam mendapatkan pendidikan pada madrasah-madrasah di
mesir.
Kurikulum pendidikan mesir terjadi dualism atau perbedaan yang sangat mendasar antara kurikulum
madrasah dengan kurikulum pendidikan umum, disamping itu metode mengajar yang
membosankan.
Untuk mengimbangi serangan Kristen terhadap islam maka dalam hal ini Muhammad abduh
mengaskan beberapa poin antara lain adalah:
1. Islam menegaskan bahwa meyakini keesaan Allah dan Muhammad merupakan kebenaran inti
ajaran islam
2. Kaum muslimin sepakat bahwa akal dan wahyu berjalan beringan dan tidak saling bertetangan,
karena berasal dari sumber yang sama
3. Islam sangat terbuka atas berbagai interpretasi, karena itu islam tidak membenarkan adanya saling
mengkafirkan diantara kaum muslimin
4. Islam tidak membenarkan seseorang menyerukan risalah islam kepada orang lain kecuali dengan
bukti
5. Islam diperintahkan untuk menumbangkan otoritas agama, karena satu-satunya hubungan sejati
adalah hubungan manusia dengan tuhannya secara langsung
6. Islam melindungi dakwah dan risalah, dan menghentikan perpecahan dan fitnah
7. Isalam adalah agama kasih saying, persahabatan, dan mawaddah kepada orang yang berbeda
doktrinnya.
8. Islam memadukan antara kesejahteraan dunia dan akhirat
Karakteristik Muhammad abduh sebagai pemikir pembaharu dalam dunia islam diklasifikasikan
dalam empat agenda umum yang menyangkut purifikasi (poemurnian ajaran islam), reformasi
(kewajiban belajar dalam berbagai dimensi keilmuan), pembelaan islam (mempertahankan identitas
islam), dan reformulasi (membuka kembali pintu ijtihad).

BAB XVIII
Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Implikasi dalam Pendidikan

Islamisasi ilmu pengetahuan tidak lepas dari ketimpangan-ketimpangan yang merupakan akibat
langsung dari keterpisahan antara sains dan agama. Pemikir di kalangan yang mengusung ide masih
acuh tak acuh dan belum teritegrasi menjadi sebuah pemikiran yang utuh.
Gagasan islamisasi ilmu pengetahuan oleh al-faruqi dimaknai sebagai upaya menintegrasikan disiplin
ilmu modern dengan khazanah warisan islam. Merupakan hal yang sangat penting dilakukan sebab
perkembangan ilmu sekuler yang berasal dari barat secara terus menerus mengikis eksistensi ajaran
islam sebagai ajaran agama yang memadukan ilmu pengetahuan (sains) dan agama, akibat terjadinya
hal tersebut mengakibatkan terjadinya perceraian antara sains modern dengan nilai-nilai teologis.
Sehingga peran akal tidak terkontrol oleh wahyu, sehingga ide dan saksi menjadi terpecah belah dan
berseberangan.
Menangani permasalahan tersebut al-faruqi memformulasikan epistemology barat untuk
menawarkan prinsip-prinsip yang mendasari sebagai peletak pondasi dalam pola lima kesatuan.
Yaitu: 1) keesaan Allah Swt, 2) kesatuan makhluk, 3) kesatuan kebenaran dan pengetahuan, 4)
kesatuan hidup, 5) kesatuan ummat manusia.


BAB IXX
Sejarah dan dinamika lembaga-lembaga Pendidikan islam di nusantara, surau, meunasah, pesantren,
dan madrasah

Perkembangan pendidikan islam di nusantara ditandai dengan munculnya berbagai lembaga


pendidikan secara bertahap dimulai dengan amad sederhana sampai terhitung dengan kapasitas
sarana dan suber daya yang lengkap setara dengan kebutuhan pendidikan dunia modern.
Dinamika pendidikan dilakukan mulai dari pemanfaatan surau, meunasah, pesantren, madrasah,
sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan dan penyampaian ilmu keagamaan dan umum. Proses
pembelajaran dilakukan melalui pendekatan halaqah sampai menerapkan bentuk menghafal muatan
teoritis keilmuan. Seiring perkembanga zaman dan tuntutan ke arah perubahan dalam pola
pembelajaran perkembangan metode belajar dan media pendukung secara terus menerus
menyetarakan diri dengan kebutuhan pendidikan dan pembelajaran. Kurukulum pendidikan yang
dulunya masih padu yang kemudian diklasisifasikan untuk dapat dipelajari secara lebih spesifik.

BAB XX
Pola Kebijakan Pendidikan Islam di Nusantara pada masa awal sampai sebelum kemerdekaan; kasus
kebijakan politik colonial belanda terhadap gerakan pembaharu pendidikan islam di Indonesia

Pola kebijakan pendidikan islam nusantara masih tersentuh oleh kebijakan pemerintaha belanda
pada fase kebijakan politik colonial yakni pada masa sebelum kemerdekaan. Pemerintah belanda
memperkenalkan sekolah-sekolah modern menurut system persekolahan yang berkembang di dunia
barat yang kemudian sedikit banyak mempengaruhi pola pendidikan Indonesia melalui pesantren.
Lembaga pendidikan islam bergeser mengikuti perkembangan dengan berdirinya beberapa madrasah
di tanah air dengan fasilitas meja kursi dan papan tulis. Madrasah-madrasah tersebut dikenal dengan
sebutan Madrasah Adabiyah School, Madrasah Diniyah Shcool, Madrasah Muhammadiyah, Sumatera
Thawalib, Madrasah Slafiyah, serta madrasah-madrasah lainnya yang secara terus menerus
mengalami peningkatan secara signifikan.

BAB XXI
Organisasi social keagamaan dan pendidikan islam; kasus al-jam’iyatul wasliyah

Eksistensi organisasi social keagamaan islam al-jami’atul washliyah berdiri dengan catatan konfigurasi
social, politik, dan demografi sumatera, dirumuskan melalui response keadaan yang berkaitan
dengan fakta-fakta social. Hal ini timbul dari kesadaran para pelajar dan guru yang bergabung dalam
perguruan maktab islamiyah dalam penyatuan ide dan pendapat. Maktab tersebut mempunyai
signifikansi sebagai lembaga pendidikan yang muncul dari gagasan alumni.
Kegiatan pendidikan dengan mencoba menggabungkannya dengan system tradisional dan modern,
mengembangkan institusi dan system pendidikan dengan cara mengadopsi pendidikan barat kedalam
pola pendidikan islam sehingga membentuk model pendidikan dengan system modern, sehingga
tidak tertinggal oleh kemajuan peradaban pendidikan di dunia global

BAB XXII
Pola Kebijakan Pendidikan Islam Pada Masa Awal Kemerdekaan sampai pada Orde Lama (Orla)

Penyelenggaraan pendidikan agama islam di Indonesia tumbuh dan berkembang bersamaan dengan
masukknya islam ke Indonesia, periodesasi perkembangan pendidikan tumbuh bersama organisasi
dan kelembagaan yang berkecimpung dalam bidang pengembangan agama dan social.
Organisasi dan lembaga pendidikan islam Indonesia mula-mula melakukan pergerakan secara
nasional dengan mengikuti haluan politik seperti berdirinya taman siswa, sekolah serikat rakyat,
ksatria institute, perguruan rakyat. Sesuai dengan tuntutan islam berdirinya sekolah serikat islam,
sekolah muhammaddiyah, sumatera tawalib, nahdatul ulama, sekolah persatuan ummat islam,
sekolah jami’atul wasliyah, sekolah al irsyad, sekolah normal islam.

BAB XXIII
Pola dan Kebijakan Pendidikan Islam di Indonesia pada masa orde baru

Pola dan kebijakan pendidikan islam di Indonesia bersifat terbuka dan menggunakan dua system
pendidikan yakni pendidikan umum dan agama, namun dalam aplikasinya kedua lembaga pendidikan
itu saling menjembatani melalui kurikulum pendidikan yang dimuat dalam pelaksanaan pendidikan
yang berisikan pendidikan agama dan umum. Pada awalnya keberadaan lembaga pendidikan secar
aumum belum menggunakan standar kurikulum nasional pendidikan Indonesia, diikuti dengan upaya
formalisasidan strukturisasi madrasah dengan agenda penegerian beberapa madrasah secara
berangsur-angsur, kurikulum pendidikan secara terus menerus ditata dan disejajarkan dengan
kurikulum pendidikan nasional

RESENSI BUKU

Nama Pengarang         : Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag

Judul Buku                   : Sejarah Pendidikan Islam (Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan


Era Rasulullah)

Tahun Terbit                : Cet. Ke-1 Tahun 2007


Cet. Ke-2 Tahun 2008

Edisi Buku                  : Cet. Ke-3 Tahun 2009

Cet. Ke-4 Tahun 2011

Buku Edisi 1 Cet. 4

Tempat Terbit             : Jakarta

Tebal Buku                  : xxxii, 376 hlm; 23 cm

Penerbit                       : Kencana Prenada Media Group

Buku yang dieditori oleh Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.Ag merupakan tulisan yang membicarakan
tentang sejarah pendidikan Islam Era Rosulullah sampai  pada pendidikan Islam di Indonesia pada
masa orde baru yang disusun menjadi 23 bab. Pada  kata pengantar editor Prof. Dr. H. Samsul Nizar,
M.Ag menerangkan berbagai masalah pendidikan di Indonesia, baik dari sistem pendidikan, biaya
pendidikan dan kurikulum pendidikan. Dalam buku ini telah diulas tentang kemajuan dan
kemunduran pendidikan Islam terdahulu. Hal itu akan memberikan pengetahuan pada pembaca
tentang langkah strategis revitalisasi pendidikan di Indonesia saat ini dan masa depan.

Pada bab 1 buku ini, dibahas tentang “Profil Rosulullah Sebagai Pendidik Ideal: telaah pola
pendidikan Islam era Rosulullah fase Makkah dan Madinah”, yang ditulis  oleh Zainal Efendi Hasibuan.
Dalam bab ini dijelaskan tentang kondisi politik, sosiokultural pra Islam sampai fase awal Islam dan
bagaimana pendidikan pada zaman Rasulullah mulai dari lembaga pendidikannya, materi, kurikulum
serta metode pengajaran, evaluasi pendidikan dan peran wanita dalam pendidikan Islam era
Rasulullah. Rasulullah sebagai pendidik yang ideal dapat dilihat dari indikator walaupun dengan
sarana dan prasarana yang terbatas dapat menciptakan para intelektual yang berkualitas.
Keberhasilan Rasulullah dalam pendidikan dibuktikan dengan berubahya pola pikir masyarakat
jahiliyah menjadi masyarakat yang beradab. Melalui keteladanan yang diterapkan oleh Rasulullah
dapat mendidik para sahabat dalam menjalani kehidupan sesuai dengan aturan Allah. Adapun
kurikulum yang dipakai Rasulullah adalah kurikulum berbasis masyarakat yang berlandaskan Al-
Qur’an. Sedangkan metode mengajar yang digunakan sangat berfariasi, sehingga seluruh sahabat
senang menjalani semua itu.

Pada bab 2 dibahas tentang “Pola Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah Periode Mekkah dan
Madinah”, ditulis oleh Kamaruzzaman. Dalam bab ini diterangkan tentang  kondisi sosial kultural
masyarakat Makkah dan Madinah pada era Rasulullah. Tahap pendidikan islam dilakukan melalui tiga
tahap yaitu pendidikan secara rahasia dan perogangan, secara terang-terangan, dan pendidikan
umum. Sedangkan materi yang digunakan yaitu berkaitan dengan tauhid dan pengajaran Al-Qur’an.
Kurikulum yang digunakan yaitu berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Pada bab 3 dibahas tentang “Pola Pendidikan Islam  Pada Masa Khulafaurrasyidin”, ditulis oleh Mhd.
Dalpen. Pada bab ini diterangkan tentang keadaan dan sistem pendidikan di zaman
Khulafaurrasyidin. Pada zaman Abu Bakar, sistem pendidikannya tidah jauh berbeda dari pendidikan
pada masa Rasulullah. Pada masa Umar pendidikan Islam sudah lebih meningkat dimana para guru
sudah diangkat dan digaji yang diambil dari baitul mall  untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru
ditaklukan. Pada masa Ustman, pendidikan diserahkan pada rakyat dan sahabat yang tidak hanya
fokus di Madinah melainkan dikirim ke daerah-daerah lainnya. Pada masa Ali, pendidikan kurang
mendapat perhatian dikarenakan terjadi pergolakan dan konflik yang menimbulkan kekacauan.

Pada bab 4 dibahas tentang “Pola Pendidikan Islam Pada Periode Dinasti Umayyah”, yang ditulis oleh
Silvianti Candra. Pada bab ini diterangkan tentang pembentukan Dinasti Umayyah, kemajuan yang
dicapai oleh Dinasti Umayyah dan pola pendidikan dan pusat pendidikannya. Pada masa ini
berkembang ilmu-ilmu agama Islam dan adanya pembukuan hadist pada zaman Umar Bin Abdul Aziz.

Pada bab 5 dibahas tentang “Pola Pendidikan Islam Pada Periode Dinasti Abasiyah”, yang ditulis oleh
Ali Nupiah. Disini dibahas tentang sejarah berdirinya daulah Abasiyah, sistem politik, pemerintahan
dan bentuk negara serta sistem sosialnya. Pada zaman ini Islam mencapai puncak kejayaan yang
dapat dilihat majunya ilmu-ilmu sains dan tekhnologi dan puncak kejayaan tersebut terjadi pada
masa Harun Arrosyid.

Pada bab 6 dibahas tentang “Pola Pendidikan Islam di Spanyol Era Awal Tinjauan Historis Filosofis”,
ditulis oleh Samsul Nizar. Dalam tulisan ini dibahas sekilas tentang sejarah awal Islam di Spanyol,
perkemabngan Pendidikan dan kebudayaan Spanyol Islam beserta faktor penunjangnya, dan bias
pendidikan spanyol Islam bagi perkembangan dunia moderen. Pada bab ini diterangkan tentang
kemajuan Pendidikan Islam di Spanyol, akan tetapi pada masa ini pula terjadi stagnasi dan
disintegrasi yang disebabkan adanya pola pikir yang di bawah Imam Al-Gazali yang mendeskriditkan
para filsuf muslim dalam melakukan ijtihadi akliah mereka, sehingga banyak ilmuan Islam keluar
daerah Islam untuk mengembangkan ilmunya.

Pada bab 7 dibahas tentang “Perkembangan Pendidikan Islam di Andalusia dan Silia”, yang ditulis
oleh Yusmanto. Pada bab ini dibahas  tentang pola pendidikan Islam di Spanyol dan Sillia yang
disebut kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang didalamnya mempelajari pengetahuan
dasar dan menengah, Al-Qur’an, fiqh, bahasa, dan kesenian.  Akan tetapi Islam yang dikalahkan oleh
Kristiani ditambah keegoan paham agama yang merusak tatanan kehidupan pendidikan Islam
berakibat pada tenggelamnya pendidikan Islam dari peradaban dunia, pada ke-dua kota tersebut.

Pada bab 8 dibahas tentang “Lembaga-Lembanga Pendidikan Islam Era Awal; Rumah, Kuttab, Masjid,
Saloon, dan Madrasah”, yang ditulis oleh Mira Astuti. Pada buku ini dijelaskan bahwa melalui institusi
lembaga pendidikan Islam tersebut telah melahirkan tokoh-tokoh intelektual yang mengagumkan
dunia.

Pada bab 9 dibahas tentang “Kurikulum dan Pola Pengembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Klasik
Zaman Keemasan”, yang ditulis oleh Sondal Pramujaya. Kurikulum dibagi menjadi dua fase yaitu
pertama kurikulum tingkat rendah yang mempelajari agama, membaca, menulis dan syair.
Sedangkan yang kedua kurikulum tingkat tinggi, yang mempelajari tentang jurusan agama dan ilmu
pengetahuan yang harus berjalan beriringan.  

Pada bab 10 dibahas tentang “Transformasi dan Konstribusi Intelektual Islam Atas Dunia Barat”, yang
ditulis oleh Farida Syam. Pada bab ini dijelaskan tentang masa kegelepan dunia barat dan masa
kemajuan peradaban Islam, transformasi intelektual kedunia barat dan konstribusi dunia Islam
terhadap dunia barat. Adanya doktrin yang dikeluarkan oleh gereja bahwa setiap orang yang
mengunakan ilmu bukan dari gereja maka dianggap kafir. Semua itu mengawali kemunduran barat,
akan tetapi mereka bangkit dengan belajar pada tokoh pendidikan Islam melalui tranformasi kaum
intelektual ke barat.  
 Pada bab 11 membahas tentang “Madrasah Nizamiyah; Pengaruhnya Terhadap Perkembangan
Pendidikan Islam dan Aktivitas Ortodoksi Sunni”, yang ditulis oleh Ediwarman. Pada bab ini dibahas
tentang lembanga pendidikan Nizamiyah, kurikulum, materi yang diberikan, tokoh-tokoh dan ide-ide
madrasah nizamiyah. Madrasah Nizamiyah didirikan di kota Baghdad oleh seorang perdana mentri
yang sangat memperhatikan pendidikan Islam yang bernama Nizam al-Mulk. Materi yang diberikan
pada lembanga pendidikan Nizamiyah yaitu diarahkan untuk mengembangkan mazhab Sunni dan
melehmahkan mazhab Syi’ah dan Mu’tazilah.

Pada bab 12 membahas tentang “Pendidikan Islam Pada Era Kemunduran, Pasca Kejatuhan Baghdad
dan Cordova”, yang ditulis oleh Mulyadi Hermanto Nasution. Dalam bab ini dibahas tentang
runtuhnya Kota Baghdad dan Cordova, dan kemunduran Islam pasca jatunya Baghdad dan Cordova.
Jatuhnya dua kota tersebut disebabkan karena bangkitnya bangsa Yunani  atau disebut dengan
renaissance di Eropa. Hal itu dipicu oleh majunya ilmu pengetahuan eropa yang disebabkan
transformasi pendidikan Islam ke-Barat.

Pada bab 13 membahas tentang “Kehancuran Dinasti Abbasiyah dan Pengaruhnya Terhadap
Pelaksanaan Pendidikan di Dunia Islam”, yang ditulis oleh Roli Yandri. Pada bab ini dibahas tentang
Kehancuran Dinasti Abbasyiah, dan pengaruhnya terhadap pendidikan dunia Islam. Ada dua faktor
yang menyebabkan kehancuran dinasti Abbasyiyah yaitu pertama faktor internal, disebababkan
konflik internal istana, tampilnya dominasi militer, permasalahan keuangan, berdirinya dinasti-dinasti
kecil, luasnya wilayah dan fanatisme keagamaan. Kedua, faktor eksternal disebabkan adanya perang
salib dan serangan tentara mongol. Dengan runtuhnya dinasti Abbasyiah menyebabkan kemuduran
pendidikan Islam pada masa itu.

Pada bab 14 dengan pokok bahasan “Sejarah dan Perkembangan Arsistektur Islam Masa dinasti
Usmaniah”, yang ditulis oleh Samsul Nizar. Pada bab ini dijelaskan sejarah awal berdirinya dinasti
Usmaniah, perkembangan arsistektur Dinasti Usmaniah, dan corak seni arsistektur Dinasti Usmaniah.
Pada masa dinasti usmaniah mengalami kemajuan peradaban Islam, hal itu ditunjukan dengan
bermuculan bagunan-bagunan megah akibat berkembangnya seni arsistektur di kota tesebut.

Pada bab 15 dibahas tentang “Dinamika Sejarah Pendidikan Perempuan Potret Timur Tengah dan
Indonesia Era Awal”, oleh Wahyu Hikmah. Pada bab ini dijelaskan tentang dinamika sejarah
pendidikan perempuan Timur Tengah era awal, dan dinamika sejarah pendidikan perempuan Islam di
Indonesia era Awal. Rasulullah merupakan sosok yang mensejajarkan antara hak laki-laki dan
perempuan. Dimasa Rasulullah aktifitas pembunuhan bayi perempuan telah dihentikan, sehingga ini
yang menjadi cikal bakal kemajuan perempuan timur tengah era awal. Kondisi perempuan di
Indonesia era awal tidak jauh beda dengan kondisi perempuan diseluruh dunia. Dimana perempuan
hanya di dalam rumah tidak dapat keluar dan tidak boleh membuat suatu kegiatan guna kemajuan.
Akan tetapi gerakan perempuan yang diprakarsai oleh Rahmah merupakan awal untuk membuka
kemajuan dan kesejajaran perempuan melalui pendidikan.

Pada bab 16 membahas tentang “Dikotomi Ilmu Pengetahuan: Akar Tumbuhnya Dikotomi Ilmu
Dalam Peradaban Islam”, yang ditulis oleh Yuldelasharmi. Pada bab ini dijelaskan konsep Islam
tentang ilmu pengetahuan, sejarah timbulnya dikotomi ilmu pengetahuan, integrasi ilmu-ilmu umum
dan ke-Islaman. Segala sesuatu yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan bersumber dari wahyu dan
hasil berfikir ilmiah manusia, yang keduanya itu bersumber dari Allah Swt. Dikotomi ilmu
pengetahuan sudah ada sejak abad pertengahan yaitu pada masa dinasti Abasiyah. Hacurnya
kerajaan Dinasti ini menyebabkan hancurnya ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Upaya yang
dilakukan oleh para ilmuan muslim untuk mengatasi dikotomi adalah dengan pengintegrasian antara
ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama yang dikenal dengan islamisasi ilmu pengetahuan.
Pada bab 17 membahasa tentang “Muhammad Abduh dan Usaha Pembaruan Pendidikan Islam di
Mesir”, yang ditulis oleh Yasmansyah. Pada bab ini memuat pembahasan tentang biografi
Muhammad Abduh, pemikiran dan pembaruan Muhammad Abduh dalam Pendidikan Islam di Mesir.
Muhammad Abduh merupakan anak yang dilahirkan dari keluarga petani yang hidup sederhana dan
taat serta cinta ilmu pengetahuan. Adapun yang menjadi agenda pemikiran pembaruan pendidikan
Muhammad Abduh dalam rangka memurnikan ajaran Islam yaitu purifikasi (pemurnian ajaran Islam),
reformasi pendidikan tinggi Islam, pembelaan Islam, reformulasi dengan membuka kembali pintu
ijtihadd dll.

Pada bab 18 membahas tentang “Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Implikasinya Dalam
Pendidikan”, yang ditulis oleh Ahmad Syarifin. Pada bab ini terdiri dari pembahasan biografi dan
karya-karya al-Faruqi, gagasan islamisasi ilmu pengetahuan al-Faruqi, dan implikasi islamisasi ilmu
pengetahuan dalam pendidikan. Isma’il Raji Al-Faruqi lahir di Jaffa, sebuah daerah Palestina tanggal 1
Januari 1992. Menurut Al-Faruqi Islamisasi ilmu merupakan upaya mewujudkan prinsip-prinsip Islam
dalam metodologi, strategi, masalah-masalah, tujuan-tujuan dan aspirasi ilmu. Sedangkan implikasi
dari Islamisasi pada aspek lembaga menginginkan pengabungan sistem pendidikan barat dan Islam.

Pada bab 19 membahasa tentang “Sejarah dan Dinamika Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di
Nusantara (surau, meunasah, pesantren dan madrasah)”, yang ditulis oleh Abasri. Pada bab ini
memuat pemabasan sejarah dan dinamika lembaga-lembaga pendidikan di Nusantara. Telah
dijelaskan bahwa cikal bakal berkembangnya pendidikan Islam ditandai dengan lahirnya lembaga-
lembaga pendidikan seperti Surau yang berada di Minang Kabau, Meunasah merupakan pendidikan
tingkat rendah yang berada di Aceh, dan Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh
dan berkembang di pulau Jawa. Ketiga lembaga tersebut memiliki fungsi yang sama yaitu
menyelenggarakan pendidikan Islam. Tumbuh dan berkembangnya pendidikan Islam di Nusantara
disebabkan dua hal yaitu karena adanya gerakan pembaruan di Indonesia dan sebagai respon
gerakan pendidikan Islam terhadap kebijakan pendidikan Hindia Belanda.

Pada bab 20 didibahas tentang “Pola dan Kebijakan Pendidikan Islam di Nusantara pada Masa Awal
Sampai Sebelum Kemerdekaan (Kasus kebijakan politik kolonial Belanda terhadap gerakan
pembaruan pendidikan Islam di Indonesia)”, yang ditulis oleh Maswardi. Pada bab ini berisikan pola
dan kibajakan pendidikan Islam di Nusantara pada masa awal sampai sebelum kemerdekaan, dan
pola kebijakan pemerintah Belanda sejak awal sampai sebelum kemerdekaan. Dengan kebijakan yang
dikuluarkan oleh Belanda telah mewarnai pola pendidikan di Indonesia sampai saat ini. Pendidikan
umum merupakan cerminan pendidikan yang ditelurkan oleh Belanda sedangkan pesantren
merupakan cerminan pendidikan Islam.

Pada bab 21 dibahas tentang “Organisasi Sosial Keagamaan dan Pendidikan Islam; Kasus Al-Jam’iyatul
Washliyah”, yang ditulis oleh Muhammad Syaifudin. Pada bab ini memuat materi tentang konfigurasi
sosial, politik dan demografis Sumatera Timur, sekilas tentang sejarah berdirinya Al-Washliyah,
peranan dan kiprah Al-washliyah dalam bidang sosial keagamaan, peranan dan kiprah Al-washiliyah
dalam bidang pendidikan Islam. Uraian singkat tentang meteri ini bahwa Al-Washliyah yang lahir
pada saat bangsa Indonesia dan negera-negara lain dalam usaha memperjuangkan kemerdekaannya.
Al–Washiliyah dianggap sebagai organisasi sosial pendidikan pembaharu yang bercorak moderat.
Lembaga ini berhasil memadukan sistem pendidikan tradisional moderen. Dalam hal ini
menanamkan nilai-nilai luhur agama yang dibarengi ilmu pengetahuan umum.

Pada bab 22 dibahas tentang “Pola dan Kebijakan Pendidikan Islam pada Masa Awal Kemerdekaan
Sampai Pada Orde Lama (Orla)”, yang ditulis oleh Zulhandra. Pada bab ini memuat materi tentang
teori-teori kedatangan Islam, periodesisasi sejarah pendidikan Islam di Indonesia, pendidikan Islam di
zaman kemerdekaan I (1945-1965), berbagai kebijakan pemerintah republik Indonesia dalam bidang
pendidikan Islam dan organisasi, lembaga dan tokoh pendidikan Islam.

Pada bab 23 dengan judul “Pola dan Kebijakan Pendidikan Islam di Indonesia Pada Masa Orde Baru,
ditulis oleh Nurasa. Bab ini merupakan bab terkahir, yang di dalamnya memuat materi:
menjembatani dualisme pendidikan, restrukturisasi kurikulum madrasah, mengatasi kelangkaan
ulama, dan unifikasi sistem pendidikan. Ulasan ringkas materi tersebut yaitu masa orde baru
merupakan langkah positif pemerintah terhadap pendidikan Islam yang kemudian disusul dengan
munculnya SKB tiga menteri tahun 1975. Pada periode ini mutu pendidikan Islam mulai ditingkatkan
dan ijazah madrasah memiliki derajat yang sama dengan ijazah pendidikan umum. Kemudian
dilanjutkan dengan SKB 2 menteri yang memuat pembahasan tentang penyempurnaan kurikulum
madrasah dan sekolah umum. Dimana madrasah sudah menjadi sekolah umum dengan menjadikan
materi agama sebagai ciri khas madrasah.

Kesimpulan

Setelah membaca buku ini, maka pembaca dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari buku
ini. Adapun yang menjadi kelebihannya yaitu:

 Pertama,  setelah membaca buku ini, maka pembaca akan mengetahui tentang sejarah kemuduran
dan kemajuan pendidikan Islam dari era Rasulullah hingga Islam di Indonesia pada masa orde lama.
Kedua, buku ini dikemas dengan bahasa penulisan yang akademis dan jelas serta penulis mengajak
pembacanya lebih memahami perjalan pendidikan Islam dari zaman Rasul sampai saat ini.

Adapun yang menjadi sisi kelemahannya yaitu pertama, pembahasan yang disampaikan kurang
runtut dan sistematis. Hal itu karena buku ini merupakan kumpulan dari makalah-makalah, sehingga
agak menyulitkan para pembaca untuk mengikuti alurnya. Kedua,  di dalam buku ini terkadang ada
tema pembahasan yang isinya sama. Ketiga, terdapat satu bab tepatnya pada bab 17 yang tidak
memiliki penutup, sehingga menyulitkan pembaca untuk memahami secara instan intisari
pembahasan yang disampaikan penulis.

Anda mungkin juga menyukai